BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa, sebagai input suatu perguruan tinggi, mempunyai sikap dan penilaian terhadap proses belajar – mengajar yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini merupakan refleksi dari adanya perbedaan pengalaman individu, keluarga, maupun budaya. Perguruan tinggi berupaya memberikan stimulan untuk mengajarkan, menumbuhkan, dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap mahasiswa agar dapat mewujudkan prestasi atau kinerja yang optimal. Investasi pada sumber daya manusia semakin penting dalam melanjutkan proses industrialisasi untuk membawa perekonomian senantiasa tumbuh dan berkembang. Disamping itu juga diperlukan sarana dan prasarana non fisik yang sangat ditentukan oleh pengembangan kualitas sumber daya manusia. Di lain pihak kadang-kadang investasi untuk prasarana sumber daya manusia terlepas dari pertimbangan ekonomi atau diamati hanya sebagai fenomena budaya semata, walaupun jangka panjangnya akan mempengaruhi kinerja ekonomi Hasibuan (1990) dalam Sudaryono (2004). Hal tersebut tampak dengan agak terabaikannya prioritas pengembangan sumber daya manusia, yang kadang kala berkembang sebagaimana sering terjadi dalam dunia mode yaitu berkembang mengikuti trend yang ditunjukkan dengan banyak ditemukan lembaga-lembaga pendidikan yang didukung oleh fasilitas yang sangat minimal, yang masih jauh dari memadai untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Arismunandar, seperti dikutip oleh Sukirno (1999) dan Murtiyani (2000) dalam Sudaryono (2004), 1 mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor bawaan siswa seperti karakteristik sosio-ekonomik, ras, latar belakang kelarga,serta faktor material seperti ukuran kelas, sekolah, besarnya anggaran, perpustakaan, dan perlengkapan. Selain itu organisasi sekolah, kultur pendidikan, serta struktur sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap prestasi akademik siswa. Performance mahasiswa dalam suatu mata kuliah ditentukan oleh adanya tenaga edukatif, tenaga non-edukatif, sarana dan prasarana pendidikan, maupun implementasi sistem pendidikan yang memadai. Perangkat tersebut harus diimbangi pula dengan adanya kemampuan akademik dan motivasi belajar yang tinggi dari mahasiswa. Pendidik, baik guru ataupun dosen, menghadapi kesulitan dalam menemukan cara yang tepat untuk memotivasi anak didiknya agar belajar sebaik mungkin. Permasalahan ini dialami oleh guru maupun dosen dari berbagai disiplin ilmu. Brophy (1998) dalam Sudaryono (2004) menyatakan bahwa berdasarkan model motivasi expectancy x value, pendidik harus membantu siswanya untuk menghargai nilai dari kegiatan – kegiatan sekolah dan memastikan bahwa siswa dapat mencapai keberhasilan dalam kegiatan – kegiatan tersebut jika siswa berPartisipasi secara aktif dalam mengikuti setiap mata kuliah. Pendidik harus dapat memahami hal – hal yang dapat membuat anak didiknya mau berusaha sebaik mungkin dalam mengikuti proses belajar - mengajar dikelas. Sebaik apapun tenaga pengajar dan fasilitas pendidikan yang disediakan, siswa tidak akan berprestasi jika tidak memiliki motivasi belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, siswa diharapkan berPartisipasi dengan sangat baik dalam mengikuti perkuliahan, sehingga dapat mencapai performance yang optimal. 2 Dalam operasi model harapan yang diungkapkan oleh Davis dan Newstrom (1990) dalam Sudaryono (2004), diungkapkan bahwa timbulnya motivasi untuk melakukan sesuatu akan mengakibatkan adanya tindakan. Tindakan tersebut dapat berupa partisipasi dalam bentuk keaktifan mahasiswa dalam mengikuti kuliah, yang pada akhirnya akan diikuti dengan tercapainya hasil primer ataupun sekunder. Dengan demikian siswa yang memiliki motivasi belajar akan terdorong untuk melakukan tindakan tertentu, dalam hal ini berupa Partisipasi, yaitu keaktifan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar – mengajar dalam suatu mata kuliah yang diikutinya. Keaktifan mahasiswa dapat dilihat dari presensi dari kedatangan setiap mahasiswa dalam suatu mata kuliah yang sudah diambilnya. Dengan motivasi, siswa diharapkan terdorong berPartisipasi lebih aktif dalam mengikuti mata kuliah, agar dapat mencapai performance yang optimal. Dalam penelitian sebelumnya, Sudaryono (2004) telah meneliti bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap performance mahasiswa dengan menambahkan variabel mediasi “Effort” atau upaya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi dan effort mahasiswa akuntansi secara bersama – sama mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap performance. Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) adalah sebuah Universitas yang berada di kota Yogyakarta. Dimana program studi akuntansi di UKDW telah berkembang dalam proses menuju yang terbaik. Berdasar penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menambahkan suatu model variabel Moderasi yaitu, “Partisipasi”. Dengan meneliti pada mahasiswa akuntansi UKDW, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul 3 “PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PERFORMANCE MAHASISWA AKUNTANSI UKDW DENGAN PARTISIPASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI” 1.2 Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah apakah Motivasi mempengaruhi Performance dengan Partisipasi sebagai variabel moderasi. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah: Untuk menemukan bukti empiris apakah motivasi mempengaruhi performance dengan partisipasi sebagai variabel moderasi. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut hasil penelitian ini diharapkan akan dapat membantu lembaga pendidikan tinggi akuntansi dan akuntan pendidik dalam mengembangkan meningkatkan kinerjanya sistem sebagai pendidikan pihak akuntansi yang yang ada, bertanggungjawab serta untuk mempersiapkan tenaga akuntan yang berkualitas. 1.5 Batasan Masalah Ruang lingkup pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan hanya sebatas pada mahasiswa akuntansi UKDW. 4