STATUS PENDERITA NEUROLOGI I. IDENTIFIKASI Nama : Ny. E.H. Umur : 56 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. SMB II Gang Jaya No. 112 RT 19, RW 04 Kelurahan Alang-Alang Lebar, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Palembang. Agama : Islam MRS Tanggal : 20 Agustus 2014 II. ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis, 20 Agustus 2014) Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH dikarenakan penurunan kesadaran secara tiba-tiba. Sejak 4 jam yang SMRS, os tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Os tidak bisa dibangunkan, sakit kepala sebelum serangan -, mual -, muntah -, kejang -, kelemahan sesisi tubuh + sebelah kanan, mulut mengot +, bicara pelo bdd, gangguan sensibilitas bdd. Penderita menderita hipertensi sejak tahun yang lalu, tidak berobat secara teratur. Penyakit jantung sejak tahun yang lalu. Riwayat menderita stroke tidak pernah. Penyakit ini diderita untuk yang pertama kalinya. III. PEMERIKSAAN Status Internus Kesadaran : Compos mentis Suhu Badan : 37,8º C Nadi : 97 kali/menit Pernapasan : 30 kali/menit Tekanan Darah : 100/60 mmHg GCS = 8 (E3MavasiaV5) 2 Jantung : HR = 97 kali/menit, murmur (-), gallop (-) Paru-paru : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar, bising usus normal Anggota Gerak : lihat status neurologikus Genitalia : tidak diperiksa Status Psikiatrikus Sikap : kooperatif Perhatian : ada Ekspresi Muka : wajar Kontak Psikik : ada Status Neurologikus KEPALA Bentuk : Normochepali Deformitas : (-) Ukuran : normal Fraktur : (-) Simetris : simetris Nyeri fraktur : (-) Hematom : (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran Tumor : (-) Pulsasi : (-) Sikap : lurus Deformitas : (-) Torticolis : (-) Tumor : (-) LEHER Kaku kuduk : (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran SYARAF-SYARAF OTAK N. Olfaktorius Kanan Kiri Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Anosmia - - Hiposmia - - Parosmia - - Penciuman 3 N. Optikus Kanan Kiri 6/6 6/6 V.O.D V.O.S Anopsia - - Hemianopsia - - - Papil edema - - - Papil atrofi - - - Perdarahan retina - - Visus Campus visi Fundus Oculi N. Occulomotorius, Trochlearis, & Abducens Kanan Kiri Diplopia - - Celah mata - - Ptosis - - - Strabismus - (-) - - Exophtalmus - (-) - - Enophtalmus - (-) - - Deviation conjugae + + Baik ke segala Baik ke segala arah arah - Bentuk Bulat Bulat - Diameter 3 mm 3 mm - Isokor/anisokor Isokor Isokor - Midriasis/miosis - - + + Sikap bola mata Gerakan bola mata Pupil - Refleks cahaya Langsung 4 Konsensuil + + Akomodasi + + - Argyl Robertson - - N. Trigeminus Kanan Kiri - Menggigit Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan - Trismus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan - Refleks kornea Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan - Dahi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan - Pipi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan - Dagu Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Motorik Sensorik N. Fasialis Kanan Kiri - Mengerutkan dahi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan - Menutup mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Motorik - Menunjukkan gigi Sudut mulut kanan tertinggal - Lipatan nasolabialis - Bentuk muka Lipatan nasolabialis kanan datar Istirahat Simetris Berbicara/bersiul Simetris Sensorik Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Salivasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Lakrimasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan - 2/3 depan lidah - Otonom Chvostek’s sign - - 5 N. Cochlearis Kanan Suara bisikan Kiri Tidak ada kelainan Detik arloji - Tes Weber - Tes Rinne - N. Olfaktorius Kanan Kiri Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Anosmia - - Hiposmia - - Parosmia - - Kanan Kiri Nistagmus - - Vertigo - - Penciuman N. Vestibularis N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri Arcus pharingeus Tidak ada kelainan Uvula Tidak ada kelainan Gangguan menelan - Suara serak/sengau - Denyut jantung Tidak ada kelainan Refleks - Muntah Tidak ada kelainan - Batuk Tidak ada kelainan - Okulokardiak Tidak ada kelainan - Sinus karotikus Tidak ada kelainan Sensorik - 1/3 belakang lidah Tidak ada kelainan 6 N. Accessorius Mengangkat bahu Kanan Bahu kanan lebih kuat dibandingkan kiri Memutar kepala N. Hypoglossus Kiri Tidak ada kelainan Kanan Kiri Menjulurkan lidah - Fasikulasi - - Atrofi papil - - Disatria - Belum dapat dinilai MOTORIK LENGAN Kanan Gerakan Kiri Lateralisasi ke kanan Kekuatan Tonus Menurun Normal - Biceps Menurun Normal - Triceps Menurun Normal - Radius Menurun Normal - Ulnaris Menurun Normal - Hoffman Tromner - - - Leri - - - Meyer - - - - Kanan Kiri Refleks fisiologis Refleks patologis Trofi TUNGKAI Gerakan Lateralisasi ke kanan Kekuatan Tonus Menurun Normal 7 Klonus - Paha - - - Kaki - - - KPR Menurun Normal - APR Menurun Normal - Babinsky - - - Chaddock - - - Oppenheim - - - Gordon - - - Schaeffer - - - Rossolimo - - Refleks fisiologis Refleks patologis Refleks kulit perut - Atas tidak ada kelainan - Tengah tidak ada kelainan - Bawah tidak ada kelainan Refleks cremaster tidak ada kelainan Trofik tidak ada kelainan SENSORIK Belum dapat dinilai. FUNGSI VEGETATIF Miksi : Bdd Defekasi : Bdd KOLUMNA VERTEBRALIS Kyphosis : (-) Lordosis : (-) 8 Gibbus : (-) Deformitas : (-) Tumor : (-) Meningocele : (-) Hematoma : (-) Nyeri ketok : (-) GEJALA RANGSANG MENINGEAL Kaku kuduk : (-) Kerniq : (-) Lasseque : (-) Brudzinsky - Neck : (-) - Cheek : (-) - Symphisis : (-) - Leg I : (-) - Leg II : (-) GAIT DAN KESEIMBANGAN Gait Keseimbangan dan Koordinasi Ataxia : belum dapat dinilai Romberg : belum dapat dinilai Hemiplegic : belum dapat dinilai Dysmetri : belum dapat dinilai Scissor : belum dapat dinilai - jari-jari : belum dapat dinilai Propulsion : belum dapat dinilai - jari hidung : belum dapat dinilai Histeric : belum dapat dinilai - tumit-tumit : belum dapat dinilai Limping : belum dapat dinilai Rebound phenomen : belum dapat dinilai Steppage : belum dapat dinilai Dysdiadochokinesis : belum dapat dinilai Trunk Ataxia : belum dapat dinilai Limb Ataxia : belum dapat dinilai Astasia-Abasia : belum dapat dinilai GERAKAN ABNORMAL Tremor : (-) 9 Chorea : (-) Athetosis : (-) Ballismus : (-) Dystoni : (-) Myocloni : (-) FUNGSI LUHUR Afasiamotorik : (+) Afasiasensorik : (-) Apraksia : (-) Agrafia : (-) Alexia : (-) Afasia nominal : (-) LABORATORIUM DARAH Hb : 7,3 g/dl Eritrosit : 2,40 x106/mm3 3 Trigliserida : 64 mg/dl Kolesterol HDL : 41 mg/dl Leukosit : 25.200 /mm Kolesterol LDL : 45 mg/dl Diff Count : 0/0/0/80/11/9 Total Kolesterol : 114 mg/dl Trombosit : 151.000/mm3 Uric Acid : 3,9 mg/dl Hematokrit : 22vol% Ureum : 20 mg/dl BSS : 97 Kreatinin : 0,73 mg/dl BSN/BSPP : tidak diperiksa WR/KAHN/VRDL : tidak diperiksa D-Dimer : 5,50 µg/mL Ck-MB : - U/L PT : 17,9 Ck-Nac : - U/L APTT : 33,5 SGOT : - U/L INR : 1,52 SGPT : - U/L Protein total : 7,6 g/dL Natrium : 134 mmol/l Albumin : 2,4 g/dL Phospor : 3,6 mg/dl Globulin : 3,1 g/dL Kalsium : 7,9 mmol/l Kalium : 4,6 mmol/l Clorida : 106 mmol/L 10 HbA1c : tidak diperiksa URINE Warna : tidak diperiksa Sedimen : Reaksi : tidak diperiksa - Eritrosit : tidak diperiksa Protein : tidak diperiksa - Leukosit : tidak diperiksa Reduksi : tidak diperiksa - Thorak : tidak diperiksa Urobilin : tIdak diperiksa - Sel Epitel : tidak diperiksa Bilirubin : tidak diperiksa - Bakteri : tidak diperiksa Konsistensi : tidak diperiksa Eritrosit : tidak diperiksa Lendir : tidak diperiksa Leukosit : tidak diperiksa Darah : tidak diperiksa Telur cacing : tidak diperiksa Amuba coli/ : tidak diperiksa Histolitika : tidak diperiksa FESES LIQUOR CEREBROSPINALIS Warna : tidak diperiksa Protein : tidak diperiksa Kejernihan : tidak diperiksa Glukosa : tidak diperiksa Tekanan : tidak diperiksa NaCl : tidak diperiksa Sel : tidak diperiksa Queckensted : tidak diperiksa Nonne : tidak diperiksa Celloidal : tidak diperiksa Pandy : tidak diperiksa Culture : tidak diperiksa 11 PEMERIKSAAN KHUSUS Rontgen thoraks PA Jantung membesar Trakea di tengah. Mediastinum superior tidak melebar. Kedua hilus tidak menebal. Corakan tidak meningkat CT Scanbronkovaskuler Kepala Tak tampak infiltrate maupun nodul dikedua lapangan paru. Diafragma licin, sudut coctophrenicus lancip Tulang-tulang dan jaringan lunak baik. Kesan: Kardiomegali 12 CT Scan Kepala Tampak lesi hipodens di lobus temporoparietal sinistra Sulci, fissure silvii dan gyri baik. Differensiasi gray dan white matter jelas. System ventrikel dan sistema tidak menyempit Tak tampak pergeseran garis tengah Infratentorial pons, cerebellum dan CPA baik. Pneumatisasi air cell mastoid kanan kiri baik Bulbus occuli dan ruang retroorbita kanan kiri baik Tulang-tulang intak . jaringan lunak tenang Kesimpulan: infark di lobus temporoparietal sinistra 13 IV. RESUME Anamnesa Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH dikarenakan penurunan kesadaran secara tiba-tiba. Sejak 4 jam yang SMRS, penderita tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Penderita tidak bisa dibangunkan. Sebelum mengalami penurunan kesadaran, penderita tidak merasakan sakit kepala, mual , muntah , dan kejang, tetapi terdapat kelemahan sesisi tubuh sebelah kanan dan mulut mengot. Saat pemeriksaan bicara pelo dan gangguan sensibilitas belum dapat dinilai. Penderita menderita hipertensi sejak tahun yang lalu, tidak berobat secara teratur. Penderita menderita penyakit jantung sejak tahun yang lalu. Riwayat menderita stroke tidak pernah. Keluhan ini diderita untuk pertama kalinya. Riwayat pekerjaan ibu rumah tangga. Pemeriksaan Status Generalis Kesadaran : Compos mentis Suhu Badan : 37,8º C Nadi : 97 kali/menit Pernapasan : 30 kali/menit Tekanan Darah : 100/60 mmHg GCS = 8 (E3M5Vavasia) Status Neurologikus Nervus cranialis : N. III : Pupil bulat, isokor, Refleks cahaya pada kedua mata positif, ukuran pupil pada kedua mata Ø 3 mm, deviation conjugate positif. N. VII : Plica nasolabialis kanan datar, sudut mulut kanan tertinggal. N. XII : Deviasi lidah ke kekanan dan disartria belum dapat dinilai. 14 Fungsi Motorik Lengan kanan Lengan kiri Gerakan Tungkai kanan Tungkai kiri Lateralisasi kekanan Kekuatan Tonus Menurun Normal Klonus R. Fisiologis Menurun (-) Menurun R. Patologis Normal - - Fungsi Sensorik : belum dapat dinilai Fungsi Luhur : afasia Fungsi Vegetatif : belum dapat dinilai GRM : tidak ada Gerakan abnormal : tidak ada Gait dan Keseimbangan : belum dapat dinilai Menurun - Normal (-) Normal - 15 V. Analisis Kasus A. Diagnosis banding topik 1. Lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra Lesi di korteks hemisferium cerebri Pada penderita ditemukan gejala: sinistra, gejalanya: Defisit motorik (hemiparese sinistra Hemiparese duplex tipe flaksid sentral) (sekarang kanan) Gejala iritatif (kejang pada sisi kanan) Tidak ada kejang pada sisi yang lemah Gejala fokal (kelumpuhan tidak sama Kelemahan lengan dan tungkai kanan berat) sama berat, parese N VII dekstra saja tanpa N XII Defisit sensorik pada sisi yang lumpuh Belum dapat dinilai Afasia global afasia motorik Jadi kemungkinan lesi di cortex cerebri hemisferium sinistra belum dapat disingkirkan. 2. Lesi di capsula interna hemisferium sinistra Lesi di capsula interna hemisferium Pada penderita ditemukan gejala: sinistra, gejalanya: Hemiparese/hemiplegic typical Hemiparese dupleks tipe flaksid (sekarang kanan) Parese N VII dekstra sentral disertai Parese N VII dekstra saja tanpa N XII parese N XII dekstra sentral Kelemahan sisi yang lumpuh sama berat Kelemahan sisi yang lumpuh sama berat Jadi kemungkinan lesi di capsula interna hemisferium sinistra belum dapat disingkirkan 16 3. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra Lesi di subkorteks hemisferium cerebri Pada penderita ditemukan gejala: sinistra, gejalanya: Defisit motorik (hemiparese dextra Hemiparese dupleks sentral) (sekarang kanan) Afasia motorik murni Afasia motorik tipe flaksid Jadi kemungkinan lesi di subcortex cerebri hemisferium sinistra dapat disingkirkan. Kesimpulan: korteks hemisferium cerebri sinistra DD capsula interna hemisferium sinistra Berdasarkan Lokasi Lesi Otak , Banford: 1.Anterior Circulation Infarct Anterior Circulation Infarct, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: Hemiparesis dengan atau tanpa gangguan Hemiparese dupleks sensorik (kontralateral sisi lesi) (sekarang kanan) Hemianopia (kontralateral sis lesi) Tidak ada Gangguan fungsi luhur: afasia, gangguan Afasia Motorik visuospatial, hemineglct, tipe flaksid agnosia, Apraxia 3 dari gejala ada: Total Anterior Circulation Infarct (TACI) 2 dari 3 gejala ada: Partial Anterior Circulation Infarct (PACI) Hanya Hemiparesis atau hanya gangguan sensorik : Lacunar Anterior Circulation Infarct (LACI) Kesimpulan: Partial Anterior Circulation Infarct (PACI) 17 2. Posterior Circulation Infarct (POCI) Posterior Circulation Infarct, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi Hemiparese ipsilateral dan gangguan dupleks tipe flaksid motorik/ (sekarang kanan) sensorik kontralateral Gangguan motorik/ Sensorik bilateral Gangguan gerakan konjugat Tidak ada mata Tidak ada (horizontal et vertical) Isolated Hemianopia atau buta kortikal Tidak ada Kesimpulan: Diagnosis topik POCI dapat disingkirkan B. Diagnosis banding Etiologi Skor Stroke Siriraj: Siriraj Stroke Score : = (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) – (3 x petanda ateroma) – 12 = (2,5 X 0) + (2 X 0) + (2 X 1) + (0.1 X 120) – (3X1) – 12 = -3 Jika hasilnya: 0 : Lihat hasil CT Scan ≤ -1 : Non Hemorrhagic ≥1 : Hemorrhagic Kesimpulan: Non hemorrhagic stroke 18 Algoritma Gajah Mada Pada Tn. Mirzian hanya terdapat Refleks Babinski Kesimpulan: Infark Diagnosis banding Etiologi berdasarkan Anamnesis 1. Hemoragia cerebri Hemoragia cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: - Kehilangan kesadaran > 30 menit - Tidak ada kehilangan kesadaran - Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat istirahat - Didahului sakit kepala, mual dan muntah - Tanpa sakit kepala, tanpa muntah dan mual - Riwayat hipertensi - Ada riwayat hipertensi Jadi kemungkinan etiologi hemoragia cerebri dapat disingkirkan. 2. Emboli cerebri 19 Emboli cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: - Kehilangan kesadaran < 30 menit - Tidak ada kehilangan kesadaran - Ada arterial fibrilasi - Tidak ada arterial fibrilasi - Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat istirahat Jadi kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan 3. Trombosis cerebri Trombosis cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: - Tidak ada kehilangan kesadaran - Tidak ada kesadaran - Terjadi saat istirahat - Terjadi saat istirahat Jadi kemungkinan etiologi trombosis cerebri belum dapat disingkirkan. Kesimpulan: Diagnosis etiologi: Trombosis cerebri VI. DIAGNOSIS DIAGNOSIS KLINIK : 1. Observasi penurunan kesadaran 2. Hemiparese dextra flaksid 3. Parese N. VII dextra sentral DIAGNOSIS TOPIK : TACI DIAGNOSIS ETIOLOGI: Emboli Cerebri VII. PENGOBATAN - IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit makro kehilangan 20 - Inj. Citicholin 2x250 mg (IV) - Inj. Asam tranexamat 3x500 mg (IV) - Inj. Omeprazole x40 mg (IV) - Neurobion 1x5000 mcg - Diet cair NGT 1800 kkal - Cek darah lengkap: DR, DK, Faal hemostatis. VIII. PROGNOSIS Quo ad Vitam : dubia Quo ad Functionam : dubia 21 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stroke 1.1. Definisi Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpaadanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. 1.2.Epidemiologi Di Indonesia, stroke menempati urutan 1 rawat inap di bagian neurologi . Stroke dapat terjadi pada semua umur, umumnya meningkat pada usia dekade 5 atau tepatnya usia 50 tahun keatas. Di negara maju, stroke merupakan pembunuh nomor 3 sesudah penyakir jantung dan kanker. Insiden terjadinya stroke adalah 24 orang per 1000 penduduk kelompok usia lanjut. 84% stroke merupakan stroke iskemik dan 16% merupakan stroke hemorragik. Penelitian prospektif tahun 1996/1997 mendapatkan 2.065 pasien stroke dari 28 rumah sakit di Indonesia (Misbach, 2000). Survei Departemen Kesehatan RI pada 987.205 subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 propinsi mendapatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama pada usia > 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi stroke rata-rata adalah 0,8%, tertinggi 1,66% di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah 0,38% di Papua (RISKESDAS, 2007). 1.3. Klasifikasi Dikenal bermacam-macam stroke berdasarkan patologi anatomi (lesi) dan stadium dan lokasi (letak pembuluh darah) : 1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya : 22 a. Stroke Iskemik - Transient Ischemic Attack (TIA) - Trombosis serebri - Emboli serebri b. Stroke Hemoragik - Perdarahan intraserebral - Perdarahan subarakhnoid 2. Berdasarkan stadiumnya : a. Transient Oschemic Attack (TIA) b. Stroke in Evolution c. Completed stroke 3. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah) : a. Tipe karotis b. Tipe vertebrobasiler 1.4. Faktor Risiko 23 2. Stroke Iskemik (Non Hemoragik) 2.1. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik a. Trombosis Thrombosis biasanya dikaitkan dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis. Proses aterosklersosis ditandai dengan plak berlemak pada lapisan intima ateria besar. Bagian intima arteria serebri menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepaskan enzim, adenosine difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tingal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna. b. Embolisme Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung. Embolus mungkin juga berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi biasanya embolus akan menyumbat bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus serebri adalah arteria serebri media, terutama bagian atas. Gejala-gejala dapat timbul setiap saat, dan berkembang secara progresif cepat. 2.2. Gejala Stroke Non Hemoragik 24 Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredarahan darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya. Gejala utama stroke iskemik akibat thrombosis serebri adalah timbulnya defisit neurologic secara mendadak (sub akut), didahului oleh gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Pada stroke akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, mendadak dan pada waktu aktif. Gambaran klinis utama yang dikaitkan dengan insufisiensi aliran darah ke otak dapat dihubungkan dengan tanda serta gejala dibawah ini, 1. Vertebro-basilaris a. Kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak b. Peningkatan refleks tendon c. Ataksia d. Tanda babinski bilateral e. Tanda serebelar f. Disfagia g. Disartria h. Sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat i. Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralisis dari gerakan satu mata) j. Muka baal 2. Arteria karotis interna a. Buta satu mata yang episodik. b. Gejala mula-mula timbul pada anggota gerak bagian atas (tangan terasa lemah dan baal) dan dapat melibatkan wajah. 3. Arteria serebri anterior a. Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang. Gerakan voluntary pada tungkai terganggu. b. Gangguan sensorik kontralateral. 25 c. Demensia, refleks mencengkram dan refleks patologis (disfungsi lobus frontalis). 4. Arteria serebri posterior a. Koma b. Hemiparese kontralateral c. Afasia visual atau buta kata (aleksia) d. Kelumpuhan saraf otak ketiga, hemianopsia, koreoatetosis 5. Arteria serebri media a. Monoparesis atau hemiparesis kontralateral b. Hemianopsia kontralateral (kebutaan) c. Afasia global d. disfagia 2. 3. Diagnosis Stroke Non Hemoragik Diagnosis stroke didasarkan atas hasil yaitu, 1. Penemuan Klinis a. Anamnesis - Terjadi keluhan/gejala defisit neruologik yang mendadak - Tanpa riwayat trauma kepala - Ada faktor risiko stroke. b. Pemeriksaan fisik - Adanya defisit neurologik fokal - Ditemukan faktor risiko (hipertensi, kelainan jantung, dll) - Bising pada auskultasi atau kelainan pembuluh darah lainnya. 2. Pemeriksaan Tambahan/Laboratorium a. Pemeriksaan untuk menemukan faktor risiko, seperti darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit, LED), hitung jenis dan bila perlu gambaran dara, komponen kimia darah, gas, elektrolit. b. EKG, Ekhokardiografi, dll. c. Sken tomografik. d. Angiografi serebral. 26 e. Pemeriksaan likuor serebrospinal. 3. Pemeriksaan lain-lain 2.4. Diagnosis Banding 1. Skor Gajah Mada Parameter : A. Nyeri kepala B. Penurunan Kesadaran C. Refleks Babinski Analisa : - 3 atau 2 ada , stroke hemorhagik(SH) - 1 ada. A ada SH, B ada SH, C ada Stroke non hemoragik (SNH). - Tak ada ketiganya , SNH. Pada kasus ini, pasien mengalami penurunan kesadaran, maka berdasarkan skor gajah mada pasien ini mengalami stroke hemoragik. Tetapi pada gold standard pemeriksaan, yaitu CT Scan pasien mengalami stroke non hemoragik. 2. Siriraj Skor : Rumus = (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah diastolik) – [(3 x atheroma) – 12] Keterangan : - Kesadaran: Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2 - Muntah: tidak = 0 ; ya = 1 - Sakit kepala : tidak = 0 ; ya = 1 - Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1 (anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten) Pembacaan: 27 - Stroke Hemo (>1) - Stroke Non Hemo (<-1) - Borderline (-1 sampai 1) Pada kasus ini pasien datang dalam keadaan sadar, GCS semikoma (GCS 8). Ada tanda atherom. Skor yang didapatkan -0,5, untuk itu dibutuhkan pemeriksaan penunjang yaitu CT Scan. 2.5. Tatalaksana Stroke Non Hemoragik Tatalaksana stroke dibedakan menjadi dua, yaitu fase akut dan fase pasca akut. 1. Fase akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit) Sasaran pengobatan pada fase akut adalah menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati; dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak mengganggu/mengancam fungsi otak, serta dipelihara fungsi optimal, antara lain a. Respirasi: jalan napas harus bersih dan longgar b. Jantung: harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG c. Tekanan darah: dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan sampai menurunkan perfusi otak d. Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan secara drastis, terutama pada penderita dengan DM lama e. Bila gawat atau koma, balans cairan, elektrolit, dan asam basa darah harus dipantau. Penggunaan obat juga diperlukan dalam memulihkan aliran darah dan metabolism otak, antara lain a. Anti-edema otak - Gliserol 10% per infuse, 1 gr/kgBB/hari dalam 6 jam. - Kortikosteroid: deksametason dengan bolus 10-20 mg i.v., diikuti 4-5 mg/6 jam selama beberapa hari, lalu diturunkan pelan-pelan dan dihentikan setelah fase akut berlalu. 28 b. Anti-agregasi trombosit Anti-agregasi trombosit yang umum dipakai, yaitu asam asetil salisilat (ASA), seperti aspirin, aspilet dll, dengan dosis rendah: 80-300 mg/hari. c. Antikoagulansia: misalnya heparin. 2. Fase pasca akut Sasaran pengobatan setelah fase akut dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke. Rehabilitasi diharapkan dapat mengatasi kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, terapi wicara, dan psikoterapi. Selain itu, diperlukan pula terapi preventif yang bertujuan untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru dengan jalan mengobati dan menghindari faktor-faktor risiko stroke, yaitu pengobatan hipertensi, mengobatai diabetes mellitus, menghindari rokok, obesitas, stress, olahraga, dll. 2.6. Prognosis Prognosis stroke dipengaruhi beberapa faktor, antara lain 1. Tingkat kesadaran 2. Usia: pada usia 70 tahun atau lebih angka kematian meningkat tajam. 3. Jenis kelamin: lelaki lebih banyak (61%) yang meninggal dari pada perempuan (41%). 4. Tekanan darah: tensi tinggi prognosis jelek. 5. Lain-lain: misalnya cepat dan tepatnya pertolongan. 29 DAFTAR PUSTAKA 1. Mardjono, Mahar Prof. DR. Sidharta Priguna, Prof. DR. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat; 2004. 2. M. Baehr dan M. Frotscher. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta: EGC; 2012. 3. Nassisi, Denise, MD. Stroke Hemorragic. www.emedicine.com 4. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2007. 5. Tsementzis, Sotirios. A Clinician’s Pocket Guide: Differential Diagnosisin Neurology and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000. 6. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003 7. Ropper Neurology.Edisi AH, Brown 8. BAB RH. 4. Adams Major and Victor’s Categories of Principles of Neurological Disease:Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New York, 2005. 8. Sotirios AT,. Differential Diagnosis Neurosurgery.NewYork. Thieme Stuttgart. 2000. in Neurology and