BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Regenerasi jaringan merupakan upaya dasar dari tubuh untuk mengganti struktur jaringan yang rusak. Menurut Marie (2011), tulang memiliki kemampuan yang terbatas untuk melakukan self-repair dan regenerasi jaringannya, sehingga hal ini menjadi permasalahan dalam dunia kesehatan. Oleh karena itu, upaya regenerasi tulang melalui rekayasa jaringan merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan ketidaksempurnaan tulang seperti keretakan tulang ataupun lesi traumatik pasca bedah. Salah satu prinsip dasar rekayasa jaringan adalah menumbuhkan sel-sel tertentu secara in-vitro untuk membentuk jaringan atau organ yang dibutuhkan sebelum dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Untuk mencapai tujuan ini, sel-sel harus ditumbuhkan dalam suatu substrat berstruktur 3-dimensi (3-D), yang dikenal sebagai scaffold atau sistem perancah (Sachlos et al., 2003). Sistem perancah berperan fundamental dalam mendukung proliferasi dan diferensiasi sel. Adanya protein sistem perancah juga penting untuk memberikan lingkungan lokal yang menginduksi proliferasi dan diferensiasi sel punca (Ikada, 2006). Menurut Ikada (2006), matriks ekstraseluler baik yang buatan maupun dari bahan biologis diperlukan pada proses pembentukan jaringan baru. Dalam rekayasa jaringan, sistem perancah berperan sebagai komponen pengganti matriks ekstraseluler alamiah yang dirancang sebagai cetakan untuk mengarahkan 1 2 organisasi sel yang diperlukan pada pembentukan jaringan baru dan memberikan kontribusi yang sesuai untuk pertumbuhan 3-Dimensi. Selain itu, sistem perancah juga membantu penggabungan sel ke dalam tubuh dan melindungi sel dari respon imunologis penerima sel. Menurut Frescaline et al. (2012), potensi osteogenik sel punca mesenkim saat ini telah banyak dieksplorasi untuk aplikasi regenerasi tulang. Namun demikian, uji klinis implantasi sel punca mesenkim pada manusia masih menjumpai beberapa hambatan dan sangat tergantung dari jumlah sel punca mesenkim yang diimplantasikan. Oleh karena itu strategi rekayasa jaringan perlu terus dieksplorasi terutama dalam hal pengembangan desain sistem perancah yang mampu menyerupai struktur mikro-lingkungan matriks esktraseluler yang diharapkan dapat mendukung ketahanan, proliferasi dan diferensiasi sel punca mesenkim dengan efisien . Pada upaya pembuatan implant tulang yang dapat ditoleransi tubuh manusia, perancah sintetik non freeze-drying CHA-gelatin telah difabrikasi oleh tim rekayasa jaringan, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pengaruh sistem perancah berbahan sintetik CHA-gelatin sheet pada pertumbuhan dan diferensiasi osteogenik sel punca mesenkim. Selain itu perlu juga diteliti pengaruh variasi kombinasi CHA-gelatin sheet pada efektivitas diferensiasi osteogenik. Pada penelitian ini sel punca mesenkim dari tali pusat bayi digunakan sebagai sel progenitor karena mudah didapatkan dan merupakan salah satu sumber terkaya sel punca mesenkim. 3 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dikemukan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah sistem perancah CHA-gelatin sheet mampu menginduksi proliferasi sel punca mesenkim dari tali pusat bayi? 2. Apakah sistem perancah CHA-gelatin sheet mampu meningkatkan kemampuan diferensiasi osteogenik sel punca mesenkim dari tali pusat bayi? 1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh sistem perancah CHA-gelatin sheet dalam menginduksi proliferasi sel punca mesenkim tali pusat bayi. 2. Mengetahui pengaruh sistem perancah CHA-gelatin dalam meningkatkan kemampuan diferensiasi osteogenik sel punca mesenkim dari tali pusat bayi. 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh sistem perancah CHA-gelatin sheet pada proliferasi dan diferensiasi sel punca mesenkim ke arah diferensiasi osteogenik. Informasi ini akan bermanfaat dalam pengembangan rekayasa jaringan untuk pembentukan implan tulang.