VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI

advertisement
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN DAYA
BELI RUMAH (Studi Pada PT. Jamsostek, Kota Malang)
Tunggul Prayuda, Sasongko
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email : [email protected]
ABSTRAK
Kebutuhan akan perumahan atau tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan dasar setiap
manusia. Namun adanya peraturan pemerintah terkait besaran minimal uang muka sebesar 30%.
Atas dasar ini PT. Jamsostek sebagai salah satu BUMN di Indonesia mengeluarkan program
Pinjaman Uang Muka Kerjasama Bank (PUMP-KB) sebagai salah satu kegiatan tangung jawab
sosial. Disamping itu variabel lain seperti sumber uang muka lain, pengalaman kerja, jumlah
keluarga dan beban ketergantungan dalam keluarga. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membeli rumah peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang.penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan 5 variabel yaitu PUMP-KB, sumber uang muka lain (X1), pengalaman kerja (X2),
jumlah keluarga (X3) dan beban ketergantungan dalam keluarga (X4). Variabel PUMP-KB
dijelaskan secara deskriptif sedangkan variabel X1, X2, X3, dan X4 dianalisa dengan analisa
regresi linear berganda metode stepwise. Didapatkan hasil penelitian bahwa variabel pinjaman
PUMP-KB PT. Jamsostek (Persero), sumber uang muka lain, rasio ketergantungan dalam keluarga
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang.
Kata Kunci: PUMP-KB, PT. Jamsostek (Persero), perumahan, kredit kepemilikan rumah
(KPR)
A. LATAR BELAKANG
Setiap negara akan selalu berusaha untuk meningkatkan taraf hidup setiap masyarakatnya
melalui beberapa upaya pembangunan ekonomi. Karena masyarakat adalah salah satu bagian
terpenting dalam sebuah negara. Namun demikian, proses pembangunan ekonomi tersebut tidak
terlepas dari peran perusahaan. Baik perusahaan swasta maupun perusahaan milik negara seperti
BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Dan dalam proses pembangunan ekonomi sebuah negara
tidak terlepas dengan masalah kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.
Banyaknya kemiskinan menunjukkan rendahnya tingkat kesejahteraan pada sebuah negara.
Tingkat kesejahteraan sebuah negara dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dimana salah satu indikatornya adalah kehidupan yang layak. Kehidupan yang layak ini dapat
diukur dengan indikator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity). Dimana semakin
tinggi kemampuan daya beli seseorang, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraannya
semakin tinggi.
Tidak terkecuali dengan kemampuan daya beli seseorang terhadap tempat tinggal atau
perumahan. Dimana kebutuhan akan rumah (home needs) merupakan salah satu kebutuhan dasar
bagi manusia setelah pangan dan sandang.
Keputusan sebuah keluarga dalam pemilihan membeli rumah sangat dipengaruhi oleh gaji dan
pengeluaran. Dimana gaji tergantung dari pengalaman kerja sedangkan pengeluaran keluarga
tergantung dari jumlah anggota kelurga dan perbandingan antara keluarga yang tidak
berpenghasilan dengan jumlah keluarga yang memiliki penghasilan atau biasa disebut rasio
ketergantungan dalam keluarga.
1
2
Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan akan perumahan atau tempat tinggal dapat dilakukan
dengan dua cara. Yaitu pembelian secara tunai dan secara kredit melalu kredit kepemilikan rumah
(KPR). Sistem KPR ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi keluraga berpenghasilan rendah
sehingga tidak memiliki dana yang cukup untuk memiliki rumah secara tunai. Namun pada
kenyataannya masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memiliki rumah sendiri secara
permanen. Adanya aturan pemerintah terkait masalah besaran persentase uang muka pada
pembelian rumah, dimungkinkan menjadi alasan yang memberatkan para Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah.
Dengan semakin sulitnya masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan
pembelian rumah, peran peursahaan baik swasta maupun perusahaan BUMN sangat dibutuhkan
untuk membantu negara dalam menyelesaikan masalah ini. Begitu juga PT. Jamsostek (Persero)
sebagai salah satu perusahaan BUMN yang memiliki kewajiban untuk memberikan tanggung
jawab sosial melalui program Pinjaman Uang Muka Perumahan Kerjasama Bank (PUMP-KB).
Dengan banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membeli
rumah,sehingga membeuat penulis tertarik untuk meneliti “Variabel-Variabel Yang
Mempengaruhi Kemampuan Membeli Rumah (Studi Pada PT. Jamsostek, Kota Malang).”
B. KAJIAN PUSTAKA
Teori Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina
terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi. Kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan
terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Selanjutnya percepatan pertumbuhan ekonomi
masyarakat memerlukan kebijakan ekonomi atau peranan pemerintah dalam mengatur
perekonomian sebagai upaya menjaga stabilitas perekonomian (Swasono, 2005).
Vilveredo Pareto, telah menspesifikasikan suatu kondisi atau syarat terciptanya alokasi
sumberdaya secara efisien atau optimal, yang kemudian terkenal dengan istilah syarat atau kondisi
pareto (Pareto Condition). Kondisi pareto adalah suatu alokasi barang sedemikian rupa, sehingga
bila dibandingkan dengan alokasi lainnya, alokasi tersebut tidak akan merugikan pihak manapun
dan salah satu pihak pasti diuntungkan. Atas kondisi pareto juga bisa didefinisikan sebagai suatu
situasi dimana sebagian atau semua pihak individu tidak akan mungkin lagi diuntungkan oleh
pertukaran sukarela (Swasono, 2005).
Dan Salvatore mengemukakan teori ekonomi kesejahteraan secara mikro. Teori ekonomi
kesejahteraan mempelajari berbagai kondisi dimana cara penyelesaian dari model equilibrium
umum dapat dikatakan optimal. Hal ini memerlukan, antara lain, alokasi optimal faktor produksi
diantara konsumen alokasi faktor produksi dikatakan optimal jika proses produksi tidak dapat
diatur lagi sedemikian rupa guna menaikkan output dari satu atau lebih komoditi tanpa harus
mengurangi output komoditi lain (Salvatore,1990).
Pengukuran Kesejahteraan Sosial (Social Welfare) dan Kesejahteraan Ekonomi (Economic
Welfare)
Sritua mengukur kesejahteraan sosial ekonomi melalui keadaan atau kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat yang diukur dengan indeks tingkat hidup menyeluruh masyarakat. Indeks
tingkat hidup menyeluruh dihitung dengan menggunakan indicator, diantaranya kondisi
perumahan, pendidikan, kesehatan, dan partisipasi politik masyarakat (Sritua, 1993: Daniel,2005).
Indikator Kemiskinan
Persepsi mengenai kemiskinan telah berkembang sejak lama dan sangat bervariasi antara
budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Kriteria untuk membedakan penduduk miskin
dengan yang tidak miskin mencerminkan prioritas nasional tertentu dan konsep normatif
mengenai kesejahteraan. Namun pada umumnya saat negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi
mengenai tingkat konsumsi minimum yang bisa diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan
akan berubah.
Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang
3
menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis
kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu garis kemiskinan
yang berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan
hidup (BPS,2010)
Beban Ketergantungan / Dependency Ratio
Beban ketergantungan atau dependency ratio didefinisikan sebagai rasio antara kelompok
penduduk umur 0-14 tahun yang termasuk dalam kelompok penduduk belum produktif secara
ekonomis dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas termasuk dalam kelompok penduduk
yang tidak lagi produktif dengan kelompok penduduk umur 15-64 tahun termasuk dalam
kelompok produktif.
Semakin tinggi angka dependency ratio menggambarkan semakin berat
beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif karena harus mengeluarkan sebagian
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan penduduk
usia non produktif sehingga pendapatan yang ada lebih banyak digunakan untuk
konsumsi daripada menabung dan mengakibatkan penurunan dalam pembentukan modal dan akan
menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi (Mantra,2010).
Teori dan Prinsip dasar dari CSR
Terdapat beberapa konsep dan teori yang dapat mendasari konsep-konsep CSR antara lain:
1. Teori Legitimasi (legitimacy theory): menurut teori ini suatu perusahaan beroperasi dengan
ijin dari masyarakat, dimana ijin dapat ditarik jika masyarakat menilai bahwa perusahaan
tidak melakukan hal-hal yang diwajibkan kepadanya. Dalam konteks ini CSR dipandang
sebagai suatu kewajiban yang disetujui antara perusahaan dengan masyarakat (Walden and
Schwartz ,1997: Bramono, 2008 ).
2. Tanggungjawab publik (public responsibility): Dalam konsep ini perusahaan
bertanggungjawab terhadap hasil yang terkait dengan area primer dan sekunder dari
keterlibatan mereka dengan masyarakat (Wood, 1991:.Bramono,2008). Dalam sudut pandang
ini CSR merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan untuk mengikuti kebijakan dan
membuat keputusan yang menguntungkan bagi tujuan dan nilai masyarakat luas(Wood,
1991:Bramono,2008)
3. Teori pemangku kepentingan (stakeholder theory): Teori ini terkait erat dengan teori
legitimasi. Suatu perusahaan melalui berbagai kebijakan dan kegiatan operasi yang
dilakukannya memberikan dampak kepada berbagai kelompok pemangku kepentingan,
sehingga dengan demikian perusahaan mungkin menemui tuntutan-tuntutan dari kelompokkelompok ini untuk memenuhi tanggungjawabnya (Bucholz,1998: Bramono, 2008).
4. Etika: Etika bisnis menekankan bahwa manajer dan perusahaan mereka bertanggungjawab
untuk menerapkan prinsip etika dalam organisasi mereka dan menggunakan alasan moral
dalam pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan dan strategi, dan arah secara umum dari
perusahaan mereka (Bucholz,1998: Bramono, 2008).
5. Corporate Citizenship: dalam konsep ini perusahaan dibandingkan dengan individu umum
pada suatu masyarakat, dan bahwa perusahaan memiliki hak dan tanggungjawab dalam
menjalankan kegiatan bisnis mereka. Seperti individu pada umumnya perusahaan diharapkan
untuk memberikan sumbangan secara sukarela untuk menjaga kesejahteraan dari masyarakat
yang menopang mereka.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,2010).
4
Data yang dipakai adalah data primer dan sekunder berupa dokumen-dokumen, keteranganketerangan baik lisan maupun tertulis, pemikiran, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer adalah kuesioner yang diserahkan kepada para peserta PT. Jamsostek
(Persero) cabang Malang yang mendapatkan bantuan program PUMP-KB. Sedangkan metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah metode survey dengan cara penyebaran
kuesioner kepada para peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang yang mendapatkan bantuan
program PUMP-KB.
Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan adalah analisa regresi linear berganda, uji F, dan uji T,
uji asumsi klasik (uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji normalitas).
Analisa regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui Peran Progam PUMP-KB PT.
Jamsostek (Persero), sumber uang muka lainnya, pengalaman kerja, jumlah keluarga dan rasio
ketergantungan dalam keluarga terhadap kemampuan membeli rumah pada Peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang yang Dibeli Pada Peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisa regresi linier berganda untuk mendapatkan
persamaan regresi yang bersifat BLUE (Best. Linear, Unbiased, Estimator). Untuk mendapatkan
persamaan regresi yang baik (Best) digunakanlah analisa regresi linear berganda metode stepwise.
Metode sterpwise adalah gabungan antara metode forward dan backward, variabel yang pertama
kali masuk adalah variabel yang korelasinya tertinggi dan signifikan dengan variabel dependent,
variabel yang masuk kedua adalah variabel yang korelasi parsialnya tertinggi dan
masih signifikan, setelah variabel tertentu masuk ke dalam model maka variabel lain yang ada di
dalam model dievaluasi, jika ada variabel yang tidak signifikan maka variabel tersebut dikeluarkan
(Yamin, 2011)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Jamsostek
(Persero)
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan
kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai
dengan kondisi kemampuan keuangan negara, Indonesia seperti halnya berbagai negara
berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security,
yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di
sektor formal.
Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program PT. Jamsostek (Persero) tidak
hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan
bangsa. Dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial perusahaan atau lazim dikenal dengan
nama CSR (Corporate Social Responsibility), PT. Jamsostek (Persero) memiliki 2 program yaitu
DPKP (Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta) merupakan program tanggung jawab sosial
perusahaan PT. Jamsostek (Persero) khusus bagi peserta program Jamsostek, dan PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan) merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan wajib
bagi perusahaan BUMN yang diatur oleh Kementrian, dengan sasaran untuk pemberdayaan dan
pengembangan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, khususnya yang berada disekitar
lingkungan perusahaan.
Program Pinjaman Uang Muka Perumahan Kejasama Bank (PUMP-KB) PT. Jamsostek
(Persero).
Pinjaman Uang Muka Perumahan Kejasama Bank (PUMP-KB) adalah salah satu program
dari Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP) yang memberikan pinjaman sebagian Uang
Muka Perumahan kepada tenaga kerja peserta Jamsostek untuk pemenuhan kebutuhan perumahan
melalui fasilitas KPR dari perbankan. Tujuan dari PUMP-KB ini adalah untuk membantu Tenaga
Kerja peserta program Jamsostek dalam rangka pemilikan rumah melalui KPR perbankan. PUMPKB ini akan diberikan kepada Tenaga Kerja yang telah memenuhi persyaratan dengan jumlah
maksimal yaitu sebesar Rp 20.000.000. Tingkat suku bunga yang dikenakan oleh PUMP sangat
5
ringan, yaitu sebesar 6% pertahun, yang diberlakukan flat. Jangka waktu PUMP maksimal 10
tahun
Hubungan Antara Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan Kredit Perumahan
Dengan semakin pentingnya kebutuhan akan perumahan atau tempat tinggal pada masyarakat
tentunya permintaan akan perumahan akan semakin tinggi, baik dengan proses tunai maupun
dengan proses kredit kepemilikan rumah atau biasa disebut KPR. Namun adanya peraturan baru
dari pemerintah mengenai besaran minimal uang muka yang harus dibayar pada kredit
kepemilikan rumah sebesar 30% akan menurunkan tingkat daya beli rumah masyarakat terutama
berakibar menurunnya permintaan kredit perumahan.
Pada kondisi menurunnya permintaan kredit perumahan adanya kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan seperti program PUMP-KB jelas akan membantu meningkatkan daya beli
masyarakat dan tentunya akan membawa dampak yang bagus bagi pihak-pihak yang berhubungan
dengan kredit perumahan seperti bank penyedia dana dan perusahaan-perusahaan pengembang
perumahaan selaku penyedia kebutuhan perumahan. Dengan meningkatnya kemampuan daya beli
rumah masyarakat maka permintaan akan ketersediaan perumahan atau tempat tinggal juga akan
naik.
Analisis Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membeli Rumah Peserta
PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang
Istilah yang ditetapkan pada analisa berganda yang digunakan pada penelitian ini adalah
proporsi uang muka sumber lain (X1), pengalaman kerja (X2), jumlah keluarga(X3), rasio
ketergantungan dalam keluarga (X4) serta harga rumah yang dibeli peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang (Y).
1. Korelasi antara variabel dependen terhadap variabel independen .
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yaitu mencari hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Hubungan antara variabel X1 terhadap variabel dependen Y sebesar 0,953 dan
signifikansi 0,000 yang menunjukkan adanya hubungan antar dua variabel yang
sangat kuat, signifikan dan searah.
b. Hubungan antara variabel X2 terhadap variabel dependen Y sebesar -0,190 dan
signifikansi 0,157 yang menunjukkan adanya hubungan antar dua variabel yang
sangat rendah, tidak signifikan dan tidak searah.
c. Hubungan antara variabel X3 terhadap variabel dependen Y sebesar -0,580 dan
signifikansi 0,000 yang menunjukkan adanya hubungan antar dua variabel yang
cukup kuat, signifikan dan tidak searah.
d. Hubungan antara variabel X4 terhadap variabel dependen Y d sebesar -0,903 dan
signifikansi 0,000 yang menunjukkan adanya hubungan antar dua variabel yang
sangat kuat, signifikan dan tidak searah.
2. Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Keseluruhan variabel independen dikatakan memiliki pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen apabila nilai dari Fhitung >Ftabel. Fhitung menunjukkan angka
225,105 yang mana lebih besar daripada Ftabel yang sebesar 3,354 maka dikatakan
signifikan.
Dengan demikian secara serentak atau bersama-sama variabel bebas yang terdiri dari:
X1: Sumber uang muka lain
X2: Pengalaman kerja
X3: Jumlah keluarga
X4: Rasio ketergantungan (beban keluarga)
6
berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu variabel kemampuan membeli rumah pada
peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
3. Uji T
Uji T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen. Variabel independen dianggap memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen apabila nilai thitung > ttabel. Pengujian mengenai ada
tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a) Proporsi Uang Muka Sumber Lain (X1)
Nilai t yang didapat dari tabel dengan alpha 0,05 adalah sebesar 2,052, sedangkan t hitung
variabel proporsi sumber uang muka lain (X1) sebesar 7,814. Dapat disimpulkan bahwa
proporsi sumber uang muka lain (X1) tetap memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
Berdasarkan regresi di atas, diperoleh koefisien regresi untuk variabel sumber uang muka
lainnya sebesar 0,008. Hal ini berarti terdapat hubungan positif antara variabel sumber
uang muka lainnya dengan kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang yang artinya setiap terjadi kenaikan sumber uang muka lainnya
sebesar 1% akan menaikkan kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang sebesar 0,8% jika dianggap variabel bebas lain tidak berubah.
b) Pengalaman Kerja (X2)
Nilai t yang didapat dari tabel dengan alpha 0,05 adalah sebesar 2,052, sedangkan t hitung
variabel pengalaman kerja (X2) sebesar -0,172. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman
kerja (X2) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan membeli
rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
c) Jumlah Keluarga (X3)
Nilai t yang didapat dari tabel dengan alpha 0,05 adalah sebesar 2,052, sedangkan t hitung
variabel jumlah keluarga sebesar -0,171. Dapat disimpulkan bahwa jumlah keluarga (X3)
tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan membeli rumah pada
peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
d) Rasio Ketergantungan dalam Keluarga (X4)
Dengan tingkat alpha 0.05 diperoleh nilai t tabel sebesar 2,052, sedangkan thitung pada
variabel rasio ketergantungan dalam keluarga (X4) sebesar -4,063. Maka disimpulkan
thitung > ttabel sehingga rasio ketergantungan dalam keluarga (X4) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero)
Kota Malang.
Berdasarkan regresi di atas, diperoleh koefisien regresi untuk variabel rasio
ketergantungan dalam keluarga sebesar -0,028. Hal ini berarti terdapat hubungan negatif
antara variabel rasio ketergantungan dalam keluarga dengan kemampuan membeli rumah
pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang yang artinya setiap terjadi kenaikan
rasio ketergantungan dalam keluarga rata-rata sebesar 1% akan menurunkan kemampuan
membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang sebesar 2,8% jika
dianggap variabel bebas lain tidak berubah.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah unsur
gangguan yang berhubungan dengan observasi dipengaruhi oleh unsur gangguan yang
berhubungan dengan observasi lain (disturbansi). Untuk mengetahui adanya autokorekasi
dalam suatu model regresi pada penelitian ini dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji
Durbin Watson (DW). Nilai dw merupakan statistic durbin Watson yang didapatkan dari
model regresi yaitu sebesar 2,169. Nilai dl merupakan batas bawah statistic durbin Watson
dan nilai du merupakan batas atas statistic durbin Watson. Jika du < dw < 4du, maka tidak
ada autokorelasi positif/ negatif.
7
Pengaruh X1 dan X2 terhadap kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang
Setelah melakukan pengujian regresi linier berganda dengan metode stepwise, maka
didapatkan persamaan regresi, yaitu:
Y = 18,065 + 0,008 X1 – 0,028 X4
Dimana:
Y : Kemampuan membeli rumah Peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang
X1 : sumber uang muka lainnya
X4 : rasio ketergantungan dalam keluarga
Dari persamaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Harga koefisien konstanta = 18,065. Hal ini berarti bahwa apabila nilai dari X1 dan X4 di
objek penelitian sama dengan nol, maka tingkat atau besarnya variabel dependen Y adalah
sebesar 18,065
2. Harga koefisien b1 = 0,008 berarti apabila nilai X1 mengalami kenaikan sebesar 1%,
sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka kemampuan membeli rumah pada
peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang akan meningkat sebesar 0,8%.
Harga koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel
dependen dengan variabel bebas X1, dimana X1 adalah sumber uang muka lainnya. Ini berarti
bahwa semakin besar sumber uang muka selain pinjaman PUMP-KB PT. Jamsostek
(Persero), maka semakin tinggi pula kemampuan membeli rumah dengan pola angsuran oleh
peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang. Kesimpulan ini mendukung hipotesa awal
penulis, dimana penulis melakukan dugaan awal bahwa sumber uang muka lainnya
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan membeli rumah dengan pada peserta PT.
Jamsostek (Persero) Kota Malang.
3. Harga koefisien b4 = -0,028 berarti bahwa apabila nilai X4 mengalami kenaikan sebesar 1%,
sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka kemampuan membeli rumah
dengan pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang akan menurun sebesar 0,28%.
Harga koefisien yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang tidak searah antara
variabel dependen dengan variabel bebas X4, dimana X4 adalah beban ketergantungan dalam
keluarga atau dependency ratio. Ini berarti bahwa semakin besar beban ketergantungan dalam
keluarga, maka semakin rendah pula kemampuan membeli rumah pada peserta PT.
Jamsostek (Persero) Kota Malang. Kesimpulan ini mendukung hipotesa awal penulis, dimana
penulis melakukan dugaan awal bahwa beban ketergantungan dalam keluarga berpengaruh
signifikan terhadap kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota
Malang.
Analisis Ekonomi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membeli Rumah
Peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang
Dalam keputusan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek terdapat beberapa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kemampuan membeli rumah. Faktor-faktor tersebut adalah Pinjaman
Uang Muka Kerjasama Bank (PUMP-KB) PT. Jamsostek (Persero), sumber uang muka lain,
pengalaman kerja, dan beban ketergantungan dalam keluarga.
Program PUMP-KB Terhadap Kemampuan Membeli Rumah Peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang
Dengan semakin besarnya syarat minimal uang muka yang ditetapkan pemerintah maka
semakin besar pula biaya yang harus disiapkan oleh masyarakat yang akan mengambil kredit
perumahan. Namun dengan adanya program PUMP-KB yang dikeluarkan oleh PT. Jamsostek
(Persero) berupa pinjaman sebagian uang muka perumahan bisa memberikan solusi bagi
masyarakat khususnya peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang dalam pemenuhan uang
muka perumahan melalui program KPR. Dengan bunga yang relatif rendah yaitu 6% per tahun
dirasa sangat membantu para peserta PT. Jamsostek (Persero). Bunga 6% pertahun dalam
8
pinjaman PUMP-KB termasuk bunga kredit yang rendah dibandingkan bunga kredit yang
disediakan berbagai perusahaan perbankan, rata-rata besar suku bunga kredit dari pihak perbankan
berkisar antara 9%-12% bahkan ada yang sampai 16%. Apabila para peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang mengambil kredit pinjaman dari pihak perbankan untuk menutupi
kekurangan pembiayaan uang muka dapat semakin memberatkan beban para peserta PT.
Jamsostek (Persero) Kota Malang dalam pemenuhan kebutuhan rumahnya dan berimbas pada
menurunnya tingkat daya beli rumah. Sehingga, dengan mengikuti program PUMP-KB yang
memiliki bunga hanya 6% pertahun dapat meringankan beban para peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang yang membutuhkan tambahan dana dalam pemenuhan minimal 30% uang
muka kredit pemilikan rumah.
Sumber Uang Muka Lain Terhadap Kemampuan Membeli Rumah Peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang
Dengan adanya plafon maksimal pinjaman PUMP-KB PT. Jamsostek (Persero) tentunya
sumber uang muka lain sangat dibutuhkan untuk menutupi kekurangan 30% uang muka minimal
kredit perumahan. Sehingga semakin besar proporsi uang muka sumber lain yang dimiliki
responden akan semakin meningkatkan daya beli rumah dengan harga lebih tinggi bagi para
peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
Terdapat beberapa macam sumber uang muka lain yang didapat oleh para responden dalam
proses pemenuhan uang muka KPR. Sumber uang muka tersebut antara lain berasal dari tabungan
keluarga, pinjaman perbankan dan pinjaman non perbankan. Dan rata-rata sumber uang muka lain
dari responden adalah berasal dari tabungan keluarga. Dimana responden menyisihkan sebagian
gaji setelah rata-rata 5 tahun bekerja.
Namun peran sumber uang muka lain ini juga bisa menjadi masalah baru bagi setiap
responden. Hal ini terjadi apabila sumber uang muka lain yang diperoleh peserta berasal dari dana
pinjaman, baik pinjaman perbankan maupun pinjaman non perbankan dalam pemenuhan
kebutuhan akan rumah. Dengan adanya tambahan dana pinjaman jelas akan semakin menambah
beban pengeluaran perbulan responden. Selain beban angsuran KPR dan angsuran pinjaman
PUMP-KB PT. Jamsostek (Persero) responden juga harus menanggung biaya angsuran pinjaman
biaya tambahan dalam pelunasan perumahan. Namun keberadaan rumah sebagai salah satu barang
yang mempunyai elastisitas yang inelastis dimana rumah adalah barang kebutuhan pokok dan
barang yang tidak mempunyai pengganti (subtitusi) sehingga masyarakat kurang peka terhadap
perubahan harga. Artinya, meskipun harga naik atau turun, masyarakat akan tetap membelinya.
Pengalaman Kerja Terhadap Kemampuan Membeli Rumah Peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang
Diharapkan semakin lama pengalaman kerja setiap responden akan mempengaruhi besaran
gaji yang diterima dan berpotensi menjadi salahsatu tambahan uang muka, sehingga kemampuan
membeli rumah meningkat dengan indikator harga rumah yang dibeli. Selain itu besaran gaji juga
bisa digunakan sebagai salah satu jaminan atau syarat diterima tidaknya permohonan kredit
perumahan yang diambil peserta PT. Jamsostek (Pesero) Kota Malang. Namun pada kenyataannya
faktor pengalaman kerja tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kemampuan membeli
rumah pada peserta PT. Jamsostek (Pesero) Kota Malang. Gaji yang diterima lebih banyak dipakai
untuk menutupi beban yang ditanggung para peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
Besaran beban yang ditanggung peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang ini banyak
dipengaruhi oleh banyaknya beban kelaurag yang ditanggung sehingga peran pengalaman kerja
tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kemampuan membeli rumah pada peserta PT.
Jamsostek (Persero) Kota Malang.
Jumlah Keluarga Terhadap Kemampuan Membeli Rumah Peserta PT. Jamsostek (Persero)
Kota Malang
Diharapkan jumlah keluarga semakin meningkatkan kemampuan membeli rumah pada
peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang. Hal ini sesuai dengan salah satu variabel atau
kriteria penentuan keluarga/rumah tangga miskin yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
9
yaitu luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang (BPS, 2010), sehingga
semakin banyak jumlah keluarga semakin mendorong peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota
Malang untuk membeli rumah dengan harga yang lebih tinggi.
Namun, besarnya jumlah keluarga malah menjadi salah satu faktor yang bisa menurunkan
kemampuan membeli rumah dengan harga tinggi pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota
Malang, karena pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang semakin banyak jumlah
keluarga justru lebih berperan besar terhadap beban yang ditanggung oleh peserta PT. Jamsostek
(Persero). Dengan semakin banyak jumlah keluarga, maka beban biaya yang ditanggung setiap
peserta PT. Jamsostek (Persero) akan semakin besar seperti beban sekolah, biaya belanja keluarga
dan biaya-biaya lainnya sehingga menyulitkan peserta PT. Jamsostek (Persero) untuk mengambil
rumah dengan harga yang tinggi. Dengan fakta bahwa semakin banyak jumlah keluarga maka
akan semakin menurunkan kemampuan daya beli rumah pada masyarakat seharusnya menjadi
salah satu perhatian pemerintah dalam usaha meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Karena Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi
menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan penyediaan pangan, sandang, dan
papan sehingga menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan semakin besarnya
jumlah penduduk Indonesia banyak langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengendalikan
jumlah dan pertumbuhan penduduk seperti menekan angka kelahiran melalui pembatasan jumlah
kelahiran, menunda usia perkawinan muda, dan meningkatkan pendidikan. Dengan terkendalinya
jumlah penduduk diharapkan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih berjalan dengan
baik.
Beban Ketergantungan Dalam Keluarga Terhadap Kemampuan Membeli Rumah Peserta
PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang
Semakin besar beban ketergantungan dalam keluarga akan Semakin memberatkan para
responden untuk membeli rumah yang lebih tinggi, karena tanggungan yang dikeluarkan semakin
besar. Tanggungan-tanggungan yang dipengaruhi oleh jumlah keluarga yang dimaksud responden
contohnya adalah biaya sekolah, biaya belanja setiap hari dan biaya lain. Dengan beban
pengeluaran yang ditanggung semakin besar oleh para responden jelas akan menurunkan
kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang. Besarnya angka
ketergantungan dalam keluarga ini tidak terlepas dari besarnya angka pengangguran di Indonesia.
Dengan semakin besarnya tingkat pengangguran di Indonesia maka akan mengganggu usaha
pemerintah dalam menjalankan pembangunan ekonomi.
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran
berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat
tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan
lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu,
kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah. Selain itu Pengangguran tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli
masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang.
Dalam masalah tingginya angka pengangguran ini pemerintah dituntut untuk memberikan
solusi agar angka pengangguran bisa ditekan. Beberapa solusi yang bisa dilakukan pemerintah
antara lain adalah menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak sehingga dapat membantu
untuk mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu pemerintah juga bisa mendirikan tempattempat pelatihan keterampilan, misalnya kursus menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan,
atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang didirikan di banyak daerah. Hal ini juga termasuk cara
mengatasi pengangguran, sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun bisa bekerja dengan
modal keterampilan yang sudah mereka miliki. Dengan solusi-solusi tersebut diharapkan mampu
10
menekan angka pengangguran serta meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat termasuk
meningkatkan kemampuan membeli rumah pada masyarakat.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan :
1. Variabel yang berperan secara signifikan terhadap kemampuan membeli rumah pada peserta
PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang adalah variabel pinjaman uang muka perumahan
kerjasama Bank (PUMP-KB) yang dikeluarkan oleh PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang,
sumber uang muka lain, dan beban ketergantungan dalam keluarga.
2. Variabel pengalaman kerja dan jumlah keluarga tidak masuk kedalam persamaan regresi,
yang menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut tidak berperan secara signifikan terhadap
kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang.
3. Peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota Malang memerlukan tiga variabel yang harus
diperhatikan dalam penentuan kemampuan membeli rumah, yaitu pinjaman uang muka
perumahan kerjasama Bank (PUMP-KB) yang dikeluarkan oleh PT. Jamsostek (Persero) Kota
Malang dan besarnya proporsi uang muka sumber lain yang semakin besar akan
meningkatkan kemampuan membeli rumah dengan pola angsuran serta besarnya beban
ketergantungan dalam keluarga, apabila semakin besar beban ketergantungan dalam keluarga
akan menurunkan kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek (Persero) Kota
Malang,
4. Proses pendaftaran keikutsertaan program pinjaman uang muka kerjasama Bank (PUMP-KB)
hingga proses pencairan dana pinjaman sangat rumit sehingga banyak peserta yang mendaftar
gagal terealisir.
Saran
1.
2.
3.
4.
Terbukti program tanggungjawab sosial perusahaan PT. Jamsostek (Persero) memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan membeli rumah pada peserta PT. Jamsostek
(Persero) Kota Malang, maka program ini layak untuk dipertahankan oleh PT. Jamsostek
(Persero) dalam melaksanakan kewajibannya menjadi salah satu BUMN yaitu memberikan
tanggung jawab sosial pada masyarakat.
Dalam program PUMP-KB hendaknya besaran plafon maksimal tidak hanya berdasarkan
gaji, namun juga dipengaruhi oleh tingkat lamanya peserta menjadi anggota PT. Jamsostek
(Persero).
Besarnya beban ketergantungan dalam keluarga dapat menurunkan tingkat daya beli rumah
bagi masyarakat, hal ini hendaknya bisa dijadikan acuan bagi pemerintah untuk lebih
menekan angka pengangguran demi meningkatkan tingkat daya beli masyarakat sebagai
representasi kesejahteraan masyarakat.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel yang akan diteliti.
Sehingga variabel yang diteliti nantinya mampu mewakili faktor apa saya yang secara
keseluruhan dapat mempengaruhi disparitas pendapatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2012. Surat Edaran Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang
Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor. Jakarta:
Bank Indonesia
11
Bank Indonesia. 2013. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) http://www.bi.go.id/web/id diakses pada 20
Juni 2013
BPS. 2011. Presentase Rumah Tangga Menurut Provinsi Dan Status Kepemilikan Rumah Milik
Sendiri, 1993-2011 http://www.bps.go.id diakses pada 12 Oktober 2012
Bramono, Eduardus. 2008. Tanggung Jawab Sosial Dan Profitabilitas Perusahaan. Skripsi diterbitkan
Jakarta: FE UI jurusan Manajemen
Budi S, Mulyo. 2009 Analisis Permintaan Rumah Sederhana Di Kota Semarang. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE) Vol.16 No. 2, September 2009
Daniel, S. 2005. Ukuran Objektif Kesejahteraan Keluarga Untuk Penargetan Kemiskinan: Hasil Uji
Coba Sistem Pemantauan Kesejahteraanoleh Masyarakat di Indonesia. Lembaga Penelitian
Semeru
Diasana, I Dewa Gede Agung. 2007. Pemenuhan Atas Perumahan Salah Satu Upaya Penanggulangan
Kemiskinan. Jurnal Pemukiman Natah Vol.5 No 2 Agustus 2007
Hida, Ramdhania El. 2012. Hatta: 13 Juta Penduduk Belum Punya Rumah. http://finance.detik.com
diakses pada tanggal 12 November 2012
Malang Post, 2013. PUMP-KB Jamsostek Tembus 1,7 Miliar. http://www.malang-post.com diakses
pada tanggal 2 Februari 2013
Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Yogyakarta Pustaka Pelajar
Nurmala Dewi, Novi. 2009. Pengaruh Suku Bunga Kredit Pemilikan Rumah Terhadap Jumlah
Pengajuan Kredit Kepemilikan Rumah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK.
Kantor Cabang Pamanukan. Jurnal Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
PT.Jamsostek (Persero). 2010. Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta http://www.jamsostek.co.id
diakses pada 10 Oktober 2012
Salvatore, D. 1990. Teori Mikroekonomi. Terjemahan. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2010.Metode Peneletian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Swasono, Edi. 2005. Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Perkumpulan Prakarsa
Todaro, MP, dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid I Edisi
kedelapan. Jakarta: Erlangga
Yamin, Sofyan. 2011. Regresi dan Korelasi Dalam Genggaman Anda. Jakarta: Salemba Empat
Download