BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari sistem distribusi output, struktur ekonomi, dan peningkatan kontribusi sektor-sektor penunjang pembangunan ekonomi, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan / konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan maupun sektor industri dan jasa, tergantung dari potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Pembangunan ekonomi bisa juga disertai dengan peningkatan pendidikan dan keterampilan angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi daerah dapat bersumber dari peningkatan modal melalui investasi dan tabungan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja melalui pertumbuhan angkatan kerja dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta adanya penyempurnaan teknologi dalam proses produksi (Tambunan, 2011:42). Salah satu unsur dari ketenagakerjaan adalah kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan lapangan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Namun bisa diartikan juga sebagai permintaan atas tenaga kerja. Secara tradisional pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah tenaga kerja produktif sedangkan pertumbuhan yang lebih besar akan memperbesar ukuran pasar domestiknya. Hal ini bisa terjadi apabila tenaga kerja produktif tersebut dapat terserap pada kesempatan kerja yang tersedia, dan akan menjadi masalah 3 apabila pertumbuhan tenaga kerja jauh melebihi kesempatan kerja yang tersedia, yakni terciptanya pengangguran (Todaro, 2000:116). Situasi ketenagakerjaan dikatakan semakin membaik, apabila tersedianya jaminan kelangsungan pekerjaan bagi pekerja. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan status pekerjaan juga menjadi salah satu indikasi kualitas tenaga kerja. Dalam tabel ( lampiran 1) menunjukan bahwa di Indonesia dalam beberapa tahun, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja dari tahun 2009-2011 terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bali merupakan salah satu provinsi yang potensial dilihat dari kerangka makro dan letak geografis yang strategis. Potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi objek pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa negara (Sugiarti, Rara, Ernawati, Diyah, and Birtles, Alastair, 2003). Beberapa kabupaten yang memiliki potensi industri juga dapat menjadi peluang untuk menambah kesempatan kerja yang lebih dalam meningkatkan PDRB. Pembangunan ekonomi yang diikuti dengan perbaikan dan pengembangan faktor-faktor produksi dan tingkat teknologi dan partisipasi pemerintah dalam pemberian upah juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pekerja. Demikian dalam menciptakan kesempatan kerja, tidak semua wilayah di Bali mempunyai kemampuan yang sama dalam membuka lapangan kerja. Adanya kesenjangan antar masing-masing kabupaten dalam menciptakan lapangan kerja sehingga penyerapan tenaga kerja di masing-masing kabupaten pun berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dalam tabel (lampiran 3), pertumbuhan perekonomian yang diimplementasikan pada Pertumbuhan Domestic Regional Bruto dan dalam tabel (lampiran 4) yaitu pertumbuhan jumlah penduduk bekerja di masing-masing kabupaten provinsi Bali pada tahun 2009-2012. Strategi pembangunan yang diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Strategi pembangunan dan sasaran tujuan nasional harus benar-benar 4 memperhatikan aspek sumber daya manusia dalam memasuki lapangan kerja, untuk meningkatan GDP (Gross Domestic Product) sebagai tujuannya. Dalam penelitian Indra Oloan Nainggolan (2009) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara menemukan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja , Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, dan Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Kinala Sari (2007) menyatakan bahwa PDRB, TPAK, Tingkat pendidikan SMU / SMP berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja di 4 wilayah di Sumatera Utara yaitu dari ke empat daerah yaitu Medan, P.Siantar, binjai, dan T.Tinggi. Variabel yang .berpengaruh positif dan signifikan adalah tingkat pendidikan SMP dan SMU. Variabel yang berpngaruh positif tapi tidak signifikan adalah PDRB. TPAK berpengaruh positif dan signifikan terjadi di 2 wilayah yaitu P.Siantar, binjai, dan TPAK berpengaruh positif tapi tidak signifikan terjadi di wilayah Medan dan T.Tinggi. Terkait dengan masalah kesejahteraan tenaga kerja, Lembaga Penelitian SMERU (2001) menganalisis dampak kebijakan upah minimum terhadap tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja di daerah perkotaan Indonesia, menemukan bahwa tingkat upah minimum berpengaruh positif terhadap pekerja kasar dan kelompok pekerja lainnya, misalnya pekerja perempuan, muda usia, dan berpendidikan rendah. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor formal perkotaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erni Yuliarti (2006) menganalisis pertumbuhan kesempatan kerja pasca kebijakan upah minimum di kabupaten Bogor yang keseluruhan menyatakan bahwa kebijakan tingkat upah berpengaruh negatif pada pertumbuhan kesempatan kerja. 5 Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melakukan pembangunan di suatu wilayah adalah dengan mengupayakan agar investasi dapat masuk ke wilayah tersebut. Masuknya investasi ke dalam suatu daerah bergantung pada potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut dan kebijakan investasi yang berlaku di daerah tersebut. Dengan diberlakukannya otonomi daerah membuat setiap daerah memiliki kebebasan untuk membuat kebijakannya sendiri dalam mengatur investasinya Dari beberapa penelitian tersebut penulis melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja di Bali. Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada tingkat kesempatan kerja. Hal ini juga terjadi di beberapa kabupaten di Bali. Sesuai dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Provinsi Bali adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten / Kota di Propinsi Bali? 2. Bagaimana pengaruh upah minimum terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten / Kota di Propinsi Bali? 3. Bagaimana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap kesempatan kerja pada Kabupaten / Kota di Propinsi Bali? 6 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui gambaran kondisi penyerapan tenaga kerja di provinsi Bali. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja di provinsi Bali untuk masing-masing kabupaten. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah Indonesia maupun pemerintah provinsi Bali mengenai kondisi penyerapan tenaga kerja di Bali selama tahun 2009-2012 sehingga dapat dijadikan acuan perumusan dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi masyarakat dan sebagai bahan kepustakaan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja di Bali selama tahun 20092012 per-kabupaten / kota dengan menganalisis variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja yaitu PDRB, Upah Minimum Regional dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. 7