Beberapa bulan yang lalu, masyarakat kecamatan Glamaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat dikejutkan oleh mewabahnya penyakti baru yang menyerang lebih dari 100 orang warga dengan gejala yang sama. Penyakit ini diawali dengan demam disertai rasa sakit pada seluruh anggota gerak yang dirasakan sampai ke tulang, dan penyakit ini menyerang semua kelompok umur warga desa tersebut. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten mengidentifikasi penyakit tersebut sebagai Penyakit Demam Chikunguya (Chicunguya Fever) yang disebabkan oleh sejenis virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty (yang juga menularkan Dengue Haemorrhagic Fever).1 Lain lagi kejadiannya di negara tetangga Malaysia. Pada tahun 1998 - 2000 telah pula dihebohkan oleh berjangkitnya penyakit Meningitis yang ditularkan melalui Babi. Lebih dari seratus orang meninggal pada saat wabah, terutama orang-orang yang berhubungan langsung dengan babi pada daerah peternakan babi di daerah Klang Malaysia. Penyakit ini juga disebabkan oleh virus, yang semula diduga ditularkan oleh nyamuk (Japanese Encephalitis), namun belakangan diketahui ditularkan melalui air liur babi yang menderita penyakit ini. Virus penyebab penyakit ini kemudian diberi nama Virus Nipah (Nipah, nama sebuah desa tempat kasus pertama kali ditemukan). Para ahli mikrobiologi menyelidiki, bahwa virus Nipah ini punya persamaan dengan virus lain yang bernama Hendra (Hendra-like virus).2,3 Kejadian diatas adalah merupakan contoh problema penyakit infeksi yang terjadi di Indonesia maupun negara-negara lain di dunia ini pada saat sekarang. Penyakit infeksi yang dulunya diramalkan dan diharapkan oleh para pakar kesehatan dunia akan dapat diatasi pada abad ke 20, dengan ditemukannya berbagai obat-obatan anti biotika dan anti mikrobial lainnya, ternyata kini adalah sebaliknya. Ternyata perkembangan teknologi umat manusia, diimbangi pula oleh perkembangan “teknologi” mikroorganisme. Penyakit infeksi yang dulunya sudah dapat dilenyapkan dari suatu daerah atau suatu negara, malah kembali muncul setelah puluhan tahun dengan problema yang makin rumit dan kompleks. Sebagai contoh adalah penyakit Tuberkulosis Paru. Sampai tahun 1980, negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropah, sudah merasa aman karena penyakit ini tidak lagi menjadi problem kesehatan masyarakat, seperti di negara-negara berkembang. Tapi sejak awal tahun 80 an, setelah ditemukannya penyakit/virus HIV/AIDS ; bersamaan dengan itu, muncul kuman tuberkulosa yang menyertai infeksi HIV/AIDS yang memperburuk dan malah menyebabkan kematian penderita AIDS. Imunisasi BCG yang sudah sejak lama digunakan, ternyata tidak mutlak dapat mencegah penyakit klasik ini. Disamping itu, kuman Mikobakterium tuberkulosis ini, ternyata kebal terhadap beberapa macam Obat Anti Tuberkulosa (OAT) yang selama ini ampuh untuk mengobati tuberkulosa. Fenomena ini dikenal dengan : Tuberkulosis yang Multiresisten terhadap Obat (Multi Drugs Resistance Tuberculosis). Di Thailand, pada beberapa kasus AIDS ditemukan infeksi oleh kuman "baru" golongan jamur : Penicillium marneffei yang menimbulkan kelainan kulit seperti Molluscum contagiosum yang disebut : Penicilliosis yang dapat menyebar secara sistemik, dan juga kelainan kulit Cryptococcosis.4 Disamping itu, dengan menurunnya imunitas pada penderita AIDS, beberapa penyakit lain yang tergolong 2002 Digitzed by digital library terbukti dengan telah di eliminasinya berbagai jenis penyakit infeksi menular, seperti Cacar (Smallpox / Variola) dengan program vaksinasi cacar, dihilangkannya penyakit Frambusia (Puru), sudah dapat ditekan penularan Malaria, Poliomielitis, serta beberapa penyakit infeksi lainnya yang dulunya menimbulkan angka kematian dan kesakitan yang tinggi. Sebagai gantinya, akan muncul kepermukaan penyakitpenyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi atau kuman, seperti Penyakit Jantung Koroner, Obesitas, Penyakit Kanker, dan Penyakit Gangguan Kejiwaan. Kenyataannya, sebelum memasuki abad ke III, timbul berbagai ledakan penyakit infeksi diberbagai belahan dunia antara lain : 1. Jumlah kasus HIV/AIDS kian hari kian hari bertambah dan tersebar di lebih dari 150 negara, dengan jumlah kasus terinfeksi 16.000 orang perhari, termasuk 1.600 anak dibawah umur 15 tahun. Kira-kira 7.000 orang meninggal akibat komplikasi AIDS setiap hari diseluruh dunia. Lebih dari 70% kasus bertempat tinggal di sekitar Subsahara Afrika dan lebih dari 20% terdapat di Asia, termasuk Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk didalamnya. Jumlah penderita HIV/AIDS saat ini didunia ditaksir 40 juta orang, yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.6 Sementara obat untuk menyembuhkan penyakit ini yang baik dan tepat, serta mudah diperoleh masih terus dicari oleh para ahli diseluruh dunia. Di Indonesia, dilaporkan hampir 120 ribu penderita HIV/AIDS. Sementara jumlah sebenarnya pengidap HIV belum diketahui, karena belum ada pemeriksaan skrening untuk itu. 2. Dalam bulan Desember tahun 2000, tercatat merebaknya wabah penyakit menular di beberapa negara dengan munculnya penyakit baru ataupun penyakit lama yang muncul kembali setelah puluhan tahun dapat dilenyapkan. Ini yang acapkali disebut sebagai EMERGING & REEMERGING DISEASES. Penyakit tersebut antara lain : Anthrax di Zimbabwe, Cholera di Marshal Island, Ebola Virus di Uganda, Listeriosis di USA, Malaria di Burundi, Meningococcal infeksi di Namibia, Measles atau Campak di India, dan Yellow Fever (Demam Kuning) di Guinea, Liberia.7 Di Indonesia sendiri, di beberapa Provinsi dan Kabupaten telah terjadi beberapa wabah, seperti : Demam Berdarah, Malaria, Anthrax, Diare, dan Demam Chikunguya seperti yang disebutkan pada awal tulisan ini. 3. Sebelum tahun 2000, beberapa wabah Emerging & Reemerging Diseases di belahan dunia adalah :3,7,8 • Tahun 1991 wabah Cholera di Peru • Tahun 1997 wabah Influenza di Hongkong yang dikenal dengan Bird Flu (Flu Burung) dengan jenis virus yang baru (sero type H5N1), sehingga pada waktu itu untuk memutuskan rantai penularannya, ribuan ternak unggas/burung/ayam yang dicurigai menderita Flu dimusnahkan. • Tahun 1995 wabah Plaque di India, yaitu penyakit yang ditularkan melalui gigitan Flea (kutu tikus) spesies Xenopsilla cheopis yang menularkan kuman penyakit tersebut (Yersinia pestis) kepada manusia dan dapat berakibat kematian. • Tahun 1998 wabah Cholera di UR Tanzania.8 2 terkontaminasi kuman penyebab (Water-borne/Food-borne), atau melalui peralatan yang digunakan. Tetapi banyak jenis penyakit menular memerlukan makhluk hidup lainnya untuk dapat menularkannya kepada manusia, bahkan acap pula memerlukan lebih dari satu jenis makhluk hidup sebagai perantara sebelum memasuki tubuh manusia. Makhluk hidup itu dapat berupa serangga, seperti nyamuk dengan berbagai jenis dan ragamnya, kutu binatang dan manusia, yang tergolong dalam : Tick, Mite, Lice, Flea, berbagai jenis tikus, mammalia yang dikonsumsi oleh manusia seperti sapi, kerbau, babi, hewan piaraan di rumah seperi : anjing, kucing, ayam, dan lain-lain, berbagai jenis siput/keong (Snail) yang dibeberapa daerah tertentu banyak dikonsumsi penduduk, secara mentah ataupun setengah matang , berbagai jenis ikan dan makanan laut (Seafood). Mikroorganismme penyebab penyakit tersebut ada yang "berdiam" di tubuh hewan perantara tersebut, dan ada juga yang berkembang dan menjalani siklus hidupnya di dalam tubuh binatang perantara tersebut untuk selanjutnya berpindah lagi ke hewan lain atau ke manusia. Hewanhewan tersebut dikenal sebagai : Intermediate Host (sebagai perantara dan tempat berlangsungnya siklus hidup parasit), Definitive Host (tempat berlangsungnya siklus seksual parasit), Paratenic Host (hanya sebagai perantara, tidak terjadi proses siklus hidup parasit), atau sebagai Accidental Host (tempat yang tidak lazim bagi parasit). Selagi mahkluk hidup manusia hidup satu alam dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan perantara atau vektor penyakit, mikro-organismme penyebab penyakit, maka keseimbangan ekologi tidak akan dapat jauh bergeser. Masingmasing makhluk hidup tersebut secara alamiah ingin tetap survive dengan berbagai upaya. Penekanan terhadap satu jenis makhluk hidup akan berakibat perubahan pada populasi makhluk hidup jenis lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi Emerging dan Reemerging Diseases :7,10 1. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk dunia yang tidak dapat di prediksi. 2. Meningkatnya mobilitas penduduk antar negara melalui travel internasional yang semakin mudah. 4. Meningkatnya impor-ekspor berbagai jenis produk makanan dan hewan antar negara. 5. Perubahan dan perkembangan pada proses pengolahan bahan makanan serta pendistribusiannya keseluruh pelosok dunia. 6. Perubahan atau perkembangan dari kebiasaan hidup manusia (Human behaviour). 7. Meningkatnya perdagangan seks di berbagai Negara, bertambahnya Pekerja Seks Komersil, akan mempermudah meluasnya Penyakit Menular Seksual atau Sexual Transmitted Diseases (STD). 8. Perubahan lingkungan yang dilakukan manusia menyebabkan perubahan habitat dari makhluk hidup lain, termasuk hewan sebagai vektor penyakit dan mikroorganisme sebagai penyebab penyakit. 3 suasana konflik dan perpecahan yang menimbulkan perang. Perang terjadi dimana-mana dibelahan bumi ini, sepertinya tiada hari tanpa pertumpahan darah. Perang terjadi antar negara, antar agama, antar suku, antar golongan. Kematian manusia akibat korban perang masih belum berarti dibandingkan dengan kematian manusia yang tidak terlibat perang, tetapi harus mengungsi menghindari konflik yang terjadi dan terpaksa mendiami kamp-kamp pengungsi dengan kepadatan tinggi dan sanitasi yang jelek, dan akhirnya menimbulkan problema kesehatan, terutama penyakit infeksi menular. Negara-negara yang kuat dengan mudahnya menyerang negara yang lemah dengan senjata yang canggih dan ancaman senjata nuklir yang menghancurkan kehidupan. Ancaman yang lebih mengerikan dari senjata nuklir adalah senjata biologi (Biological Weapon) yang telah mulai diteliti di Amerika sejak berkecamuknnya Perang Dunia II (1943-1944) dengan menggunakan bakteri : Burkholderia mallei yang menyebabkan penyakit Melioidosis yang mematikan, meskipun belum sempat digunakan.11,12 Senjata biologi yang berupa kuman penyakit ini kalau digunakan oleh manusia untuk menyerang seterunya, akan menimbulkan malapetaka besar bagi umat manusia. Pada tahun 1979, secara tidak sengaja, spora dari Bacillus anthracis yang menyebabkan penyakit Anthrax yang disimpan di Sverdiosh, Rusia untuk senjata biologi ter "lepas" keluar dan menimbulkan wabah. Ancaman serangan senjata biologi terakhir cukup mencemaskan negara Amerika pada tahun 2001 yang dilancarkan oleh terorisme, ketika diketahui tepung yang berisi spora Anthrax didalam amplop surat yang dikirim oleh orang tak dikenal melalui mailling system. Satu gram tepung tersebut mengandung seikitarn 100 triliun spora anthrax.13. Spora anthrax ini, bila disebarkan melalui udara dan terhirup oleh orang yang sehat, maka dalam waktu kurang dari satu minggu akan menyebabkan kerusakan yang berat pada paru dan perdarahan dan akhirnya kematian. Manajemen Emerging dan Reemerging Diseases :7 Manajemen terpadu dibutuhkan untuk penanganan penyakit infeksi menular, termasuk Emerging dan Reemerging Diseases disetiap negara. Pada prinsipnya manajemen mencakup : 1. Survaillance : Diperlukan survey kesehatan, tidak saja kesehatan masyarakat, tetapi juga kesehatan hewan, terutama hewan ternak yang lazim dikonsumsi masyarakat dan hewan piaraan yang dapat menularkan penyakit zoonosis. Dengan surveillance yang baik akan dapat menemukan kasus dini penyakit infeksi menular, sehingga penangannya dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah. Untuk ini mutlak dibutuhkan sarana Laboratorium diagnostik yang menunjang. Selanjutnya, terhadap kasus-kasus yang ditemukan dilakukan pengobatan yang tepat dan cepat dengan obat-obatan yang tersedia dengan baik dan cukup. Selanjutnya dilakukan pengamatan lingkungan dan behaviour untuk melakukan tindakan kontrol dan pencegahan. 4 3. Research : Dalam pelaksanaan program penanggulangan penyakit infeksi di masyarakat, peranan penelitian/research sangat penting artinya dalam mencari tahu setiap akar permasalahan yang dihadapai serta mencari solusi penyelesaiannya. Penelitian terhadap masyarakat tidak terbatas hanya pada penelitian bidang kesehatan, seperti aspek klinis, diagnostik, pengobatan, vaksin, ataupun biomedik, tetapi juga penting dilakukan penelitian aspek Antropologi, budaya, sosial, lingkungan, dan behaviour, yang kesemuanya ini mempunyai peranan dalam memahami epidemiologi penyakit menular. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat disusun langkah-langkah upaya pencegahan dan perencanaan tindakan selanjutnya. 4. Case Management : Mencakup diagnosa akurat dan pengobatan yang adekwat. Disini penting ketrampilan klinis dari petugas kesehatan yang menangani langsung kasus penyakit infeksi dan ketersediaan fasilitas penanganan kasus, terutama untuk kasus-kasus infeksi berat dengan komplikasi. Juga diperlukan sistim rujukan yang mudah dan segera. Dengan Case Management yang baik, akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. 4. Man Power : Mencakup kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia serta pembinaan displin. Dibutuhkan tenaga trampil dibidangnya yang mempunyai kemampuan dan kemauan dalam mensukseskan program penanggulangan penyakit infeksi di masyarakat. Untuk itu, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan terhadap personil yang bekerja di bidang penyakit infeksi. Dibutuhkan pengkaderan tenaga ahli secara kontinu, dengan mengirim personil yang terlibat di bidang penyakit tropik dan infeksi untuk belajar di sentrasentra yang lebih maju, baik di dalam negeri maupun luar negeri. 5. Prevention & Control : Ini dilaksanakan berdasarkan hasil surveillance dan research yang dilakukan. Kegiatan dilakukan secara sistematis dengan kebijaksanaan dan strategi yang baik dengan memanfaatkan teknologi baru yang tersedia. Dalam upaya Prevention & Control ini dilibatkan peran serta masyarakat serta perluasan informasi dan penyuluhan kesehatan serta promosi kesehatan melalui berbagai jenis mass media. Problema di Indonesia : Departemen Kesehatan Indonesia menilai program pemberantasan penyakit menular oleh jajaran kesehatan bersama dengan sektor terkait selama tahun 2001 masih belum optimal, sehingga menurut Menteri Kesehatan, ini perlu ditingkatkan pada tahun 2002. Berbagai penyakit infeksi di Indonesia yang menjadi prioritas adalah :14 1. Tuberkulosis 5 Yang pernah kita dengar antara lain, wabah Diare, Rabies, Anthrax, Campak, Leptospirosis, Demam Tifoid, Varicella, Influenza, dan Infeksi Cacing. Tahun 2002 telah ditetapkan sebagai tahun pemberantasan penyakit menular dan pemerintah akan mangangkat sekitar 66 ribu petugas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) yang akan bertugas disetiap desa/kelurahan guna membantu menurunkan jumlah penderita penyakit infeksi menular. Pada April tahun 2002 pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Kesehatan meluncurkan Gerakan Nasional Penanggulangan HIV/AIDS. Menurut Menkes, faktor penyebab tingginya prevalensi HIV/AIDS di Indonesia, antara lain karena kemiskinan, tingginya mobilitas pendududk, rendahnya tingkat pendidikan, perilaku tidak sehat, suburnya industri seks, kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pria yang berperilaku risiko tinggi, penggunaan bersama jarum suntik dikalangan pecandu narkotika, kurangnya akses pelayanan kesehatan, serta lemahnya aturan dan penegakan hukum.15 Meskipun pemerintah telah memiliki Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD), namun dirasakan kinerjanya masih kurang. Oleh karena itu penanggulangan HIV/AIDS ini harus mengajak semua pihak di masyarakat, termasuk swasta dan LSM. Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah, penderita HIV/AIDS di Indonesia mencapai 120.000 orang, meskipun angka ini bukan angka yang pasti.16. Mengenai penyakit Tuberkulosis (TB) yang masih tinggi di Indonesia, Menkes mengemukakan, jika semua provinsi dan kabupaten mempunyai rencana strategi penanggulangan tuberkulosis disertai dukungan dana, Indonesia akan keluar dari kelompok 22 negara dengan ebab berat penyakit TB pada tahun 2005. Indonesia dapat mencapai tingkat penemuan kasus TB menular lebih dari 70 persen dengan tingkat kesembuhan lebih dari 85%. Strategi ini dituangkan dalam Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas TB) dengan pembentukan Komite Nasional (Komnas) dan Komite Ahli (Komli). Masalah pertama yang dihadapi oleh Gerdunas adalah pelaksanaan desentralisasi, termasuk aloksi anggaran, masalah kedua, kaitan penderita TB dengan kemiskinan. Enam puluh persen penderita TB adalah miskin, bahkan sangat miskin.17 Program penanggulangan penyakit infeksi di Indonesia haruslah dilakukan dengan serius, jujur, terbuka, dan bebas dari korupsi. Data jumlah kasus haruslah yang akurat dan tidak di tutup-tutupi karena merasa malu atau merasa pemerintah daerah kurang berhasil bila jumlah kasus penyakit menular didaerahnya meningkat. Di masa Orde Baru hal ini acapkali dialami oleh petugas kesehatan di lapangan. Angka-angka dibuat dan direkayasa sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sudah saatnya kita menyampaikan apa adanya tentang kasus penyakit menular di Indonesia, agar perencanaan manajemennya tepat dan terarah. Untuk itu dibutuhkan sistim pencatatan dan pelaporan yang sistematis serta sarana diagnostik yang akurat, dan kolaborasi yang baik antar disiplin ilmu kedokteran yang terkait. Untuk ini dirasa perlu dibentuk semacam Pusat Pelayanan Penyakit Tropik dan Infeksi di setiap provinsi yang dapat berlokasi di Rumah Sakit Rujukan Pemerintah. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan yang luas, mempunyai problem kesehatan yang berbeda disetiap daerah/provinsi, sehingga 6 “ledakan” penyakit infeksi yang tentunya akan menelan banyak korban serta membutuhkan lebih banyak dana. Program Departemen Kesehatan Republik Indonesia sejak dahulu sudah cukup baik, karena disusun oleh para pakar dibidangnya. Namun dalam pelaksanaan di lapangan banyak ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat dirasakan oleh setiap tenaga kesehatan yang bertugas, walau acapkali sulit dibuktikan. Seluruh jajaran Depkes harus mulai bekerja dengan penuh pengabdian yang sesunguhnya agar bangsa kita tidak lebih jauh ketinggalan dalam segala hal di bidang penanggulangan penyakit infeksi dari negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia, Thailand, dan lainnya. Kepada masyarakat diharapkan turut berperan aktif dalam upaya pencegahan penyakit, penyuluhan kesehatan, kebersihan diri dan lingkungan, dan tidak hanya dapat menyalahkan pihak pemerintah dan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penutup : Issue terbaru saat ini yang mendapat perhatian luas oleh para pakar kesehatan diseluruh dunia adalah : Emerging & Reemerging Infectious Diseases. Penyakit infeksi menular sampai saat ini masih tetap menjadi masalah kesehatan nasional maupun internasional, bahkan cenderung menimbulkan problema baru dalam hal kuman penyebab, patogenesis penyakit, dan pengendaliannya. Hal ini memerlukan kerjasama interdisiplin baik di bidang kesehatan maupun teknologi, serta perlu mendapatkan dukungan yang kuat dari infra struktur. Bahkan diperlukan net working antar daerah/wilayah dimana untuk negara Indonesia, masing-masing daerah/wilayah berbeda pola penyakit infeksi dan mikro-organisme penyebab dan vektornya. Juga sangat dibutuhkan International link untuk teknologi biomolekuler yang sangat penting dalam segi diagnostik, patogenensis, maupun pengobatan. Disamping itu juga, data dan sistim pelaporan yang akurat dan cepat mutlak diperlukan. ========== 7 York, 2001, 203 - 19. 6. Zavaski, DM , Gerberding, JL , Sande, MA : Patients with AIDS, In : Wilson, WR , Sande, MA , Draw, WL, et al (Eds) : Current Diagnosis & Treatment in Infectious Diseases, Lange Medical Books/McGraw-Hill, Medical Publishing Division, New York, 2001, 315 - 27. 7. Kingnate, D : Epidemiology of Emerging and Reemerging Infectious Diseases, DTM&H Course Lecture, 2002, Faculty of Tropical Medicine, Bangkok, Thailand. 8. Drasar, BS : Cholera, In : Cox, FEG (Ed) : The Well come Trust Illustrated History of Tropical Diseases, The Well come Trust, London, 1996, 13 - 23. 9. Geografical Distribution of Arthropod-borne Diseases and Their Principal Vector, WHO, Vector Biology and Control Division, 1989. 10. Penyakit Tropis, http://satumed,com/index.html/pria/60/0.2598.0/ 11. DBMD - Melioidosis (Burkholderia pseudomallei) - General Information, http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/melioidosis_g.htm 12. Dance, DAB , White, NJ : Meiloidosis, In : Cox, FEG (Ed) : The Well come Trust : Illustrated History of Tropical Diseases, The Well come Trust, London, 1996, 73 81 13. Anthrax as Biological Weapon, JAMA, 2002 ; 287 (17) : 2236 - 52. 14. Penyakit Menular Masih Perlu Penanganan, http://satumed.com/index.html/anekamedika/0.6304.0 15. Dicanangkan, Gerakan Nasional Penanggulangan HIV/AIDS, http://www.kompas.com/kesehatan/news/0204/24/0159.htm. 16. Pemerintah Bentuk Gerakan Nasional Penanggulangan AIDS, http://www.kompas.com/berita-terbaru/0203/28/headline/018.htm. 17. Perlu Strategi Tanggulangi Tuberkulosis, Kompas, Sabtu, 23 Maret 2002. ************* 8