MEMBANGUN KARAKTER UNGGUL DENGAN “PAHLAWAN DALAM SEJARAH DUNIA” UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal di atas tentu saja dapat diejawantahkan jika di dalam proses pembelajaran, pendidikan karakter diperhatikan. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, kreatif dan inovatif. Pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behavior (Lickona, 1991). Ada 18 nilai dalam Pendidikan Karakter adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab. Karakter-karakter seperti ini dapat kita temukan dalam tokoh-tokoh yang dikisahkan oleh sejarawan Simon Sebag Montefiore dalam Buku “Pahlawan dalam Sejarah Dunia “. Dalam buku ini, Kaisar dan ratu, perwira dan negarawan, pemimpin agama dan filsuf berdampingan dengan komposer dan penyair, ilmuwan dan penjelajah, seniman dan pendongeng dari tiga ribu tahun. Mereka berasal dari berbagai keyakinan dan bangsa. Jajaran ini terbangun tidak hanya dengan apa yang mereka lakukan dalam hidup mereka sendiri, tetapi juga oleh warisan pengalaman dan prestasi abadi mereka. Para penguasa yang disajaikan dalam buku ini mencapai lebih dari sekadar memegang kekuasaan. Mereka juga telah menggunakan kekuasaan mereka untuk kebaikan orang banyak. Para ilmuwan telah menyelamatkan jutaan nyawa. Sementara para penulis, komposer, dan pelukis mendorong toleransi dan kebebasan. Setiap kisah disertai dengan esai singkat yang membantu kita untuk semakin paham akan goresan perjalanan hidup mereka. Alexander Agung, misalnya, menurut Simon Sebag Montefiore pada halaman 17 buku ini, tenar bukan hanya karena kepiawaiannya sebagai komandan militer tetapi juga karena toleransi dan sifat kesatriaannya. Pada halaman selanjutnya dikatakan bahwa dia memerintahkan menteri-menterinya untuk mematahkan oligarki di manapun dan sebagai gantinya menegakkan demokrasi. Penataan negara yang baik juga menjadi perhatian Markus Aurelius, seorang raja filsuf kekaisaran Romawi. Pada halaman 50 buku ini dikatakan bahwa Markus Aurelius membuat berbagai reformasi hukum dan menyediakan jaminan kehidupan bagi anggota masyarakat yang kurang beruntung. Dalam Meditations Markus Aurelius menyampaikan pesan bahwa reaksi berlebihan dan rasa kesal yang berlarut-larut adalah tanggapan paling merusak terhadap ketidakadilan dalam hidup. Salah satu pesannya yang menarik adalah” jika kamu disakiti oleh sesuatu hal di luar dirimu, bukan hal itulah yang mengganggumu, namun penilaianmu sendiri terhadapnya yang mengganggumu. “ Pesan pesan seperti ini tentu saja dapat menjadi sebuah refleksi untuk membangun karakter yang unggul. Karakter yang unggul juga dapat ditemukan dalam diri Harun ar-Rasyid. Harun ar-Rasyid seorang khalifah luar biasa yang memerintah kekaisaran Arab selama masa keemasannya. Harun menjadikan baghdad sebagai pusat peradaban. Dalam buku “Pahlawan dalam Sejarah Dunia “ ini dikatakan bahawa Harun ar-Rasyid percaya bahwa sesuatu hal yang memalukanlah jika seorang pemimpin tidak berpendidikan. Oleh karena itu dia terus menerus menggali pengetahuan, dan juga mendorong pembelajaran serta seni di kalangan rakyatnya. Dia memberikan beasiswa, mengundang orang-orang bijak dan menyemangati para cendekiawan untuk membagi pengetahuannya. (halaman 64). Karakter-karakter unggul memang sangat diharapkan agar dunia dapat semakin baik. Dengan karakter unggul, Louis Pasteur, ahli mikrobiologi kimia bekerja dengan penuh inovatif dalam dunia penelitian kimia-fisika. Dengan ini vaksin anti rabies ditemukan dan proses pasteurisasi diperkenalkan. Dengan karakter unggul, Albert Einstein pun dapat menemukan teori relativitasnya. Hal yang sama juga terjadi dengan Alexandre Dumas, Benyamin Disraeli, Charles Dickens dan tokoh-tokoh lainnya yang dipilih oleh Simon Sebag Montefiore berdasarkan konsepnya sendiri tentang pahlawan. Baginya, pahlawan sejati adalah seseorang yang menunjukkan keberanian, tidak mementingkan diri sendiri, memiliki toleransi dan membuat beberapa kontribusi yang besar bagi masyarakat. Daftar tokoh pahlawan-pahlawan ini dipilihnya dari berbagai lapisan kehidupan. Mereka memberikan inspirasi bagi kita khususnya untuk membangun pribadi yang berkarakter.