PENDAHULUAN Latar Belakang Instutusi pendidikan di Indonesia

advertisement
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA
NANI BARORAH NASUTION
Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kritis dan kreativitas pada 88 mahasiswa. Teori kemampuan berpikir
kritis dari Facione (1995), kreativitas dari Guilford (1967) serta metode pembelajaran dari
Silberman (2006) digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Metode pembelajaran
dibagi atas metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran aktif yang
terdiri dari teknik pause procedure,short writes dan think pair share (Weltman, 2007).
Data diperoleh dengan mengunakan Skala Kemampuan Berpikir Kritis dan Alat Ukur
Kreativitas Verbal oleh Munandar (1999). Data yang terkumpul kemudian dianalisa
dengan menggunakan analisis varians campuran. Hasil penelitian menujukkan metode
pembelajaran aktif dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Metode
pembelajaran aktif juga dapat mengembangkan kreativitas
Kata kunci
: Metode pembelajaran, Kemampuan berpikir kritis, Kreativitas
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Instutusi
pendidikan
di
Indonesia
pada
umumnya
menggunakan metode pembelajaran
konevensional dan aktif dalam
proses
pembelajaran.
Banyak
anggapan
bahwa
metode
konvensional
dianggap
kurang
mampu mengakomodasi kebutuhan
siswa,
hal
ini
kemudian
mengarahkan siswa menjadi kurang
bersemangat dalam belajar. Hal
tersebut
juga
dipicu
oleh
perkembangan ilmu yang sangat
pesat, sementara muatan pendidikan
tidak berubah (McCombs & Whisler,
1997).
Namun
paradigma
konvensional yang menggunakan
metode teacher based learning
diakui oleh beberapa pendidik
memiliki beberapa keuntungan,
seperti menyampaikan informasi
yang banyak dalam waktu yang lebih
singkat,
namun
metode
ini
mengarahkan siswa menjadi pasif
selama proses belajar (Benjamin,
dalam Perry dkk, 1996).
Metode
belajar
dengan
menggunakan
metode
ceramah
konvensional masih mendominasi
metode belajar diinstitusi pendidikan
contohnya pada sekolah bisnis
(Alsop dkk dalam Weltman, 2007).
Namun pengukuran pada metode
belajar
konvensional
ini
menunjukkan
pentingnya
peningkatan dalam metode yang
telah menjadi tradisi dalam sistem
pendidikan
(Bonwell
dalam
Weltman, 2007). Meningkatnya
persaingan dan tuntutan global
menyebabkan meningkatnya harapan
mahasiswa terhadap proses belajar
yang lebih baik. Mahasiswa juga
mengharapkan
proses
kegiatan
belajar aktif yang dapat memberikan
pengalaman dan
keterlibatan di
12
dalam
kelas
(O’brien
dalam
Weltman, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh
Qualters (2001) yang menguji respon
mahasiswa ketika menggunakan
metode belajar aktif menunjukkan
hasil yang positif. Penelitian ini
mengindikasikan bahwa mahasiswa
merasa pembelajaran aktif sangat
bermanfaat bagi diri dan dapat
membantu meningkatkan lingkungan
belajar mereka. Mahasiswa juga
merasa melalui metode ini mereka
lebih mampu mempelajari materi dan
mampu
memecahkan
masalah
dengan teman. Selain itu metode ini
juga membantu hubungan yang lebih
dekat dengan pendidik yang tidak
hanya menerima diskusi didalam
kelas maupun di luar kelas
Mengembangkan siswa yang
dapat
berpikir
kritis
secara
independen mengenai permasalahan
akademis dan permasalahan yang
terjadi dalam kehidupan sebenarnya
merupakan tujuan utama dari sistem
pendidikan dan penciptaan warga
negara
yang
lebih
baik.
Konsekwensinya banyak institusi
pendidikan yang berusaha untuk
dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis ini pada mahasiswanya
(Tsui, 1999).
Namun pada kenyataannya
kemampuan berpikir kritis ini bukan
menjadi prioritas dalam pendidikan
di perguruan tinggi. Kebanyakan
perguruan
tinggi
hahnya
memfokuskan pada bagiamana cara
meningkatkan kemampuan akdemis
mahasiswa, tapi kurang mampu
mengembangkan
kemampuan
berpikir kritis mahasiwa. Pendapat
diatas didukung oleh hasil tracer
study yang dilakukan terhadap
lulusan Fakultas Psikologi UGM
menunjukkan
bahwa
lulusan
Fakultas Psikologi UGM memiliki
kemampuan intelektual yang baik,
sebaliknya
kelemahan
lulusan
Fakultas Psikologi UGM adalah
keterampilan berpikir kritis dan
implementasi pemikiran-pemikiran
lintas disiplin yang kurang luas
(Afiatin, 2006).
Guru memiliki peranan penting
dalam membantu siswa untuk dapat
meningkatkan pemahaman mereka,
pengetahuan, kegiatan, kemampuan
memecahkan masalah, observasi dan
kegiatan
pembelajaran
lainnya.
Mengajarkan hal
yang sifatnya
umum
tidak
efisien
dalam
menyiapkan siswa untuk menghadapi
masa depan mereka. Proses berpikir
harus disiapkan di sekolah dengan
cara meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah, belajar cara
belajar, berpikir kritis dan berpikir
kreatif (Selvi, 2007). Astin (dkk
dalam Perry dkk, 1996) menyatakan
bahwa pembelajaran aktif merupakan
metode yang melibatkan siswanya
dalam proses menggali dan kreatif.
Kemampuan berpikir kritis dan
kreativitas merupakan aspek penting
yang perlu ditingkatkan, oleh karena
itu berpikir kritis dan kreativitas
perlu dikembangkan dan dibentuk
pada tiap individu. Salah satu cara
yang digunakan dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan
kreativitas pada mahasiswa ini
dengan menggunakan metode belajar
13
yang tepat yang dapat merangsang
kemampuan
tersebut.
Metode
pembelajaran yang umum yang
digunakan pada level universitas
yaitu dengan menggunakan metode
belajar
konvensional
dan
pembelajaran aktif.
Tujuan Penelitian Dan Manfaat
penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh metode
pembelajaran terhadap kemampuan
berpikir kritis dan kreativitas pada
mahasiswa.
Manfaat dari penelitian yang
dilakukan yaitu :
1. Manfaat teoritis penelitian ini
diharapkan mampu memperkaya
pengetahuan
untuk
pengembangan
psikologi,
khususnya psikologi pendidikan
terutama mengenai metode
pembelajaran sebagai salah satu
cara
untuk
meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan
kreativitas pada mahasiswa.
2. Manfaat
praktis
melalui
penelitian ini yaitu mahasiswa
mengetahui bahwa kemampuan
berpikir kritis dan kreativitas
dapat dikembangkan melalui
metode pembelajaran yang
tepat. Bagi institusi pendidikan
penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu informasi
untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis dan kreativitas
yang
dimiliki
oleh
mahasiswanya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemampuan Berpikir Kritis
Definisi
berpikir
kritis
dikembangkan
oleh
American
Philosophical Association Delphi
yang melibatkan 46 ahli dalam
bidang ini, termasuk Ennis, Facione
dan Paul yang merumuskan berpikir
kritis melibatkan tujuan, penilaian
dengan menggunakan regulasi diri
yang menghasilkan interpretasi,
analisis, evaluasi, dan kesimpulan
yang disertai dengan fakta, konsep,
metode, kriteria, dan pertimbangan
situasi dalam melakukan penilaian.
Pemikir kritis yang ideal memiliki
rasa ingin tahu yang besar, memiliki
sumber informasi yang tepat,
memiliki
alasan
yang
dapat
dipercaya, terbuka terhadap hal baru,
fleksibel dalam evaluasi, jujur ketika
menghadapi bias dari orang lain,
bijaksana
dalam
mengambil
keputusan dan memiliki kemauan
untuk mempertimbangkannya lagi
serta konsisten dalam mencapai hasil
yang sesuai dengan permasalahan
dan situasi yang terjadi ( dalam
Abrami dkk, 2008).
Facione (dalam Facione dkk,
1995) menyatakan tujuh dimensi
berpikir kritis yaitu keingintahuan,
memiliki pola pikir yang terbuka,
sistematis,
analisis,
mencari
kebenaran, kepercayaan diri dalam
berpikir kritis dan kematangan.
Tujuh dimensi ini kemudian disusun
menjadi The California Critical
Thinking
Disposition
Inventory
(CCTDI). Ketujuh dimensi ini lebih
terdiri dari keingintahuan, memiliki
pola pikir yang terbuka, sistematis,
14
analisis,
mencari
kebenaran,
kepercayaan diri dalam berpikir
kritis dan kematangan
B. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan
menghasilkan suatu pekerjaan atau
hasil karya yang baru dan
bermanfaat. Selain itu, kreativitas
juga menjadi topik yang penting
untuk membedakan individu dalam
level sosialnya dalam penyelesaian
suatu tugas. Namun demikian, semua
ahli yang mendalami kreativitas
sependapat
bahwa
novelty
merupakan komponen utama dalam
kreativitas (Matlin, 1998). Novelty
merupakan keaslian dan ide yang
benar-benar baru serta merupakan
penggabungan dari dua hal ataupun
dua pemikiran atau lebih. Selain itu,
kreativitas tidak hanya dilihat dalam
bentuk produk, namun dapat berupa
proses. Jika berkaitan dengan
produk, maka kreativitas haruslah
menghasilkan
manfaat
atau
kegunaan. Sedangkan kreativitas
yang berupa proses, maka kreativitas
dapat dilihat melalui penggunaannya
sebagai alat untuk memecahkan
masalah (Weisberg, 2006).
Kreativitas
didefinisikan
sebagai aktivitas kognitif atau proses
berpikir
untuk
menghasilkan
gagasan-gagasan baru dan berguna
atau new ideas and useful (Halpern,
1996). Definisi ini mengandung dua
hal penting bagi kriteria kreativitas.
Pertama, suatu gagasan dikatakan
kreatif apabila memiliki kriteria baru
di dalam beberapa aspeknya. Kriteria
baru dapat mencakup dua perspektif:
psikologis dan budaya (Anderson,
1980).
Menurut
perspektif
psikologis, suatu gagasan dapat
dikatakan baru atau orisinal apabila
pemikir sendiri belum pernah
menghasilkan gagasan itu, meski
ditempat lain mungkin orang lain
telah menghasilkan gagasan serupa,
namun hal ini terjadi secara
kebetulan. Sementara itu, menurut
perspektif budaya, sesuatu gagasan
dianggap baru atau orisinal, jika
gagasan itu belum pernah dijumpai
di lingkungan budaya masyarakat.
Aspek-aspek
kreativitas
menurut
Munandar
(1999)
dijabarkan dalam ciri-ciri kognitif
(aptitude) dan ciri-ciri afektif. Ciriciri kognitif dalam kreativitas
meliputi:
1. Fluency
of
thinking
atau
kelancaran
berpikir,
yaitu
banyaknya ide yang keluar dari
pemikiran seseorang.
2. Flexibility atau keluwesan, yaitu
kemampuan untuk menggunakan
bermacam-macam
pendekatan
untuk mengatasi persoalan.
3. Elaboration yaitu keterincian,
kemampuan
mengembangkan
gagasan dan menguraikannya
secara rinci atau mendetail.
4. Originality atau keaslian, yaitu
kemampuan untuk mencetuskan
gagasan asli
Konsep ini sejalan dengan
konsep yang diajukan oleh Guilford
(1967), kepribadian kreatif meliputi
dimensi kognitif dan dimensi non
kognitif. Dalam dimensi kognitif
terdapat empat ciri berfikir kreatif,
yaitu
orisinalitas,
fleksibilitas,
fluency dan elaborasi. Dimensi non
15
kognitif meliputi minat, motivasi,
dan
sikap
yang
mendukung
terwujudnya kreativitas, yaitu daya
imajinasi yang kuat, rasa ingin tahu
yang tinggi, benar dalam berpikir
dan tidak mudah putus asa.
C. Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran
merupakan teknik atau cara yang
digunakan oleh dosen atau guru
dalam
menyampaikan
materi
pembelajaran.
Dosen
menyampaikan pengetahuan dengan
menggunakan metode atau strategi
pembelajaran
yang
bervariasi.
Silberman menyebutkan ada dua
metode
atau
streategi
dalam
pembelajaran
yaitu
metode
pembelajaran aktif dan pembelajaran
pasif. Belajar aktif sangat diperlukan
oleh
peserta
didik
untuk
mendapatkan hasil belajar yang
maksimum. Ketika pesera didik
pasif, atau hanya menerima dari
dosen, ada kecenderungan untuk
cepat melupakan apa yang telah
dipelajari (Silberman, 2006).
Salah satu strategi dari
pembelajaran aktif lain yaitu
penulisan jurnal yang terkait dengan
materi yang dipelajari. Strategi jurnal
reflektif melatih dan menguji
kemampuan
individu
yang
melibatkan kemampuan melihat
kembali apa yang terjadi selama
proses belajar dan kemudian
menuliskan kembali hasil dari proses
belajar yang telah diikuti mahasiswa
(Pinkstaff dalam Blake, 2005). Blake
(2005)
menerangkan
beberapa
manfaat dengan penulisan reflektif
jurnal
yaitu
siswa
mampun
menemukan makna, membentuk
hubungan antara pengalaman dan
proses
belajar,
meningkatkan
kemampuan
menulis
melalui
interaksi yang dilakukan siswa dan
guru, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan memecahkan
masalah
dan
mengembangkan
kemampuan afeksi.
Weltman
(2008)
dalam
penelitiannya menggunakan tiga
metode dari pembelajaran aktif,
metode tersebut yaitu:
1. Pause Procedure. Metode ini
memberikan
kesempatan
pada
mahasiswa
untuk
memikirkan sejenak dan
kemudian mengungkapkan
apa yang dipikirkan dan
pengetahuan yang dimiliki
mahasiwa mengenai materi
yang sedang dipelajari
2. Short writes. Metode ini
memberikan
kesempatan
pada
mahasiswa
untuk
mengambil waktu sekitar 3
sampai lima menit untuk
menulis kesimpulan dari hasil
presentasi yang dibawakan
oleh kelompok presenter
mengenai materi perkuliahan
3. Think-pair-share.
Pada
metode
ini
mahasiswa
diberikan pertanyaan oleh
dosen, kemudian mahasiswa
mendiskusikan
pertanyaan
tersebut
dengan
teman
kelompok. Hasil diskusi
kemudian dibagi dengan
teman yang lain dalam format
diskusi dalam kelas
16
D. Hipotesis
1. Metode pembelajaran aktif
dapat
mengembangkan
kemampuan berpikir kritis
pada mahasiswa
2. Metode pembelajaran aktif
dapat
mengembangkan
kreativitas pada mahasiswa.
METODE
Variabel yang dilibatkan dalam
penelitian terdiri dari variabel bebas
yaitu metode pembelajaran dan
variabel
tergantung
yaitu
kemampuan berpikir kritis dan
kreativitas. Populasi dalam penelitian
ini yaitu Mahasiswa. Subjek dalam
penelitian
diambil
dengan
menggunakan
random sampling.
Subjek penelitian sebanyak 88
mahasiswa yang dipilih secara
random dari 220 mahasiswa yang
sedang mengikuti mata kuliah
Psikologi
Pendidikan
di
FIP
UNIMED.
Selanjutnya
88
mahasiswa tersebut dibagi atas dua
kelompok
yang masing-masing
terdiri dari 44 orang mahasiswa.
Kelompok pertama adalah kelompok
kontrol yang mendapat perlakuan
metode pembelajaran konvensional
dan kelompok kedua yaitu kelompok
eksperimen
yang
mendapatkan
perlakuan metode pembelajaran
aktif.
Prosedur
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis dan alat
ukur kreativitas untuk mengukur
kreativitas verbal pada mahasiswa.
Skala kemampuan berpikir kritis ini
menggunakan model skala Likert.
Jumlah aitem pada skala berpikir
kritis 28 aitem, terdiri dari
pernyataan dengan
5 pilihan
jawaban yaitu: (1) sangat sesuai, (2)
sesuai (3) netral dan (4) tidak sesuai
dan (5) sangat tidak sesuai . Skala ini
disajikan dalam bentuk pernyataan
favourable
(mendukung)
dan
unfavourabel (tidak mendukung).
Alat
yang
digunakan
untuk
mengukur kreativitas ialah tes
kreativitas verbal dari Munandar
(1999)
Penelitian ini menggunakan
metode
eksperimen.
Penelitian
eksperimen melibatkan paling sedikit
satu perlakuan, mengukur hasil
perlakuan pada subjek penelitian dan
penempatan
dan
beberapa
perbandingan
perubahan
yang
diakibatkan
oleh
pemberian
perlakuan pada subjek perlakuan
(Cook dan Campbell, 1979).
Penelitian
ini
menggunakan
menggunakan
Control-Group
Pretest-Posttest Design.
Data dalam penelitian ini akan
dianalisa dengan analisa statistik
kuantitatif, yang dapat bekerja
dengan
angka-angka,
bersifat
objektif dan universal (Hadi, 2000).
Analisa data yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
varian
campuran
(mix-design)
yang
dilakukan dengan bantuan Program
SPSS 16.0 for Windows. Sebelum
dilakukan analisis data, untuk
menguji hipotesa terlebih dahulu
17
dilakukan uji
homogenitas.
asumsi
yaitu
uji
konvensional terhadap kemampuan
berpikir kritis. Nilai kemampuan
berpikir kritis pada kelompok kontrol
yang mendapatkan perlakuan metode
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
uji
pembelajaran konvensional pada
interaksi antara metode pembelajaran
pretest sebesar 78,955 dan pada
dengan faktor menunjukkan terdapat
posttest sebesar 79,591. Kedua nilai
interaksi antara metode pembelajaran
mean tersebut masih berada dalam
dengan faktor maka dapat dilakukan
range lower bound dan upper bound
analisis berikutnya untuk menjawab
pada masing-masing kelompok,
hipotesa mayor dalam penelitian ini.
sehingga tidak ada pengaruh metode
Hipotesa dalam penelitian ini yaitu “
pembelajaran konvensional terhadap
Metode pembelajaran aktif dapat
kemampuan berpikir kritis. Metode
mengembangkan
kemampuan
pembelajaran
aktif
dapat
berpikir kritis pada mahasiswa”.
mengembangkan
kemampuan
Berdasarkan tabel interaksi
berpikir kritis. Nilai kemampuan
antara metode pembelajaran dan
berpikir kritis kelompok eksperimen
faktor dapat disimpulkan bahwa
pada pretest sebesar 77,091 dan pada
kedua kelompok baik kelompok
posttest sebesar 89,659. Nilai mean
kontrol maupun eksperimen setara.
pada posttest kelompok eksperimen
Hal ini dapat dilihat dari nilai pretest
berada diatas range lower bound dan
pada masing-masing kelompok yang
upper bound
nilai pretest pada
masih masuk dalam range lower
kelompok eksperimen, sehingga
bound dan upper bound masingdapat
disimpulkan
metode
masing kelompok. Berdasarkan tabel
pembelajaran
aktif
dapat
juga dapat disimpulkan tidak ada
mengembangkan
kemampuan
pengaruh metode pembelajaran
berpikir kritis
Tabel . 1 Interaksi Metode Pembelajaran terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis pada Pretest dan Posttest
4. metode pembelajaran * factor1
Measure:MEASURE_1
95% Confidence Interval
metode pembelajaran
factor
1
Mean
Std. Error
Lower
Bound
Upper Bound
metode pembelajaran
konvensional
1
78.955
1.322
76.327
81.582
2
79.591
1.259
77.088
82.094
metode pembelajaran
aktif
1
77.091
1.322
74.464
79.718
2
89.659
1.259
87.156
92.162
18
Berdasarkan hasil uji interasi
antara metode pembelajaran dengan
faktor
menunjukkan terdapat
interaksi antara metode pembelajaran
dengan faktor maka dapat dilakukan
analisis berikutnya untuk menjawab
hipotesa mayor dalam penelitian ini.
Hipotesa dalam penelitian ini yaitu
“ Metode pembelajaran aktif dapat
mengembangkan kreativitas pada
mahasiswa”
Berdasarkan tabel interaksi
antara metode pembelajaran dan
faktor dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok baik kelompok
kontrol maupun eksperimen setara.
Hal ini dapat dilihat dari nilai pretest
pada masing-masing kelompok yang
masih masuk dalam range lower
bound dan upper bound masingmasing
kelompok.
Metode
pembelajaran
aktif
dapat
mengembangkan
kemampuan
berpikir kritis. Nilai kemampuan
berpikir kritis kelompok eksperimen
pada pretest sebesar 127,909 dan
pada posttest sebesar 144,750. Nilai
mean pada posttest kelompok
eksperimen berada diatas range
lower bound dan upper bound pada
masing-masing kelompok, sehingga
dapat
disimpulkan
metode
pembelajaran
atif
dapat
mengembangkan
kemampuan
berpikir kritis.
Tabel 2. Interaksi Metode Pembelajaran terhadap Kreativitas pada Pretest
dan Posttest
4. metpen * factor1
Measure:MEASURE_1
95% Confidence Interval
factor
1
Mean
metode pembelajaran
konvensional
1
131.591
1.872
127.870
135.312
2
136.159
2.403
131.383
140.935
metode pembelajaran
aktif
1
127.909
1.872
124.188
131.630
2
144.750
2.403
139.974
149.526
Metpen
Berdasarkan hasil
analisa
data menunjukkan bahwa hipotesis
pertama penelitian diterima Nilai
kemampuan berpikir kritis kelompok
eksperimen pada pretest sebesar
77,091 dan pada posttest sebesar
89,659. Nilai mean pada posttest
kelompok eksperimen berada diatas
range lower bound dan upper bound
Std. Error
Lower
Bound
Upper Bound
nilai
pretest
pada
kelompok
eksperimen,
sehingga
dapat
disimpulkan metode pembelajaran
aktif
dapat
mengembangkan
kemampuan berpikir kritis pada
mahasiswa. Metode pembelajaran
aktif
yang
digunakan
dalam
penelitian ini terdiri dari teknik
pause procedure, short writes dan
19
think pair share. Nilai partial etasquared menunjukkan sumbangan
efektif dari metode pembelajaran
yaitu sebesar 35.3% sementara 64.7
% lagi dipengaruhi oleh faktorfaktor lain seperti karekteristik
individu, gaya belajar, lingkungan
dan lain-lain
Hasil
penelitian ini sesuai
dengan yang dilakukan oleh Sivan
dkk (2000). Penelitian oleh Sivan
menunjukkan bahwa pembelajaran
aktif
memberikan
kontribusi
terhadap perkembangan kemampuan
belajar individu dan kemampuan
mengaplikasikan
pengetahuan.
Pembelajaran aktif juga membantu
menyusun kurikulum pembelajaran
yang menarik dan menyiapkan siswa
untuk karir masa depan mereka.
Aktivitas dalam pembelajaran aktif
memiliki pengaruh pada kualitas
belajar siswa dengan mempertajam
cara siswa belajar dan menyatukan
tujuan akhir dari suatu proses belajar.
Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa
berbagai
bentuk
dari
pembelajaran aktif akan memiiliki
kontibusi kepada perkembangan
kualitas dari kemampuan berpikir
kritis dan memecahkan masalah.
Melalui kegiatan pembelajaran ini,
siswa menemukan informasi yang
berguna bagi diri mereka dan
menjadi self-managed learners.
Hasil
analisa
data
menunjukkan
bahwa
hipotesa
penelitian diterima. Nilai kreativitas
kelompok eksperimen pada pretest
sebesar 127,909 dan pada posttest
sebesar 144,750. Nilai mean pada
posttest
kelompok
eksperimen
berada diatas range lower bound dan
upper bound pada masing-masing
kelompok,
sehingga
dapat
disimpulkan metode pembelajaran
aktif
dapat
mengembangkan
kreativitas. Metode pembelajaran
aktif
yang
digunakan
dalam
penelitian ini terdiri dari teknik
pause procedure, short writes dan
think pair share. Sumbangan efektif
interaksi
metode
pembelajaran
terhadap kemampuan kreativitas
sebesar 12
%. Sementara 78%
dipengaruhi oleh faktor lain seperti
tingkat pendidikan, intelegensi,
budaya dan lain sebagainya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan maka dapat
ditarik sejumlah kesimpulan, sebagai
berikut :
1. Metode
pembelajaran
yang
digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode pembelajaran aktif
maupun metode pembelajaran
konvensional
mengalami
kenaikan nilai mean pada
kemampuan
berpikir
kritis.
Namun metode pembelajaran
aktif yang dapat mengembangkan
kemampuan
berpikir
kritis
dibandingkan dengan metode
pembelajaran
konvensional.
Sumbangan
efektif
metode
pembelajaran aktif yang terdiri
dari teknik pause procedure,
short wites dan think pair share
terhadap kemampuan berpikir
kritis sebesar 35.3%, sementar
64,7% lagi dipengaruhi faktor20
faktor lain seperti karakteristik
individu,
lingkungan,
gaya
belajar dan lain-lain
2. Metode pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian
ini
yaitu
metode
pembelajaran aktif maupun
metode
pembelajaran
konvensional
mengalami
kenaikan
nilai
mean.
Berdasarkan hasil analisis
data metode pembelajaran
aktif dapat mengembangkan
kreativitas pada mahasiswa.
Sumbangan efektif metode
pembelajaran aktif yang
terdiri dari pause procedure,
short writes dan think pair
share dalam mengembangkan
kreativitas sebesar 12%,
sementara 78% dipengaruhi
oleh faktor lain seperti
tingkat
pendidikan,
intelegensi, budaya dan lain
sebagainya yang juga ikut
mempengaruhi
kreativitas
individu
B. Saran
Pada bagian ini peneliti ingin
mengajukan
sejumlah
saran
sehubungan dengan hasil penelitian
dan
pembahasan
yang
telah
dilakukan. Adapun saran yang akan
peneliti tujukan kepada institusi
pendidikan,
mahasiswa
dan
pengembangan
penelitian
selanjutnya yaitu:
1. Institusi Pendidikan : Institusi
pendidikan
harus
memperhatikan
bahwa
metode
pembelajaran
memiliki pengaruh terhadap
pengembangan kemampuan
berpikir kritis dan kreativitas
pada mahasiswa. Oleh karena
itu, institusi pendidikan dan
pendidik diharapakan dapat
menyusun strategi yang tepat
dalam
menyampaikan
informasi dan materi kepada
mahasiswa, sehingga materi
tidak cepat dilupakan namun
dapat terinternalisasi dan
diaplikasikan
oleh
mahasiswa. Beberapa teknik
dari pembelajaran aktif dapat
diaplikasikan dalam proses
belajar
yang
dapat
mendorong
kemampuan
mahasiswa.
2. Mahasiswa
:
Metode
pembelajaran yang ada pada
saat ini sangat bervariasi.
Metode pembelajaran pada
umumnya
disesuaikan
dengan materi yang ingin
diketahui oleh mahasiswa.
Pengenalan akan variasi
metode pembelajaran akan
memberikan masukan yang
berarti
bagi
mahasiswa,
sehingga mahasiswa dapat
menyesuaikan dengan jenis
informasi yang diinginkan.
3. Penelitian
Selanjutnya
:
Kemampuan berpikir kritis
dipengaruhi oleh banyak
faktor lain contohnya usia,
tingkat intelegensi, gaya
belajar, tingkat ekonomi,
motivasi dan lain sebagainya.
Oleh
karena
itu,
pengembangan penelitian ini
21
dapat memfokuskan pada
faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kemampuan
berpikir kritis
RUJUKAN
Abrami. C P, Bernard M R,
Borokhovski. E, Wade, A,
Surkes M A, Tamim. R &
Zhang D. (2008). Instructional
Interventions Affecting Critical
Thinking Skills. Review of
Educational Research; 78 (4),
1102-1134
Afiatin, T. (2006). Aktivitas 3
Penajaman
Relevansi
Akademik Melalui Penelitian
Dan Publikasi yang Berbasis
Kebutuhan Komunitas. http://
artikel.php.htm (diakses pada
25 April 2009)
Anderson, B . F. (1980). The
Complete
Thinker:
A
Handbook of Techniques for
Creative and Critical Problem
Solving. New Jersey: Prentice
– Hall, Inction
Anderson. (2006). Learner-centered
Teaching and Education at
USC:
A
Resource
forFaculty.http://www.usc.edu/
academe/acsen/documents/LC_
Resource_final1.pdf (diakses
pada 25 April 2009)
Blake, T K.(2005). Journaling; An
Active Learning Technique.
International
Journal
of
Nursing
Education
Scholarship, 2 (1), 1-13.
Cannon (2000). Student Centered
Learning.
http://www.
jvmeonline.org/cgi/content/ab
stract/29/2/015. (diakses pada
4 april 2009)
Cook, T. D., & Campbell, D. T.
(1979). Quasi-experimentation
design & analysis issues for
field setting. New York :
Houghton Mifflin Company
Facione. P, Giancarlo. AC. Facione.
CN & Gainen J.(1995). The
Disposition Toward Critical
Thinking. Journal of General
Education, 44, (1). 1-25.
Gavalcova T. (2008). On strategies
contributing
to
active
Learning.
Journal
of
Teaching Mathematics And
Its Applications, 27 ( 3), 116122.
Guilford, J.P. (1967). The Nature of
Human Intelligence. New
York: McGraw-Hill.
Hadi. S. (2000) Metodologi Research
I-IV. Yogyakarta: Andi
Halpern, D.F. (1996). Thought and
Knowledge: An Introduction to
Critical Thinking (3 rd ed) :
Cognitive
mechanisms
underlying
the
creative
process. New York: ACM
Press.
22
Ingleton. (2000). Leap Into Student
Centered
Learning.
http://www.adeleide.edu.au/clp
d/resources/leapinto/StudentCe
nteredLearning.pdf.(diakses 26
April 2009)
Matlin, M.W. (1998.) Cognition. 4th
edition. Texas: Harcourt Brace
and Company
McCombs, B.L. & Whisler, J.S.
(1997). The
LearnerCentered Classroom and
School.
Strategies
for
Increasing
Student
Motivation and Achievement.
San Fransisco: Jossey-Bass A
Willey Company.
McCown.R, Marcy, D & Geiger, P.
(1996).
Educational
Psychology:
A
LearningCentered
to
Classroom
Practice. Boston: Allyn &
Bacon
O’Neill. G & McMohan T. (2005).
Student Centered Learning :
What Does it Means for
students
and
Lectures.
http://www.aishe.org/readings/
2005-1/oneill
-mcmohanTues_19th_Oct_SCL.pdf
(diakses 26 April 2009)
Perry. W C, Hass T W, McAuliff.
B.D, & Galas, JM. (1996).
AnActive
Learning
Approach
To
Teaching
Undergraduate Psychology
and Law Courses. Journal Of
Teaching Psychology, 3 (2),
76-81
Prawesti. (2005). Budaya Berpikir
Kritis Masyarakat Indonesia.
http://kangbudhi. wordpress/
2005/10/28/budaya-berpikirkritis-masyarakat-indonesia.
(diakses pada 3 Maret 2009)
Qualters, D. (2001). Do Student
Want to be Active. Journal of
Scholarship of Teaching and
Learning (JoSoTL), 2 (1), 5160.
Reid,
A & Solomonides. (2007).
Design Student Experience of
Engagement and Creativity.
Journal Of Art, Design &
Communication in Higher
Education, 6 (1), 27-39.
Selvi, K. (2007). Learning and
Creativity. A-T. Tymieniecka
(ed.), Analecta Husserliana
XCIII, 351–369.
Silberman, M. (2006). Active
learning:
101
Strategi
pembelajaran
aktif,
(diterjemahkan oleh Sarjuli,
dkk). Yogyakarta : Yappendis.
Sivan, A., Wong Leung, R. & Woon,
C. (2000). An Implementation
of Active Learning and its
Effect on the Quality of
Student Learning. Innovations
23
in Education and Training
International, 37(4), 381-389.
Syah,
M
(1995).
Psikologi
Pendidikan
dengan
Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Learning
Methods:
An
Empirical
Investigation
Utilizing A Linear Mixed
Model. Disertasi. Publikasi.
Texas: The University of Texas
at
Arlington
in
Partial
Fulfillment
Weltman. D. (2007). A Comparision
Of Traditional And Active
24
Download