BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Devidend Payout Ratio The dividend should be distributed to the shareholders in order to maximize their wealth as they have invested their money in the expectation of being made better off financially (Prasanna Chandra;1997 dalam Azhagaiah dan Sabari:181). Menurut Hanafi (2004), deviden merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Deviden ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan. Menurut Aharony dan Swary (1980) dalam Nurhidayati (2006) mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:255-256) sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijakan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan dan Universitas Sumatera Utara memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Beberapa pertimbangan manajer dalam pembayaran dividen antara lain: 1. Kebutuhan dana bagi perusahaan Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya untuk pembayaran dividen. 2. Likuiditas perusahaan Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar. 3. Kemampuan untuk meminjam Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan Universitas Sumatera Utara melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan. 4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut. 5. Pengendalian perusahaan Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002) antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Posisi likuiditas perusahaan. Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan. 2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang. Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil 3. Rencana perluasan usaha. Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen. 4. Pengawasan terhadap perusahaan. Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain laba. Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang. Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kebijakan dividen adalah: 1. Undang-Undang (UU) Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos “laba ditahan” dalam neraca. 2. Posisi likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari yahun-tahun lalu sudah diinvestasikan Universitas Sumatera Utara pada pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak di simpan dalam bentuk kas. 3. Kebutuhan untuk melunasi hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada soal jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain. 4. Tingkat laba Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut. 2.1.2 Kebijakan Deviden Kebijakan Deviden adalah merupakan suatu kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan (dividen) kepada pemegang saham dan juga berapa banyak yang harus ditanam kembali. Kebijakan deviden ini harus dianalisa data kaitannya dengan keputusan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan. Pendapatan bagi pemegang saham yang akan dibayarkan pada setiap akhir periode sesuai dengan persentasenya disebut dengan dividen dan persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham juga disebut dengan “ Dividen Payout Ratio” (DPR). Kebijakan deviden menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai deviden atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan Universitas Sumatera Utara deviden merupakan kebijakan yang kontroversial, karena: · Bila deviden ditingkatkan, arus kas akan meningkat bagi investor, akan menguntungkaninvestor. · Bila deviden ditingkatkan, laba ditahan yang direivestasi menurun, pertumbuhan masa depan menurun, akan merugikan investor. Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham. Kebijakan deviden suatu perusahaan dihadapkan pada 2 masalah utama,yaitu: 1. Pengaruh dari deviden, berkaitan dengan pertanyaan apakah jumlah atau tingkat deviden yang dibayarkan mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan atau hasil yang dinikmati oleh pemegang saham. 2. Informasi yang terkandung pada deviden, masalah ini mempertanyakan apakah kebijakan deviden terutama perubahan-perubahan pada kebijakan tersebut (misalnya membayar deviden berupa saham bonus) memberikan indikasi kepada pasar mengenai prospek laba di tahun yang akan datang. 2.1.3 Teori Kebijakan Deviden Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain : 1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller : Modigliani dan Miller (MM) berpendapat , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko Universitas Sumatera Utara perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari asset perusahaan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi seperti : a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional. b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru. c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan. d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individ Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks (Biaya modal sendiri dari laba ditahan). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari saham biasa baru). Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung Universitas Sumatera Utara lebih suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui. 2. Teori The Bird in The Hand Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan dari dividen (dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital gains yield). 3. Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. 4. Teori Signaling Hypothesis Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan deviden pada Universitas Sumatera Utara umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan dividen yang dibawah keanaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling Hypotesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap deviden. 5. Teori Clientele Effect Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Universitas Sumatera Utara Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka. 2.1.4 Macam-macam Kebijakan Deviden 1. Kebijakan dividen yang fleksibel, Merupakan besarnya setiap tahun yang disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan tersebut. 2. Kebijakan dividen yang stabil, merupakan jumlah deviden per lembar dibayarkan setiap tahun tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. 3. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu. Merupakan kebijakan yang menentukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik Universitas Sumatera Utara akan membayar deviden ekstra. 4.Kebijakan dividen dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan, merupakan kebijakan yang member deviden yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan 2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Adapun beberapa faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan deviden : 1. Kebutuhan Dana Perusahaan Merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil, yaitu aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa dating yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan. 2. Likuitidas Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan. 3. Kebutuhan Pelunasan Hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi 2 pilihan, yaitu membiayai hutang pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Universitas Sumatera Utara 4. Tingkat Ekspansi Aktiva Yaitu semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. 5. Stabilitas Laba Yaitu suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang, dalam hal ini perusahaan cenderung membayarkan “deviden payout ratio”, dari pada perusahaan yang labanya berfluktuasi, deviden yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang akan datang. 6. Kesempatan Investasi Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya akan digunakan untukmembayar dividen. 7. Pengawasan Terhadap Perusahaan Perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinanakan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang, resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap bisa dijalankan. Universitas Sumatera Utara 2.1.6 Kebijakan Pemberian Dividen Bentuk kebijakan dividen yaitu : 1. Kebijakan pemberian dividen stabil Artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walau laba perusahaan berfluktuasi. 2. Kebijakan pemberian dividen yang meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen dengan jumlah pertumbuhan yang yang stabil. selalu meningkat dengan Misalnyaperusahaan akan memberikan dividen sebesar Rp. 600,- per lembar dengan pertumbuhan 5%, sehingga tahun depan pembayaran dividensebesar 5% adalah Rp. 630,- per lembar. 3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio. 4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra Melalui kebijakan ini, pemberian dividen dilakukan dengan menentukan pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil. Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila perusahaan mencapai jumlah tertentu. Universitas Sumatera Utara 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tahun Peneliti 2001 Sutrisno 2002 Hatta 2005 Agung Baruno Judul Analisis Pengaruh Rasiorasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Hasil Penelitian Hasil penelittian menunjukkan bahwa posisi kas dan DER merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi DPR Faktor-Faktor Yang Menunjukkan Mempengaruhi bahwa hanya Kebijakan Deviden : pertumbuhan Investigasi Pengaruh asset yang Teori Stakeholder berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan ketiga variabel yang lainnya yaitu insider ownership, free cash flow, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Analisis Pengaruh Rasio- Hasil penelitian rasio Keuangan menunjukkan, Terhadap Devidend untuk PT Telkom Payout Ratio pada hanya posisi kas, Industri Telekomunikasi ROI, dan FS yang di Bursa Efek Jakarta berpengaruh (BEJ) terhadap DPR, sedangkan untuk Universitas Sumatera Utara PT Indosat, hanya posisi kas, ROE, DER, dan DPR satu tahun sebelumnya 1. Sutrisno (2001) Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) berjudul, “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Variabel independen dari penelitian tersebut adalah pengaruh posisi kas, DER, potensi pertumbuhan (growth potential), ukuran perusahaan (firm size), kepemilikan dan profitabilitas (ROA) terhadap DPR menunjukkan bahwa posisi kas dan DER merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi DPR perusahaan publik yang terdaftar di BEJ, sedangkan variabel lainnya tidak cukup signifikan. 2. Hatta (2002) Penelitian yang berjudul” Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder” yang dilakukan oleh Hatta. Dalam penelitian ini menguji pengaruh pertumbuhan asset, insider ownership, free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap dividen payout ratio. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hanya pertumbuhan asset yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan Universitas Sumatera Utara ketiga variabel yang lainnya yaitu insider ownership, free cash flow, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. 3. Agung Baruno (2005) Penelitian yang dilakukan oleh Agung Baruno (2005) berjudul “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR) pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Variabel independen dari penelitian tersebut adalah cash ratio (CR), return on assets (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER) dan deviden payout ratio satu tahun sebelumnya (DPRt-1). Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan F-test dan ttest. Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan yang signifikan dan positif. 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sistensi atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Universitas Sumatera Utara Cash Position (posisi kas) H1 (X1) Debt To Equity Ratio (DER) Deviden Payout Ratio H2 (X2) (DPR) Return on Assets (ROA) H3 (X3) Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual Cash Position (CP) merupakan posisi kas suatu perusahaan dan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan. Debt To Equty Ratio (DER) rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden. Return on Assets (ROA) menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atau seluruh investasi yang telah dilakukan. Rasio ini mengukur kemampuan Universitas Sumatera Utara perusahaan dengan seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dividen Payout Ratio (DPR) yaitu yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran deviden setiap tahun kepada pemegang saham. 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2003 : 51). Penulis sesuai dengan kerangka konseptual merumuskan hipotesis sebagai berikut : H1: Cash Positon (CP) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), H2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), H3: Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Universitas Sumatera Utara