Bab I

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobil, seperti halnya berlian, barang yang satu ini masih tergolong mewah di kalangan
masyarakat Indonesia. Kendaraan roda empat ini sering dijadikan tolak ukur masyarakat dalam
melihat status sosial seseorang, bisa dikatakan bahwa orang yang mempunyai mobil merupakan
orang dalam golongan ekonomi tingkat menengah ke atas. Seiring berkembangnya zaman, mobil
dibeli bukan hanya untuk kebutuhan saja, tetapi juga sebagai gaya hidup dikalangan sebagian
orang untuk menunjukan status sosialnya yang tinggi.
Perkembangan otomotif di dunia ini sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Mobil-mobil mewah dan canggih semakin menjamur di berbagai belahan dunia. Indonesia saja
sebagai negara berkembang jumlah kendaraan roda empat ini sudah semakin banyak memadati
jalan raya dan sudah menyebabkan kemacetan panjang di berbagai sudut kota. Apalagi di negara
yang sudah maju, pasti sudah tidak terhitung jumlahnya. Walaupun perkembangan otomotif
sudah begitu pesat, namun ternyata produsen mobil-mobil mewah tersebut masih dikuasai oleh
negara-negara besar produsen dari luar negeri, seperti: Jepang yang terkenal dengan mobil
Honda, Toyota dan Daihatsunya, USA dengan mobil seri Fordnya, Eropa dengan mobil BMW
(Bayerische Motoren Werke), belum lagi Korea dengan berbagai merknya.
Sekarang Indonesia perlahan-lahan sudah mulai bangkit untuk maju. Pemerintahan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mencanangkan program
Pengembangan Produk Otomotif Siswa SMK Bersama Mitra Industri. Program ini bertujuan
untuk mendukung percepatan dan perluasan pembanguan ekonomi Indonesia tahun 2011-2025.
Pengadaan program ini di latar belakangi dengan adanya pertumbuhan masyarakat usia produktif
yang sangat tinggi.. Masyarakat usia produktif adalah kesempatan dan potensi yang bagus dalam
meningkatan perokomian suatu negara. Jika dikelola dengan baik, maka masyarakat usia produtif
ini akan menghasilkan SDM yang berkualitas dan memiliki produktivitas tinggi yang akan
menyejahterakan perekonomian mereka. Namun jika tidak di kelola dengan baik maka hanya
akan menjadi bencana bagi suatu negara karena banyaknya pengangguran karena kualitas SDM
yang rendah dan tidak punya keahlian khusus setelah lulus sekolah. (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Pengembangan Produk Otomotif Siswa SMK Bersama Mitra
Industri, 2012)
Pemerintah telah membidik SMK. SMK merupakan tempat yang paling tepat sebagai
pengembangan SDM di Indonesia. SMK bertujuan untuk menciptakan pelajar yang siap kerja.
SMK mempunyai berbagai jurusan. Ada Elektro, Mesin Otomotif, Listrik, dll. Namun selama
bertahun-tahun berdirinya SMK tak ada prestasi yang membanggakan. Maka dari itu SMK perlu
dikembangkan lagi agar siswa SMK mempunyai bekal yang cukup agar bisa langsung terjun ke
lapangan kerja tanpa harus beradaptasi terlalu lama.
Seperti yang kita lihat di media, program yang telah dicanangkan pemerintah telah
berhasil. Telah banyak generasi-generasi muda dari pelajar SMK telah membuktikan
kemampuannya dengan mengukir prestasi yang pantas diacungi jempol dalam ajang kompetisi
internasional maupun keberhasilannya dalam menciptakan produk otomotif dan Elektronik
sendiri. Seperti: Sepeda Motor, laptop, handphone, kapal pencari ikan, peralatan handstool dan
mobil.
Produk SMK yang paling ramai dalam pemberitaan berbagai media dan menyedot
perhatian masyarakat Indonesia saat ini yaitu hasil karya otomotif berupa mobil yang diberi
nama mobil Esemka. Mobil Esemka mulai ramai diperbincangkan awal tahun 2012 lalu. Daya
tarik mobil Esemka mampu menyedot perhatian media sehingga menjadi topik utama beberapa
media hingga berhari-hari lamanya. Mobil Esemka dikenal masyarakat luas semenjak Walikota
Solo Joko Widodo (Jokowi) memakai mobil Esemka sebagai mobil dinasnya. Pemberitaan media
terhadap mobil Esemka semakin bertambah hangat setelah terdengarnya kabar bahwa Jokowi
akan mengikuti ajang Pemilihan Gubernur (Pilgub) di ibukota. Banyak media tertarik
mengangkat isu Jokowi dan mobil Esemka. Bahkan, banyak media menyangkut pautkan
tindakan Jokowi dalam mengusung mobil Esemka ke publik sebagai langkah politik untuk
menarik perhatian publik agar nama Jokowi semakin dikenal masyarakat luas.
Mobil Esemka yang berhasil dibuat oleh siswa-siswa SMK di Indonesia yaitu mobil jenis
SUV (Sport Utility Vehicle), Pick Up Doble Kabin, Sedan, Pick Up Single Kabin, dan Van.
Mobil Esemka sering mengikuti ajang pameran di luar kota seperti pada acara ajang International
Auto Part, Accessories and Equip Exhibition (INAPA) 2012 yang berlangsung tanggal 28-31
Maret 2012 di JI Expo, Kemayoran Jakarta. Dalam acara pameran tersebut, mobil Esemka yang
paling banyak dikunjungi yaitu mobil Esemka Rajawali. Esemka Rajawali merupakan mobil
jenis SUV yang dibuat oleh SMKN 2 Surakarta yang dipakai Walikota Solo sebagai mobil
dinasnya. ESEMKA Rajawali berhasil menyedot perhatian pengunjung hingga 200 orang
perharinya.
(http://oto.detik.com/red/2012/03/30/1881648/1207/suv-Esemka-mejeng-di-
kemayoran diakses tanggal 25 April 2012)
Banyak pelajar SMK diseluruh Indonesia yang berhasil merakit mobil Esemka. Namun
mobil Esemka yang paling dikenal masyarakat sekarang ini hanyalah mobil Esemka dari Solo
karya pelajar-pelajar SMK di Solo. Mobil Esemka sendiri merupakan mobil hasil buatan siswa
SMK yang bekerjasama dengan beberapa Usaha Mikro dan Kecil Mengengah (UMKM), PT
Autocar Industri Komponen dan PT Solo Manufactur Kreasi (PT. SMK). Selain itu juga
melibatkan para siswa dari 5 SMK yaitu SMKN 2 Solo, SMKN 5 Solo, SMK Warga Solo, SMK
Muhammadiyah Borobudur, dan SMKN 1 Singosari, Malang.. Selain SMK tersebut, ternyata
banyak sekali pelajar SMK lain yang juga berhasil membuat mobil ESEMKA yang belum
terekspos media. (Kiat Esemka, 2012: 12)
Sejak tahun 2009 lalu, SMKN 2 Surakarta telah berhasil membuat 2 jenis mobil Esemka.
Mobil pertama berupa mobil jenis Pick Up yang diberi nama mobil Digdaya yang sampai
sekarang masih disimpan di sekolah setempat untuk digunakan sebagai bahan praktik siswa.
Sedangkan produk kedua yaitu mobil jenis SUV yang diberi nama Esemka Rajawali yang
sekarang dipakai Walikota Solo Joko Widodo sebagai mobil dinasnya.
Keberhasilan yang telah dicapai oleh pelajar SMK dalam membuat mobil Esemka
merupakan prestasi yang luar biasa. Seperti yang kita lihat setiap harinya bagaimana perilaku
pelajar SMK yang ugal-ugalan dan suka tawuran ternyata mampu menghasilkan karya yang
hebat. Memang sudah wajar kalau masih banyak orang yang belum percaya terhadap
kemampuan dan hasil karya mereka karena mengingat mobil merupakan produk yang sangat
rumit dan harus mempunyai keahlian khusus dalam bidang otomotif untuk bisa membuatnya.
Untuk sekarang ini masih negara-negara maju sebagai pemegang dunia otomotif. Mereka mampu
menciptakan dan memasarkan mobil produksinya di ranah Internasional.
Kepercayaan publik terhadap mobil Esemka masih simpang siur. Antara bangga dan
ketidakpercayaan atas kebenaran karya siswa yang baru setingkat SMK. Namun biar
bagaimanapun prestasi anak bangsa patut kita dukung demi kemajuan bangsa. Untuk mengetahui
persepsi masyarakat Surakarta terhadap mobil Esemka maka dilakukan penelitian. Dengan
menggunakan teknik pengambilan data dengan wawancara diharapkan penelitian ini mampu
memberikan hasil yang terbaik. Penilitian dilakukan di Surakarta, seperti yang kita tahu
Surakarta merupakan kota yang paling dikenal namanya berkat mobil Esemka. Walikota Solo
Joko Widodo telah berhasil memperkenalkan mobil Esemka ke publik dengan memakai Esemka
SUV Rajawali untuk mobil dinasnya. Bentuknya yang terlihat mewah dan modern membuat
produk Esemka berhasil menyedot perhatian masyarakat luas. Perhatian masyarakat yang tidak
hanya tertuju pada mobil Esemka namun juga pada sosok Jokowi yang penuh dengan pro dan
kontra menjadikan tema ini semakin menarik untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana persepsi masyarakat Surakarta terhadap Mobil Esemka?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, agar penelitian ini lebih terarah
secara jelas, maka penelitian ini bertujuan untuk “Mengetahui persepsi masyarakat Surakarta
terhadap mobil Esemka”.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bisa mengembangkan ilmu pengetahuan,
terutama membantu dalam pengembangan teori dalam bidang komunikasi baik secara praktek
maupun teori. Khususnya pada komunikasi citra dan persepsi publik. Karena dalam penelitian ini
lebih merujuk pada pembentukan citra dan masyarakat terhadap munculnya produk baru yang
belum pernah ada sebelumnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi tolok ukur seberapa besar
mobil Esemka bisa diterima di hati masyarakat sehingga apa yang ada di benak masyarakat bisa
dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas mobil Esemka untuk
mendapat kepercayaan dari masyarakat.
E. Landasan Teori
a. Komunikasi
Hal yang penting di dunia ini adalah komunikasi. Tidak ada orang hidup tanpa
komunikasi. Walaupun hanya menggunakan tanda atau simbol namun di dalamnya terkandung
makna atau pesan yang ingin disampaikan. Komunikasi atau dalam bahasa inggris
Communications berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang
berarti sama. Sama dalam pengertian ini mempunyai arti sama makna. (Effendy, 2011 : 9)
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap. Devinisi Hovland di atas menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi
bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public
opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik
memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai
pengertian komunikasi sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah
perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individual).
(Effendy, 2011 : 9-10)
Berbeda dengan Lasswell, Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi adalah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what
effect?”. Berdasarkan paradigma Laswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi terdiri dari
lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Kelima unsur tersebut yaitu:
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. (Effendy, 2011 :10)
Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu politik
menyebutkan tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi:
Pertama adalah hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Kedua, upaya manusia untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Ketiga, upaya untuk melakukan transformasi warisan
sosialisasi. Ketiga fungsi ini menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan
dengan sesama anggota masyarakat. (Cangara, 2002: 2-3)
Dalam komunikasi juga memerlukan proses. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah
proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi akan berhasil
apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, dan sebaliknya,
komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. (Effendy,
2011 :10)
Dalam buku Onong Ujchana Effendy (2011), proses komunikasi mempunyai dua tahap
yaitu secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer yaitu proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi
secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam komunikasinya karena
komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang jauh atau jumlahnya yang banyak. Media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi misalnya: surat, telepon, teleks, surat kabar,
majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi.
Gamble dan Gamble (2001) mengatakan, sejak lahir sampai meninggal, semua bentuk
komunikasi memainkan peranan dan menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia.
Apa pun pekerjaan, kegiatan atau waktu luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu
faktor yang memiliki peranan dalam kehidupan mereka. Bila kita menganalisis bagaimana
orang-orang menghabiskan waktu luang dari waktu kesehariannya dalam bekerja, maka sebagian
besar aktivitas mereka dihabiskan untuk berkomunikasi. (Ardianto dan Erdimaya, 2004: 14)
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi
antarmanusia hanya bisa terjadi bila ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain
dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya
sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau
elemen komunikasi. (Cangara, 2002: 21)
Gambar berikut adalah model proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler
dalam bukunya, Marketing Management, berdasarkan paradigma Harold Lasswell.
Media
Sender
Encoding
Message
Decoding
Receiver
Noise
Response
Feedback
Gambar 5: Unsur-unsur proses komunikasi
Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif.
Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang
diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana
komunikan sasaran biasanya menyandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui
media yang efektif dalam mencapai khalayak sasaran. (Effendy, 2011 :18)
Berdasarkan gambar unsur-unsur komunikasi di atas, untuk mempelajari bagaimana
persepsi masyarakat Surakarta terhadap mobil Esemka terletak pada pemahaman unsur respon
dan feedbacknya. Mobil Esemka sebagai pesan yang ingin disampaikan dan masyarakatlah
sebagai penerima pesannya. Masyarakat sebagai penerima pesan akan memberikan respon dan
feedback terhadap pesan yang mereka terima berupa persepsinya terhadap mobil Esemka.
Dalam buku Hafied Cangara (2002), beberapa kalangan berpendapat bahwa dengan mempelajari
komunikasi maka:
1. Kita dapat memahami diri kita, dunia kita dan aspek-aspek dari perilaku umat manusia
2. Diharapkan dapat memberi pengetahuan teori, sehingga dalam praktek kita dapat menjadi
pekerja komunikasi yang baik, terampil dan professional dalam melaksanakan tugastugas yang diemban
b. Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dikutip dari
Liliweri dalam buku Ardianto dan Komaja Erdimaya (2004) merupakan bentuk komunikasi yang
menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara
massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan
menimbulkan efek tertentu.
Harold D. Lasswell dikutip dari Komala, dalam Karlinah seorang ahli politik di Amerika
Serikat dalam buku Ardianto dan Komaja Erdimaya mengungkapkan suatu ungkapan yang
sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan
suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses dari komunikasi massa
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa),
in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan
efek apa)?
Namun masing-masing unsur dalam formula Lasswell mengandung problema tertentu.
Formula tersebut meskipun sangat sederhana telah membantu mengorganisasikan dan
memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen
dalam proses komunikasi. Lasswell sendiri menggunakan formula ini dengan tujuan untuk
membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
WHO
SAYS WHAT
Siapa
Berkata Apa
Komunikator
Pesan
Contol Studies
Analisis
Pesan
IN WHICH
TO
WITH WHAT
CHANNEL
WHOM
EFFECT
Melalui
Saluran Kepada
Apa
Siapa
Media
Penerima
Analisis Media
Analisis
Khalayak
Dengan Efek Apa
Efek
Analisis Efek
Tabel 1: Formula Lasswell Dalam Komunikasi Massa
Sumber. Modul 1-9 Teori Komunikasi, S. Djuarsa Sanjaya, Ph.D. dkk, UT., 1994 (dalam buku Komunikasi Massa,
Ardianto & Komaja Erdimaya, 2004: 33
Onong Ujchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (2011) menjelaskan
ciri-ciri komunikasi massa yaitu:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah. Ini berarti tidak terdapat arus balik dari
komunikan kepada komunikator.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran
komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum. Karena ditunjukkan kepada perseorangan
atau kepada sekelompok orang tertentu.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
5. Komunikan komunikassi massa bersifat heterogen, keberadaannya terpencar-pencar
dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal.
Fungsi komunikasi massa menurut Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Onong
Ujchana Effendy (2011):
1. Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar,
fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan
bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar
dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi: penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap
dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan
fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat
3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang,
mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan
individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang sama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mngenai masalah
publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang dibutuhkan untuk kepentingan umum
dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan
bersama ditingkat internasional, nasional, dan lokal.
5. Pendidikan:
pengalihan ilmu pengetauhan sehingga
mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, dan pemdidikan ketrampilan serta kemahiran yang
diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6. Memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud
melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horison
seseorang, membangun imajinasi dan kreativitas serta kebutuhan estetikanya.
7. Hiburan: penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (dari drama, tari, kesenian,
kesusastraan, musik, komedi, olah raga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan
kesenangan kelompok dan individu.
8. Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh
berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan menghargai
kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
c. Public Relations
Menurut Marston dalam buku Renald Khasali (2008), Public Relations atau biasa
disingkat PR adalah seni untuk membuat perusahaan disukai dan dihormati oleh karyawan,
konsumen dan para penyalurnya. Dengan membuat perusahaan disukai oleh karyawan,
konsumen dan penyalurnya, maka perusahaan akan terhindar dari sasaran kemarahan.
Dalam buku Maria Assumpta Rumanti (2005), PR adalah kegiatan atau aktivitas yang
proses kegiatannya melalui empat tahap yang berlangsung secara berkesinambungan, yaitu: 1)
Penelitian yang didahului penemuan, analisis, pengolahan data dan sebagainya, 2) perencanaan
yang direncanakan, 3) pelaksanaan yang tepat, 4) evaluasi,
setiap tahap dan evaluasi
keseluruhan.
Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antar
lembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan
pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim
pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga organisasi. (Nofa, 2011: 49)
Aktivitas PR adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways traffic
communications) antara lembaga dengan publik yang bertujuan untuk menciptakan saling
pengertian dan dukungan bagi tercapainya tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demi
kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan. Kegiatan publik relations sangat erat
kaitannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat. (Nofa, 2011:
49)
sumber
komunikator
pesan
komunikan
efek
Citra publik
terhadap
perusahaan/
lembaga/
organisasi
Perusahaan
Lembaga
Bidang/
Divisi
KegiatanKegiatan
Public
Organisasi
PublikPublik
PR
Reations
Gambar 2: Model Komunikasi Dalam Public Relations
(Pembuat model: Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam komunikasi Public Relations, yang
menjadi sumber pesan adalah perusahaan atau organisasi, sedangkan pembuat pesan atau
komunikatornya adalah bidang/divisi PR. Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh divisi PR
merupakan pesan yang akan disampaikan dan Publik PR baik publik eksternal maupun publik
internalnya merupakan penerima pesan atau komunikannya. Setelah komunikan mendapat pesan
dari komunikator maka komunikan akan memberikan respon atau efek yang berupa citra publik
terhadap perusahaan/ lembaga organisasi.
Pada dasarnya PR adalah : a) Kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill,
kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada
umumnya. b) Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan
menguntungkan semua pihak. c) Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang
spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi/ perusahaan. Sangat
penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan
menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal. d) usaha
menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi dengan perusahaan dan publiknya,
internal maupun eksternal melalui proses timbal balik, sekaligus menciptakan opini publik
sebagai efeknya yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi/ perusahaan yang
bersangkutan. (Rumanti, 2005:32)
Dalam buku Maria Assumpta Rumanti (2005), Ada lima pokok tugas Public Relations seharihari, yaitu:
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis,
melalui gambar (visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian yang benar
tentang organisasi atau perusahaan, serta kegiatan yang dilakukan. itu semua disesuaikan
dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan publik internal atau eksternal dan memperhatikan,
mengolah mengintegrasikan pengaruh lingkungan yang masuk demi perbaikan dan
perkembangan organisasi.
2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat umum atau masyarakat, Di
samping itu menjalalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita bersama dengan
lingkungan. Karena mereka ikut menentukan kehidupan organisasi apabila kita tidak saling
mengganggu, perlu diajak berunding, demi kebaikan semua pihak, tak ada yang dirugikan.
3. Memperbaiki citra organisasi
Bagi PR, menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi,
publikasi, dan seterusnya, tetapi terletak pada: a) bagaimana organisasi bisa mencerminkan
organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara
berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol, dievaluasi. b) dapat dikatakan bahwa
citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks.
4. Tanggung jawab sosial
PR merupakan instrument untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak
terhadap tanggung jawab tersebut. terutama kelompok publik sendiri, publik internal dan pers.
5. Komunikasi
PR merupakan bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal balik, maka pengetahuan
komunikasi adalah modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu sentral. Perlu juga untuk
dimiliki adalah pengetahuan manejemen dan kepemimpinan, stuktur organisasi.
Menurut H. Fayol dalam buku Firsan Nofa (2011), beberapa sasaran kegiatan PR adalah sebagai
berikut.
a. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and image)
1. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif
2. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak
b. Menghadapi krisis (facing of crisis)
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk
manajemen krisis dan public relations recovery image yang bertugas memperbaiki lost of
image and damage
c. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion pubic cause)
1. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik
2. Mendukung kegiatan kampanye sosial, seperti anti merokok dan menghindari obatobat terlarang, dan sebagainya
Lima kualifikasi syarat untuk menjadi seorang public relations yaitu: a) memiliki
kemampuan berkomunikasi, b) memiliki kemampuan mengorganisasi, c) memiliki kemampuan
membina relasi dengan publik, d) memiliki kepribadian yang utuh dan jujur, e) banyak imajinasi
dan kreatif. (Nofa, 2011: 57-58)
d. Persepsi
Persepsi
didefinisikan
sebagai
suatu
proses
dimana
seseorang
menyeleksi,
mengorganisasi, dan mengintepretasikan stimulus ke dalam gambaran dunia yang menyeluruh.
Stimuli adalah setiap input yang ditangkap oleh indra, seperti produk, kemasan, merk, iklan,
harga, dan lain-lain. Stimuli tersebut diterima oleh panca indera seperti mata, telinga, mulut,
hidung dan kulit. Menurut Kotler, persepsi adalah sebuah proses dimana seseorang melakukan
seleksi, mengorganisasi dan mengintepretasikan informasi-informasi yang masuk kedalam
pikirannya menjadi sebuah gambar besar yang memiliki arti. (Nofa, 2011: 297)
Oleh OSKAMP (1972) dalam buku Saprinah Sadli , dikemukakan empat karakteristik
penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi kita:
1. Faktor ciri-ciri khas dari obyek stimulus, yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas dan
intensitas
2. Faktor pribadi: termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti: taraf kecerdasannya,
minatnya, emosionalitasnya dan lain sebagainya
3. Faktor pengaruh kelompok: respons orang lain dapat memberi arah ke suatu tingkah
laku conform.
4. Faktor perbedaan latar belakang kulturil
TAJFEL (1969) dalam buku Saprinah Sadli telah mengajukan 3 variable sosial yang dianggap
sangat berpengaruh dalam persepsi sosial seseorang, ialah:
a. “Functional salience”: artinya bahwa objek yang fungsionil adalah berbeda-beda dari
setiap lingkungan, sesuai dengan banyak dan ragamnya fungsi, jadi tekannanya diletakkan
pada aspek fungsionil.
b. Familiaritas: orang dalam suatu lingkungan budaya mempunyai pengalaman dengan hasilhasil kebudayaan lain.
c. Sistem komunikasi: WHORF (1969) berpendapat bahwa bahasa seseorang tidak hanya
mempengaruhi bagaimana ia berkomunikasi,
tetapi juga kemampuannya untuk
mengadakan analisa, dapat melihat atau tidak memperdulikan berbagai gejala dan
hubungan-hubungan tertentu, bahkan juga menyangkut perkembangan dari taraf kesadaran
dan cara berfikir
Persepsi merupakan akar dari opini. Dalam buku Renald Khasali (2008), faktor-faktor penentu
persepsi yaitu:
1.
Latar belakang budaya
2.
Pengalaman masa lalu
3.
Nilai-nilai yang dianut
4.
Berita-berita yang berkembang
Persepsi lahir dari adanya pengalaman masa lalu yang dipertajam oeh nilai-nilai budaya,
nilai-nilai yang dianut, serta berita-berita yang berkembang. Komponen ini sepertinya
memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap diputar kelak dikemudian hari bila ia
berhadapan dengan stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokan dengan rekaman yang
ada untuk memberi suatu interpretasi. (Khasali, 2008: 23-25)
-
latar belakang
budaya
- Pengalaman masa
lalu
- Nilai-nilai yang
dianut
- Berita yang
berkembang
persepsi
opini
konsensus
opini pubik
affect
pendirian
behavior
cognition
Gambar 3: Hubungan antara persepsi - pendirian – opini
Sumber: Khasali. Managemen Public Relations.2008. Pusaka Utama Grafiti: Jakarta
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa latar belakang budaya, pengalaman masa
lalu, nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang merupakan faktor pembentuk persepsi.
Persepsi merupakan akar dari opini. Opini dari para individu akan berkembang menjadi
konsensus bila masyarakat dalam segmen tertentu mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
Kesamaan tersebut bisa merupakan kesamaan kekecewaan, keegembiraan atau pengalaman
emosional lainnya. Konsensus yang sudah matang dan menyatu dalam masyarakat itulah yang
disebut opini publik, yakni opini milik masyarakat tertentu. Sedangkan pendirian sendiri
merupakan apa yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Pendirian juga sering disebut dengan
sikap, merupakan opini yang masih tersembunyi dalam benak seseorang. Pendirian dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu affect (emosi), behavior (perilaku), cognition (pengertian). (Khasali, 2008:
24-25)
e. Citra
Menurut David A. Arker, John G. Mayer, citra adalah seperangkat anggapan, impresi
atau gambaran seseorang/sekelompok orang mengenai suatu objek yang bersangkutan. Adapun
menurut Kotler (2000: 338), citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau
produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kontrol perusahaan. (Nofa, 2011: 298)
Citra perusahaan menurut Mark Graham R. Dewney yaitu keseluruhan impresi mengenai
perusahaan yang ada dalam benak konsumen, sedangkan menurut Smith, Lawrence L.
Steinments mendefinisikan citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri
perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau
kira tentang perusahaan yang bersangkutan. (Nofa, 2011: 301)
Pendapat Groonroos dikutip dari Nugroho Setiadi dalam buku Firsan Nofa (2011), Peran citra
bagi perusahaan yaitu:
a. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasaran eksternal, seperti
periklanan , penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra positif memudahkan
bagi organisasi untuk berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti
dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak diketahui mungkin tidak
menyebabkan kehancuran, namun hal itu tidak membuat komunikasi dari mulut ke mulut
berjalan lebih efektif.
b. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan perusahaan
c. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen
d. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.
Menurut Sutojo dalam buku Firsan Nofa (2011), citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap (Mid And Long Term
Sustainable Competitive Position)
2. Menjadi perisai selama masa krisis (An Insurance for Adverse Times)
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (Attraction The Best Excecutives Available)
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (Increasing Effectiveness of Marketing
Instruments)
5. Penghematan biaya operasional (Cost Saving)
Menurut Danasaputra dalam buku Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2002), citra
terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung
mempengaruhi cara kita mengorganisasi citra kita tentang lingkungan.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem
komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno yang dikutip dari Danasaputro dalam buku Soleh
Soemirat dan Elvinaro Ardianto, sebagai berikut:
Kognisi
Stimulus
Rangsang
Persepsi
Sikap
Respon
Perilaku
Motivasi
Gambar 4: Model Pembentukan Citra Pengalaman Mengenai Stimulus
Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah
pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan
atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.
Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar
diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu
dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang selanjutnya ditolak proses selanjutnya tidak akan
berjalan, hal ini menunjukan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi
individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima
oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan
demikian proses selanjutnya dapat berjalan. (Soemirat dan Ardianto, 2002: 115)
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan
atau perilaku tertentu. Untuk mengerti bagaimana citra suatu perusahaan atau citra lembaga di
benak publiknya dibutuhkan suatu penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui
secara pasti sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak
disukai oleh publiknya. (Soemirat dan Ardianto, 2002: 116)
f. Publisistik
Publisistik merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran. Perkembangan tersebut
bukan saja disebabkan oleh timbulnya media massa lain seperti radio, televisi, dan film,
melainkan juga karena pengaruh media massa modern itu yang menimbulkan sikap-sikap
rohaniah tertentu pula antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publisistik mempelajari dan meneliti
secara khusus masalah umum mengenai penghimpunan, pengarahan, dan penyebaran pengaruh
secara rohaniah. (Effendy, 2011 :75)
Walter Hagemann dalam bukunya, grundzuge der Publizistik, mendefinisikan publisistik
secara singkat saja, yakni “Publizistik ist die Lehre von der offentlichen aussage aktueller
bewusztseinsinhalte”, jadi menurut Hageman, publisistik adalah ajaran tentang pernyataan umum
mengenai isi kesadaran yang aktual. (Effendy, 2011:75)
Dalam buku Onong Ujchana Effendy (2011), Ilmu pubisitik mengajarkan bahwa setiap pernyataan
kepada umum dengan media apapun, apakah cetak atau elektronik menciptakan suatu hubungan rohaniah
antara si publisis dengan khalayak. Hubungan rohaniah ini merupakan suatu proses yang menurut Prof.
Dr. Walter Hagemann terdiri atas tiga fase, yakni:

Peristiwanya (das Ereignis)

Penerimanya (der Empfanger)

Daya pengaruhnya (die Wirkung)
Ilmu publisistik dan ilmu komunikasi bila dicari perbedaannya, hanya satu nuansa saja
yang dijumpai. Publisistik berasal dari bahasa latin publicatio yang berarti “pengumuman”,
sedangkan komunikasi berasal dari perkataan latin communicatio yang berarti “pemberitahuan”,
hanya tampaknya mengandung sifat resmi dan ditunjukan kepada sejumlah orang. Sedangkan
pemberitahuan tidak selamanya bersifat resmi dan tidak selalu ditunjukan kepada orang banyak.
(Effendy, 2011:75)
F. Kerangka Pemikiran
Komunikator
Pesan
Medium
Komunikan
Efek
Tabel 2: Unsur-unsur komunikasi
Unsur-unsur komunikasi di atas bila dikaitkan dalam penelitian ini maka unsur-unsur
tersebut terdiri dari komunikan yang berupa produsen mobil Esemka, pesan berupa mobil
Esemka, mediumnya adalah media, komunikannya masyarakat Surakarta, dan efeknya yaitu
tanggapan atau masyarakat Surakarta terhadap mobil Esemka. Dalam penelitian ini pembahasan
akan dilakukan pada unsur komunikasi yang berupa efek.
Efek bisa berupa efek baik dan juga efek buruk. Untuk mengetahui baik buruknya efek
bagaimana masyarakat terhadap mobil Esemka maka dilakukan wawancara. Dengan wawancara
akan diperoleh data yang mendetail sehingga akan diketahui baik atau tidaknya persepsi
masyarakat terhadap mobil Esemka. Baik tidaknya persepsi masyarakat terhadap mobil Esemka
dapat dilihat berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Mobil Esemka membunyai pencitraan
yang bagus. Hadirnya mobil Esemka mendapat sambutan yang sangat bagus dari masyarakat,
selain itu mobil Esemka bisa engangkat nama Jokowi dan kota Solo menjadi lebih baik. Namun,
citra yang baik yang dimiliki mobil Esemka belum tentu menghasilkan persepsi yang baik pula.
Dalam penelitian ini, pembahasan akan lebih terarah ke persepsi publik. Mobil Esemka bisa
dikatakan mempunyai persepsi yang baik jika masyarakat menyukai mobil Esemka, tertarik dan
merespon baik terhadap munculnya mobil Esemka. Namun jika masyarakat masih meragukan
mobil Esemka dan tidak merespon, berarti persepsi mobil Esemka masih buruk. Apa yang telah
dikatakan masyarakat Surakarta pada saat wawancara akan diolah datanya menggunakan metode
penelitian diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena sosial.
G. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakuan pada bulan Oktober – November di wilayah Surakarta. Responden
penelitian mengambil dari beberapa masyarakat Surakarta yang telah diklasifikasikan berdasar
kategori tertentu. Kategori tersebut yaitu pengusaha, pegawai BUMN, bengkel mobil, guru
SMK, dan politisi. Sampel tidak mengambil dari seluruh masyarakat Surakarta dikarenakan
jumlahnya yang besar dan keterbatasan penelitian.
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan
pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula apa yang melatarbelakangi responden
berperilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak). (Usman dan Akbar, 2008:130)
Penelitian kualitatif bertujuan melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Penelitian
kualitatif merupakan suatu proses dari berbagai langkah yang melibatkan peneliti, paradigma
teoritis dan intepretatif, strategi penelitian, metode pengumpulan data empiris, maupun
pengembangan interpretasi dan pemaparan. (Afifudin dan Saebani, 2009:78)
Penggunaan penelitian deskriptif kualitatif ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan
merupakan penjelasan atau pendeskripsian tentang fenomena sosial persepsi masyarakat
Surakarta terhadap mobil Esemka. Dalam penelitian ini tidak menggunakan indikator khusus
atau rumus khusus untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Surakarta terhadap mobil
Esemka. Namun peneliti menganalisa hasil wawancara mengenai semua apa yang telah
dikatakan responden sesuai dengan pertanyaan yang diajukan peneliti.
3.
Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang berupa sejumlah keterangan atau informasi atau fakta
yang peneliti peroleh dari informan secara langsung. Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata dan tindakan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui
wawancara. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara atau tanya
jawab secara langsung. Menurut Patton dalam buku Afifudin dan Ahmad Saebani (2009), dalam
proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara, interview dilengkapi
dengan pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput
tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan eksplisit.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada lima
responden yang telah peneliti pilih sebagai responden yang tepat. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, kelima responden tersebut yaitu pengusaha, pegawai BUMN, bengkel mobil, guru
SMK, dan politisi. Dalam wawancara yang akan dilakukan kepada responden, peneliti ingin
mengetahui bagaimana persepsi mereka dalam memandang mobil Esemka karya pelajar SMK
itu.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain. Sumber lain ini berupa
buku, dokumen, berita di berbagai media, internet. Data sekunder digunakan untuk mencari
informasi agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif, hal ini karena pada pendekatan
kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan pada kualitasnya, bukan jumlahnya. Oleh
karena itu, ketepatan dalam memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan utama
untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sampel teoritis dan
tidak representatif. Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive atau sampel
bertujuan. Sampel dipilih dengan jumlah yang tidak ditentukan, melainkan dipilih dari segi
representasinya tujuan penelitian. (Afifudin dan Saebani, 2009: 96)
Pada penelitian ini, peneliti memilih responden berdasarkan kategori tertentu. dengan
tujuan memperoleh data yang sesuai. Peneliti memilih informan dari kalangan pengusaha,
pegawai BUMN, bengkel mobil, guru SMK, politisi dengan alasan tertentu. Pemilihan responden
kategori pengusaha dan pegawai BUMN berdasarkan alasan bahwa responden merupakan orang
yang berpotensi untuk memiliki mobil sehingga dapat diketahui seberapa besar ketertarikan
responden terhadap mobil Esemka jika suatu saat nanti ia akan membeli mobil. Untuk pemilihan
responden kategori bengkel mobil yaitu dengan mempertimbangkan bahwa responden sebagai
pemilik bengkel yang juga terjun langsung ke lapangan sehingga memahami tentang teknik
mesin, kerumitan mesin mobil dan memahami kelebihan dan kelemahan mobil berbagai merk
dengan berbagai karakteristiknya. Untuk responden kategori guru SMK dengan pertimbangan
bahwa guru SMK mengetahui gambaran seberapa besar kemampuan yang dimiliki pelajar SMK untuk
dijadikan perbandingan antara pelajar SMK pembuat mobil Esemka dengan pelajar lain. Sedangkan untuk
pemilihan kategori politisi didasarkan pada alasan sebagai politisi, responden bisa menjelaskan
fenomena mobil Esemka dari segi politiknya.
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada
seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah dengan cara bercakap-cakap
secara tatap muka.. Melalui wawancara kepada lima responden tersebut maka informasi
mengenai persepsi masyarakat Surakarta terhadap mobil Esemka akan terjawab.
2. Observasi
Menurut Nawawi dan Martini dalam buku Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam
suatu gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi dibutuhkan untuk memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi
dilakukan terhadap subyek, perilaku subyek, perilaku subyek selama wawancara, interaksi
subyek dengan peneliti, dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara. (Afifudin & Saebani, 2009:131)
3. Metode Library Reseach/ Studi Kepustakaan/ Studi Dokumentasi
Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data mengenai wilayah Surakarta
2. Data mengenai mobil ESEMKA
3. Hasil wawancara
4. Dokumen lain yang diperlukan
I. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat di rumuskan
hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data. (Afifudin dan Saebani, 2009:143)
Model penelitian data kualitatif versi Miles dan Huberman dalam buku Husaini Usman dan
Purnomo Setiady Akbar (2008), analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara
bersamaan, yaitu:
a. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
lapangan, reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan,
mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo, dan lain sebagainya,
dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan,
membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa sehingga
akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.
b. Penyajian data
Penyajian data adalah pendiskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dalam bentuk
matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus
sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran,
kesimpulan yang di sepakati oleh subyek tempat penelitian itu dilaksanakan, makna yang
dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya. Peneliti
harus mencari makna, ia harus menggunakan pendekatan emik, yaitu dari kacamata key
informan, dan bukan penafsiran makna menurut pandangan peneliti (pendekatan etik).
J. Validitas Data
Salah satu cara yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh kevalidan atau
keabsahaan data yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahaan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan yaitu
triangulasi data. Triangulasi data menggunakan berbagai sumber data, seperti dokumen, buku,
sumber dari internet, hasil wawancara, hasil observasi atau bisa juga mewawancarai lebih dari
satu subjek yang digunakan untuk pengecekan atau pembanding terhadap data itu sendiri.
Download