1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industri yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap perusahaan harus meningkatkan daya saing secara terus-menerus. Persaingan yang semakin meningkat baik di pasar domestik maupun pasar internasional menuntut perusahaan untuk dapat mempertahankan atau memperoleh keuntungan kompetitif dengan cara memberikan perhatian penuh pada kegiatan operasional dan finansial perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemilik dan pemegang saham adalah dengan memperkerjakan tenaga ahli atau profesional untuk diposisikan sebagai manajer untuk mengelola perusahaan. Para pemilik saham memperkerjakan mereka dengan harapan di bawah pengelolaan tenaga ahli atau profesional, kinerja perusahaan akan menjadi lebih terjamin, dapat bertahan dan bersaing di tengah suasana pasar yang semakin kompetitif sekaligus mewujudkan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan tersebut juga di lihat dari harga saham yang dimiliki. Semakin tinggi harga saham menunjukan kesejahteraan pemilik perusahaan semakin meningkat (Djabid,2009:249). Manajer selaku penerima amanah dari pemilik perusahaan seharusnya menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham yaitu memaksimumkan harga saham perusahaan Brigham dan Houtson, 2001(dalam Sofyaningsih dan Hardiningsih 1 2 2011:69). Dalam teori keagenan yang diungkapkan oleh Sugiarto (2011:1), pendelegasian wewenang pembuatan keputusan operasional oleh pemegang saham (prinsipal) kepada manajer (agen) menimbulkan pemisahan kepemilikan di antara kedua pihak tersebut. Pada hakikatnya manajer harus mengambil keputusan terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. keputusan bisnis yang diambil adalah memaksimalkan sumber daya perusahaan.Konflik muncul ketika manajer bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada manajer. Pemegang saham merasa khawatir manajer melakukan tindakan yang tidak disukai oleh pemegang saham seperti memanfaatkan fasilitas perusahaan secara berlebihan atau membuat keputusan yang penuh resiko misalnya dengan menciptakan utang yang tinggi untuk meningkatkan nilai perusahaan (atas biaya pemilik) (Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011:69). Manajer yang bertindak sebagai agen dari pemegang saham di dalam melakukan aktivitasnya boleh jadi tidak konsisten dengan apa yang menjadi kepentingan pemilik (Syafruddin, 2006:86). Ketidakkonsistenan ini terjadi karena para manajer seringkali mempunyai tujuan yang berbeda dengan pemegang saham, terutama berkaitan dengan peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima. Penyebab konflik lainnya seperti pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivasi pencarian dana (financing decision) dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh tersebut dan kemana dana tersebut diinvestasikan, munculnya konflik akan menyulitkan pemegang saham memonitor pengelola perusahaan, maka asset perusahaan dapat saja digunakan untuk kepentingan pengelola dari pada memaksimalkan kemakmuran 3 pemegang saham (Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011:69). Konflik keagenan dapat diminimalisir dengan melakukan suatu mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan kepentingan-kepentingan terkait. Namun biaya agensi juga akan muncul seiring dilakukannya mekanisme pengawasan tersebut. Menurut Wahidahwati, 2002(dalam Sugiarto, 2011:2), terdapat beberapa pilihan alternatif untuk mengurangi biaya agensi. Pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham. Kedua, rasio pembayaran dividen dapat ditingkatkan. Karena mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. Ketiga, meningkatkan pendanaan melalui hutang. Dengan meningkatkan hutang sebagai sumber pendanaan investasi, excess cash flow akan menurun dan dapat menekan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayarkan tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan tersebut juga tinggi. Sebaliknya, jika dividen yang dibayarkan kecil, maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai jika perusahaan mampu 4 beroperasi dengan mencapai keuntungan yang ditargetkan. Melalui keuntungan yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan dividen kepada pemagang saham, meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada perusahaan yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh umum atau masyarakat luas, kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi investor dan perusahaan yang akan membayar dividen. Dalam menanamkan modalnya, investor menginginkan tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa laba yang dibagikan dalam bentuk dividen yang diberikan perusahaan sebagaimana yang telah mereka investasikan pada perusahaan tersebut maupun pendapatan untuk penambahan modal (capital gain). Bagi sebagian perusahaan, dividen dianggap memberatkan karena perusahaan harus selalu menyediakan sejumlah kas dalam jumlah yang relatif permanen untuk membayarkan dividen di masa yang akan datang. Perusahaan yang tidak memiliki dana namun harus tetap mngeluarkan dividen dapat mengakibatkan dana untuk kebutuhan investasinya berkurang sehingga memerlukan modal tambahan baru dengan menerbitkan saham baru atau melakukan pinjaman kepada pihak lain(Sulystiyowati et al.,2010:1). Sementara di satu sisi, umumnya dunia usaha didominasi oleh kelompok perusahaan milik keluarga dimana seluruh dewan pengurus dan managemen dikelola secara kekeluargaan dan juga kepemilikan sahamnya mayoritas dipegang oleh suatu keluarga tertentu. Indonesia sebagai salah satunya, sekitar 90% perusahaan go public di bursa Efek Indonesia (BEI) dimiliki oleh keluarga tertentu (Suherli, 2004:224). 5 Kebijakan dividen yang optimal (optimal dividen policy) adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan Weston dan Brigham, 2005(dalam Mardiyatiet al., 2012:2). Total pengembalian (return) kepada pemegang saham selama waktu tertentu terdiri dari peningkatan harga saham ditambah dividen yang diterima. Jika perusahaan menetapkan dividen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, maka return yang diperoleh investor akan semakin tinggi. Hutang merupakan instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Sampai batas tertentu, semakin tinggi proporsi utang suatu perusahaan maka semakin tinggi harga saham perusahaan itu, namun pada titik tertentu lainnya peningkatan utang akan menurunkan nilai perusahaan (Chen dan Steiner,1999). Selain hutang, salah satu sumber pendanaan perusahaan berasal dari laba ditahan, yang ditetapkan melaui kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan (Anil dan Kapoor, 2008). Kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi tanggungan pemilik utama, namun juga para manajer ikut menanggungnya. Konsekuensinya para manajer akan bertindah hati-hati termasuk dalam menentukan hutang perusahaan. Oleh karena itu kepemilikan oleh para manajer menjadi pertimbangan penting ketika hendak meningkatkan nilai perusahaan (Rustendi dan Jimmi, 2008:411). Selain itu kebijakan hutang juga dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan perusahaan tentang seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan hutang. Dengan adanya hutang, 6 semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham perusahaan tersebut. Pembayaran bunga pinjaman secara periodik dapat menghemat pajak penghasilan, namun jumlah hutang yang melewati titik optimalnya justru akan menurunkan nilai perusahaan karena biaya yang ditimbulkannya lebih besar dibandingkan dengan manfaat penghematan pajak. Dengan demikian, perusahaan harus menciptakan hutang pada tingkat tertentu agar tujuan perusahaan meningkatkan nilai perusahaan dapat tercapai (Sugiarto, 2011:2). Suatu perusahaan untuk dapat melangsungkan aktivitas operasinya, haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan/profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh investor (Mardiyati et al., 2012:2). Nilai perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri Sartono, 2010(dalam Dewi dan Wirajaya, 2013:359). Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE). Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas terhadap pemegang saham. Dalam memutuskan kebijakan keuangan, tidak terlepas dari peran penting pihak manajerial. Para pemilik saham atau investor memberikan kepercayaan 7 kepada pihak manjerial dalam mengelola perusahaan termasuk mengambil keputusan-keputusan bisnis yang diharapkan dapat meningkatkan kekayaan pemilik modal. Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Mardiyati et al., 2012:2). Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007:42) nilai perusahaan merupakan presepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan sahamnya. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang. Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan Price to Book Value (PBV), PBV merupakan perbandingan dari harga saham dengan nilai buku per lembarnya, PBV berdasarkan nilai bukunya menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan menciptakan nilai yang sesuai terhadap jumlah modal dengan jumlah saham yang beredar. Nilai perusahaan yang diukur dengan PBV, dapat dilihat bahwa nilai perusahaan yang baik ketika nlai pasar lebih besar dari pada nilai buku perusahaan. PBV yang tinggi menunjukkan nilai perusahaan semakin naik dan sebaliknya PBV yang rendah menunjukkan nilai perusahaan yang semakin kecil. Penelitian mengenai nilai perusahaan telah beberapa kali dilakukan. (Mardiyati et al., 2012:15) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, variabel kebijakan dividen secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan 8 kebijakan hutang bepengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara itu sujoko dan soebiantoro (2007:45) menguji pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan pembayaran dividen terhadap leveragedan nilai perusahaan. Mereka menemukan bahwa kepemilikan intitusional berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage maupun nilai perusahaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage maupun nilai perusahaan. Herni (2014:160) yang menyimpulakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen, struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang, kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan hutang berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Dewi dan Wirajaya (2013:370) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan pada nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Variabel independen yang dipergunakan beragam akan tetapi dari hasil peneliti variabel struktur kepemilikan, kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan profitabilitas masih terdapat ketidakkonsistenan. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan yang diproksikan menggunakan PBV (Price to Book Value)maka dari itu saya ingin meneliti kembali pengaruh kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 9 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu struktur kepemilikan dan saya memilih perusahaan property karena memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang dengan melihat potensi jumlah penduduk yang terus bertambah besar dengan tahun 2012-2015. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan baru dari penelitian sebelumnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya dan adanya hasil penelitian yang beragam, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapatpengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah terdapat pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan ? 3. Apakah terdapat pengaruh hutang terhadap nilai perusahaan ? 4. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menguji apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2. Untuk menguji apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 3. Untuk menguji apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 10 4. Untuk menguji apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk penulis, perusahaan, dan peneliti selanjutnya. 1, Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di pasar modal sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pengetahuan dan informasi menegnai nilai perusahaan serta faktorfaktor yang mempengaruhi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memeberikan penegasan dan pembuktian terhadap analisis struktur kepemilikan, kebijakan dividen, kebijakan hutang, profitabilitas, dan nilai perusahaan terdapat pengaruh atau tidaknya bagi penelitian selanjutnya untuk dapat memperluas, mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini dan penelitian ini juga dapat dipakai sebagai bahan perbandingan antara teori yang selama ini diberikan dibangku kuliah secara formal dengan praktek yang sesungguhnya yang terjadi di perusahan. 3. Manfaat kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran khusus kepada pihak manajer perusahaan betapa pentingnya struktur kepemilikan, kebijakan 11 dividen, kebijakan hutang, profitabilitas dalam meningkatkan aspek nilai perusahaan sehingga semakin baik di mata masyarakat dan juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada investor tentang pentingya mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan nilai perusahaan dengan cara penganalisaan secara lebih mendalam ketika investor akan melakukan kegiatan investasi dengan melihat aspek struktur kepemilikan, kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas. 1.5 Ruang Lingkup Perusahaan Berdasarkan tujuan penelitian yang dicapai, maka penelitian perlu melakukan pembatasan dalam bentuk ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Penelitian membahas tentang struktuk kepemilikan (manajerial dan institusional), kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 2. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang terdaftar dibursa efek Indonesia selama periode 2012-2015. Perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yaitu : perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dan sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 2012-2015 dan perusahaan sektor keuangan yang menerbitkan laporan tahunan selama tahun 2012-2015 secara berturut-turut.