BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Devidend Payout Ratio
The dividend should be distributed to the shareholders in order to
maximize their wealth as they have invested their money in the expectation of
being made better off financially (Prasanna Chandra;1997 dalam Azhagaiah
dan Sabari:181).
Menurut Hanafi (2004), deviden merupakan kompensasi yang diterima
oleh pemegang saham, disamping capital gain. Deviden ini untuk dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.
Deviden ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham
dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan.
Menurut Aharony dan Swary (1980) dalam Nurhidayati (2006)
mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman
dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor,
dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain
capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding
harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi
yang dihasilkan dari operasi perusahaan.
Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:255-256) sejauh ini
pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijakan
dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan dan
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan
kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Beberapa
pertimbangan manajer dalam pembayaran dividen antara lain:
1. Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan
digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya untuk
pembayaran dividen.
2. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam
kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka
semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan,
semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi
adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan,
kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah
yang besar.
3. Kemampuan untuk meminjam
Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan
fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini
merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk
membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan
Universitas Sumatera Utara
melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh
dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan
perlindungan
dalam
suatu
perjanjian
hutang
sering
mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini
digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan
tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan
dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini
dilakukan,
maka
manajemn
perusahaan
dapat
menyambut
baik
pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan
demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan
laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati
pembatasan tersebut.
5. Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka
perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui
penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang
menguntungkan.
Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam
pembuatan kebijakan dividen menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002) antara
lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Posisi likuiditas perusahaan.
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang
dibayarkan.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang.
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya
yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil
3. Rencana perluasan usaha.
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat
dibayarkan untuk dividen.
4. Pengawasan terhadap perusahaan.
Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber
intern antara lain laba. Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan
penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang
saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998), faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam kebijakan dividen adalah:
1. Undang-Undang (UU)
Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik
laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos “laba
ditahan” dalam neraca.
2. Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha. Laba ditahan dari yahun-tahun lalu sudah diinvestasikan
Universitas Sumatera Utara
pada pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak di
simpan dalam bentuk kas.
3. Kebutuhan untuk melunasi hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk
mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua
pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada soal jatuh tempo dan
menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.
4. Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan
pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada
pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut.
2.1.2 Kebijakan Deviden
Kebijakan Deviden adalah merupakan suatu kebijakan untuk menentukan
berapa laba yang harus dibayarkan (dividen) kepada pemegang saham dan juga
berapa banyak yang harus ditanam kembali. Kebijakan deviden ini harus
dianalisa data kaitannya dengan keputusan keputusan pembelanjaan atau
penentuan struktur modal secara keseluruhan. Pendapatan bagi pemegang
saham yang akan dibayarkan pada setiap akhir periode sesuai dengan
persentasenya disebut dengan dividen dan persentase dari laba yang akan
dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham juga disebut dengan “
Dividen Payout Ratio” (DPR).
Kebijakan deviden menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan
sebagai deviden atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
deviden
merupakan
kebijakan
yang
kontroversial,
karena:
· Bila deviden ditingkatkan, arus kas akan meningkat bagi investor, akan
menguntungkaninvestor.
· Bila deviden ditingkatkan, laba ditahan yang direivestasi menurun,
pertumbuhan
masa
depan
menurun,
akan
merugikan
investor.
Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan
memaksimalkan harga saham.
Kebijakan deviden suatu perusahaan dihadapkan pada 2 masalah
utama,yaitu:
1. Pengaruh dari deviden, berkaitan dengan pertanyaan apakah jumlah atau
tingkat deviden yang dibayarkan mempengaruhi nilai saham suatu
perusahaan
atau
hasil
yang
dinikmati
oleh
pemegang
saham.
2. Informasi yang terkandung pada deviden, masalah ini mempertanyakan
apakah kebijakan deviden terutama perubahan-perubahan pada kebijakan
tersebut (misalnya membayar deviden berupa saham bonus) memberikan
indikasi kepada pasar mengenai prospek laba di tahun yang akan datang.
2.1.3 Teori Kebijakan Deviden
Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain :
1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller :
Modigliani dan Miller (MM) berpendapat , nilai suatu perusahaan
tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi
ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan untuk
diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning
power dari asset perusahaan. Pernyataan MM ini didasarkan pada
beberapa asumsi seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional.
b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan
saham baru.
c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan
perusahaan.
d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individ
Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak
relevan dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba
ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal
dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks (Biaya modal sendiri
dari laba ditahan). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal
sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari saham biasa baru).
Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital
gains (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat
pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung
Universitas Sumatera Utara
lebih suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada
capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui.
2. Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri
perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih
suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor
memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu
diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba
ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada
saham. Ks adalah keuntungan dari dividen (dividend yield) ditambah
keuntungan dari capital gains (capital gains yield).
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan
bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital
gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend
yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend
yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih
besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
4. Teori Signaling Hypothesis
Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti
dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan deviden pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat
dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari
pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen
yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden
masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan
dividen yang dibawah keanaikan normal (biasanya) diyakini investor
sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden
waktu mendatang.
Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling
Hypotesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa
perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan
apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan
penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal dan
preferensi terhadap deviden.
5. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham
yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio
yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan
sebagian besar laba bersih perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanut usia
dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak
tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang
kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif
rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi
menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen
kecil, demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa
bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih
menguntungkan mereka.
2.1.4 Macam-macam Kebijakan Deviden
1. Kebijakan dividen yang fleksibel, Merupakan besarnya setiap
tahun yang disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan
financial dari perusahaan yang bersangkutan tersebut.
2. Kebijakan dividen yang stabil, merupakan jumlah deviden per
lembar dibayarkan setiap tahun tetap selama jangka waktu tertentu
meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah deviden minimal
ditambah jumlah ekstra tertentu. Merupakan kebijakan yang
menentukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap
tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik
Universitas Sumatera Utara
akan membayar deviden ekstra.
4.Kebijakan dividen dengan penetapan deviden payout ratio yang
konstan, merupakan kebijakan yang member deviden yang besarnya
mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan
2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden
Adapun beberapa faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus
dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan deviden :
1. Kebutuhan Dana Perusahaan
Merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
kebijakan deviden yang akan diambil, yaitu aliran kas perusahaan yang
diharapkan, pengeluaran modal dimasa dating yang diharapkan,
kebutuhan tambahan piutang dan persediaan.
2. Likuitidas
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi
perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana deviden bagi
perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan.
3. Kebutuhan Pelunasan Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau
untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut
menghadapi 2 pilihan, yaitu membiayai hutang pada saat jatuh tempo
atau menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Tingkat Ekspansi Aktiva
Yaitu semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar
kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya.
5. Stabilitas Laba
Yaitu suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat
memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang, dalam hal
ini perusahaan cenderung membayarkan “deviden payout ratio”, dari
pada perusahaan yang labanya berfluktuasi, deviden yang lebih rendah
akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang
akan datang.
6. Kesempatan Investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen
yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh
kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik,
maka dananya akan digunakan untukmembayar dividen.
7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Perusahaan
mencari
sumber
dana
dari
modal
sendiri,
kemungkinanakan masuk investor baru dan ini tentunya akan
mengurangi
kekuasaan
pemilik
lama
dalam
mengendalikan
perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang, resikonya cukup besar. Oleh
karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar
pengendalian tetap bisa dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kebijakan Pemberian Dividen
Bentuk kebijakan dividen yaitu :
1. Kebijakan pemberian dividen stabil
Artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk
jangka waktu tertentu walau laba perusahaan berfluktuasi.
2. Kebijakan pemberian dividen yang meningkat
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan
dividen
dengan jumlah
pertumbuhan
yang
yang
stabil.
selalu
meningkat
dengan
Misalnyaperusahaan
akan
memberikan dividen sebesar Rp. 600,- per lembar dengan
pertumbuhan 5%, sehingga tahun depan pembayaran
dividensebesar 5% adalah Rp. 630,- per lembar.
3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan
Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya laba
yang diperoleh perusahaan. Dasar yang digunakan sering disebut
dividend payout ratio.
4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra
Melalui kebijakan ini, pemberian dividen dilakukan dengan
menentukan pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil.
Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila perusahaan
mencapai jumlah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sebagai acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian.
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun
Peneliti
2001
Sutrisno
2002
Hatta
2005
Agung Baruno
Judul
Analisis Pengaruh Rasiorasio Keuangan
Terhadap Devidend
Payout Ratio (DPR)
pada Perusahaan Publik
yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ)
Hasil Penelitian
Hasil penelittian
menunjukkan
bahwa posisi kas
dan DER
merupakan faktor
yang paling
dominan
mempengaruhi
DPR
Faktor-Faktor Yang
Menunjukkan
Mempengaruhi
bahwa hanya
Kebijakan Deviden :
pertumbuhan
Investigasi Pengaruh
asset yang
Teori Stakeholder
berpengaruh
signifikan
terhadap DPR,
sedangkan ketiga
variabel yang
lainnya yaitu
insider
ownership, free
cash flow, dan
ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap DPR.
Analisis Pengaruh Rasio- Hasil penelitian
rasio Keuangan
menunjukkan,
Terhadap Devidend
untuk PT Telkom
Payout Ratio pada
hanya posisi kas,
Industri Telekomunikasi ROI, dan FS yang
di Bursa Efek Jakarta
berpengaruh
(BEJ)
terhadap DPR,
sedangkan untuk
Universitas Sumatera Utara
PT Indosat, hanya
posisi kas, ROE,
DER, dan DPR
satu tahun
sebelumnya
1.
Sutrisno (2001)
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) berjudul, “Analisis
Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR)
pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
Variabel independen dari penelitian tersebut adalah pengaruh posisi kas,
DER, potensi pertumbuhan (growth potential), ukuran perusahaan (firm
size), kepemilikan dan profitabilitas (ROA) terhadap DPR menunjukkan
bahwa posisi kas dan DER merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi DPR perusahaan publik yang terdaftar di BEJ, sedangkan
variabel lainnya tidak cukup signifikan.
2. Hatta (2002)
Penelitian
yang
berjudul”
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder” yang
dilakukan oleh Hatta. Dalam penelitian ini menguji pengaruh pertumbuhan
asset, insider ownership, free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap
dividen payout ratio. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi
berganda.
Hasil
penelitiannya
menunjukan
bahwa
hanya
pertumbuhan asset yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
ketiga variabel yang lainnya yaitu insider ownership, free cash flow, dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
3.
Agung Baruno (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Agung Baruno (2005) berjudul
“Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout
Ratio (DPR) pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
Variabel independen dari penelitian tersebut adalah cash ratio (CR), return
on assets (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER) dan
deviden payout ratio satu tahun sebelumnya (DPRt-1). Untuk menguji ada
tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan F-test dan ttest. Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa ada konsistensi
hubungan yang signifikan dan positif.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sistensi atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan
merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan
hipotesis.
Universitas Sumatera Utara
Cash Position (posisi kas)
H1
(X1)
Debt To Equity Ratio (DER)
Deviden Payout Ratio
H2
(X2)
(DPR)
Return on Assets (ROA)
H3
(X3)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
Cash Position (CP) merupakan posisi kas suatu perusahaan dan faktor penting
yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan untuk
menentukan
besarnya dividen yang akan dibayarkan.
Debt To Equty Ratio (DER) rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi segala kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini
menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio semakin rendah akan
menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan
bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban
perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar
deviden.
Return on Assets (ROA) menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atau
seluruh investasi yang telah dilakukan. Rasio ini mengukur kemampuan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dengan seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Dividen Payout Ratio (DPR) yaitu yang mencerminkan kemampuan perusahaan
untuk melakukan pembayaran deviden setiap tahun kepada pemegang saham.
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang
relevan belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2003 : 51).
Penulis sesuai dengan kerangka
konseptual merumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1: Cash Positon (CP) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR),
H2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR),
H3: Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR)
Universitas Sumatera Utara
Download