bab 2 kajian pustaka, kerangka pemikiran dan rancangan hipotesis

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
RANCANGAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2012) Manajemen melibatkan aktivitasaktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Manajemen juga
berupaya untuk menjadi efektif, dengan menyelesaikan beberapa tugas demi
terwujudnya sasaran-sasaran organisasi.
Menurut Hasibuan (2007) manajemen merupakan sebuah ilmu dan juga seni
yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi, berdasarkan kedua teori diatas, manajemen adalah ilmu sekaligus seni
yang mempelajari tentang proses pengkoordinasian dan pengawasan dalam
memanfaatkan sumber daya manusia secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu.
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Marwansyah (2010:3) Manajemen sumber daya manusia dapat
diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang
dilakukan malalui fungsi-fungsi perencanaan sumbar daya manusia, rekrutmen dan
seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan
karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja,
dan hubungan industrial.
Menurut Mathis dan Jackson (2006)
Manajemen sumber daya manusia
adalah ranangan sistem-sistem formal untuk memastikan penggunaan bakat manusia
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Mathis juga menyebutkan bahwa aktivitas manajemen sumber daya manusia
berfokus pada :
1. Produktivitas.
Diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada
produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di
sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem
manajemen
2. Kualitas.
Kualitas suatu barang/ jasa akan sangat mempengaruhi
kesuksesan jangka
panjang suatu organisasi.Bila suatu organisasi memiliki reputasi sebagai
penyedia barang/jasa yang kualitasnya buruk, perkembangan dan kinerja
organisasi tersebut akan berkurang.
3. Pelayanan.
Sumber daya manusia sering kali terlibat pada proses produksi barang/jasa.
Manajemen sumber daya manusia harus disertakan pada saat merancang proses
tersebut. Pemecahan masalah harus melibatkan semua karyawan, tidak hanya
manajer, karena sering kali membutuhkan perubahan pada budaya perusahaan,
gaya kepemimpinan dan kebijakan sumber daya manusia.
Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen sumber daya manusia haruslah
terdiri dari aktivitas - aktivitas yang saling berkaitan. Aktivitas sumber daya manusia
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan dan Analisis Sumber.
Aktivitas perencanaan dan analisis sumber daya manusiasumber daya manusia
mempunyai beberapa muka. Dengan perencaan sumber daya manusia, manajer
mencoba untuk mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi pasokan dan
permintaan akan tenaga kerja.
2. Kesetaraan Kesempatan Bekerja.
Kepatuhan pada hokum dan peraturan Kesetaraan Kesempatan Bekerja (Equal
Employment Opportunity-EEO) mempengaruhi aktivitas sumber daya manusia
lainnya dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari manajemen Sumber Daya
Manusia.
3. Perekrutan/ Staffing.
Sasaran dari perekrutan adalah untuk mnyediakan pasokan tenaga kerja yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan organisasi.
4. Pengembangan sumber daya manusia.
Dimulai dari memberikan orientasi pada tenaga kerja baru, pelatihan kerja keterampilan (job-skill training) adalah bagian dari pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia. Pekerjaan pasti akan berevolusi dan berubah, pelatihan
yang berkesinambungan diperlukan untuk tanggap pada perubahan teknologi
5. Kompensasi dan Keuntungan.
Kompensasi diberikan pada tenaga kerja yang melakukan kerja organisasi
seperti dengan pembayaran (pay), insentif, dan keuntungan (benefit). Perusahaan
harus mengembangkan dan selalu memperbaiki system upah dan gaji.
6. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja.
Kesehatan dan keselamatan fisik serta mental tenaga kerja adalah hal yang
utama. Occupational Safety and Health Act (OSHA) atau Undang-Undang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah membuat organisasi lebih tanggap atas
isu kesehatan dan keselamatan.
7. Hubungan Tenaga Kerja dan Buruh / Manajemen.
Hubungan antara manajer dan bawahannya harus ditangani dengan efektif jika
ingin tenaga kerja dan organisasi mau tumbuh bersama. Hak-hak tenaga kerja
harus diperhatikan, tidak perduli apakah ada atau tidak ada serikat tenaga kerja.
Jadi, manajemen sumber daya manusia menurut kami adalah ilmu sekaligus
seni yang mengatur sumber daya manusia di dalam suatu organisasi untuk
menggunakan bakatnya secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan organisasi.
2.2
Motivasi Kerja
2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
tindakan atau tidak pada hakekatnya ada secara internal dan eksternal yang dapat
positif atau negatif mengarahkannya (Ardian 2012:193). Menurut Kreitner dan
Kinicki (2008:210), motivasi adalah kumpulan proses psikologis yang menyebabkan
pergerakan, arahan, dan kegigihan dari sikap sukarela yang mengarah pada tujuan.
Menurut Hashim Zameer et al (2014), “Motivasi karyawan dan kemampuan
mereka berpartisipasi secara kolektif dalam kinerja karyawan dan beban kerja yang
diberikan kepada mereka oleh perusahaan adalah untuk tujuan mendapatkan
produktivitas maksimum.
Sedangkan menurut Robbins dalam buku Vietzhal dan Sagala (2008:838),
motivasi adalah kesediaan untuk mengerahkan upaya tingkat tinggi menuju target
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan dan upaya untuk memenuhi beberapa
kebutuhan individual. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi kerja adalah faktor pendorong dalam mencapai target dan prestasi suatu
pekerjaan. Menurut George and Jones (2005:177-179), perbedaan yang harus
diperhatikan dalam mendiskusikan motivasi adalah perbedaan antara sumber
motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik.
Motivasi adalah hal yang merubah kita dari rasa jenuh menjadi rasa tertarik
yang juga memberi semangat dan membimbing aktivitas kita. Motivasi dapat
diumpamakan sebagai mesin dan alat kemudi dari sebuah mobil. Energi dan
pengarahan merupakan pusat daripada konsep motivasi. Artinya seseorang yang
memiliki motivasi adalah mereka yang memiliki otonomi untuk mengarahkan
energi yang dimilikinya.
Motivasi adalah suatu konsep yang luas. Motivasi mencakup beberapa istilah
lainnya yang menjelaskan pengaruh pada energi dan arah dari perilaku
kita
terhadap berbagai kebutuhan, peminatan, nilai-nilai kita serta setiap sikap kita
terhadap aktifitas atau acara. Aspirasi kita dan beberapa dorongan yang kita minati
mempengaruhi perilaku kita dengan baik. Keberhasilan berwiraswasta tidaklah
identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta
menjadi kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga
menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa
membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak
berbentuk, tidak berjalan, atau mungkin tidak ada sama sekali.
Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa
berjalan dengan baik maka nilai usahanya jelas lebih berharga daripada sebuah
organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas. Dalam berusaha,
kekayaan merupakan sifat yang relatif.
2.2.2 Teori Motivasi
A. Teori Hierarki Kebutuhan
Menurut Robbins dan Coulter (2012:459) teori hierarki kebutuhan ini
dicetuskan oleh Maslow, dirinya menghipotesiskan bahwa di dalam diri manusia ada
lima jenjang kebutuhan berikut :
1. Fisiologis
Antara lain rasa lapar, haus, perlindungan, seks dan kebutuhan jasmani lainnya
2. Keamanan
Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional
3. Sosial
Mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan persahabatan.
4. Penghargaan
Mencakup rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi dan prestasi, dan
faktor hormat eksternal misalnya status, pengakuan, dan perhatian.
5. Aktualisasi-diri
Dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu, mencakup pertumbuhan, dan
pemenuhan diri.
B. Teori Kebutuhan McClelland
Menurut Robbins dan Coulter (2012:460) teori kebutuhan McClelland
dikemukakan oleh McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga
kebutuhan: prestasi, kekuasaan, dan afiliasi. Kebutuhan ini ditetapkan sebagai
berikut:
1.
Kebutuhan akan prestasi:
Dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat
standar, berusaha keras untuk sukses.
2.
Kebutuhan akan kekuasan:
Kebutuhan untuk membuat orang lain berprilaku dalam suatu cara yang orangorang itu tidak akan berprilaku demikian.
3.
Kebutuhan akan afiliasi:
Hasrat untuk hubungan antarpribadi yang ramah dan akrab.
McClelland menekankan bahwa teori jenjang kebutuhan sudah ada dalam
diri seseorang sejak dia lahir, maka McClelland dalam teorinya menekankan bahwa
kebutuhan seseorang itu terbentuk melalui proses belajar dan diperoleh dari
interaksinya dengan lingkungan. McClelland percaya bahwa lingkungan berperan
sekali terhadap setiap macam kebutuhan, lebih lanjut ia mengukapkan bahwa
aktivitas belajar dan latihan di masa dini yang lalu memberi dampak serta
memodifikasi kebutuhan yang ada dalam diri seseorang.
C.
Teori X dan Y
McGregor dalam Stephen dan Marry (2010:110) mengajukan dua pandangan
yang berbeda tentang manusia. Asumsi negatif dengan tanda label X dan positif
dengan tanda label Y. Setelah melakukan penyelidikan tentang perjanjian seorang
manajer dan karyawan, McGregor merumuskan asumsi-asumsi dan perilaku
manusia dalam organisasi sebagai berikut:
1.
Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti:
- Karyawan sebernarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia akan
menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja.
- Karena karyawan tidak menyukai bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi,
atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
- Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan
formal bilamana dimungkinkan.
- Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor lain yang
dikaitkan dengan kerja dan akan menunjukan sedikit ambisi.
2.
Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
- Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah
dan alamiah layaknya tempat bermain atau beristirahat, dalam artian
berdiskusi atau sekedar teman bicara.
- Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika
mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
- Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah
tersebar secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya melulu dari
kalangan top management atau dewan direksi.
Pada umumnya kita bisa mengatakan bahwa pemberian motivasi positif akan
memberikan peningkatan semangat, mengurangi keluhan dan secara umum,
mengurangi kesulitan. Tetapi peningkatan semangat (moral) saja tidak cukup.
Bagaimana pengaruh motivasi berdampak positif pada produktivitas? Apakah
karyawan akan bekerja lebih baik apabila digunakan motivasi dengan cara negatif
atau
menakut-nakuti
dengan
sanksi
hukuman?
Dari
berbagai
penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan 'ancaman' atau motivasi negatif, seringkali
menghasilkan yang lebih banyak, berupa peningkatan produktivitas, dalam jangka
pendek. Dengan demikian, hasilnya akan segera tampak dalam jangka waktu
pendek. Tetapi penggunaan motivasi positif akan berhasil dalam jangka panjang.
Karyawan dengan semangat yang lebih baik, akan meningkat produktivitasnya
dalam jangka panjang. Jadi, penggunaan motivasi negatif akan meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan semangat dalam jangka pendek dan motivasi positif
akan meningkatkan semangat dan produktivitas dalam jangka panjang.
2.2.3 Metode Pemberian Motivasi dan Tujuan Motivasi
Metode pemberian motivasi kepada karyawan dengan tujuan dilakukannya
motivasi berbeda-beda pada setiap organisasi atau perusahaan.
A. Menurut Hasibuan (2007:149) ada dua macam metode motivasi, yaitu :
-
Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Adalah suatu bentuk motivasi yang diberikan secara langsung kepada
setiap karyawan, baik berupa materil maupun non materil untuk memenuhi
kebutuhan karyawan tersebut. Jadi, motivasi ini sifatnya khusus seperti
pujian, penghargaan, bonus, THR, dan sejenisnya.
- Motivasi Tidak langsug (Indirect Motivation)
Adalah suatu bentuk motivasi yang diberikan kepada karyawan secara tidak
langsung, bisa berupa fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang gairah kerja
karyawan, serta dapat mendukung kelancaran tugas karyawan tersebut,
misalnya ruangan kerja yang nyawan, suasana kerja yang menyenangkan,
penempatan alat-alat kantor yang tepat. Motivasi ini besar pengaruhnya dan
dapat merangsang semangat kerja karyawan sehingga produktivitas akan
meningkat.
B. Menurut Saydam dalam Kadarisman (2013:291-292) tujuan motivasi adalah
untuk :
- Mengubah perilaku karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan.
- Meningkatkan gairah dan semangat kerja
- Meningkatkan disiplin kerja
- Meningkatkan prestasi kerja
- Meningkatkan rasa tanggung jawab
- Meningkatkan produktivitas dan efisiensi
- Menumbuhkan loyalitas karyawan pada perusahaan
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Edy Sutrisno (2009:116) faktor-faktor tersebut dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
A. Faktor internal, yang berasal dalam diri karayawan adalah :
a. Keinginan untuk dapat hidup
Merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini. Untuk
mempertahankan hidup ini orang mau mengerjakan apa saja, apakah
pekerjaan itu baik atau jelek, apakah halal atau haram dan sebagainya.
b. Keinginan untuk dapat memiliki
Keinginan untuk dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan
pekerjaan. hal ini banyak kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa
keinginan yang keras untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk
mau bekerja.
c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati
oleh orang lain. Untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi, orang
mau mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh uang itu pun harus bekerja
keras.
d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan
Bila di perinci, maka keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat
meliputi hal-hal:
•
Adanya penghargaan terhadap prestasi
•
Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak
•
Pimpinan yang adil dan bijaksana
•
Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat
e. Keinginan untuk berkuasa
Keinginan tersebut akan mendorong seseorang untuk bekerja. Kadangkadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara yang tidak
terpuji, namun cara yang dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga.
Tetapi ada juga keinginan untuk menjadi positif seperti menjadi pimpinan
yaitu ingin dipilih menjadi ketua atau kepala.
B. Faktor Eksternal, yang berasal dari luar diri karyawan adalah :
a. Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana prasarana kerja yang ada di
sekitar
karyawan
yang
sedang
melakukan
pekerjaan
yang
dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
b. Kompensasi yang memadai
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para karyawan
untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi merupakan alat
motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para
karyawan bekerja dengan baik.
c. Suprevisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan,
membimbing kerja para karyawan, agar dapat melaksanaan kerja dengan
baik tanpa membuat kesalahan.
d. Adanya jaminan pekerjaan
Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada
pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan
karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan.
e. Status dan tanggung jawab
Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap
karyawan dalam bekerja. Mereka bukan hanya mengharapkan kompensasi
melainkan pada satu masa mereka juga berharap akan dapat kesempatan
menduduki jaabatan dalam suatu perusahaan.
2.2.5 Dimensi Motivasi Kerja
Dimensi motivasi kerja Menurut Murjanto Jayadi (2011) dimensi-dimensi
motivasi kerja dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
1. Match
a.
Pekerjaan sesuai dengan minat
b.
Menyukai pekerjaan yang ada tantangannya
c.
Mempunyai kompetensi dibidang pekerjaannya
2. Return
a.
Tugas dan tanggung jawab pada pekerjaan
b.
Menyenangi tantangan dalam bekerja
3. Expectation
2.3
a.
Melakukan terobosan dan inovasi dalam bekerja
b.
Fasilitas pekerjaan
c.
Pengakuan dan perhatian
Kepuasan Kerja
2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2006:178), kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap
pekerjaan seseorang, yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang
diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Menurut Sierma dan Saragih (2010:145), menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
sikap yang ditunjukkan karyawan terhadap pekerjaan dan situasi kerja yang
mereka hadapi.
Menurut Sudarwan Darwin (2010:218) kepuasan kerja merupakan kombinasi
aspek ekonomis, psikologis, sosiologis, kultural, aktualisasi diri, penghargaan dan
suasana lingkungan dalam pekerjaan individu.
Handoko (1992) dalam Sutrisno (2013:75) mengemukakan kepuasan kerja
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para
karyawan memandang pekerjaan mereka .Kalleberg (1977) dalam Tricia A. Seifert,
Paul D. Umbach (2007) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja adalah orientasi
afektif secara keseluruhan pada bagian dari individu terhadap peran kerja mereka
yang berlangsung saat ini.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah penilaian seseorang atau cerminan perasaan seseorang terhadap hasil dari
pekerjaan yang dilakukannya, apakah hasil tersebut memuaskan atau tidak.
2.3.2 Teori Kepuasan Kerja
Menurut Rivai (2008:375-376), bahwa terdapat tiga teori tentang kepuasan
kerja yang cukup dikenal, antara lain:
A. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara
sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila
kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi
lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy
yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu
yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
B. Teori Keadilan (Equity theory)
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi
khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan
adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai
bagi karyawan yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan,
pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya
yang dianggap
bernilai
oleh seorang
adalah
sesuatu
karyawan yang diperoleh dari
pekerjaannya, seperti: upah / gaji, keuntungan sampingan,
symbol,
status,
penghargaan dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Sedangkan
orang selalu
membandingkan
dapat berupa seseorang di perusahaan yang
sama, atau di tempat lain atau bisa pula dengan dirinya di masa lalu. Menurut
teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan
rasio input hasil orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka
karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi
menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila
perbandingan itu tidak seimbang akan timbul ketidakpuasan.
C. Teori dua faktor (Two factor theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan hal
yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan
suatu variabel yang kontinu. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan
menjadi dua kelompok yaitu satisfies atau motivator dan dissatisfies. Satisfies
ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan
kerja yang terdiri dari: pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada
kesempatan untuk berprestasi, kesempatan dan memperoleh penghargaan dan
promosi. Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun
tidak terpenuhinya faktor ini tidak selalu mengakibatkan
Dissatisfies
(hygiene
factors)
ketidakpuasan.
adalah faktor-faktor yang menjadi sumber
ketidakpuasan, yang terdiri dari; gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi,
kondisi kerja dan status. Faktor ini diperlukan untuk memenuhi dorongan
biologis serta kebutuhan dasar karyawan. Jika tidak terpenuhi faktor ini,
karyawan tidak akan puas. Namun, jika besarnya faktor ini memadai untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak akan kecewa meskipun puas.
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor
itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kepada kepuasan karyawan
bergantung pada pribadi masing-masing karyawan. Menurut Sutrisno (2013:80)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
A. Faktor psikologis.
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi
minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.
B. Faktor sosial
Merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antarkaryawan
maupun karyawan dengan atasan.
C. Faktor fisik
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi
jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja,
keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan
karyawan, umur dan sebagainya.
D. Faktor finansial
Merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan
karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macammacam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.
2.3.4 Dampak Ketidakpuasan Kerja
Menurut Robbin dan Judge (2008:83), dampak dari ketidakpuasan karyawan
di tempat kerjanya dituangkan dalam suatu kerangka teoritis pada gambar “the exit,
voice, loyalty, neglect framework”. Kerangka kerja tersebut dibedakan dalam dua
dimensi, yaitu ; Konstruktif/Destruktif dan Aktif/Pasif. Dampak dari ketidakpuasan
tersebut didefinisikan sebagai berikut:
A. Keluar (Exit)
Pelaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi
baru serta mengundurkan diri.
B. Aspirasi (Voice)
Secara aktif dan konstruktif berusaha untuk memperbaiki kondisi, termasuk
menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa
bentuk kegiatan serikat pekerja.
C. Kesetiaan (Loyalty)
Secara pasif tetapi optimis menunggu kondisi untuk membaik, termasuk
membela organisasi dalam menghadapi kritik eksternal dan mempercayai
organisasi dan manajemennya untuk “melakukan hal yang tepat”
D. Pengabaian (Neglect)
Secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk absensi dan
keterlambatan yang tinggi, berkurangnya usaha, dan tingkat kesalahan semakin
meningkat.
2.3.5 Dimensi Kepuasan Kerja
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Menurut Ivancevich, et al (2011:77) mengatakan ada empat faktor penting yang
berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan:
A. Pembayaran (Pay)
Jumlah pembayaran yang diterima dan keadilan yang diterima dari pembayaran
tersebut.
B. Pekerjaan Itu Sendiri (Work it self)
Banyaknya tugas-tugas kerja yang dianggap menarik dan menyediakan
kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
C. Kesempatan Promosi (Promotion opportunities)
Ketersediaan kesempatan untuk kemajuan karir.
D. Pengawasan (Supervision)
Kompetensi teknis dan kemampuan interpersonal dari atasan langsung
seseorang.
E. Rekan Kerja (Co-Workers)
Banyaknya rekan kerja yang bersahabat, kompeten dan mendukung.
F. Kondisi kerja (Working Condition)
Tingkat dari lingkungan fisik pekerjaan yang nyaman dan mendukung
produktivitas.
G. Keamanan Kerja (Job Security)
Keyakinan bahwa posisi seseorang relatif aman dan kelanjutan pekerjaan dengan
organisasi sebagai harapan yang masuk akal.
2.3.6 Indikator Kepuasan Kerja
Celluci dan De Vries (1978) dalam Fuad Mas’ud (2004:56) merumuskan
indikator-indikator kepuasan kerja dalam lima indikator sebagai berikut:
A. Kepuasan dengan gaji
B. Kepuasan dengan promosi
C. Kepuasan dengan rekan kerja
D. Kepuasan dengan atasan
E. Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri
Kalleberg (1977) dalam Tricia A. Seifert, Paul D. Umbach (2007),
menggunakan dua dimensi dari kepuasan kerja dalam penelitiannya. Dia
mengemukakan dimensi kepuasan kerja dapat dibagi dalam dimensi instrisik
(mengacu pada pekerjaan itu sendiri) dan dimensi ekstrinsik (mewakili aspek
pekerjaan eksternal untuk tugas itu sendiri). Dua dimensi itu didefinisikan sebagai
berikut:
1. Dimensi Instrinsik
2.
-
Sejauh mana pekerjaan itu menarik
-
Hasil pekerjaan yang jelas
Dimensi Ekstrinsik
-
Karir
-
Keuangan
-
Kenyamanan
-
Hubungan dengan rekan kerja
-
Kecukupan sumber daya
2.4
Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja
Menurut Simanjuntak (2005:10) menjelaskan bahwa kinerja setiap orang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada tiga kelompok,
yaitu :
A. Kompetensi Individu
Kompetensi Individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.
Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh bebeapa faktor yang dapat
dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu :
-
Kemampuan dan keterampilan kerja
-
Motivasi dan etos kerja
B. Dukungan organisasi
Kinerja setiap orang juga bergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk
pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi,
kenyamanan motivasi kerja, serta kondisi dan syarat kerja.
C. Dukungan Manajemen
Kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang juga sangat tergantung pada
kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan
membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis,
maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan
menumbuhkan motivasi dan memobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja
secara optimal.
Menurut Dessler (2009) Kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah prestasi
aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan.
Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan
sehingga dapat melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan
dengan standar yang dibuat. Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan
tersebut terhadap karyawan lainnya.
Menurut Mahsun (2006:25) menjelaskan Kinerja (performance) adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program
atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
2.4.2 Elemen Kinerja
Menurut Mathis dan Jackson (2006:378), kinerja karyawan yang umum
untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut :
A. Kuantitas dari hasil
B. Kualitas dari hasil
C. Ketepatan waktu dan hasil
D. Kehadiran
E. Kemampuan bekerja sama
Dimensi lain dari kinerja di luar beberapa yang umum ini dapat diterapkan pada
berbagai pekerjaan. Kriteria pekerjaan (job criteria) atau dimensi yang spesifik
dari kinerja pekerjaan akan mengidentifikasi elemen yang paling penting dalam
pekerjaan tersebut.
2.4.3 Evaluasi Kinerja
Menurut Mathis dan Jackson (2006:382), Penilaian kinerja adalah proses
mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika
dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada karyawan. Sedangkan menurut Simanjuntak (2005:20)
mengatakan bahwa evaluasi kinerja adalah satu sistem dan cara penilaian hasil kerja
suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian pencapaian hasil kerja setiap individu
yang bekerja di dalam dan untuk perusahaan tersebut.
2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut
Gibson
(2006:434),
ada
tiga
perangkat
mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:
A. Variabel individual, terdir dari:
-
Kemampuan dan keterampilan : mental dan fisik
-
Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian
-
Demografis: umur, asal usul, jenis kelamin
B. Variabel organisasional, terdiri dari:
-
Sumber daya
-
Kepemimpinan
-
Imbalan
-
Struktur
-
Desain pekerjaan
C. Variabel psikologis, terdiri dari:
-
Persepsi
-
Sikap
-
Kepribadian
-
Belajar
variable
yang
-
Motivasi
Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006:114), kinerja adalah awal dari
keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuannya, ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu:
1.
Kemampuan Individual
Mencakup bakat, minat, dan faktor kepribadian. Tingkat ketrampilan
merupakan bahan mentah yang dimiliki seseorang berupa pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, kecakapan interpersonal dan kecakapan teknis.
Dengan demikian keungkinan karyawan mempunyai kinerja yang baik, jika
kinerja karyawan tersebut memiliki tingkat ketrampilan baik maka karyawan
tersebut akan menghasilkan yang baik pula.
2.
Usaha yang dicurahkan
Usaha yang dicurahkan bagi karyawan adalah ketika kerja, kehadiran, dan
motivasinya.
Tingkat
usahanya
merupakan
gambara
motivasi
yang
diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dari itu
kalaupun karyawan memiliki tingkat ketrampilan untuk mengerjakan pekerjaan,
akan tetapi tidak akan bekerja dengan baik jika hanya sedikit upaya. Hal ini
berkaitan dengan perbedaan antara tingkat ketrampilan dan tingkat upaya.
Tingkat ketrampilan merupakan cerminan dari apa yang dilakukan, sedangkan
tingkat upaya merupakan cerminan apa yang dilakukan.
3.
Lingkungan organisasional
Dalam dukungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi
karyawan meliputi pelatihan dan pengembangan, peralatan, teknologi, dan
manajemen. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah apa yang mempengaruhi
sebanyak mereka memberikan kontribusi pada organisasinya.
2.4.5 Dimensi Kinerja
Menurut Sudarmanto (2009:11) terdapat 4 kriteria dasar atau dimensi untuk
mengukur kinerja, yaitu :
1.
Kuantitas (Quantity)
Terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan
2.
Kualitas (Quality)
Terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ideal dalam memenuhi
maksud atau tujuan.
3.
Penggunaan waktu dalam bekerja (Timeliness)
Terkait dengan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan aktivitas atau
menghasil kan produk.
4.
Kerja Sama dengan orang lain dalam bekerja (Interpersonal Impact)
Terkait dengan kemampuan individu dalam meningkatkan perasaan harga diri,
keinginan baik, dan kerja sama di antara sesame pekerja dan anak buah.
2.4.6 Upaya Peningkatan Kinerja
Seperti diketahui tujuan organisasi hanya dapat dicapai, karena organisasi
tersebut didukung oleh unit-unit kerja yang yang terdapat di dalamnya (Sutrisno
2011:184). Terdapat beberapa cara peningkatan kinerja karyawan. Stoner dalam
Sutrisno (2011:184), mengemukakan ada empat cara, yaitu:
A. Diskriminasi
Seseorang manajer harus mampu membedakan secara objektif antara mereka
yang dapat memberi sumbangan berarti dalam pencapaian tujuan organisasi
dengan mereka yang tidak. Dalam konteks penilaian kinerja memang harus ada
perbedaan anatar karyawan yang berprestasi dengan karyawan yang tidak
berprestasi. Oleh karena itu, dapat dibuat keputusan adil dalam berbagai bidang,
misalnya pengembangan SDM, penggajian, dan sebagainya
B. Pengharapan
Dengan memperhatikan bidang tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja
karyawan. Karyawan yang memiliki nilai kinerja tingi mengharapkan pengakuan
dalam bentuk berbagai pengharapan yang diterimanya dari organisasi. Untuk
mengesankan dalam bekerja harus diidentifikasi sedemikian rupa sehingga
penghargaan memang jatuh pada tangan yang memang berhak.
C. Pengembangan
Bagi yang bekerja dibawah standar, skema untuk mereka adalah mengikuti
program pelatihan dan pengembangan. Sedangkan yang diatas standar, misalnya
dapat dipromosikan kepada jabatan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil laporan
manajemen, bagaimanapun bentuk kebijakan organisasi dapat diterima keadilan
dan kejujurannya. Untuk itu diperlukan suatu tanggung jawab yang penuh pada
manajer yang membawahinya.
D. Komunikasi
Para manajer bertanggung jawab untuk mengevaluasi kinerja para karyawan dan
secara akurat mengkomunikasikan penilaian yang dilakukannya. Untuk dapat
melakukan secara akurat, para manajer harus mengetahui kekurangan dan
maslah apa saja yang dihadapi karyawan dan bagaimana cara mengatasinya. Di
samping itu, para manajer juga harus mengetahui program pelatihan dan
pengembangan apa saja yang dibutuhkan. Untuk memastikannya, para manajer
perlu berkomunikasi secara intens dengan karyawan.
2.4.7 Metode Penilaian Kinerja
Robbins (2009:358-360), para manajer dapat memilih dari tujuan metode
penilaian kinerja.
A. Esai tertulis
Teknik penilaian kinerja dimana penilaian menuliskan gambaran kekuatan dan
kelemahan, kinerja dimasa lampau, dan potensi karyawan. Penulisan tersebut
juga akan membuat saran untuk perbaikan.
B. Insiden kritis
Memfokuskan perhatian penilaian pada prilaku kritis atau utama yang
memisahkan kinerja pekerjan yang efektif dari yang tidak efektif.
C. Skala pemeringkat grafis
Skala penilaian yang tertua dan terkenal. Metode ini mencantumkan serangkaian
faktor kinerja seprti jumlah dan mutu pekerjaan, pengetahuan kerja, kerja sama,
kesetiaan, kehadiran, kejujuran, dan inisiatif.
D. BARS (behaviorally anchored rating scales)
Skala pemeringkat berdasarkan perilaku. Skala ini menggabungkan unsur utama
insiden kritis dan pendekatan skala pemeringkat grafis. Perbandingan berbagai
orang kinerja yang membandingkan kinerja seseorang dengan satu orang atau
lebih.
E. MBO
MBO merupkan metode yang lebih disukai untuk menilai manajer dan karyawan
yang profesiaonal
F. Penilaian 360 derajat
Metode penilaian kinerja yang menggunakan umpan balik dari penyedia,
karyawan, dan rekan kerja.
Tabel 2.1 Metode Peniaian Kinerja
Metode
Kelebihan
Esai tertulis
Kekurangan
Metode yang
Lebih merupakan
digunakan
pengukuran
kemampuan evaluator
dari pada kinerja
karyawan
Insiden kritis
Kaya contoh,
Memboroskan waktu,
berdasarkan perilaku
kurang perhitungan
angka
Skala peningkatan
Menyediakan data
Tidak menyediakan
kuantitatif, kurang
kedalaman perilaku
memakan waktu
BARS
Berfokus pada perilaku
Memboroskan waktu,
khusu dan dapat diukur
sulit untuk
berkembang
Perbandingan berbagai orang
MBO
Membandingkan
Berat dengan
karyawan satu sama
banyaknya jumlah
lain
karyawan
Berfokus pada sasaran
Memboroskan waktu
akhir, berorientasi pada
hasil
Penilaian 360 Derajat
Sumber: Robbins (2009:359)
Menyeluruh
Memboroskan waktu
2.5
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Jurnal
Jurnal Penelitian
Peneliti
Hasil Penelitian
International
Effect of Work
Rizwan Saleem,
Motivasi kerja
Journal of
Motivation on Job
Azeem
memberikan
Business and
Satisfaction in Mobile
Mahmood, Asif
pengaruh yang
Management,
Telecommunication
Mahmood.
signifikan
Vol.5 No.11:
Service Organizations
terhadap
November 2010
of Pakistan
Kepuasan Kerja.
International
The Influence of
Pahri Yamsul,
Motivasi memiliki
Journal of
Motivation And
Surachman, Ubud
pengaruh yang
Business and
Organizational
Salim and
signifikan
Management
Culture On Work
Armanu
terhadap
Invention, vol 2,
Satisfaction And
issue 9,
Organizational
September 2013
Commitment (Study On
Kepuasan Kerja
National Society
Empowerment
Program In Southeast
Sulawesi Province)
International
Impact of Job
Gupta Kavita,
Kepuasan Kerja
Journal of
Satisfaction on
Kaur Simran,
memberikan
Scientific
EmployeePerformance,
Gupta Pramod,
dampak yang
Research and
a Challenge for HR
Jain Lalit,
signifikan
Reviews, IJSRR
Managers in Changing
Sharma Sunil K.
terhadap Kinerja
2012, 1(3) 88-95
Environment
karyawan.
International
The Impact of the
Hashim Zameer,
Motivasi
Journal Of
Motivation on the
Shehzad Ali,
memberikan
Academic
Employee’s
Waqar Nisar,
dampak yang
Research in
Performance in
Muhammad
signifikan
Accounting,
Beverage Industry of
Amir.
terhadap kinerja
Finance and
Management
Sciences, Vol.4
No.1, January
2014, pp.293-298
Pakistan
karyawan
2.6
Kerangka Pemikiran
X
Y
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Z
2.7
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada di atas, hipotesis penelitian ini
ditetapkan sebagai berikut.
Hipotesis pertama
-
H0 =
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Motivasi Kerja (X)
terhadap Kepuasan Kerja (Y)
-
Ha =
Terdapat Pengaruh secara signifikan antara Motivasi Kerja (X)
terhadap Kepuasan Kerja(Y)
Hipotesis kedua
-
H0 =
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Motivasi Kerja (X)
terhadap Kinerja Karyawan (Z)
-
Ha =
Terdapat Pengaruh secara signifikan antara Motivasi Kerja (X)
terhadap Kinerja Karyawn (Z)
Hipotesis ketiga
-
H0 =
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Kepuasan Kerja (Y)
terhadap Kinerja Karyawan (Z)
-
Ha =
Terdapat Pengaruh secara signifikan antara Kepuasan Kerja (Y)
terhadap Kinerja Karyawan (Z)
Hipotesis keempat
-
H0 =
Tidak Ada pengaruh secara signifikan Motivasi Kerja (X) terhadap
Kinerja Karyawan (Z) melalui Kepuasan Kerja (Y)
-
Ha =
Ada pengaruh secara signifikan Motivasi Kerja (X) terhadap Kinerja
Karyawan (Z) melalui Kepuasan Kerja (Y)
Download