tinjauan yuridis peran dan tanggung jawab wali amanat di pasar

advertisement
TINJAUAN YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI
AMANAT DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
INGRID GRATSYA ZEGA
060200196
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
TINJAUAN YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI
AMANAT DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
INGRID GRATSYA ZEGA
060200196
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
(Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH)
NIP. 19560329 198601 1 001
Pembimbing I
Pembimbing II
(Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH)
NIP. 19560329 198601 1 001
(Dr. Sunarmi, SH. M.Hum)
NIP. 19630215 198903 2 002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya Penulis mampu untuk menjalani perkulihan
sampai pada tahap penyelesaian skripsi pada jurusan Hukum Ekonomi di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara ini.
Penulisan skripsi diajukan untuk melengkapi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini
penulis menyadarai dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan sangat
berterima kasih jika ada krtik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi
ini.
Adapun penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Departemen
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga
Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M. Hum., sebagai Dosen Pembimbing II serta sebagai
Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
4. Bapak L.H. Nainggolan selaku Dosen Wali Penulis dari Semester I sampai
terakhir.
5. Ibu Prof. Ningrum Natasya, SH, M.LI, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH,
M.Hum, Bapak M. Hayat, SH, Bapak Edi Ikhsan SH, M.Hum, Para Dosen
dan seluruh staf serta karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.
6. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sangat besar kepada
kedua orang tua, adik laki-laki, adik perempuan, Opung, Nenek yang atas
perhatian dan doanya selama ini, yang Penulis hormati dan kasihi yang juga
senantiasa
mengasihi,
membimbing,
memperhatikan,
menegur
dan
menyediakan segala yang Penulis perlukan selama ini.
7. Teman-teman D’Caurz yang selama ini berbagi suka dan duka dengan
Penulis yang tidak akan pernah penulis lupakan (mulai dari yang paling
berat ya) Slamat Teguh Rikiyanta Ginting (Dewa Ruci), Maria Afryanti (the
most uniqe girl that Caurz ever met), Rentha Natalia Pardede (my spiritual
sister), Witra Evelyn Maduma Sinaga (Caurz’s Secretary), Siska Siagian
(Caurz”s Cheerleader), “Friend
is a single soul dwelling in our five
bodies.”
8.
Teman-teman stambuk’06 yang merupakan teman akrab Penulis (meskipun
kalau sibuk, sudah kurang Penulis perhatikan), Nurlely Sihotang,
Jaswinderjit, Imelda Sugiharti Halim, Christina Grace Hutauruk, Gishela
Hutagalung (perjalanan ke Pangkalan Berandan naik sepeda motor luar
biasa), Iryanti Sagala, Helen Hosiana, Agnest Elga Margareth, Eva
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Krisnawati, Corry Aruan, Evi Purba, Debora Saragih (Sebel, Sedusebel), Ida
Friska, Felicia Halim, Yolanda Ginting, Sere Yordan, Alex, Chandra, serta
banyak lagi yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, thanks to you
all.
9. Semua anggota Permahi, terutama para senior seperti Polda Simbolon, SH.,
Revondy, SH., Steveni, SH., serta para junior lainnya.
10. Semua senior yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (according alphabhets yo
guys) Christie Gozali, SH., Darmawan, SH., Debora K. Doloksaribu, SH.,
Elizabeth Simanjuntak, SH., Evelyn, SH. (Thanks for everything ya kak),
Fadlielah Hasanah, SH., Frans Margo Leo, SH., Manahan Tambunan, SH.,
Sandra Liviyanski, SH., Sugondo, SH., Theresia Tobing, SH.
11. Anak-anak MCC Yogya 2009, mulai dari Alkautsar Prawira Syailanov, M.
Heru, Rahmat Arifin (Trio Setan), Jeffry, Witra Evelyn, Maria Afryanti,
Wina Febriani (Putri Deli Serdang), M. Yusuf Sihite (Putra Dolok Sanggul),
Rendy
Febian
(Keep
Posting
Ren),
Gading
Nainggolan
(Rektor
Unang/Universitas Nainggolan), Alboine, Satra (My favourite partner),
Nurlatifah Harahap, Brando Almando (Papa), Theresia D. Marina (Mama),
thanx for everything yo guys, never feel regret to our togetherness.
Medan, Desember 2009
Penulis,
Ingrid Gratsya Zega
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………..
1
B. Perumusan Masalah …………………………………………
8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………………………………
9
D. Keaslian Penulisan…………………………………………..
10
E. Tinjauan Kepustakaan ……………………………………… 10
F. Metode Penulisan ………………………………………….. 15
G. Sistematika Penulisan ……………………………………… 17
BAB II POLA PERJANJIAN WALI AMANAT DALAM PENERBITAN
OBLIGASI DI PASAR MODAL INDONESIA
A. Wali Amanat ……………………………………………… 20
1. Pengertian dan eksistensi Wali Amanat di Indonesia …... 20
2. Wali Amanat sebagai Indenture Trustee ……………….. 23
3. Pendaftaran, pelaporan dan
Pemeliharaan dokumen oleh Wali Amanat …………….. 28
B. Obligasi …………………………………………………….. 32
1. Pengertian dan Jenis-jenis Obligasi …………………… 32
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam Penerbitan Obligasi ….. 41
C. Pola Perjanjian Wali Amanat dalam Penerbitan Obligasi
di Pasar Modal Indonesia …………………………………. 52
BAB III PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR
MODAL INDONESIA
A. Aspek Hukum Perwaliamanatan …………………………… 72
B. Pihak-pihak yang berhak menjadi
Wali Amanat dalam Penerbitan Obligasi ………………….... 76
C. Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat
di Pasar Modal Indonesia ………………………………….. 78
BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI WALI AMANAT
DALAM MENJALANKAN KEWAJIBANNYA DI PASAR
MODAL
A. Kewajiban Wali Amanat ……………………………………. 84
1. Kewajiban langsung Wali Amanat
terhadap Investor Pemegang Obligasi ……………... 84
2. Kewajiban Emiten terhadap Investor Pemegang
Obligasi melalui Wali Amanat ……………………… 87
B. Perdebatan antara Emiten dan Wali Amanat ……………….. 92
C. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Wali Amanat
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
di Pasar Modal Indonesia …………………………………... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………101
B. Saran ………………………………………………………. 104
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 107
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
DAFTAR SINGKATAN
EBITDA
= Earning
Before
Interest,
Taxes,
Depreciation,
Amortization
HMETD
= Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
IKTA
= Izin Kerja Tenaga Asing
KSEI
= Kustodian Sentral Efek Indonesia
KTUR
= Konfirmasi tertuliis untuk RUPS
RUPO
= Rapat Umum Pemegang Obligasi
RUPS
= Rapat Umum Pemegang Saham
RUPSLB
= Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
RUPST
= Rpat Umum Pemegang Saham Tahunan
SPN
= Surat Perbendaharaan Negara
SUN
= Surat Utang Negara
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
and
ANALISIS YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
WALI AMANAT DI PASAR MODAL
ABSTRAKSI
*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H.
**) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum
***) Ingrid Gratsya Zega
Perkembangan kegiatan bisnis di Pasar Modal memberikan peluang
kepada masyarakat untuk melakukan investasi baik investasi berjangka pendek,
menengah, maupun berjangka panjang. Efek bersifat utang (obligasi) merupakan
surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak dari pihak penerbit (Emiten) dan
para kreditur (investor), yang mana jumlahnya relatif cukup banyak. Atas dasar
tersebut untuk melindungi investor dari risiko gagal bayar, dalam proses
penerbitan obligasi, maka perlu dibentuk suatu lembaga (Wali Amanat) yang
mewakili seluruh kepentingan kreditur.
Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai pola perjanjian
perwaliamanatan dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal, bagaimana peran
serta tanggung jawab wali amanat di Pasar Modal, beserta kendala-kendala yang
dihadapi oleh wali amanat dalam menjalankan tugasnya di Pasar Modal.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
normatif dengan mengumpulan data secara studi pustaka (library research)
disertai dengan mengumpulkan data dan membaca referensi melalui peraturan,
majalah, internet dan sumber lainnya, kemudian diseleksi data-data yang layak
untuk mendukung penulisan.
Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa peran tanggung dan jawab
wali amanat adalah berdasarkan pada hubungan kepercayaan, dimana wali amanat
dihadapkan pada kewajiban untuk melakukan segala tindakan hanya untuk
kepentingan dari seluruh investor dan menghindari terjadinya benturan
kepentingan yang menghambat independensinya sebagai pihak yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang.
Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah hendaknya dalam rangka
menjaga independensi wali amanat dan menghindari keadaan-keadaan yang dapat
mengakibatkan benturan kepentingan, maka dalam pelaksanaan tugas tersebut
harus dibatasi dan diawasi pemenuhannya oleh Bapepam, yang mana perlu
didukung dengan adanya suatu kode etik dan standar profesi wali amanat
Kata Kunci : Wali Amanat dan Pasar Modal
*) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang
tidak sedikit. Sumber dana dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk
melakukan pembangunan. Oleh sebab itu perlu ada usaha mandiri untuk
mengarahkan dana investasi yang bersumber dari dalam, yaitu tabungan
masyarakat, tabungan pemerintah, dan penerimaan devisa. Pada kenyataannya
banyak negara berkembang mengalami kelangkaan dana, maka dari itu untuk
mengatasi hal tersebut tidak sedikit dari mereka bergantung kepada pinjaman
yang berasal dari luar negeri. Walaupun disadari bahwa tabungan di negara
sedang berkembang masih relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara maju,
namun yang lebih penting di era globalisasi adalah mengusahakan efektifitas
pengerahan tabungan pada sektor-sektor yang produktif. Dalam rangka
meningkatkan pengerahan dana tabungan masyarakat, pasar modal dipandang
sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu
negara. 1
Perkembangan pasar modal di Indonesia membawa dampak yang positif
terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan pasar
modal selain sebagai alternatif pendanaan bagi pengembangan dunia usaha yang
mempunyai peranan strategis dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional,
1
Panji Anoraga & Ninik Widiyanti, Pasar Modal; Keberadaan dan Manfaatnya bagi
Pembangunan, (Jakarta:Rineka Cipta, 1995), hlm. 2.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
juga berfungsi sebagai salah satu sarana investasi bagi pemodal yang mempunyai
kelebihan dana atau wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan alternative
sarana investasi bagi masyarakat (investor). Segenap upaya dilakukan pemerintah
untuk memasyarakatkan pasar modal, sehingga masyarakat tergerak untuk
berinvestasi di pasar modal dengan membeli sejumlah efek dari perusahaanperusahan. Pemilikan efek perusahaan-perusahaan oleh masyarakat ternyata
memberi harapan dan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan sebagai dampak
positif dari kinerja perusahaan. 2 Maka dari itu pasar modal sangat mempunyai
peranan yang begitu penting untuk suatu negara, antara lain: 3
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2. Pasar Modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk
memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan
mendorong perusahaan (Emiten) untuk memenuhi keinginan para investor
untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
3. Pasar memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham
yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4. Pasar
modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat
untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
2
M. Irsan Nasarudin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Kencana,
2008), hlm.2.
3
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Cet. 2,(Yogyakarta : UPP-AMP
YKPN, 2000), hlm.7-8.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Pasar Modal memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan
investasi baik investasi yang berjangka pendek, menengah, maupun berjangka
panjang, sedangkan bagi pihak Emiten semakin mudah untuk memperoleh dana
dari masyarakat pemodal (investor) dengan cara menerbitkan surat berharga baik
bersifat ekuitas maupun bersifat utang. 4
Obligasi merupakan salah satu jenis efek yang mempunyai jangka waktu
cukup panjang. 5 Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk
penerbitan surat utang dalam jumlah yang besar yang ditawarkan secara luas
kepada publik. 6 Penerbitan obligasi merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan dana secara cepat dimana dana tersebut dapat digunakan dalam
pembiayaan terhadap perusahaan atau untuk melakukan ekspansi perusahaan.
Sedangkan pembeli obligasi atau investor pemegang obligasi merupakan
masyarakat pemodal yang ingin melakukan investasi dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan,
Janji di dalam obligasi merupakan janji untuk membayar sejumlah uang
pada waktu tertentu, yaitu pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Maka
dari itu, obligasi memuat janji bahwa dalam utang tersebut akan diberikan bunga
yang bentuknya tergantung pada kesepakatan, apakah bunga mengambang atau
bunga tetap. 7 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan
tempat dimana bertemunya kedua belah pihak tersebut, yaitu antara Emiten
dengan investor pemegang obligasi (masyarakat pemodal).
4
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 2.
5
Ibid.
6
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 2
7
Ibid., hlm. 1.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Seiring meningkatnya kegiatan bisnis di Pasar Modal Indonesia paska
krisis moneter membuat banyak perusahaan tertarik untuk memanfaatkan pasar
modal dalam negeri, namun disisi lain timbul beberapa kekhawatiran mengenai
resiko yang timbul apabila pihak Emiten melakukan cedera janji atas kewajiban
utangnya. Hal ini pada dasarnya cukup beralasan mengingat dalam kasus-kasus
sebelumnya, pada akhirnya investorlah yang sering dirugikan apabila hal tersebut
terjadi. Efek bersifat utang (obligasi) merupakan surat pengakuan utang yang
sifatnya sepihak dari pihak penerbit (Emiten) dan para kreditur (investor), yang
mana jumlahnya relatif cukup banyak. Atas dasar tersebut untuk melindungi
investor dari risiko gagal bayar ini, dalam proses penerbitan obligasi, maka dirasa
perlu untuk membentuk suatu lembaga (Wali Amanat) yang mewakili seluruh
kepentingan kreditur. 8
Pada dasarnya penerbitan suatu obligasi khususnya yang diterbitkan lewat
pasar modal dilakukan lewat prosedur yang hampir sama dengan prosedur
penerbitan saham lewat pasar modal hanya saja berbeda dengan penerbitan saham,
maka dalam suatu penerbitan obligasi terlibat juga pihak wali amanat (trustee),
yang akan mewakili kepentingan pemegang obligasi misalnya pada waktu
melaksanakan suatu Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO). Dalam kegiatan
bisnis di Pasar Modal Indonesia, keberadaan wali amanat memegang peranan
yang sangat vital, terutama dalam kaitannya dengan penerbitan efek bersifat
utang. Tanpa adanya lembaga ini, maka pemegang efek selaku kreditur harus
8
www.endjivanhouten.com, diakses tanggal 12 September 2009.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
berhadapan langsung dan melakukan pengawasan secara sendiri-sendiri untuk
memastikan bahwa tidak terdapat hak-hak yang dilanggar oleh Emiten.
Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menentukan bahwa wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan
pemegang efek yang bersifat utang baik di dalam maupun di luar pengadilan. 9
Akibat dari kedudukannya itu, dalam suatu penerbitan obligasi, para pemegang
obligasi berdasarkan hukum dianggap telah memberikan kuasa kepada wali
amanat tersebut meskipun penunjukkan atas wali amanat ini sebenarnya dilakukan
oleh penerbit obligasi (debitur) sendiri. 10 Pada prinsipnya wali amanat ditunjuk
oleh emiten yang ingin menerbitkan obligasi sebelum melakukan emisi.
Penunjukan tersebut tidak dilakukan oleh pemegang obligasi mengingat pada
waktu penunjukkan tersebut belum terdapat pemegang obligasi, karena pada saat
itu obligasi tersebut belum ditawarkan kepada umum.
Setelah wali amanat ditunjuk oleh emiten, maka emiten dan wali amanat
harus membuat suatu perjanjian yang disebut dengan Perjanjian Perwaliamanatan.
Hubungan anatara emiten obligasi dengan wali amanat ini diatur dalam perjanjian
perwaliamanatan. 11 Sejak ditandatangani perjanjian perwaliamanatan tersebut,
maka wali amanat telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang
efek bersifat utang (obligasi) tersebut, tetapi perwakilan tersebut baru berlaku
9
10
Bab I Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Penjelasan Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
11
Adrian Sutedi, Op. cit., hlm. 14.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
efektif pada saat efek tersebut telah dialokasikan kepada para pemodal. 12
Perjanjian Perwaliamanatan inilah yang akan menjadi dasar utama dalam
mengatur syarat dan kondisi penerbitan efek bersifat utang, termasuk hak dan
kewajiban para pihak yang terlibat. 13
Wali Amanat berhak mewakili investor pemegang obligasi dalam
melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan investor
pemegang obligasi termasuk dalam melakukan penuntutan hak-hak investor
pemegang obligasi baik di dalam maupun di luar pengadilan. 14 Begitu juga
ddalam hal apabila terjadi kelalaian, berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal
menyatakan bahwa wali amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang
efek bersifat utang atas kerugian yang dikarenakan kelalaiannya dalam
pelaksanaan tugasnya sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan/atau
peraturan pelaksanaannya serta kontrak perwaliamanatan. 15 Sehingga dengan kata
lain melalui perjanjian tersebut maka, walaupun wali amanat bukanlah kreditur
pemilik efek bersifat utang, tetapi lembaga tersebut merupakan satu-satunya pihak
yang berwenang untuk bertindak sehubungan dengan efek bersifat utang tersebut,
sebaliknya ketika investor itu sendiri, ia tidak berhak untuk melakukannya.
Adapun ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Perwaliamanatan sebagai
dasar penerbitan efek bersifat utang saat ini juga sudah jauh lebih kompleks
12
M. Irsan Nasarudin,dkk, Pasar Modal Indonesia, Diktat Kuliah di FH-UI, 1999, hlm.
135 yang dikutip dalam bukunya Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Kencana,
2007),hlm.3.
13
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang Perwaliamanatan
Di Pasar Modal Indonesia; Departemen Keuangan Republik Indonesia; Badan Pengawas Pasar
Modal;Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, 2005, hlm.1.
14
Penjelasan Pasal 51 Ayat (2) UUPM.
15
Bab III Pasal 53 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
dengan berbagai kondisi atau klausula yang terus berkembang seiring dengan era
globalisasi, seperti adanya ketentuan pembelian kembali efek bersifat utang oleh
Emiten (buy back), ketentuan call option dan put option, pengurangan nilai pokok
obligasi berdasarkan periode tertentu, ketentuan rapat umum pemegang obligasi
berkaitan dengan perubahan kondisi penting dalam obligasi, jaminan obligasi
berupa piutang dan lain sebagainya. Sementara itu, sampai saat ini masih terdapat
penyelesaian masalah antara emiten dengan pemegang obligasi, akibat dari
wanprestasi emiten serta restrukturisasi obligasi, yang mengahasilkan solusi yang
belum memuaskan para pihak, terutama di pihak pemegang obligasi. 16
Di dalam Pasal 1340 Kitab undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata) menyatakan:
“ Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga; tak dapat
pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur
dalam Pasal 1317”.
Pasal 1340 KUH Perdata, sebagai ketentuan dasar yang mengatur tentang
asas personalia secara tegas menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat para
pihak yang membuatnya. Pada kenyataannya perjanjian perwaliamanatan yang
dibuat oleh emiten dengan wali amanat mengikat para investor pemegang
obligasi, padahal investor bukanlah pihak dalam Perjanjian Perwaliamanatan
tersebut.
16
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Loc.cit.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Dari pemaparan di atas, dipandang perlu dilakukan studi tentang
perwaliamanatan di Pasar Modal. Adapun skripsi ini dibuat untuk menguraikan
dan memberikan penjelasan mengenai peran dan tanggung jawab wali amanat
terhadap investor pemegang obligasi. Skripsi ini diharapkan dapat dipakai sebagai
masukan guna menentukan kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan investor
yang berinvestasi kepada obligasi.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan judul skripsi “ Analisis Yuridis Peran dan Tanggung Jawab
Wali Amanat Di Pasar Modal”, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas dalam skripsi ini, agar sistematika penulisan dan pembahasan dalam
skripsi ini lebih teratur serta untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian oleh
para pembaca skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pola perjanjian perwaliamanatan dalam penerbitan obligasi di
Pasar Modal?
2. Bagaimana peran serta tanggung jawab wali amanat di Pasar Modal?
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh wali amanat dalam
menjalankan tugasnya di Pasar Modal?
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pola perjanjian perwaliamanatan dalam penerbitan
obligasi di Pasar Modal.
2. Untuk mengetahui peran serta tanggung jawab wali amanat di Pasar
Modal.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh wali amanat dalam
menjalankan tugasnya di Pasar Modal.
Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Pembahasan yang termuat di dalam kajian mengenai “ Analisis Yuridis
Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal” ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai tanggung jawab yang
diemban oleh wali amanat, khususnya dalam melakukan perjanjian dalam
penerbitan obligasi serta kendala-kendala yang harus dihadapi wali amanat dalam
menjalankan perannya.
Dibalik pentingnya peran Lembaga Penunjang Pasar Modal ini, kegiatan
pengkajian dan evaluasi atas kinerja mereka selama ini dirasakan masih sangan
sedikit, sehingga pemngembangan dari sisi regulasi, pengawasan dan pembinaan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selaku otoritas pasar modal juga
belum berjalan dengan optimal. Sehingga diharapkan melalui skripsi ini, sedikit
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
banyak memberikan informasi kepada publik, khususnya dalam hal peningkatan
perannya untuk melindungi kepentingan investor pemegang obligasi.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi tambahan materi bagi para
pembacanya, baik umum maupun para akademisi pada khususnya dalam mengkaji
perihal Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal.
D. Keaslian Penulisan
“Analisis Yuridis Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar
Modal” yang diangkat menjadi judul skripsi ini adalah merupakan karya ilmiah
yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi dari bukubuku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan wali amanat dan
pasar modal, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan para pihak.
E. Tinjauan kepustakaan
Wali Amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang
efek yang bersifat utang baik di dalam maupun di luar pengadilan. 17
Defenisi Wali Amanat sebagaimana telah ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 30 adalah:
“Pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang”. Oleh
karena efek bersifat utang merupakan surat pengakuan utang yang bersifat sepihak
17
www.endjivanhouten.com yang diakses tanggal 12 September 2009.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
dari pihak penerbit (Emiten) dan para kreditur (investor) jumlahnya relatif banyak,
maka dibentuk suatu lembaga yang mewakili kepentingan seluruh kreditur. 18
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan menyatakan bahwa wali amanat adalah: 19
“Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum untuk mewakili
kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara Bank
Umum dengan Emiten surat berharga yang bersangkutan.”
Sedangkan Gunawan Widjaja dan Jono memberikan memiliki defenisi
tersendiri tentang wali amanat adalah: 20
“Suatu lembaga atau pihak yang bertindak untuk mewakili kepentingan
pemegang efek yang bersifat utang (masyarakat pemodal), dengan
membuat suatu perjanjian dengan emiten, yang dibuat sebelum penerbitan
obligasi (sebelum penawaran obligasi dilaksanakan).”
Pada prinsipnya wali amanat ditunjuk oleh emiten yang ingin menerbitkan
obligasi. Dalam Undang-Undang Pasar Modal tidak terdapat defenisi obligasi
secara eksplisit, tetapi terdapat kata “obligasi” pada Pasal 1 angka 5, Penjelasan
Pasal 21 Ayat (3), Pasal 24 Ayat(1), dan Penjelasan Pasal 25 Ayat (1), dimana
intinya bahwa obligasi termasuk salah satu jenis efek. Ketentuan yang lebih jelas
terdapat pada penjelasan Pasal 51 Ayat (4), dimana dikatakan bahwa Obligasi
sebagai contoh Efek yang bersifat utang jangka panjang.
18
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm.7.
Bab I Pasal 1 angka (15) Undang-Undang Nomor 10 tentang Perbankan.
20
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm.75.
19
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Obligasi merupakan suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia
keuangan yang merupakan pernyataan utang penerbit obligasi kepada pemegang
obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon,
dengan pembayaran bunga saat tanggal jatuh tempo. Ketentuan lain dapat juga
dicantumkan dalam obligasi misalnya identitas pemegang obligasi pembatasanpembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. 21
Lebih lanjut Gunawan Widjaja menyatakan bahwa obligasi adalah: 22
“Utang yang harus dipenuhi atau dilunasi oleh emiten yang menerbitkan
obligasi tersebut kepada investor publik yang membeli obligasi yang
diterbitkan dan selanjutnya menjadi pemilik dari obligasi tersebut.”
Sementara itu menurut Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal
Indonesia, bahwa Obligasi dapat diartikan sebagai: 23
“Efek utang pendapatan tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana
penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka
waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada saat
jatuh tempo.”
Sementara itu Adrian Sutedi berpendapat bahwa Obligasi dapat diartikan
sebagai: 24
“Suatu perikatan yang berisi janji. Obligasi merupakan surat yang berisi
janji yang mana salah satu pihaknya (principal atau penerbit) biasa berupa
21
www.obligasiritel.go.id., Perjelasan Obligasi atas Laporan Departemen Keuangan,
Siaran Pers (Jakarta: 1 Mei 2006). Diakses tanggal 7 Agustus 2009, hlm. 3.
22
Gunawan Widjaja, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm.7.
23
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 9.
24
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 1.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
perusahaan maupun pemerintah.”
Janji didalam obligasi merupakan janji untuk membayar sejumlah uang
pada waktu tertentu, yaitu pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Oleh
karena itu, dalam obligasi memuat janji bahwa dalam utang tersebut akan
diberikan bunga yang bentuknya tergantung pada kesepakatan.
Mengenai obligasi, Bibin Bisono mengemukakan pendapatnya sebagai
berikut: 25
“Bond is widely known in Indonesia as a debt paper bearing fixed coupon.
Bond is issued following the procedure of public offering and listed in a
stock exchange. It normally matures more than one year (generally
between five to seven tears).”
Menurut Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991, obligasi adalah: 26
“Bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau
janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal
jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sejak tanggal emisi.”
Sumantoro menyatakan bahwa pasar modal adalah merupakan tempat
penjual dana dan pembeli dana. Modal/dana atau efek yang diperjualbelikan di
pasar modal atau bursa tersebut umunya berbentuk saham dan obligasi. 27
25
Bibin Bisono, Mengkaji Pasar Sekunder Obligasi di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 3, 1998, hlm 51 seperti dikutip oleh Adrian Sutedi dalam bukunya Aspek Hukum Obligasi
& SUKUK, Op. cit., hlm. 5.
26
Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Sedangkan menurut Elsi Kartika sari dan Advendi Simangunsong, pasar
modal adalah merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek ataiu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya atau lembaga profesi yang berkaitan dengan efek untuk melakukan
transaksi jual beli. 28
Sementara itu menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Bab
I Pasal 1 angka (13), yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
29
Lebih lanjut lagi M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, secara sederhana
mendefenisikan pasar modal sebagai pasar yang memperjualbelikan berbagai
instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentu utang maupun
modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta. 30
F. Metode Penulisan
Dalam hal ini, apa yang dikemukakan dalam tulisan ini merupakan
pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik. Maka
haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti.
Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:
27
Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1990), hlm. 57.
28
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2007), hlm. 146.
29
BAB I Pasal 1 angka (13) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
30
M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 13.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Dengan demikian, penelitian
yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau
data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam
bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. 31
2. Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah
bahan hukum primer, sekunder, dan juga tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan peraturan-peraturan lain
mengenai wali amanat.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa bukubuku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum
yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum
primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain sebagainya.
31
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik,
terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan metode penelitian
hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library
Research).
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
suatu
penelitian
kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan
dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum
atau bahan rujukan bidang hukum
Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahanbahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan
beberapa buku wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi
dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran, serta majalah.
4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe
penilitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan
untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data
dilakukan dengan: 32
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti.
32
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 45.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.
d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin
yang ada.
e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.
G. Sistematika Penulisan
Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasan
dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan Skripsi ini terbagi ke
dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
BAB I :
PENDAHULUAN
Bab ini berisi pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar
belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan
dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II : POLA PERJANJIAN WALI AMANAT DALAM PENERBITAN
OBLIGASI DI PASAR MODAL INDONESIA
Bab ini merupakan uraian mengenai suatu tinjauan umum mengenai
wali amanat, mulai dari pengertian dan eksistensi wali amanat di
Indonesia, wali amanat sebagai Indenture Trustee, hingga pendaftaran,
pelaporan dan pemeliharaan dokumen oleh wali amanat.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Selanjutnya akan diuraikan mengenai obligasi, lengkap dengan pihakpihak yang terlibat daqlam penerbaitan obligasi, yang akan diawali
dengan pengertian dan jenis-jenis obligasi.
Terakhir bab ini akan mencoba menguraikan pola perjanjian wali
amanat dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal.
BAB III : PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR
MODAL INDONESIA
Bab ini merupakan uraian mengenai aspek hukum perwaliamanatan di
Indonesia, berikut juga dengan pihak-pihak yang berhak menjadi wali
amanat dalam penerbitan obligasi, serta peran dang tanggung jawab
wali amanat di pasar modal.
BAB IV: KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI WALI AMANAT
DALAM MENJALANKAN KEWAJIBANNYA DI PASAR MODAL
Bab ini akan membahas tentang kewajiban wali amanat lengkap
dengan kewajiban langsung wali amanat terhadap investor pemegang
obligasi, serta kewajiban Emiten terhadap investor pemegang obligasi
melalui wali amanat.
Selanjutnya bab ini akan menguraikan perdebatan yang terjadi antara
emiten dan wali amanat, beserta dengan kendala-kendala yang
dihadapi oleh wali amanat dalam menjalankan kewajibannya di pasar
modal Indonesia.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini akan memuat kesimpulan dari pembahasan yang ada
pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran
terhadap pembahasan skripsi ini.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Bab II
POLA PERJANJIAN WALI AMANAT DALAM PENERBITAN
OBLIGASI DI PASAR MODAL
A. Wali Amanat
1. Pengertian dan eksistensi Wali Amanat di Indonesia.
Undang-Undang tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa wali amanat
merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang,
sedangkan pihak diartikan sebagai orang perseorangan, perusahaan, usaha
bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. 33
Sedangkan Undang-Undang Perbankan memberikan defenisi wali amanat
sebagai kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank Umum untuk mewakili
kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara Bank Umum
dengan Emiten surat berharga yang bersangkutan. 34 Dari dua defenisi tersebut,
terlihat bahwa defenisi wali amanat yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor
10 tahun 1998 lebih spesifik dan lebih kompleks dari pada defenisi yang diberikan
oleh Undang-undang Pasar Modal.
Penggunaan kata-kata “Wali Amanat” dalam undang-Undang Pasar Modal
merupakan penggantian dari rumusan “Trustee”, yang sebelumnya digunakan
dalam Keputusan Menteri keuangan Nomor 696/KMK.011/1985 tentang
Lembaga Penunjang Pasar Modal. 35 Penggunaan istilah “Trustee” ini selanjutnya
33
Bab I Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Bab I Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
35
Pasal 1 huruf c Keputusan Menteri Keuangan Nomor 696/KMK.011/1985.
34
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
diubah dengan nama “Trustee-Agent” dalam Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1548/KMK.013/1990. 36
Dalam konteks tersebut, pemilik dari efek bersifat utang adalah investor
pasar modal, sedangkan wali amanat berdasarkan defenisi yang diberikan adalah
pihak yang mewakili investor pemegang efek bersifat utang ini. Dengan demikian
wali amanat, meskipun bukan kreditur pemilik efek bersifat utang, adalah “satusatunya” pihak yang berwenang untuk bertindak sehubungan dengan efek bersifat
utang tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena efek bersifat utang adalah
merupakan surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak dan para pemegangnya
tersebar luas. 37
Wali amanat ini diperlukan mengingat bahwa efek yang bersifat utang
tersebut mempunyai sifat yang sepihak dan mempunyai jangka waktu jatuh tempo
yang panjang. 38 Efek bersifat utang yang ditawarkan kepada publik tentunya
dimiliki oleh banyak investor. Tanpa adanya wali amanat, pemegang efek selaku
kreditur harus berhadapan langsung dan melakukan pengawasan secara sendirisendiri untuk memastikan bahwa tidak terdapat hal-hal yang dilanggar dalam
kontrak perwaliamanatan.
Pengawasan secara individual oleh masing-masing kreditur ini tentunya
akan memakan waktu dan biaya yang tidak efisien. Dengan alasan ekonomis
tersebut, satu kreditur mungkin akan memanfaatkan hasil pengawasan dari
36
Pasal 1 angka 73 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang
Pasar Modal.
37
Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007),
hlm. 487.
38
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 75.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
kreditur lainnya. Antara para kreditur mungkin akan saling mengamati untuk
menentukan apakah diperlukan suatu tindakan pengawasan pada emiten atau
tidak. Dalam keadaan seperti ini, dapat terjadi terlalu banyak kreditur yang
melakukan pengawasan sendiri-sendiri terhadap emiten, atau sebaliknya, tidak ada
satupun investor yang melakukan pengawasan karena saling mengandalkan satu
dengan yang lain. Kelemahan dari pengawasan secara individual adalah
kemampuan dalam melakukan pengawasan yang tidak sama antara satu kreditur
dengan kreditur lainnya.
Pengawasan
39
secara
individual
juga
memiliki
kelemahan
berupa
kemampuan melakukan pengawasan yang tidak sama antara satu kreditur dengan
lainnya. Ada kreditur yang memilki keahlian yang memadai untuk melakukan
monitoring dan analisis terhadap emiten, dilain pihak ada kreditur lain yang harus
meminta jasa professional untuk melakukan tugas tersebut.
Masalah lain yang mungkin timbul adalah penyebaran informasi penting
yang tidak merata. Kreditur yang pertama mengetahui adanya informasi penting
terkai dengan emiten, mungkin akan melakukan tindakan antisipasi terlebih
dahulu untuk memperoleh keuntungan atau menghindari kerugian yang akan
timbul, dari pada menyebarkan informasi tersebut kepada kreditur-kreditur yang
lain.
Wali Amanat merupakan pihak yang secara professional khusus ditunjuk
untuk melakukan pengawasan bagi kepentingan seluruh kreditur efek bersifat
utang. Dengan keberadaan lembaga penunjang pasar modal ini, semua
39
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op. cit, hlm. 8.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
permasalahan para kreditur sebagaimana tersebut di atas dapat diminimalisir.
Dengan kemapuan professional dari wali amanat, biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan pengawasan ditanggung oleh lembaga ini.
Perbedaan kemampuan melakukan pengawasan antar kreditur dapat dijembatani
oleh keahlian wali amanat akan memberitahukan setiap perkembangan emiten
kepada seluruh kreditur dalam waktu yang sama.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pasar Modal Pasal 50 ayat (1)
disebutkan baahwa pihak yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai wali
amanat adalah Bank Umum. Selain karena kegiatan usaha perbankan yang terkait
erat dengan pengawasan terhadap para debiturnya, pertimbangan lainnya adalah
karena Bank Umum memiliki jaringan kegiatan usaha yang cukup luas. Untuk
mengantisipasi perkembangan pasar modal di masa yang akan datang pihak selain
bank umum yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dimungkinkan
melakukan kegiatan usaha ini.
2. Wali Amanat sebagai Indenture Trustee
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Trusts dalam tradisi hukum
Common law adalah “legal relationship created under the laws of equity whereby
property (the corpus) is held by one party (the trustee) for the benefit of other
(cestui que trust or beneficiaries)”. 40 Rumusan tersebut memperlihatkan bahwa
trust pada negara-negara dengan tradisi hukum Common law adalah produk dari
40
AR Fullarton, The Common Law and taxation of Trusts in Australia in the TwentityFirst Century, hlm.3, http://www.arfullartonassociates.com.au/trusts%2Opapaer.htm., seperti yang
dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta
Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 67.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
equity, yang berada di luar Court of Common law. Common law sendiri tidaklah
mengakui eksistensi dari trusts. Dalam pandangan Common law, sebagaimana
halnya tradisi Civil law, hanya mengakui satu kepemilikan, yaitu dominium
plenum atau pemilikan sejati.
41
Pihak-pihak yang terkait hubungan hukum dalam
suatu trusts tidak dapat menyelesaikan permasalahan hukum yang ada melalui
Common law Court, mereka ini hanya dapat menyelesaikan melalui Court of
Equity.
Trust adalah a right of property, real or personal, held by one party, the
person appointed or required by law to administer a trust, for the benefit of
another. 42
Sedangan Trust Instrument adalah document which sets out in writing the
authority, duties and rights of the parties involved. The Instrumen maybe known
as an Agreement, Indenture, Declaration, or Deed. In the case of a testamentary
trusts, the trust instrument is the decendent’s will. 43
Dari defenisi yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa trusts dapat
dibentuk dan berdasarkan perjanjian. Di luar pembentukan trusts karena kehendak
settler, di Amerika Serikat trusts dapat dibentuk berdasarkan pada perjanjian yang
tunduk pada ketentuan Common Law. Guna melindungi kepentingan pihak-pihak
tertentu yang dalam pandangan hukum Common law berada pada posisi yang
relatif lebih lemah, maka dibuatlah undang-undang yang mengatur mengenai
berbagai prinsip-prinsip equity, termasuk pengaturan mengenai bentuk-bentuk
41
Ibid.
Anonym 2, Questions and Answer about Personal Trusts, tidak dipublikasikan, hlm.1,
seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan
Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm. 68.
43
Ibid.
42
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
constructive trusts 44 seperti perlindungan bagi pemilik proyek konstruksi, pemasik
dalam indutri konstruksi, dan lain sebagainya.
Pada negara-negara bagian di Amerika Serikat yang tidak mempunyai
hukum tertulis yang mengatur mengenai trusts, trusts dimungkinkan untuk
dibentuk atau dibuat melalui perjanjian. Perjanjian yang mengatur mengenai trusts
tersebut disebut dengan nama Indenture. Trusts yang demikian disebut dengan
Pure trusts, yang mana dibedakan dengan Living Trusts yang berkembang di
Amerika Serikat. Sebagai suatu perjanjian, Pure Trusts tunduk pada ketentuan
yang diatur dalam Common Law. Oleh karena itu Pure Trusts tunduk sepenuhnya
pada aturan-aturan hukum perjanjian, seperti asas kebebasan berkontrak.
Dengan demikian, jelas bahwa konsepsi Common Law yang berlaku di
Amerika Serikat, suatu Pure Trusts adalah Trusts lahir semata-mata dari
perjanjian, yang seluruh hak dan kewajibannya diatur dalam perjanjian tersebut.
Pure Trusts memiliki bentuk yang sama dengan organisasi perusahaan, namun
demikian oleh karena Trusts, secara alamiah bukanlah suatu badan hukum, maka
organisasi perusahaan yang tidak berbadan hukum, sebagaimana halnya suatu
persekutuan perdata. Adapun perjanjian yang melahirkan Pure trusts disebut
dengan Indenture Deed atau Indenture Agreement.
Dengan demikian jelas bahwa Wali Amanat (Indenture Trustee)
merupakan bentuk perkembangan trusts yang terjadi di Amerika Serikat. Sebagai
suatu bentuk trusts, indenture trustee tidak dilahirkan dari suatu Declaration of
44
Ibid., hlm. 69.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Trusts, melainkan lahir dari perjanjian yang disebut dengan Indenture Deed atau
Indenture Agreement.
Jika disandingkan dengan persyaratan atau cirri-ciri atau karakteristik
suatu trust yang diatur dalam Convention on the Law Applicable to Trusts and on
Their Recognition dapat dikemukakan sebagai berikut:45
a. Trust corpus dalam hal ini adalah kepentingan seluruh pemilik efek bersifat
utang, yang dikaitkan dengan jaminan dalam bentuk seluruh kebendaan milik
emiten (berlakunya Pasal 1131 KUH Perdata jo. Pasal 1132 KUH Perdata),
dan atau satu atau lebih harta kekayaan emiten yang dijaminkan secara
kebendaan, dan atau jaminan utang oleh pihak ketiga yang tidak bersifat
mendahulu (berlakunya Pasal 1132 KUH Perdata jo. Pasal 1133 KUH
perdata). Dalam konteks kepentingan seluruh investor pemilik efek bersifat
utang, wali amanat merupakan pemilik surat utang global yang selanjutnya
didistribusikan kepada seluruh investor kedalam bagian-bagian kecil yang
mencerminkan pemilkikan bersama dari surat utang global tersebut.
b. Trusts Corpus yang merupakan pemenuhan kewajiban emiten kepada investor
adalah hak tagih yang dimiliki oleh wali amanat terhadap emiten untuk
keuntungan atau kepentingan seluruh investor pemegang surat utang sebagai
beneficiary.
c. Wali amanat sebagai indenture trustee memiliki hak dan kewenangan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk melakukan pengurusan, pengelolaan
bahkan untuk melakukan tindakan penyerahan lebih lanjut hasil penagihan
45
Pasal 2 dan Pasal 11 Convention on the Law Applicable to Trusts and on Their
Recognition, seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja dalam bukunya Transplantasi Trusts, Op.
cit., hlm. 489.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
yang dilakukan olehnya terhadap emiten. Hak dan kewenangan wali amanat
ini diatur dalam perjanjian perwaliamanatan maupun dalam peraturan
perundang-undangan dalam bidang pasar modal yang berlaku.
d. Keberadaan trust corpus tersebut tidak dapat dihilangkan oleh wali amanat.
Setiap tindakan wali amanat yang mengakibatkan kerugian terhadap investor
menerbitkan kewajiban kepada wali amanat untuk mengganti kerugian
tersebut.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa wali amanat adalah trustee pengurus
suatu hak tagih yang sebenarnya sepenuhnya berada di tangan para kreditur
pemegang surat utang atau obligasi, yang merupakan beneficiary dari surat utang
atau obligasi tersebut. Jika kewenangan wali amanat tersebut dikonstruksikan
sebagai kewenangan yang diambil dari kreditur pemegang surat utang atau
obligasi, yang selanjutnya diserahkan kepada wali amanat dan dipergunakan
untuk menyempurnakan tindakan yang diambil tersebut, yaitu hak untuk
melakukan penuntutan dan atau eksekusi (jaminan kebendaan) guna memperoleh
pelunasan dari surat utang atau obligasi tersebut.
Pada dasarnya hak yang semula ada pada kreditur pemegang surat utang
atau obligasi diambil dan kemudian diserahkan kepada wali amanat, tanpa adanya
hak wali amanat untuk memeperoleh manfaat dari atau untuk menikmati
kewenangan yang diambil dari kreditur. Para kreditur tidak dapat melakukan
penuntutan dan atau ekesekusi (jaminan kebendaan) aguna memperoleh pelunasan
dari surat utang atau obligasi tersebut tanpa batuan wali amanat.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Indenture bukanlah suatu pernyataan sepihak, yang melahirkan hanya
kewajiban pada satu sisi. Indenture melibatkan dua atau lebih pihak yang
memiliki kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perkembangan
dunia menunjukkan bahwa dewasa ini, Indenture dalam bisnis digunakan sebagai
dokumen atau perjanjian yang bertujuan untuk menerbitkan kewajiban
pembayaran sejumlah uang tertentu yang ditawarkan kepada banyak orang.
46
Dengan demikian Gunawan Widjaja dan Jojo menyatakan bahwa
Indenture Trustee adalah: 47
“Pihak yang mewakili kepentingan-kepentingan para investor pemegang
bagian pecahan dari surat utang global, termasuk untuk melakukan
eksekusi jaminan-jaminan kebendaan yang ada, yang diserahkan untuk
kepentingan para investor yang terkai dengan penerbitan surat utang global
yang dipecah-pecah ke dalam bagian surat-surat utang yang dimiliki oleh
investor.”
3. Pendaftaran, pelaporan dan pemeliharaan dokumen oleh Wali Amanat.
Pengawasan dan pembinaan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
terhadap wali amanat selama ini diwujudkan dalam bentuk ketentuan yang
mewajibkan lembaga penunjang pasar modal ini untuk melakukan pendaftaran,
pelaporan dan pemeliharaan dokumen dalam kegiatan usahanya.
a. Pendaftaran
Dalam undang-Undang Pasar Modal ditentukan bahwa yang dapat
melakukan kegiatan sebagai wali amanat adalah bank Umum dan pihak lain yang
ditentukan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan ini dimaksudkan agar
46
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm. 74.
47
Ibid., hlm. 75.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
mengakomodasi perkembangan pasar modal di masa yang akan datang, apabila
ada pihak lain yang mungkin dapat diijinkan melakukan kegiatan sebagai wali
amanat selain bank Umum.
Sesuai
dengan
ketentuan
dalam
Undang-Undang
Perbankan,
perwaliamanatan merupakan salah satu kegiatan usaha dari Bank Umum. Namun
demikian, untuk dapat melakukan kegiatannya di pasar modal, maka Bank Umum
tersebut haruslah sudah terdaftar di bapepam.
Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank
umum sebagai Wali Amanat, dokumen-dokumen yang perlu disampaikan Bank
Umum tersebut kepada Bapepam menyertai permohonan pendaftaran antara
lain: 48
1. Anggaran Dasar
2. Nomor Pokok Wajib pajak
3. Izin usaha sebagai Bank Umum
4. Lapotan Keuangan terakhir yang telah diperiksa oleh Akuntan Publik
5. Rekomendasi dari Bank Indonesia.
6. Buku pedoman operasional yang sekurang-kurangnya memuat struktur
organisasi Bank Umum dan wali Amanat, serta daftar pegawai dan pembagian
kerja pada kegiatan perwaliamanatan.
7. Pernyataan direksi bahwa administrasi kegiatan Wali Amanat terpisah dati
kegiatan Bank Umum lainnya, serta daftar pejabat penanggung jawab dan
tenaga ahli di bidang perwaliamanatan.
48
Peraturan Bapepam Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank Umum Sebagai Wali
Amanat.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Pelaporan
Kewajiban penyampaian laporan wali amanat kepada Bapepam adalah
sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor X.I.1 tentang laporan Wali Amanat,
dimana wali amanat wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam yang
meliputi: 49
1. Laporan tengah tahunan dan tahunan mengenai kegiatan wali amanat yang
antara lain memuat: jumlah dan jenis efek bersifat utang yang masih beredar;
pembayaran pokok dan atau bunga efek bersifat utang; jumlah efek bersifat
utang yang telah dikonversikan menjadi saham; dan pelaksanaan pengawasan
yang telah dilakukan oleh wali amanat terhadap emiten. Laporan tahunan dan
tengah tahunan disampaikan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal periode laporan.
2. Laporan peristiwa penting yang menyangkut kegiatan perwaliamanatan, antara
lain: pembayaran pokok dan bunga efek yang bersifat utang sebelum jatuh
tempo, apabila dimungkinkan di dalam kontrak perwaliamanatan; pelanggaran
atas ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan seperti pembayaran pokok dan
atau bunga efek bersifat utang yang tidak tepat waktu dan pengurangan,
penambahan, pengalihan atau penukaran jaminan. Laporan Kejadian penting
ini selambat-lambatnya disampaikan 2 (dua) hari setelah terjadinya peristiwa
atau sejak diketahuinya peristiwa tersebut.
3. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang efek bersifat utang.
49
Peraturan Bapepam Nomor X.I.1 tentang Laporan Wali Amanat.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
c. Pemeliharaan Dokumen
Kegiatan mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan,
pembukuan dan keterangan tertulis yang berhubungan dengan emiten yang
menggunakan jasa wali amanat merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh
bapepam dalam Peraturan Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali
Amanat. Dokumen-dokumen tersebut antara lain: 50
1. Kontrak Perwaliamanatan
2. Kontrak yang berkaitan dengan pemberian jaminan dan bukti kepemilikan dan
penguasaan atas harta yang dijaminkan
3. Catatan, risalah atau laporan mengenai jumlah dan jenis efek bersifat utang
yang masih beredar dan telah dilunasi
4. Catatan, risalah atau laporan pelaksanaan pengawasan terhadap emiten,
termasuk tindakan yang dilakukan Wali Amanat karena tidak dipenuhinya
persyaratan dalam kontrak perwaliamanatan, antara lain tidak dibayarnya
pokok dan bunga, atau adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang Pasar Modal oleh Wali Amanat
5. Catatan, risalah dan atau laporan mengenai Rapat Umum Pemegang Efek
bersifat utang
6. Catatan, risalah atau laporan mengenai jumlah efek dan jenis efek bersifat
utang yang dikonversikan menjadi saham (jika ada)
7. Daftar Emiten yang menggunakan jasa Wali Amanat
8. Buku pedoman operasional Wali Amanat
50
Peraturan Bapepam Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali Amanat.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Dokumen-dokumen tersebut di atas wajib disimpan ditempat yang aman
dan terpisah dari kegiatan bank lainnya selama 5 tahun sejak seluruh kewajiban
Emiten terhadap pemegang efek bersifat utang telah terpenuhi. Untuk memastikan
pemenuhan kewajiban dalam peraturan ini, Bapepam sewaktu-waktu dapat
melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen tersebut.
B. Obligasi
1. Pengertian dan jenis-jenis obligasi
Instrumen atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu surat berharga yang berbentuk utang dan
surat berharga yang berbentuk kepemilikan. 51 Obligasi merupakan bukti
pengakuan utang dari perusahaan. Kata obligasi berasal dari Bahasa Belanda,
yaitu “Obligatie” atau “Verplichting” atau “Obligaat”,atau Bond dalam Bahasa
Inggris yang berarti kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan, atau surat utang
suatu pinjaman negara atau perseroan dengan bunga tetap untuk si pemegang.
Pada beberapa negara, istilah “obligasi” dan “surat utang”
dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh temponya. Pelaku pasar
biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah
yang ditawarkan secara luas kepada publik dan istilah “surat utang” digunakan
bagi penerbitan surat utang dalam skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada
51
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta;PT. Rineka Cipta,
2001), hlm. 66.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
sejumlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah
ini. 52
Berbeda dengan surat utang, pada dasarnya obligasi dapat diartikan
sebagai suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan
suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta
janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada
saat tanggal jatuh tempo pembayaran. 53
Selain itu obligasi adalah bukti utang dari Emiten yang mengandung janji
pembayaran bunga atau janji lainnya serta serta pelunasan pokok pinjaman yang
dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal
emisi. 54 Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di
atas 10 tahun. Misalnya saja pada obligasi pemerintah Amerika yang disebut
dengan U.S Treasury securities diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun
disebut “surat utang” dan utang di bawah 1 tahun disebut Surat Perbendaharaan.
Di Indonesia, surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan
oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang dibawah 1 tahun
yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharaan (SPN).
Tidak jauh berbeda dengan instrument pasar modal lainnya yang
memberikan keuntungan, investasi obligasi juga memberikan pemiliknya
keuntungan berupa bunga dan capital gain. Adapun bunga yang dibayarkan
kepada pemegang saham, yaitu berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah
52
Adrian Sutedi, Op .cit., hlm. 2.
www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 12 September 2009.
54
Pasal 1 angka 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991.
53
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
yang tetap sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Sedangkan capital gain
akan diperoleh jika harga pembelian lebih rendah dibandingkan dengan harga
penjualan atau jika pemegang obligasi pada saat melakukan pembelian mendapat
diskon, sehingga pemegang obligasi akan mendapatkan keuntungan pada saat
pelunasan.
Selain keuntungan, investor pemegang obligasi juga tidak luput dari resiko
investasi. Sebagai contoh resiko yang sering dihadapi oleh investor pemegang
obligasi adalah turunnya harga obligasi. Harga obligasi sangat bergantung pada
perkembangan suku bunga bank. Pada saat suku bunga meningkat, orang akan
cenderung melepas atau menjual obligasinya dan menyimpan uang di bank
dengan bunga yang tinggi, sehingga penawaran akan meningkat
dan
mengakibatkan harga obligasi cenderung turun.
Pada umumnya jangka waktu obligasi telah ditentukan (5-10 tahun) dan
disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya
juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi merupakan salah satu alternatif
investasi di pasar modal. Obligasi terutama ditujukan kepada para investor jangka
panjang. Pada dasarnya ada empat ketentuan dasar yang menjadi daya tarik utama
dalam berinvestasi pada obligasi, antara lain: 55
a. Obligasi membayar serangkaian bunga dalam jumlah tertentu secara regular.
Karena itu obligasi tersebut disebut sekuritas pendapatan tetap atau fixed
income securities.
55
Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op. cit., hlm. 9-10.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut seutuhnya dan tepat waktu.
Sehingga obligasi terlihat kurang beresiko dibandingkan investasi yang
tergantung pada naik turunnya pasar.
c. Obligasi memiliki jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis
masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal. Pembayaran
suku bunga obligasi juga sudah ditetapkan ketika obligasi di emisi.
d. Tingkat bunga obligasi kompetitif dalam artian obligasi membayar tingkat
suku bunga yang dapat dibandingkan dengan apa yang biasa didapatkan
investor di tempat lain. Sebagai hasilnya, tingkat obligasi baru biasanya sama
dengan tingkat suku bunga perbankan.
Pada dasarnya obligasi dan saham merupakan instrument keuangan yang
disebut sekuriti, namun bedanya adalah pemilik saham menjadi bagian dari
pemilik perusahaan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi hanyalah
merupakan pemberi pinjaman kepada penerbit obligasi. Setelah jangka waktu
yang ditetapkan telah habis, maka obligasi dapt diuangkan, berbeda dengan saham
yang dapat dimiliki selamanya (terkecuali pada obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah Inggris yang disebut dengan gilts yang tidak memiliki jangka waktu
jatuh tempo).
Obligasi yang tercatat di bursa efek bisa diperdagangkan dengan cara yang
sama seperti transaksi saham. 56 Harga obligasi ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran di pasar. Dalam transaksi obligasi, investor harus
56
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit., hlm. 67.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
membayar biaya komisi (commission fee) kepada pialang tetapi tidak dikenakan
biaya transaksi (transaction fee) oleh Bursa Efek Jakarta.
Obligasi hanya dapat diterbitkan oleh badan hukum, baik berbentuk
hukum perseroan terbatas maupun bentuk hukum lainnya. Berbeda halnya dengan
hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham, pemegang obligasi tidak
mempunyai hak suara maupun hak atas dividen. Pemegang obligasi hanya berhak
atas bunga dan atas pelunasan pinjaman pada waktu pinjaman berakhir tanpa
memperdulikan untung rugi perusahaan.
Jenis-Jenis Obligasi uang umumnya ada di Indonesia antara lain: 57
a. Obligasi konversi yaitu obligasi yang para pemegang obligasi ini pada waktu
yang telah ditetapkan dapat menukarkan obligasinya dengan saham biasa dari
perseroan yang menerbitkan atas dasar harga konversi yang telah ditentukan
sebelumnya.
b. Obligasi atas tunjuk yaitu obligasi yang pelunasannya dibayarkan kepada
pembawa obligasi tersebut.
Sedangkan berdasarkan penerbitnya (Issuer), obligasi dapat dibedakan
antara lain : 58
a. Obligasi Perusahaan (Corporation Bond)
Surat utang yang diterbikan oleh perusahaan swasta atau negara. Pada
umumnya di Indonesia bersifat jangka panjang dan tidak dijamin oleh
penerbitnya. Selain itu juga menawarkan bunga atau interest yang cukup
tinggi dibandingkan dengan obligasi negara. Hal ini dikarenakan resiko yang
57
58
Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op. cit., hlm. 10.
Ibid,. hlm. 11.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
melekat pada obligasi korporasi lebih besar dibandingkan dengan obligasi
negara yang dijamin penuh oleh pemerintah.
b. Obligasi Pemerintah (Government Bond)
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Surat Utang Negara (SUN)
mendefenisikan surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.
c. Obligasi Daerah (Municipal Bonds)
Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I atau Tingkat II,
unit organisasi Pemda (Dinas Pekerjaan Umum, Bapeda, dan sebagainya),
serta Badan Usaha Milik Daerah dan kegiatan swasta yang dijamin daerah.
Pihak yang menerbitkan obligasi disebut issuer. Biasanya suatu obligasi
sebelum ditawarkan kepada masyarakat pemodal, obligasi tersebut diminta untuk
diperingkat (rating) oleh lembaga pemeringkat (rating agency). Proses
pemeringkatan berguna untuk menilai kinerja perusahaan dari berbagai factor
yang secara langsung maupun tidak langsung dengan keuangan perusahaan.
Peringkat (rating) yang diberikan oleh rating agency akan menyatakan apakah
obligasi tersebut layak untuk investasi.
Karena obligasi merupakan surat utang, maka rating sangat diperlukan
sehingga dapat dinilai apakah issuer nantinya dapat atau tidak membayar
utangnya, sesuai dengan pemeliharaan rating agency.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Selain jenis obligasi di atas, masih terdapat jenis obligasi lainnya, antara
lain: 59
a. Obligasi Inflasi
Obligasi ini juga dikenal dengan sebutan inflation linked bond, dimana nilai
pokok utang pada obligasi tersebut mengacu pada indeks inflasi. Pada obligasi
jenis ini, suku bunga lebih rendah daripada obligasi suku bunga tetap.
b. Obligasi indeks lainnya
Obligasi jenis ini merupakan surat utang berbasis ekuiti (equity linked note)
dan obligasi yang mengacu pada indeks yang merupakan indikator bisnis
seperti penghasilan, nilai tambah ataupun pada indeks nasional seperti Produk
Domestik Bruto.
c. Obligasi abadi
Pada dasarnya obligasi ini tidak memiliki suatu masa jatuh tempo. Obligasi
jenis ini yang terkenal dalam pasar obligasi adalah UK Consols yang
diterbitkan oleh pemerintah Inggris, atau juga dikenal dengan Treasury
Annuities atau Undated Treasuries.
d. Obligasi tercatat
Obligasi ini merupakan obligasi yang kepemilikannya ataupun peralihannya
didaftarkan dan dicatat oleh penerbit atau oleh lembaga administrasi efek.
Pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang akan ditransfer langsung
kepada pemegang obligasi yang namanya tercatat.
59
Adrian Sutedi, Op. cit., hlm. 27-28.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
e. Obligasi tanpa warkat.
Obligasi ini juga dikenal sebagai book-entry bond merupakan suatu obligasi
yang tidak memiliki sertifikat, dimana mahalnya biaya pembuatan serta kupon
mengakibatkan timbulnya obligasi jenis ini. Obligasi ini menggunakan system
elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian transaksi efek secara
pemindahbukuan di pasar modal.
f. Obligasi lotere (Lottery Bond)
Obligasi ini merupakan obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara (biasanya
negara-negara Eropa). Bunganya dibayar seperti tata cara pembayaran bunga
pada obligasi suku bunga tetap, tetapi penerbit obligasi akan menebus obligasi
yang diterbitkannya secara acak pada waktu tertentu dimana penebusan atau
pelunasan obligasi yang beruntung terpilih akan dilakukan dengan harga yang
lebih tinggi daripada nilai yang tertera pada obligasi.
g. Obligasi perang (War Bond)
Obligasi jenis ini diterbitkan oleh suatu negara guna membiayai perang.
Di Indonesia, lembaga pemeringkat adalah PT. Pefindo dan PT. Kasnic.
Proses pemeringkatan dapat dibagi atas dua jenis antara lain : Coorporate rating
dan Securities Rating. Coorporate Rating adalah pemeringkatan yang dilakukan
terhadap suatu produk efek yang digulirkan oleh suatu perusahaan, misalnya bond
rating, pemeringkatan terhadap suatu obligasi. 60 Pemeringkatan suatu obligasi ini
sangat berguna bagi para investor obligasi, karena dengan adanya rating maka
para investor tidak perlu lagi melakukan proses evaluasi yang membosankan dan
60
Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 12.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
membutuhkan kerja keras sendiri-sendiri. Namun harus diperhatikan bahwa bond
rating ini hanya dimaksudkan untuk mengukur tingkat resiko wanprestasi dari
suatu emisi obligasi bukan dari pengurus eksternal seperti resiko pasar.
Pada waktu penawaran umum pertama kali, issuer akan berhubungan
dengan pihak yang akan menjamin emisi obligasi dari issuer tersebut agar laku di
pasar. Penjamin emisi ini dilakukan oleh underwriter. Underwriter biasanya
merupakan suatu kelompok yang terdiri dari penjamin emisi utama (lead
underwriter) dan penjamin emisi pelaksana (underwriter). Penjamin emisi
pelaksana biasanya bertindak juga sebagai agen penjual (selling agent). 61 Agen
penjualan inilah yang langsung berhubungan dengan masyarakat pemodal.
Penjamin emisi utama dan pelaksana ini hanya melaksanakan tugasnya sampai
proses emisi utama dan pelaksana tidak ada lagi hubungannya dengan obligasi
tersebut.
Dalam hubungannya dengan obligasi, nada yang disebut dengan trustee
(wali amanat). Wali amanat merupakan lembaga yang bertugas mengurusi segala
hal yang berhubungan dengan obligasi sesudah penawaran umum sampai masa
hidup pasar obligasi tersebut berakhir. Sedangkan kontrak perjanjian serta syarat
dan kondisi yang terdapat pada surat obligasi disebut indenture.
Kontrak perwaliamanatan kadang-kadang melibatkan pihak yang disebut
guarantor. Guarantor merupakan pihak yang memberikan jaminan akan melunasi
surat hutang beserta kewajiban yang berhubungan, yang diterbitkan issuer jika
61
Ibid., hlm. 13.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
terjadi wanprestasi dari issuer. 62 Wali Amanat berfungsi melakukan pencatatan
atau administrasi mengenai obligasi yang masih beredar, pembayaran bunga yang
sering terlambat, dan pengawasan terhadap issuer. Wali Amanat wajib
menyampaikan laporan tengah tahunan dan tahunan kepada bapepam mengenai
segala sesuatu tentang pelaksanaan obligasi yang ditanganinya.
Dalam melaksanakan pembayaran bunga maupun pokok, biasanya Wali
Amanat menunjuk pihak yang disebut paying agent. Sehingga investor yang ingin
mengambil bunga atau pokoknya, langsung berhubungan dengan paying agent.
Kadang-kadang wali amanat bertindak sendiri sebagai paying agent.
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan obligasi
Dalam penerbitan obligasi, ada beberapa pihak yang cukup berperan,
antara lain :
a. Emiten
Emiten merupakan suatu perusahaan yang menjadi actor utama yang
bermaksud menerbiutkan suatu obligasi. Pasal 1 angka 6 Undang-Undang
Pasar Modal menyaebutkan bahwa Emiten adalah pihak yang melakukan
penawaran umum. Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan usaha
bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. 63 Pihak yang dapat
bertindak sebagai Emiten adalah perusahaan, Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pemerintah daerah, negara,
62
63
Ibid.
BabI Pasal angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
badan-badan internasional, atau badan otonomi khusus. 64 Untuk mencari dana
dari masyarakat pemodal (investor), maka Emiten menerbitkan dan
memperjualbelikan Efek yang bersifat utang (obligasi) di pasar modal. Ada 4
keharusan yang wajib dilakukan Emiten untuk beraktivitas di pasar modal,
yaitu: 65
1.
Keterbukaan Informasi
Setiap Emiten yang pernyataan pendaftaran telah menjadi efeltif wajib
menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat
secepat mungkin apabila terjadi suatu peristiwa, informasi, atau fakta
material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau
keputusan investasi pemodal. Pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam tiga
tahapan, antara lain:
a. Tahap keterbukaan pada saat Emiten melakukan penawaran umum
(primary market level).
b. Tahap keterbukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan
sahamnya di Bursa Efek (secondary market level), dimana Emiten
berkewajiban untuk menyampaikan secara terus menerus laporan
berkala (continuosly disclosure) kepada Bapepam.
c. Tahap keterbukaan karena terjadi peristiwa penting yang laporannya
harus disampaikan secara tepat waktu kepada Bapepam dan Bursa
Efek (timely disclosure).
64
Levi Lana, Bisnis Vol.10, Penerbitan Obligasi dan Pembangunan dengan Obligasi
(Tinjauan Aspek Yuridis dan Praktis), Jurnal Hukum 2000. hlm. 60, seperti yang dikutip oleh
Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab
Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., 2006, hlm. 56.
65
M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 151-154.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
2. Peningkatan Likuiditas
Emiten dapat meningkatkan likuiditas Efek di pasar modal melalui
penambahan jumlah Efek yang beredar. Yang dapat dilakukan melalui
penawaran dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD),
penerbitan obligasi konversi, dan lain-lain. Dengan meningkatnya
transaksi Efek, berarti peningkatan likuiditas Efek di pasar modal.
3. Pemantauan harga Efek
Emiten harus selalu memantau harga efeknya di pasar modal karena harga
Efek adalah cerminan dari kinerja dan kondisi suatu perusahaann. Harga
Efek yang tinggi berarti kineja Emiten baik dan sebaliknya harga Efek
yang rendah menunjukkan kinerja Emiten yang buruk.
4. Menjaga hubungan baik dengan investor.
Untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham ataupun calon
investor kepada perusahaan, Emiten perlu terus menerus membina
hubungan baik pemegang saham dan calon investor. Sehingga apabila
suatu saat Emiten memerlukan tambahan dana, Emiten tidak mengalami
kendala komunikasi, karena hubungan baik telah terbangun melalui
komunikasi. Dengan begitu calon investor atau pemegang saham telah
mengenal, mengetahui, dan percaya kepada kinerja perusahaan.
b. Penjamin Emisi Efek (Underwriter)
Undang-Undang Pasar Modal memberikan defenisi dari Penjamin Emisi Efek
(underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk
melakukan penawaran umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
kewajiban untuk membeli sisa Efek yang terjual.
66
Bismar Nasution
menyatakan bahwa: 67
“Sebenarnya perusahaan dapat saja menerbitkan Efeknya tanpa menggunakan
jasa underwriter, namun demikian karena prosesnya rumit dan untuk itu
diperlukan pengetahuan yang sangat spesifik, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan tidak mungkin memasuki pasar modal tanpa bantuan underwriter.”
Pada dasarnya penjamin emisi merupakan perusahaan yang menjamin
penjualan obligasi yang dapat menjadi mediator antara emiten dengan
pemodal. Dalam kegiatan underwriting, dikenal ada beberapa jenis dan cara
penjamin emisi, sebagai berikut; 68
1. Kesanggupan penuh (Full commitement underwriting)
Full commitment atau sering juga disebut firm commitment underwriting,
yaitu suatu perjanjian penjamin emisi Efek dimana penjamin emisi
mengikat diri untuk menawarkan Efek kepada masyarakat dan pembeli
sisa Efek yang tidak laku terjual. Dari pengertian tersebut berlaku bahwa
underwriter berusaha menjual di pasar, kemudian membeli Efek yang
ternyata tidak laku terjual dengan harga yang sama dengan harga
penawaran pada pasar perdana.
2.
Kesanggupan terbaik (Best effort commitment)
Dalam komitmen ini, penjamin emisi Efek akan berusaha semaksimal
mungkin menjual Efek-Efek Emiten. Apabila Efek yang belum habis
66
Bab I Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
Bismar Nasution, Hukum Pasar Modal, Diktat Kuliah di FH-USU, 2008, hlm. 17.
68
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 58-59.
67
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
terjual penjamin emisi efek tidak wajib membelinya, dan oleh karena itu
mereka hanya membayar semua efek yang berhasil terjual dan
mengembalikan sisanya kepada emiten.
3. Kesanggupan siaga (Standby commitmen)
Dalam hal ini, penjamin emisi efek berusaha menawarkan efek
semaksimalnya kepada investor. Kemudian apabila ada sisa yang belum
terjual sampai batas waktu penawaran yang telah ditetapkan, maka
penjamin emisi efek menyanggupi membeli sisa efek tersebut dengan
harga tertentu sesuai dengan perjanjian yang besarnya di bawah harga
penawaran pada pasar perdana.
4. Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none commitment)
Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan ternyata
sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama
sekali. Dengan pengertian bahwa bagian efek yang telah laku dipesan oleh
investor akan dibatalkan penjualannnya dan semua sisa efek dikembalikan
kepada emiten. Dalam hal ini dikenal istilah komitmen minimum atau
maksimum. Apabila penjualan efek telah mencapai batas minimum
penjualan yang telah ditentukan, maka penjamin emisi efek dapat
meneruskan penawaran sampai batas minimum penjualan. Akan tetapi,
apabil
a batas waktu tertentu efek yang terjual belum memenuhi ketentuan
jumlah minimum, maka penjualan efek dibatalkan.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Pada prakteknya biaya atas pemberian jasa-jasa penjamin emisi efek terdiri
atas 20% untuk management fee (lead underwriter), 20% untuk
underwriting fee, dan sisanya yaitu 60% untuk selling fee yang ditunjuk
oleh broker atau perusahaan efek.
c. Wali Amanat (Trustee)
Wali amanat merupakan pihak yang ditunjuk oleh emiten untuk mewakili
kepentingan investor (para pemegang obligasi), sebagaimana halnya telah
diuraikan dalam poin sebelumnya.
d. Penanggung (Guarantor)
Jasa penanggung (guarantor) diperlukan apabila suatu pihak (perusahaan,
negara, pemerintah daerah) menerbitkan obligasi. Hal ini ditujukan untuk
menjamin pelunasan seluruh pinjaman pokok beserta bunga, apabila ternyata
dikemudian hari emiten tidak mampu membayar atau wanprestasi. Biasanya
jasa pertanggungan ini dilaksanakan oleh bank atau lembaga keuangan bukian
bank yang mempunyai reputasi yang cukup baik.
e. Investor (Masyarakat pemodal)
Investor adalah pihak yang memiliki peranan yang asangat penting dalam
kegiatan pasar modal, atau bisa dikatakan salah satu indikator terpenting
dalam pasar modal adalah keberadaan investor. Investor sebagai pihak yang
menginvestasikan dananya di pasar modal, dengan cara membeli efek yang
bersifat utang (obligasi) maupun efek yang bersifat ekuitas. 69 Investor yang
69
Ibid., hlm. 60-61.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
terlibat dalam pasar modal Indonesia adalah investor domestic dan asing,
perorangan dan institusi yang mempunyai karakteristik masing-masing. 70
Dengan kata lain bahwa investor merupakan dapat dijadikan sebagai tolok
ukur kredibilitas pasar modal di suatu negara.
f. Lembaga Kliring
Lembaga ini berfungsi menyelesaikan semua hak-hak dan kewajiban yang
timbul dari transaksi di bursa efek. Maka dari itu berdasarkan PP Nomor 45
Tahun 1995 pasal 15 dan pasal 16 menyebutkan Lembaga Kliring dan
Penjamin haruslah telah memperoleh izin dari Bapepam dan memiliki modal
disetor sekurang-kurangnya Rp. 15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah).
Selain itu lembaga ini juga dapat bertindak sebagai agen pembayaran atas
transaksi jual beli obligasi. Umumnya yang ditunjuk sebagai lembaga kliring
adalah bank. Ia bertugas membayar bunga dan pinjaman pokok atas obligasi
masuk di bursa Efek atau di pasar sekunder. 71
g. Bursa Efek
Bursa Efek merupakan pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. 72 Sama
halnya dengan suatu pasar yang bersifat konvensional yang mempertemukan
penjual dan pembeli. Perdagangan efek yang sah adalah di bursa efek.
Penyelenggara bursa efek haruslah perseroan yang telah memperoleh izin
70
M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 165.
Levi Lana., Op. cit, hlm. 62-63 seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja dalam
bukunya Penerbitan Obligasi & Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, hlm.
61.
72
Bab I Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
71
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
usaha dari Bapepam. 73 Berdasarkan pembagian segmentasi perdagangan di
Bursa
Efek
lebih
banyak
memperdagangkan
obligasi,
saham
juga
diperdagangkan namun tidak banyak. 74
h. Profesi Penunjang Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Bab VII dan PP nomor 45 Tahun 1995
Bab X, ada beberapa ketentuan khusus bagi profesi penunjang pasar modal,
antara lain:
1. Profesi penunjang pasar modal wajib terdaftar di Bapepam
2. Setiap profesi pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi
yang ditetapkan masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang Pasar Modal dan/atau peraturan pelaksananya.
3. Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bidang pasar modal profesi
penunjang pasar modal wajib memberikan pendapat atau penilai
independen.
Profesi penunjang yang terdapat di pasar modal antara lain:
1. Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan pihak yang berfungsi memeriksa kondisi
keuangan emiten serta memberikan pendapatnya tentang kelayakan emiten
dalam menerbitkan obligasi. Disamping hal tersebut, akuntan di pasar
modal juga berperan dalam mendorong perusahaan untuk memenuhi
prinsip good corporate governance, khususnya mengenai keterbukaan dan
transparansi. Laporan akuntan merupakan salah satu sarana penilaian bagi
73
74
Bab I Pasal 6 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
M. Irsan Nasarudin,dkk, Op.cit., hlm. 129.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
masyarakat perihal kondisi posisi keuangan emiten. Akuntan yang
dimaksud disini ialah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri
dan telah terdaftar di Bapepam.
2. Konsultan Hukum
Konsultan hukum ialah ahli hukum yang membantu dalam aspek hukum
emiten yang akan melakukan emisi obligasi. Konsultan hukum yang
ditunjuk oleh emiten berperan sebagai legal drafter and adviser kepada
pihak lain sehubungan dengan suatu emisi obligasi. Dari segi
keberpihakan, fungsi konsultan hukum dapat dibedakan menjadi dua,
antara lain: 75
a. Inhouse Lawyer
Sebagai inhouse lawyer, tugas dari konsultan hukum adalah
menyiapkan semua dokumen untuk kepentingan emiten, terutama
membantu
emiten
perwaliamanatan,
menyiapkan
perjanjian
perjanjian
penanggungan,
emisi,
perjanjian
perjanjian
dengan
lembaga kliring, perjanjian dengan akuntan publik, dan memberikan
nasihat mengenai masalah-masalah hukum sehubungan dengan emisi
obligasi. Tugas konsultan hukum sebagai inhouse lawyer ini, dapat
mewakili emiten dalam melakukan negosiasi dengan pihak-pihak
tertentu, dan berusaha mempertahankan kepentingan emiten dalam
berbagai persoalan hukum.
75
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali
Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 63.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Independent Lawyer
Sebagai independent lawyer, tugasnya adalah melakukan legal audit,
dan memberikan pendapat hukum atas emisi obligasi. Adapun nilai
dari pendapat hukum yang diberikan oleh konsultan hukum bisa
sedemikian menentukan, menjadi salah satu faktor dalam mengambil
keputusan. 76 Pada dasarnya seorang independent lawyer haruslah
bersikap netral dan objektif dalam melakukan tugas dan tanggung
jawabnya.
Pada dasarnya konsultan hukum yang akan melakukan kegiatan
profesi penunjang pasar modal haruslah terlebih dahulu memenuhi syaratsyarat tertentu yang ditentukan oleh peraturan dan terdaftar di Bapepam.
3. Penilai
Penilai merupakan pihak yang akan menerbitkan dan menandatangani
laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas nilai wajar aktiva
yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahliah dari si penilai. 77
Penilai disini juga harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam sebelum
melakukan kegiatan sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal.
4. Notaris
Di pasar modal, seorang notaris diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang maksimal khusunya dalam proses emisi efek dan penyusunan
76
Bismar Nasution, Op.cit., hlm. 32.
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali
Amanat di Pasar Modal, Loc. cit.
77
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
kontrak-kontrak penting. Adapun yang menjadi tugas pokok seorang
notaris di pasar modal antara lain: 78
a. Membuat berita acara RUPS (Rapat Umum Pemegang saham).
b Membuat konsep akta perubahan anggaran dasar.
c. Menyiapkan perjanjian dalam rangka emisi efek.
5. Agen Pembayaran (Paying Agent)
Agen pembayaran bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya
dilakukan setiap dua kali dalam setahun dan pelunasannya yaitu pada saat
obligasi jatuh tempo.
6. Agen Penjual (Selling Agent)
Agen ini pada dasarnya dilakukan oleh perusahaan efek dengan tugas
sebagai berikut: 79
a. Melayani investor yang akan memesan saham.
b. Melaksanakan pengembalian uang pesanan (refund) kepada investor.
c. Menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan (investor).
78
Alwi Iskandar, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,
2003), hlm. 31-32 seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan
Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal,Op. cit., hlm. 64.
79
Ibid.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
C. Pola perjanjian Wali Amanat dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal
Indonesia.
Sebelum melakukan penawaran umum obligasi, emiten terlebih dahulu
menunjuk wali amanat. Penunjukan tersebut tidak dilakukan mengingat pada
waktu penunjukan tersebut belum terdapatnya investor pemegang obligasi.
Setelah dilakukannya penunjukan wali amanat oleh emiten, maka antara emiten
dengan wali amanat wajib membuat suatu perjanjian yang disebut dengan
“perjanjian perwaliamanatan” dimana dalam Undang-Undang Pasar Modal Pasal
52 menggunakan istilah “kontrak perwaliamanatan” yang dibuat dihadapan
notaris dalam bentuk Akta Notaris. Dari Pasal 1317 ayat (2) KUH Perdata dapat
diketahui bahwa perjanjian perwaliamanatan yang dibuat oleh emiten dengan wali
amanat
dapat
mengikatkan pemegang
obligasi yang telah menyatakan
kehendaknya.
Kehendak dari pemegang obligasi tersebut dapat dapat diktehui pada saat
investor melakukan pengisian Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi dan
memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam Formulir Pemesanan
Pembelian Obligasi. 80 Setelah menyatakan kehendak tersebut, tidak secara
otomatis perjanjian perwaliamanatan mengikat investor pemegang obligasi.
Perjanjian perwaliamanatan baru mengikat investor pemegang obligasi, setelah
dilakukan penjatahan atau alokasi obligasi oleh penjamin emisi efek (underwriter)
serta dialukan pembayaran oleh investor. 81
80
81
Ibid., hlm. 104.
Ibid.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Dalam Undang-Undang Pasar Modal secara tegas menyatakan hal
sebagai berikut: 82
Sejak ditandatangani kontrak perwaliamanatan antara emiten dan wali amanat,
wali amanat telah sepakat dan mengikat diri untuk mewakili kepentingan
pemegang efek bersifat utang. Dalam hal ini, wali amanat diberi kuasa
berdasarkan undang-undang ini untuk mewakili pemegang efek bersifat utang
dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan
pemegang efek bersifat utang, baik didalam maupun diluar pengadilan tanpoa
memerlukan surat kuasa khusus dari pemegang efek bersifat utang dimaksud.
Adapun perjanjian atau kontrak tersebut dibuat dan ditandatangani
oleh dua pihak, antara lain:
1. Emiten
Berdasarkan Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Pasar Modal, emiten
merupakan pihak yang melakukan penawaran umum. 83 Emiten yang
mempunyai maksud untuk melakukan penawaran umum obligasi atau efek
yang bersifat utang lainnya.
4. Wali Amanat
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa wali amanat merupakan
pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. 84
Defenisi wali Amanat tersebut memberikan gambaran bahwa wali amanat
hanya diperlukan dalam penerbitan obligasi yang bersifat utang seperti
obligasi.
82
Penjelasan Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
83
Bab I Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Bab I Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Modal.
84
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Sejak ditandatanganinya perjanjian atau kontrak perwaliamanatan oleh
kedua belah pihak, maka wali amanat dianggap telah sepakat dan mengikat diri
untuk mewakili pemegang efek bersifat utang (investor pemegang obligasi). 85
Dengan
demikian
pada
saat
perjanjian
atau
kontrak
perwaliamanatan
ditandatangani, baik secara undang-undang maupun perjanjian telah melahirkan
perikatan wali amanat terhadap investor pemegang obligasi.
Jika dikaitkan dengan Pasal 1317 Ayat (1) KUH Perdata, maka akan
memberikan gambaran yang lebih jelas bahwa perjanjian perwaliamanatan yang
diatur dalam Pasal 52 Undang-Undang Pasar Modal merupakan suatu perjanjian
yang mengandung janji untuk kepentingan pihak ketiga. Pada dasarnya wali
amanat berjanji kepada dirinya sendiri untuk memenuhi suatu kewajiban kepada
investor pemegang obligasi dikemudian hari (setelah penerbitan obligasi sampai
setelah selesai pelunasan obligasi). Dengan terpenuhinya syarat bahwa wali
amanat dengan emiten membuat janji kepada dirinya sendiri untuk memenuhi
suatu kewajiban kepada investor pemegang obligasi, maka wali amanat sudak
terikat atas perjanjian perwaliamanatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Tim Studi Perwaliamanatan, terdapat kecenderungan terciptanya pola standar
atau lazim termuat dalam suatu kontrak perwaliamanatan di pasar modal
Indonesia. Sebagai contoh materi atau substansi kontrak perwaliamanatan
misalnya adalah sebagai berikut: 86
1. Pasal 2 Kontrak Perwaliamanatan memuat ketentuan tentang penggunaan
dana hasil obligasi.
85
Penjelasan Pasal 51 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
86
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit, hlm. 25.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
2. Pasal 8 biasanya memuat ketentuan tentang eksekusi jaminan jika terjadi
even of devault oleh Emiten.
3. Pasal 9 mengatur ketentuan syarat-syarat untuk dapat dikatakan Emiten
telah lalai memenuhi kewajibannya.
Rincian selengkapnya mengenai pola kontrak perwaliamanatan yang
umum atau lazim dibuat dalam rangka penerbitan efek bersifat utang (obligasi) di
pasar modal Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Defenisi
Pasal ini memuat tentang beberapa kata atau istilah yang mempunyai arti
tertentu dalam kontrak perwaliamanatan, sehingga memudahkan bagi para pihak
untuk memahami isi kontrak.
2. Penggunaan Dana Hasil Emisi: 87
a. Dalam Pasal ini umumnya dinyatakan mengenai rincian penggunaan dana
hasil emisi setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul dalam proses
penawaran umum. Penggunaan dana yang umum dinyatakan adalah untuk
modal kerja perusahaan, untuk ekspansi usaha atau pembiayaan suatu
proyek tertentu, serta untuk pembayaran utang lain (refinancing).
b. Selain itu, dalam pasal ini juga dicantumkan mengenai kewajiban
pelaporan realisasi penggunaan dana oleh emiten kepada Bapepam, Bursa
Efek, dan Wali Amanat yang dilakukan secara berkala tiap 3 (tiga) bulan
sekali, sesuai Peraturan Bapepam Nomor X.K.4 tentang Laporan Realisasi
87
Ibid., hlm. 26.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
pengguna dana ini wajib dipertanggungjawabkan juga dalam Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan Emiten.
c. Setiap perubahan atas rincian penggunaan dana ini wajib dilaporkan
terlebih dahulu kepada Bapepam dengan mengemukakan alasan dan
pertimbangannya, serta wajib mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh
wali amanat setelah disetujiu oleh RUPO (Rapat Umum Pemegang
Obligasi).
3. Penunjukan, Tugas, hak dan Kewajiban Wali Amanat.
a. Dalam pasal ini dinyatakan penunjukan Emiten kepada pihak tertentu dan
pernyataan penerimaan oleh pihak tersebut untuk menjalankan tugas
sebagai wali amanat, berdasarkan syarat-syarat yang tercantum kontrak
perwaliamanatan,
dengan
tidak
mengurangi
ketentuan
peraturan
perundangan yang berlaku mengenai hak dan kewajiban selaku wali
amanat dalam suatu emisi efek bersifat utang.
b. Tugas pokok wali amanat, antara lain : 88
1. Mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang dalam melakukan
tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek
bersifat utang di dalam maupun di luar pengadilan. Tugas ini berlaku
efektif sejak tanggal emisi.
2. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan kehati-hatian
serta bertindak bijaksana untuk kepentingan terbaik pemegang bersifat
utang.
88
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 27.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
3. Bertanggung jawab kepada pemegang efek bersifat utang atas
kerugian yang timbul akibat dari kelalaian, kecerobohan atau adanya
pertentangan kepentingan pada wali amanat dalam menjalankan
tugasnya.
c. Kewajiban wali amanat adalah sebagai berikut:89
1. Menyampaikan informasi lengkap secara transparan (terbuka) tentang
kualifikasinya selaku wali amanat dalam prospektus.
2. Melaporkan kepada Bapepam dan pemegang efek bersifat utang
melalui Bursa Efek, dalam hal mengetahui dengan bukti yang cukup
bahwa emiten telah lalai atau melanggar kontrak perwaliamanatan,
atau terjadi keadaan pada emiten yang dapat membahayakan
kepentingan pemegang efek bersifat utang.
3. Memantau dan menganalisa secara berkala perkembangan pengelolaan
usaha emiten berdasarkan laporan keuangan emiten dan laporan
lainnya.
4. Memanggil dan mengadakan RUPO sebelum mengambil tindakan
yang memerlukan persetujuan RUPO.
5. Melaksanakan tindakan-tindakan yang sah sesuai keputusan RUPO.
6. Memberikan nasihat dan tindakan lain yang lazim dilakukan selaku
wali amanat kepada emiten.
7. Kewajiban wali amanat kepada KSEI (Kustodian Sentral Efek
Indonesia), meliputi verifikasi atas KTUR (Konfirmasi Tertulis Untuk
89
Ibid.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
RUPS) yang diserahkan pemegang efek bersifat utang sesuai
spesifikasi yang dikeluarkian KSEI dan memberitahukan kepada KSEI
tentang berakhirnya pelaksanaan RUPO.
d. Hak-Hak Wali amanat adalah sebagai berikut: 90
1. Mempercayai setiap dokumen yang dianggap asli dan sah, serta telah
ditandatangani, dikirim atau dibuat oleh orang-orang yang berhak
meawakili, mengenai segala hal yang berkaitan dengan KTUR sesuai
spesifikasi yang ditetapkan oleh KSEI.
2. Menerima fotokopi bukti pembayaran bunga dan atau pokok efek
bersifat utang dan denda (jika ada) pada hari yang sama pembayaran
tersebut.
3. Menerima pemberitahuan dari KSEI mengenai jumlah dana yang wajib
dibayarkan Emiten atas bunga dan/atau pelunasan utang pokok
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal pembayaran,
serta pelaksanaan pembayarannya, termasuk dalam hal terjadinya
kegagalan atau keterlamabatan.
4. Menerima daftar dari KSEI yang memuat rincian KTUR berikut
spesifikasi dan spesimenya.
5. Meminta pemeriksaan audit terbatas oleh auditor independent
sehubungan dengan dugaan adanya pelanggaran atas pembatasan dan
kewajiban emiten, berdasarkan bukti yang cukup.
90
Ibid., hlm. 28.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
6. Meminta laporan kesiapan emiten membayar jumlah pokok obligasi
dan atau bunga dan denda (jika ada).
7. Meminta pembayaran kepada emiten atas segala biaya-biaya yang
dibutuhkan dan/atau penggantian atas biaya-biaya yang dikeluarkan
wali amanat dalam menjalankan tugasnya.
e. Pengakhiran tugas wali amanat:
Wali amanat berhenti menjalankan tugasnya dalam hal terjadinya hal-hal
sebagai berikut: 91
1. Wali amanat dibubarkan oleh suatu lembaga peradilan atau badan
resmi lainnya, membubarkan diri secara sukarela atau bubar menurut
ketentuan peraturan perundangan.
2. Wali amanat dinyatakan pailit atau mengajukan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) atau dibekuakn operasi/kegiatan usahanya.
3. Wali amanat diberhentikan oleh RUPO, termasuk RUPO yang
diadakan atas permintaan Bapepam dengan alasan:
a. Wali amanat telah gagal dalam menjalankan tugasnya.
b.
Wali amanat tidak mampu melaksanakan kewajibanya.
c. Izin usaha, rekomendasi atau pendaftaran selaku wali amanat telah
dicabut.
4. Semua jumlah yang terhutang dalam kontrak perwaliamanatan telah
dibayar sebagaimana mestinya.
91
Ibid., hlm. 29.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
5. Wali amanat dapat mengajukan pengunduran diri secara tertulis
kepada emiten dan diberitahukan kepada RUPO. Tugas wali amanat
baru berhenti setelah emiten dan RUPO menyatakan persetujuannya
dan wali amanat yang menggantikan telah mulai melaksanakan
tugasnya. Segera setelah pengunduran diri wali amanat wajib
memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan
tugasnya
kepada
RUPO,
emiten
dan
bapepam.
Selama
pertanggungjawaban belum diterima, maka wali amanat belum
dibebaskan dari tugas dan kewajibannya.
4. Imbalan Jasa Wali Amanat
Besarnya imbalan jasa wali amanat adalah sesuai dengan yang
dinyatakan dalam surat penunjukan Emiten kepada wali amanat. Dalam hal
wali amanat diberhentikan atau berhenti atas kemauan sendiri sebelum
berakhir masa tugasnya, maka imbalan jasa wali amanat pada tahun yang
bersangkutan akan dikembalikan secara proporsional. Dalam hal terjadi
pembelian kembali yang mengakibatkan pelunasan sebelum jatuh tempo,
maka imbalan jasa wali amanat setelah pembelian kembali menjadi tidak ada
lagi.
5. Syarat-syarat Obligasi
Dalam pasal ini lazim dinyatakan bahwa emiten berjanji dan mengikatkan diri
kepada wali amanat sebagai kuasa pemegang efek bersifat utang untuk
menerbitkan efek bersifat utang dengan syarat sebagai berikut: 92
92
Ibid., hlm. 30-32.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
a. Nama efek bersifat utang, beserta masing-masing seri (jika ada) jangka
waktu, jenis dan tingkat suku bunga serta nilai nominalnya. Dalam hal
terdapat ketentuan pembelian kembali maka nilai nominal akan berkurang
sesuai pelaksanaan buy back tersebut.
b. Waktu pelaksanaan pembayaran bunga.
c. Cara penghitungan bunga.
d. Pemegang efek bersifat utang yang berhak atas bunga adalah yang tercatat
dalam Daftar Pemegang Efek pada tanggal yang telah ditentukan.
e. Efek bersifat utang diterbitkan tanpa warkat, kecuali sertifikat jumbo yang
diterbitkan emiten dan didaftarkan di KSEI, sebagai bukti utang untuk
kepentingan pemegang efek.
f. Sertifikat jumbo merupakan bukti bahwa emiten sejak tanggal emisi secara
sah dan mengikat berhutang kepada pemegang efek sejumlah pokok, dan
bunganya serta denda (jika ada).
g. Ketentuan perpajakan yang berlaku atas setiap pembayaran yang
dilakukan emiten kepada pemegang efek.
h. Pembayaran dilakukan oleh agen pembayaran atas nama emiten.
i.
Peralihan hak kepemilikan atas efek dengan pemindahbukuan dari satu
rekening ke rekening yang lain.
j. Satuan pemindahbukuan yang berlaku.
k. Bank Kustodian atau perusahaan efek yang merupakan pemegang efek
dapat bertindak untuk dirinya sendiri atau atas nama nasabahnya
berdasarkan surat kuasa.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
l. Efek bersifat utang harus dilunasi emiten dengan nilai yang sama dengan
yang tertulis dalam konfirmasi tertulis yang dimiliki pemegang efek pada
tanggal pelunasan pokok.
m. Besarnya denda keterlambatan pembayaran pokok atau bunga.
n. Penarikan efek dari rekening hanya dapat dilakukan dengan cara
pemindahbukuan. Penarikan efek diluar rekening untuk dikonversikan
menjadi sertifikat efek bersifat utang tidak dapat dilakukan, kecuali
apabila ada pembatalan pendaftaran dalam penitipan kolektif di KSEI.
o. Ketentuan buy back (jika ada) hanya dapat dilakukan setelah ulang tahun
pertama penerbitan, tidak adanya hak suara dan bunga atas efek yang
dilakukan buy back dan hanya dapat dilakukan apabila emiten tidak
sedang dalam keadaan lalai atas pembayaran utangnya.
6. Pembatasan-pembatasan terhadap emiten
Sebelum semua jumlah yang terhutang dibayar oleh emiten, maka tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari wali amanat, emiten tidak dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut: 93
a. Mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan jaminan utang yang
diikatkan secara khusus melebihi dari jumlah tertentu atas seluruh
kekayaan emiten, baik dalam satu transaksi atau beberapa transaksi dalam
satu tahun buku.
b. Melakukan
penggabungan,
peleburan
atau
pengambilalihan,
atau
memberikan persetujuan kepada anak perusahaannya untuk melakukan
93
Ibid., hlm. 32.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
ketiga hal tersebut, yang secara material dapat berakibat secara negatif
terhadap kelangsungan usaha atau kemampuan emiten dalam memenuhi
kewajibannya.
c. Melakukan peminjaman/hutang atau memberikan pinjaman/hutang baru,
mengizinkan anak perusahaannya melakukan peminjaman/hutang atau
memberikan pinjaman/hutang baru yang kedudukannya lebih tinggi dari
hutang efek bersifat utang, dengan pengecualian tertentu.
d. Mengubah bidang usaha utama emiten dan atau anak perusahaan emiten
yang dapat mempengaruhi secara material kelangsungan usaha atau
kemampuan emiten memenuhi kewajibannya.
e. mengurangi modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor emiten.
f. Mengajukan permohonan pailit atau penundaan kewajiban pembayaran
utang atau mengizinkan anak perusahaan melakukan hal tersebut.
g. Membagikan dividen kepada pemegang saham emiten, kecuali emiten
telah memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan/atau pokok.
h. Melakukan segala bentuk kerjasama, bagi hasil atau lainnya dengan pihak
lain yang dapat mengakibatkan operasional keuangan emiten diatur oleh
pihak lain.
7. Kewajiban emiten
Sebelum seluruh kewajiban emiten kepada pemegang efek dilunasi, emiten
berkewajiban untuk: 94
a. Memenuhi semuya ketentuan dalam dokumen penawaran umum.
94
Ibid., hlm. 33-34.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Menyetorkan dana (in good faith) untuk pelunasan bunga dan atau pokok
pada tanggal yang ditentukan kepada agem pembayaran yang ditunjuk.
Apabila lewat waktu yang ditentukan dan pembayaran belum dilakukan
maka emiten wajib membayar sejumlah denda yang merupakan hak
seluruh pemegang efek bersifat utang secara proporsional.
c. Menjalankan usaha dengan sebaik-baiknya. Apabila emiten adalah bank
maka wajib menjaga tingkat kesehatan tertentu sesuai kriteria Bank
Indonesia.
d. Memelihara sistem akuntansi dan pengawasan pembiayaan sesuai dengan
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (atau Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia untuk emiten bank) serta buku-buku dan catatancatatan yang cukup untuk menggambarkan dengan tepat keadaan
keuangan emiten dan hasil operasionalnya.
e. Segera memberitahukan kepada wali amanat secara tertulis apabila terjadi
perubahan-perubahan
dalam
ruang
lingkup
usaha
emiten
yang
berpengaruh material terhadap usaha emiten.
f. Membayar semua kewajiban pajak, retribusi atau kewajiban lain kepada
pemerintah.
g. Memberitahukan secara tertulis kepada wali amanat tentang setiap
perubahan dalam Anggaran Dasar Emiten.
h. Menyerahkan kepada wali amanat laporan keuangan yang diserahkan
emiten kepada Bapepam, Bursa Efek, dan KSEI.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
i.
Mengizinkan wali amanat sewaktu-waktu pada jam kerja untuk melakukan
kunjungan langsung kepada emiten, memasuki gedung-gedung yang
dimiliki emiten, melakukan pemeriksaan atas buku-buku, izin-izin dan
keuangan emiten, inventaris dan perjanjian-perjanjian, faktur, rekening
dan dokumen lain yang dimiliki emiten.
j.
Memberitahukan hasil RUPS kepada wali amanat.
k. Memelihara kekayaan dalam keadaan baik dan mengasuransikan risikorisiko yang biasa dihadapi oleh emiten.
l.
Menjaga rasio keuangan konsolidasi dan memelihara setiap keadaan
keuangan emiten dalam Laporan Keuangan yang telah diaudit dan
menyerahkan kepada wali amanat dalam posisi:
1. Likuiditas dan rasio tertentu.
2. Debt to equity rasio tertentu.
3. Perbandingan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation,
and Amortization) dan Interest Coverage dalam rasio tertentu.
m. Memenuhi ketentuan dalam perjanjian-perjanjian lain yang berkaitan
dengan emisi efek bersifat utang.
8. Kuasa pemegang efek kepada wali amanat.
Sejak tanggal emisi, setiap pemegang efek bersifat utang langsung tunduk
kepada kontrak perwaliamanatan dan menyetujui untuk dan dengan ini,
sekarang dan dikemudian pada waktunya, secara bersama-sama memberikan
kuasa kepada wali amanat tanpa perlu adanya pemberian surat kuasa khusus,
untuk menjalankan semua hak pemegang efek bersifat utang tanpa
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
pengecualian, berdasar ketentuan perundangan yang berlaku, termasuk
melindungi kepentingan pemegang efek dihadapan instansi peradilan,
pengadilan niaga dan arbitrase.
Kontrak perwaliamanatan berlaku sebagai bukti yang sempurna mengenai
pemberian kuasa pemegang efek kepada wali amanat dan kuasa ini tidak dapat
berakhir karena sebab apapun termasuk sebab-sebab yang diatur dalam Pasal
1813, 1814, dan 1816 KUH Perdata.
9. Pernyataan Wali Amanat
Wali amanat menyatakan dan menjamin hal-hal sebagai berikut: 95
a. Wali amanat berhak dan berwenang untuk bertindak sebagai wali amanat
efek bersifat utang dan telah terdaftar sebagai lembaga penunjang pasar
modal.
b. Wali amanat mengikatkan diri untuk melaksanakan tugas-tugas dan
kewajiban sebagai wali amanat dengan penuh tanggung jawab, integritas
serta bertindak secara bijaksana untuk kepentingan pemegang efek bersifat
utang.
c. Wali amanat bertanggung jawab kepada pemegang efek bersifat utang atas
setiap kerugian yang timbul karena kelalaian, kecerobohan atau benturan
dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya.
d. Pada tanggal kontrak perwaliamanatan ini, anggota direksi dan komisaris
wali amanat adalah sebagai berikut.
95
Ibid., hlm. 35-36.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
e. Untuk pembuatan kontrak perwaliamanatan telah memperoleh persetujuan
yang dipersyaratkan anggaran dasar dan peraturan perundangan yang
berlaku.
f. Pembuatan kontrak perwaliamanatan telah dibuat sebagaimana mestinya
sesuai perundangan dan ditandatangani sebagiamana mestinya atas nama
wali amanat dan merupakan kewajiban yang sah dan mengikat bagi wali
amanat sesuai peraturan perundangan di wilayah RI.
g. Orang-orang yang mendatangani kontrak ini adalah yang berhak dan
berwenang untuk dan atas nama wali amanat.
h. Pernyataan ada tidaknya hubungan afiliasi dan hubungan kredit dengan
emiten.
10. Kelalaian emiten
Berdasarkan Pasal 1233 KUH Perdata, menurut isinya suatu perikatan
termasuk pinjam meminjam dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu untuk
memberikan atau menyerahkan sesuatu, untuk melakukan sesuatu dan untuk
tidak melakukan sesuatu.
Ketentuan tentang kelalaian emiten dalam perjanjian perwaliamanatan
merupakan refleksi dari aspek janji untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Secara umum konsekuensi dari kelalaian emiten tersebut
dalam perjanjian perwaliamanatan drinci beberapa tindakan atau kejadian
yang menyebabkan emiten masuk dalam kondisi “lalai melaksanakan
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
kewajibannya” dan karenanya wali amanat dapat mengambil tindakan tertentu.
Kelalaian tersebut antara lain terjadi karena: 96
a. Emiten tidak membayar, baik pokok, bunga atau kewajiban pembayaran
lainnya.
b. Emiten membuat pernyataan yang tidak benar.
c. Emiten tidak melakukan sesuatu yang dilakukan berdasarkan perjaanjian
harus dilakukan.
`
d. Emiten tidak dapat memenuhi kewajiban kepada kreditur lain (selain
pemegang obligasi) atau cross default.
e. Emiten mempunyai pernyataan moratorium dari pengadilan atau pihak
yang berwenang lainnya.
f. Emiten menghentikan atau mengancam menghentikan kegiatan usahanya.
g. Emiten dinyatakan pailit.
Terhadap kelalaian emiten tersebut maka, wali amanat dapat mengambil
tindakan antara lain berupa pemberitahuan kepada emiten bahwa yang
bersangkutan (emiten) telah lalai. Jika dalam waktu tertentu (14 hari) emiten
tidak memperbaiki, maka wali amanat berhak mengumumkan kepada
masyarakat bahwa emiten tersebut telah lalai. Selanjutnya atas persetujuan
RUPO wali amanat dapat melakukan penagihan jumlah yang terutang kepada
emiten.
96
Ibid., hlm. 37.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
11. Rapat Umum Pemegang Obligasi
Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) tidak diselenggarakan secara
berkala, namun digantungkan pada suatu kejadian tertentu, antara lain: 97
a. Pemberian pengarahan atau amanat
kepada wali amanat
untuk
memberikan kelonggaran atas penyelesaian kelalaian emiten.
b. Memberhentikan dan menunjuk wali amanat baru.
c. Mengambil tindakan lain yang dikuasai oleh atau atas nama pemegang
obligasi, permintaan tertulis dari pemegang obligasi yang memiliki jumlah
atau persentase tertentu, misalnya 20% dari total obligasi yang diterbitkan.
Perjanjian
perwaliamanatan
juga
mengatur
masalah
korum
dalam
pengambilan keputusan RUPO. Untuk mengambil keputusan tertentu, yaitu
perubahan nilai pokok obligasi, perubahan tingkat bunga, perubahan tata cara
pembayaran bunga dan perubahan jangka waktu, diperlukan korum yang
cukup ketat, yaitu harus dihadiri pemegang obligasi paling sedikit ¾ dari
pokok obligasi dan disetujui oleh paling sedikit ¾ yang hadir. Sedangkan
untuk pengambilan keputusan lain, cukup dihadiri pemegang obligasi paling
sedikit 2/3 dari pokok obligasi dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 yang hadir.
12. Jaminan
Untuk memberikan kepastian pelunasan obligasi serta membuat obligasi yang
akan diterbitkan memiliki daya tarik bagi investor, dalam perjanjian
perwaliamanatan dicantumkan berbagai macam bentuk
jaminan atas
penerbitan obligasi. Beberapa perjanjian perwaliamanatan menyebutkan suatu
97
Ibid.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
aset tertentu digunakan sebagai jaminan, namun ada pula yang menjaminkan
seluruh kekayaan perusahaan, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dan
penjaminan oleh pihak ketiga (guarantor).
13. Kelalaian wali amanat
Dalam pelaksanaan perjanjian perwaliamanatan, tidak tertutup kemungkinan
wali amanat lalai dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam hal
kelalaian tersebut terjadi, maka diberlakukan ketentuan dalam pasal 1267
KUH Perdata, kecuali hak emiten untuk meminta pembatalan perjanjian
perwaliamanatan. Pasal dimaksud mengatur bahwa pihak terhadap siapa
perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dan
dilakukan, akan memaksa pihak lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia
akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian kerugian dan
bunga.
14. Pernyataan emiten
Dalam
perjanjian
perwaliamanatan
seringkali
dirumuskan
beberapa
pernyataan dari emiten terkait dengan obligasi yang diterbitkannya.
Pernyataan tersebut antara lain pernyataan tentang: 98
a. Status badan hukum emiten.
b. Susunan pengurus.
c. Informasi dalam pernyataan pendaftaran beserta dokumen pendukung
tidak memuat pernyataan yang tidak benar.
d. Kelengkapan perizinan yang dimiliki.
98
Ibid., hlm. 39.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
e. Pernyataan tentang perkara yang dihadapi.
15. Pemberitahuan
Pasal ini memuat tentang identitas yang meliputi alamat masing-masing para
pihak dalam kontrak perwaliamanatan (emiten dan wali amanat).
16. Keadaan memaksa (Force Majeure)
Pasal ini memuat tentang keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan para
pihak dalam kontrak perwaliamanatan (emiten dan wali amanat) karena
sesuatu keadaan tertentu tidak bisa memenuhi kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagaimana telah ditetapkan dalam kontrak perwaliamanatan.
17. Penyelesaian perselisihan
Pasal ini memuat tentang cara atau pilihan penyelesaian sengketa apabila
terjadi suatu sengketa yang berhubungan dengan pelaksanaan atau pemenuhan
hak
dan
kewajiban
pada
masing-masing
pihak
dalam
kontrak
perwaliamanatan.
18. Ketentuan lain-lain
Dalam
ketentuan
lain-lain
antara
lain
diatur
bahwa
perjanjian
perwaliamanatan berakhir dengan sendirinya antara lain jika: 99
a. Tidak memperoleh peringkat efek dari perusahaan pemeringkat efek
b. Terpenuhinya seluruh hak dan kewajiban yang ditentukan dalam
perjanjian perwaliamanatan.
99
Ibid., hlm. 40.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
BAB III
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT
DI PASAR MODAL INDONESIA
A. Aspek hukum perwaliamanatan.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa wali amanat merupakan
salah satu lembaga penunjang pasar modal yang bertindak sebagai pihak yang
mewakili para pemegang obligasi sehingga secara hukum diartikan melakukan
perbuatan hukum tertentu dimana orang yang diwakili menerima akibat
yuridisnya.
Undang-Undang Pasar Modal tidak memberikan suatu defenisi mengenai
apa yang dimaksud dengan perwakilan (vertegenwoording). Sebagaimana halnya
pada doktrin hukum yang berlaku sebagai toerekening van een handelingan een
ander dan de handelde atau melakukan perbuatan hukum sebagai ganti dan guna
orang lain sebagai ganti dan guna orang lain yang mewakilinya, 100 adapun
tindakan wali amanat merupakan perwakilan khusus berdasarkan undang-undang
karena telah diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
Kewenangan yang dimiliki oleh oleh wali amanat dalam menjalankan
fungsinya terdiri dari dua jenis, antara lain: 101
1. Kewenangan umum yang bersifat pengurusan
Kewenangan umum untuk pengurusan (daden van beheer), misalnya dalam
hal menjalankan pengawasan terhadap emiten dalam penggunaan dana hasil
100
101
Ibid., hlm. 21.
Ibid., hlm. 22.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
emisi obligasi, mewakili para pemegang obligasi dalam RUPO, sebagai agen
pembayar dalam membayar bunga obligasi dan sebagainya.
2. Kewenangan khusus yang bersifat tindakan pemilikan.
Adapun kewenangan khusus yang bersifat tindakan pemilikan, misalnya
dalam hal emiten melakukan wanprestasi, wali amanat dapat melakukan
tindakan pelelangan atas agunan (barang jaminan) yang telah ditetapkan dalam
kontrak perwaliamanatan dan jaminan.
Dalam hal menjalankan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya
sebagai wali amanat, maka untuk membatasi kewenangannya harus ditetapkan
secara tegas dalam perjanjian perwaliamanatan dan dapat dijalankan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal. Sehingga, jika wali amanat
melakukan kelalaian atas kewenangan yang telah diberikan, berdasarkan Pasal 53
Undang-Undang Pasar Modal, maka wali amanat wajib memberikan ganti rugi
kepada pemegang efek bersifat utang.
Perjanjian perwaliamanatan wajib dibuat oleh emiten dan wali amanat
sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal Pasal 52
menggunakan istilah “kontrak perwaliamanatan” yang dibuat dihadapan Notaris
dalam bentuk Akta Notaris. Hal ini bertujuan agar klausula-klausula dalam akta
tersebut lebih dijamin kepastian hukumnya bagi tiap pihak yang terkait dalam
kontrak tersebut seperti yang diatur dalam pasal 1868 KUH Perdata (jo. Pasal
1870 KUH Perdata) bahwa suatu akta yang dibuat dibuat dihadapan notaris
merupakan akta otentik dan menjadi bukti sempurna atas hak para pihak beserta
ahli warisnya serta pihak lain yang memperoleh hak dari akta tersebut.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Sejak ditandatanganinya kontrak perwaliamanatan oleh para pihak maka
para pihak terikat kepada kontrak perwaliamanatan sehingga dapat dianggap
sebagai hukum yang sah serta mengikat para pihak
Pada dasarnya perjanjian perwaliamanatan yang dibuat adalah karena
hubungan hutang piutang atau pinjam meminjam uang sehingga esensi dari
perjanjian ini adalah segala ketentuan yang mengatur hubungan hutang piutang
tersebut.
Pada dasarnya perundang-undangan di bidang pasar modal belum
menentukan secara detail mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kontrak
perwaliamanatan, sehingga sebaiknya diperjanjikan secara tegas dalam kontrak
perwaliamanatan. Dalam ketentuan penjelasan Pasal 52 Undang-Undang Pasar
Modal, hal-hal yang harus dimuat dalam kontrak perwaliamanatan antara lain: 102
1. Utang pokok dan bunga serta manfaat lain dari emiten.
2. Saat jatuh tempo.
3. Jaminan (jika ada).
4. Agen pembayaran.
5. Tugas dan fungsi wali amanat.
Namun demikian, dalam praktek yang sering terjadi selama ini antara
kontrak perwaliamanatan yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan baik
format maupun materi yang diatur. Hal ini terjadi dikarenakan belum adanya
pengaturan mengenai standar kontrak perwaliamanatan secara lebih rinci yang
dituangkan dalam peraturan pelaksananya seperti Peraturan Pemerintah, maupun
102
Penjelasan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Peraturan Bapepam. Disamping hal tersebut, belum adanya kesepakatan dari para
pihak yang terkait dalam penerbitan efek bersifat utang/obligasi sehubungan
dengan muatan kontrak perwaliamanatan, baik emiten, wali amanat, notaris,
maupun konsultan hukum.
Adapun beberapa peraturan yang mengatur mengenai wali amanat dapat
ditemukan dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mulai Pasal 50
sampai dengan Pasal 54.
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 1 angka
14 tentang defenisi wali amanat dan Pasal 6 huruf I tentang wali amanat
sebagai salah satu usaha Bank Umum. Undang-Undang ini diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
kegiatan di Bidang Pasar Modal, khususnya yang diatur dalam pasal 53
sampai dengan Pasal 55.
4. Peraturan BAPEPAM Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran bank Umum sebagai
Wali Amanat.
5. Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.1 tentang Laporan Wali Amanat.
6. Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali
Amanat.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
B. Pihak-pihak yang berhak menjadi Wali Amanat dalam penerbitan
Obligasi.
Pada setiap penerbitan obligasi tidak semua pihak dapat bertindak sebagai
wali amanat. Pada dasarnya pihak yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai
wali amanat adalah Bank umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. 103 Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan
kegiatan di Bidang Pasar Modal dinyatakan bahwa kegiatan usaha sebagai wali
amanat dapat dilakukan oleh Bank Umum. 104 Dari peraturan di atas dapat
dikatakan bahwa ada dua pihak yang dapat bertindak selaku wali amanat. Namun
sampai saat ini, belum ada peraturan pemerintah atau keputusan Bapepam yang
menetapkan pihak-pihak selain bank umum untuk dapat bertindak sebagai wali
amanat, 105 sehingga satu-satunya pihak yang dapat menjadi wali amanat ialah
bank umum.
Tidak semua bank umum dapat menjadi wali amanat, walaupun dalam
Undang-Undang Perbankan disebutkan bahwa salah satu kegiatan usaha bank
umum adalah sebagai wali amanat. Sebelum bank umum bertindak sebagai wali
amanat, bank umum tersebut haruslah terlebih dahulu terdaftar di Bapepam. 106
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-36/PM/1996 tentang Pendaftaran Bank
Umum sebagai Wali AManat (Peraturan Bapepam No. IV.C.2) menentukan
103
Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Pasal 53 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
105
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab
Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 78.
106
Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan
Pasal 53 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
di Bidang Pasar Modal.
104
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
bahwa permohonan pendaftaran bank umum sebagai wali amanat diajukan kepada
Bapepam dalan rangkap 4 (empat) yaitu dengan menggunakan Formulir Nomor
VI.C.2-1. Permohonan pendaftaran tersebut harus disertai dengan dokumendokumen sebagai berikut:
1. Anggaran Dasar.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak
3. Izin usaha sebagai bank umum.
4. Laporan keuangan tahun terakhir yang tealh diperiksa oleh akuntan yang
terdaftar di Bapepam.
5. Rekomendasi dari Bank Indonesia.
6. Buku Pedoman operasional tentang kegiatan wali amanat yang akan
dilakukan; yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Struktur organisasi bank dan struktur organisasi wali amanat.
b. Daftar pegawai dan pembagian kerja pada kegiatan perwaliamanatan.
7. Pernyataan direksi yang memuat bahwa administrasi kegiatan wali amanat
terpisah dari kegiatan bank lainnya.
8. Daftar nama direktur serta komisaris disertai daftar riwayat hidup dan Kartu
Tanda Penduduk.
9. Daftar
pejabat
penanggung
jawab
dan
tenaga
ahli
di
bidang
perwaliamanatan disertai dengan:
a. Daftar riwayat hidup.
b. Kartu tanda Penduduk
c. Bukti kewarganegaraan bagi warga megara asing.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
d. Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA) bagi warga negara asing.
e. Ijazah pendidikan formal terakhir.
10. Pertimbangan yang bersifat teknis seperti kesiapan tenaga ahli di bidang
perwaliamanatan.
Setelah bank Umum mengajukan permohonan pendaftaran kepada
Bapepam, maka dalam jangka waktu 45 hari sejak diterimanya permohonan
tersebut Bapepam wajib memberikan pemberitahuan kepada pemohon (Bank
Umum) tentang permohonan tersebut. Pemberitahuan tersebut dapat berupa: 107
1. Menyatakan permohonan tidak lengkap dengan menggunakan Formulir
Nomor VI.C.2-22, atau
2. Menyatakan permohonan ditolak dengan menggunakan Formulir Nomor
VI.C.2-3, atau
3. Menyatakan permohonan memenuhi syarat dan selambat-lambatnya dalam
jangka waktu 45 hari sejak diterimanya permohonan ini, Bapepam
memberikan Surat Tanda Terdaftar Wali Amanat kepada pemohon dengan
Formulir VI.C.2-4.
C. Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal Indonesia
Sesuai yang telah diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal bahwa wali
amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat
utang/obligasi baik di dalam maupun di luar pengadilan, sehingga dalam
melaksanakan peran dan tanggung jawabnya wali amanat dituntut harus selalu
107
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab
Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 80.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
mengedepankan serta mengutamakan kepentingan pemegang kreditur(obligasi).
Berkenaan dengan fungsinya untuk mewakili pemegang efek yang bersifat utang,
Tanggung jawab wali amanat terkait dengan fungsinya sebagai wakil
pemegang efek bersifat utang sekurang-kurangnya meliputi: 108
1. Sebelum proses emisi
Sebelum proses emisi dimulai, maka wali amanat selaku fungsinya sebagai
wakil pemegang efek bersifat utang calon emiten, penelitian ini mencakup:
a. Analisa laporan keuangan emiten untuk memantau keadaan keuangan
emiten.
b. Meneliti legalitas dari emiten.
2. Saat proses emisi. Terbagi atas:
a. Menetukan hak-hak para pemegang efek bersifat utang atau obligasi, yang
mencakup:
1. Hak pembayaran bunga.
2.
Hak pembayaran pokok.
3.
Penentuan tanggal-tanggal untuk pembayaran bunga.
4. Hak untuk memperoleh informasi mengenai jaminan (preferen ayau
tidak preferen).
5. Hak untuk mengetahui rating obligasi.
6. Hak untuk memperoleh laporan-laporan dari emiten.
7. Hak untuk memperoleh pemberitahuan apabila terjadi kejadian penting
dari emiten.
108
Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal, Op. cit., hlm. 15-16.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Membuat kontrak atau perjanjian perwaliamanatan
c. Setelah emisi efek bersifat utang atau obligasi, yang mencakup:
1. Memantau pemenuhan kewajiban emiten yang tercantum dalam
perjanjian perwaliamanatan.
2. Memberitahukan kepada pemegang efek bersifat utang atau obligasi,
emiten Bapepam, apabila terdapat kejadian penting.
3. Menyelelnggarakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) apabila
diperlukan.
4. Melaksanakan keputusan RUPO.
Dalam upaya wali amanat dalam melindungi pemegang efek bersifat utang
atau obligasi, beberapa hal yang dilakukan antara lain: 109
1. Sebelum emisi efek bersifat utang atau obligasi, meliputi:
a. Menganalisa data-data historis emiten, yaitu dengan melakukan analisa
terhadap laporan keuangan emiten untuk mengetahui kinerja dan keadaan
keuangan emiten.
b. Mempelajari data-data dari konsultan hukum yang ditunjuk dalam emisi
tersebut, yaitu berupa legal opinion dan legal audit.
2. Proses emisi efek bersifat utang atau obligasi, meliputi:
a. Menentukan dan memantau hak-hak pemegang efek bersifat utang atau
obligasi, yang terdiri dari:
1. Besarnya bunga obligasi.
2. Cara pembayaran bunga.
109
Ibid., hlm. 16-17.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
3. Tanggal pembayaran bunga.
4. Penyediaan dana untuk membayar bunga dan pokok obligasi.
5
Memantau penggunaan dana yang diperoleh dari emisi efek bersifat
utang atau obligasi.
6. Menetukan jaminan yang dijaminkan untuk pemegang efek bersifat
utang atau obligasi.
b. Menetapkan covenant-covenant dalam perjanjian perwaliamanatan yang
harus dipenuhi emiten selama jangka waktu efek bersifat utang atau
obligasi dengan memperhatikan struktur obligasi, kinerja dan proyeksi
keuangan, struktur jaminan.
c. Melakukan pengecekan, perhitungan dan pengikatan jaminan
obligasi
(jika ada).
3. Setelah emisi meliputi:
a. Pengawasan dan pemantauan kepatuhan serta pelaksanaan kewajiban
berdasarkan kewajiban perjanjian perwaliamanatan atau dokumen lainnya
yang mencakup:
1. Analisis kinerja keuangan secara periodik.
2. Kepatuhan atas covenant pada perjanjian perwaliamanatan.
3. Penggunaan data.
4. Pemenuhan kewajiban emiten terhadap pemegang efek bersifat utang
atau obligasi.
5. Monitoring jaminan (nilai maupun pengikatannya).
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Penyampaian laporan kepada Bapepam, Bursa Efek dan pemegang
obligasi dalam hal terjadi potensi kelalaian atau kelalaian yang dilakukan
oleh emiten atau terjadi keadaan yang dapat membahayakan kepentingan
pemegang obligasi.
c. Melaksanakan keputusan RUPO.
d. Pemberian keterangan atau perhitungan yang sewaktu-waktu diminta
RUPO maupun Bapepam.
Pada dasarnya wali amanat tidak memiliki kewajiban kepada emiten oleh
karena wali amanat tidaklah memiliki hubungan dengan emiten. Walaupun
perjanjian perwaliamanatan dibuat dan ditandantangani oleh emiten dan wali
amanat, penandatanganan tersebut dilakukan oleh wali amanat dalam kapasitasnya
sebagai wakil investor pemegang obligasi. Segala tindakan yang dilakukan oleh
wali amanat adalah untuk kepentingan investor pemegang obligasi. Demikian juga
dengan seluruh janji-jani yang diberikan oleh emiten dalam perjanjian
perwaliamanatan adalah janji yang melahirkan perikatan yang wajib dipenuhi oleh
emiten kepada investor pemegang obligasi yang dalam hal ini diwakilkan oleh
wali amanat.
Sebagai suatu bentuk perikatan yang sempurna, maka setiap janji wali
amanat melahirkan tidak hanya kewajiban, melainkan juga pertanggung jawaban
perdata pada diri wali amanat, yang dijamin dengan harta kekayaanya sesuai Pasal
1131 KUH Perdata. Sebagai wakil investor pemegang obligasi, antara wali
amanat dan seluruh investor pemegang obligasi tersebut terdapat suatu hubungan
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
kepercayaan (fiduciary relation).
110
Berdasarkan pada hubungan kepercayaan
tersebut, wali amanat dihadapkan pada kewajiban untuk melakukan segala
tindakan hanya untuk kepentingan dari seluruh investor dan menghindari
terjadinya benturan kepentingan antara kepentingan wali amanat dengan
kepentingan investor pemegang obligasi yang tercermin dalam bentuk kewajiban
wali amanat kepada investor pemegang obligasi.
Selama dan sepanjang wali amanat telah melaksanakan tugasnya dan
memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam perjanjian
perwaliamanatan dan tidak melakukan tindakan pengambilan keuntungan pribadi
dalam suatu transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, melakukan
kelalaian berat, atau kecurangan, merugikan kepentingan satu atau lebih investor
pemegang
obligasi,
maka
wali
amanat
tidaklah
dapat
dimintakan
pertanggungjawabannya.
110
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab
Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 11.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Bab IV
KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI WALI AMANAT DALAM
MENJALANKAN KEWAJIBANNYA DI PASAR MODAL
A. Kewajiban Wali Amanat
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa investor merupakan salah
satu aktor penting dalam penerbitan obligasi. Oleh karena itu, diperlukan
perlindungan hukum yang memadai terhadap investor. Perlindungan hukum yang
memadai tersebut akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap emiten
khususnya, dan terutama terhadap pasar modal Indonesia pada umumnya. Ada
beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh wali amanat dalam menjalankan
tugasnya di pasar modal.
1. Kewajiban-kewajiban langsung wali amanat terhadap investor pemegang
obligasi: 111
a. Bertanggung jawab kepada pemegang obligasi untuk setiap kerugian yang
diderita akibat dari kelalaian, kecerobohan atau tindakan-tindakan yang
disebabkan adanya pertentangan kepentingan dalam hubungannya dengan
tugas wali amanat. 112
b. Menyajikan informasi lengkap secara terbuka mengenai kualifikasinya
sebagai wali amanat dalam prospektus.
111
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab
Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 105-109.
112
Pasal 53 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
c. Memberikan laporan kepada Bapepam sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di bidang pasar modal dan kepada pemegang obligasi melalui
KSEI dalam hal wali amanat mengetahui:
(1) Emiten lalai atau melanggar ketentuan yang tercantum dalam
perjanjian perwaliamanatan dan/atau perjanjian lain
yang dibuat
sehubungan dengan emisi obligasi.
(2) Terjadi keadaan yang dapat membahayakan kepentingan pemegang
obligasi
berupa
ketidakmampuan
emiten
untuk
melaksanakan
kewajibannya kepada pemegang obligasi, perjanjian perwaliamanatan
dan/atau perjanjian-perjanjian lain yang dibuat sehubungan dengan
emisi obligasi.
d. Memanggil dan menyelenggarakan RUPO, sebelum mengambil tindakan
atas nama pemegang obligasi berdasarkan perjanjian perwaliamanatan atau
cara-cara lain yang dimaksudkan dalam perjanjian perwaliamanatan.
e. Berkewajiban untuk melakukan semua tindakan baik di luar maupun di
dalam pengadilan sehubungan dengan pelaksanaan hak-hak pemegang
obligasi
atas
jaminan
sebagaimana
dimaksud
dalam
perjanjian
perwaliamanatan berdasarkan setiap perjanjian pengikatan jaminan dan
perjanjian perwaliamanatan.
f. Wali amanat memberi semua keterangan dan perhitungan sehubungan
dengan pelaksanaan tugasnya sewaktu-waktu dimintai oleh KSEI, RUPO,
dan Bapepam.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
g. Berkewajiban melakukan verifikasi atas KTUR yang diserahkan oleh
pemegang obligasi berdasarkan spesifikasi dan daftar penerbitan KTUR
yang diterbitkan dan disampaikan oleh KSEI kepada wali amanat dan
emiten.
h. Berkewajiban untuk tidak mengambil tindakan yang bertentangan dengan
keputusan RUPO.
i.
Mengawasi dan memantau pelaksanaan kewajiban-kewajiban emiten
berdasarkan perjanjian perwaliamanatan, obligasi, pengakuan utang, dan
berdasarkan perjanjian-perjanjian dan dokumen lain.
j.
Berkewajiban untuk melakukan semua tindakan baik di luar maupun di
dalam pengadilan sehubungan dengan penagihan pembayaran kepada
emiten, baik yang berupa jumlah pokok obligasi, bunga obligasi ataupun
jumlah-jumlah lain yang harus dibayar oleh emiten berdasarkan obligasi,
perjanjian perwaliamanatan dan/atau pengakuan utang serta perjanjia
dan/atau dokumen-dokumen lain.
k. Berkewajiban untuk memberitahukan secara tertulis mengenai telah
berakhirnya pelaksanaan RUPO kepada KSEI.
l.
Memberikan nasihat yang diperlukan oleh Emiten sehubungan dengan
perjanjian perwaliamanatan dan melakukan kegiatan lain sehubungan
dengan tugas wali amanat.
m. Mengambil tindakan yang sah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian perwaliamanatan sebagaimana diputuskan oleh pemegang
obligasi dalam RUPO.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
n. Berhak menerima fotokopi bukti penyetoran dari emiten sehubungan
dengan pembayaran bunga obligasi dan/atau pokok obligasi pada hari yang
sama saat dilakukan penyetoran tersebut.
o. Berhak untuk menerima pemberitahuan dari KSEI mengenai jumlah dana
yang wajib dibayar oleh emiten untuk pembayaran bunga obligasi dan
pelunasan pokok obligasi selambat-lambatnya 2 hari kerja sebelum tanggal
pembayaran bunga obligasi atau tanggal pelunasan pokok obligasi.
p. Berhak untuk menerima pemberitahuan dari KSEI mengenai pelaksanaan
pembayaran bunga obligasi atau pelunasan pokok obligasi, termasuk
dalam hal tidak dilaksanakanannya pembayaran karena kegagalan atau
keterlambatan emiten dalam menyediakan dana yang cukup, selambatlambatnya 1 hari kerja setelah tanggal pelunasan pokok obligasi.
q. Berhak untuk menerima daftar dari KSEI yang memuat rincian KTUR
berikut spesifikasi dan specimen KTUR yang dikeluarkan oleh KSEI
selambat-lambatnya 1 hari kerja sebelum pelaksanaan RUPO.
2. Kewajiban emiten terhadap investor pemegang obligasi melalui wali amanat,
antara lain: 113
a. Mengagunkan atau menggadaikan baik sebagian maupun seluruh hartanya
dari wali amanat untuk tidak melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
mengagunkan atau menggadaikan baik sebagian maupun seluruh
hartanya yang telah ada maupun yang akan diperoleh dikemudian hari
kecuali:
113
Ibid., hlm. 110-113.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
a. Fasilitas pinjaman dengan agunan atau jaminan yang telah ada.
b. Fasilitas pinjaman baru yang menggantikan porsi pinjaman dari
kreditur yang telah ada sekarang yang dijamin dengan harta yang
sama.
c. Jaminan yang diperlukan sehubungan dengan usaha emiten
dan/atau rekening bank emiten.
d. Jaminan yang diperlukan sehubungan dengan usaha emiten seharihari mencakup jaminan untuk mengikuti tender, menjamin
pembayaran bea masuk dan/atau untuk pembayaran sewa.
e. Agunan untuk pembiayaan perolehan aktiva yang akan menjadi
objek agunan untuk pembiayaan tersebut.
f. Agunan atas pengeluaran Letter of Credit dan bank garansi yang
biasa digunakan dalam pembelian barang.
g. fasilitas pinjaman baru dengan agunan atau jaminan diluar poin (2)
sampai dengan poin (6) atas yang jumlahnya tidak melebihi dari
50% keuangan audited yang terakhir.
2. Memberikan jaminan-jaminan kepada pihak lain (penanggungan) atas
kewajiban pihak lain tersebut kecuali untuk kebutuhan operasional
sehari-hari dari emiten dan anak-anak perusahaannya.
3. Melakukan pengeluaran obligasi atau utang baru.
4. Mengurangi modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor
emiten.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
5. Melakukan penggabungan, konsolidasi yang menyebabkan bubarnya
emiten dan/atau anak perusahaannya (yang dimiliki lebih dari 51%
oleh emiten) dan/atau pembelian, penyertaan saham kecuali jika
transaksi tersebut dilalukan dalam usaha inti emiten, atau dalam satu
transaksi atau gabungan transaksi dalam satu tahun berjalan tidak
melebihi 10% dari pendapat atau 20% dari ekuitas emiten berdasarkan
laporan keuangan audited yang terakhir.
6. Melakukan pengalihan aktiva tetap produktif emiten dan/atau anak
perusahaan, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali jika penjualan atau
pengalihan aktiva tetap produktif tersebut dalam satu tahun berjalan
tidak melebihi 10% dari pendapatan atau 20% dari ekuitas emiten
berdasarkan laporan keuangan audited yang terakhir.
7. Mengadakan perubahan bidang usaha yang berbeda dari usaha inti
emiten dan/atau memberikan izin atau persetujuan kepada anak
perusahaan untuk mengadakan perubahan bidang usaha yang
mengakibatkan perubahan terhadap usaha inti emiten atau anak
perusahaan.
b. Memenuhi semua ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan dan
perjanjian lainnya sehubungan dengan emisi.
c. Segera memberitahukan secara tertulis kepada wali amanat setelah
menyadari terjadinya kelalaian atas setiap peristiwa penting yang dapat
menimbulkan kelalaian atau adanya pemberitahuan mengenai kelalaian
yang diberikan oleh kreditur emiten.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
d. Menyampaikan kepada wali amanat:
Laporan keuangan konsolidasi tahunan emiten yang telah diaudit oleh
akuntan publik yang terdaftar di Bapepam, selambat-lambatnya 120 hari
setelah berakhirnya tiap tahun buku:
1. Laporan-laporan keuangan konsolidasi tengah tahunan emiten, dalam
waktu 60 hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika disertai laporan
akuntan publik emiten yang terdaftar di Bapepam yang memberikan
pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Laporan keuangan konsolidasi triwulan selambat-lambatnya 60 hari
kalender sejak akhir tanggal laporan triwulan.
3. Laporan-laporan yang disampaikan kepada Bapepam.
4. Salinan resmi akta perjanjian perwaliamanatan dan akta-akta lainnya
yang dibiuat sehubungan dengan emisi obligasi ini.
e. Memberitahukan secara tertulis kepada wali amanat.
1. Setiap hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
2. Setiap perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia.
3. Hasil pemeringkatan ulang (annual review ataupun special review)
oleh perusahaan pemeringkat yang telah mendapat izin dari Bapepam.
Hubungan hukum atau kewajiban emiten terhadap wali amanat tersebut
hanya sebatas mengenai harta kebendaan emiten yang dijadikan jaminan atas
pelunasan obligasi. Perlindungan hukum terhadap investor dapat diwujudkan
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
melalui pengaturan dan dan pembatasan terhadap hak dan kewajiban emiten, wali
amanat, dan investor baik melaui undang-undang maupun perjanjian.
Emiten bertindak dengan menyerahkan harta bendanya sebagai jaminan
kepada wali amanat dengan tujuan untuk kepentingan investor pemegang obligasi.
Harta kebendaan yang diserahkan oleh emiten merupakan jaminan atas pelunasan
obligasi yang telah diterbitkan, yang merupakan suatu hak kebendaan yang
bersifat terbatas. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 528 KUH Perdata,
yang menyatakan bahwa atas sesuatu kebendaan, seorang dapat mempunyai, baik
suatu kedudukan, baik hak milik, baik hak waris, baik hak pakai hasil, baik hak
pengabdian tanah, baik hak gadai, atau hipotek.
Harta kebendaan milik emiten yang dijadikan jaminan pelunasan obligasi
merupakan suatu hak kebendaan yang bersifat terbatas (jura in re aliena). Jura in
re aliena adalah suatu hak kebendaan yang terbatas yang dimiliki oleh seorang
atau suatu badan (hukum) tertentu di atas suatu kebendaan yang dengan hak
kebendaan yang lebih luas atau lebih tinggi tingkatannya. 114 Dikarenakan hak atas
harta kebendaan yang diserahkan oleh emiten kepada wali amanat merupakan
suatu jaminan yang memiliki hak kebendaan yang terbatas, maka antar emiten
dengan wali amanat masih terdapat hubungan hukum, sepanjang yang berkaitan
dengan harta kebendaan emiten yang dijadikan sebagai jaminan atas pelunasan
obligasi.
114
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Kebendaan pada Umumnya, (Jakarta:
Kencana, 2003), hlm. 230., seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya
Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit.,
hlm. 115.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Selain itu wali amanat dalam hal tidak ada jaminan kebendaan, wali
amanat merupakan pemegang hak gugatan perorangan dan satu-satunya
pelaksanan hak gugatan perorangan yang dimiliki seluruh investor pemegang
obligasi. Dalam hal ini, benda yang dimiliki wali amanat adalah gugatan
perorangan yang kewenangannya berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal dan
perjanjian perwaliamanatan diserahkan kepada wali amanat. Tidak ada seorang
investor pun yang dapat melaksanakan hak gugatan perorangan tersebut.
B. Perdebatan antara Emiten dan Wali Amanat
Dalam menjalankan perannya sebagai wali amanat, tidak selalu berjalan
dengan mulus, selalu ada saja hal yang diperdebatkan dengan emiten dalam hal
pemenuhan kewajibannya terhadap investor pemegang obligasi. Berikut
merupakan beberapa hal yang sering menjadi perdebatan antara emiten dengan
wali amanat antara lain: 115
1. Wali amanat mengharapkan dalam penerbitan efek bersifat utang sedapat
mungkin terdapat ketentuan pengaman, antara lain dengan adanya jaminan
khusus atau agunan, sinking fund, dan kewajiban melakukan pemeringkatan
setahun sekali. Ketentuan yang memberikan kepastian terhadap pembayaran
utang pokok umumnya diharapkan tercantum dalam kontrak, seperti halnya
kewajiban melaporkan rencana pembayaran pokok setahun sebelum jatuh
tempo, pernyataan kesanggupan membayar utang pokok enam bulan sebelum
jatuh tempo, serta membuktikan adanya dana untuk pelunasan utang pokok
115
Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op. cit., hlm. 45-47.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
sebulan sebelum jatuh tempo. Dipihak emiten umumnya memandang hal
tersebut tidak perlu dicantumkan.
2. Dalam ketentuan mengenai pembelian kembali efek bersifat utang, wali
amanat mengharapkan ada ketentuan mengenai keterbukaan informasi
sebelum pelaksanaan buyback, serta ketentuan yang jelas mengenai hak-hak
efek bersifat utang yang dibuyback, seperti: adakah hak suara maupun hak
bunga, dan lain-lain. Dalam kondisi terjadinya wanprestasi, wali amanat juga
mengharapkan emiten tidak dapat melakukan buy back. Selama ini, karena
belum ada peraturan perundang-undangan yang tegas mengaturnya maka
pengaturannya dalam kontrak perwaliamanatan masih ketergantungan
kesepakatan para pihak.
3. Wali amanat merasa perlu memasukkan ketentuan kewajiban dan pembatasan
yang harus dipenuhi oleh emiten, dengan maksud untuk mempermudah dalam
melakukan pengawasan kepada emiten. Pembatasan tersebut misalnya,
larangan membuat hutang baru, larangan membayar dividen tunai, larangan
melakukan merger dan konsolidasi, serta kewajiban mempertahankan rasiorasio keuangan tertentu. Di pihak emiten, sedapat mungkin pembatasan dan
kewajiban tersebut tidak memberatkan sehingga apabila terjadi sedikit
pelanggaran tidak mengakibatkan emiten dinyatakan wanprestasi atas kontrak
perwaliamanatan. Belum adanya standar rasio-rasio keuangan yang berlaku
pada industri-industri tertentu terkadang juga menyulitkan wali amanat untuk
memperoleh kesepakatan dengan pihak emiten.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
4. Ketentuan mengenai tata cara dan korum RUPO, khususnya untuk
menentukan
perubahan
ketentuan-ketentuan
penting
dalam
kontrak
perwaliamanatan seperti bunga, jangka waktu dan pokok efek bersifat utang.
Korum untuk meminta persetujuan perubahan hal-hal yang penting dalam
kontrak perwaliamanatan sudah sewajarnya lebih besar daripada RUPO yang
membahas lain.
5. Besarnya denda keterlambatan pembayaran kewajiban bunga maupun pokok
saat ini belum ada dasar acuan yang dapat dipakai oleh para pihak.
C. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Wali Amanat dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya di Pasar Modal Indonesia.
Wali amanat bertugas mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat
utang (masyarakat pemodal) berdasarkan kepercayaan. Maka dari itu wali amanat
diharapkan dapat menjalankan dan melaksanakan kewajibannya secara indepen
dan netral. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya ada beberapa
permasalahan yang dihadapi wali amanat antara lain :
1. Keberadaan wali amanat: 116
a. Dalam suatu penerbitan efek bersifat utang, emiten merupakan pihak yang
berwenang menunjuk dan membayar jasa suatu lembaga untuk bertindak
sebagai wali amanat. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai
sejauhmana hal tersebut berpengaruh terhadap hubungan emiten dengan
wali amanat. Pertanyaan ini sering mengingat tugas utama dari wali
116
Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 40-41.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
amanat adalah mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang untuk
mengawasi emiten sendiri.
Menerima penunjukan sebagai wali amanat bagi bank umum berarti
mendapatkan lahan bisnis dari pihak emiten. Sementara itu, emiten
berkuasa dalam menentukan siapa yang dia tunjuk untuk menjadi wali
amanat. Posisi yang tidak seimbang antara keduanya tersebut seringkali
menimbulkan keraguan berkaitan dengan independensi wali amanat ketika
harus berhadapan dengan emiten.
b. Dalam penunjukkan profesi dan lembaga yang terlibat dalam penawaran
umum efek bersifat utang, seringkali wali amanat merupakan pihak yang
terakhir kali dihubungi untuk terlibat didalamnya. Padahal dalam
menentukan keputusan apakah bersedia menjalankan tugasnya, wali
amanat perlu terlebih dahulu mempelajari dengan cermat, kondisi emiten
dan struktur penawaran efek bersifat utang tersebut. Tanpa diberi waktu
yang cukup untuk mempelajari dan menganalisi dengan baik maka hal
tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja wali amanat dalam
merundingkan ketentuan-ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan
dengan emiten.
c. Selama ini belum ada suatu kode etik yang mengatur hubungan antara wali
amanat dengan emiten, hubungan wali amanat dengan pemegang efek
bersifat utang dan hubungan antar sesama wali amanat. Hal ini sering
menimbulkan permasalahan dalam paraktik, seperti misalnya persaingan
yang tidak sehat antar sesama wali amanat dalam memperoleh klien.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
2. Benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban wali amanat.
Untuk dapat mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang dengan baik,
wali amanat harus dapat melepaskan diri dari kondisi-kondisi yang dapat
mengakibatkan benturan kepentingan dalam pekerjaannya. Hal-hal yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan tersebut antara lain: 117
a. Hubungan kredit dengan emiten.
Hubungan kredit antara wali amanat dengan emiten dapat mengakibatkan
benturan kepentingan dalam hal kepentingan wali amanat selaku kreditur
berbenturan dengan kepentingan wali amanat selaku wakil pemegang efek
bersifat utang. 118 Karena kedua posisi tersebut sama-sama memiliki
hubungan kredit, maka wali amanat berhadapan dengan pilihan mengenai
kepentingan manakah yang harus didahulukan, misalnya dalam hal
terdapat kondisi dimana emiten mengarah kepada defaults atas kewajibankewajiban utangnya.
Wali amanat dapat memilih mengutamakan tindakan penyelamatan atas
kredit yang disalurkannya, akan tetapi hal itu mungkin merupakan
pelanggaran tugasnya selaku wali amanat yang harus melakukan tindakan
yang terbaik untuk kepentingan pemegang efek bersifat utang.
Undang-undang Pasar Modal telah mengamanatkan pembatasan besarnya
hubungan kredit antara wali amanat dengan emitennya. Namun, dengan
belum adanya peraturan pelaksana mengenai hal tersebut, maka pihak wali
amanat belum memiliki dasar pedoman yang pasti mengenai hal ini.
117
118
Ibid.
Pasal 51 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
b. Hubungan afiliasi dengan emiten.
Hubungan afiliasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat 1 UndangUndang Pasar Modal mungkin terjadi antara wali amanat dengan emiten.
Hubungan afiliasi tersebut dapat timbul karena hubungan kekeluargaan,
hubungan pengelolaan dan pengawasan, hubungan pengendalian ataupun
hubungan kepemilikan saham. Dengan adanya hubungan afiliasi ini,
emiten dapat mempengaruhi wali amanat untuk bertindak sesuai
kepentingan emiten, sehingga kepentingan pemegang efek menjadi
terabaikan.
Namun terdapat pengecualian atas hubungan afiliasi ini, yaitu hanya untuk
hubungan afiliasi karena kepemilikan saham pemerintah. 119 Larangan ini
bertujuan agar wali amanat dapat menjalankan fungsinya secara
independen sehingga dapat melindungi kepentingan pemegang efek
bersifat utang secara maksimal. 120
c. Hubungan afiliasi dengan penjamin emisi.
Dalam suatu penerbitan efek bersifat utang, kepentingan penjamin emisi
efek yang utama adalah berkaitan dengan pemasaran efek yang
diterbitkan. Penjamin emisi akan cukup puas selama syarat dan kondisi
obligasi yang ditawarkan menarik bagi investor. Hal ini berbeda dengan
sudut pandang kepentingan wali amanat yang bertindak untuk kepentingan
keamanan investasi pemegang efek bersifat utang. Wali amanat harus
berusaha sedapat mungkin menegoisasikan syarat-syarat dan kondisi yang
119
Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab
Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 88.
120
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
terbaik dari sudut kepentingan kreditur. Untuk itu, perlu kiranya terdapat
pembatasan atas hubungan afiliasi antara wali amanat dengan penjamin
emisi efek agar masing-masing pihak dapat melaksanakan tugasnya secara
lebih independent tanpa saling mempengaruhi satu sama lain.
d. Bertindak sebagai penanggung pada emisi efek yang sama.
Dengan menjadi penanggung atas utang emiten, maka wali amanat
sekaligus berdiri pada dua posisi yang berseberangan, yaitu sebagai pihak
yang mewakili kreditur dan sebagai pihak yang justru wajib menanggung
kewajiban utang debitur (emiten) dalam hal terjadi wanprestasi. Untuk itu
Undang-Undang Pasar Modal melarang perangkapan posisi tersebut demi
perlindungan kepentingan pemegang efek bersifat utang. 121
Kondisi-kondisi di atas sangat mungkin terjadi dalam praktik kegiatan
usaha wali amanat sebagai bank umum. Mengundurkan diri sebagai wali
amanat apabila terdapat benturan kepentingan adalah salah satu pilihan yang
bisa diambil. Akan tetapi mengingat saat ini jumlah wali amanat di pasar
modal Indonesia saat ini masih sangat terbatas, maka hal ini dapat
menimbulkan kesulitan bagi emiten untuk memperoleh wali amanat yang
bebas dari benturan kepentingan. 122
3. Fungsi dan tugas wali amanat yang tercantum dalam Undang-Undang Pasar
Modal belum terdapat pengaturan pelaksanaanya, sehingga hal tersebut
mempersulit dalam pelaksanaan kegiatan wali amanat.
121
122
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 44.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Konsekuensi hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Pasar Modal
kepada wali amanat adalah berupa kewajiban memberikan ganti rugi kepada
pemegang efek bersifat utang atas kerugian yang timbul karena kelalaian,
kecerobohan atau benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugasnya.
Beberapa kesulitan dalam implementasi ketentuan ini antara lain karena
sampai saat ini belum ada ketentuan mengenai standar kinerja yang wajib
dipenuhi oleh wali amanat, sehingga apabila wali amanat gagal memenuhinya
dan timbul kerugian maka pemegang efek dapat menuntut ganti rugi.
4. Ketiadaan pedoman atau standar dalam penyusunan kontrak perwaliamanatan.
Kontrak perwaliamanatan pada umumnya disusun atas inisiatif dari pihak
emiten sebagai debitur bersama penjamin emisi sebelum penawaran umum
dilakukan. Keterlibatan pemegang efek bersifat utang selaku kreditur pada
saat itu tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan diwakili oleh wali
amanat. Dengan demikian pemegang efek bersifat utang menggantungkan
sepenuhnya pada wali amanat dalam melakukan perundingan terhadap
ketentuan-ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan.
Apakah isi dari kontrak perwaliamanatan yang dihasilkan cukup mewakili
aspirasi dan kepentingan pemegang efek, banyak tergantung pada kemampuan
wali amanat dalam melaukan perundingan dan negosiasi dengan para pihak
terkait, terutama dengan emiten.
Namun demikian, pihak wali amanat sendiri sampai saat ini tidak memiliki
suatu pedoman yang dapat dijadikan dasar acuan mengenai hal-hal yang harus
dimuat dalam kontrak perwalimanatanan agar aspek perlindungan kepentingan
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
pemegang efek tidak terabaikan. 123 Hal ini berakibat wali amanat kurang
mampu memasukkan ketentuan-ketentuan yang berguna untuk melindungi
kepentingan investor apabila emiten keberatan dengan ketentuan-ketentuan,
kewajiban atau pembatasan yang diajukan wali amanat.
5. Tindakan yang diambil wali amanat dalam hal emiten wanprestasi.
Dalam kondisi emiten dapat melaksanakan seluruh kewajibannya dengan baik,
maka posisi wali amanat saat itu relatif pasif, yaitu hanya memonitor kondisi
emiten. Namun, ketika emiten mengalami wanprestasi atau melakukan
pelanggaran atas pembatasan dan kewajiban yang ada dalam kontrak
perwaliamanatan, maka posisi wali amanat menjadi aktif dalam malaporkan
hal tersebut kepada pemegang efek bersifat utang dan melakuan upaya agar
emiten dapat memperbaiki pelanggaran tersebut. Dalam hal waktu yang
diberikan kepada emiten untuk memperbaiki pelanggaran telah terlampaui
maka wali amanat dapat memanggil pemegang efek bersifat utang yang
membahas tindakan apa yang harus dilakukan.
Dalam kondisi yang paling buruk, wali amanat harus berhadapan dengan
emiten untuk memperjuangkan hak-hak pemegang efek lewat institusi
peradilan. Dalam hal demikian, wali amanat akan mengalami kesulitan
terutama dalam hal pembiayaan proses litigasi tersebut. Bila dilihat besarnya
imbalan jasa yang diterima wali amanat selama ini, maka sangat tidak
mungkin wali amanat harus menanggung biaya yang tidak sedikit tersebut. 124
123
124
Ibid., hlm. 45.
Ibid., hlm. 47.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas yang menjelaskan
tentang Analisis Yuridis Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar
Modal, maka beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain:
1. Dalam praktek penerbitan efek bersifat utang (obligasi) di Pasar Modal
Indonesia, hal-hal pokok yang lazim diperjanjikan sehingga membentuk suatu
pola kontrak perwaliamanatan, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Defenisi
b. Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum
c. Penunujukan Wali Amanat oleh Emiten
d. Tugas, Hak dan Kewajiban Wali Amanat, serta Berhentinya Wali Amanat
e. Imbalan Jasa Wali Amanat
f. Syarat-syarat Efek Bersifat Utang/Obligasi
g. Pembatasan-pembatasan dan Kewajiban Emiten
h. Kuasa Pemegang Obligasi Kepada Wali Amanat
i.
Pernyataan dan Jaminan Wali Amanat
j.
Kelalaian Emiten
k. Tata cara Rapat Umum Pemegang Obligasi
l.
Jaminan
m. Kelalaian Wali Amanat
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
n. Pernyataan dan Jaminan Emiten
o. Keadaan Memaksa (Force Majeure)
p. Pemberitahuan
q. Ketentuan-ketentuan Lain
r. Penyelesaian Perselisihan
2. Wali amanat di pasar Modal memiliki peran tanggung jawab sebagai berikut:
a. Menganalisa data-data historis emiten serta mempelajari data-data dari
konsultan hukum.
b. Menentukan dan memantau hak-hak pemegang efek bersifat utang atau
obligasi.
c. Menetapkan covenant-covenant dalam perjanjian perwaliamanatan yang
harus dipenuhi emiten selama jangka waktu efek bersifat utang atau
obligasi.
d. Pengawasan dan pemantauan kepatuhan serta pelaksanaan kewajiban
berdasarkan kewajiban perjanjian perwaliamanatan.
e. Penyampaian laporan kepada Bapepam, Bursa Efek dan pemegang
obligasi dalam hal terjadi potensi kelalaian.
f. Melaksanakan keputusan RUPO.
g. Pemberian keterangan atau perhitungan yang sewaktu-waktu diminta
RUPO maupun Bapepam.
3. Secara umum terdapat 5 (lima) masalah pokok yang dihadapi wali amanat
dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, yaitu:
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
a. Ketidaksejajaran kedudukan wali amanat
dengan emiten, karena
penunjukkan dan pembayaran imbalan jasa wali amanat dilakukan oleh
wali amanat dengan pemegang efek bersifat utang, dengan emiten dan
dengan sesama wali amanat.
b. Benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas wali amanat dapat terjadi
karena adanya hubungan kredit dan afiliasi dengan emiten, hubungan
afiliasi dengan penjamin emisi efek bersifat utang, serta wali amanat
bertindak
sebagai
penanggung
atas
efek
bersifat
utang
yang
diwaliamanatinya.
c. Fungsi dan Tugas Wali Amanat yang tercantum dalam Undang-Undang
Pasar Modal belum terdapat pengaturan pelaksananya, sehingga hal
tersebut mempersulit dalam pelaksanan kegiatan wali amanat.
d. Ketiadaan
pedoman
atau
standar
dalam
penyusunan
kontrak
perwaliamanatan. Hal tersebut mengakibatkan wali amanat dan emiten
tidak mempunyai dasar acuan dalam merundingkan ketentuan-ketentuan
dalam kontrak perwaliamanatan, sehingga dalam praktiknya hal tersebut
tergantung pada posisi tawar dan kemampuan negosiasi masing-masing
pihak.
e. Tindakan wali amanat dalam hal emiten wanprestasi, maka kesulitan
utama yang muncul adalam permasalahan pembiayaan dalam hal
terjadinya sengketa dengan emiten yang harus diselesaikan lewat badan
peradilan.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
B. Saran
Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan tugasnya, wali amanat dituntut mampu bersikap
profesional dan independen agar aspek perlindungan terhadap investor selalu
terjaga. Untuk itu beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan benturan
kepentingan dalam pelaksanaan tugas terebut harus dibatasi dan diawasi
pemenuhannya oleh Bapepam, antara lain:
a. Tidak boleh terdapat hubungan afiliasi sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Pasar Modal, antara wali amanat dengan
emiten dan pemjamin emisi efek bersifat utang. Pengecualian yang
diperbolehkan hanya dalam hal hubungan afiliasi tersebut terjadi karena
kepemilikan atau penyertaan modal pemerintah.
b. Hubungan kredit yang mungkin timbul antara wali amanat dengan emiten
perlu dibatasi dalam jumlah yang tidak melebihi antara 10% sampai
dengan 30% dari nilai pokok efek bersifat utang yang diterbitkan emiten.
c. Wali amanat tidak boleh menjadi penanggung (guarantor) atas utang efek
bersifat utang dimana ia bertindak sebagai wali amanat.
2. Perlu disusun pedoman mengenai kontrak perwaliamanatan di Pasar Modal
Indonesia. Bapepam selaku regulator dengan mempertimbangkan masukanmasukan dari berbagai pelaku pasar yang berkepentingan, perlu menyusun
suatu pedoman yang dapat dijadikan dasar oleh para pihak dalam penyusunan
kontrak perwaliamanatan.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Sebagai salah satu landasan hukum utama bagi para pihak yang terlibat,
pedoman kontrak perwaliamanatan dirasakan perlu mengatur ketentuan
minimal yang harus dimuat berkenaan dengan aspek hubungan para pihak, hak
dan kewajiban emiten dan pemegang obligasi, tugas dan tanggung jawab wali
amanat, pembatasan-pembatasan, konsekuensi hukum, dan lain sebagainya.
Beberapa masukan mengenai isi ketentuan pedoman kontrak perwaliamanatan
tersebut, antara lain:
a. Penggunaan dana hasil emisi efek bersifat utang perlu diatur secara rinci.
b. Wali amanat perlu secara aktif memonitor hal tersebut dan perlu ada
konsekuensi hukum atas kegagalan wali amanat memnuhi tugas tersebut.
c. Adanya jaminan khusus, sinking fund dan kewajiban melakukan
pemeringkatan secara berkala merupakan hal yang dapat memberikan
keamanan bagi pihak pemegang efek bersifat utang.
d. Perlu adanya pengaturan secara lebih rinci mengenai pemberian ganti rugi
kepada pemegang efek bersifat utang atas kelalaian wali amanat dalam
pelaksanaan tugasnya sebagaimana disebut dalam Pasal 53 Undangundang Pasar Modal.
e. Penunjukan dan masa jabatan wali amant perlu didasarkan pada kinerja
wali amanat dalam melaksanakan tugasnya.
f. Ketentuan mengenai rincian pembatasan hak dan kewajiban wali amanat
terhadap
emiten
merupakan
hal
yang
penting
dalam
kontrak
perwaliamanatan.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
3. Profesionalisme wali amanat perlu didukung dengan adanya suatu kode etik
dan standar profesi wali amanat. Hal ini membantu wali amanat dalam
bertindak untuk mewakili kepentingan pemegang efek.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004.
Anoraga, Panji dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal; Keberadaan dan Manfaatnya
bagi Pembangunan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: PT.
Grasindo, 2007.
Nasarudin, M. Irsan dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2008.
Nasution, Bismar, Hukum Pasar Modal, Diktat Kuliah di FH-USU, 2008 yang
disampaikan pada tanggal 10 Februari 2009.
Setiadi,
A., Obligasi dalam Perspektif Hukum Indonesia, Jakarta: PT. Citra
Aditya Bakti, 1996.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007.
Suggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990.
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal: Cetakan-2, Yogyakarta: UPPAMP YKPN, 2000.
Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Obligasi dan SUKUK, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Widjaja, Gunawan dan Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung
Jawab wali Amanat dalam Pasar Modal, Jakarta: Kencana, 2006
_______, Transplantasi Trust, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
II. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991 tentang Perubahan
atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang
Pasar Modal
Keputusan Menteri keuangan Nomor 696/KMK.011/1985 tentang Lembaga
Penunjang Pasar Modal.
Peraturan Bapepam Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank umum sebagai Wali
Amanat,
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di
Bidang Pasar Modal.
Peraturan BAPEPAM Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran bank Umum sebagai
Wali Amanat.
Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.1 tentang Laporan Wali Amanat.
Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali
Amanat.
Peraturan Bapepam Nomor X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana
Hasil Penawaran Umum.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
III. Internet
http://www.beapreneur.blogspot.com/2009/02/lembaga-penunjang-pasarmodal.html, diakses pada tanggal 5 September 2009.
http://www.blog.keuanganpribadi.com/mengenal-investasi-obligasi/,
tanggal 5 September 2009.
diakses
http://www.detikfinance.com/read/2008/08/01/164211/981544/479/wali-amanat
dilarang-punya-hubungan-kredit-dengan-emiten, diakses tanggal 5
September 2009.
http://www.hernathesis.multiply.com/reviews/item/7, diakses tanggal 5 September
2009.
http://www.legalitas.org/?q=node/323, diakses pada tanggal 12 September 2009.
http://www.wikipedia.org/wiki/Obligasi, diakses tanggal 12 September 2009.
Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang
Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia; Departemen Keuangan
Republik Indonesia; Badan Pengawas Pasar Modal;Proyek Peningkatan
Efisiensi Pasar Modal, 2005, http://www.bapepam.go.id, diakses pada
tanggal 27 Agustus 2009.
www.obligasiritel.go.id., Perjelasan Obligasi atas Laporan Departemen
Keuangan, Siaran Pers (Jakarta: 1 Mei 2006), diakses tanggal 7 Agustus
2009.
www. Endjivanhouten. com, diakses tanggal 12 September 2009.
www.vibiznews.com/knowledge/stocks/Mengenal%20Pasar%20Modal, diakses
tanggal 5 September 2009.
Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.
Download