12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. 1. Kajian Teori Audit Manajemen Perusahaan memiliki keterbatasan dalam berbagai hal untuk melaksanakan operasional dalam perusahaannya, baik dalam hal kepemilikan sumber daya, informasi, dan teknologi. Karena alasan itulah perusahaan perlu membuat sebuah perencanaan yang tepat dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mendukung operasional yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan yang disusun secara tepat dapat memberikan arahan berjalannya operasi yang efisien dan secara efektif mampu mencapai tujuan perusahaan (Bayangkara, 2008:1). Untuk memastikan bahwa rencana yang telah dibuat dijalankan dengan benar dan sesuai tujuan, maka perusahaan perlu membentuk fungsi pengawasan dan pengendalian manajemen. Fungsi pengawasan dan pengendalian manajemen inilah yang pada akhirnya menimbulkan aktivitas audit. 1. Pengertian Audit Manajemen Audit manajemen seringkali diartikan sama dengan audit operasional. Audit Manajemen (management audit) adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan atau institusi. Audit manajemen dirancang sistematis untuk mengaudit program yang diselenggarakan 13 keseluruhan atau sebagian dari entitas untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien dan apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan telah dicapai dan tidak melanggar ketentuan dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan atau institusi (bayangkara, 2008:2).Audit manajemen pada hakikatnya merupakan suatu instrumen ilmiah yang diperuntukkan bagi manajemen puncak. Di lingkungan pemerintahan tugas fungsional audit manajemen biasanya diserahkan kepada inspektur jenderal dan aparatnya (Siagian, 1997:13). Dari definisi-definisi diatas, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya definisi dari audit manajemen menekankan pada penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomis. Audit manajemen dapat dilaksanakan pada seluruh entitas atau hanya sebagian entitas dalam perusahaan. 2. Ruang Lingkup dan Tujuan Audit Manajemen Ruang lingkup audit manajemen meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang lingkup ini dapat juga hanya mencakup bagian tertentu dari program atau aktifitas yang dilakukan. Periode audit juga bervariasi, bisa untuk jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun bahkan untuk beberapa tahun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Bayangkara, 2008:4). Menurut Bayangkara (2008: 15-18) fungsi dan ruang lingkup audit manajemen meliputi beberapa bagian, yaitu: 1. Audit manajemen pada fungsi pemasaran 14 Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk menilai bagaimana setiap program atau aktivitas pemasaran yang dilakukan mencapai tujuanya melalui pengelolaan sumber daya yang ekonomis dan efisien. Ruang lingkup audit manajemen pemasaran diantaranya meliputi: 1. Lingkungan pemasaran 2. Strategi pemasaran 3. Organisasi pemasaran 4. Produktivitas pemasaran 5. Fungsi pemasaran 6. Audit manajemen pada fungsi produksi dan operasi Audit manajemen pada fungsi produksi dan operasi bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap ketaatan perusahaan dalam menerapkan berbagai aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan dalam operasi perusahaan dan institusi. Disamping itu, audit pada fungsi ini juga ditujukan untuk menilai efisiensi dan ekonomisasi pengelolaan sumber daya dan efektivitas pencapaian tujuan. Ruang lingkup audit ini meliputi: 1. Perencanaan produksi 2. Pengendalian kualitas 3. Produktivitas dan efisiensi 4. Metode dan standar kerja 5. Pemeliharaan peralatan 6. Organisasi manajemen produksi dan operasi 15 7. Plant and layout 7. Audit manajemen pada fungsi sumber daya manusia Audit manajemen pada fungsi sumber daya manusia bertujuan untuk menilai apakah kebutuhan akan SDM suatu perusahaan sudah terpenuhi dengan cara yang hemat, efisien, dan efektif. Ruang lingkup audit ini mencangkup keseluruhan dari proses SDM yang meliputi: 1. Perencanaan tenaga kerja 2. Penerimaan (rekrutmen) karyawan 3. Seleksi 4. Orientasi dan penempatan 5. Pelatihan dan pengembangan 6. Penilaian kinerja 7. Pengembangan karier 8. Sistem imbalan dan kompensasi 9. Perlindungan Karyawan 10. Pemutusan hubungan kerja (PHK) 8. Audit manajemen pada fungsi sistem informasi Audit manajemen pada fungsi sistem informasi menekankan pada penilaian terhadap keandalan sistem informasi yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan berbagai informasi yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan berbagai informasi yang diperlukan secara akurat dan tepat waktu. Ruang lingkup audit ini meliputi: 1. Dukungan satuan pengolahan data 16 2. Perencanaan pengolahan data 3. Organisasi pengolahan data 4. Pengendalian pengolahan data 5. Audit manajemen lingkungan Tujuan utama manajemen pada fungsi ini adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan telah melaksanakan tanggungjawab lingkungannya. Pada fungsi ini mencangkup baik tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan internalnya (keselamatan dan kesehatan kerja) maupun tanggungjawab lingkungan eksternalnya (pencemaran limbah). 6. Audit manajemen sistem manajemen kualitas Audit manajemen kepastian kualitas bertujuan untuk menilai apakah sistem kepastian kualitas yang diterapkan perusahaan telah mampu memandu proses proses operasi perusahaan untuk dapat mencapai kualitas produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Produk yang memenuhi standar kualitas pada dasarnya adalah produk yang sesuai kebutuhan pelanggan. 7. Audit manajemen perpajakan Fungsi perpajakan pada perusahaan sebenarnya bukan hanya pada bagaimana perusahaan melaksanakan kewajiban perpajakannya secara benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perusahaan mengelola fungsi ini untuk meminimalkan kewajiban perpajakannnya. 17 Dalam melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian agar lebih memusatkan perhatiannya pada pencapaian tujuan-tujuan perusahaan yang meliputi sasaran strategi, auditor manajemen dapat mengembangkan teknik-teknik pemeriksaan yang semakin baik dan juga dapat memberikan pertimbangan bagi manajemen dalam pengambilan keputusan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Tujuan umum dari audit manajemen menurut (Tunggal, 2010:3), adalah memberikan keyakinan kepada manajemen tentang efisiensi dan efektivitas operasi serta kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan menurut AICPA yang dikutip oleh Amin Widjaja (2000:275) dalam bukunya “Auditing Kontemporer” tujuan dari pelaksanaan Audit manajemen adalah untuk memeriksa dan menilai operasi perusahaan serta prosedur pelaksanaannya, juga menyangkut pemberian informasi kepada manajemen tentang masalah-masalah operasi yang diperlukan untuk melakukan koreksi dalam peningkatan, penghematan dan produktivitas. Ada tiga elemen pokok dalam tujuan audit (Bayangkara, 2008:4), yaitu : 1. Kriteria (criteria) 18 Kriteria merupakan standar, norma bagi setiap individu maupun kelompok di dalam perusahaan atau institusi dalam melakukan aktivitasnya. 8. Penyebab (causes) Penyebab merupakan tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu maupun kelompok didalam perusahaan atau institusi. Penyebab dapat bersifat positif seperti program/aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi, atau sebaliknya bersifat negatif seperti program/aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan. 9. Akibat (effect) Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan program/aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Begitu pula sebaliknya, akibat positif menunjukkan program/aktivitas terselenggara dengan baik dan tingkat pencapaian lebih tinggi dari kriteria. Menurut Bayangkara tujuan dari audit manajemen dilihat dari tipe audit, diantaranya adalah sebagai berikut (Bayangkara, 2008: 4) : 1. Audit laporan keuangan 19 Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk menentukkan apakah laporan keuangan audit telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Audit kepatuhan Tujuan audit kepatuhan adalah untuk menentukkan tingkat kepatuhan sesuai dengan prinsip-prinsip kepatuhan suatu entitas terhadap hukum, peraturan, kebijakan, rencana, dan prosedur. 3. Audit internal Tujuan audit internal adalah : 1. Menilai keandalan laporan keuangan. 2. Menentukkan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum, peraturan, kebijakan, rencana dan prosedur. 3. Menilai pengendalian internal organisasi. 4. Menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya. 5. Program peninjau terhadap konsistensi hasil dengan tujuan oganisasi. 6. Audit operasional Tujuan dari audit manajemen yaitu menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya. 1. Prinsip Dasar Audit Manajemen 20 Menurut Bayangkara, ada tujuh prinsip dasar audit manajemen yang harus diperhatikan auditor agar audit manajemen dapat mencapai tujuan dengan baik, yang meliputi (Bayangkara, 2008: 5-6) : 2. Audit dititikberatkan pada obyek audit yang mempunyai peluang untuk diperbaiki. Sesuai dengan tujuan audit manajemen, yaitu menciptakan perbaikan terhadap program/aktivitas perusahaan, maka audit dititikberatkan pada berbagai hal yang masih memerlukan perbaikan untuk mencapai kondisi optimal dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. 7. Prasyarat penilaian terhadap kegiatan obyek audit. Penilaian yang akurat baik terhadap kinerja manajemen maupun berbagai program atau metode operasi yang telah dilaksanakan, membutuhkan audit yang saksama. Dari hasil audit yang dilakukan akan diketahui apakah program yang ditetapkan, metode pelaksanaaan operasi, atau kebijakan yang ditetapkan manajemen secara efektif dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dengan demikian, audit merupakan prasyarat yang harus dilakukan sebelum penilaian dilakukan. 8. Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan-temuan yang bersifat positif. 21 Disamping menyajikan temuan-temuan yang merupakan kelemahan dalam pengelolaan perusahaan, auditor juga harus menyajikan temuan-temuan positif yang biasanya berupa keberhasilan yang dicapai manajemen dalam mengelola berbagai program atau aktifitas dalam operasinya. Hal ini dilakukan untuk memberikan penilaian yang obyektif terhadap obyek yang diaudit. 9. Identifikasi individu yang bertanggungjawab terhadap kekurangankekurangan yang terjadi. Auditor harus dapat mengidentifikasi dan menemukan individuindividu yang bertanggungjawab terhadap berbagai kelemahan yang terjadi pada perusahaan. Hal ini sangat penting karena dengan mengetahui individu-individu tersebut akan dapat digali lebih dalam lagi mengenai permasalahan dan penyebab terjadinya kelemahan tersebut, sehingga tindakan koreksi yang akan dilakukan menjadi lebih tepat dan lebih cepat. 10. Penentuan tindakan petugas yang seharusnya bertanggungjawab. Walaupun auditor tidak memiliki wewenang untuk memberikan sanksi atau tindakan terhadap petugas yang bertanggung jawab terhadap kelemahan yang terjadi, tetapi bedasarkan hasil audit yang dilakukan, auditor dapat memberikan berbagai pertimbangan dalam menentukan sanksi yang diberikan oleh pihak yang lebih tinggi dari petugas yang bersangkutan. 11. Pelanggaran hukum 22 Dalam proses audit, tidak tertutup kemungkinan auditor menemukan berbagai pelanggaran terhadap hukum yang berlaku. Walaupun bukan tugas utama auditor untuk melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hukum, auditor harus segera menyampaikan temuan tersebut kepada atasanya tentang adanya pelanggaran tersebut. 12.Peneyelidikan dan pencegahan kecurangan Jika terdapat individu terjadinya kecurangan (fraud) pada objek audit, auditor harus memberikan perhatian khusus dan melakukan penyelidikan yang lebih dalam terhadap hal tersebut, sehingga diharapkan kecurangan tersebut tidak terjadi. 1. Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan Audit manajemen dirancang untuk menemukan penyebab dari kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pengelolaan program/aktivitas perusahaan, menganalisis akibat yang ditimbulkan oleh kelemahan tersebut dan menemukan tindakan perbaikan (rekomendasi) yang berkaitan dengan kelemahan tersebut dan menentukan tindakan perbaikan pengelolaan dimasa yang akan datang. Audit keuangan menekankan auditnya pada datadata transaksi, proses pencatatan, dan laporan akuntansi yang dibuat perusahaan. Menurut Bayangkara (2008: 7-9) beberapa hal yang membedakanaya diuraikan sebagai berikut : 1. Tujuan audit 23 Audit keuangan dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusun melalui proses akuntansi yang berlaku umum dan menyajikan dengan sebenarnya kondisi keuangan perusahaan pada tanggal pelaporan dan kinerja manajemen pada periode tersebut. Sedangkan audit manajemen ditujukan untuk mencapai perbaikan atas berbagai program atau aktivitas dalam pengelolaan perusahaan yang masih memerlukan perbaikan. Oleh sebab itu, auditnya dirancang untuk menemukan kelemahan dalam operasional perusahaan, menentukan penyebab, meneganilis akibat dan mencari jalan perbaikan atas kelemahan tersebut. 13.Ruang lingkup audit Audit keuangan menekankan auditnya pada data-data akuntansi perusahaan dan proses penyajian laporan yang disajikan manajemen, sedangkan audit manajemen ruang lingkup audit meliputi keseluruhan fungsi manajemen dan unit-unit terkait yang ada di dalamnya. Ruang lingkup ini dapat berupa seluruh program/aktivitas atau dapat juga hanya mencangkup bagian tertentu dari program atau aktivitas yang dilakukan. 14. Dasar yuridis Secara hukum semua perusahaan harus menyajikan laporanlaporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen pada 24 pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut. Sedangkan audit manajemen bukanlah suatu keharusan bagi suatu perusahaan. Audit ini berangkat dari kepedulian manajemen atau yang memiliki wewenang yang lebih tinggi untuk memeperbsiki berbagai progaram/aktivitas yang berjalan di perusahaan. 15.Pelaksana audit Audit keuanagan dilakasanakan dalam rangka mendapatkan pengesahan (opini) secara independen dari pihak auditor atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan tersebut, sedangkan audit manajemen dilaksanakan dalam rangka untuk menemukan berbagai kekurangan/kelemahan pengelolaan perusahaan yang dilakukan manajemen, sehingga dapat ditentukan langkahlangkah perbaikan terhadap kekurangan tersebut. 16. Frekuensi audit Kebutuhan audit berhubungan langsung dengan penerbitan laporan keuangan, audit keuangan dilakukan paling sedikit satu kali dalam setahun, sedangkan audit manajemen, tidak ada ketentuan mengikat yang mengharuskan untuk melakukan audit pada setiap periode tertentu. 17. Orientasi hasil audit Audit keuangan dilakukan terhadap data-data keuangan perusahaan yang bersifat historis, sedangkan audit manajemen lebih 25 merupakan anticipatory audit, sebagai sarana untuk mengantisispasi atau mencegah kemungkinan terjadinya kegagalan akibat kelemahankelemahan yang ada pada perusahaan. 18.Bentuk laporan audit Audit laporan keuangan telah memiliki standar bentuk laporan audit yang bersifat baku bagi seluruh akuntan independen yang melakukan audit keuangan, sedangkan laporan hasil audit manajemen, biasanya disajikan dalam bentuk laporan yang bersifat komprehensif, dimana didalam laporan-laporan tersebut disamping menyampaikan kesimpulan hasil audit, juga disajikan temuan-temuan penting hasil audit yang menjadi dasar dalam pembuatan kesimpulan dan rekomendasi. 19. Pengguna laporan Laporan audit keuangan ditujukan kepada berbagai kelompok pengguna yang berada diluar perusahaan (eksternal). Sedangkan laporan audit manajemen lebih ditujukan kepada pihak internal perusahaan. 1. Tahapan Audit Manajemen 26 Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar menurut (Bayangkara, 2008: 9-11) tahapan audit manajemen dikelompokkan menjadi lima, yaitu : 1. Audit pendahuluan Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap obyek yang diaudit. Disamping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dari informasi latar belakang ini, auditor dapat menentukan tujuan audit sementara. 2. Review dan pengujian pengendalian Pada tahap ini melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen obyek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada obyek audit sehingga lebih mudah mengetahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan. 3. Audit terperinci 27 Tahapan ini melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditetapkan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan. 4. Pelaporan Tahapan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini untuk meyakinkan pihak manajemen (obyek audit) tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan temuan-temuan pentng hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi). Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa yang operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk ditindaklanjuti. 5. Tindak lanjut sebagai tahap akhir dari audit manajemen Tindak lanjut bertujuan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil 28 diskusidengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut. Suatu rekomendasi yang disepakati oleh obyek audit akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang diaudit. 1. Efektivitas, Ekonomis dan Efisiensi Pengertian efektivitas, ekonomisasi, dan efisiensi menurut Bayangkara (2005: 11-14) adalah sebagai berikut : 1. Efektivitas Secara singkat pengertian efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuanya. Efektivitas ini merupakan ukuran dari output. 2. Ekonomis Berhubungan bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas. Ekonomis merupakan input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola. 3. Efisiensi Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Dari penjabaran diatas yang dikemukakan oleh beberapa pendapat ahli maka dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas (hasil guna), ekonomis (kehematan), dan efisiensi (daya guna) merupakan tiga hal penting yang 31 Perencanaan sumber daya manusia mempunyai beberapa manfaat (Bayangkara, 2008: 72), yaitu : 1. Perusahaan dapat memanfaatkan secara optimal SDM yang sudah ada di perusahaan. 2. Meningkatkan efektivitas kerja. 3. Meningkatkan produktivitas karyawan. 4. Tersedianya SDM yang memenuhi kualifikasi untuk memegang wewenang dan tanggungjawab yang lebih besar dimasa yang akan datang. 5. Menyediakan dasar penyusunan program SDM bagi fungsi SDM. 1. Audit Manajemen Fungsi Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Audit sumber daya manusia merupakan salah satu aktivitas audit operasional yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen untuk mengevaluasi atau mengukur perusahaan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan kriteria yang telah ditentukan. Menurut Willy Susilo (2002: 63) dalam bukunya “Audit SDM” menyatakan bahwa audit SDM adalah pemeriksaan dan penilaian secara sistematis, objektif dan terdokumentasi terhadap fungsi-fungsi organisasi yang terpengaruh oleh manajemen sumber daya manusia dengan tujuan memastikan dipenuhinya asas kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk mendukung tercapainya sasaransasaran fungsional maupun tujuan organisasi secara keseluruhan baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. 32 Menurut Veitzhal Rivai (2004:550) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan” mengemukakan bahwa audit Sumber Daya Manusia adalah pemeriksaan kualitas secara menyeluruh kegiatan sumber daya manusia dalam suatu departemen, divisi atau perusahaan, dalam arti mengevaluasi kegiatan-kegiatan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan dengan menitik beratkan pada peningkatan atau perbaikan kegiatan. Sedangkan menurut (Bayangkara, 2008: 60) melihat audit sumber daya manusia sebagai penilaian (evaluasi) terhadap berbagai aktivitas sumber daya manusia yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan apakah aktivitas tersebut telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya dan memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai kekurangan yang maish terjadi pada aktivitas sumber daya manusia yang diaudit untuk meningkatkan kinerja dari program / aktivitas tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, terdapat beberapa butir penting mengenai audit sumber daya manusia, antara lain : 1. Audit sumber daya manusia adalah kegiatan pemeriksaan dan penilaian artinya merupakan sebuah proses mencari dan mengumpulkan data dan informasi faktual, signifikan dan relevan sampai pada tahap pengambilan keputusan yang didasarkan pada hasil verifikasi dan penilaian auditor. 33 2. Auditor memerlukan data. Data adalah fakta yang merupakan realita atau keadaan yang sebenarnya yang ada atau dapat dibuktikan bener-benar ada atau terjadi. 3. Data yang diperlukan oleh auditor adalah data yang relevan dan signifikan, artinya data yang ada hubungannya dengan permasalahan SDM atau kapantingan perusahaan secara keseluruhan dan dapat menjelaskan permasalahan secara lebih terarah dan mendalam. 4. Audit sumber daya manusia dilakukan secara sistematis, artinya dilakukan dengan pola logika dan menetapkan azas-azas manajemen. Audit SDM direncanakan, dievaluasi dan hasilnya ditindak lanjuti. 5. Audit sumber daya manusia dilakukan secara objektif, artinya auditor sedapat mungkin meminimalkan unsur subjektivitas dalam interaksi pemeriksaan tidak mencampur aduk fakta dengan opini. 6. Kegiatan audit terdokumentasi, artinya semua yang dilakukan dalam proses audit secara keseluruhan mulai dari perencanaan audit, pelaksanaan, pelaporan dan hasil tindak lanjut hasil audit oleh auditee harus dicatat dan catatan dikelola dengan baik sehingga mudah ditemukan sewaktuwaktu diperlukan. 7. Keluaran dari kegiatan audit sumber daya manusia adalah infermasi yang disimpulkan dari data dan fakta yang telah dikumpulkan dan diolah sehingga menjadi lebih informative dan mengandung informasi penting untuk diberikan perhayian dan ditindaklanjuti oleh auditee atau oleh manajemen. 34 8. Audit sumber daya manusia dilakukan untuk mengetahui dipenuhi tidaknya azas kesesuaian, artinya audit diarahkan untuk mengetahui tingkat ketaatan terhadap persyaratan-persyaratan yang wajib dipenuhi dalam pengelolaan sumber daya manusia. 9. Audit sumber daya manusia dilakukan untuk memeriksa efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya manusia, artinya diarahkan selain pada aspek ketaatan azas dan pencapaian tujuan juga diarahkan untuk menilai tingkat efisiensi dalam pengelolaan sumber daya manusia. 10. Audit sumber daya manusia dimaksudkan untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran fungsional maupuan tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa audit sumber daya manusia adalah pemeriksaan dan penilaian kualitas secara menyeluruh terhadap aktivitas pengelolaan sumber daya manusia yang tujuannya untuk menilai efektivitas, efisiensi dan kesesuaian dalam pengelolaan sumber daya manusia dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan. 1. Tujuan Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Audit merupakan kegiatan yang berorientasi pada tujuan, yang tujuannya sendiri adalah mencari nilai manfaat. Seorang auditor perlu memahami juga mengingat kebijakan dan tujuan audit itu sendiri. Audit sumber daya manusia sendiri bukanlah tujuan, melainkan suatu instrumen untuk membantu mencapai tujuan. Tujuan audit sumber daya manusia 35 adalah membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan dalam perspektif sumber daya manusia untuk memastikan tercapainya tujuan organisasi secara fungsional maupun secara keseluruhan, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Menurut IBK. Bayangkara (2008:61) tujuan audit sumber daya manusia adalah: 1. Menilai efektivitas dari fungsi sumber daya manusia. 2. Menilai apakah program/aktivitas sumber daya manusia telah berjalan secara efektif, dan efisien. 3. Memastikan ketaatan berbagai program/aktivitas sumber daya manusia terhadap ketentuan hukum, peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan. 4. Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas sumber daya manusia dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan. 5. Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan ekonomis, efisiensi, dan efektivitas berbagai program/aktivitas sumber daya manusia. 1. Manfaat Audit Manajemen Sumber Daya Manusia William B Wertther, Jr. dan Keith Davis dalam buku Bayangkara (2008: 62) menyebutkan beberapa manfaat dari audit SDM antara lain : 1. Mengidentifikasi kontribusi dari departemen SDM terhadap organisasi; 2. Meningkatkan citra professional Departemen SDM; 36 3. Mendorong tanggungjawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan departemen SDM; 4. Memperjelas tugas-tugas dan tanggungjawab departemen SDM; 5. Mendorong terjadinya keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM; 6. Menemukan masalah-masalah kritis dalam bidang SDM; 7. Memastikan ketaatan terhadap hokum dan peraturan, dalam praktik SDM; 8. Menurunkan biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif; 9. Meningkatkan keinginan untuk berubah dalam departemen SDM; 10. Memberikan evaluasi yang cermat terhadap system informasi SDM. 1. Pendekatan Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Bayangkara (2008: 62-63) menyebutkan bahwa ada tiga pendekatan utama dalam audit sumber daya manusia, yang umum digunakan yaitu : 1. Menentukan ketaatan hukum dan berbagai peraturan yang berlaku. 2. Perusahaan harus mampu membuat berbagi kebijakan dan peraturan yang secara internal diterapkan pada perusahaan tersebut dengan tetap mentaati peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah 3. Mengukur kesesuaian program dengan tujuan organisasi 4. Keselarasan tujuan departemen sumber daya manusia mulai dari tujuan para karyawanya sampai tujuan berbagai program yang ditetapkan pada departemen ini, dengan tujuan secara keseluruhan, harus menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan rencana di departemen SDM. 37 Pemahaman terhadap tujuan perusahaan dan strategi pencapaianya, menjadi dasar dalam penyusunan program setiap fungsi bisnis. Penilaian terhadap kesesuaian dan dukungan program/aktivitas SDM terhadap strategi pencapaian tujuan perusahaan menjadi sorotan yang penting dalam audit sumber daya manusia. 5. Menilai kinerja program. 6. Mengukur kinerja program berarti menghubungkan aktivitas aktual program sumber daya manusia yang diaudit dengan ukuran-ukuran keberhasilan. Penilaian kinerja program juga dihubungkan dengan strategi dan rencana yang telah ditetapkan. 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan Ahmad Dzati Romi (2013) dengan judul penelitian ”Audit Manajemen Fungsi Sumber Data Manusia Studi Kasus RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan”. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa aktivitas fungsi sumber daya sudah berjalan efektif dan memiliki kontribusi positif bagi pencapaian tujuan rumah sakit. Namun masih ada beberapa aktivitas-aktifitas fungsi yang masih perlu mendapatkan perhatian lebih dan harus ditingkatkan guna meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan rumah sakit. 2. Penelitian yang dilakukan Brenda Tiffani (2011) dengan judul penelitian ”Audit Manajemen Untuk Menilai efektivitas fungsi sumber daya manusia (studi kasus pada fakultas X)”. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 9 fungsi sumber daya manusia yang telah diaudit, 7 38 diantaranya yaitu perencanaan SDM, seleksi sumber daya manusia, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, perencanaan dan pengembangan karier, penilaian kinerja, perlindungan tenaga kerja, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemensiunan telah berjalan efektif. Sedangkan fungsi sumber daya yang tidak efektif adalah fungsi perekrutan tenaga kerja dan kompensasi. Berdasarkan kelemahan yang ditemukan dalam fungsi sumber daya manusia fakultas X tersebut diberikan rekomendasi alternatif perbaikan untuk dijadikan pertimbangan fakultas sebagai umpan balik dalam pengelolaan manajemen sumber daya manusia di masa yang akan datang. 3. Penelitian yang dilakukan Riska Agustin Widya Pradana dan Nurul Fachriyah (2011) dengan judul penelitian ” Audit Manajemen Untuk Menilai Efektivitas Fungsi Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang)”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 fungsi sumber daya manusia yang ada 9 diantaranya telah berjalan efektif yaitu fungsi Perencanaan SDM, Prosedur dan Proses Rekrutmen, Seleksi SDM, Orientasi dan Penempatan, Pelatihan dan Pengembangan SDM, Penilaian Perstasi Kerja, Manajemen Sistem Kompensasi,Perlindungan Tenaga kerja, dan Pemutusan Hubungan Kerja, sedangkan 1 fungsi yang belum berjalan dengan efektif adalah fungsi Perencanaan dan Pengembangan Karir karena kebijakan yang ada belum direalisasikan. Namun meskipun 9 fungsi sudah berjalan efektif, fungsi Penilaian Prestasi Kerja belum berjalan dengan efektif sepenuhnya karena 39 program pemilihan karyawan teladan belum dilaksanakan sesuai kebijakan. 4. Penelitian yang dilakukan Fathoni Septa Charisma dengan judul penelitian ”Audit Manajemen Untuk Menilai Efektivitas Fungsi Sumber Daya Manusia Pada Pdam Kabupaten Situbondo”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dari 9 (Sembilan) fungsi audit sumber daya manusia secara garis besar fungsi-fungsi tersebut telah berjalan dengan efektif. Fungsi sumber daya manusia yang telah berjalan dengan efektif diantaranya perencanaan SDM, rekrutmen SDM, seleksi SDM, pelatihan dan pengembangan SDM, perncanaan dan pengembangan karier, penilaian kinerja, perlindungan tenaga kerja, dan pemutusan hubungan kerja dan pemensiunan. Sedangkan fungsi SDM yang tidak efektif adalah fungsi kompensasi. Karena difungsi kompensasi ditemukan kelemahan yang dapat diindikasikan terjadi penyelewengan pada absensi karyawan. Selanjutnya dari pengembangan criteria, causes, effect dari masing-masing fungsi ditemukan beberapa kelemahan antara lain perencanaan SDM, Perusahaan masih belum melakukan survey kepuasan karyawan sebagai bahan evaluasi dan umpan balik bagi perumusn rencana SDM periode berikutnya. Proses rekrutmen tenaga kerja yang dilakukan oleh Perusahaan hendaknya membuka lowongan pada khalayak umum dengan demikian dapat disaring calon karyawan yang memiliki integritas dan kualitas yang mungkin lebih baik dari tenaga kontrak yang telah ada. Tidak adanya panitia seleksi eksternal atau independen dalam proses seleksi SDM yang dapat berdampak 40 pada integritas panitia seleksi, dan pemberian insentif berdasrkan absensi hanya akan memotivasi kedisiplinan karyawan tidak dengan aspek positif lainnya. BAB III METODE PENELITIAN 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian dilakukan dengan pencarian data primer dengan melakukan peninjauan dan mengadakan pengamatan secara langsung pada perusahaan yang diteliti dengan beberapa cara: 3. Kuesioner Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang ada di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten