BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Perbadingan epoksi dengan hardener yang terbaik adalah sebesar 62:38. Dari rasio ini diperoleh kekuatan tarik sebesar 60.45 ± 4.78MPa, kekuatan bending sebesar 83,87 ± 3,20 MPa, dan kekuatan impak sebesar 12,09 ± 3,21 kJ/m2, selanjutnya jadi referensi pada pembuatan komposit epoksi dengan variasi model tenunan rami. Namun demi kepraktisan dapat dipilih 60:40 dengan kekuatan tarik, bending dan impak masing-masing sebesar 55,07 ± 2,88 MPa, 82,88 ± 2,75 MPa, dan 3,75 ± 1,59 kJ/m2 (tidak terlalu jauh berbeda). 2. Jenis variasi model tenunan rami yang terbaik adalah model tenunan rami MB. Jenis tenunan ini memiliki kekuatan tarik 53,59 ± 2,73 MPa, kekuatan bending 79,98 ± 2,57 MPa dan kekuatan impak 5,72 ± 1,97 kJ/m2, dengan fraksi volume tenunan rami Vf = 17,13%, selanjutnya jadi referensi pada pembuatan panel komposit epoksi tenunan rami (KETER) yang akan dijadikan sampel perendaman di air laut kondisi lapangan dan kondisi laboratorium. 3. Pengaruh lingkungan air laut selama perendaman 58 minggu terhadap kekuatan tarik KETER menunjukkan kecenderungannya menurun dari tanpa perendaman hingga akhir perendaman untuk tiga kondisi perendaman di atas, tengah, dan bawah masing-masing sebesar 12,7%, 16,3% dan 15%. Kekuatan impak menunjukkan pola grafik meningkat untuk tiga kondisi perendaman di atas, tengah, dan bawah selama 56 minggu terhadap sampel tanpa direndam dan masing-masing diperoleh sebesar 15,1%, 19,5% dan 26,7% sementara kekuatan bending KETER selama perendaman 28 minggu untuk 2 kondisi perendaman menunjukkan pola grafik meningkat yaitu sampel di atas dan tengah terhadap nilai kekuatan bending tanpa perendaman masing-masing diperoleh sebesar 1,3% dan 1,2% sedangkan kondisi lainnya menurun yaitu sebesar 0,7% dari kondisi tanpa direndam. 4. Pengaruh lama perendaman terhadap konsentrasi NaCl (salinitas) selama perendaman 12 minggu pada kondisi laboratorium untuk tiga variasi material dan tiga kondisi salinitas. Tiga variasi material yaitu benang rami, matrik epoksi, dan KETER dan tiga kondisi salinitas yaitu salinitas 35 ppm, 40 ppm, dan 45 ppm, memberikan hasil sebagai berikut: a. Benang Rami Besarnya persentase penurunan nilai kekuatan tarik benang rami pada sampel uji selama 12 minggu dari nilai sampel normalnya untuk salinitas 35 ppm sebesar 55,4%, salinitas 40 ppm sebesar 63,6% dan untuk salinitas 45 ppm sebesar 53,1%. b. Matrik Epoksi Besarnya persentase peningkatan kekuatan tarik epoksi selama perendaman 12 minggu dari nilai sampel normalnya, untuk salinitas 35 ppm sebesar 3,90%, salinitas 40 ppm sebesar 2,64% dan untuk salinitas 45 ppm sebesar 3,09%. Persentase kenaikan rata-rata nilai kekuatan impak matrik epoksi selama perendaman 12 minggu, diberikan sebesar 74,1%, 72,0% dan 26,1% untuk masing- masing salinitas 35 ppm, salinitas 40 ppm dan salinitas 45 ppm. c. KETER Besarnya kekuatan tarik KETER selama perendaman 12 minggu menunjukkan pola grafik menurun dimana diperoleh masing-masing sebesar 1,6% pada perendaman salinitas 35 ppm, untuk perendaman salinitas 40 ppm diperoleh kekuatan tarik KETER sebesar 3% sedangkan untuk perendaman salinitas 45 ppm diperoleh sebesar 5%. Besarnya kekuatan impak KETER selama perendaman 12 minggu menunjukkan pola grafik meningkat dimana diperoleh masing-masing sebesar 7% pada perendaman salinitas 35 ppm, untuk perendaman salinitas 40 ppm diperoleh kekuatan tarik KETER sebesar 24% sedangkan untuk perendaman salinitas 45 ppm diperoleh sebesar 1%. 5.2 Saran Agar permasalahan mendasar dalam penelitian degradasi terhadap lingkungan air laut memberi hasil lebih optimal maka disarankan: 1. Material komposit untuk aplikasi lambung kapal sebaiknya digunakan komposit epoksi tenunan rami (KETER) dengan REH sebesar 62:38 bagi para peneliti sedangkan para praktisi REH sebesar 60:40 untuk memudahkan dalam mencampur epoksi hardener dan jenis tenunan rami yang dipilih adalah jenis tenunan ATM basket. 2. Untuk mengurangi penyerapan air sebaiknya menggunakan gelcoat agar supaya pori-pori material komposit tertutupi 3. Untuk memperoleh nilai sifat mekanis yang signifikan sebaiknya menggunakan fraksi volume serat diatas titik kritis (Vf > Vf critis) 4. Perlu pengujian lanjut pada kondisi air tawar (air sungai) untuk referensi penggunaan kapal yang berada di air tawar (air sungai). 5. Proses penyerapan air dilaut selama 56 minggu belum mencapai titik jenuh sehingga dimungkinkan penambahan waktu perendaman dalam penelitian selanjutnya. 6. Dalam penelitian ini perendaman sampel uji selama 56 minggu dilaksanakan di air laut dengan keadaan tinggi ombak yang tidak merata sepanjang 56 minggu. Tidak saja tinggi ombak yang tidak merata tetapi juga faktor lingkungan laut yang juga tidak menentu. Dengan demikian, perlu kiranya hasil disertasi ini dapat menjadi pembanding atau dasar untuk penelitian lanjut pada perendaman air laut laut dengan ketinggian ombak yang merata, sehingga kepastian hasil dapat lebih jelas terlihat. 7. Dari hasil penelitian disertasi ini, dengan perendaman sampel uji di laut selama 56 minggu terlihat memberikan nilai peningkatan ataupun penurunan yang nilainya tidak signifikan, sehingga perlu peningkatan waktu perendaman, yg dapat dilakukan dengan proses percepatan melalui kondisi laboratorium. Hal ini untuk melihat hasil cepat dengan nilai yang signifikan. 8. Dari hasil penelitian disertasi ini, perendaman sampel uji dilaut selama 56 minggu memberikan nilai peningkatan ataupun penurunan yang nilainya tidak signifikan, sehingga perlu peningkatan waktu perendaman, yg dapat dilakukan dengan proses percepatan melalui kondisi laboratorium, untuk melihat hasil cepat dengan nilai yang signifikan. 9. Sebaiknya material benang rami dan matrik epoksi juga dilakukan perendaman di air laut dan pengukuran variabel tambahan seperti kekeruhan (turbility), temperatur yang konstan.