ANALISIS Peranan Analog Somatostatin sebagai Terapi Adjuvan pada Diare Refrakter Terkait AIDS Paskalis Indra Suryajaya Dokter Umum, Jakarta, Indonesia ABSTRAK AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi HIV yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh penderita, sehingga meningkatkan risiko infeksi sekunder. Diare merupakan salah satu manifestasi klinis yang sering ditemukan pada penderita AIDS, sering bersifat refrakter dengan etiologi multifaktorial dan sering mengakibatkan penurunan keadaan umum dan kualitas hidup penderitanya. Analog somatostatin memiliki efek luas di seluruh tubuh, salah satunya ialah inhibisi motilitas usus serta menurunkan proses sekresi cairan oleh sel kripta usus, sehingga dapat membantu penatalaksanaan diare refrakter, salah satunya adalah diare terkait AIDS. Kata kunci: AIDS, analog somatostatin, diare ABSTRACT AIDS is a disease caused by HIV infection resulting in a decrease of immunity that leads to a higher risk of secondary infection. Diarrhea is one of the most common clinical manifestations in AIDS; it is mostly refractory and has multifactorial etiologies, leads to a poor condition and lower quality of life. Somatostatin analogues exert an effect of inhibition of gut motility and crypt cells secretion, which may aid in the management of refractory diarrhea, as in AIDS related diarrhea. Paskalis Indra Suryajaya. The Role of Somatostatin Analogue as Adjuvant Therapy in Refractory AIDS –associated Diarrhea. Keywords: AIDS, somatostatin analogue, diarrhea PENDAHULUAN AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah sebuah sindrom yang disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh akibat infeksi HIV (human immunodeficiency virus). AIDS merupakan tahap akhir infeksi HIV yang biasa ditandai dengan hitung sel CD4 < 200 sel/mm3 dan timbulnya berbagai manifestasi klinis terkait AIDS.1 Menurut data WHO pada tahun 2013, di seluruh dunia terdapat 35 juta penderita AIDS dengan kematian mencapai 1,5 juta orang. Di Indonesia terdata sebanyak 610.000 penderita AIDS pada tahun 2012.2 Diare terkait AIDS adalah salah satu manifestasi yang paling umum ditemukan pada penderita AIDS. Hampir 80% penderita AIDS mengalami diare, terutama di negara – negara berkembang.2 Diare pada penderita AIDS cenderung bersifat refrakter, sehingga Alamat korespondensi dapat meningkatkan risiko perburukan keadaan umum serta penurunan kualitas hidup penderita AIDS.3 Somatostatin merupakan hormon polipeptida dengan spektrum fungsi yang luas, mulai dari modulasi sekresi hormonal tubuh pada tahap pusat, hingga efek inhibisi motilitas dan kelenjar endokrin serta eksokrin gatrointestinal.4 Efek hipomotilitas dan inhibisi sekresi gastrointestinal dari somatostatin merupakan dasar penggunaan analog somatostatin sebagai salah satu pilihan terapi adjuvant pada diare refrakter terkait AIDS.4,5 DIARE TERKAIT AIDS Diare secara umum didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi dengan konsistensi cair. Secara objektif, diare didefinisikan sebagai produksi feses dengan konsistensi cair sebanyak >200 gram per hari,1 namun jika mengacu pada angka tersebut, 20% kasus akan tidak terdiagnosis, khususnya kasus dengan peningkatan frekuensi namun jumlah feses sedikit.3,6 Ditinjau dari durasinya, diare dapat dikategorikan menjadi diare akut (durasi <3 minggu, paling lama 6-8 minggu) atau diare kronis (durasi >4 minggu).1,6 Diare refrakter didefinisikan sebagai diare lebih dari 14 hari yang tidak memberi respons adekuat terhadap terapi spesifik ataupun preparat anti-diare umum.5,6 Pada diare akut, >90% akibat proses infeksi, sedangkan ~10% disebabkan oleh kondisi lain seperti efek samping pengobatan, konsumsi bahan toksik, kondisi iskemik serta divertikulitis. Diare kronis memiliki spektrum penyebab yang lebih luas, namun secara umum dibagi menjadi 3 kategori, yaitu osmotik, email: [email protected] CDK-231/ vol. 42 no. 8, th. 2015 627 ANALISIS Tabel. Kuman patogen sebagai etiologi diare terkait AIDS6 Patogen Umum Patogen Oportunistik Aeromonas hydrophila Adenovirus bacillus cereus Cryptosporidium Campylobacter Cyclospora cayetanensis Clostridium difficile Cytomegalovirus Clostridium perfringens Encephalitozoon intestinalis Entamoeba histolytica Enterocytozoon bieneusi Escherichia coli Herpes simplex virus Giardia lamblia Histoplasma capsulatum Plesiomonas shigelloides Isospora belli Salmonella Mycobacterium avium-intracellulare Shigella Staphylococcus aureus Vibrio parahaemolyticus Yersinia enterocolitica sekretorik, dan inflamatorik.6 Diare refrakter umumnya ditemukan pada kondisi AIDS, pasca-kemoterapi, penyakit graft vs host, post-gastrectomy, dan diare infeksius seperti kolera.5 Pada penderita AIDS, penyebab diare bersifat kompleks dan multifaktorial, dapat ditemukan berbagai patogen yang umum hingga atopik; mencakup bakteri, parasit, mycobacterium, dan virus.3 Idiopathic AIDS enteropathy pertama kali dikemukakan oleh Kotler pada tahun 1984 untuk merujuk pada kasus tidak ditemukan patogen pada kondisi diare terkait AIDS.7 Patofisiologi keadaan ini bersifat kompleks dan diduga berhubungan dengan infeksi sel enterokromafin dan pelepasan vasoactive intestinal polypeptide.3,7 Patogen penyebab infeksi pada diare terkait AIDS dapat dikategorikan menjadi patogen umum dan patogen oportunistik. Patogen umum yang sering ditemukan adalah protozoa Cryptosporidium dan Microsporidium. Selain itu, terdapat juga bakteri enterik seperti Salmonella, C. difficille, serta virus dan jamur.6 Patogen oportunistik yang paling sering ditemukan adalah Cytomegalovirus (CMV), Cryptosporidiosis, dan Mycobacterium avium complex (MAC).6, 7 Manifestasi Klinis Diare pada penderita AIDS memiliki manifestasi klinis yang bervariasi. Secara umum manifestasi ini dikategorikan menjadi dua, yaitu yang berbasis “usus kecil” (small-bowel) dan yang berbasis “usus besar” (large bowel).6,7 628 tidak mengalami dehidrasi, namun umumnya disertai nyeri abdomen kuadran bawah serta tenesmus. Pada feses juga dapat ditemukan eritrosit.3,6,7 CMV adalah patogen yang ditularkan secara parenteral dan mengganggu sistem gastrointestinal tanpa lokasi spesifik (dapat terjadi di rongga mulut hingga anus).8 Selain itu, pada beberapa kasus AIDS, CMV juga dapat mengakibatkan obstruksi duktus biliaris dan cholangitis intrahepatik. Infeksi CMV pada sel dapat bersifat dorman, namun lebih sering bersifat destruktif. Pada umumnya proses infeksi ini akan mengakibatkan pembentukan ulkus di dinding usus serta perdarahan submukosal.3 Diare yang berbasis “usus kecil” umumnya menghasilkan feses dengan volume lebih banyak dan biasa bersifat postprandial disertai nyeri area paraumbilikal. Pasien dengan manifestasi seperti ini umumnya mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan. Sedangkan diare yang berbasis “usus besar” umumnya menghasilkan feses dengan volume lebih sedikit, namun dengan frekuensi meningkat. Pasien dengan manifestasi berbasis “usus besar” umumnya Pada pemeriksaan patologi, dapat terlihat sel yang terinfeksi akan membesar disertai badan inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik.7 Pada pemeriksaan endoskopik, infeksi CMV dapat memberikan gambaran seperti pada inflammatory bowel disease.3 Gambar 1. Infeksi CMV mengakibatkan destruksi dan Jika pada pemeriksaan analisis feses, endoskopi, kolonoskopi, dan biopsi tidak ditemukan patogen penyebab, dapat dipertimbangkan diagnosis idiopathic AIDS enteropathy.7 nekrosis jaringan6 Gambar 2. Endoskopi usus besar pada infeksi CMV3 Diagnosis Analisis feses berperan penting dalam diagnosis diare terkait AIDS mengingat luasnya spektrum patogen penyebab. Selain analisis patogen, pemeriksaan lemak dan leukosit pada feses juga penting untuk memperkirakan lokasi infeksi, jika proses patologis di “usus kecil” umumnya dapat ditemukan lemak pada feses; penemuan leukosit sugestif dengan proses patologis pada usus distal.6, 7 Penunjang diagnosis lebih jauh berupa pemeriksaan endoskopi, kolonoskopi, dan biopsi. SOMATOSTATIN Definisi Somatostatin merupakan hormon polipeptida dengan efek inhibisi terhadap hormon somatotropin, neurotransmisi, dan hormon gastrointestinal.8 Somatostatin disekresikan oleh berbagai sel gastrointestinal, sel neuroendokrin hipotalamus, dan beberapa saraf perifer. Somatostatin memiliki dua bentuk aktif, yaitu yang memiliki 14 CDK-231/ vol. 42 no. 8, th. 2015 ANALISIS Chronic diarrhea – if fever, start work-up Assessment Treatment • Lactose, dietary • Antidiarrheals • Medications • Lactose-related counseling • Anxiety • Low-fat diet • Dehydration • Nutrional support • Stool studies • Lab findings Possible causes • Infections - Bacterial - Protozoal - Parasitic - Viral - Fungal • Neoplasm • Idiopathic Enteric pathogen YES NO • Additional stool samples and procedures • If refractory or chronic –> octreotide (initial dosage 500 μg 5C every 8 h) • Nutrilional support Gambar 3. Algoritma umum penatalaksanaan diare terkait AIDS3 asam amino dan 28 asam amino.8,9 Secara umum telah dikenal 5 reseptor somatostatin (SSTR - somatostatin receptor 1 – 5) tersebar pada jaringan yang berbeda dan menjadi dasar efek biologis somatostatin yang sangat variatif.10 Efek Somatostatin Somatostatin memiliki efek sangat luas. Di dalam kelenjar pituitary, somatostatin memiliki efek utama inhibisi terhadap sekresi hormon GH (growth hormone) dan TSH (thyroid-stimulating hormone). Di luar itu, somatostatin memiliki efek inhibisi terhadap hampir seluruh kelenjar endokrin dan eksokrin pada sistem gastrointestinal.8-10 Secara spesifik, somatostatin memiliki efek inhibisi terhadap sekresi kelenjar eksokrin asam lambung, empedu, usus, serta mempromosikan peningkatan absorpsi cairan dan elektrolit pada ileum dan kolon.8,9,11 Analog Somatostatin Fungsi somatostatin yang luas telah mendorong penelitian farmasi untuk membentuk analog somatostatin dengan selektivitas reseptor subtipe tertentu serta stabilitas metabolik yang lebih baik. Pengembangan analog somatostatin pada dasarnya memfokuskan pada dipeptida Trp8 CDK-231/ vol. 42 no. 8, th. 2015 dan Lys9 sebagai komponen esensial dari efek biologis somatostatin. Analog yang pertama terbukti berfungsi klinis pada tahun 1983 adalah sebuah analog oktapeptida dengan nama octreotide. Octreotide memiliki afinitas yang tinggi terhadap SSTR 2 dan 5, afinitas sedang terhadap SSTR3, dan afinitas rendah terhadap SSTR 1 dan SSTR 4. Aksi octreotide dianggap dapat merangkum efek dari analog somatostatin lainnya secara umum.8-10 Peranan Analog Somatostatin pada Manajemen Diare Refrakter Terkait AIDS Somatostatin telah banyak diteliti sebagai salah satu pilihan dalam penanganan diare refrakter. Hal ini disebabkan karena somatostatin bekerja pada tingkat mediator seluler dalam patofisiologi diare terlepas dari etiologinya.10,11 Pada ileum dan kolon, somatostatin bekerja menurunkan kadar cAMP (cyclic adenosine monophosphate) seluler, inhibisi influks ion kalsium dan efluks ion potasium, sehingga mengakibatkan penurunan sekresi sel kripta usus. Selain itu, somatostatin juga memberikan efek supresif jaringan persarafan intrinsik usus (pleksus submukosa dan mienterik), sehingga menekan aktivitas sekreto-motorik dari enterosit.10-12 Sebuah systematic review5 mencoba menilai efektivitas octreotide dalam penanganan diare refrakter akibat berbagai etiologi, salah satunya AIDS.5 Dikemukakan 7 penelitian penggunaan octreotide pada kasus AIDS. Jumlah subjek 6–51 pasien. Dosis bervariasi dengan rentang 100–5000 mcg per hari dengan jadwal pemberian bervariasi. Lama pemberian antara 1 minggu hingga yang terlama mencapai 33 minggu. Respons pasien dikategorikan menjadi respons komplit, respons parsial, dan tanpa respons. Untuk kategori respons komplit terdapat hasil 8-100%. Penggunaan octreotide menghasilkan pengurangan berat feses sebanyak 1,8 kilogram per hari, serta pengurangan volume feses sebanyak 3,6 liter per hari untuk seluruh pasien. Dalam pembahasannya, Szilagyi juga membandingkan octreotide terhadap agen anti-diare lain (loperamide, acetorphan, dan preparat anti-kolera; semua dikategorikan dalam kelompok plasebo) pada kasus diare refrakter akibat berbagai etiologi. Pada diare refrakter akibat AIDS, ditemukan bahwa octreotide 100–300 mcg tiga kali sehari menghasilkan respons yang lebih baik dibandingkan loperamide atau agen anti-diare non-spesifik lain.5 Cello, et al, melakukan systematic review penggunaan octreotide pada diare terkait AIDS.3 Mereka menganalisis 10 penelitian (6 penelitian di antaranya juga terdapat dalam systematic review oleh Szilagyi), satu penelitian tersamar-ganda membandingkan octreotide dengan plasebo pada 129 pasien diare terkait AIDS. Hasilnya adalah pada pemberian octreotide dosis 200 mcg dan 300 mcg setiap 8 jam, responsnya (46%) lebih baik dibandingkan plasebo (36%). Dari segi durasi, ditemukan bahwa dosis maksimal (300 mcg, 3 kali sehari) memberikan respons lebih baik (50%) dibandingkan plasebo (31%) yang terlihat pada durasi di atas 22 hari. Pada studi tersamar-ganda signifikansi pemberian octreotide tidak terlalu tinggi, namun pada fase tidak tersamar (open-label phase) ditemukan penurunan massa feses yang signifikan, dari 1200 gram/ hari menjadi rerata 550 gram/hari. Hasil variatif dalam penelitian octreotide pada diare terkait AIDS tersebut berkaitan dengan etiologi diare pada AIDS yang bersifat multifaktorial. Penelitian in vitro oleh Fassler, et al, (1991) menemukan bahwa octreotide 629 ANALISIS dapat menghambat sekresi cairan usus yang diinduksi oleh fraksi 5 protein gp-41 dari HIV.13 Hal ini mungkin dapat menambah penjelasan perbaikan gejala diare pada penggunaan octreotide pada pasien AIDS. Octreotide juga terbukti menghambat kontraktilitas saluran bilier, sehingga meningkatkan risiko abnormalitas berupa vesicolithiasis, endapan tanpa batu, serta pelebaran non-spesifik traktus bilier. Efek Samping Penggunaan Analog Somatostatin Somatostatin memiliki efek luas, sehingga berisiko memiliki efek samping yang luas. Efek samping yang umum ditemukan adalah gangguan konduksi jantung, mual – muntah, dan kram perut. Yang lebih jarang ialah penurunan fungsi kelenjar tiroid, depresi, serta reaksi anafilaksis.13 RINGKASAN Diare refrakter adalah masalah yang umum dialami penderita AIDS dan sering mengakibatkan perburukan keadaan umum serta kualitas hidup. Prinsip penatalaksanaan yang tepat adalah menemukan etiologi/ patogen penyebab utamanya. Pada diare sekretorik, efektivitas analog somatostatin (octreotide) mencapai 50%. Dibandingkan dengan agen anti-diare lain, octreotide menghasilkan respons lebih baik. Octreotide dinilai sebagai terapi adjuvan yang dapat membantu mengatasi diare refrakter terkait AIDS. Dosis optimal octreotide yang dianjurkan dalam penanganan diare refrakter terkait AIDS adalah 500 mcg diberikan 3 kali sehari. Variasi respons terhadap pemberian octreotide pada kasus diare terkait AIDS berhubungan dengan etiologi dan patogenesis diare terkait AIDS yang bersifat multifaktorial, sehingga penanganan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi klinis pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Longo DL, Fauci A. Harrison’s principles of internal medicine.18th ed. McGraw-Hill; 2011: 247-1175. 2. WHO. Global update on the health sector response to HIV. 2014: VIII-IX. 3. Cello JP. Management of AIDS-related diarrhea: Pathogens, evaluation, and use of octreotide. Adv Gastroenterol Hepatol Clin Nutr. 1997; 2: 1-9. 4. Olias G, Viollet C, Kusserow H, Epelbaum J, Meyerhoff W. Regulation and function of somatostatin receptors. Journal of Neurochemistry 2004; 89: 1057-91. 5. Szilagyi A, Shrier I. Systematic review: The use of somatostatin or octreotide in refractory diarrhea. Aliment Pharmacol Ther. 2001; 15: 1889-97. 6. Ball SC. Diarrhea in a patient with AIDS. AIDS Read 2002; 12(9). 7. Zacharof AK. AIDS-related diarrhea-pathogenesis, evaluation and treatment. Annals of Gastroenterology 2001, 14(1): 22-6. 8. Williams, Hardin R, Larsen PR. Williams textbook of endocrinology. 12th ed.Philadelphia, Pa: Saunders; 2012: 124-5. 9. Goodman H. Maurice. Basic medical endocrinology. 4th ed.Philadelphia; 2009: 231. 10. Pawlikoski M. Physiology of somatostatin. Landes Bioscience 2007; 1: 1-6. 11. Deloose E, Bisschops R, Holvoet L, Arts J, De Wulf D, Caenepeel P, et al. A pilot study of the effects of the somatostatin analog pasireotide in postoperative dumping syndrome. Neurogastroenterol Motil. 2014; 26(6): 803-9. 12. Yamada T. Principals of clinical gastroenterology. Blackwell; 2008: 342. 13. Fassler JE, O’Dorisio TM, Goddard CG, Gagnella TS. Peptides of human immunodefciency virus (HIV) evoke rat colonic electrolyte secretion inhibitable by the somatostatin analog octreotide. Life Sci. 1991; 48. 630 CDK-231/ vol. 42 no. 8, th. 2015