PERANAN KEMOTERAPI PADA KANKER Dairion Gatot, Savita Handayani, Henny Syahrini Lubis, Suhartono, Tawarta, Andri Iskandar Mardia, Arina Vegas Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H Adam Malik, Medan Pendahuluan Terapi kanker dewasa ini terutama terdiri atas operasi, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis serta beberapa metode lainnya. Terapi operasi dan radioterapi dapat menjadi terapi kuratif kanker yang bersifat lokal. Begitu timbul residif lokal, diseminasi dan metastasis jauh, operasi dan radioterapi sering sulit mengendalikannya. Terapi biologis merupakan metode terapi sistemik yang sangat prospektif, namun pada saat ini efektivitasnya masih kurang sehingga belum dapat dipakai luas secara klinis.1,2 Berbeda dari terapi operasi dan radio-terapi, kemoterapi adalah metode terapi sistemik terhadap kanker sistemik (misal leukemia, mieloma, limfoma, dll.) dan kanker dengan metastasis klinis ataupun subklinis. Pada kanker stadium lanjut lokal, kemoterapi sering menjadi satu-satunya pilihan metode terapi efektif. Walaupun kemoterapi modern timbul sejak diperkenalkannya mostar nitrogen pada perang dunia kedua dan hingga kini baru berjalan 50 tahun, karena jenis obat antikanker bertambah dengan pesat, hingga kini yang sudah dapat digunakan secara klinis mencapai 70 jenis lebih. Di bawah panduan sitobiologi dan sitokinetika tumor, kemoterapi kombinasi telah luas dipakai. Sejak era 1970-an kemoterapi kanker telah beranjak dari sifat paliatif menuju terapi kuratif. Hingga saat ini kanker yang dapat disembuhkan kemoterapi mencapai 10 jenis lebih, atau 5% dari seluruh pasien kanker, menduduki 10% dari angka kematian akibat kanker tiap tahun, termasuk kanker derajat keganasan tinggi seperti kanker trofoblastik, leukemia limfositik akut anak, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, kanker sel germinal testes, kanker ovarium, nefroblastoma anak, rabdomiosarkoma embrional, sarkoma Ewing dan leukemia granulositik akut 1 Universitas Sumatera Utara dewasa. Sebagian kanker lainnya, meskipun tidak dapat disembuhkan kemoterapi namun lama survivalnya dapat diperpanjang. Kanker jenis ini termasuk kanker mamae, kanker prostat, neuroblastoma, kanker kepala leher dll. Dalam 20 tahun terakhir telah diperkenalkan 'kemoterapi adjuvan', yang dapat mengendalikan lesi subklinis, sisa lokal atau yang lebih sering ditemukan adalah mikrometastasis yang mungkin terdapat, telah meningkatkan peluang survival pasca operasi kanker tertentu seperti karsinoma mamae, osteosarkoma, karsinoma kolon, dll. Setelah 1980-an, dikembangkan lagi 'kemoterapi neoadjuvan' yang dilakukan pra-operasi. menambah peluang eksisi terhadap kanker kepala leher, ovarium, osteosarkoma, kanker sel kecil paru stadium lanjut, memperbaiki prognosis mereka. Dengan terus bermunculannya obat anti kanker baru, peningkatan teknik terapi suportif dan pemanfaatan kemoterapi dosis tinggi, kemoterapi dalam terapi kanker akan semakin berperan besar.3,4,5,6,7 Penggunaan Klinis Kemoterapi Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus dipertimbangkan hal-hal berikut: Tentukan tujuan terapi 2,8 Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda. yaitu kemoterapi kuratif. kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi paliatif dan kemoterapi investigatif. 1) Kemoterapi kuratif Terhadap tumor sensitif yang kurabel. misal leukemia limfositik akut. limfoma maligna. kanker testes, karsinoma sel kecil paru dll, dapat dilakukan kemoterapi kuratif. Skipper melalui penelitian atas galur tumor L1210 dari leukemia mencit menemukan efek obat terhadap sel tumor mengikuti aturan 'kinetika orde pertama". yaitu dengan dosis tertentu obat antikanker dapat membunuh proporsi tertentu. bukan nilai konstan tertentu sel kanker. Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masing-masing efektif bila digunakan tersendiri. diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat 2 Universitas Sumatera Utara dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh. Dewasa ini tidak sedikit kanker yang sudah memiliki beberapa formula kemoterapi kombinasi "baku" yang terbukti dalam praktek berefek terapi menonjol. Misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin dengan regimen N4OPP (mostar nitrogen, vinkristin, prokarbazin. prednison) dan ABVD (adriamisin. bleomisin. vinblastin, prednison). terapi kanker sel kecil paru dengan regimen PE (cisplatin, etoposid) dan CAV (siklofosfamid, adriamisin, vinkristin) dll. sedapat mungkin digunakan secara klinis. 2) Kemoterapi adjuvan Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari terapi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra-operasi sudah memiliki mikro-metastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat bertambah. Pada umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio pertumbuhan semakin tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efektivitas meningkat, kemungkinan resistensi obat berkurang. peluang kesembuhan bertambah. Dewasa ini kanker mamae dengan lesi primer sekitar > 1 cm, pasca operasi memakai regimen CAF. Osteosarkoma pasca amputasi memakai regimen T10, T12 dengan metotreksat dosis tinggi dan terapi resku (HDMTX-CFR). Pasien kanker kolon dengan metastasis ke kelenjar limfe regional setelah operasi reseksi memakai regimen fluorourasil dan asam folinat (CF/5-FU) atau regimen FOLFOX dan lainnya, merupakan contoh keberhasilan kemoterapi adjuvan. 3) Kemoterapi neoadjuvan Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika terlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklus 3 Universitas Sumatera Utara dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatik subklinis yang mungkin terdapat. Karena kemoterapi neoadjuvan mungkin menghadapi risiko jika kemoterapi tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian mutakhir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan peluang operatif untuk kanker kepala leher, kanker sel kecil paru, osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi yang membawa kecacatan pada kanker tertentu (laring, kandung kemih, kanalis analis), memperbaiki kualitas hidup sebagian pasien. 4) Kemoterapi paliatif Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemo-terapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter harus mem-pertimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya. 5) Kemoterapi investigatif Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, rancangan pengujian yang baik. metode observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu secara ketat mengikuti prinsip etika kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu disebut 'good clinical practic '(GC?). 4 Universitas Sumatera Utara Penggolongan Obat Antitumor dan Mekanisme Kerjanya3,4,6,8,9 Menurut asal obat, struktur kimia dan mekanisme kerjanya, obat antitumor dapat dibagi menjadi 7 golongan: Alkilator Obat alkilator memiliki gugus alkilator yang aktif, dalam kondisi fisiologis dapat membentuk gugus elektrofilik dari ion positif karbon, untuk menyerang lokus kaya elektron dari makromolekul biologis. Akibatnya dengan berbagai gugus nukleofilik termasuk gugus yang secara biologis penting seperti gugus fosfat, amino, tiol, dan imidazol, dll, membentuk ikatan kovalen. Efek sitotoksik zat alkilator terutama melalui pembentukan ikatan silang secara langsung dengan N7 radikal basa guanin atau N3 adenin dari molekul DNA atau pembentukan ikatan silang antara molekul DNA dan protein, hingga struktur sel rusak dan sel mati. Mostar nitrogen (HN2) adalah wakil dari alkilator berkemampuan ganda, obat lain termasuk siklofosfamid (CTX), ifosfamid (IFO), klorambusil (CB1348), melfalan, dll. Siklofosfamid adalah turunan dari mostar nitrogen, ia sendiri tidak aktif. Setelah masuk tubuh, barulah berefek sitotoksik setelah diproses enzim sistem oksidase sitokrom P-450 mikrosom hati. Obat lain seperti tiotepa (TSPA) dari golongan etilenimina, mileran dari golongan alkil sulfonat, dan golongan nitrosourea seperti karmustin (BCNU), lomustin (CCNU), semustin (Me-CCNU) juga tergolong alkilator. Nitrosourea bersifat larut lemak, mudah menembus sawar darah otak, sering dipakai untuk terapi tumor ganas sistem saraf pusat. Selain itu, antitumor golongan logam seperti cisplatin (PDD) berikatan silang dengan rantai ganda DNA, efeknya menyerupai alkilator. Karboplatin sebagai obat antitumor golongan platin generasi kedua, sifat nefrotoksik dan reaksi gastrointestinalnya lebih rendah. Oksaliplatin adalah antitumor golongan platin generasi ketiga. Efektif terhadap kanker usus resistensi obat juga bebas nefrotoksisitas. Dakarbazin (DTIC), prokar-bazin (PCZ), heksametilmelamin (HMM) dll, melalui pembentukan gugus metil aktif berefek alkilasi terhadap DNA. Temozolamid sejenis dengan DTIC dapat melintasi sawar darah otak, efektif terhadap astrositoma anaplastik. 5 Universitas Sumatera Utara Antimetabolit Obat golongan ini terutama mengusik metabolisme asam nukleat dengan mempengaruhi sintesis DNA. RNA dan makromolekul protein. Metotreksat (MTX) menghambat enzim dihidrofolat reduktase sehingga produksi tetrahidrofolat terhambat, akhirnya menghambat sintesis DNA. Setelah pemberian dosis super besar MTX dalam 6-24 jam diberikan pertolongan (rescue) leukovorin (CF), dapat membuat sel tumor, terutama sel tumor sistem saraf pusat terbasmi relatif besar sedangkan rudapaksa jaringan normal berkurang. Ini merupakan dasar terapi MTX dosis besar dan pertolongan leukovorin (HDMTX-CFR). Merkaptopurin (6MP) dan tioguanin (6TG) dapat memutus perubahan hipoxantin menjadi asam adenilat hingga menghambat sintesis asam nukleat. Fluorourasil di dalam tubuh berubah menjadi fluoro-deoksiuridin (FdUMP) yang menghambat enzim timidilat sintase, memutus perubahan deoksiuridin menjadi timidin, mengusik biosintesis DNA. Belakangan ini ditemukan dosis tinggi asam folinat berefek stabilisasi dan memperpanjang kompleks yang dibentuk dari metabolit aktif 5FU (FdUMP), timidilat sintase dan asam metilen-tetrahidro-folat (5,10CH2-FH4). Mekanisme modulasi biokimia demikian membuat efek sitotoksik 5FU bertambah. Absorpsi oral 5FU lidak teratur, kapsul UFT oral yang dahulu pernah dikembangkan mengandung prekursor 5FU yang mudah di-absorpsi (ftorafurm. FT-207) dan 5FU dengan perbandingan 1:4 gramol volume. Yang terakhir dapat menghambat enzim dihidropirimidin dehidrogenase (DPD) sehingga menghambat degradasi 5FU. Belakangan telah disintesis xeloda (kapesitabin) merupakan obat prekursor 5-FUDR yang diaktivasi beberapa enzim sekuensial. Setelah pemberian xeloda peroral, di dalam saluran gastrointestinal dimetabolisme hidroksi asid esterase menjadi 5-DFCR, lalu di hati dimetabolisme sitidin deaminase menjadi 5DFUR (deok-sifiuorouridin), lalu dalam jaringan tumor berubah menjadi 5-FU oleh enzim timidilat fosforilase (TP). Mekanisme ini serupa dengan injeksi intravena kontinu dosis kecil 5-FU, dengan keunggulan efek samping rendah. efektivitas tinggi. Hidroksiurea (HU) menghambat aktivitas enzim nukleosida 6 Universitas Sumatera Utara reduktase, menghambat perubahan asam sitidilat menjadi deoksi-sitidilat, secara selektif menghambat sintesis DNA. Sitarabin (Ara-C) menghambat enzim DNA polimerase, menghambat nukleosida berikatan dalam DNA sehingga menghambat sintesis DNA. Obat sejenis, siklositidin (Cyclo-C) stabil terhadap enzim deaminase, berhasil mengatasi kekurangan karena di dalam tubuh cepat terurai oleh deaminase. Difluoro-deoksisitidin (gemsitabin) juga adalah golongan senyawa nukleosida, di dalam sel setelah dikatalis oleh enzim deoksisitidin kinase (dck), teraktifkan menjadi senyawa trifosfat GCBTP, kemudian masuk ke struktur DNA, mengusik polimerisasi DNA. Obat ini memiliki efek fosforilasi 6 kali lipat dari Ara-C dan tidak mudah mengalami degradasi deaminasi. Metabolit aktifnya dapat menumpuk hingga konsentrasi tinggi intrasel dan bertahan lama, efektif terhadap berbagai jenis tumor padat. Obat sejenisnya, fludarabin memiliki resistensi tertentu terhadap efek deaminasi dari enzim timidin deaminase, di dalam sel mengaktivasi fosforilasi lalu menghambat ribonukleotida reduktase dan enzim terkait lain, menghambat sintesis DNA dan RNA. Enzim L-asparaginase menghidrolisis aspa-ragin menjadi asam aspartat dan amonia, sehingga sel tumor kekurangan asam aspartat yang diperlukan untuk sintesis protein, terjadi hambatan sintesis protein. Haringtonin menghambat sintesis protein pada tahap inisiasi, dan membuat ribosa nukleoprotein terurai. Golongan Antibiotik Aktinomisin D (Act-D), daunorubisin, adriamisin (ADR), epirubisin, pirarubisin (THP), idarubisin, mitoksantron (novantron) dan obat lain menyusup masuk ke pasangan basa di dekat rantai ganda DNA, menimbulkan terpisahnya kedua rantai DNA, mengusik transkripsi DNA dan produksi mRNA. Adriamisin liposom (Doxil) menggunakan teknologi liposom fosfolipid dua lapis dari selubung mikrosfer polictilen gliserol (teknologi polimerisasi Stealth), menghindari bocornya obat dan pengenalan oleh sistem imun, menjamin kadar adriamisin dalam plasma rendah stabil dalam jangka panjang, mengurangi kardiotoksisitas, meningkatkan efektivitas. Bleomisin secara langsung 7 Universitas Sumatera Utara menimbulkan fragmentasi rantai tunggal DNA, mitomisin (MMC) dan DNA membentuk ikatan silang, keduanya berefek sama seperti alkilator. Inhibitor Protein Mikrotubuli Alkaloid dari tumbuhan jenis Vinca, seperti vinblastin (VLB), vinkristin (VCR), vindesin (VDS) maupun navelbin terutama berikatan dengan protein mikrotubul inti sel tumor, menghambat sintesis dan polimerisasi mikrotubul, sehingga mitosis berhenti pada metafase, replikasi sel terganggu. Obat antitumor baru, taksol, taksoter, dapat memacu dimerisasi mikrotubul dan menghambat depolimerisasinya sehingga langkah kunci pembentukan spindel pada mitosis terhambat. Efeknya kebalikan dari vinkristin tapi hasil akhirnya sama, yaitu mitosis sel tumor terhenti. Inhibitor Topoisomerase Alkaloid dari Camptotheca acuminata, irinotekan dan topotekan terutama berefek menghambat topoisomerase I. menghambat pertautan kembali rantai ganda setelah saling berpisah waktu replikasi DNA, sehingga rantai ganda DNA terputus. Podofilotoksin seperti etoposid (VP-16) dan teniposid (VM-26) berefek menghambat enzim topoisomerase II, juga menghambat replikasi dan sintesis DNA. Golongan Hormon Hormon seperti estrogen, progesteron. testosteron dll, berikatan dengan reseptor yang sesuai intrasel memacu pertumbuhan tumor tertentu yang bergantung pada hormon seperti karsinoma mamae, karsinoma prostat. Penyekat reseptor termasuk antiestrogen seperti tamoksifen, toremifen dll. dan antiandrogen seperti flutamid masing-masing dapat berikatan secara kompetitif dengan reseptor yang sesuai dalam sel tumor, digunakan untuk terapi karsinoma mamae dan karsinoma prostat. Zai sejenis LH-Rll, melalui stimulasi produksi FSH dan LH secara umpan balik negatif akhirnya menyebabkan gagai fungsi ovarium, efeknya serupa dengan kastrasi ovarium nonoperatif, secara klinis dapat 8 Universitas Sumatera Utara digunakan untuk terapi karsinoma mamae dan karsinoma prostat. Sediaan jenis ini terutama adalah Zoladex dan Lupron. Selain itu, inhibitor aromatase (aminoglutetimid, formestan. letrozol, arimidex dll.) terutama menghambat aromatisasi cincin A testosteron menjadi estradiol, menghambat sintesis hormon steroid korteks adrenal, dapat dipakai untuk terapi karsinoma mamae pasca menopause. Golongan Target Molekular Perkembangan pesat biologi molekular membuat pemahaman terhadap karsinogenesis, invasi diseminasi dan metastasis kanker secara molecular maju lagi selangkah. Belakangan ini telah dikembangkan obat yang tertuju target molekul yang menjadi kunci dalam proses timbul dan berkembangnya kanker, misalnya enzim tirosin kinase (TK). farnesil transferase (FT), matriks metaloproteinase (MMP) dll, pada antigen terkait diferensiasi membran sel (seperti CD-20. CD-33. CD-52, CD117 dll.), faktor pertumbuhan epidermal (EGF) dan reseptornya (EGER), faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF) dan reseptornya (VEGFR). Obat jenis ini sama sekali berbeda dari sitostatika. Selain memiliki efek spesifik, tidak menimbulkan depresi sumsum tulang dan reaksi gastrointestinal menonjol. Obat tertuju target molekul yang sudah atau sedang dalam penggunaan klinis adalah: gleevec (Imatinib) dengan target BCR/ABL untuk terapi leukemia granulositik kronik, juga bisa untuk terapi tumor stromal gastrointestinal (GIST) yang mengekspresikan C-Kit atau PDEGR; mabtera (Rituximab) untuk terapi limfoma sel B folikular yang mengekspresikan CD20; tianstuzumab (Herceptin) untuk terapi karsinoma mamae yang overekspresikan HER2; gefitinib (Iressa) dengan target EGFR untuk terapi karsinoma non-sel kecil paru; C225 (Cetuximab, Erbitux) untuk terapi karsinoma usus dan karsinoma kepaladan leher; erlotinib (Tarceva) yang menghambat aktivitas HER1 EGFR-TK; dan bevacizumab (Avastin) yang berikatan dan menetralisasi aktivitas VEGF. Dari obat-obat ini, ada yang berupa senyawa molekul kecil, ada yang antibodi monoklonal (mencakup antibodi mozaik 9 Universitas Sumatera Utara manusia-tikus, antibodi antropogenisasi). Target, indikasi, efek buruk mereka berbeda-beda, perlu dicermati benar sewaktu menggunakannya. Obat Anti Tumor yang umum digunakan di klinis.8,9 Gol Nama Mostar nitrogen (HN2) Jalur adm. Utama IV.intra kavun serosa Siklofosfamid (CTX), Endoxan IV.PO Ifosfamid (IFO) IV Tio-TEPA IM.IV.SK . Intrakavu m serosa A L K I L A T O R Dosis umumnya 0.2mg/kg 1x/minggu 0.4mg/kg 1x/3-4 minggu 6001200mg/m2 1 x/3/4 minggu: 100 mg/m2 PO berturutturut 14 hari / per 4 minggu: 200 mg/m2 PO berturutturut 5-7 hari / per 3 minggu 1.0-1.5 g/m2 berturutturut 5-7 hari / per 4 minggu 0.1-0.2 mg/kg 1x/hari, 4-5 x kemudian diganti 2x / minggu, total 2030x atau 0.61.0mg/kg, 1x/ 3-4 minggu Toksisitas Toksisitas pembatas lain utama Depresi Mual sumsum muntah, tulang flebitis Indikasi Utama Catatan Nonspesifik siklus efek kuat, tapi kurang selektif untuk limfoma dan efusi maligna kavun torako abdominal Spektrum luas nonspesifik siklus lebih lembut dari HN2 untuk limforma mieloma SCLC dll Ekstavasasi dapat menimbulkan nekrosis jaringan Berikan Mesna simultan: dosis per kali 20-30% dari IFO 3x/hari (0.4 8jam) + hidrasi. Depresi sumsum tulang Mual, muntah, alopesis, sistitis hemoragis Depresi sumsum tulang Sistitis hemoragis mual, muntah, alopesia Nonspesifik siklus, spektrum luas seperti CTX, sarkoma jaringan lunak Depresi sumsum tulang Mual, muntah Karsinoma mamae karsinoma ovari, adenokarsinoma gastrointestinal. Karsinoma superfisial vesika dapat diberikan intravesika Tak untuk pemberian lokal 10 Universitas Sumatera Utara Myleran PO 3-4 x 2 mg/hari Melfalan (Alkeran) PO 0.25 Depresi mg/kg.qdx4 sumsum per 4-6 tulang minggu atau 2-4 mg/hari Mual, muntah Lekemia granulositik kronik dan sindrom hiperplasia sumsum tulang lain. Seminoma tesies, mieloma multipel Kamustin (BCNU) IV 200 mg/m2 per 4-6 minggu Depresi sumsum tulang tertunda, terutama trombosit openia Mual, muntah Tumor intrakranial limfoma SCLC Lomustin (CCNU) PO Idem atas Muntah Idem atas Me- (CCNU) PO Idem atas Muntah Idem atas Idem atas Cisplatin (DDP) IV 100 mg/m2 per 4-6 minggu 175 mg/m2 (obat tunggal) per 4-6 minggu 20 mg/m2 qdx5 atau 100 mg/m2 per 3-4 minggu Menembus sawar darah otak, toksisitas sumsum tulang tertunda dalam 4-6 minggu tak boleh kemoterapi lain Idem atas Rudapaks a tubuli renis dan sarah auditorius Mual, muntah depresi sumsum tulang Karsinoma lestes, ovari, kepala dan leher paru, osterosarkoma Karboplatin (CBP) IV 300-350 mg/m2 atau AUC5-6 sekali per 4 minggu Depresi sumsum tulang trombosit open Mual, muntah, netrotoksisita Spektrum luas nonspesifik siklus seperti cisplatin Pra pemberian obat perlu hidrasi diuretik untuk reduksi netrotoksisitas khususnya bila dosis tinggi Nefroksisitas, muntah lebih ringan dari DDP, tak boleh dilusi dengan larutan garam A L K I L A T Depresi sumsum tulang Pigmentasi, amenore, fibrosis paru, sindrom addisonian O R 11 Universitas Sumatera Utara Oksalipation (Eloxatin) IV 130 mg/m2 per 3 minggu sekali, 85100 mg/m2 per 2 minggu sekali Rudapaks a saraf sensorik epi (hipestasi, kena dingin keram) Mual, muntah, depresi sumsum tulang, alergi Karsinoma kolorektal, kanker lain yang resisten terhadap DDP Dakarbazin (DTIC) IV Depresi sumsum tulang Mual, muntah Temozolamid PO 250 mg/m2 hari, per 4 minggu, berturutturut 5 hari 150-200 mg/m2 qd x 14, per 4 minggu Depresi sumsum tulang Mual, muntah, sefalgia, fatiq, lemah Melanoma malignum, penyakit hodkin, sarkoma jaringan lunak Tumor otak, melanoma Prokarbazin (PCB) PO 100-200 mg/m2 qd x 14, per 4 minggu Depresi sumsum tulang Depresi sumsum tulang Penyakit Hodgkin, tumor otak Metotreksat (MTX) PO IV IT IV (dosis besar) 2.5-7.5 mg tiap hari, 20-40 mg/m2 sekali per minggu 5-10 mg per kali, 100 mg – 10 g/m2, setiap pasca infus 6-12 jam perlu terapi salvasi CF (asam folinat) (12-15 mq q6h x 12) Depresi sumsum tulang, mukositis gastrointe stinal, rudpaksa fungsi ginjal Mual, muntah, mukositis pigmentosa, rudapaksa fungsi ginjal Lekemia akut, karsinoma skuamosa kepada leher, koriokarsinoma, karsinoma paru, mamae, osteosarkoma, limfoma, leukemia Hindari minum dingin atau anggota badan kontak dengan air dingin, dosis total harus kurang dari 800 mg/m2, tak boleh dilusi dengan larutan garam. Waktu injeksi IV perhatikan hindari cahaya, tetesan cepat Dapat menembus sawar darahotak Bila dosis kumulatif besar timbul depresi sumsum tulang tertunda Pemakaian dosis tinggi hanya terbatas di sentrum kanker berpengalaman, bila perlu dengan monitoring kadar obat dalam darah, hidrasi, alkalinisasi. 12 Universitas Sumatera Utara A Merkaptopurin (6MP) PO 2.5 mg/(kg.d), 5 hari per bulan Depresi sumsum tulang Tioguanin (6TG) PO Depresi sumsum tulang Fluorourasil (5FU) IV, IVD, PO Florafur (FT207) PO 2.5 mg/(kg.d), 5 hari per bulan 15 mg/kg, sekali per minggu, 400-500 mg/m2 hari, berturutturut 5 hari per 3-4 minggu 8001000mg tiap hari Urasil tegafur (UFT) PO Xeloda PO Idem atas, 600 mg/hari (dapat digunakan bersama CF) Obat tunggal 2500 mg/m2/hari, dibagi dua, berturutturut 14 hari, istirahat 7 hari N T I M E T A B O L Mual, muntah stomatitis, rudapaksa hati dll Idem atas Lekemia akut Depresi sumsum tulang, mual, muntah, alopesia, pigmentasi, sindrom tangan dan kaki Toksisitas sumusm tulang ringan, sedikit mual, muntah, nafsu makan turun, kadang kala hepatotoksik Adenokarsinoma gastrointestinal, karsionma mamae, koriokarsinoma, karsinoma kepala leher, hati, ovari Pemakaian bersama asam folinat (CF) menyebabkan efektivitas, toksisitas meningkat Idem atas Idem atas Idem atas Idem atas Idem atas Perpaduan FT207 dan 5FU, lain-lain idem atas Diare, sindrom tangankaki Stomatitis, fatiq, depresi sumsum tulang Karsinoma mamae, kolorektal, lambung, kepala dan leher Selektivitas lebih baik dari sediaan FU di atas Mukositis gastrointe stinal (stomatiti, diare) Neurotoks isitas termasuk sefalgia, gelisah, halusinasi, dll I Lekemia akut T 13 Universitas Sumatera Utara A N T I M I K R O T U B U L A R Sitarabin (Ara C) IV/D 100-150 mg/m2 qd x 5-7 hari, tiap 3 minggu Gemsilabin (Gemzar) IV 1000-1250 mg/m2, qw x2-3 hari per minggu Fludarabin IV Hidroksiurea PO 25 mg/m2 hari tiap 28 hari berturutturut 4 minggu 20-40 mg/kg, qd L-Aspara ginase IV Onkovin / Vinkristin (VCR) IV Vinblastin (VLB) IV Vindesin (VDS) IV Nevelbin IV 25 mg/m2, Depresi tiap minggu sumsum tulang Flebitis Taksol (Pacitaxel) IV 175 mg/m2 (monoterap i) Reaksi alergi (kontraindika si bagi yang 200-1000 u/kg. qd, x3-7, tiap 4 minggu 0.7-1.0 mg/m2 tiap minggu sekali, dosis maksimum 2 mg 4-6 mg/m2, tiap minggu sekali 3 mg/m2, tiap minggu sekali Depresi sumsum tulang, mukositis gastroines tinal Depresi sumusm tulang Mual, muntah Lekemia akut Juga boleh injeksi subkutis dan intratekal Mual, muntah, alergi Waspada trombositopenia Granulosit ositopeni, trombosit openi Mual, muntah Karsinoma non sel kecil paru, karsinoma pankreas, kepala dan leher, saluran kemih Limfoma nonHodgkin (tipe inert) Depresi sumsum tulang Hepatotok sis Stomatitis Neuritas perifer Obstipasi Lekemia akut, limfoma Estravasasi menyebabkan nekrosis jaringan Granulosit ipeni Neuritis tepi Penyakit Hodgkin karsinoma testes Idem atas Depresi sumsum tulang Neuritis tepi, alopesia Limfoma, leukemia akut, karsinoma paru, karsinoma testes, dll Karsinoma non sel kecil paru, karsinoma mamae Idem atas Spektrum luas dapat untuk karsinoma ovary Sebelum pemberian obat basanya dipakai Depresi sumsum tulang: Reaksi hipersensitivi tas Lekemia akut, karsinoma kepala leher Lekemia limfosit akut, limfoma, dll Tes kulit sebelum pemakaian obat Idem diatas 14 Universitas Sumatera Utara I N T H I B I T O R T O P O S I T O M E R A S 135mg/m2 (kombinasi ) tiap 4 minggu netropeni < 1.5 x 10 /L kontraindi kasi alergi terhadap obat ini atau zat pendampingn ya polioksietilen kastor oil), alopesia mialgia, neuritis tepi mamae, karsinoma paru non sel kecil kepala dan leher kandung kemih Alergi (seperti taksol), alopesia udem perubahan kuku tangan kaki Alopesia mual muntah Karsinoma mamae karsinoma paru non sel kecil Taksoter (Docetaxel) IV 60-70 mg/m2 tiap 3 minggu Netro penia Etoposid (VP16) IV.PO Depresi sumsum tulang Vumon (VM26) IV 50 mg/m2 qd x 5d, tiap 3-4 minggu, 50 mg. qd x 14-20d. stop 2 minggu 70 mg/m2 berturutturut 2hari / 3 minggu Depesi sumsum tulang Infus terlalu cepat dapat timbul bronkospasm alopesia alergi Metastasis tumor otak limfoma malignum Topotekan IV Depresi sumsum tulang Mual, muntah, alopesia Karsinoma ovari, lambung karsinoma paru sel kecil Irinotekan (CPT-11) IV 1.25 mg/m2 hari berturutturut 5 hari (tiap 3 minggu) 300-500 mg/m2 (tiap Diare tunda Idem atas Karsinoma kolorektal obat antialergi meliputi deksametason 20 mg (13.6 jam sebelum obat), difenhidramin 50 mg simetidin 300 mg (30-60 menit sebelum obat) dan gunakan perangkat infus, polietilen dengan membran berpori 0.22 mikron. Sehari sebelum memakai obat, berikan deksametason oral 8 mg 2 x hari total 3-5 hari. Karsinoma testes karsinoma sel kecil paru limfoma Kelarutan lemak lebih tinggi dari VP16 dapat menembus sawar darah otak waspada alergi Tak boleh diinfuskan bersama obat alkalis jangan ekstravasasi Dosis besar imodium (2mg 15 Universitas Sumatera Utara E 3 minggu) atau 100 mg/m2 tiap minggu x4 istirahat 2 minggu netropenia lambung, karsinoma paru sel kecil q2h) dapat mengendalikan diare tunda Kardiotoksisitas berkait dengan dosis kumulatif dosis total tak boleh > 450 mg/m2 Kardiotoksisitas lebih rendah dari ADR khususnya kardiotoksisitas dosis kumulatif < 900 mg/m2 Seperti ADR Adriamisin (ADR) IV 40-50 mg/m2 tiap 3 minggu sekali Depresi sumsum tulang kardiotoks isitas Alopesia, mual, muntah Epirubisin IV 60-70 mg/m2 tiap 3 minggu Idem atas kardiotoks ik lebih ringan Idem atas Limfoma karsinoma mamae, karsinoma paru sel kecil, sarkoma jaringan lunak meloma Lekemia akut Daunorubisin IV Idem ADR Idem atas Lekemia akut Pirarubisin (THP) IV 30-60 mg/m2 qd x 1-3d tiap 14-21d 30-50 mg/m2 tiap 3 minggu Serupa epirubisin Idem atas alopesia lebih ringan Idem ADR Bleomisin (BLM) IV.IM Fibrosis paru Perubahan kulit dengan kadang kala alergi Karsinoma skuamosa kepala dan leher, karsinoma testes, limfoma Mitosin – C (MMC) IV T 5-10 mg/m2 sekali setiap selang sehari atau sekali per minggu 10 mg/m2 tiap 3-4 minggu Depresi sumsum tulang Mual, muntah, flebitis I Aktinomisin D IV 250-400 ug/m2 / hari, qd x5 tiap 4 minggu Depresi sumsum tulang Mual, muntah, alopesia Doksil IV 20-50 Depresi Sindrom Karsinoma mamae, karsinoma gastrointesinal, karsinoma paru Tumor pediatik, terato- karsinoma, karsinoma trofoblastik, karsinoma testes, sarkoma jaringan lunak Karsinoma ovari A N T I B I O K Kardiotoksisitas lebih rendah dari ADR dosis kumulatif 900 mg/m2 Fibrosis paru berkait dengan dosis kumulatif, pemberian IV hati-hati syok alergi Perhatikan hidari ekstravasasi Idem atas Kardiotoksisitas 16 Universitas Sumatera Utara Tamoksifen PO Toremifen PO Medroksi – IM.PO progesteron mg/m2 tiap 3-4 minggu 10-20 mg bid sumsum tulang Hiperkals emia tangan-kaki, kardiotoksik Ruam kulit, mual, muntah, haid kacau, pruitus vagina sekret mamae 60 mg.qd Idem atas Idem atas Idem atas 500-1000 mg/d. 1000-1500 mg/d 160 mg.d Tromboe mboli, hiperkalse mia Trombofle bis Amenore, galaktore ikterus Karsinoma mamae, karsinoma endometrium Idem atas Hepatotok sik Nyeri lokal Nafsu makan, berat badan meningkat Ginekomastia Muka merah, lemah, mual Karsinoma mamae metastasis tulang Nyeri lokal Muka merah, lemah, mual Karsinoma mamae pasca menopause Ibu hamil kontraindi kasi Ruam gatal, udem, muntaber, sefalgia, febris Idem, keringat malam, pusing, muntaber, ruam kulit Mual, mulut kering, sefalgia konstipasi, insomnia, demam Demam, libido turun, ruam, mamae kencang Karsinoma mamae pasca menopause Tak perlu glukokortikoid Karsinoma mamae stadium lanjut (pasca menopause) Tak perlu glukokortikoid Karsinoma, mamae pasca menopause Kontraindikasi dipakai bersama estrogen, kadang timbul leukopeni. Karsinoma prostat lanjut Gunakan dulu flutamide untuk mencegah progresi jangka pendek Megastrol (Megace) PO Flutamid PO Aminogluteti mid PO IM R Lentaron (Formestan) PO M Letrozol (Femara) 250 mg bid-bid 250 mg kali, sekali per 2 minggu 250 mg kali sekali per 2 minggu 2.5 mg qd Anastrozol PO 1mg qd Idem atas Eksemestan (Aromasin) PO 25 mg qd Ibu menyusui, hamil kontrandi kasi Goserilin (Zoladex) SK 3.6 mg tiap 28 hari Nyeri tulang bertambah sejenak H O O N A L Karsinoma mamae jauh / kurang dari ADR Terapi penunjang tak lebih dari 5 tahun bila tidak berisiko karsinoma endomertrium Sifat karsinogenik sangat rendah Karsinoma prostat Minum besama glukokortikoid (kortison 100 mg/d) 17 Universitas Sumatera Utara T Lupron SK Gleevec (imatinib) PO Mabthera (rituksimab) IV Herceptin (transtuzumab) IV Iressa (gefinitib) PO A R G E T M O L Erbitux C-225 IV (setuximab) E K U L A R Terceva OSI774 (erlotinib) PO Avastin (bevacizumab) IV 7.5 mg tiap 28 hari 400-600 mg d berturutturut dosis maksimal 800 mg d Idem atas Idem atas Idem atas Hindari cahaya Retensi cairan Mual, lemah, ruam, depresi, sumsum tulang Leukemia granulositik tumor stroma gastrointestinal Target Bcr/Abl. PDGFR c-kit 375 mg /m2 sekali per minggu berturut=tu rut 4 minggu Dosis awal 4 mg kg lalu 2 mg kg sekali per minggu selama 4 minggu 250 mg/d minum terus Dosis awal 400 mg / m2 lalu 50 mg/m2 sekali per minggu 150 mg/d sekali per hari minum terus 5mg/kg sekali per 2 minggu Demam, mengigil Bronkospasm e, hipotensi, sefalgia lemah NHL leukemia limfositik kronik Target CD-20 Demam mengigil, kardiotoks ik Lemah setalgia, hipotensi Karsinoma mamae (overekspresi HER2) Target CD-20 Pneumoni a interstisial Ruam akneiform Ruam akne form, mual, diare Lemah, rasa tak enak, alergi NSCLC Target EGFR Karsinoma kolorektat Target EGFR Ruam diare Pneumonitis, keluar air mata Target EGFR (HERI) Perdaraha n perforasi hipertensi trombosis Penyembuha n luka buruk proteinuri, alergi NSCLC lainnya (karsinoma mamae, kolon, ginjal) Karsinoma kolorektat Target VEGF 18 Universitas Sumatera Utara Efek Toksik Obat Antitumor 8,9 Efek toksik kemoterapi terdiri atas efek toksik jangka pendek dan jangka panjang. Efek toksik jangka pendek 1. Depresi sumsum tulang Depresi sumsum tulang merupakan hambatan terbesar kemoterapi. Kebanyakan obat antitumor, kecuali honnon, bleomisin, L-asparaginase, semuanya menimbulkan leukopenia, trombositopenia dan anemia dengan derajat bervariasi. Di antaranya obat golongan nitrosourea (BCNU, CCNU dan MeCCNU) dan prokarbazin dapat menimbulkan depresi sumsum tulang tertunda selama 6-8 minggu. Depresi sumsum tulang yang parah dapat menyebabkan timbulnya infeksi, septikemia dan hemoragik visera. Oleh karena itu, memperkuat terapi penunjang sistemik, kebersihan lingkungan, higiene oral dan perawatan yang baik dapat mengurangi timbulnya komplikasi. Penggunaan rasional faktor stimulasi koloni sel hemopoietik (G-CSF dan GM-CSF) dapat mencegah dan mengatasi infeksi sekunder akibat granulo-sitopenia karena kemoterapi. Infus trombosit, TPO dan interleukin-11 (IL-11, Neumegs) dapat digunakan untuk terapi trombositopenia karena kemoterapi. 2. Reaksi gastrointestinal Banyak obat antitumor sering menimbulkan mual, muntah dengan derajat bervariasi. Di antaranya dosis tinggi DDP, DTIC, HN , Ara-C, CTX, BCNU menimbulkan mual muntah yang hebat. Pemberian penyekat reseptor 5hidroksitriptamin 3 (5-HT3), seperti ondansetron, granisetron. tropisetron. ramosetron, azasetron, dll. dapat mencegah dan mengurangi kejadian mual, muntah. 5FU, MTX, bleomisin, adriamisin dapat menimbulkan ulserasi mukosa mulut. seiama kemoterapi harus meningkatkan perawatan higiene oral. Obat sejenis 5FU dan CPT-11 kadang kala menimbulkan diare serius, gangguan keseimbangan air dan elektrolit yang terjadi harus dikoreksi segera. Diare tertunda akibat CPT-11 harus segera diterapi dengan loperamid. 19 Universitas Sumatera Utara 3.Rudapaksa fungsi hati MTX, 6MP, 5FU, DTIC, VP-16, aspara-ginase dll, dapat menimbulkan rudapaksa hati. Peninggian bilirubin, ALK mempengaruhi ekskresi obat golongan antrasiklin (misal, adriamisin) dan golongan vinka alkaloid. Berdasarkan tingkat keparahan rudapaksa fungsi hati perlu dilakukan penyesuaian dosis obat. Perlu perhatian khusus, bahwa obat kemoterapi menyebabkan infeksi virus hepatitis laten memburuk tiba-tiba, menimbulkan nekrosis hati akut atau subakut (hepatitis berat). 4.Rudapaksa fungsi ginjal Dosis tinggi siklofosfamid, ifosfamid dapat menimbulkan sistitis hemoragik, penggunaan bersama merkaptoetan sulfonat (mesna) dapat menghambat pembentukan metabolit aktifnya, akrilaldehid, mencegah terjadinya sistitis hemoragik. Dosis tinggi MTX yang diekskresi lewat urin dapat menyumbat duktuli renalis hingga timbul oliguri, uremia. Untuk menjamin keamanan harus dilakukan serentak hidrasi, alkalinisasi, pertolongan CF atau memantau konsentrasi MTX darah. Cisplatinum secara langsung merusak parenkim ginjal, pemakaian dosis tinggi memerlukan hidrasi dan diuresis. Tumor masif yang peka kemoterapi seperti leukemia, limfoma, nefroblastoma anak. neuroblastoma dll. bila menjalani kemoterapi, sel tumor akan lisis mati dalam jumlah besar, timbul asam urat dalam jumlah besar dalam waktu singkat yang dapat menimbulkan nefropati asam urat. Oleh karena itu pemberian alopurinol sebelum melalui kemoterapi dapat membantu mencegah timbulnya nefropati asam urat. Tumor ganas yang terdestruksi cepat juga dapat menimbulkan rangkaian gangguan metabolisme seperti hiperurikemia, hiperkalemia dan hiperfosfatemia, ini disebut sindrom lisis akut tumor. Ini perlu dicermati dan ditangani segera secara benar. 20 Universitas Sumatera Utara 5.Kardiotoksisitas Adriamisin, daunorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik. terutama efek kardiotoksik kumulatif. Dosis total adriamisin harus dikendalikan <550 mg/m2 bila dipakai tunggal, dan <450 mg/m2 bila dalam kemoterapi kombinasi. Pada pasien dengan EKG abnormal atau insufisiensi jantung, perlu pemantauan jantung seiama terapi. Epirubisin, pirarubisin, mitoksantron memiliki kardiotoksisitas yang lebih ringan. Obat lain seperti taksol, herseptin juga berefek kardiotoksik. Penggunaan obat-obat tersebut sedapat mungkin tidak bersamaan dengan radioterapi daerah prekordial. 6.Pulmotoksisitas Penggunaan jangka panjang bleomisin, busulfan (Myleran) dapat menimbulkan fibrosis kronis paru, secara klinis harus mengendalikan dosis totalnya. Obat baru dengan target molekular Iressa dapat menimbulkan pneumonitis interstisial sebagian fatal, harus diwaspadai. 7.Neurotoksisitas Vinkristin, cisplatin, oksaliplatin, taksol, dll, dapat menimbulkan perineuritis. Dosis tunggal VCR (< 2 mg) dan dosis total oksaliplatin (<800 mg/m2) harus ditaati benar. Untuk mengurangi neurotoksisitas oksaliplatin. sewaktu terapi hindari minum air dingin dan mencuci tangan dengan air dingin. 8.Reaksi alergi Bleomisin, asparaginase, taksol, takso-tere dll. dapat menimbulkan menggigil, demam, syok anafilaktik, udem. Untuk mencegah dan mengurangi reaksi demikian, sebelum memakai bleomisin dapat minum indometasin. Terhadap asparaginase perlu pengujian reaksi alergi. sebelum memakai taksol perlu diberikan deksametason, difenhidramin, simetidin (atau ranitidin). Sebelum dan setelah terapi taksotere diberikan deksa-metason 3-5 hari. Selain itu, VM-26, Ara-C, gemsitabin juga dapat menimbulkan reaksi serupa, dapat dilakukan tindakan yang sesuai untuk mencegah dan mengatasinya. 21 Universitas Sumatera Utara 9.Lainnya Obat sejenis adriamisin, taksol, VP-16, CTX, Act-D. 5-FU dll, dapat menimbulkan alopesia, melanosis dengan derajat bervariasi, biasanya dapat pulih spontan setelah obat dihentikan. Infus kontinu 5-FU, xeloda peroral dapat menimbulkan sindroma tangan-kaki (eritroderma palmar-plantar), dengan manifestasi telapak tangan dan kaki nyeri, bercak merah, bengkak, eksudasi, deskuamasi, ulserasi, dll, harus segera mengontrol dosis obat. 10. Efek toksik lokal Umumnya obat antikanker bersifat iritasi kuat, misal HN2, ADR, MMC, NVB. dll. sering menimbulkan tromboflebitis bervariasi. Pada pasien yang berulang menerima obat sebaiknya melalui kateter yang dipasang ke vena sentral atau vena dalam. Bila terjadi ekstravasasi obat-obat itu keluar vena dan menimbulkan nekrosis jaringan lokal. Ekstravasasi mostar nitrogen dapat segera diatasi dengan infiltrasi lokal M/6 natrium tiosulfat untuk mengurangi efek toksiknya. Ekstravasasi obat lain harus segera diatasi dengan isolasi lokal memakai prokain 0,25%. 11. Mukositis Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut, lidah, tenggorok, usus dan rektum. Umumnya mukositis terjadi pada hari ke 5-7 setelah kemoterapi. Mukositis dapat menyebabkan infeksi sekunder, asupan nutrisi yang buruk, dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan dan peningkatan biaya perawatan. Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat mukositis maka kebersihan mulut harus dijaga. Jika telah terjadi infeksi sekunder maka harus diobati dengan obat yang sesuai. . 22 Universitas Sumatera Utara Efek toksik jangka panjang 8,9 1.Karsinogenisitas Beberapa obat antitumor seperti HN2, prokarbazin, melfalan, dll. beberapa bulan atau tabun setelah digunakan meningkatkan peluang terjadinya tumor primer kedua. 2.Infertilitas Umumnya obat antikanker dapat me-nekan fungsi spermatozoa dan ovarium hingga timbul penurunan fertilitas. Anak dalam masa pertumbuhan harus menghindari overterapi. Penggunaan obat secara rasional 9 Dalam keadaan biasa, kemoterapi sistemik menggunakan jalur intravena. Obat antimetabolit tertentu seperti 5-FU dengan pemberian berulang berkelanjutan jangka panjang intravena dapat dengan jelas menurunkan toksisitas sehingga dimungkinkan pemakaian dosis lebih besar hingga efektivitas meningkat. Obat lain seperti etoposid (VP-16) dengan dosis kecil per oral hasilnya tidak kalah dibandingkari dosis lebih besar melalui drip intravena, dapat digunakan untuk kanker sel kecil dan limfoma stadium lanjut pada pasien lansia bertubuh lemah. Pasien dengan efusi maligna dapat diberikan obat intrakavital. yang sering dipakai adalah cisplatin, karboplatin, mitomisin, mostar nitrogen, bleomisin, tiotepa dan lain-lain. Untuk meningkatkan dosis obat dan pada waktu bersamaan mengurangi absorpsi obat intrakavital yang berakibat toksisitas sistemik, maka sewaktu menyuntikkan obat dosis tinggi intrakavital (misal DDP 100-150 mg/m2), secara bersamaan diberikan drip intravena natrium tiosulfat (12 g/m2) untuk detoksifikasi. Metode ini disebut kemoterapi dua jalur (two route chemotherapy). Ada kalanya terhadap tumor terlokalisir untuk meningkatkan kadar obat setempat dapat dilakukan intervensi infus obat intra-arteri (kateterisasi), misalnya intervensi trans-arteri pada hepatoma, kanker kepala leher dikateter lewat arteri karotis eksterna, dan lain-lain. 23 Universitas Sumatera Utara Obat yang dapat dipilih termasuk fluorourasil, epirubisim, adriamisin, cisplatin, mitomiskin, dan lain-lain. Selain itu untuk mencegah invasi sistem saraf pusat oleh leukemia limfositik akut atau limfoma non-Hodgkin, injeksi intradural metotrekstat dan sitarabin merupakan metode yang efektif. Perkuat terapi penunjang, aktif mencegah dan mengatasi komplikasi kemoterapi 9 Hryniuk dan Evin dan kawan-kawan, berpendapat intensitas dosis obat merupakan faktor terpenting efektivitas obat. Peningkatan intensitas dosis selain meningkatkan efektivitas juga membawa efek toksik lebih besar, termasuk mual muntah hebat, demam, perdarahan, dll. Tetapi penunjang sistemik, seperti kebersihan lingkungan, higiene oral, asuh perawatan yang baik dapat mengurangi kejadian komplikasi. Faktor stimulasi koloni sel hematopoietik (G-CSF dan GMCSF) dapat mencegah dan mengatasi penurunan neutrofil akibat kemoterapi yang dapat menimbulkan infeksi sekunder. Penggunaan kombinasi ruang beraliran udara laminar, cangkok sumsum tulang (BMT = bone marrow transplantation) atau cangkok sel stem darah tepi (PBPCT = peripheral blood progenitor cell transplantation) serta penggunaan sesuai berbagai faktor pembiak sel hematopoiteik dan tindakan lain penunjang sistemik menjamin pelaksanaan kemoterapi dosis superbesar, meningkatkan angka survival leukemia limfositik akut refrakter dan limfoma non-Hodgkin serta efektivitas terapi tumor peka kemoterapi tertentu. Belakang ini ditemukan penggunaan zat penyekat reseptor 5HT3 tertentu seperti ondansetron, granisetron dan lain-lain, dapat mencegah dan mengobati mual, muntah. Zat protektor radiasi nuklir bebas oksigen sehingga dapat mengurangi secara jelas toksisitas sumsum tulang, ginjal, saraf dan kardioktoksisitas akibat obat antikanker, dapat menjadi sitoprotektor mengurangi nefrotoksisitas akibat cisplatin. Mengatasi resistensi obat 9 Resistensi obat merupakan sebab utama kegagalan kemoterapi. Penyebab timbulnya resistensi obat bervariasi, obat berbeda memiliki mekanisme berbeda. 24 Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1979 Goldie dan Codman mengemukakan model matematik tentang sifat resistensi obat, beranggapan semakin besar ukuran tumor, jumlah multiplikasi semakin banyak, jumlah sel resisten obat juga semakin banyak, tapi tidak berkaitan dengan obat yang dipakai. Kemoterapi harus sedini mungkin digunakan, paling baik secara bergantian menggunakan dua set regimen kemoterapi yang sama efektif tapi tidak memiliki sifat resistensi obat silang, misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin memakai MOPP/ABVD, untuk kanker sel kecil paru memakai PECAV secara bergantian dapat mengurangi resistensi obat, meningkatkan efektivitas terapi. Resistensi obat lain yang menarik perhatian adalah resistensi obat berganda (multiple drug resistance, MDR). Sel kanker setelah kontak dengan satu jenis obat antikanker, timbul sifat resistensi terhadap berbagai jenis obat antikanker lain dengan struktur yang jelas berbeda dan prinsip kerja berbeda. Sifat resistensi obat silang berganda ini sering terjadi pada berbagai bahan obat alami seperti antara golongan alkaloid tumbuhan dan antibiotik. Kemungkinan ditimbulkan oleh overekspresi bertambahnya gen resisten glikoprotein obat berganda GP-170 (MDRI) membran sel yang kanker. menyebabkan Ini memicu bertambahnya rembesan obat antikanker ke luar lewat membran sel. Pernah ditemukan obat penyekat saluran kalsium seperti verapamil, diltiazem, inhibitor kalmodulin (trifluoperazin) dan antiestrogen tamoksifen dapat mereversi sifat resistensi obat ini, tapi saat ini penelitian tersebut belum diverifikasi secara klinis. 25 Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN Sebagai salah satu metode terapi utama, kemoterapi kanker semakin luas dimanfaatkan. Berkombinasi dengan operasi dan radioterapi, setelah menolong banyak pasien kanker termasuk yang stadium lanjut. Meskipun demikian, pada saat ini masalah kemoterapi dapat dijumpai, timbulnya resistensi obat dan toksisitas. Dengan terus bermunculannya obat antikanker dengan efektivitas tinggi dan toksisitas rendah, penelitian mendalam terhadap supresor onkogen dan gen resistensi obat serta ekspresi molekulnya, bermunculannya teknologi terapi baru diharapkan dapat mengatasi kanker. Dalam pemilihan regimen kemoterapi perlu diketahui efek samping yang akan timbul setelah menjalani kemoterapi. Oleh karena itu perlu pemilihan obat sitostatika yang sesuai dan tepat. 26 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA 1. Allen. TM. Ligand-targeted therapeuties in anti cancer therapy Nat Rey Cancer, 2002: 2: 750-63. 2. Bakemer RF, Qazi R. Basic concepts of cancer chemotherapy and principles of medical oncology, 8th ed. London: WB Saunders Co; 2002: 146-59. 3. Casciato DA, Lowitx BB. Cancer chemotherapeutic agent. Manual of clinical oncology. Ed 4. Philadephia. Lippicott Williams & Wilkins Inc: 48-95. 4. Ciardicello F. Tortora G. A novel approach in the treatment of cancer targeting the epidermal growth factor receptor. Clin Cancer Res 2001: 7: 2958-70. 5. Devita VT. Principles of cancer management: chemotherapy. In: Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA (eds): Cancer: Principles and practice of oncologu. 5th ed. Philadephia: Lippincott: 1997: 333-48. 6. Krokoff IH. Systemic treatment of cancet. CA Cancer J. Clin 1996: 46-137. 7. Stewart BW. Kleihues P. Mechanisms of tumor development. World Cancer Report. Lyon: IARC Press: 2003: 83-125. 8. MuthalibAbdul. Prinsip Dasar Terapi Sistemik Pada Kanker. Dalam : Sehati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk, Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta Pusat : Interna Publishing : 2014 ; 2882-2889. 9. Desen Wan. Kemoterapi Tumor Ganas. Dalam : Wan Desen,dkk, Editor Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi II. Jakarta Pusat: Balai Penerbit FKUI:2013;140161. 27 Universitas Sumatera Utara 28 Universitas Sumatera Utara