PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA NANI BARORAH NASUTION Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreativitas pada 88 mahasiswa. Teori kemampuan berpikir kritis dari Facione (1995), kreativitas dari Guilford (1967) serta metode pembelajaran dari Silberman (2006) digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Metode pembelajaran dibagi atas metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran aktif yang terdiri dari teknik pause procedure,short writes dan think pair share (Weltman, 2007). Data diperoleh dengan mengunakan Skala Kemampuan Berpikir Kritis dan Alat Ukur Kreativitas Verbal oleh Munandar (1999). Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis varians campuran. Hasil penelitian menujukkan metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Metode pembelajaran aktif juga dapat mengembangkan kreativitas Kata kunci : Metode pembelajaran, Kemampuan berpikir kritis, Kreativitas PENDAHULUAN Latar Belakang Instutusi pendidikan di Indonesia pada umumnya menggunakan metode pembelajaran konevensional dan aktif dalam proses pembelajaran. Banyak anggapan bahwa metode konvensional dianggap kurang mampu mengakomodasi kebutuhan siswa, hal ini kemudian mengarahkan siswa menjadi kurang bersemangat dalam belajar. Hal tersebut juga dipicu oleh perkembangan ilmu yang sangat pesat, sementara muatan pendidikan tidak berubah (McCombs & Whisler, 1997). Namun paradigma konvensional yang menggunakan metode teacher based learning diakui oleh beberapa pendidik memiliki beberapa keuntungan, seperti menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang lebih singkat, namun metode ini mengarahkan siswa menjadi pasif selama proses belajar (Benjamin, dalam Perry dkk, 1996). Metode belajar dengan menggunakan metode ceramah konvensional masih mendominasi metode belajar diinstitusi pendidikan contohnya pada sekolah bisnis (Alsop dkk dalam Weltman, 2007). Namun pengukuran pada metode belajar konvensional ini menunjukkan pentingnya peningkatan dalam metode yang telah menjadi tradisi dalam sistem pendidikan (Bonwell dalam Weltman, 2007). Meningkatnya persaingan dan tuntutan global menyebabkan meningkatnya harapan mahasiswa terhadap proses belajar yang lebih baik. Mahasiswa juga mengharapkan proses kegiatan belajar aktif yang dapat memberikan pengalaman dan keterlibatan di 12 dalam kelas (O’brien dalam Weltman, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Qualters (2001) yang menguji respon mahasiswa ketika menggunakan metode belajar aktif menunjukkan hasil yang positif. Penelitian ini mengindikasikan bahwa mahasiswa merasa pembelajaran aktif sangat bermanfaat bagi diri dan dapat membantu meningkatkan lingkungan belajar mereka. Mahasiswa juga merasa melalui metode ini mereka lebih mampu mempelajari materi dan mampu memecahkan masalah dengan teman. Selain itu metode ini juga membantu hubungan yang lebih dekat dengan pendidik yang tidak hanya menerima diskusi didalam kelas maupun di luar kelas Mengembangkan siswa yang dapat berpikir kritis secara independen mengenai permasalahan akademis dan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya merupakan tujuan utama dari sistem pendidikan dan penciptaan warga negara yang lebih baik. Konsekwensinya banyak institusi pendidikan yang berusaha untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis ini pada mahasiswanya (Tsui, 1999). Namun pada kenyataannya kemampuan berpikir kritis ini bukan menjadi prioritas dalam pendidikan di perguruan tinggi. Kebanyakan perguruan tinggi hahnya memfokuskan pada bagiamana cara meningkatkan kemampuan akdemis mahasiswa, tapi kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiwa. Pendapat diatas didukung oleh hasil tracer study yang dilakukan terhadap lulusan Fakultas Psikologi UGM menunjukkan bahwa lulusan Fakultas Psikologi UGM memiliki kemampuan intelektual yang baik, sebaliknya kelemahan lulusan Fakultas Psikologi UGM adalah keterampilan berpikir kritis dan implementasi pemikiran-pemikiran lintas disiplin yang kurang luas (Afiatin, 2006). Guru memiliki peranan penting dalam membantu siswa untuk dapat meningkatkan pemahaman mereka, pengetahuan, kegiatan, kemampuan memecahkan masalah, observasi dan kegiatan pembelajaran lainnya. Mengajarkan hal yang sifatnya umum tidak efisien dalam menyiapkan siswa untuk menghadapi masa depan mereka. Proses berpikir harus disiapkan di sekolah dengan cara meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, belajar cara belajar, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Selvi, 2007). Astin (dkk dalam Perry dkk, 1996) menyatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan metode yang melibatkan siswanya dalam proses menggali dan kreatif. Kemampuan berpikir kritis dan kreativitas merupakan aspek penting yang perlu ditingkatkan, oleh karena itu berpikir kritis dan kreativitas perlu dikembangkan dan dibentuk pada tiap individu. Salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas pada mahasiswa ini dengan menggunakan metode belajar 13 yang tepat yang dapat merangsang kemampuan tersebut. Metode pembelajaran yang umum yang digunakan pada level universitas yaitu dengan menggunakan metode belajar konvensional dan pembelajaran aktif. Tujuan Penelitian Dan Manfaat penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreativitas pada mahasiswa. Manfaat dari penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pengetahuan untuk pengembangan psikologi, khususnya psikologi pendidikan terutama mengenai metode pembelajaran sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas pada mahasiswa. 2. Manfaat praktis melalui penelitian ini yaitu mahasiswa mengetahui bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreativitas dapat dikembangkan melalui metode pembelajaran yang tepat. Bagi institusi pendidikan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu informasi untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswanya. TINJAUAN PUSTAKA Kemampuan Berpikir Kritis Definisi berpikir kritis dikembangkan oleh American Philosophical Association Delphi yang melibatkan 46 ahli dalam bidang ini, termasuk Ennis, Facione dan Paul yang merumuskan berpikir kritis melibatkan tujuan, penilaian dengan menggunakan regulasi diri yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan yang disertai dengan fakta, konsep, metode, kriteria, dan pertimbangan situasi dalam melakukan penilaian. Pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki sumber informasi yang tepat, memiliki alasan yang dapat dipercaya, terbuka terhadap hal baru, fleksibel dalam evaluasi, jujur ketika menghadapi bias dari orang lain, bijaksana dalam mengambil keputusan dan memiliki kemauan untuk mempertimbangkannya lagi serta konsisten dalam mencapai hasil yang sesuai dengan permasalahan dan situasi yang terjadi ( dalam Abrami dkk, 2008). Facione (dalam Facione dkk, 1995) menyatakan tujuh dimensi berpikir kritis yaitu keingintahuan, memiliki pola pikir yang terbuka, sistematis, analisis, mencari kebenaran, kepercayaan diri dalam berpikir kritis dan kematangan. Tujuh dimensi ini kemudian disusun menjadi The California Critical Thinking Disposition Inventory (CCTDI). Ketujuh dimensi ini lebih terdiri dari keingintahuan, memiliki pola pikir yang terbuka, sistematis, 14 analisis, mencari kebenaran, kepercayaan diri dalam berpikir kritis dan kematangan B. Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan menghasilkan suatu pekerjaan atau hasil karya yang baru dan bermanfaat. Selain itu, kreativitas juga menjadi topik yang penting untuk membedakan individu dalam level sosialnya dalam penyelesaian suatu tugas. Namun demikian, semua ahli yang mendalami kreativitas sependapat bahwa novelty merupakan komponen utama dalam kreativitas (Matlin, 1998). Novelty merupakan keaslian dan ide yang benar-benar baru serta merupakan penggabungan dari dua hal ataupun dua pemikiran atau lebih. Selain itu, kreativitas tidak hanya dilihat dalam bentuk produk, namun dapat berupa proses. Jika berkaitan dengan produk, maka kreativitas haruslah menghasilkan manfaat atau kegunaan. Sedangkan kreativitas yang berupa proses, maka kreativitas dapat dilihat melalui penggunaannya sebagai alat untuk memecahkan masalah (Weisberg, 2006). Kreativitas didefinisikan sebagai aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru dan berguna atau new ideas and useful (Halpern, 1996). Definisi ini mengandung dua hal penting bagi kriteria kreativitas. Pertama, suatu gagasan dikatakan kreatif apabila memiliki kriteria baru di dalam beberapa aspeknya. Kriteria baru dapat mencakup dua perspektif: psikologis dan budaya (Anderson, 1980). Menurut perspektif psikologis, suatu gagasan dapat dikatakan baru atau orisinal apabila pemikir sendiri belum pernah menghasilkan gagasan itu, meski ditempat lain mungkin orang lain telah menghasilkan gagasan serupa, namun hal ini terjadi secara kebetulan. Sementara itu, menurut perspektif budaya, sesuatu gagasan dianggap baru atau orisinal, jika gagasan itu belum pernah dijumpai di lingkungan budaya masyarakat. Aspek-aspek kreativitas menurut Munandar (1999) dijabarkan dalam ciri-ciri kognitif (aptitude) dan ciri-ciri afektif. Ciriciri kognitif dalam kreativitas meliputi: 1. Fluency of thinking atau kelancaran berpikir, yaitu banyaknya ide yang keluar dari pemikiran seseorang. 2. Flexibility atau keluwesan, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan untuk mengatasi persoalan. 3. Elaboration yaitu keterincian, kemampuan mengembangkan gagasan dan menguraikannya secara rinci atau mendetail. 4. Originality atau keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli Konsep ini sejalan dengan konsep yang diajukan oleh Guilford (1967), kepribadian kreatif meliputi dimensi kognitif dan dimensi non kognitif. Dalam dimensi kognitif terdapat empat ciri berfikir kreatif, yaitu orisinalitas, fleksibilitas, fluency dan elaborasi. Dimensi non 15 kognitif meliputi minat, motivasi, dan sikap yang mendukung terwujudnya kreativitas, yaitu daya imajinasi yang kuat, rasa ingin tahu yang tinggi, benar dalam berpikir dan tidak mudah putus asa. C. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan teknik atau cara yang digunakan oleh dosen atau guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dosen menyampaikan pengetahuan dengan menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang bervariasi. Silberman menyebutkan ada dua metode atau streategi dalam pembelajaran yaitu metode pembelajaran aktif dan pembelajaran pasif. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika pesera didik pasif, atau hanya menerima dari dosen, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah dipelajari (Silberman, 2006). Salah satu strategi dari pembelajaran aktif lain yaitu penulisan jurnal yang terkait dengan materi yang dipelajari. Strategi jurnal reflektif melatih dan menguji kemampuan individu yang melibatkan kemampuan melihat kembali apa yang terjadi selama proses belajar dan kemudian menuliskan kembali hasil dari proses belajar yang telah diikuti mahasiswa (Pinkstaff dalam Blake, 2005). Blake (2005) menerangkan beberapa manfaat dengan penulisan reflektif jurnal yaitu siswa mampun menemukan makna, membentuk hubungan antara pengalaman dan proses belajar, meningkatkan kemampuan menulis melalui interaksi yang dilakukan siswa dan guru, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan afeksi. Weltman (2008) dalam penelitiannya menggunakan tiga metode dari pembelajaran aktif, metode tersebut yaitu: 1. Pause Procedure. Metode ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memikirkan sejenak dan kemudian mengungkapkan apa yang dipikirkan dan pengetahuan yang dimiliki mahasiwa mengenai materi yang sedang dipelajari 2. Short writes. Metode ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengambil waktu sekitar 3 sampai lima menit untuk menulis kesimpulan dari hasil presentasi yang dibawakan oleh kelompok presenter mengenai materi perkuliahan 3. Think-pair-share. Pada metode ini mahasiswa diberikan pertanyaan oleh dosen, kemudian mahasiswa mendiskusikan pertanyaan tersebut dengan teman kelompok. Hasil diskusi kemudian dibagi dengan teman yang lain dalam format diskusi dalam kelas 16 D. Hipotesis 1. Metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa 2. Metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kreativitas pada mahasiswa. METODE Variabel yang dilibatkan dalam penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu metode pembelajaran dan variabel tergantung yaitu kemampuan berpikir kritis dan kreativitas. Populasi dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa. Subjek dalam penelitian diambil dengan menggunakan random sampling. Subjek penelitian sebanyak 88 mahasiswa yang dipilih secara random dari 220 mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah Psikologi Pendidikan di FIP UNIMED. Selanjutnya 88 mahasiswa tersebut dibagi atas dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 44 orang mahasiswa. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol yang mendapat perlakuan metode pembelajaran konvensional dan kelompok kedua yaitu kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran aktif. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan alat ukur kreativitas untuk mengukur kreativitas verbal pada mahasiswa. Skala kemampuan berpikir kritis ini menggunakan model skala Likert. Jumlah aitem pada skala berpikir kritis 28 aitem, terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu: (1) sangat sesuai, (2) sesuai (3) netral dan (4) tidak sesuai dan (5) sangat tidak sesuai . Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) dan unfavourabel (tidak mendukung). Alat yang digunakan untuk mengukur kreativitas ialah tes kreativitas verbal dari Munandar (1999) Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen melibatkan paling sedikit satu perlakuan, mengukur hasil perlakuan pada subjek penelitian dan penempatan dan beberapa perbandingan perubahan yang diakibatkan oleh pemberian perlakuan pada subjek perlakuan (Cook dan Campbell, 1979). Penelitian ini menggunakan menggunakan Control-Group Pretest-Posttest Design. Data dalam penelitian ini akan dianalisa dengan analisa statistik kuantitatif, yang dapat bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif dan universal (Hadi, 2000). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah varian campuran (mix-design) yang dilakukan dengan bantuan Program SPSS 16.0 for Windows. Sebelum dilakukan analisis data, untuk menguji hipotesa terlebih dahulu 17 dilakukan uji homogenitas. asumsi yaitu uji konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis. Nilai kemampuan berpikir kritis pada kelompok kontrol yang mendapatkan perlakuan metode HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji pembelajaran konvensional pada interaksi antara metode pembelajaran pretest sebesar 78,955 dan pada dengan faktor menunjukkan terdapat posttest sebesar 79,591. Kedua nilai interaksi antara metode pembelajaran mean tersebut masih berada dalam dengan faktor maka dapat dilakukan range lower bound dan upper bound analisis berikutnya untuk menjawab pada masing-masing kelompok, hipotesa mayor dalam penelitian ini. sehingga tidak ada pengaruh metode Hipotesa dalam penelitian ini yaitu “ pembelajaran konvensional terhadap Metode pembelajaran aktif dapat kemampuan berpikir kritis. Metode mengembangkan kemampuan pembelajaran aktif dapat berpikir kritis pada mahasiswa”. mengembangkan kemampuan Berdasarkan tabel interaksi berpikir kritis. Nilai kemampuan antara metode pembelajaran dan berpikir kritis kelompok eksperimen faktor dapat disimpulkan bahwa pada pretest sebesar 77,091 dan pada kedua kelompok baik kelompok posttest sebesar 89,659. Nilai mean kontrol maupun eksperimen setara. pada posttest kelompok eksperimen Hal ini dapat dilihat dari nilai pretest berada diatas range lower bound dan pada masing-masing kelompok yang upper bound nilai pretest pada masih masuk dalam range lower kelompok eksperimen, sehingga bound dan upper bound masingdapat disimpulkan metode masing kelompok. Berdasarkan tabel pembelajaran aktif dapat juga dapat disimpulkan tidak ada mengembangkan kemampuan pengaruh metode pembelajaran berpikir kritis Tabel . 1 Interaksi Metode Pembelajaran terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pretest dan Posttest 4. metode pembelajaran * factor1 Measure:MEASURE_1 95% Confidence Interval metode pembelajaran factor 1 Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound metode pembelajaran konvensional 1 78.955 1.322 76.327 81.582 2 79.591 1.259 77.088 82.094 metode pembelajaran aktif 1 77.091 1.322 74.464 79.718 2 89.659 1.259 87.156 92.162 18 Berdasarkan hasil uji interasi antara metode pembelajaran dengan faktor menunjukkan terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan faktor maka dapat dilakukan analisis berikutnya untuk menjawab hipotesa mayor dalam penelitian ini. Hipotesa dalam penelitian ini yaitu “ Metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kreativitas pada mahasiswa” Berdasarkan tabel interaksi antara metode pembelajaran dan faktor dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok baik kelompok kontrol maupun eksperimen setara. Hal ini dapat dilihat dari nilai pretest pada masing-masing kelompok yang masih masuk dalam range lower bound dan upper bound masingmasing kelompok. Metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Nilai kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen pada pretest sebesar 127,909 dan pada posttest sebesar 144,750. Nilai mean pada posttest kelompok eksperimen berada diatas range lower bound dan upper bound pada masing-masing kelompok, sehingga dapat disimpulkan metode pembelajaran atif dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Tabel 2. Interaksi Metode Pembelajaran terhadap Kreativitas pada Pretest dan Posttest 4. metpen * factor1 Measure:MEASURE_1 95% Confidence Interval factor 1 Mean metode pembelajaran konvensional 1 131.591 1.872 127.870 135.312 2 136.159 2.403 131.383 140.935 metode pembelajaran aktif 1 127.909 1.872 124.188 131.630 2 144.750 2.403 139.974 149.526 Metpen Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa hipotesis pertama penelitian diterima Nilai kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen pada pretest sebesar 77,091 dan pada posttest sebesar 89,659. Nilai mean pada posttest kelompok eksperimen berada diatas range lower bound dan upper bound Std. Error Lower Bound Upper Bound nilai pretest pada kelompok eksperimen, sehingga dapat disimpulkan metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa. Metode pembelajaran aktif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pause procedure, short writes dan 19 think pair share. Nilai partial etasquared menunjukkan sumbangan efektif dari metode pembelajaran yaitu sebesar 35.3% sementara 64.7 % lagi dipengaruhi oleh faktorfaktor lain seperti karekteristik individu, gaya belajar, lingkungan dan lain-lain Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Sivan dkk (2000). Penelitian oleh Sivan menunjukkan bahwa pembelajaran aktif memberikan kontribusi terhadap perkembangan kemampuan belajar individu dan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan. Pembelajaran aktif juga membantu menyusun kurikulum pembelajaran yang menarik dan menyiapkan siswa untuk karir masa depan mereka. Aktivitas dalam pembelajaran aktif memiliki pengaruh pada kualitas belajar siswa dengan mempertajam cara siswa belajar dan menyatukan tujuan akhir dari suatu proses belajar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa berbagai bentuk dari pembelajaran aktif akan memiiliki kontibusi kepada perkembangan kualitas dari kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Melalui kegiatan pembelajaran ini, siswa menemukan informasi yang berguna bagi diri mereka dan menjadi self-managed learners. Hasil analisa data menunjukkan bahwa hipotesa penelitian diterima. Nilai kreativitas kelompok eksperimen pada pretest sebesar 127,909 dan pada posttest sebesar 144,750. Nilai mean pada posttest kelompok eksperimen berada diatas range lower bound dan upper bound pada masing-masing kelompok, sehingga dapat disimpulkan metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kreativitas. Metode pembelajaran aktif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pause procedure, short writes dan think pair share. Sumbangan efektif interaksi metode pembelajaran terhadap kemampuan kreativitas sebesar 12 %. Sementara 78% dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat pendidikan, intelegensi, budaya dan lain sebagainya. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik sejumlah kesimpulan, sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran aktif maupun metode pembelajaran konvensional mengalami kenaikan nilai mean pada kemampuan berpikir kritis. Namun metode pembelajaran aktif yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Sumbangan efektif metode pembelajaran aktif yang terdiri dari teknik pause procedure, short wites dan think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis sebesar 35.3%, sementar 64,7% lagi dipengaruhi faktor20 faktor lain seperti karakteristik individu, lingkungan, gaya belajar dan lain-lain 2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran aktif maupun metode pembelajaran konvensional mengalami kenaikan nilai mean. Berdasarkan hasil analisis data metode pembelajaran aktif dapat mengembangkan kreativitas pada mahasiswa. Sumbangan efektif metode pembelajaran aktif yang terdiri dari pause procedure, short writes dan think pair share dalam mengembangkan kreativitas sebesar 12%, sementara 78% dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat pendidikan, intelegensi, budaya dan lain sebagainya yang juga ikut mempengaruhi kreativitas individu B. Saran Pada bagian ini peneliti ingin mengajukan sejumlah saran sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. Adapun saran yang akan peneliti tujukan kepada institusi pendidikan, mahasiswa dan pengembangan penelitian selanjutnya yaitu: 1. Institusi Pendidikan : Institusi pendidikan harus memperhatikan bahwa metode pembelajaran memiliki pengaruh terhadap pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas pada mahasiswa. Oleh karena itu, institusi pendidikan dan pendidik diharapakan dapat menyusun strategi yang tepat dalam menyampaikan informasi dan materi kepada mahasiswa, sehingga materi tidak cepat dilupakan namun dapat terinternalisasi dan diaplikasikan oleh mahasiswa. Beberapa teknik dari pembelajaran aktif dapat diaplikasikan dalam proses belajar yang dapat mendorong kemampuan mahasiswa. 2. Mahasiswa : Metode pembelajaran yang ada pada saat ini sangat bervariasi. Metode pembelajaran pada umumnya disesuaikan dengan materi yang ingin diketahui oleh mahasiswa. Pengenalan akan variasi metode pembelajaran akan memberikan masukan yang berarti bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat menyesuaikan dengan jenis informasi yang diinginkan. 3. Penelitian Selanjutnya : Kemampuan berpikir kritis dipengaruhi oleh banyak faktor lain contohnya usia, tingkat intelegensi, gaya belajar, tingkat ekonomi, motivasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan penelitian ini 21 dapat memfokuskan pada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis RUJUKAN Abrami. C P, Bernard M R, Borokhovski. E, Wade, A, Surkes M A, Tamim. R & Zhang D. (2008). Instructional Interventions Affecting Critical Thinking Skills. Review of Educational Research; 78 (4), 1102-1134 Afiatin, T. (2006). Aktivitas 3 Penajaman Relevansi Akademik Melalui Penelitian Dan Publikasi yang Berbasis Kebutuhan Komunitas. http:// artikel.php.htm (diakses pada 25 April 2009) Anderson, B . F. (1980). The Complete Thinker: A Handbook of Techniques for Creative and Critical Problem Solving. New Jersey: Prentice – Hall, Inction Anderson. (2006). Learner-centered Teaching and Education at USC: A Resource forFaculty.http://www.usc.edu/ academe/acsen/documents/LC_ Resource_final1.pdf (diakses pada 25 April 2009) Blake, T K.(2005). Journaling; An Active Learning Technique. International Journal of Nursing Education Scholarship, 2 (1), 1-13. Cannon (2000). Student Centered Learning. http://www. jvmeonline.org/cgi/content/ab stract/29/2/015. (diakses pada 4 april 2009) Cook, T. D., & Campbell, D. T. (1979). Quasi-experimentation design & analysis issues for field setting. New York : Houghton Mifflin Company Facione. P, Giancarlo. AC. Facione. CN & Gainen J.(1995). The Disposition Toward Critical Thinking. Journal of General Education, 44, (1). 1-25. Gavalcova T. (2008). On strategies contributing to active Learning. Journal of Teaching Mathematics And Its Applications, 27 ( 3), 116122. Guilford, J.P. (1967). The Nature of Human Intelligence. New York: McGraw-Hill. Hadi. S. (2000) Metodologi Research I-IV. Yogyakarta: Andi Halpern, D.F. (1996). Thought and Knowledge: An Introduction to Critical Thinking (3 rd ed) : Cognitive mechanisms underlying the creative process. New York: ACM Press. 22 Ingleton. (2000). Leap Into Student Centered Learning. http://www.adeleide.edu.au/clp d/resources/leapinto/StudentCe nteredLearning.pdf.(diakses 26 April 2009) Matlin, M.W. (1998.) Cognition. 4th edition. Texas: Harcourt Brace and Company McCombs, B.L. & Whisler, J.S. (1997). The LearnerCentered Classroom and School. Strategies for Increasing Student Motivation and Achievement. San Fransisco: Jossey-Bass A Willey Company. McCown.R, Marcy, D & Geiger, P. (1996). Educational Psychology: A LearningCentered to Classroom Practice. Boston: Allyn & Bacon O’Neill. G & McMohan T. (2005). Student Centered Learning : What Does it Means for students and Lectures. http://www.aishe.org/readings/ 2005-1/oneill -mcmohanTues_19th_Oct_SCL.pdf (diakses 26 April 2009) Perry. W C, Hass T W, McAuliff. B.D, & Galas, JM. (1996). AnActive Learning Approach To Teaching Undergraduate Psychology and Law Courses. Journal Of Teaching Psychology, 3 (2), 76-81 Prawesti. (2005). Budaya Berpikir Kritis Masyarakat Indonesia. http://kangbudhi. wordpress/ 2005/10/28/budaya-berpikirkritis-masyarakat-indonesia. (diakses pada 3 Maret 2009) Qualters, D. (2001). Do Student Want to be Active. Journal of Scholarship of Teaching and Learning (JoSoTL), 2 (1), 5160. Reid, A & Solomonides. (2007). Design Student Experience of Engagement and Creativity. Journal Of Art, Design & Communication in Higher Education, 6 (1), 27-39. Selvi, K. (2007). Learning and Creativity. A-T. Tymieniecka (ed.), Analecta Husserliana XCIII, 351–369. Silberman, M. (2006). Active learning: 101 Strategi pembelajaran aktif, (diterjemahkan oleh Sarjuli, dkk). Yogyakarta : Yappendis. Sivan, A., Wong Leung, R. & Woon, C. (2000). An Implementation of Active Learning and its Effect on the Quality of Student Learning. Innovations 23 in Education and Training International, 37(4), 381-389. Syah, M (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Learning Methods: An Empirical Investigation Utilizing A Linear Mixed Model. Disertasi. Publikasi. Texas: The University of Texas at Arlington in Partial Fulfillment Weltman. D. (2007). A Comparision Of Traditional And Active 24