TINJAUAN YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH INGRID GRATSYA ZEGA 060200196 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. TINJAUAN YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH INGRID GRATSYA ZEGA 060200196 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Ketua Departemen Hukum Ekonomi (Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH) NIP. 19560329 198601 1 001 Pembimbing I Pembimbing II (Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH) NIP. 19560329 198601 1 001 (Dr. Sunarmi, SH. M.Hum) NIP. 19630215 198903 2 002 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. KATA PENGANTAR Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya Penulis mampu untuk menjalani perkulihan sampai pada tahap penyelesaian skripsi pada jurusan Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini. Penulisan skripsi diajukan untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadarai dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan sangat berterima kasih jika ada krtik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Adapun penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M. Hum., sebagai Dosen Pembimbing II serta sebagai Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 4. Bapak L.H. Nainggolan selaku Dosen Wali Penulis dari Semester I sampai terakhir. 5. Ibu Prof. Ningrum Natasya, SH, M.LI, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, Bapak M. Hayat, SH, Bapak Edi Ikhsan SH, M.Hum, Para Dosen dan seluruh staf serta karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu. 6. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sangat besar kepada kedua orang tua, adik laki-laki, adik perempuan, Opung, Nenek yang atas perhatian dan doanya selama ini, yang Penulis hormati dan kasihi yang juga senantiasa mengasihi, membimbing, memperhatikan, menegur dan menyediakan segala yang Penulis perlukan selama ini. 7. Teman-teman D’Caurz yang selama ini berbagi suka dan duka dengan Penulis yang tidak akan pernah penulis lupakan (mulai dari yang paling berat ya) Slamat Teguh Rikiyanta Ginting (Dewa Ruci), Maria Afryanti (the most uniqe girl that Caurz ever met), Rentha Natalia Pardede (my spiritual sister), Witra Evelyn Maduma Sinaga (Caurz’s Secretary), Siska Siagian (Caurz”s Cheerleader), “Friend is a single soul dwelling in our five bodies.” 8. Teman-teman stambuk’06 yang merupakan teman akrab Penulis (meskipun kalau sibuk, sudah kurang Penulis perhatikan), Nurlely Sihotang, Jaswinderjit, Imelda Sugiharti Halim, Christina Grace Hutauruk, Gishela Hutagalung (perjalanan ke Pangkalan Berandan naik sepeda motor luar biasa), Iryanti Sagala, Helen Hosiana, Agnest Elga Margareth, Eva Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Krisnawati, Corry Aruan, Evi Purba, Debora Saragih (Sebel, Sedusebel), Ida Friska, Felicia Halim, Yolanda Ginting, Sere Yordan, Alex, Chandra, serta banyak lagi yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, thanks to you all. 9. Semua anggota Permahi, terutama para senior seperti Polda Simbolon, SH., Revondy, SH., Steveni, SH., serta para junior lainnya. 10. Semua senior yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (according alphabhets yo guys) Christie Gozali, SH., Darmawan, SH., Debora K. Doloksaribu, SH., Elizabeth Simanjuntak, SH., Evelyn, SH. (Thanks for everything ya kak), Fadlielah Hasanah, SH., Frans Margo Leo, SH., Manahan Tambunan, SH., Sandra Liviyanski, SH., Sugondo, SH., Theresia Tobing, SH. 11. Anak-anak MCC Yogya 2009, mulai dari Alkautsar Prawira Syailanov, M. Heru, Rahmat Arifin (Trio Setan), Jeffry, Witra Evelyn, Maria Afryanti, Wina Febriani (Putri Deli Serdang), M. Yusuf Sihite (Putra Dolok Sanggul), Rendy Febian (Keep Posting Ren), Gading Nainggolan (Rektor Unang/Universitas Nainggolan), Alboine, Satra (My favourite partner), Nurlatifah Harahap, Brando Almando (Papa), Theresia D. Marina (Mama), thanx for everything yo guys, never feel regret to our togetherness. Medan, Desember 2009 Penulis, Ingrid Gratsya Zega Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................iv DAFTAR SINGKATAN......................................................................................vii ABSTRAK...........................................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………….. 1 B. Perumusan Masalah ………………………………………… 8 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……………………………… 9 D. Keaslian Penulisan………………………………………….. 10 E. Tinjauan Kepustakaan ……………………………………… 10 F. Metode Penulisan ………………………………………….. 15 G. Sistematika Penulisan ……………………………………… 17 BAB II POLA PERJANJIAN WALI AMANAT DALAM PENERBITAN OBLIGASI DI PASAR MODAL INDONESIA A. Wali Amanat ……………………………………………… 20 1. Pengertian dan eksistensi Wali Amanat di Indonesia …... 20 2. Wali Amanat sebagai Indenture Trustee ……………….. 23 3. Pendaftaran, pelaporan dan Pemeliharaan dokumen oleh Wali Amanat …………….. 28 B. Obligasi …………………………………………………….. 32 1. Pengertian dan Jenis-jenis Obligasi …………………… 32 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 2. Pihak-pihak yang terlibat dalam Penerbitan Obligasi ….. 41 C. Pola Perjanjian Wali Amanat dalam Penerbitan Obligasi di Pasar Modal Indonesia …………………………………. 52 BAB III PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR MODAL INDONESIA A. Aspek Hukum Perwaliamanatan …………………………… 72 B. Pihak-pihak yang berhak menjadi Wali Amanat dalam Penerbitan Obligasi ………………….... 76 C. Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal Indonesia ………………………………….. 78 BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI WALI AMANAT DALAM MENJALANKAN KEWAJIBANNYA DI PASAR MODAL A. Kewajiban Wali Amanat ……………………………………. 84 1. Kewajiban langsung Wali Amanat terhadap Investor Pemegang Obligasi ……………... 84 2. Kewajiban Emiten terhadap Investor Pemegang Obligasi melalui Wali Amanat ……………………… 87 B. Perdebatan antara Emiten dan Wali Amanat ……………….. 92 C. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Wali Amanat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di Pasar Modal Indonesia …………………………………... 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………101 B. Saran ………………………………………………………. 104 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 107 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. DAFTAR SINGKATAN EBITDA = Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, Amortization HMETD = Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu IKTA = Izin Kerja Tenaga Asing KSEI = Kustodian Sentral Efek Indonesia KTUR = Konfirmasi tertuliis untuk RUPS RUPO = Rapat Umum Pemegang Obligasi RUPS = Rapat Umum Pemegang Saham RUPSLB = Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa RUPST = Rpat Umum Pemegang Saham Tahunan SPN = Surat Perbendaharaan Negara SUN = Surat Utang Negara Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. and ANALISIS YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR MODAL ABSTRAKSI *) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H. **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum ***) Ingrid Gratsya Zega Perkembangan kegiatan bisnis di Pasar Modal memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan investasi baik investasi berjangka pendek, menengah, maupun berjangka panjang. Efek bersifat utang (obligasi) merupakan surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak dari pihak penerbit (Emiten) dan para kreditur (investor), yang mana jumlahnya relatif cukup banyak. Atas dasar tersebut untuk melindungi investor dari risiko gagal bayar, dalam proses penerbitan obligasi, maka perlu dibentuk suatu lembaga (Wali Amanat) yang mewakili seluruh kepentingan kreditur. Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai pola perjanjian perwaliamanatan dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal, bagaimana peran serta tanggung jawab wali amanat di Pasar Modal, beserta kendala-kendala yang dihadapi oleh wali amanat dalam menjalankan tugasnya di Pasar Modal. Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dengan mengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai dengan mengumpulkan data dan membaca referensi melalui peraturan, majalah, internet dan sumber lainnya, kemudian diseleksi data-data yang layak untuk mendukung penulisan. Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa peran tanggung dan jawab wali amanat adalah berdasarkan pada hubungan kepercayaan, dimana wali amanat dihadapkan pada kewajiban untuk melakukan segala tindakan hanya untuk kepentingan dari seluruh investor dan menghindari terjadinya benturan kepentingan yang menghambat independensinya sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah hendaknya dalam rangka menjaga independensi wali amanat dan menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan, maka dalam pelaksanaan tugas tersebut harus dibatasi dan diawasi pemenuhannya oleh Bapepam, yang mana perlu didukung dengan adanya suatu kode etik dan standar profesi wali amanat Kata Kunci : Wali Amanat dan Pasar Modal *) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II ***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. Sumber dana dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk melakukan pembangunan. Oleh sebab itu perlu ada usaha mandiri untuk mengarahkan dana investasi yang bersumber dari dalam, yaitu tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, dan penerimaan devisa. Pada kenyataannya banyak negara berkembang mengalami kelangkaan dana, maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut tidak sedikit dari mereka bergantung kepada pinjaman yang berasal dari luar negeri. Walaupun disadari bahwa tabungan di negara sedang berkembang masih relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara maju, namun yang lebih penting di era globalisasi adalah mengusahakan efektifitas pengerahan tabungan pada sektor-sektor yang produktif. Dalam rangka meningkatkan pengerahan dana tabungan masyarakat, pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. 1 Perkembangan pasar modal di Indonesia membawa dampak yang positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan pasar modal selain sebagai alternatif pendanaan bagi pengembangan dunia usaha yang mempunyai peranan strategis dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, 1 Panji Anoraga & Ninik Widiyanti, Pasar Modal; Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, (Jakarta:Rineka Cipta, 1995), hlm. 2. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. juga berfungsi sebagai salah satu sarana investasi bagi pemodal yang mempunyai kelebihan dana atau wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan alternative sarana investasi bagi masyarakat (investor). Segenap upaya dilakukan pemerintah untuk memasyarakatkan pasar modal, sehingga masyarakat tergerak untuk berinvestasi di pasar modal dengan membeli sejumlah efek dari perusahaanperusahan. Pemilikan efek perusahaan-perusahaan oleh masyarakat ternyata memberi harapan dan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan sebagai dampak positif dari kinerja perusahaan. 2 Maka dari itu pasar modal sangat mempunyai peranan yang begitu penting untuk suatu negara, antara lain: 3 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. 2. Pasar Modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (Emiten) untuk memenuhi keinginan para investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 3. Pasar memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2 M. Irsan Nasarudin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm.2. 3 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Cet. 2,(Yogyakarta : UPP-AMP YKPN, 2000), hlm.7-8. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Pasar Modal memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan investasi baik investasi yang berjangka pendek, menengah, maupun berjangka panjang, sedangkan bagi pihak Emiten semakin mudah untuk memperoleh dana dari masyarakat pemodal (investor) dengan cara menerbitkan surat berharga baik bersifat ekuitas maupun bersifat utang. 4 Obligasi merupakan salah satu jenis efek yang mempunyai jangka waktu cukup panjang. 5 Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah yang besar yang ditawarkan secara luas kepada publik. 6 Penerbitan obligasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dana secara cepat dimana dana tersebut dapat digunakan dalam pembiayaan terhadap perusahaan atau untuk melakukan ekspansi perusahaan. Sedangkan pembeli obligasi atau investor pemegang obligasi merupakan masyarakat pemodal yang ingin melakukan investasi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, Janji di dalam obligasi merupakan janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu, yaitu pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Maka dari itu, obligasi memuat janji bahwa dalam utang tersebut akan diberikan bunga yang bentuknya tergantung pada kesepakatan, apakah bunga mengambang atau bunga tetap. 7 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan tempat dimana bertemunya kedua belah pihak tersebut, yaitu antara Emiten dengan investor pemegang obligasi (masyarakat pemodal). 4 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 2. 5 Ibid. 6 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 2 7 Ibid., hlm. 1. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Seiring meningkatnya kegiatan bisnis di Pasar Modal Indonesia paska krisis moneter membuat banyak perusahaan tertarik untuk memanfaatkan pasar modal dalam negeri, namun disisi lain timbul beberapa kekhawatiran mengenai resiko yang timbul apabila pihak Emiten melakukan cedera janji atas kewajiban utangnya. Hal ini pada dasarnya cukup beralasan mengingat dalam kasus-kasus sebelumnya, pada akhirnya investorlah yang sering dirugikan apabila hal tersebut terjadi. Efek bersifat utang (obligasi) merupakan surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak dari pihak penerbit (Emiten) dan para kreditur (investor), yang mana jumlahnya relatif cukup banyak. Atas dasar tersebut untuk melindungi investor dari risiko gagal bayar ini, dalam proses penerbitan obligasi, maka dirasa perlu untuk membentuk suatu lembaga (Wali Amanat) yang mewakili seluruh kepentingan kreditur. 8 Pada dasarnya penerbitan suatu obligasi khususnya yang diterbitkan lewat pasar modal dilakukan lewat prosedur yang hampir sama dengan prosedur penerbitan saham lewat pasar modal hanya saja berbeda dengan penerbitan saham, maka dalam suatu penerbitan obligasi terlibat juga pihak wali amanat (trustee), yang akan mewakili kepentingan pemegang obligasi misalnya pada waktu melaksanakan suatu Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO). Dalam kegiatan bisnis di Pasar Modal Indonesia, keberadaan wali amanat memegang peranan yang sangat vital, terutama dalam kaitannya dengan penerbitan efek bersifat utang. Tanpa adanya lembaga ini, maka pemegang efek selaku kreditur harus 8 www.endjivanhouten.com, diakses tanggal 12 September 2009. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. berhadapan langsung dan melakukan pengawasan secara sendiri-sendiri untuk memastikan bahwa tidak terdapat hak-hak yang dilanggar oleh Emiten. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menentukan bahwa wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang baik di dalam maupun di luar pengadilan. 9 Akibat dari kedudukannya itu, dalam suatu penerbitan obligasi, para pemegang obligasi berdasarkan hukum dianggap telah memberikan kuasa kepada wali amanat tersebut meskipun penunjukkan atas wali amanat ini sebenarnya dilakukan oleh penerbit obligasi (debitur) sendiri. 10 Pada prinsipnya wali amanat ditunjuk oleh emiten yang ingin menerbitkan obligasi sebelum melakukan emisi. Penunjukan tersebut tidak dilakukan oleh pemegang obligasi mengingat pada waktu penunjukkan tersebut belum terdapat pemegang obligasi, karena pada saat itu obligasi tersebut belum ditawarkan kepada umum. Setelah wali amanat ditunjuk oleh emiten, maka emiten dan wali amanat harus membuat suatu perjanjian yang disebut dengan Perjanjian Perwaliamanatan. Hubungan anatara emiten obligasi dengan wali amanat ini diatur dalam perjanjian perwaliamanatan. 11 Sejak ditandatangani perjanjian perwaliamanatan tersebut, maka wali amanat telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang (obligasi) tersebut, tetapi perwakilan tersebut baru berlaku 9 10 Bab I Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Penjelasan Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 11 Adrian Sutedi, Op. cit., hlm. 14. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. efektif pada saat efek tersebut telah dialokasikan kepada para pemodal. 12 Perjanjian Perwaliamanatan inilah yang akan menjadi dasar utama dalam mengatur syarat dan kondisi penerbitan efek bersifat utang, termasuk hak dan kewajiban para pihak yang terlibat. 13 Wali Amanat berhak mewakili investor pemegang obligasi dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan investor pemegang obligasi termasuk dalam melakukan penuntutan hak-hak investor pemegang obligasi baik di dalam maupun di luar pengadilan. 14 Begitu juga ddalam hal apabila terjadi kelalaian, berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal menyatakan bahwa wali amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang atas kerugian yang dikarenakan kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya serta kontrak perwaliamanatan. 15 Sehingga dengan kata lain melalui perjanjian tersebut maka, walaupun wali amanat bukanlah kreditur pemilik efek bersifat utang, tetapi lembaga tersebut merupakan satu-satunya pihak yang berwenang untuk bertindak sehubungan dengan efek bersifat utang tersebut, sebaliknya ketika investor itu sendiri, ia tidak berhak untuk melakukannya. Adapun ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Perwaliamanatan sebagai dasar penerbitan efek bersifat utang saat ini juga sudah jauh lebih kompleks 12 M. Irsan Nasarudin,dkk, Pasar Modal Indonesia, Diktat Kuliah di FH-UI, 1999, hlm. 135 yang dikutip dalam bukunya Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2007),hlm.3. 13 Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia; Departemen Keuangan Republik Indonesia; Badan Pengawas Pasar Modal;Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, 2005, hlm.1. 14 Penjelasan Pasal 51 Ayat (2) UUPM. 15 Bab III Pasal 53 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. dengan berbagai kondisi atau klausula yang terus berkembang seiring dengan era globalisasi, seperti adanya ketentuan pembelian kembali efek bersifat utang oleh Emiten (buy back), ketentuan call option dan put option, pengurangan nilai pokok obligasi berdasarkan periode tertentu, ketentuan rapat umum pemegang obligasi berkaitan dengan perubahan kondisi penting dalam obligasi, jaminan obligasi berupa piutang dan lain sebagainya. Sementara itu, sampai saat ini masih terdapat penyelesaian masalah antara emiten dengan pemegang obligasi, akibat dari wanprestasi emiten serta restrukturisasi obligasi, yang mengahasilkan solusi yang belum memuaskan para pihak, terutama di pihak pemegang obligasi. 16 Di dalam Pasal 1340 Kitab undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyatakan: “ Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga; tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317”. Pasal 1340 KUH Perdata, sebagai ketentuan dasar yang mengatur tentang asas personalia secara tegas menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat para pihak yang membuatnya. Pada kenyataannya perjanjian perwaliamanatan yang dibuat oleh emiten dengan wali amanat mengikat para investor pemegang obligasi, padahal investor bukanlah pihak dalam Perjanjian Perwaliamanatan tersebut. 16 Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Loc.cit. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Dari pemaparan di atas, dipandang perlu dilakukan studi tentang perwaliamanatan di Pasar Modal. Adapun skripsi ini dibuat untuk menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai peran dan tanggung jawab wali amanat terhadap investor pemegang obligasi. Skripsi ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan guna menentukan kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan investor yang berinvestasi kepada obligasi. B. Perumusan masalah Berdasarkan judul skripsi “ Analisis Yuridis Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal”, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, agar sistematika penulisan dan pembahasan dalam skripsi ini lebih teratur serta untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian oleh para pembaca skripsi ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pola perjanjian perwaliamanatan dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal? 2. Bagaimana peran serta tanggung jawab wali amanat di Pasar Modal? 3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh wali amanat dalam menjalankan tugasnya di Pasar Modal? Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pola perjanjian perwaliamanatan dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal. 2. Untuk mengetahui peran serta tanggung jawab wali amanat di Pasar Modal. 3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh wali amanat dalam menjalankan tugasnya di Pasar Modal. Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Pembahasan yang termuat di dalam kajian mengenai “ Analisis Yuridis Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal” ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai tanggung jawab yang diemban oleh wali amanat, khususnya dalam melakukan perjanjian dalam penerbitan obligasi serta kendala-kendala yang harus dihadapi wali amanat dalam menjalankan perannya. Dibalik pentingnya peran Lembaga Penunjang Pasar Modal ini, kegiatan pengkajian dan evaluasi atas kinerja mereka selama ini dirasakan masih sangan sedikit, sehingga pemngembangan dari sisi regulasi, pengawasan dan pembinaan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selaku otoritas pasar modal juga belum berjalan dengan optimal. Sehingga diharapkan melalui skripsi ini, sedikit Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. banyak memberikan informasi kepada publik, khususnya dalam hal peningkatan perannya untuk melindungi kepentingan investor pemegang obligasi. 2. Secara Praktis Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi tambahan materi bagi para pembacanya, baik umum maupun para akademisi pada khususnya dalam mengkaji perihal Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal. D. Keaslian Penulisan “Analisis Yuridis Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal” yang diangkat menjadi judul skripsi ini adalah merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi dari bukubuku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan wali amanat dan pasar modal, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan para pihak. E. Tinjauan kepustakaan Wali Amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang baik di dalam maupun di luar pengadilan. 17 Defenisi Wali Amanat sebagaimana telah ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 30 adalah: “Pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang”. Oleh karena efek bersifat utang merupakan surat pengakuan utang yang bersifat sepihak 17 www.endjivanhouten.com yang diakses tanggal 12 September 2009. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. dari pihak penerbit (Emiten) dan para kreditur (investor) jumlahnya relatif banyak, maka dibentuk suatu lembaga yang mewakili kepentingan seluruh kreditur. 18 Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa wali amanat adalah: 19 “Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum untuk mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara Bank Umum dengan Emiten surat berharga yang bersangkutan.” Sedangkan Gunawan Widjaja dan Jono memberikan memiliki defenisi tersendiri tentang wali amanat adalah: 20 “Suatu lembaga atau pihak yang bertindak untuk mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang (masyarakat pemodal), dengan membuat suatu perjanjian dengan emiten, yang dibuat sebelum penerbitan obligasi (sebelum penawaran obligasi dilaksanakan).” Pada prinsipnya wali amanat ditunjuk oleh emiten yang ingin menerbitkan obligasi. Dalam Undang-Undang Pasar Modal tidak terdapat defenisi obligasi secara eksplisit, tetapi terdapat kata “obligasi” pada Pasal 1 angka 5, Penjelasan Pasal 21 Ayat (3), Pasal 24 Ayat(1), dan Penjelasan Pasal 25 Ayat (1), dimana intinya bahwa obligasi termasuk salah satu jenis efek. Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada penjelasan Pasal 51 Ayat (4), dimana dikatakan bahwa Obligasi sebagai contoh Efek yang bersifat utang jangka panjang. 18 Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm.7. Bab I Pasal 1 angka (15) Undang-Undang Nomor 10 tentang Perbankan. 20 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm.75. 19 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Obligasi merupakan suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan pernyataan utang penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon, dengan pembayaran bunga saat tanggal jatuh tempo. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi misalnya identitas pemegang obligasi pembatasanpembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. 21 Lebih lanjut Gunawan Widjaja menyatakan bahwa obligasi adalah: 22 “Utang yang harus dipenuhi atau dilunasi oleh emiten yang menerbitkan obligasi tersebut kepada investor publik yang membeli obligasi yang diterbitkan dan selanjutnya menjadi pemilik dari obligasi tersebut.” Sementara itu menurut Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, bahwa Obligasi dapat diartikan sebagai: 23 “Efek utang pendapatan tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo.” Sementara itu Adrian Sutedi berpendapat bahwa Obligasi dapat diartikan sebagai: 24 “Suatu perikatan yang berisi janji. Obligasi merupakan surat yang berisi janji yang mana salah satu pihaknya (principal atau penerbit) biasa berupa 21 www.obligasiritel.go.id., Perjelasan Obligasi atas Laporan Departemen Keuangan, Siaran Pers (Jakarta: 1 Mei 2006). Diakses tanggal 7 Agustus 2009, hlm. 3. 22 Gunawan Widjaja, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm.7. 23 Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 9. 24 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 1. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. perusahaan maupun pemerintah.” Janji didalam obligasi merupakan janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu, yaitu pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam obligasi memuat janji bahwa dalam utang tersebut akan diberikan bunga yang bentuknya tergantung pada kesepakatan. Mengenai obligasi, Bibin Bisono mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: 25 “Bond is widely known in Indonesia as a debt paper bearing fixed coupon. Bond is issued following the procedure of public offering and listed in a stock exchange. It normally matures more than one year (generally between five to seven tears).” Menurut Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991, obligasi adalah: 26 “Bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sejak tanggal emisi.” Sumantoro menyatakan bahwa pasar modal adalah merupakan tempat penjual dana dan pembeli dana. Modal/dana atau efek yang diperjualbelikan di pasar modal atau bursa tersebut umunya berbentuk saham dan obligasi. 27 25 Bibin Bisono, Mengkaji Pasar Sekunder Obligasi di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 3, 1998, hlm 51 seperti dikutip oleh Adrian Sutedi dalam bukunya Aspek Hukum Obligasi & SUKUK, Op. cit., hlm. 5. 26 Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Sedangkan menurut Elsi Kartika sari dan Advendi Simangunsong, pasar modal adalah merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek ataiu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya atau lembaga profesi yang berkaitan dengan efek untuk melakukan transaksi jual beli. 28 Sementara itu menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Bab I Pasal 1 angka (13), yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 29 Lebih lanjut lagi M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, secara sederhana mendefenisikan pasar modal sebagai pasar yang memperjualbelikan berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentu utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta. 30 F. Metode Penulisan Dalam hal ini, apa yang dikemukakan dalam tulisan ini merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik. Maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut: 27 Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 57. 28 Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta : PT. Grasindo, 2007), hlm. 146. 29 BAB I Pasal 1 angka (13) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 30 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 13. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. 31 2. Data dan Sumber Data Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan juga tersier. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan peraturan-peraturan lain mengenai wali amanat. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa bukubuku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain sebagainya. 31 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik, terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahanbahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran, serta majalah. 4. Analisis Data Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penilitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan: 32 a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. 32 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 45. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin. d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada. e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif. G. Sistematika Penulisan Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasan dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan Skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi. BAB II : POLA PERJANJIAN WALI AMANAT DALAM PENERBITAN OBLIGASI DI PASAR MODAL INDONESIA Bab ini merupakan uraian mengenai suatu tinjauan umum mengenai wali amanat, mulai dari pengertian dan eksistensi wali amanat di Indonesia, wali amanat sebagai Indenture Trustee, hingga pendaftaran, pelaporan dan pemeliharaan dokumen oleh wali amanat. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Selanjutnya akan diuraikan mengenai obligasi, lengkap dengan pihakpihak yang terlibat daqlam penerbaitan obligasi, yang akan diawali dengan pengertian dan jenis-jenis obligasi. Terakhir bab ini akan mencoba menguraikan pola perjanjian wali amanat dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal. BAB III : PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR MODAL INDONESIA Bab ini merupakan uraian mengenai aspek hukum perwaliamanatan di Indonesia, berikut juga dengan pihak-pihak yang berhak menjadi wali amanat dalam penerbitan obligasi, serta peran dang tanggung jawab wali amanat di pasar modal. BAB IV: KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI WALI AMANAT DALAM MENJALANKAN KEWAJIBANNYA DI PASAR MODAL Bab ini akan membahas tentang kewajiban wali amanat lengkap dengan kewajiban langsung wali amanat terhadap investor pemegang obligasi, serta kewajiban Emiten terhadap investor pemegang obligasi melalui wali amanat. Selanjutnya bab ini akan menguraikan perdebatan yang terjadi antara emiten dan wali amanat, beserta dengan kendala-kendala yang dihadapi oleh wali amanat dalam menjalankan kewajibannya di pasar modal Indonesia. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini akan memuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran terhadap pembahasan skripsi ini. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Bab II POLA PERJANJIAN WALI AMANAT DALAM PENERBITAN OBLIGASI DI PASAR MODAL A. Wali Amanat 1. Pengertian dan eksistensi Wali Amanat di Indonesia. Undang-Undang tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang, sedangkan pihak diartikan sebagai orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. 33 Sedangkan Undang-Undang Perbankan memberikan defenisi wali amanat sebagai kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank Umum untuk mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara Bank Umum dengan Emiten surat berharga yang bersangkutan. 34 Dari dua defenisi tersebut, terlihat bahwa defenisi wali amanat yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 lebih spesifik dan lebih kompleks dari pada defenisi yang diberikan oleh Undang-undang Pasar Modal. Penggunaan kata-kata “Wali Amanat” dalam undang-Undang Pasar Modal merupakan penggantian dari rumusan “Trustee”, yang sebelumnya digunakan dalam Keputusan Menteri keuangan Nomor 696/KMK.011/1985 tentang Lembaga Penunjang Pasar Modal. 35 Penggunaan istilah “Trustee” ini selanjutnya 33 Bab I Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Bab I Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 35 Pasal 1 huruf c Keputusan Menteri Keuangan Nomor 696/KMK.011/1985. 34 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. diubah dengan nama “Trustee-Agent” dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990. 36 Dalam konteks tersebut, pemilik dari efek bersifat utang adalah investor pasar modal, sedangkan wali amanat berdasarkan defenisi yang diberikan adalah pihak yang mewakili investor pemegang efek bersifat utang ini. Dengan demikian wali amanat, meskipun bukan kreditur pemilik efek bersifat utang, adalah “satusatunya” pihak yang berwenang untuk bertindak sehubungan dengan efek bersifat utang tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena efek bersifat utang adalah merupakan surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak dan para pemegangnya tersebar luas. 37 Wali amanat ini diperlukan mengingat bahwa efek yang bersifat utang tersebut mempunyai sifat yang sepihak dan mempunyai jangka waktu jatuh tempo yang panjang. 38 Efek bersifat utang yang ditawarkan kepada publik tentunya dimiliki oleh banyak investor. Tanpa adanya wali amanat, pemegang efek selaku kreditur harus berhadapan langsung dan melakukan pengawasan secara sendirisendiri untuk memastikan bahwa tidak terdapat hal-hal yang dilanggar dalam kontrak perwaliamanatan. Pengawasan secara individual oleh masing-masing kreditur ini tentunya akan memakan waktu dan biaya yang tidak efisien. Dengan alasan ekonomis tersebut, satu kreditur mungkin akan memanfaatkan hasil pengawasan dari 36 Pasal 1 angka 73 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal. 37 Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 487. 38 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 75. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. kreditur lainnya. Antara para kreditur mungkin akan saling mengamati untuk menentukan apakah diperlukan suatu tindakan pengawasan pada emiten atau tidak. Dalam keadaan seperti ini, dapat terjadi terlalu banyak kreditur yang melakukan pengawasan sendiri-sendiri terhadap emiten, atau sebaliknya, tidak ada satupun investor yang melakukan pengawasan karena saling mengandalkan satu dengan yang lain. Kelemahan dari pengawasan secara individual adalah kemampuan dalam melakukan pengawasan yang tidak sama antara satu kreditur dengan kreditur lainnya. Pengawasan 39 secara individual juga memiliki kelemahan berupa kemampuan melakukan pengawasan yang tidak sama antara satu kreditur dengan lainnya. Ada kreditur yang memilki keahlian yang memadai untuk melakukan monitoring dan analisis terhadap emiten, dilain pihak ada kreditur lain yang harus meminta jasa professional untuk melakukan tugas tersebut. Masalah lain yang mungkin timbul adalah penyebaran informasi penting yang tidak merata. Kreditur yang pertama mengetahui adanya informasi penting terkai dengan emiten, mungkin akan melakukan tindakan antisipasi terlebih dahulu untuk memperoleh keuntungan atau menghindari kerugian yang akan timbul, dari pada menyebarkan informasi tersebut kepada kreditur-kreditur yang lain. Wali Amanat merupakan pihak yang secara professional khusus ditunjuk untuk melakukan pengawasan bagi kepentingan seluruh kreditur efek bersifat utang. Dengan keberadaan lembaga penunjang pasar modal ini, semua 39 Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op. cit, hlm. 8. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. permasalahan para kreditur sebagaimana tersebut di atas dapat diminimalisir. Dengan kemapuan professional dari wali amanat, biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengawasan ditanggung oleh lembaga ini. Perbedaan kemampuan melakukan pengawasan antar kreditur dapat dijembatani oleh keahlian wali amanat akan memberitahukan setiap perkembangan emiten kepada seluruh kreditur dalam waktu yang sama. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pasar Modal Pasal 50 ayat (1) disebutkan baahwa pihak yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai wali amanat adalah Bank Umum. Selain karena kegiatan usaha perbankan yang terkait erat dengan pengawasan terhadap para debiturnya, pertimbangan lainnya adalah karena Bank Umum memiliki jaringan kegiatan usaha yang cukup luas. Untuk mengantisipasi perkembangan pasar modal di masa yang akan datang pihak selain bank umum yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dimungkinkan melakukan kegiatan usaha ini. 2. Wali Amanat sebagai Indenture Trustee Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Trusts dalam tradisi hukum Common law adalah “legal relationship created under the laws of equity whereby property (the corpus) is held by one party (the trustee) for the benefit of other (cestui que trust or beneficiaries)”. 40 Rumusan tersebut memperlihatkan bahwa trust pada negara-negara dengan tradisi hukum Common law adalah produk dari 40 AR Fullarton, The Common Law and taxation of Trusts in Australia in the TwentityFirst Century, hlm.3, http://www.arfullartonassociates.com.au/trusts%2Opapaer.htm., seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 67. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. equity, yang berada di luar Court of Common law. Common law sendiri tidaklah mengakui eksistensi dari trusts. Dalam pandangan Common law, sebagaimana halnya tradisi Civil law, hanya mengakui satu kepemilikan, yaitu dominium plenum atau pemilikan sejati. 41 Pihak-pihak yang terkait hubungan hukum dalam suatu trusts tidak dapat menyelesaikan permasalahan hukum yang ada melalui Common law Court, mereka ini hanya dapat menyelesaikan melalui Court of Equity. Trust adalah a right of property, real or personal, held by one party, the person appointed or required by law to administer a trust, for the benefit of another. 42 Sedangan Trust Instrument adalah document which sets out in writing the authority, duties and rights of the parties involved. The Instrumen maybe known as an Agreement, Indenture, Declaration, or Deed. In the case of a testamentary trusts, the trust instrument is the decendent’s will. 43 Dari defenisi yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa trusts dapat dibentuk dan berdasarkan perjanjian. Di luar pembentukan trusts karena kehendak settler, di Amerika Serikat trusts dapat dibentuk berdasarkan pada perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law. Guna melindungi kepentingan pihak-pihak tertentu yang dalam pandangan hukum Common law berada pada posisi yang relatif lebih lemah, maka dibuatlah undang-undang yang mengatur mengenai berbagai prinsip-prinsip equity, termasuk pengaturan mengenai bentuk-bentuk 41 Ibid. Anonym 2, Questions and Answer about Personal Trusts, tidak dipublikasikan, hlm.1, seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm. 68. 43 Ibid. 42 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. constructive trusts 44 seperti perlindungan bagi pemilik proyek konstruksi, pemasik dalam indutri konstruksi, dan lain sebagainya. Pada negara-negara bagian di Amerika Serikat yang tidak mempunyai hukum tertulis yang mengatur mengenai trusts, trusts dimungkinkan untuk dibentuk atau dibuat melalui perjanjian. Perjanjian yang mengatur mengenai trusts tersebut disebut dengan nama Indenture. Trusts yang demikian disebut dengan Pure trusts, yang mana dibedakan dengan Living Trusts yang berkembang di Amerika Serikat. Sebagai suatu perjanjian, Pure Trusts tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Common Law. Oleh karena itu Pure Trusts tunduk sepenuhnya pada aturan-aturan hukum perjanjian, seperti asas kebebasan berkontrak. Dengan demikian, jelas bahwa konsepsi Common Law yang berlaku di Amerika Serikat, suatu Pure Trusts adalah Trusts lahir semata-mata dari perjanjian, yang seluruh hak dan kewajibannya diatur dalam perjanjian tersebut. Pure Trusts memiliki bentuk yang sama dengan organisasi perusahaan, namun demikian oleh karena Trusts, secara alamiah bukanlah suatu badan hukum, maka organisasi perusahaan yang tidak berbadan hukum, sebagaimana halnya suatu persekutuan perdata. Adapun perjanjian yang melahirkan Pure trusts disebut dengan Indenture Deed atau Indenture Agreement. Dengan demikian jelas bahwa Wali Amanat (Indenture Trustee) merupakan bentuk perkembangan trusts yang terjadi di Amerika Serikat. Sebagai suatu bentuk trusts, indenture trustee tidak dilahirkan dari suatu Declaration of 44 Ibid., hlm. 69. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Trusts, melainkan lahir dari perjanjian yang disebut dengan Indenture Deed atau Indenture Agreement. Jika disandingkan dengan persyaratan atau cirri-ciri atau karakteristik suatu trust yang diatur dalam Convention on the Law Applicable to Trusts and on Their Recognition dapat dikemukakan sebagai berikut:45 a. Trust corpus dalam hal ini adalah kepentingan seluruh pemilik efek bersifat utang, yang dikaitkan dengan jaminan dalam bentuk seluruh kebendaan milik emiten (berlakunya Pasal 1131 KUH Perdata jo. Pasal 1132 KUH Perdata), dan atau satu atau lebih harta kekayaan emiten yang dijaminkan secara kebendaan, dan atau jaminan utang oleh pihak ketiga yang tidak bersifat mendahulu (berlakunya Pasal 1132 KUH Perdata jo. Pasal 1133 KUH perdata). Dalam konteks kepentingan seluruh investor pemilik efek bersifat utang, wali amanat merupakan pemilik surat utang global yang selanjutnya didistribusikan kepada seluruh investor kedalam bagian-bagian kecil yang mencerminkan pemilkikan bersama dari surat utang global tersebut. b. Trusts Corpus yang merupakan pemenuhan kewajiban emiten kepada investor adalah hak tagih yang dimiliki oleh wali amanat terhadap emiten untuk keuntungan atau kepentingan seluruh investor pemegang surat utang sebagai beneficiary. c. Wali amanat sebagai indenture trustee memiliki hak dan kewenangan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk melakukan pengurusan, pengelolaan bahkan untuk melakukan tindakan penyerahan lebih lanjut hasil penagihan 45 Pasal 2 dan Pasal 11 Convention on the Law Applicable to Trusts and on Their Recognition, seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja dalam bukunya Transplantasi Trusts, Op. cit., hlm. 489. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. yang dilakukan olehnya terhadap emiten. Hak dan kewenangan wali amanat ini diatur dalam perjanjian perwaliamanatan maupun dalam peraturan perundang-undangan dalam bidang pasar modal yang berlaku. d. Keberadaan trust corpus tersebut tidak dapat dihilangkan oleh wali amanat. Setiap tindakan wali amanat yang mengakibatkan kerugian terhadap investor menerbitkan kewajiban kepada wali amanat untuk mengganti kerugian tersebut. Dengan demikian dapat dilihat bahwa wali amanat adalah trustee pengurus suatu hak tagih yang sebenarnya sepenuhnya berada di tangan para kreditur pemegang surat utang atau obligasi, yang merupakan beneficiary dari surat utang atau obligasi tersebut. Jika kewenangan wali amanat tersebut dikonstruksikan sebagai kewenangan yang diambil dari kreditur pemegang surat utang atau obligasi, yang selanjutnya diserahkan kepada wali amanat dan dipergunakan untuk menyempurnakan tindakan yang diambil tersebut, yaitu hak untuk melakukan penuntutan dan atau eksekusi (jaminan kebendaan) guna memperoleh pelunasan dari surat utang atau obligasi tersebut. Pada dasarnya hak yang semula ada pada kreditur pemegang surat utang atau obligasi diambil dan kemudian diserahkan kepada wali amanat, tanpa adanya hak wali amanat untuk memeperoleh manfaat dari atau untuk menikmati kewenangan yang diambil dari kreditur. Para kreditur tidak dapat melakukan penuntutan dan atau ekesekusi (jaminan kebendaan) aguna memperoleh pelunasan dari surat utang atau obligasi tersebut tanpa batuan wali amanat. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Indenture bukanlah suatu pernyataan sepihak, yang melahirkan hanya kewajiban pada satu sisi. Indenture melibatkan dua atau lebih pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perkembangan dunia menunjukkan bahwa dewasa ini, Indenture dalam bisnis digunakan sebagai dokumen atau perjanjian yang bertujuan untuk menerbitkan kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang ditawarkan kepada banyak orang. 46 Dengan demikian Gunawan Widjaja dan Jojo menyatakan bahwa Indenture Trustee adalah: 47 “Pihak yang mewakili kepentingan-kepentingan para investor pemegang bagian pecahan dari surat utang global, termasuk untuk melakukan eksekusi jaminan-jaminan kebendaan yang ada, yang diserahkan untuk kepentingan para investor yang terkai dengan penerbitan surat utang global yang dipecah-pecah ke dalam bagian surat-surat utang yang dimiliki oleh investor.” 3. Pendaftaran, pelaporan dan pemeliharaan dokumen oleh Wali Amanat. Pengawasan dan pembinaan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) terhadap wali amanat selama ini diwujudkan dalam bentuk ketentuan yang mewajibkan lembaga penunjang pasar modal ini untuk melakukan pendaftaran, pelaporan dan pemeliharaan dokumen dalam kegiatan usahanya. a. Pendaftaran Dalam undang-Undang Pasar Modal ditentukan bahwa yang dapat melakukan kegiatan sebagai wali amanat adalah bank Umum dan pihak lain yang ditentukan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan ini dimaksudkan agar 46 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op.cit., hlm. 74. 47 Ibid., hlm. 75. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. mengakomodasi perkembangan pasar modal di masa yang akan datang, apabila ada pihak lain yang mungkin dapat diijinkan melakukan kegiatan sebagai wali amanat selain bank Umum. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan, perwaliamanatan merupakan salah satu kegiatan usaha dari Bank Umum. Namun demikian, untuk dapat melakukan kegiatannya di pasar modal, maka Bank Umum tersebut haruslah sudah terdaftar di bapepam. Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank umum sebagai Wali Amanat, dokumen-dokumen yang perlu disampaikan Bank Umum tersebut kepada Bapepam menyertai permohonan pendaftaran antara lain: 48 1. Anggaran Dasar 2. Nomor Pokok Wajib pajak 3. Izin usaha sebagai Bank Umum 4. Lapotan Keuangan terakhir yang telah diperiksa oleh Akuntan Publik 5. Rekomendasi dari Bank Indonesia. 6. Buku pedoman operasional yang sekurang-kurangnya memuat struktur organisasi Bank Umum dan wali Amanat, serta daftar pegawai dan pembagian kerja pada kegiatan perwaliamanatan. 7. Pernyataan direksi bahwa administrasi kegiatan Wali Amanat terpisah dati kegiatan Bank Umum lainnya, serta daftar pejabat penanggung jawab dan tenaga ahli di bidang perwaliamanatan. 48 Peraturan Bapepam Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank Umum Sebagai Wali Amanat. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Pelaporan Kewajiban penyampaian laporan wali amanat kepada Bapepam adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor X.I.1 tentang laporan Wali Amanat, dimana wali amanat wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam yang meliputi: 49 1. Laporan tengah tahunan dan tahunan mengenai kegiatan wali amanat yang antara lain memuat: jumlah dan jenis efek bersifat utang yang masih beredar; pembayaran pokok dan atau bunga efek bersifat utang; jumlah efek bersifat utang yang telah dikonversikan menjadi saham; dan pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukan oleh wali amanat terhadap emiten. Laporan tahunan dan tengah tahunan disampaikan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal periode laporan. 2. Laporan peristiwa penting yang menyangkut kegiatan perwaliamanatan, antara lain: pembayaran pokok dan bunga efek yang bersifat utang sebelum jatuh tempo, apabila dimungkinkan di dalam kontrak perwaliamanatan; pelanggaran atas ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan seperti pembayaran pokok dan atau bunga efek bersifat utang yang tidak tepat waktu dan pengurangan, penambahan, pengalihan atau penukaran jaminan. Laporan Kejadian penting ini selambat-lambatnya disampaikan 2 (dua) hari setelah terjadinya peristiwa atau sejak diketahuinya peristiwa tersebut. 3. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang efek bersifat utang. 49 Peraturan Bapepam Nomor X.I.1 tentang Laporan Wali Amanat. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. c. Pemeliharaan Dokumen Kegiatan mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan, pembukuan dan keterangan tertulis yang berhubungan dengan emiten yang menggunakan jasa wali amanat merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh bapepam dalam Peraturan Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali Amanat. Dokumen-dokumen tersebut antara lain: 50 1. Kontrak Perwaliamanatan 2. Kontrak yang berkaitan dengan pemberian jaminan dan bukti kepemilikan dan penguasaan atas harta yang dijaminkan 3. Catatan, risalah atau laporan mengenai jumlah dan jenis efek bersifat utang yang masih beredar dan telah dilunasi 4. Catatan, risalah atau laporan pelaksanaan pengawasan terhadap emiten, termasuk tindakan yang dilakukan Wali Amanat karena tidak dipenuhinya persyaratan dalam kontrak perwaliamanatan, antara lain tidak dibayarnya pokok dan bunga, atau adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang Pasar Modal oleh Wali Amanat 5. Catatan, risalah dan atau laporan mengenai Rapat Umum Pemegang Efek bersifat utang 6. Catatan, risalah atau laporan mengenai jumlah efek dan jenis efek bersifat utang yang dikonversikan menjadi saham (jika ada) 7. Daftar Emiten yang menggunakan jasa Wali Amanat 8. Buku pedoman operasional Wali Amanat 50 Peraturan Bapepam Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali Amanat. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Dokumen-dokumen tersebut di atas wajib disimpan ditempat yang aman dan terpisah dari kegiatan bank lainnya selama 5 tahun sejak seluruh kewajiban Emiten terhadap pemegang efek bersifat utang telah terpenuhi. Untuk memastikan pemenuhan kewajiban dalam peraturan ini, Bapepam sewaktu-waktu dapat melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen tersebut. B. Obligasi 1. Pengertian dan jenis-jenis obligasi Instrumen atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu surat berharga yang berbentuk utang dan surat berharga yang berbentuk kepemilikan. 51 Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Kata obligasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu “Obligatie” atau “Verplichting” atau “Obligaat”,atau Bond dalam Bahasa Inggris yang berarti kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan, atau surat utang suatu pinjaman negara atau perseroan dengan bunga tetap untuk si pemegang. Pada beberapa negara, istilah “obligasi” dan “surat utang” dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh temponya. Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah yang ditawarkan secara luas kepada publik dan istilah “surat utang” digunakan bagi penerbitan surat utang dalam skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada 51 Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta;PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 66. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. sejumlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah ini. 52 Berbeda dengan surat utang, pada dasarnya obligasi dapat diartikan sebagai suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. 53 Selain itu obligasi adalah bukti utang dari Emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi. 54 Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10 tahun. Misalnya saja pada obligasi pemerintah Amerika yang disebut dengan U.S Treasury securities diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun disebut “surat utang” dan utang di bawah 1 tahun disebut Surat Perbendaharaan. Di Indonesia, surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang dibawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharaan (SPN). Tidak jauh berbeda dengan instrument pasar modal lainnya yang memberikan keuntungan, investasi obligasi juga memberikan pemiliknya keuntungan berupa bunga dan capital gain. Adapun bunga yang dibayarkan kepada pemegang saham, yaitu berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah 52 Adrian Sutedi, Op .cit., hlm. 2. www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 12 September 2009. 54 Pasal 1 angka 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991. 53 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. yang tetap sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Sedangkan capital gain akan diperoleh jika harga pembelian lebih rendah dibandingkan dengan harga penjualan atau jika pemegang obligasi pada saat melakukan pembelian mendapat diskon, sehingga pemegang obligasi akan mendapatkan keuntungan pada saat pelunasan. Selain keuntungan, investor pemegang obligasi juga tidak luput dari resiko investasi. Sebagai contoh resiko yang sering dihadapi oleh investor pemegang obligasi adalah turunnya harga obligasi. Harga obligasi sangat bergantung pada perkembangan suku bunga bank. Pada saat suku bunga meningkat, orang akan cenderung melepas atau menjual obligasinya dan menyimpan uang di bank dengan bunga yang tinggi, sehingga penawaran akan meningkat dan mengakibatkan harga obligasi cenderung turun. Pada umumnya jangka waktu obligasi telah ditentukan (5-10 tahun) dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi merupakan salah satu alternatif investasi di pasar modal. Obligasi terutama ditujukan kepada para investor jangka panjang. Pada dasarnya ada empat ketentuan dasar yang menjadi daya tarik utama dalam berinvestasi pada obligasi, antara lain: 55 a. Obligasi membayar serangkaian bunga dalam jumlah tertentu secara regular. Karena itu obligasi tersebut disebut sekuritas pendapatan tetap atau fixed income securities. 55 Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op. cit., hlm. 9-10. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut seutuhnya dan tepat waktu. Sehingga obligasi terlihat kurang beresiko dibandingkan investasi yang tergantung pada naik turunnya pasar. c. Obligasi memiliki jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal. Pembayaran suku bunga obligasi juga sudah ditetapkan ketika obligasi di emisi. d. Tingkat bunga obligasi kompetitif dalam artian obligasi membayar tingkat suku bunga yang dapat dibandingkan dengan apa yang biasa didapatkan investor di tempat lain. Sebagai hasilnya, tingkat obligasi baru biasanya sama dengan tingkat suku bunga perbankan. Pada dasarnya obligasi dan saham merupakan instrument keuangan yang disebut sekuriti, namun bedanya adalah pemilik saham menjadi bagian dari pemilik perusahaan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi hanyalah merupakan pemberi pinjaman kepada penerbit obligasi. Setelah jangka waktu yang ditetapkan telah habis, maka obligasi dapt diuangkan, berbeda dengan saham yang dapat dimiliki selamanya (terkecuali pada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris yang disebut dengan gilts yang tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo). Obligasi yang tercatat di bursa efek bisa diperdagangkan dengan cara yang sama seperti transaksi saham. 56 Harga obligasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Dalam transaksi obligasi, investor harus 56 Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit., hlm. 67. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. membayar biaya komisi (commission fee) kepada pialang tetapi tidak dikenakan biaya transaksi (transaction fee) oleh Bursa Efek Jakarta. Obligasi hanya dapat diterbitkan oleh badan hukum, baik berbentuk hukum perseroan terbatas maupun bentuk hukum lainnya. Berbeda halnya dengan hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham, pemegang obligasi tidak mempunyai hak suara maupun hak atas dividen. Pemegang obligasi hanya berhak atas bunga dan atas pelunasan pinjaman pada waktu pinjaman berakhir tanpa memperdulikan untung rugi perusahaan. Jenis-Jenis Obligasi uang umumnya ada di Indonesia antara lain: 57 a. Obligasi konversi yaitu obligasi yang para pemegang obligasi ini pada waktu yang telah ditetapkan dapat menukarkan obligasinya dengan saham biasa dari perseroan yang menerbitkan atas dasar harga konversi yang telah ditentukan sebelumnya. b. Obligasi atas tunjuk yaitu obligasi yang pelunasannya dibayarkan kepada pembawa obligasi tersebut. Sedangkan berdasarkan penerbitnya (Issuer), obligasi dapat dibedakan antara lain : 58 a. Obligasi Perusahaan (Corporation Bond) Surat utang yang diterbikan oleh perusahaan swasta atau negara. Pada umumnya di Indonesia bersifat jangka panjang dan tidak dijamin oleh penerbitnya. Selain itu juga menawarkan bunga atau interest yang cukup tinggi dibandingkan dengan obligasi negara. Hal ini dikarenakan resiko yang 57 58 Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op. cit., hlm. 10. Ibid,. hlm. 11. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. melekat pada obligasi korporasi lebih besar dibandingkan dengan obligasi negara yang dijamin penuh oleh pemerintah. b. Obligasi Pemerintah (Government Bond) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Surat Utang Negara (SUN) mendefenisikan surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. c. Obligasi Daerah (Municipal Bonds) Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I atau Tingkat II, unit organisasi Pemda (Dinas Pekerjaan Umum, Bapeda, dan sebagainya), serta Badan Usaha Milik Daerah dan kegiatan swasta yang dijamin daerah. Pihak yang menerbitkan obligasi disebut issuer. Biasanya suatu obligasi sebelum ditawarkan kepada masyarakat pemodal, obligasi tersebut diminta untuk diperingkat (rating) oleh lembaga pemeringkat (rating agency). Proses pemeringkatan berguna untuk menilai kinerja perusahaan dari berbagai factor yang secara langsung maupun tidak langsung dengan keuangan perusahaan. Peringkat (rating) yang diberikan oleh rating agency akan menyatakan apakah obligasi tersebut layak untuk investasi. Karena obligasi merupakan surat utang, maka rating sangat diperlukan sehingga dapat dinilai apakah issuer nantinya dapat atau tidak membayar utangnya, sesuai dengan pemeliharaan rating agency. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Selain jenis obligasi di atas, masih terdapat jenis obligasi lainnya, antara lain: 59 a. Obligasi Inflasi Obligasi ini juga dikenal dengan sebutan inflation linked bond, dimana nilai pokok utang pada obligasi tersebut mengacu pada indeks inflasi. Pada obligasi jenis ini, suku bunga lebih rendah daripada obligasi suku bunga tetap. b. Obligasi indeks lainnya Obligasi jenis ini merupakan surat utang berbasis ekuiti (equity linked note) dan obligasi yang mengacu pada indeks yang merupakan indikator bisnis seperti penghasilan, nilai tambah ataupun pada indeks nasional seperti Produk Domestik Bruto. c. Obligasi abadi Pada dasarnya obligasi ini tidak memiliki suatu masa jatuh tempo. Obligasi jenis ini yang terkenal dalam pasar obligasi adalah UK Consols yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris, atau juga dikenal dengan Treasury Annuities atau Undated Treasuries. d. Obligasi tercatat Obligasi ini merupakan obligasi yang kepemilikannya ataupun peralihannya didaftarkan dan dicatat oleh penerbit atau oleh lembaga administrasi efek. Pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang akan ditransfer langsung kepada pemegang obligasi yang namanya tercatat. 59 Adrian Sutedi, Op. cit., hlm. 27-28. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. e. Obligasi tanpa warkat. Obligasi ini juga dikenal sebagai book-entry bond merupakan suatu obligasi yang tidak memiliki sertifikat, dimana mahalnya biaya pembuatan serta kupon mengakibatkan timbulnya obligasi jenis ini. Obligasi ini menggunakan system elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan di pasar modal. f. Obligasi lotere (Lottery Bond) Obligasi ini merupakan obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara (biasanya negara-negara Eropa). Bunganya dibayar seperti tata cara pembayaran bunga pada obligasi suku bunga tetap, tetapi penerbit obligasi akan menebus obligasi yang diterbitkannya secara acak pada waktu tertentu dimana penebusan atau pelunasan obligasi yang beruntung terpilih akan dilakukan dengan harga yang lebih tinggi daripada nilai yang tertera pada obligasi. g. Obligasi perang (War Bond) Obligasi jenis ini diterbitkan oleh suatu negara guna membiayai perang. Di Indonesia, lembaga pemeringkat adalah PT. Pefindo dan PT. Kasnic. Proses pemeringkatan dapat dibagi atas dua jenis antara lain : Coorporate rating dan Securities Rating. Coorporate Rating adalah pemeringkatan yang dilakukan terhadap suatu produk efek yang digulirkan oleh suatu perusahaan, misalnya bond rating, pemeringkatan terhadap suatu obligasi. 60 Pemeringkatan suatu obligasi ini sangat berguna bagi para investor obligasi, karena dengan adanya rating maka para investor tidak perlu lagi melakukan proses evaluasi yang membosankan dan 60 Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 12. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. membutuhkan kerja keras sendiri-sendiri. Namun harus diperhatikan bahwa bond rating ini hanya dimaksudkan untuk mengukur tingkat resiko wanprestasi dari suatu emisi obligasi bukan dari pengurus eksternal seperti resiko pasar. Pada waktu penawaran umum pertama kali, issuer akan berhubungan dengan pihak yang akan menjamin emisi obligasi dari issuer tersebut agar laku di pasar. Penjamin emisi ini dilakukan oleh underwriter. Underwriter biasanya merupakan suatu kelompok yang terdiri dari penjamin emisi utama (lead underwriter) dan penjamin emisi pelaksana (underwriter). Penjamin emisi pelaksana biasanya bertindak juga sebagai agen penjual (selling agent). 61 Agen penjualan inilah yang langsung berhubungan dengan masyarakat pemodal. Penjamin emisi utama dan pelaksana ini hanya melaksanakan tugasnya sampai proses emisi utama dan pelaksana tidak ada lagi hubungannya dengan obligasi tersebut. Dalam hubungannya dengan obligasi, nada yang disebut dengan trustee (wali amanat). Wali amanat merupakan lembaga yang bertugas mengurusi segala hal yang berhubungan dengan obligasi sesudah penawaran umum sampai masa hidup pasar obligasi tersebut berakhir. Sedangkan kontrak perjanjian serta syarat dan kondisi yang terdapat pada surat obligasi disebut indenture. Kontrak perwaliamanatan kadang-kadang melibatkan pihak yang disebut guarantor. Guarantor merupakan pihak yang memberikan jaminan akan melunasi surat hutang beserta kewajiban yang berhubungan, yang diterbitkan issuer jika 61 Ibid., hlm. 13. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. terjadi wanprestasi dari issuer. 62 Wali Amanat berfungsi melakukan pencatatan atau administrasi mengenai obligasi yang masih beredar, pembayaran bunga yang sering terlambat, dan pengawasan terhadap issuer. Wali Amanat wajib menyampaikan laporan tengah tahunan dan tahunan kepada bapepam mengenai segala sesuatu tentang pelaksanaan obligasi yang ditanganinya. Dalam melaksanakan pembayaran bunga maupun pokok, biasanya Wali Amanat menunjuk pihak yang disebut paying agent. Sehingga investor yang ingin mengambil bunga atau pokoknya, langsung berhubungan dengan paying agent. Kadang-kadang wali amanat bertindak sendiri sebagai paying agent. 2. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan obligasi Dalam penerbitan obligasi, ada beberapa pihak yang cukup berperan, antara lain : a. Emiten Emiten merupakan suatu perusahaan yang menjadi actor utama yang bermaksud menerbiutkan suatu obligasi. Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Pasar Modal menyaebutkan bahwa Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. 63 Pihak yang dapat bertindak sebagai Emiten adalah perusahaan, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pemerintah daerah, negara, 62 63 Ibid. BabI Pasal angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. badan-badan internasional, atau badan otonomi khusus. 64 Untuk mencari dana dari masyarakat pemodal (investor), maka Emiten menerbitkan dan memperjualbelikan Efek yang bersifat utang (obligasi) di pasar modal. Ada 4 keharusan yang wajib dilakukan Emiten untuk beraktivitas di pasar modal, yaitu: 65 1. Keterbukaan Informasi Setiap Emiten yang pernyataan pendaftaran telah menjadi efeltif wajib menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin apabila terjadi suatu peristiwa, informasi, atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam tiga tahapan, antara lain: a. Tahap keterbukaan pada saat Emiten melakukan penawaran umum (primary market level). b. Tahap keterbukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek (secondary market level), dimana Emiten berkewajiban untuk menyampaikan secara terus menerus laporan berkala (continuosly disclosure) kepada Bapepam. c. Tahap keterbukaan karena terjadi peristiwa penting yang laporannya harus disampaikan secara tepat waktu kepada Bapepam dan Bursa Efek (timely disclosure). 64 Levi Lana, Bisnis Vol.10, Penerbitan Obligasi dan Pembangunan dengan Obligasi (Tinjauan Aspek Yuridis dan Praktis), Jurnal Hukum 2000. hlm. 60, seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., 2006, hlm. 56. 65 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 151-154. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 2. Peningkatan Likuiditas Emiten dapat meningkatkan likuiditas Efek di pasar modal melalui penambahan jumlah Efek yang beredar. Yang dapat dilakukan melalui penawaran dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), penerbitan obligasi konversi, dan lain-lain. Dengan meningkatnya transaksi Efek, berarti peningkatan likuiditas Efek di pasar modal. 3. Pemantauan harga Efek Emiten harus selalu memantau harga efeknya di pasar modal karena harga Efek adalah cerminan dari kinerja dan kondisi suatu perusahaann. Harga Efek yang tinggi berarti kineja Emiten baik dan sebaliknya harga Efek yang rendah menunjukkan kinerja Emiten yang buruk. 4. Menjaga hubungan baik dengan investor. Untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham ataupun calon investor kepada perusahaan, Emiten perlu terus menerus membina hubungan baik pemegang saham dan calon investor. Sehingga apabila suatu saat Emiten memerlukan tambahan dana, Emiten tidak mengalami kendala komunikasi, karena hubungan baik telah terbangun melalui komunikasi. Dengan begitu calon investor atau pemegang saham telah mengenal, mengetahui, dan percaya kepada kinerja perusahaan. b. Penjamin Emisi Efek (Underwriter) Undang-Undang Pasar Modal memberikan defenisi dari Penjamin Emisi Efek (underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. kewajiban untuk membeli sisa Efek yang terjual. 66 Bismar Nasution menyatakan bahwa: 67 “Sebenarnya perusahaan dapat saja menerbitkan Efeknya tanpa menggunakan jasa underwriter, namun demikian karena prosesnya rumit dan untuk itu diperlukan pengetahuan yang sangat spesifik, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak mungkin memasuki pasar modal tanpa bantuan underwriter.” Pada dasarnya penjamin emisi merupakan perusahaan yang menjamin penjualan obligasi yang dapat menjadi mediator antara emiten dengan pemodal. Dalam kegiatan underwriting, dikenal ada beberapa jenis dan cara penjamin emisi, sebagai berikut; 68 1. Kesanggupan penuh (Full commitement underwriting) Full commitment atau sering juga disebut firm commitment underwriting, yaitu suatu perjanjian penjamin emisi Efek dimana penjamin emisi mengikat diri untuk menawarkan Efek kepada masyarakat dan pembeli sisa Efek yang tidak laku terjual. Dari pengertian tersebut berlaku bahwa underwriter berusaha menjual di pasar, kemudian membeli Efek yang ternyata tidak laku terjual dengan harga yang sama dengan harga penawaran pada pasar perdana. 2. Kesanggupan terbaik (Best effort commitment) Dalam komitmen ini, penjamin emisi Efek akan berusaha semaksimal mungkin menjual Efek-Efek Emiten. Apabila Efek yang belum habis 66 Bab I Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Bismar Nasution, Hukum Pasar Modal, Diktat Kuliah di FH-USU, 2008, hlm. 17. 68 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 58-59. 67 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. terjual penjamin emisi efek tidak wajib membelinya, dan oleh karena itu mereka hanya membayar semua efek yang berhasil terjual dan mengembalikan sisanya kepada emiten. 3. Kesanggupan siaga (Standby commitmen) Dalam hal ini, penjamin emisi efek berusaha menawarkan efek semaksimalnya kepada investor. Kemudian apabila ada sisa yang belum terjual sampai batas waktu penawaran yang telah ditetapkan, maka penjamin emisi efek menyanggupi membeli sisa efek tersebut dengan harga tertentu sesuai dengan perjanjian yang besarnya di bawah harga penawaran pada pasar perdana. 4. Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none commitment) Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan ternyata sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama sekali. Dengan pengertian bahwa bagian efek yang telah laku dipesan oleh investor akan dibatalkan penjualannnya dan semua sisa efek dikembalikan kepada emiten. Dalam hal ini dikenal istilah komitmen minimum atau maksimum. Apabila penjualan efek telah mencapai batas minimum penjualan yang telah ditentukan, maka penjamin emisi efek dapat meneruskan penawaran sampai batas minimum penjualan. Akan tetapi, apabil a batas waktu tertentu efek yang terjual belum memenuhi ketentuan jumlah minimum, maka penjualan efek dibatalkan. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Pada prakteknya biaya atas pemberian jasa-jasa penjamin emisi efek terdiri atas 20% untuk management fee (lead underwriter), 20% untuk underwriting fee, dan sisanya yaitu 60% untuk selling fee yang ditunjuk oleh broker atau perusahaan efek. c. Wali Amanat (Trustee) Wali amanat merupakan pihak yang ditunjuk oleh emiten untuk mewakili kepentingan investor (para pemegang obligasi), sebagaimana halnya telah diuraikan dalam poin sebelumnya. d. Penanggung (Guarantor) Jasa penanggung (guarantor) diperlukan apabila suatu pihak (perusahaan, negara, pemerintah daerah) menerbitkan obligasi. Hal ini ditujukan untuk menjamin pelunasan seluruh pinjaman pokok beserta bunga, apabila ternyata dikemudian hari emiten tidak mampu membayar atau wanprestasi. Biasanya jasa pertanggungan ini dilaksanakan oleh bank atau lembaga keuangan bukian bank yang mempunyai reputasi yang cukup baik. e. Investor (Masyarakat pemodal) Investor adalah pihak yang memiliki peranan yang asangat penting dalam kegiatan pasar modal, atau bisa dikatakan salah satu indikator terpenting dalam pasar modal adalah keberadaan investor. Investor sebagai pihak yang menginvestasikan dananya di pasar modal, dengan cara membeli efek yang bersifat utang (obligasi) maupun efek yang bersifat ekuitas. 69 Investor yang 69 Ibid., hlm. 60-61. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. terlibat dalam pasar modal Indonesia adalah investor domestic dan asing, perorangan dan institusi yang mempunyai karakteristik masing-masing. 70 Dengan kata lain bahwa investor merupakan dapat dijadikan sebagai tolok ukur kredibilitas pasar modal di suatu negara. f. Lembaga Kliring Lembaga ini berfungsi menyelesaikan semua hak-hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi di bursa efek. Maka dari itu berdasarkan PP Nomor 45 Tahun 1995 pasal 15 dan pasal 16 menyebutkan Lembaga Kliring dan Penjamin haruslah telah memperoleh izin dari Bapepam dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah). Selain itu lembaga ini juga dapat bertindak sebagai agen pembayaran atas transaksi jual beli obligasi. Umumnya yang ditunjuk sebagai lembaga kliring adalah bank. Ia bertugas membayar bunga dan pinjaman pokok atas obligasi masuk di bursa Efek atau di pasar sekunder. 71 g. Bursa Efek Bursa Efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. 72 Sama halnya dengan suatu pasar yang bersifat konvensional yang mempertemukan penjual dan pembeli. Perdagangan efek yang sah adalah di bursa efek. Penyelenggara bursa efek haruslah perseroan yang telah memperoleh izin 70 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op. cit., hlm. 165. Levi Lana., Op. cit, hlm. 62-63 seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja dalam bukunya Penerbitan Obligasi & Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, hlm. 61. 72 Bab I Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 71 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. usaha dari Bapepam. 73 Berdasarkan pembagian segmentasi perdagangan di Bursa Efek lebih banyak memperdagangkan obligasi, saham juga diperdagangkan namun tidak banyak. 74 h. Profesi Penunjang Pasar Modal Menurut Undang-Undang Pasar Modal Bab VII dan PP nomor 45 Tahun 1995 Bab X, ada beberapa ketentuan khusus bagi profesi penunjang pasar modal, antara lain: 1. Profesi penunjang pasar modal wajib terdaftar di Bapepam 2. Setiap profesi pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi yang ditetapkan masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang Pasar Modal dan/atau peraturan pelaksananya. 3. Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bidang pasar modal profesi penunjang pasar modal wajib memberikan pendapat atau penilai independen. Profesi penunjang yang terdapat di pasar modal antara lain: 1. Akuntan Publik Akuntan publik merupakan pihak yang berfungsi memeriksa kondisi keuangan emiten serta memberikan pendapatnya tentang kelayakan emiten dalam menerbitkan obligasi. Disamping hal tersebut, akuntan di pasar modal juga berperan dalam mendorong perusahaan untuk memenuhi prinsip good corporate governance, khususnya mengenai keterbukaan dan transparansi. Laporan akuntan merupakan salah satu sarana penilaian bagi 73 74 Bab I Pasal 6 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. M. Irsan Nasarudin,dkk, Op.cit., hlm. 129. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. masyarakat perihal kondisi posisi keuangan emiten. Akuntan yang dimaksud disini ialah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri dan telah terdaftar di Bapepam. 2. Konsultan Hukum Konsultan hukum ialah ahli hukum yang membantu dalam aspek hukum emiten yang akan melakukan emisi obligasi. Konsultan hukum yang ditunjuk oleh emiten berperan sebagai legal drafter and adviser kepada pihak lain sehubungan dengan suatu emisi obligasi. Dari segi keberpihakan, fungsi konsultan hukum dapat dibedakan menjadi dua, antara lain: 75 a. Inhouse Lawyer Sebagai inhouse lawyer, tugas dari konsultan hukum adalah menyiapkan semua dokumen untuk kepentingan emiten, terutama membantu emiten perwaliamanatan, menyiapkan perjanjian perjanjian penanggungan, emisi, perjanjian perjanjian dengan lembaga kliring, perjanjian dengan akuntan publik, dan memberikan nasihat mengenai masalah-masalah hukum sehubungan dengan emisi obligasi. Tugas konsultan hukum sebagai inhouse lawyer ini, dapat mewakili emiten dalam melakukan negosiasi dengan pihak-pihak tertentu, dan berusaha mempertahankan kepentingan emiten dalam berbagai persoalan hukum. 75 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 63. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Independent Lawyer Sebagai independent lawyer, tugasnya adalah melakukan legal audit, dan memberikan pendapat hukum atas emisi obligasi. Adapun nilai dari pendapat hukum yang diberikan oleh konsultan hukum bisa sedemikian menentukan, menjadi salah satu faktor dalam mengambil keputusan. 76 Pada dasarnya seorang independent lawyer haruslah bersikap netral dan objektif dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya konsultan hukum yang akan melakukan kegiatan profesi penunjang pasar modal haruslah terlebih dahulu memenuhi syaratsyarat tertentu yang ditentukan oleh peraturan dan terdaftar di Bapepam. 3. Penilai Penilai merupakan pihak yang akan menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahliah dari si penilai. 77 Penilai disini juga harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam sebelum melakukan kegiatan sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal. 4. Notaris Di pasar modal, seorang notaris diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal khusunya dalam proses emisi efek dan penyusunan 76 Bismar Nasution, Op.cit., hlm. 32. Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, Loc. cit. 77 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. kontrak-kontrak penting. Adapun yang menjadi tugas pokok seorang notaris di pasar modal antara lain: 78 a. Membuat berita acara RUPS (Rapat Umum Pemegang saham). b Membuat konsep akta perubahan anggaran dasar. c. Menyiapkan perjanjian dalam rangka emisi efek. 5. Agen Pembayaran (Paying Agent) Agen pembayaran bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya dilakukan setiap dua kali dalam setahun dan pelunasannya yaitu pada saat obligasi jatuh tempo. 6. Agen Penjual (Selling Agent) Agen ini pada dasarnya dilakukan oleh perusahaan efek dengan tugas sebagai berikut: 79 a. Melayani investor yang akan memesan saham. b. Melaksanakan pengembalian uang pesanan (refund) kepada investor. c. Menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan (investor). 78 Alwi Iskandar, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2003), hlm. 31-32 seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal,Op. cit., hlm. 64. 79 Ibid. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. C. Pola perjanjian Wali Amanat dalam penerbitan obligasi di Pasar Modal Indonesia. Sebelum melakukan penawaran umum obligasi, emiten terlebih dahulu menunjuk wali amanat. Penunjukan tersebut tidak dilakukan mengingat pada waktu penunjukan tersebut belum terdapatnya investor pemegang obligasi. Setelah dilakukannya penunjukan wali amanat oleh emiten, maka antara emiten dengan wali amanat wajib membuat suatu perjanjian yang disebut dengan “perjanjian perwaliamanatan” dimana dalam Undang-Undang Pasar Modal Pasal 52 menggunakan istilah “kontrak perwaliamanatan” yang dibuat dihadapan notaris dalam bentuk Akta Notaris. Dari Pasal 1317 ayat (2) KUH Perdata dapat diketahui bahwa perjanjian perwaliamanatan yang dibuat oleh emiten dengan wali amanat dapat mengikatkan pemegang obligasi yang telah menyatakan kehendaknya. Kehendak dari pemegang obligasi tersebut dapat dapat diktehui pada saat investor melakukan pengisian Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi dan memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi. 80 Setelah menyatakan kehendak tersebut, tidak secara otomatis perjanjian perwaliamanatan mengikat investor pemegang obligasi. Perjanjian perwaliamanatan baru mengikat investor pemegang obligasi, setelah dilakukan penjatahan atau alokasi obligasi oleh penjamin emisi efek (underwriter) serta dialukan pembayaran oleh investor. 81 80 81 Ibid., hlm. 104. Ibid. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Dalam Undang-Undang Pasar Modal secara tegas menyatakan hal sebagai berikut: 82 Sejak ditandatangani kontrak perwaliamanatan antara emiten dan wali amanat, wali amanat telah sepakat dan mengikat diri untuk mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang. Dalam hal ini, wali amanat diberi kuasa berdasarkan undang-undang ini untuk mewakili pemegang efek bersifat utang dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang, baik didalam maupun diluar pengadilan tanpoa memerlukan surat kuasa khusus dari pemegang efek bersifat utang dimaksud. Adapun perjanjian atau kontrak tersebut dibuat dan ditandatangani oleh dua pihak, antara lain: 1. Emiten Berdasarkan Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Pasar Modal, emiten merupakan pihak yang melakukan penawaran umum. 83 Emiten yang mempunyai maksud untuk melakukan penawaran umum obligasi atau efek yang bersifat utang lainnya. 4. Wali Amanat Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. 84 Defenisi wali Amanat tersebut memberikan gambaran bahwa wali amanat hanya diperlukan dalam penerbitan obligasi yang bersifat utang seperti obligasi. 82 Penjelasan Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar 83 Bab I Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Bab I Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Modal. 84 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Sejak ditandatanganinya perjanjian atau kontrak perwaliamanatan oleh kedua belah pihak, maka wali amanat dianggap telah sepakat dan mengikat diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang (investor pemegang obligasi). 85 Dengan demikian pada saat perjanjian atau kontrak perwaliamanatan ditandatangani, baik secara undang-undang maupun perjanjian telah melahirkan perikatan wali amanat terhadap investor pemegang obligasi. Jika dikaitkan dengan Pasal 1317 Ayat (1) KUH Perdata, maka akan memberikan gambaran yang lebih jelas bahwa perjanjian perwaliamanatan yang diatur dalam Pasal 52 Undang-Undang Pasar Modal merupakan suatu perjanjian yang mengandung janji untuk kepentingan pihak ketiga. Pada dasarnya wali amanat berjanji kepada dirinya sendiri untuk memenuhi suatu kewajiban kepada investor pemegang obligasi dikemudian hari (setelah penerbitan obligasi sampai setelah selesai pelunasan obligasi). Dengan terpenuhinya syarat bahwa wali amanat dengan emiten membuat janji kepada dirinya sendiri untuk memenuhi suatu kewajiban kepada investor pemegang obligasi, maka wali amanat sudak terikat atas perjanjian perwaliamanatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Studi Perwaliamanatan, terdapat kecenderungan terciptanya pola standar atau lazim termuat dalam suatu kontrak perwaliamanatan di pasar modal Indonesia. Sebagai contoh materi atau substansi kontrak perwaliamanatan misalnya adalah sebagai berikut: 86 1. Pasal 2 Kontrak Perwaliamanatan memuat ketentuan tentang penggunaan dana hasil obligasi. 85 Penjelasan Pasal 51 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal 86 Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit, hlm. 25. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 2. Pasal 8 biasanya memuat ketentuan tentang eksekusi jaminan jika terjadi even of devault oleh Emiten. 3. Pasal 9 mengatur ketentuan syarat-syarat untuk dapat dikatakan Emiten telah lalai memenuhi kewajibannya. Rincian selengkapnya mengenai pola kontrak perwaliamanatan yang umum atau lazim dibuat dalam rangka penerbitan efek bersifat utang (obligasi) di pasar modal Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Defenisi Pasal ini memuat tentang beberapa kata atau istilah yang mempunyai arti tertentu dalam kontrak perwaliamanatan, sehingga memudahkan bagi para pihak untuk memahami isi kontrak. 2. Penggunaan Dana Hasil Emisi: 87 a. Dalam Pasal ini umumnya dinyatakan mengenai rincian penggunaan dana hasil emisi setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul dalam proses penawaran umum. Penggunaan dana yang umum dinyatakan adalah untuk modal kerja perusahaan, untuk ekspansi usaha atau pembiayaan suatu proyek tertentu, serta untuk pembayaran utang lain (refinancing). b. Selain itu, dalam pasal ini juga dicantumkan mengenai kewajiban pelaporan realisasi penggunaan dana oleh emiten kepada Bapepam, Bursa Efek, dan Wali Amanat yang dilakukan secara berkala tiap 3 (tiga) bulan sekali, sesuai Peraturan Bapepam Nomor X.K.4 tentang Laporan Realisasi 87 Ibid., hlm. 26. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. pengguna dana ini wajib dipertanggungjawabkan juga dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Emiten. c. Setiap perubahan atas rincian penggunaan dana ini wajib dilaporkan terlebih dahulu kepada Bapepam dengan mengemukakan alasan dan pertimbangannya, serta wajib mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh wali amanat setelah disetujiu oleh RUPO (Rapat Umum Pemegang Obligasi). 3. Penunjukan, Tugas, hak dan Kewajiban Wali Amanat. a. Dalam pasal ini dinyatakan penunjukan Emiten kepada pihak tertentu dan pernyataan penerimaan oleh pihak tersebut untuk menjalankan tugas sebagai wali amanat, berdasarkan syarat-syarat yang tercantum kontrak perwaliamanatan, dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mengenai hak dan kewajiban selaku wali amanat dalam suatu emisi efek bersifat utang. b. Tugas pokok wali amanat, antara lain : 88 1. Mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang di dalam maupun di luar pengadilan. Tugas ini berlaku efektif sejak tanggal emisi. 2. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan kehati-hatian serta bertindak bijaksana untuk kepentingan terbaik pemegang bersifat utang. 88 Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 27. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 3. Bertanggung jawab kepada pemegang efek bersifat utang atas kerugian yang timbul akibat dari kelalaian, kecerobohan atau adanya pertentangan kepentingan pada wali amanat dalam menjalankan tugasnya. c. Kewajiban wali amanat adalah sebagai berikut:89 1. Menyampaikan informasi lengkap secara transparan (terbuka) tentang kualifikasinya selaku wali amanat dalam prospektus. 2. Melaporkan kepada Bapepam dan pemegang efek bersifat utang melalui Bursa Efek, dalam hal mengetahui dengan bukti yang cukup bahwa emiten telah lalai atau melanggar kontrak perwaliamanatan, atau terjadi keadaan pada emiten yang dapat membahayakan kepentingan pemegang efek bersifat utang. 3. Memantau dan menganalisa secara berkala perkembangan pengelolaan usaha emiten berdasarkan laporan keuangan emiten dan laporan lainnya. 4. Memanggil dan mengadakan RUPO sebelum mengambil tindakan yang memerlukan persetujuan RUPO. 5. Melaksanakan tindakan-tindakan yang sah sesuai keputusan RUPO. 6. Memberikan nasihat dan tindakan lain yang lazim dilakukan selaku wali amanat kepada emiten. 7. Kewajiban wali amanat kepada KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia), meliputi verifikasi atas KTUR (Konfirmasi Tertulis Untuk 89 Ibid. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. RUPS) yang diserahkan pemegang efek bersifat utang sesuai spesifikasi yang dikeluarkian KSEI dan memberitahukan kepada KSEI tentang berakhirnya pelaksanaan RUPO. d. Hak-Hak Wali amanat adalah sebagai berikut: 90 1. Mempercayai setiap dokumen yang dianggap asli dan sah, serta telah ditandatangani, dikirim atau dibuat oleh orang-orang yang berhak meawakili, mengenai segala hal yang berkaitan dengan KTUR sesuai spesifikasi yang ditetapkan oleh KSEI. 2. Menerima fotokopi bukti pembayaran bunga dan atau pokok efek bersifat utang dan denda (jika ada) pada hari yang sama pembayaran tersebut. 3. Menerima pemberitahuan dari KSEI mengenai jumlah dana yang wajib dibayarkan Emiten atas bunga dan/atau pelunasan utang pokok selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal pembayaran, serta pelaksanaan pembayarannya, termasuk dalam hal terjadinya kegagalan atau keterlamabatan. 4. Menerima daftar dari KSEI yang memuat rincian KTUR berikut spesifikasi dan spesimenya. 5. Meminta pemeriksaan audit terbatas oleh auditor independent sehubungan dengan dugaan adanya pelanggaran atas pembatasan dan kewajiban emiten, berdasarkan bukti yang cukup. 90 Ibid., hlm. 28. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 6. Meminta laporan kesiapan emiten membayar jumlah pokok obligasi dan atau bunga dan denda (jika ada). 7. Meminta pembayaran kepada emiten atas segala biaya-biaya yang dibutuhkan dan/atau penggantian atas biaya-biaya yang dikeluarkan wali amanat dalam menjalankan tugasnya. e. Pengakhiran tugas wali amanat: Wali amanat berhenti menjalankan tugasnya dalam hal terjadinya hal-hal sebagai berikut: 91 1. Wali amanat dibubarkan oleh suatu lembaga peradilan atau badan resmi lainnya, membubarkan diri secara sukarela atau bubar menurut ketentuan peraturan perundangan. 2. Wali amanat dinyatakan pailit atau mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau dibekuakn operasi/kegiatan usahanya. 3. Wali amanat diberhentikan oleh RUPO, termasuk RUPO yang diadakan atas permintaan Bapepam dengan alasan: a. Wali amanat telah gagal dalam menjalankan tugasnya. b. Wali amanat tidak mampu melaksanakan kewajibanya. c. Izin usaha, rekomendasi atau pendaftaran selaku wali amanat telah dicabut. 4. Semua jumlah yang terhutang dalam kontrak perwaliamanatan telah dibayar sebagaimana mestinya. 91 Ibid., hlm. 29. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 5. Wali amanat dapat mengajukan pengunduran diri secara tertulis kepada emiten dan diberitahukan kepada RUPO. Tugas wali amanat baru berhenti setelah emiten dan RUPO menyatakan persetujuannya dan wali amanat yang menggantikan telah mulai melaksanakan tugasnya. Segera setelah pengunduran diri wali amanat wajib memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan tugasnya kepada RUPO, emiten dan bapepam. Selama pertanggungjawaban belum diterima, maka wali amanat belum dibebaskan dari tugas dan kewajibannya. 4. Imbalan Jasa Wali Amanat Besarnya imbalan jasa wali amanat adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam surat penunjukan Emiten kepada wali amanat. Dalam hal wali amanat diberhentikan atau berhenti atas kemauan sendiri sebelum berakhir masa tugasnya, maka imbalan jasa wali amanat pada tahun yang bersangkutan akan dikembalikan secara proporsional. Dalam hal terjadi pembelian kembali yang mengakibatkan pelunasan sebelum jatuh tempo, maka imbalan jasa wali amanat setelah pembelian kembali menjadi tidak ada lagi. 5. Syarat-syarat Obligasi Dalam pasal ini lazim dinyatakan bahwa emiten berjanji dan mengikatkan diri kepada wali amanat sebagai kuasa pemegang efek bersifat utang untuk menerbitkan efek bersifat utang dengan syarat sebagai berikut: 92 92 Ibid., hlm. 30-32. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. a. Nama efek bersifat utang, beserta masing-masing seri (jika ada) jangka waktu, jenis dan tingkat suku bunga serta nilai nominalnya. Dalam hal terdapat ketentuan pembelian kembali maka nilai nominal akan berkurang sesuai pelaksanaan buy back tersebut. b. Waktu pelaksanaan pembayaran bunga. c. Cara penghitungan bunga. d. Pemegang efek bersifat utang yang berhak atas bunga adalah yang tercatat dalam Daftar Pemegang Efek pada tanggal yang telah ditentukan. e. Efek bersifat utang diterbitkan tanpa warkat, kecuali sertifikat jumbo yang diterbitkan emiten dan didaftarkan di KSEI, sebagai bukti utang untuk kepentingan pemegang efek. f. Sertifikat jumbo merupakan bukti bahwa emiten sejak tanggal emisi secara sah dan mengikat berhutang kepada pemegang efek sejumlah pokok, dan bunganya serta denda (jika ada). g. Ketentuan perpajakan yang berlaku atas setiap pembayaran yang dilakukan emiten kepada pemegang efek. h. Pembayaran dilakukan oleh agen pembayaran atas nama emiten. i. Peralihan hak kepemilikan atas efek dengan pemindahbukuan dari satu rekening ke rekening yang lain. j. Satuan pemindahbukuan yang berlaku. k. Bank Kustodian atau perusahaan efek yang merupakan pemegang efek dapat bertindak untuk dirinya sendiri atau atas nama nasabahnya berdasarkan surat kuasa. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. l. Efek bersifat utang harus dilunasi emiten dengan nilai yang sama dengan yang tertulis dalam konfirmasi tertulis yang dimiliki pemegang efek pada tanggal pelunasan pokok. m. Besarnya denda keterlambatan pembayaran pokok atau bunga. n. Penarikan efek dari rekening hanya dapat dilakukan dengan cara pemindahbukuan. Penarikan efek diluar rekening untuk dikonversikan menjadi sertifikat efek bersifat utang tidak dapat dilakukan, kecuali apabila ada pembatalan pendaftaran dalam penitipan kolektif di KSEI. o. Ketentuan buy back (jika ada) hanya dapat dilakukan setelah ulang tahun pertama penerbitan, tidak adanya hak suara dan bunga atas efek yang dilakukan buy back dan hanya dapat dilakukan apabila emiten tidak sedang dalam keadaan lalai atas pembayaran utangnya. 6. Pembatasan-pembatasan terhadap emiten Sebelum semua jumlah yang terhutang dibayar oleh emiten, maka tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari wali amanat, emiten tidak dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 93 a. Mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan jaminan utang yang diikatkan secara khusus melebihi dari jumlah tertentu atas seluruh kekayaan emiten, baik dalam satu transaksi atau beberapa transaksi dalam satu tahun buku. b. Melakukan penggabungan, peleburan atau pengambilalihan, atau memberikan persetujuan kepada anak perusahaannya untuk melakukan 93 Ibid., hlm. 32. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. ketiga hal tersebut, yang secara material dapat berakibat secara negatif terhadap kelangsungan usaha atau kemampuan emiten dalam memenuhi kewajibannya. c. Melakukan peminjaman/hutang atau memberikan pinjaman/hutang baru, mengizinkan anak perusahaannya melakukan peminjaman/hutang atau memberikan pinjaman/hutang baru yang kedudukannya lebih tinggi dari hutang efek bersifat utang, dengan pengecualian tertentu. d. Mengubah bidang usaha utama emiten dan atau anak perusahaan emiten yang dapat mempengaruhi secara material kelangsungan usaha atau kemampuan emiten memenuhi kewajibannya. e. mengurangi modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor emiten. f. Mengajukan permohonan pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang atau mengizinkan anak perusahaan melakukan hal tersebut. g. Membagikan dividen kepada pemegang saham emiten, kecuali emiten telah memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan/atau pokok. h. Melakukan segala bentuk kerjasama, bagi hasil atau lainnya dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan operasional keuangan emiten diatur oleh pihak lain. 7. Kewajiban emiten Sebelum seluruh kewajiban emiten kepada pemegang efek dilunasi, emiten berkewajiban untuk: 94 a. Memenuhi semuya ketentuan dalam dokumen penawaran umum. 94 Ibid., hlm. 33-34. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Menyetorkan dana (in good faith) untuk pelunasan bunga dan atau pokok pada tanggal yang ditentukan kepada agem pembayaran yang ditunjuk. Apabila lewat waktu yang ditentukan dan pembayaran belum dilakukan maka emiten wajib membayar sejumlah denda yang merupakan hak seluruh pemegang efek bersifat utang secara proporsional. c. Menjalankan usaha dengan sebaik-baiknya. Apabila emiten adalah bank maka wajib menjaga tingkat kesehatan tertentu sesuai kriteria Bank Indonesia. d. Memelihara sistem akuntansi dan pengawasan pembiayaan sesuai dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (atau Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia untuk emiten bank) serta buku-buku dan catatancatatan yang cukup untuk menggambarkan dengan tepat keadaan keuangan emiten dan hasil operasionalnya. e. Segera memberitahukan kepada wali amanat secara tertulis apabila terjadi perubahan-perubahan dalam ruang lingkup usaha emiten yang berpengaruh material terhadap usaha emiten. f. Membayar semua kewajiban pajak, retribusi atau kewajiban lain kepada pemerintah. g. Memberitahukan secara tertulis kepada wali amanat tentang setiap perubahan dalam Anggaran Dasar Emiten. h. Menyerahkan kepada wali amanat laporan keuangan yang diserahkan emiten kepada Bapepam, Bursa Efek, dan KSEI. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. i. Mengizinkan wali amanat sewaktu-waktu pada jam kerja untuk melakukan kunjungan langsung kepada emiten, memasuki gedung-gedung yang dimiliki emiten, melakukan pemeriksaan atas buku-buku, izin-izin dan keuangan emiten, inventaris dan perjanjian-perjanjian, faktur, rekening dan dokumen lain yang dimiliki emiten. j. Memberitahukan hasil RUPS kepada wali amanat. k. Memelihara kekayaan dalam keadaan baik dan mengasuransikan risikorisiko yang biasa dihadapi oleh emiten. l. Menjaga rasio keuangan konsolidasi dan memelihara setiap keadaan keuangan emiten dalam Laporan Keuangan yang telah diaudit dan menyerahkan kepada wali amanat dalam posisi: 1. Likuiditas dan rasio tertentu. 2. Debt to equity rasio tertentu. 3. Perbandingan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) dan Interest Coverage dalam rasio tertentu. m. Memenuhi ketentuan dalam perjanjian-perjanjian lain yang berkaitan dengan emisi efek bersifat utang. 8. Kuasa pemegang efek kepada wali amanat. Sejak tanggal emisi, setiap pemegang efek bersifat utang langsung tunduk kepada kontrak perwaliamanatan dan menyetujui untuk dan dengan ini, sekarang dan dikemudian pada waktunya, secara bersama-sama memberikan kuasa kepada wali amanat tanpa perlu adanya pemberian surat kuasa khusus, untuk menjalankan semua hak pemegang efek bersifat utang tanpa Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. pengecualian, berdasar ketentuan perundangan yang berlaku, termasuk melindungi kepentingan pemegang efek dihadapan instansi peradilan, pengadilan niaga dan arbitrase. Kontrak perwaliamanatan berlaku sebagai bukti yang sempurna mengenai pemberian kuasa pemegang efek kepada wali amanat dan kuasa ini tidak dapat berakhir karena sebab apapun termasuk sebab-sebab yang diatur dalam Pasal 1813, 1814, dan 1816 KUH Perdata. 9. Pernyataan Wali Amanat Wali amanat menyatakan dan menjamin hal-hal sebagai berikut: 95 a. Wali amanat berhak dan berwenang untuk bertindak sebagai wali amanat efek bersifat utang dan telah terdaftar sebagai lembaga penunjang pasar modal. b. Wali amanat mengikatkan diri untuk melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban sebagai wali amanat dengan penuh tanggung jawab, integritas serta bertindak secara bijaksana untuk kepentingan pemegang efek bersifat utang. c. Wali amanat bertanggung jawab kepada pemegang efek bersifat utang atas setiap kerugian yang timbul karena kelalaian, kecerobohan atau benturan dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya. d. Pada tanggal kontrak perwaliamanatan ini, anggota direksi dan komisaris wali amanat adalah sebagai berikut. 95 Ibid., hlm. 35-36. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. e. Untuk pembuatan kontrak perwaliamanatan telah memperoleh persetujuan yang dipersyaratkan anggaran dasar dan peraturan perundangan yang berlaku. f. Pembuatan kontrak perwaliamanatan telah dibuat sebagaimana mestinya sesuai perundangan dan ditandatangani sebagiamana mestinya atas nama wali amanat dan merupakan kewajiban yang sah dan mengikat bagi wali amanat sesuai peraturan perundangan di wilayah RI. g. Orang-orang yang mendatangani kontrak ini adalah yang berhak dan berwenang untuk dan atas nama wali amanat. h. Pernyataan ada tidaknya hubungan afiliasi dan hubungan kredit dengan emiten. 10. Kelalaian emiten Berdasarkan Pasal 1233 KUH Perdata, menurut isinya suatu perikatan termasuk pinjam meminjam dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu, untuk melakukan sesuatu dan untuk tidak melakukan sesuatu. Ketentuan tentang kelalaian emiten dalam perjanjian perwaliamanatan merupakan refleksi dari aspek janji untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Secara umum konsekuensi dari kelalaian emiten tersebut dalam perjanjian perwaliamanatan drinci beberapa tindakan atau kejadian yang menyebabkan emiten masuk dalam kondisi “lalai melaksanakan Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. kewajibannya” dan karenanya wali amanat dapat mengambil tindakan tertentu. Kelalaian tersebut antara lain terjadi karena: 96 a. Emiten tidak membayar, baik pokok, bunga atau kewajiban pembayaran lainnya. b. Emiten membuat pernyataan yang tidak benar. c. Emiten tidak melakukan sesuatu yang dilakukan berdasarkan perjaanjian harus dilakukan. ` d. Emiten tidak dapat memenuhi kewajiban kepada kreditur lain (selain pemegang obligasi) atau cross default. e. Emiten mempunyai pernyataan moratorium dari pengadilan atau pihak yang berwenang lainnya. f. Emiten menghentikan atau mengancam menghentikan kegiatan usahanya. g. Emiten dinyatakan pailit. Terhadap kelalaian emiten tersebut maka, wali amanat dapat mengambil tindakan antara lain berupa pemberitahuan kepada emiten bahwa yang bersangkutan (emiten) telah lalai. Jika dalam waktu tertentu (14 hari) emiten tidak memperbaiki, maka wali amanat berhak mengumumkan kepada masyarakat bahwa emiten tersebut telah lalai. Selanjutnya atas persetujuan RUPO wali amanat dapat melakukan penagihan jumlah yang terutang kepada emiten. 96 Ibid., hlm. 37. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 11. Rapat Umum Pemegang Obligasi Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) tidak diselenggarakan secara berkala, namun digantungkan pada suatu kejadian tertentu, antara lain: 97 a. Pemberian pengarahan atau amanat kepada wali amanat untuk memberikan kelonggaran atas penyelesaian kelalaian emiten. b. Memberhentikan dan menunjuk wali amanat baru. c. Mengambil tindakan lain yang dikuasai oleh atau atas nama pemegang obligasi, permintaan tertulis dari pemegang obligasi yang memiliki jumlah atau persentase tertentu, misalnya 20% dari total obligasi yang diterbitkan. Perjanjian perwaliamanatan juga mengatur masalah korum dalam pengambilan keputusan RUPO. Untuk mengambil keputusan tertentu, yaitu perubahan nilai pokok obligasi, perubahan tingkat bunga, perubahan tata cara pembayaran bunga dan perubahan jangka waktu, diperlukan korum yang cukup ketat, yaitu harus dihadiri pemegang obligasi paling sedikit ¾ dari pokok obligasi dan disetujui oleh paling sedikit ¾ yang hadir. Sedangkan untuk pengambilan keputusan lain, cukup dihadiri pemegang obligasi paling sedikit 2/3 dari pokok obligasi dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 yang hadir. 12. Jaminan Untuk memberikan kepastian pelunasan obligasi serta membuat obligasi yang akan diterbitkan memiliki daya tarik bagi investor, dalam perjanjian perwaliamanatan dicantumkan berbagai macam bentuk jaminan atas penerbitan obligasi. Beberapa perjanjian perwaliamanatan menyebutkan suatu 97 Ibid. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. aset tertentu digunakan sebagai jaminan, namun ada pula yang menjaminkan seluruh kekayaan perusahaan, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dan penjaminan oleh pihak ketiga (guarantor). 13. Kelalaian wali amanat Dalam pelaksanaan perjanjian perwaliamanatan, tidak tertutup kemungkinan wali amanat lalai dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam hal kelalaian tersebut terjadi, maka diberlakukan ketentuan dalam pasal 1267 KUH Perdata, kecuali hak emiten untuk meminta pembatalan perjanjian perwaliamanatan. Pasal dimaksud mengatur bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dan dilakukan, akan memaksa pihak lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian kerugian dan bunga. 14. Pernyataan emiten Dalam perjanjian perwaliamanatan seringkali dirumuskan beberapa pernyataan dari emiten terkait dengan obligasi yang diterbitkannya. Pernyataan tersebut antara lain pernyataan tentang: 98 a. Status badan hukum emiten. b. Susunan pengurus. c. Informasi dalam pernyataan pendaftaran beserta dokumen pendukung tidak memuat pernyataan yang tidak benar. d. Kelengkapan perizinan yang dimiliki. 98 Ibid., hlm. 39. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. e. Pernyataan tentang perkara yang dihadapi. 15. Pemberitahuan Pasal ini memuat tentang identitas yang meliputi alamat masing-masing para pihak dalam kontrak perwaliamanatan (emiten dan wali amanat). 16. Keadaan memaksa (Force Majeure) Pasal ini memuat tentang keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan para pihak dalam kontrak perwaliamanatan (emiten dan wali amanat) karena sesuatu keadaan tertentu tidak bisa memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana telah ditetapkan dalam kontrak perwaliamanatan. 17. Penyelesaian perselisihan Pasal ini memuat tentang cara atau pilihan penyelesaian sengketa apabila terjadi suatu sengketa yang berhubungan dengan pelaksanaan atau pemenuhan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak dalam kontrak perwaliamanatan. 18. Ketentuan lain-lain Dalam ketentuan lain-lain antara lain diatur bahwa perjanjian perwaliamanatan berakhir dengan sendirinya antara lain jika: 99 a. Tidak memperoleh peringkat efek dari perusahaan pemeringkat efek b. Terpenuhinya seluruh hak dan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian perwaliamanatan. 99 Ibid., hlm. 40. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. BAB III PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT DI PASAR MODAL INDONESIA A. Aspek hukum perwaliamanatan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa wali amanat merupakan salah satu lembaga penunjang pasar modal yang bertindak sebagai pihak yang mewakili para pemegang obligasi sehingga secara hukum diartikan melakukan perbuatan hukum tertentu dimana orang yang diwakili menerima akibat yuridisnya. Undang-Undang Pasar Modal tidak memberikan suatu defenisi mengenai apa yang dimaksud dengan perwakilan (vertegenwoording). Sebagaimana halnya pada doktrin hukum yang berlaku sebagai toerekening van een handelingan een ander dan de handelde atau melakukan perbuatan hukum sebagai ganti dan guna orang lain sebagai ganti dan guna orang lain yang mewakilinya, 100 adapun tindakan wali amanat merupakan perwakilan khusus berdasarkan undang-undang karena telah diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Kewenangan yang dimiliki oleh oleh wali amanat dalam menjalankan fungsinya terdiri dari dua jenis, antara lain: 101 1. Kewenangan umum yang bersifat pengurusan Kewenangan umum untuk pengurusan (daden van beheer), misalnya dalam hal menjalankan pengawasan terhadap emiten dalam penggunaan dana hasil 100 101 Ibid., hlm. 21. Ibid., hlm. 22. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. emisi obligasi, mewakili para pemegang obligasi dalam RUPO, sebagai agen pembayar dalam membayar bunga obligasi dan sebagainya. 2. Kewenangan khusus yang bersifat tindakan pemilikan. Adapun kewenangan khusus yang bersifat tindakan pemilikan, misalnya dalam hal emiten melakukan wanprestasi, wali amanat dapat melakukan tindakan pelelangan atas agunan (barang jaminan) yang telah ditetapkan dalam kontrak perwaliamanatan dan jaminan. Dalam hal menjalankan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya sebagai wali amanat, maka untuk membatasi kewenangannya harus ditetapkan secara tegas dalam perjanjian perwaliamanatan dan dapat dijalankan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal. Sehingga, jika wali amanat melakukan kelalaian atas kewenangan yang telah diberikan, berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Pasar Modal, maka wali amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang. Perjanjian perwaliamanatan wajib dibuat oleh emiten dan wali amanat sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal Pasal 52 menggunakan istilah “kontrak perwaliamanatan” yang dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk Akta Notaris. Hal ini bertujuan agar klausula-klausula dalam akta tersebut lebih dijamin kepastian hukumnya bagi tiap pihak yang terkait dalam kontrak tersebut seperti yang diatur dalam pasal 1868 KUH Perdata (jo. Pasal 1870 KUH Perdata) bahwa suatu akta yang dibuat dibuat dihadapan notaris merupakan akta otentik dan menjadi bukti sempurna atas hak para pihak beserta ahli warisnya serta pihak lain yang memperoleh hak dari akta tersebut. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Sejak ditandatanganinya kontrak perwaliamanatan oleh para pihak maka para pihak terikat kepada kontrak perwaliamanatan sehingga dapat dianggap sebagai hukum yang sah serta mengikat para pihak Pada dasarnya perjanjian perwaliamanatan yang dibuat adalah karena hubungan hutang piutang atau pinjam meminjam uang sehingga esensi dari perjanjian ini adalah segala ketentuan yang mengatur hubungan hutang piutang tersebut. Pada dasarnya perundang-undangan di bidang pasar modal belum menentukan secara detail mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kontrak perwaliamanatan, sehingga sebaiknya diperjanjikan secara tegas dalam kontrak perwaliamanatan. Dalam ketentuan penjelasan Pasal 52 Undang-Undang Pasar Modal, hal-hal yang harus dimuat dalam kontrak perwaliamanatan antara lain: 102 1. Utang pokok dan bunga serta manfaat lain dari emiten. 2. Saat jatuh tempo. 3. Jaminan (jika ada). 4. Agen pembayaran. 5. Tugas dan fungsi wali amanat. Namun demikian, dalam praktek yang sering terjadi selama ini antara kontrak perwaliamanatan yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan baik format maupun materi yang diatur. Hal ini terjadi dikarenakan belum adanya pengaturan mengenai standar kontrak perwaliamanatan secara lebih rinci yang dituangkan dalam peraturan pelaksananya seperti Peraturan Pemerintah, maupun 102 Penjelasan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Peraturan Bapepam. Disamping hal tersebut, belum adanya kesepakatan dari para pihak yang terkait dalam penerbitan efek bersifat utang/obligasi sehubungan dengan muatan kontrak perwaliamanatan, baik emiten, wali amanat, notaris, maupun konsultan hukum. Adapun beberapa peraturan yang mengatur mengenai wali amanat dapat ditemukan dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mulai Pasal 50 sampai dengan Pasal 54. 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 1 angka 14 tentang defenisi wali amanat dan Pasal 6 huruf I tentang wali amanat sebagai salah satu usaha Bank Umum. Undang-Undang ini diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di Bidang Pasar Modal, khususnya yang diatur dalam pasal 53 sampai dengan Pasal 55. 4. Peraturan BAPEPAM Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran bank Umum sebagai Wali Amanat. 5. Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.1 tentang Laporan Wali Amanat. 6. Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali Amanat. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. B. Pihak-pihak yang berhak menjadi Wali Amanat dalam penerbitan Obligasi. Pada setiap penerbitan obligasi tidak semua pihak dapat bertindak sebagai wali amanat. Pada dasarnya pihak yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai wali amanat adalah Bank umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 103 Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan kegiatan di Bidang Pasar Modal dinyatakan bahwa kegiatan usaha sebagai wali amanat dapat dilakukan oleh Bank Umum. 104 Dari peraturan di atas dapat dikatakan bahwa ada dua pihak yang dapat bertindak selaku wali amanat. Namun sampai saat ini, belum ada peraturan pemerintah atau keputusan Bapepam yang menetapkan pihak-pihak selain bank umum untuk dapat bertindak sebagai wali amanat, 105 sehingga satu-satunya pihak yang dapat menjadi wali amanat ialah bank umum. Tidak semua bank umum dapat menjadi wali amanat, walaupun dalam Undang-Undang Perbankan disebutkan bahwa salah satu kegiatan usaha bank umum adalah sebagai wali amanat. Sebelum bank umum bertindak sebagai wali amanat, bank umum tersebut haruslah terlebih dahulu terdaftar di Bapepam. 106 Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-36/PM/1996 tentang Pendaftaran Bank Umum sebagai Wali AManat (Peraturan Bapepam No. IV.C.2) menentukan 103 Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 53 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. 105 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 78. 106 Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Pasal 53 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. 104 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. bahwa permohonan pendaftaran bank umum sebagai wali amanat diajukan kepada Bapepam dalan rangkap 4 (empat) yaitu dengan menggunakan Formulir Nomor VI.C.2-1. Permohonan pendaftaran tersebut harus disertai dengan dokumendokumen sebagai berikut: 1. Anggaran Dasar. 2. Nomor Pokok Wajib Pajak 3. Izin usaha sebagai bank umum. 4. Laporan keuangan tahun terakhir yang tealh diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam. 5. Rekomendasi dari Bank Indonesia. 6. Buku Pedoman operasional tentang kegiatan wali amanat yang akan dilakukan; yang memuat sekurang-kurangnya: a. Struktur organisasi bank dan struktur organisasi wali amanat. b. Daftar pegawai dan pembagian kerja pada kegiatan perwaliamanatan. 7. Pernyataan direksi yang memuat bahwa administrasi kegiatan wali amanat terpisah dari kegiatan bank lainnya. 8. Daftar nama direktur serta komisaris disertai daftar riwayat hidup dan Kartu Tanda Penduduk. 9. Daftar pejabat penanggung jawab dan tenaga ahli di bidang perwaliamanatan disertai dengan: a. Daftar riwayat hidup. b. Kartu tanda Penduduk c. Bukti kewarganegaraan bagi warga megara asing. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. d. Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA) bagi warga negara asing. e. Ijazah pendidikan formal terakhir. 10. Pertimbangan yang bersifat teknis seperti kesiapan tenaga ahli di bidang perwaliamanatan. Setelah bank Umum mengajukan permohonan pendaftaran kepada Bapepam, maka dalam jangka waktu 45 hari sejak diterimanya permohonan tersebut Bapepam wajib memberikan pemberitahuan kepada pemohon (Bank Umum) tentang permohonan tersebut. Pemberitahuan tersebut dapat berupa: 107 1. Menyatakan permohonan tidak lengkap dengan menggunakan Formulir Nomor VI.C.2-22, atau 2. Menyatakan permohonan ditolak dengan menggunakan Formulir Nomor VI.C.2-3, atau 3. Menyatakan permohonan memenuhi syarat dan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 45 hari sejak diterimanya permohonan ini, Bapepam memberikan Surat Tanda Terdaftar Wali Amanat kepada pemohon dengan Formulir VI.C.2-4. C. Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal Indonesia Sesuai yang telah diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal bahwa wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang/obligasi baik di dalam maupun di luar pengadilan, sehingga dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya wali amanat dituntut harus selalu 107 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 80. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. mengedepankan serta mengutamakan kepentingan pemegang kreditur(obligasi). Berkenaan dengan fungsinya untuk mewakili pemegang efek yang bersifat utang, Tanggung jawab wali amanat terkait dengan fungsinya sebagai wakil pemegang efek bersifat utang sekurang-kurangnya meliputi: 108 1. Sebelum proses emisi Sebelum proses emisi dimulai, maka wali amanat selaku fungsinya sebagai wakil pemegang efek bersifat utang calon emiten, penelitian ini mencakup: a. Analisa laporan keuangan emiten untuk memantau keadaan keuangan emiten. b. Meneliti legalitas dari emiten. 2. Saat proses emisi. Terbagi atas: a. Menetukan hak-hak para pemegang efek bersifat utang atau obligasi, yang mencakup: 1. Hak pembayaran bunga. 2. Hak pembayaran pokok. 3. Penentuan tanggal-tanggal untuk pembayaran bunga. 4. Hak untuk memperoleh informasi mengenai jaminan (preferen ayau tidak preferen). 5. Hak untuk mengetahui rating obligasi. 6. Hak untuk memperoleh laporan-laporan dari emiten. 7. Hak untuk memperoleh pemberitahuan apabila terjadi kejadian penting dari emiten. 108 Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal, Op. cit., hlm. 15-16. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Membuat kontrak atau perjanjian perwaliamanatan c. Setelah emisi efek bersifat utang atau obligasi, yang mencakup: 1. Memantau pemenuhan kewajiban emiten yang tercantum dalam perjanjian perwaliamanatan. 2. Memberitahukan kepada pemegang efek bersifat utang atau obligasi, emiten Bapepam, apabila terdapat kejadian penting. 3. Menyelelnggarakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) apabila diperlukan. 4. Melaksanakan keputusan RUPO. Dalam upaya wali amanat dalam melindungi pemegang efek bersifat utang atau obligasi, beberapa hal yang dilakukan antara lain: 109 1. Sebelum emisi efek bersifat utang atau obligasi, meliputi: a. Menganalisa data-data historis emiten, yaitu dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan emiten untuk mengetahui kinerja dan keadaan keuangan emiten. b. Mempelajari data-data dari konsultan hukum yang ditunjuk dalam emisi tersebut, yaitu berupa legal opinion dan legal audit. 2. Proses emisi efek bersifat utang atau obligasi, meliputi: a. Menentukan dan memantau hak-hak pemegang efek bersifat utang atau obligasi, yang terdiri dari: 1. Besarnya bunga obligasi. 2. Cara pembayaran bunga. 109 Ibid., hlm. 16-17. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 3. Tanggal pembayaran bunga. 4. Penyediaan dana untuk membayar bunga dan pokok obligasi. 5 Memantau penggunaan dana yang diperoleh dari emisi efek bersifat utang atau obligasi. 6. Menetukan jaminan yang dijaminkan untuk pemegang efek bersifat utang atau obligasi. b. Menetapkan covenant-covenant dalam perjanjian perwaliamanatan yang harus dipenuhi emiten selama jangka waktu efek bersifat utang atau obligasi dengan memperhatikan struktur obligasi, kinerja dan proyeksi keuangan, struktur jaminan. c. Melakukan pengecekan, perhitungan dan pengikatan jaminan obligasi (jika ada). 3. Setelah emisi meliputi: a. Pengawasan dan pemantauan kepatuhan serta pelaksanaan kewajiban berdasarkan kewajiban perjanjian perwaliamanatan atau dokumen lainnya yang mencakup: 1. Analisis kinerja keuangan secara periodik. 2. Kepatuhan atas covenant pada perjanjian perwaliamanatan. 3. Penggunaan data. 4. Pemenuhan kewajiban emiten terhadap pemegang efek bersifat utang atau obligasi. 5. Monitoring jaminan (nilai maupun pengikatannya). Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Penyampaian laporan kepada Bapepam, Bursa Efek dan pemegang obligasi dalam hal terjadi potensi kelalaian atau kelalaian yang dilakukan oleh emiten atau terjadi keadaan yang dapat membahayakan kepentingan pemegang obligasi. c. Melaksanakan keputusan RUPO. d. Pemberian keterangan atau perhitungan yang sewaktu-waktu diminta RUPO maupun Bapepam. Pada dasarnya wali amanat tidak memiliki kewajiban kepada emiten oleh karena wali amanat tidaklah memiliki hubungan dengan emiten. Walaupun perjanjian perwaliamanatan dibuat dan ditandantangani oleh emiten dan wali amanat, penandatanganan tersebut dilakukan oleh wali amanat dalam kapasitasnya sebagai wakil investor pemegang obligasi. Segala tindakan yang dilakukan oleh wali amanat adalah untuk kepentingan investor pemegang obligasi. Demikian juga dengan seluruh janji-jani yang diberikan oleh emiten dalam perjanjian perwaliamanatan adalah janji yang melahirkan perikatan yang wajib dipenuhi oleh emiten kepada investor pemegang obligasi yang dalam hal ini diwakilkan oleh wali amanat. Sebagai suatu bentuk perikatan yang sempurna, maka setiap janji wali amanat melahirkan tidak hanya kewajiban, melainkan juga pertanggung jawaban perdata pada diri wali amanat, yang dijamin dengan harta kekayaanya sesuai Pasal 1131 KUH Perdata. Sebagai wakil investor pemegang obligasi, antara wali amanat dan seluruh investor pemegang obligasi tersebut terdapat suatu hubungan Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. kepercayaan (fiduciary relation). 110 Berdasarkan pada hubungan kepercayaan tersebut, wali amanat dihadapkan pada kewajiban untuk melakukan segala tindakan hanya untuk kepentingan dari seluruh investor dan menghindari terjadinya benturan kepentingan antara kepentingan wali amanat dengan kepentingan investor pemegang obligasi yang tercermin dalam bentuk kewajiban wali amanat kepada investor pemegang obligasi. Selama dan sepanjang wali amanat telah melaksanakan tugasnya dan memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam perjanjian perwaliamanatan dan tidak melakukan tindakan pengambilan keuntungan pribadi dalam suatu transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, melakukan kelalaian berat, atau kecurangan, merugikan kepentingan satu atau lebih investor pemegang obligasi, maka wali amanat tidaklah dapat dimintakan pertanggungjawabannya. 110 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit., hlm. 11. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Bab IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI WALI AMANAT DALAM MENJALANKAN KEWAJIBANNYA DI PASAR MODAL A. Kewajiban Wali Amanat Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa investor merupakan salah satu aktor penting dalam penerbitan obligasi. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan hukum yang memadai terhadap investor. Perlindungan hukum yang memadai tersebut akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap emiten khususnya, dan terutama terhadap pasar modal Indonesia pada umumnya. Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh wali amanat dalam menjalankan tugasnya di pasar modal. 1. Kewajiban-kewajiban langsung wali amanat terhadap investor pemegang obligasi: 111 a. Bertanggung jawab kepada pemegang obligasi untuk setiap kerugian yang diderita akibat dari kelalaian, kecerobohan atau tindakan-tindakan yang disebabkan adanya pertentangan kepentingan dalam hubungannya dengan tugas wali amanat. 112 b. Menyajikan informasi lengkap secara terbuka mengenai kualifikasinya sebagai wali amanat dalam prospektus. 111 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 105-109. 112 Pasal 53 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. c. Memberikan laporan kepada Bapepam sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pasar modal dan kepada pemegang obligasi melalui KSEI dalam hal wali amanat mengetahui: (1) Emiten lalai atau melanggar ketentuan yang tercantum dalam perjanjian perwaliamanatan dan/atau perjanjian lain yang dibuat sehubungan dengan emisi obligasi. (2) Terjadi keadaan yang dapat membahayakan kepentingan pemegang obligasi berupa ketidakmampuan emiten untuk melaksanakan kewajibannya kepada pemegang obligasi, perjanjian perwaliamanatan dan/atau perjanjian-perjanjian lain yang dibuat sehubungan dengan emisi obligasi. d. Memanggil dan menyelenggarakan RUPO, sebelum mengambil tindakan atas nama pemegang obligasi berdasarkan perjanjian perwaliamanatan atau cara-cara lain yang dimaksudkan dalam perjanjian perwaliamanatan. e. Berkewajiban untuk melakukan semua tindakan baik di luar maupun di dalam pengadilan sehubungan dengan pelaksanaan hak-hak pemegang obligasi atas jaminan sebagaimana dimaksud dalam perjanjian perwaliamanatan berdasarkan setiap perjanjian pengikatan jaminan dan perjanjian perwaliamanatan. f. Wali amanat memberi semua keterangan dan perhitungan sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya sewaktu-waktu dimintai oleh KSEI, RUPO, dan Bapepam. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. g. Berkewajiban melakukan verifikasi atas KTUR yang diserahkan oleh pemegang obligasi berdasarkan spesifikasi dan daftar penerbitan KTUR yang diterbitkan dan disampaikan oleh KSEI kepada wali amanat dan emiten. h. Berkewajiban untuk tidak mengambil tindakan yang bertentangan dengan keputusan RUPO. i. Mengawasi dan memantau pelaksanaan kewajiban-kewajiban emiten berdasarkan perjanjian perwaliamanatan, obligasi, pengakuan utang, dan berdasarkan perjanjian-perjanjian dan dokumen lain. j. Berkewajiban untuk melakukan semua tindakan baik di luar maupun di dalam pengadilan sehubungan dengan penagihan pembayaran kepada emiten, baik yang berupa jumlah pokok obligasi, bunga obligasi ataupun jumlah-jumlah lain yang harus dibayar oleh emiten berdasarkan obligasi, perjanjian perwaliamanatan dan/atau pengakuan utang serta perjanjia dan/atau dokumen-dokumen lain. k. Berkewajiban untuk memberitahukan secara tertulis mengenai telah berakhirnya pelaksanaan RUPO kepada KSEI. l. Memberikan nasihat yang diperlukan oleh Emiten sehubungan dengan perjanjian perwaliamanatan dan melakukan kegiatan lain sehubungan dengan tugas wali amanat. m. Mengambil tindakan yang sah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan sebagaimana diputuskan oleh pemegang obligasi dalam RUPO. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. n. Berhak menerima fotokopi bukti penyetoran dari emiten sehubungan dengan pembayaran bunga obligasi dan/atau pokok obligasi pada hari yang sama saat dilakukan penyetoran tersebut. o. Berhak untuk menerima pemberitahuan dari KSEI mengenai jumlah dana yang wajib dibayar oleh emiten untuk pembayaran bunga obligasi dan pelunasan pokok obligasi selambat-lambatnya 2 hari kerja sebelum tanggal pembayaran bunga obligasi atau tanggal pelunasan pokok obligasi. p. Berhak untuk menerima pemberitahuan dari KSEI mengenai pelaksanaan pembayaran bunga obligasi atau pelunasan pokok obligasi, termasuk dalam hal tidak dilaksanakanannya pembayaran karena kegagalan atau keterlambatan emiten dalam menyediakan dana yang cukup, selambatlambatnya 1 hari kerja setelah tanggal pelunasan pokok obligasi. q. Berhak untuk menerima daftar dari KSEI yang memuat rincian KTUR berikut spesifikasi dan specimen KTUR yang dikeluarkan oleh KSEI selambat-lambatnya 1 hari kerja sebelum pelaksanaan RUPO. 2. Kewajiban emiten terhadap investor pemegang obligasi melalui wali amanat, antara lain: 113 a. Mengagunkan atau menggadaikan baik sebagian maupun seluruh hartanya dari wali amanat untuk tidak melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. mengagunkan atau menggadaikan baik sebagian maupun seluruh hartanya yang telah ada maupun yang akan diperoleh dikemudian hari kecuali: 113 Ibid., hlm. 110-113. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. a. Fasilitas pinjaman dengan agunan atau jaminan yang telah ada. b. Fasilitas pinjaman baru yang menggantikan porsi pinjaman dari kreditur yang telah ada sekarang yang dijamin dengan harta yang sama. c. Jaminan yang diperlukan sehubungan dengan usaha emiten dan/atau rekening bank emiten. d. Jaminan yang diperlukan sehubungan dengan usaha emiten seharihari mencakup jaminan untuk mengikuti tender, menjamin pembayaran bea masuk dan/atau untuk pembayaran sewa. e. Agunan untuk pembiayaan perolehan aktiva yang akan menjadi objek agunan untuk pembiayaan tersebut. f. Agunan atas pengeluaran Letter of Credit dan bank garansi yang biasa digunakan dalam pembelian barang. g. fasilitas pinjaman baru dengan agunan atau jaminan diluar poin (2) sampai dengan poin (6) atas yang jumlahnya tidak melebihi dari 50% keuangan audited yang terakhir. 2. Memberikan jaminan-jaminan kepada pihak lain (penanggungan) atas kewajiban pihak lain tersebut kecuali untuk kebutuhan operasional sehari-hari dari emiten dan anak-anak perusahaannya. 3. Melakukan pengeluaran obligasi atau utang baru. 4. Mengurangi modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor emiten. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 5. Melakukan penggabungan, konsolidasi yang menyebabkan bubarnya emiten dan/atau anak perusahaannya (yang dimiliki lebih dari 51% oleh emiten) dan/atau pembelian, penyertaan saham kecuali jika transaksi tersebut dilalukan dalam usaha inti emiten, atau dalam satu transaksi atau gabungan transaksi dalam satu tahun berjalan tidak melebihi 10% dari pendapat atau 20% dari ekuitas emiten berdasarkan laporan keuangan audited yang terakhir. 6. Melakukan pengalihan aktiva tetap produktif emiten dan/atau anak perusahaan, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali jika penjualan atau pengalihan aktiva tetap produktif tersebut dalam satu tahun berjalan tidak melebihi 10% dari pendapatan atau 20% dari ekuitas emiten berdasarkan laporan keuangan audited yang terakhir. 7. Mengadakan perubahan bidang usaha yang berbeda dari usaha inti emiten dan/atau memberikan izin atau persetujuan kepada anak perusahaan untuk mengadakan perubahan bidang usaha yang mengakibatkan perubahan terhadap usaha inti emiten atau anak perusahaan. b. Memenuhi semua ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan dan perjanjian lainnya sehubungan dengan emisi. c. Segera memberitahukan secara tertulis kepada wali amanat setelah menyadari terjadinya kelalaian atas setiap peristiwa penting yang dapat menimbulkan kelalaian atau adanya pemberitahuan mengenai kelalaian yang diberikan oleh kreditur emiten. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. d. Menyampaikan kepada wali amanat: Laporan keuangan konsolidasi tahunan emiten yang telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam, selambat-lambatnya 120 hari setelah berakhirnya tiap tahun buku: 1. Laporan-laporan keuangan konsolidasi tengah tahunan emiten, dalam waktu 60 hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika disertai laporan akuntan publik emiten yang terdaftar di Bapepam yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Laporan keuangan konsolidasi triwulan selambat-lambatnya 60 hari kalender sejak akhir tanggal laporan triwulan. 3. Laporan-laporan yang disampaikan kepada Bapepam. 4. Salinan resmi akta perjanjian perwaliamanatan dan akta-akta lainnya yang dibiuat sehubungan dengan emisi obligasi ini. e. Memberitahukan secara tertulis kepada wali amanat. 1. Setiap hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). 2. Setiap perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. 3. Hasil pemeringkatan ulang (annual review ataupun special review) oleh perusahaan pemeringkat yang telah mendapat izin dari Bapepam. Hubungan hukum atau kewajiban emiten terhadap wali amanat tersebut hanya sebatas mengenai harta kebendaan emiten yang dijadikan jaminan atas pelunasan obligasi. Perlindungan hukum terhadap investor dapat diwujudkan Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. melalui pengaturan dan dan pembatasan terhadap hak dan kewajiban emiten, wali amanat, dan investor baik melaui undang-undang maupun perjanjian. Emiten bertindak dengan menyerahkan harta bendanya sebagai jaminan kepada wali amanat dengan tujuan untuk kepentingan investor pemegang obligasi. Harta kebendaan yang diserahkan oleh emiten merupakan jaminan atas pelunasan obligasi yang telah diterbitkan, yang merupakan suatu hak kebendaan yang bersifat terbatas. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 528 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa atas sesuatu kebendaan, seorang dapat mempunyai, baik suatu kedudukan, baik hak milik, baik hak waris, baik hak pakai hasil, baik hak pengabdian tanah, baik hak gadai, atau hipotek. Harta kebendaan milik emiten yang dijadikan jaminan pelunasan obligasi merupakan suatu hak kebendaan yang bersifat terbatas (jura in re aliena). Jura in re aliena adalah suatu hak kebendaan yang terbatas yang dimiliki oleh seorang atau suatu badan (hukum) tertentu di atas suatu kebendaan yang dengan hak kebendaan yang lebih luas atau lebih tinggi tingkatannya. 114 Dikarenakan hak atas harta kebendaan yang diserahkan oleh emiten kepada wali amanat merupakan suatu jaminan yang memiliki hak kebendaan yang terbatas, maka antar emiten dengan wali amanat masih terdapat hubungan hukum, sepanjang yang berkaitan dengan harta kebendaan emiten yang dijadikan sebagai jaminan atas pelunasan obligasi. 114 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Kebendaan pada Umumnya, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 230., seperti yang dikutip oleh Gunawan Widjaja & Jono dalam bukunya Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 115. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Selain itu wali amanat dalam hal tidak ada jaminan kebendaan, wali amanat merupakan pemegang hak gugatan perorangan dan satu-satunya pelaksanan hak gugatan perorangan yang dimiliki seluruh investor pemegang obligasi. Dalam hal ini, benda yang dimiliki wali amanat adalah gugatan perorangan yang kewenangannya berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal dan perjanjian perwaliamanatan diserahkan kepada wali amanat. Tidak ada seorang investor pun yang dapat melaksanakan hak gugatan perorangan tersebut. B. Perdebatan antara Emiten dan Wali Amanat Dalam menjalankan perannya sebagai wali amanat, tidak selalu berjalan dengan mulus, selalu ada saja hal yang diperdebatkan dengan emiten dalam hal pemenuhan kewajibannya terhadap investor pemegang obligasi. Berikut merupakan beberapa hal yang sering menjadi perdebatan antara emiten dengan wali amanat antara lain: 115 1. Wali amanat mengharapkan dalam penerbitan efek bersifat utang sedapat mungkin terdapat ketentuan pengaman, antara lain dengan adanya jaminan khusus atau agunan, sinking fund, dan kewajiban melakukan pemeringkatan setahun sekali. Ketentuan yang memberikan kepastian terhadap pembayaran utang pokok umumnya diharapkan tercantum dalam kontrak, seperti halnya kewajiban melaporkan rencana pembayaran pokok setahun sebelum jatuh tempo, pernyataan kesanggupan membayar utang pokok enam bulan sebelum jatuh tempo, serta membuktikan adanya dana untuk pelunasan utang pokok 115 Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op. cit., hlm. 45-47. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. sebulan sebelum jatuh tempo. Dipihak emiten umumnya memandang hal tersebut tidak perlu dicantumkan. 2. Dalam ketentuan mengenai pembelian kembali efek bersifat utang, wali amanat mengharapkan ada ketentuan mengenai keterbukaan informasi sebelum pelaksanaan buyback, serta ketentuan yang jelas mengenai hak-hak efek bersifat utang yang dibuyback, seperti: adakah hak suara maupun hak bunga, dan lain-lain. Dalam kondisi terjadinya wanprestasi, wali amanat juga mengharapkan emiten tidak dapat melakukan buy back. Selama ini, karena belum ada peraturan perundang-undangan yang tegas mengaturnya maka pengaturannya dalam kontrak perwaliamanatan masih ketergantungan kesepakatan para pihak. 3. Wali amanat merasa perlu memasukkan ketentuan kewajiban dan pembatasan yang harus dipenuhi oleh emiten, dengan maksud untuk mempermudah dalam melakukan pengawasan kepada emiten. Pembatasan tersebut misalnya, larangan membuat hutang baru, larangan membayar dividen tunai, larangan melakukan merger dan konsolidasi, serta kewajiban mempertahankan rasiorasio keuangan tertentu. Di pihak emiten, sedapat mungkin pembatasan dan kewajiban tersebut tidak memberatkan sehingga apabila terjadi sedikit pelanggaran tidak mengakibatkan emiten dinyatakan wanprestasi atas kontrak perwaliamanatan. Belum adanya standar rasio-rasio keuangan yang berlaku pada industri-industri tertentu terkadang juga menyulitkan wali amanat untuk memperoleh kesepakatan dengan pihak emiten. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 4. Ketentuan mengenai tata cara dan korum RUPO, khususnya untuk menentukan perubahan ketentuan-ketentuan penting dalam kontrak perwaliamanatan seperti bunga, jangka waktu dan pokok efek bersifat utang. Korum untuk meminta persetujuan perubahan hal-hal yang penting dalam kontrak perwaliamanatan sudah sewajarnya lebih besar daripada RUPO yang membahas lain. 5. Besarnya denda keterlambatan pembayaran kewajiban bunga maupun pokok saat ini belum ada dasar acuan yang dapat dipakai oleh para pihak. C. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Wali Amanat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di Pasar Modal Indonesia. Wali amanat bertugas mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang (masyarakat pemodal) berdasarkan kepercayaan. Maka dari itu wali amanat diharapkan dapat menjalankan dan melaksanakan kewajibannya secara indepen dan netral. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya ada beberapa permasalahan yang dihadapi wali amanat antara lain : 1. Keberadaan wali amanat: 116 a. Dalam suatu penerbitan efek bersifat utang, emiten merupakan pihak yang berwenang menunjuk dan membayar jasa suatu lembaga untuk bertindak sebagai wali amanat. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai sejauhmana hal tersebut berpengaruh terhadap hubungan emiten dengan wali amanat. Pertanyaan ini sering mengingat tugas utama dari wali 116 Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 40-41. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. amanat adalah mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang untuk mengawasi emiten sendiri. Menerima penunjukan sebagai wali amanat bagi bank umum berarti mendapatkan lahan bisnis dari pihak emiten. Sementara itu, emiten berkuasa dalam menentukan siapa yang dia tunjuk untuk menjadi wali amanat. Posisi yang tidak seimbang antara keduanya tersebut seringkali menimbulkan keraguan berkaitan dengan independensi wali amanat ketika harus berhadapan dengan emiten. b. Dalam penunjukkan profesi dan lembaga yang terlibat dalam penawaran umum efek bersifat utang, seringkali wali amanat merupakan pihak yang terakhir kali dihubungi untuk terlibat didalamnya. Padahal dalam menentukan keputusan apakah bersedia menjalankan tugasnya, wali amanat perlu terlebih dahulu mempelajari dengan cermat, kondisi emiten dan struktur penawaran efek bersifat utang tersebut. Tanpa diberi waktu yang cukup untuk mempelajari dan menganalisi dengan baik maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja wali amanat dalam merundingkan ketentuan-ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan dengan emiten. c. Selama ini belum ada suatu kode etik yang mengatur hubungan antara wali amanat dengan emiten, hubungan wali amanat dengan pemegang efek bersifat utang dan hubungan antar sesama wali amanat. Hal ini sering menimbulkan permasalahan dalam paraktik, seperti misalnya persaingan yang tidak sehat antar sesama wali amanat dalam memperoleh klien. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 2. Benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban wali amanat. Untuk dapat mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang dengan baik, wali amanat harus dapat melepaskan diri dari kondisi-kondisi yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan dalam pekerjaannya. Hal-hal yang dapat menimbulkan benturan kepentingan tersebut antara lain: 117 a. Hubungan kredit dengan emiten. Hubungan kredit antara wali amanat dengan emiten dapat mengakibatkan benturan kepentingan dalam hal kepentingan wali amanat selaku kreditur berbenturan dengan kepentingan wali amanat selaku wakil pemegang efek bersifat utang. 118 Karena kedua posisi tersebut sama-sama memiliki hubungan kredit, maka wali amanat berhadapan dengan pilihan mengenai kepentingan manakah yang harus didahulukan, misalnya dalam hal terdapat kondisi dimana emiten mengarah kepada defaults atas kewajibankewajiban utangnya. Wali amanat dapat memilih mengutamakan tindakan penyelamatan atas kredit yang disalurkannya, akan tetapi hal itu mungkin merupakan pelanggaran tugasnya selaku wali amanat yang harus melakukan tindakan yang terbaik untuk kepentingan pemegang efek bersifat utang. Undang-undang Pasar Modal telah mengamanatkan pembatasan besarnya hubungan kredit antara wali amanat dengan emitennya. Namun, dengan belum adanya peraturan pelaksana mengenai hal tersebut, maka pihak wali amanat belum memiliki dasar pedoman yang pasti mengenai hal ini. 117 118 Ibid. Pasal 51 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. b. Hubungan afiliasi dengan emiten. Hubungan afiliasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat 1 UndangUndang Pasar Modal mungkin terjadi antara wali amanat dengan emiten. Hubungan afiliasi tersebut dapat timbul karena hubungan kekeluargaan, hubungan pengelolaan dan pengawasan, hubungan pengendalian ataupun hubungan kepemilikan saham. Dengan adanya hubungan afiliasi ini, emiten dapat mempengaruhi wali amanat untuk bertindak sesuai kepentingan emiten, sehingga kepentingan pemegang efek menjadi terabaikan. Namun terdapat pengecualian atas hubungan afiliasi ini, yaitu hanya untuk hubungan afiliasi karena kepemilikan saham pemerintah. 119 Larangan ini bertujuan agar wali amanat dapat menjalankan fungsinya secara independen sehingga dapat melindungi kepentingan pemegang efek bersifat utang secara maksimal. 120 c. Hubungan afiliasi dengan penjamin emisi. Dalam suatu penerbitan efek bersifat utang, kepentingan penjamin emisi efek yang utama adalah berkaitan dengan pemasaran efek yang diterbitkan. Penjamin emisi akan cukup puas selama syarat dan kondisi obligasi yang ditawarkan menarik bagi investor. Hal ini berbeda dengan sudut pandang kepentingan wali amanat yang bertindak untuk kepentingan keamanan investasi pemegang efek bersifat utang. Wali amanat harus berusaha sedapat mungkin menegoisasikan syarat-syarat dan kondisi yang 119 Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Op. cit., hlm. 88. 120 Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. terbaik dari sudut kepentingan kreditur. Untuk itu, perlu kiranya terdapat pembatasan atas hubungan afiliasi antara wali amanat dengan penjamin emisi efek agar masing-masing pihak dapat melaksanakan tugasnya secara lebih independent tanpa saling mempengaruhi satu sama lain. d. Bertindak sebagai penanggung pada emisi efek yang sama. Dengan menjadi penanggung atas utang emiten, maka wali amanat sekaligus berdiri pada dua posisi yang berseberangan, yaitu sebagai pihak yang mewakili kreditur dan sebagai pihak yang justru wajib menanggung kewajiban utang debitur (emiten) dalam hal terjadi wanprestasi. Untuk itu Undang-Undang Pasar Modal melarang perangkapan posisi tersebut demi perlindungan kepentingan pemegang efek bersifat utang. 121 Kondisi-kondisi di atas sangat mungkin terjadi dalam praktik kegiatan usaha wali amanat sebagai bank umum. Mengundurkan diri sebagai wali amanat apabila terdapat benturan kepentingan adalah salah satu pilihan yang bisa diambil. Akan tetapi mengingat saat ini jumlah wali amanat di pasar modal Indonesia saat ini masih sangat terbatas, maka hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi emiten untuk memperoleh wali amanat yang bebas dari benturan kepentingan. 122 3. Fungsi dan tugas wali amanat yang tercantum dalam Undang-Undang Pasar Modal belum terdapat pengaturan pelaksanaanya, sehingga hal tersebut mempersulit dalam pelaksanaan kegiatan wali amanat. 121 122 Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Op.cit., hlm. 44. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Konsekuensi hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Pasar Modal kepada wali amanat adalah berupa kewajiban memberikan ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang atas kerugian yang timbul karena kelalaian, kecerobohan atau benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugasnya. Beberapa kesulitan dalam implementasi ketentuan ini antara lain karena sampai saat ini belum ada ketentuan mengenai standar kinerja yang wajib dipenuhi oleh wali amanat, sehingga apabila wali amanat gagal memenuhinya dan timbul kerugian maka pemegang efek dapat menuntut ganti rugi. 4. Ketiadaan pedoman atau standar dalam penyusunan kontrak perwaliamanatan. Kontrak perwaliamanatan pada umumnya disusun atas inisiatif dari pihak emiten sebagai debitur bersama penjamin emisi sebelum penawaran umum dilakukan. Keterlibatan pemegang efek bersifat utang selaku kreditur pada saat itu tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan diwakili oleh wali amanat. Dengan demikian pemegang efek bersifat utang menggantungkan sepenuhnya pada wali amanat dalam melakukan perundingan terhadap ketentuan-ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan. Apakah isi dari kontrak perwaliamanatan yang dihasilkan cukup mewakili aspirasi dan kepentingan pemegang efek, banyak tergantung pada kemampuan wali amanat dalam melaukan perundingan dan negosiasi dengan para pihak terkait, terutama dengan emiten. Namun demikian, pihak wali amanat sendiri sampai saat ini tidak memiliki suatu pedoman yang dapat dijadikan dasar acuan mengenai hal-hal yang harus dimuat dalam kontrak perwalimanatanan agar aspek perlindungan kepentingan Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. pemegang efek tidak terabaikan. 123 Hal ini berakibat wali amanat kurang mampu memasukkan ketentuan-ketentuan yang berguna untuk melindungi kepentingan investor apabila emiten keberatan dengan ketentuan-ketentuan, kewajiban atau pembatasan yang diajukan wali amanat. 5. Tindakan yang diambil wali amanat dalam hal emiten wanprestasi. Dalam kondisi emiten dapat melaksanakan seluruh kewajibannya dengan baik, maka posisi wali amanat saat itu relatif pasif, yaitu hanya memonitor kondisi emiten. Namun, ketika emiten mengalami wanprestasi atau melakukan pelanggaran atas pembatasan dan kewajiban yang ada dalam kontrak perwaliamanatan, maka posisi wali amanat menjadi aktif dalam malaporkan hal tersebut kepada pemegang efek bersifat utang dan melakuan upaya agar emiten dapat memperbaiki pelanggaran tersebut. Dalam hal waktu yang diberikan kepada emiten untuk memperbaiki pelanggaran telah terlampaui maka wali amanat dapat memanggil pemegang efek bersifat utang yang membahas tindakan apa yang harus dilakukan. Dalam kondisi yang paling buruk, wali amanat harus berhadapan dengan emiten untuk memperjuangkan hak-hak pemegang efek lewat institusi peradilan. Dalam hal demikian, wali amanat akan mengalami kesulitan terutama dalam hal pembiayaan proses litigasi tersebut. Bila dilihat besarnya imbalan jasa yang diterima wali amanat selama ini, maka sangat tidak mungkin wali amanat harus menanggung biaya yang tidak sedikit tersebut. 124 123 124 Ibid., hlm. 45. Ibid., hlm. 47. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas yang menjelaskan tentang Analisis Yuridis Peran dan Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, maka beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain: 1. Dalam praktek penerbitan efek bersifat utang (obligasi) di Pasar Modal Indonesia, hal-hal pokok yang lazim diperjanjikan sehingga membentuk suatu pola kontrak perwaliamanatan, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Defenisi b. Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum c. Penunujukan Wali Amanat oleh Emiten d. Tugas, Hak dan Kewajiban Wali Amanat, serta Berhentinya Wali Amanat e. Imbalan Jasa Wali Amanat f. Syarat-syarat Efek Bersifat Utang/Obligasi g. Pembatasan-pembatasan dan Kewajiban Emiten h. Kuasa Pemegang Obligasi Kepada Wali Amanat i. Pernyataan dan Jaminan Wali Amanat j. Kelalaian Emiten k. Tata cara Rapat Umum Pemegang Obligasi l. Jaminan m. Kelalaian Wali Amanat Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. n. Pernyataan dan Jaminan Emiten o. Keadaan Memaksa (Force Majeure) p. Pemberitahuan q. Ketentuan-ketentuan Lain r. Penyelesaian Perselisihan 2. Wali amanat di pasar Modal memiliki peran tanggung jawab sebagai berikut: a. Menganalisa data-data historis emiten serta mempelajari data-data dari konsultan hukum. b. Menentukan dan memantau hak-hak pemegang efek bersifat utang atau obligasi. c. Menetapkan covenant-covenant dalam perjanjian perwaliamanatan yang harus dipenuhi emiten selama jangka waktu efek bersifat utang atau obligasi. d. Pengawasan dan pemantauan kepatuhan serta pelaksanaan kewajiban berdasarkan kewajiban perjanjian perwaliamanatan. e. Penyampaian laporan kepada Bapepam, Bursa Efek dan pemegang obligasi dalam hal terjadi potensi kelalaian. f. Melaksanakan keputusan RUPO. g. Pemberian keterangan atau perhitungan yang sewaktu-waktu diminta RUPO maupun Bapepam. 3. Secara umum terdapat 5 (lima) masalah pokok yang dihadapi wali amanat dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, yaitu: Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. a. Ketidaksejajaran kedudukan wali amanat dengan emiten, karena penunjukkan dan pembayaran imbalan jasa wali amanat dilakukan oleh wali amanat dengan pemegang efek bersifat utang, dengan emiten dan dengan sesama wali amanat. b. Benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas wali amanat dapat terjadi karena adanya hubungan kredit dan afiliasi dengan emiten, hubungan afiliasi dengan penjamin emisi efek bersifat utang, serta wali amanat bertindak sebagai penanggung atas efek bersifat utang yang diwaliamanatinya. c. Fungsi dan Tugas Wali Amanat yang tercantum dalam Undang-Undang Pasar Modal belum terdapat pengaturan pelaksananya, sehingga hal tersebut mempersulit dalam pelaksanan kegiatan wali amanat. d. Ketiadaan pedoman atau standar dalam penyusunan kontrak perwaliamanatan. Hal tersebut mengakibatkan wali amanat dan emiten tidak mempunyai dasar acuan dalam merundingkan ketentuan-ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan, sehingga dalam praktiknya hal tersebut tergantung pada posisi tawar dan kemampuan negosiasi masing-masing pihak. e. Tindakan wali amanat dalam hal emiten wanprestasi, maka kesulitan utama yang muncul adalam permasalahan pembiayaan dalam hal terjadinya sengketa dengan emiten yang harus diselesaikan lewat badan peradilan. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. B. Saran Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Dalam pelaksanaan tugasnya, wali amanat dituntut mampu bersikap profesional dan independen agar aspek perlindungan terhadap investor selalu terjaga. Untuk itu beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas terebut harus dibatasi dan diawasi pemenuhannya oleh Bapepam, antara lain: a. Tidak boleh terdapat hubungan afiliasi sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Pasar Modal, antara wali amanat dengan emiten dan pemjamin emisi efek bersifat utang. Pengecualian yang diperbolehkan hanya dalam hal hubungan afiliasi tersebut terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal pemerintah. b. Hubungan kredit yang mungkin timbul antara wali amanat dengan emiten perlu dibatasi dalam jumlah yang tidak melebihi antara 10% sampai dengan 30% dari nilai pokok efek bersifat utang yang diterbitkan emiten. c. Wali amanat tidak boleh menjadi penanggung (guarantor) atas utang efek bersifat utang dimana ia bertindak sebagai wali amanat. 2. Perlu disusun pedoman mengenai kontrak perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia. Bapepam selaku regulator dengan mempertimbangkan masukanmasukan dari berbagai pelaku pasar yang berkepentingan, perlu menyusun suatu pedoman yang dapat dijadikan dasar oleh para pihak dalam penyusunan kontrak perwaliamanatan. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. Sebagai salah satu landasan hukum utama bagi para pihak yang terlibat, pedoman kontrak perwaliamanatan dirasakan perlu mengatur ketentuan minimal yang harus dimuat berkenaan dengan aspek hubungan para pihak, hak dan kewajiban emiten dan pemegang obligasi, tugas dan tanggung jawab wali amanat, pembatasan-pembatasan, konsekuensi hukum, dan lain sebagainya. Beberapa masukan mengenai isi ketentuan pedoman kontrak perwaliamanatan tersebut, antara lain: a. Penggunaan dana hasil emisi efek bersifat utang perlu diatur secara rinci. b. Wali amanat perlu secara aktif memonitor hal tersebut dan perlu ada konsekuensi hukum atas kegagalan wali amanat memnuhi tugas tersebut. c. Adanya jaminan khusus, sinking fund dan kewajiban melakukan pemeringkatan secara berkala merupakan hal yang dapat memberikan keamanan bagi pihak pemegang efek bersifat utang. d. Perlu adanya pengaturan secara lebih rinci mengenai pemberian ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang atas kelalaian wali amanat dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana disebut dalam Pasal 53 Undangundang Pasar Modal. e. Penunjukan dan masa jabatan wali amant perlu didasarkan pada kinerja wali amanat dalam melaksanakan tugasnya. f. Ketentuan mengenai rincian pembatasan hak dan kewajiban wali amanat terhadap emiten merupakan hal yang penting dalam kontrak perwaliamanatan. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. 3. Profesionalisme wali amanat perlu didukung dengan adanya suatu kode etik dan standar profesi wali amanat. Hal ini membantu wali amanat dalam bertindak untuk mewakili kepentingan pemegang efek. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. DAFTAR PUSTAKA I. BUKU Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004. Anoraga, Panji dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal; Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: PT. Grasindo, 2007. Nasarudin, M. Irsan dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008. Nasution, Bismar, Hukum Pasar Modal, Diktat Kuliah di FH-USU, 2008 yang disampaikan pada tanggal 10 Februari 2009. Setiadi, A., Obligasi dalam Perspektif Hukum Indonesia, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 1996. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007. Suggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990. Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal: Cetakan-2, Yogyakarta: UPPAMP YKPN, 2000. Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Obligasi dan SUKUK, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Widjaja, Gunawan dan Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung Jawab wali Amanat dalam Pasar Modal, Jakarta: Kencana, 2006 _______, Transplantasi Trust, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. II. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Kitab Undang Undang Hukum Perdata Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal Keputusan Menteri keuangan Nomor 696/KMK.011/1985 tentang Lembaga Penunjang Pasar Modal. Peraturan Bapepam Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank umum sebagai Wali Amanat, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di Bidang Pasar Modal. Peraturan BAPEPAM Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran bank Umum sebagai Wali Amanat. Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.1 tentang Laporan Wali Amanat. Peraturan BAPEPAM Nomor X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali Amanat. Peraturan Bapepam Nomor X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010. III. Internet http://www.beapreneur.blogspot.com/2009/02/lembaga-penunjang-pasarmodal.html, diakses pada tanggal 5 September 2009. http://www.blog.keuanganpribadi.com/mengenal-investasi-obligasi/, tanggal 5 September 2009. diakses http://www.detikfinance.com/read/2008/08/01/164211/981544/479/wali-amanat dilarang-punya-hubungan-kredit-dengan-emiten, diakses tanggal 5 September 2009. http://www.hernathesis.multiply.com/reviews/item/7, diakses tanggal 5 September 2009. http://www.legalitas.org/?q=node/323, diakses pada tanggal 12 September 2009. http://www.wikipedia.org/wiki/Obligasi, diakses tanggal 12 September 2009. Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia; Departemen Keuangan Republik Indonesia; Badan Pengawas Pasar Modal;Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, 2005, http://www.bapepam.go.id, diakses pada tanggal 27 Agustus 2009. www.obligasiritel.go.id., Perjelasan Obligasi atas Laporan Departemen Keuangan, Siaran Pers (Jakarta: 1 Mei 2006), diakses tanggal 7 Agustus 2009. www. Endjivanhouten. com, diakses tanggal 12 September 2009. www.vibiznews.com/knowledge/stocks/Mengenal%20Pasar%20Modal, diakses tanggal 5 September 2009. Ingrid Gratsya Zega : Tinjauan Yuridis Peran Dan Tanggung Jawab Wali Amanat Di Pasar Modal, 2010.