perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI MELALUI MEDIA MASSA
DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA
DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
AGUNG ISMANUWORO
G.0009006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Agung Ismanuworo,G0009006 2012. Hubungan Paparan Pornografi Melalui
Media Massa dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 2 Surakarta.
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Seiring pesatnya perkembangan media, semakin pesat pula
pornografi berkembang. Mudahnya akses akan media membuat remaja tambah
rentan akan paparan pornografi. Hal ini akan berujung pada banyaknya remaja
dengan perilaku seksual yang buruk. Kecenderungan remaja terhadap perilaku
seksual yang menyimpang sering berujung pada Kehamilan yang Tidak
Diinginkan (KTD) dan aborsi. Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) yang
berujung aborsi di Indonesia sendiri mencapai 2,4 juta jiwa per tahun. Sementara
di Surakarta sendiri, sekitar 30,09% remaja pria SMA pernah melakukan
hubungan seksual dan 5,33% di antaranya adalah remaja wanita. Kebanyakan
alasan remaja melakukan hubungan seksual ini adalah karena pengaruh
lingkungan dan video yang berbau pornografi. Oleh karena itu peneliti akan
mencoba mencari hubungan paparan pornografi dengan perilaku seksual remaja
sebagai langkah awal untuk menurunkan angka perilaku seksual yang buruk di
kalangan remaja.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Sampel diambil dari seluruh siswa SMA Negeri 2
Surakarta kelas X, XI dan XII. Total sampel yang digunakan sejumlah 103 sampel
berdasarkan teori simple random sampling. Data kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji Chi square.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dari 103 sampel remaja SMA Negeri 2
Surakarta terdapat 57 siswa (55,34%) yang pernah terpapar pornografi selama satu
bulan terakhir. Sejumlah 21 siswa (20,39%) memiliki perilaku seksual buruk,
sedangkan 82 siswa lainnya (79,61%) memiliki perilaku seksual yang baik. Siswa
yang pernah terpapar dan berperilaku seksual buruk berjumlah 16 siswa (15,53%),
sementara siswa yang mengaku belum pernah terpapar dalam satu bulan terakhir
namun berperilaku seksual buruk berjumlah 5 siswa (4,85%).
Simpulan: Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara paparan pornografi dengan perilaku seksual remaja (p = 0,031).
Kata kunci : pornografi, perilaku seksual, remaja
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Agung Ismanuworo, G0009006, 2012. Association between Pornography
Exposure in Mass Media with Adolescent Sexual Behavior in SMA Negeri 2
Surakarta. Mini Thesis Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.
Background: As the media develops, pornography develops quickly too. Its easy
access makes adolescents more succeptible to pornography exposure. This will
increase the number of adolescents with bad sexual behavior. The tendency of
adolescents with bad sexual behavior often leads to unwanted pregnancy and
abortion. The number of unwanted pregnancy with abortion in Indonesia has
reached 2,4 millions per year. While in Surakarta itself, about 30,09% high school
male adolescents have ever done a sexual intercourse and 5,33% among them are
female adolescents. The reason behind it is mostly because of their environment
and porn videos. This research aims to find the association between pornography
exposure and adolescent sexual behavior as the first step to decrease its number.
Method: This was an observational analitic study using cross sectional design.
Samples were taken from all SMA Negeri 2 Surakarta students in class X, XI and
XII. Total Samples obtained were 103 according to simple random sampling
theory. Datas were analyzed and tested with Chi-Square tests.
Result: Based on the result of 103 adolescents from SMA Negeri 2 Surakarta
there were 57 students (55,34%) exposed to pornography for the last month. There
were 21 students (20,39%) who had bad sexual behavior, meanwhile the rest 82
students (79,61%) had good sexual behavior. There were 16 students (15,53%)
who had been exposed and had bad sexual behavior. But, there were 5 students
(4,85%) who weren’t exposed yet had bad sexual behavior.
Conclusion: Statictical analysis showed a meaningful association between
pornography exposure and adolescent sexual behavior (p = 0,031).
Keywords: pornography, sexual behavior, adolescent.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Paparan Pornografi Melalui Media Masa dengan
Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 2 Surakarta”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam
penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT dan melalui
bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
3. Suparman, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan
proposal sampai selesainya skripsi ini.
4. Lilik Wijayanti, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, koreksi, dan motivasi
mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.
5. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah
memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK, selaku Anggota Penguji yang telah
memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah dan siswa-siswi SMA Negeri 2 Surakarta serta staf Lab.
IKM FK UNS yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.
8. Bapak, Ibu yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas segala
bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua
pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 11 Desember 2012
Agung Ismanuworo
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6
1.
Perilaku Seksual ....................................................................... 6
2.
Remaja ..................................................................................... 8
a. Pengertian............................................................................. 8
b. Remaja Berdasarkan Usia ..................................................... 9
c. Karakteristik Perkembangan pada Remaja ............................ 10
3.
Media Masa .............................................................................. 12
4.
Pornografi ................................................................................ 16
B. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 21
C. Hipotesis .......................................................................................... 21
BAB III.METODE PENELITIAN ................................................................... 22
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 22
C. Subjek Penelitian ............................................................................. 22
D. Teknik Sampling .............................................................................. 22
E. Besar Sampel ................................................................................... 22
F. Variabel Penelitian ........................................................................... 23
commit to
user
G. Definisi Operasional Penelitian
........................................................
23
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 25
I. Teknik Analisis Data ........................................................................ 26
J. Rancangan Penelitian ....................................................................... 27
BAB IV.HASIL PENELITIAN ....................................................................... 28
A. Deskripsi Responden........................................................................ 28
B. Riwayat Paparan dan Perilaku Seksual ............................................. 29
C. Analisis Statistik .............................................................................. 31
BAB V. PEMBAHASAN ................................................................................. 32
BAB VI.PENUTUP ......................................................................................... 35
A. Simpulan.......................................................................................... 35
B. Saran................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Sebaran responden menurut kelas ............................................. 28
Tabel 4.2
Sebaran responden menurut jenis kelamin ................................. 29
Tabel 4.3
Riwayat paparan pornografi ...................................................... 29
Tabel 4.4
Tingkat perilaku seksual ........................................................... 30
Tabel 4.5
Distribusi perilaku antara yang pernah terpapar dan tidak.......... 30
Tabel 4.6
Analisis statitistik ..................................................................... 31
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitan.................................................. 21
Gambar 3.1 Skema rancangan penelitian ...................................................... 27
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Data Penelitian
Lampiran 3. Analisis Statistik
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sosialisasi seksual adalah suatu proses di mana remaja memperoleh
nilai-nilai dan pengetahuan seksual. Meskipun orang tua dan teman adalah
sumber informasi seksual yang paling umum, media masa juga diakui sebagai
kontributor paling penting terhadap pengetahuan seksual. Beberapa sumber
lebih berpengaruh daripada yang lain dan bisa menekankan aspek yang
berbeda tentang seksualitas. Berbagai sumber informasi dapat menyebarkan
pesan yang berbeda tentang seks dan dengan demikian sumber informasi
seksual yang dicari remaja dapat mempengaruhi keyakinan seksual serta
perilaku seksualnya (Bleakley et al., 2009).
Remaja merupakan kelompok yang paling rentan terhadap paparan
pornografi. Rasa ingin tahu yang tinggi dan kurang tepatnya komunikasi
tentang masalah seksual sering berakibat pada salah pengertian yang
menimbulkan penyimpangan perilaku seksual. Pornografi dapat merugikan
remaja karena sebagian besar perilaku seksualnya dipengaruhi oleh pornografi
yang ditontonnya (Mariani and Bachtiar, 2010).
Sebuah studi pada 600 remaja di Amerika Serikat menemukan bahwa
91% pria dan 82% wanita telah terpapar pornografi (Stock, 2004). Studi lain
juga dilakukan pada 745 remaja Belanda yang berusia 13-18 tahun dengan
tujuan untuk mencari angka kejadian dan frekuensi paparan pornografi serta
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
korelasi dari paparan tersebut. Sejumlah 71% remaja pria dan 40% remaja
wanita telah terpapar materi pornografi di internet sekitar 6 bulan sebelum
dilakukan penelitian (Peter and Valkenburg, 2006). Sedangkan di Indonesia,
sebuah penelitian pada 4500 remaja di 12 kota besar yang dilakukan oleh
Komisi Nasional Perlindungan Anak menemukan bahwa 97% dari 4500
remaja sudah pernah menonton film porno (KPAI, 2011).
Banyak faktor yang menyebabkan remaja aktif secara seksual di usia
dini, namun salah satu faktor terbesar adalah media. Rata-rata remaja
menghabiskan sepertiga waktunya terpapar media dan sebagian besar tanpa
pantauan dari orang tua (Escobar-Chaves et al., 2005). Rata-rata remaja
Amerika Serikat menghabiskan tiga jam menonton televisi, dua jam
mendengarkan musik, satu jam untuk melihat rekaman video dan film, dan
tiga hingga empat jam untuk membaca. Sekitar 50% remaja memiliki televisi
di kamarnya dan 16% disertai komputer. Di antara remaja usia 15 hingga 17
tahun, 33% online menggunakan internet selama enam jam (Pellettieri, 2004).
Remaja juga menjadi lebih mudah terpapar materi eksplisit secara online jika
remaja laki-laki, suka mencari sensasi lebih, kurang puas dengan
kehidupannya dan memiliki koneksi internet yang cepat (Peter and
Valkenburg, 2006).
Penyebaran materi pornografi berkembang dengan sangat cepat,
terutama semenjak ada internet (Stock, 2004). Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa 90% lebih remaja yang berusia dari 12 hingga 18 tahun
telah memiliki akses internet. Sebagian besar (87%) remaja yang dilaporkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
mencari gambar-gambar porno secara online berusia 14 tahun atau lebih.
Sementara
anak-anak yang berusia di bawah 14 tahun lebih cenderung
menggunakan media-media yang lebih tradisional seperti majalah (Ybarra and
Mitchell, 2005).
Stock (2004) juga menemukan bahwa 100% pria dan 90% wanita
sudah pernah melihat buku-buku dan majalah porno. Sedangkan penelitian
yang dilakukan di Toronto, menemukan bahwa 9 dari 10 remaja pria dan 6
dari 10 remaja wanita mengaku pernah setidaknya sekali menonton film yang
berbau pornografi (Endrass et al., 2009).
Dampak yang ditimbulkan pornografi sangatlah beragam, mulai dari
perilaku seksual hingga kejahatan seksual seperti seks bebas, aborsi,
kehamilan remaja, perkosaan, berjangkitnya penyakit menular seks dan
perselingkuhan (Soebagijo, 2008). Collins menyebutkan bahwa semakin
banyak paparan pornografi yang diterima remaja, maka perilaku seksualnya
semakin kompleks (Collins et al., 2004). Maraknya kekerasan dan pelecehan
seksual yang terjadi sering disebabkan karena pelakunya telah mengkonsumsi
pornografi dan menyalahartikan tentang apa yang telah dilihat atau dibaca
(Endrass et al., 2009). Endrass juga menemukan bahwa dari 231 pria di Swiss
yang pernah didakwa atas konsumsi pornografi, 4,8% pernah melakukan
kekerasan seksual dan 3,8% pernah melakukan kekerasan seksual yang
disertai kekerasan pada anak-anak.
Kecenderungan sikap remaja terhadap perilaku seks yang menyimpang
dapat menimbulkan terjadinya Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
tertular penyakit menular seks. Angka infeksi menular seksual tertinggi adalah
pada usia 15 – 23 tahun dan KTD yang berujung aborsi sebanyak 2,4 juta jiwa
per tahun 700 ribu di antaranya adalah remaja (Duarsa, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan di Surakarta tentang perilaku seksual
remaja SMU pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 30,09 % subjek laki-laki
dan 5,33 % perempuan telah melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual
kebanyakan dilakukan bersama dengan pacarnya. Kebanyakan alasan remaja
melakukan hubungan seksual adalah karena pengaruh lingkungan, VCD, buku
dan film porno, serta alasan karena kemajuan jaman dan supaya gaul (Taufik,
2008).
Tingginya angka kejadian yang terjadi pada remaja SMA di atas juga
menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan mencari
hubungan antara paparan pornografi melalui media masa dengan perilaku
seksual remaja di SMA Negeri 2 Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan
sebagai berikut, apakah ada hubungan paparan pornografi melalui media masa
dengan perilaku seksual remaja?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan paparan pornografi melalui media masa
baik media cetak maupun media elektronik dengan perilaku seksual
remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui
hubungan
antara
frekuensi
paparan
pornografi
berdasarkan jenis media cetak dengan tingkat perilaku seksual
remaja.
b. Mengetahui
hubungan
antara
frekuensi
paparan
pornografi
berdasarkan jenis media elektronik dengan tingkat perilaku seksual
remaja.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi remaja
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembuktian empiris
tentang paparan pornografi di media masa sehingga lebih bisa
menentukan sikap ke arah perilaku seksual yang sehat.
2.
Bagi instansi terkait
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
dapat dijadikan masukan dalam pemberian pendidikan seks lebih awal
sehingga dapat menjadi faktor pencegah perilaku seksual yang
menyimpang.
3.
Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan,
dan pengalaman dalam meneliti tentang perilaku seksual remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Perilaku Seksual
Perilaku seksual sering diasosiasikan semata-mata dengan
terjadinya hubungan seksual antara seorang laki-laki dan perempuan,
yaitu terjadinya penetrasi vagina dan ejakulasi. Pengertian seperti ini
terlalu simplisitik, karena sesungguhnya perilaku seksual mencakup
segala bentuk ekspresi yang dilakukan seseorang, mulai dari hubungan
heteroseksual, homoseksual, sampai beragam teknik dan gaya seperti
seks oral, anal atau masturbasi untuk mencapai kepuasan seksual, baik
secara biologis maupun psikologis (Fratidhina, 2001).
Menurut Sarwono (2006), perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya
maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya dapat
berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri-sendiri. Perilaku
seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi.
Pendapat lain menurut Sarwono (2006) tentang perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam hayalan atau diri
sendiri, sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apaapa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat
ditimbulkannya. Akan tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain,
dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi,
marah, misalnya pada para gadis yang terpaksa menggugurkan
kandungan nya.
Perilaku seksual terbagi atas dua aktivitas yaitu aktivitas seksual
ringan dan berat yang dimulai dari menaksir seseorang, sesekali pergi
berkencan, pergi ketempat yang bersifat pribadi, berciuman ringan,
french kiss, sampai melakukan aktivitas seksual berat seperti, meraba
payudara, meraba vagina atau penis, oral seks, dan melakukan
hubungan seksual (L’Engle et al., 2006).
Rasa ingin tahu akan seks adalah hal yang normal dalam
perkembangan remaja (Braun-Corville and Rojas, 2008). Namun salah
persepsi
seperti
melakukan
hubungan
seks
pranikah
dapat
mengakibatkan penularan PMS dan HIV-AIDS, kehamilan di luar
nikah dan aborsi tidak aman (Nursal, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
2.
Remaja
a.
Pengertian
Remaja adalah merupakan masa peralihan seorang anak
terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh yang
disertai dengan perubahan struktur dan fungsi fisiologis. Secara
anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh
pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna. Secara
faali, alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna
pula yang ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah
pada laki-laki. Sarwono juga memberikan definisi tentang remaja
yang
lebih
bersifat
konseptual.
Dalam
definisi
tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial
ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut, remaja adalah suatu masa ketika, individu berkembang
dari saat pertama kali dirinya menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat dirinya mencapai kematangan seksual,
individu
mengalami
perkembangan
psikologis
dan
pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
b. Remaja berdasarkan usia
Menurut
Sarwono
(2006),
remaja
dibagi
berdasarkan
penggolongan umur yang terdiri atas:
1) Masa remaja awal (10-13 tahun)
Pada tahapan ini, remaja mulai fokus pada pengambilan
keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai
menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan
kewenangan dan standar di masyarakat maupun di sekolah.
Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan
mempunyai pandangan, seperti: olahraga yang lebih baik untuk
bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang
diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.
2) Masa remaja tengah (14-16 tahun)
Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan
kelompok, sehingga tidak selalu bergantung pada keluarga dan
terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan
pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini remaja sering
mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh,
dan berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas
“Siapa
saya?”
Pada
masa
ini
remaja
juga
mulai
mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan
membuat rencana sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
3) Masa remaja akhir (17-19 tahun)
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang
akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja
akhir, proses berpikir
memfokuskan
diri
secara kompleks digunakan untuk
masalah-masalah
idealisme,
toleransi,
keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa
dalam masyarakat
c.
Karakteristik perkembangan pada remaja
Hurlock (1999) mengemukakan berbagai ciri dari remaja
sebagai berikut:
1) Masa remaja adalah masa peralihan
Yaitu
peralihan
dari
satu
tahap
perkembangan
ke
perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada
masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
seorang dewasa. Masa ini merupakan masa yang sangat
strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk
membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilainilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.
2) Masa remaja adalah masa terjadi perubahan.
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat;
perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat
perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan
emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
ambivalen).
3) Masa remaja adalah masa yang penuh masalah.
Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk
diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa
menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta batuan
orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
4) Masa remaja adalah masa mencari identitas.
Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan
siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja
tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, remaja
ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara
pada saat yang sama keinginan mempertahankan dirinya
terhadap kelompok sebaya.
5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan.
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak
yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku
merusak,
sehingga
menyebabkan
orang
dewasa
harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini
akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit,
karena orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan
selalui
mencurigai
remaja,
sehingga
menimbulkan
pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
remaja.
6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca
matanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat
orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi
menginginkan sebagaimana yang diharapkan.
7) Masa remaja adalah ambang masa dewasa.
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin
matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai
seseorang yang hampir dewasa. Remaja akan memusatkan
dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang
dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
3.
Media Masa
Media masa adalah media yang disediakan untuk masa. Media
masa yang menyiarkan berita dan informasi sering disebut dengan
istilah pers. Masa adalah orang-orang yang memiliki perhatian
terhadap satu hal yang serupa. Media masa terdiri atas dua jenis, yakni
media cetak dan media elektronik. Pada umumnya, kegunaan dari dari
media masa tersebut adalah untuk menginformasikan (to inform) halhal penting yang perlu diketahui masyarakat, medidik (to educate)
masyarakat melalui informasi yang disampaikan melalui tulisan
maupun visualisasi, menghibur (to entertain) masyarakat melalui
berbagai macam suguhan informasi yang menarik dan menyenangkan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
mempengaruhi (to influence) masyarakat baik dari segi kognitif,
afektif maupun psikomotor, menghubungkan (to link) unsur-unsur
dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan sendiri menjadi dapat
dilakukan bersama-sama (Sudarman, 2008).
Sedangkan menurut Arsyad (2007), komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Persyaratan untuk terjadinya komunikasi terdiri dari beberapa
komponen yaitu: komunikator yang merupakan penyampai pesan,
pesan yang merupakan pernyataan yang didukung oleh lambang,
komunikan yang merupakan penerima pesan, media yang merupakan
sarana atau saluran pendukung pesan, efek yang merupakan dampak
sebagai pengaruh pesan.
Dalam hal pemaparan materi pornografi di media masa, kita dapat
menemukan materi pornografi di setiap jenis media masa mulai dari
majalah, koran, komik, foto/gambar, novel, televisi, video/VCD/DVD,
video games dan internet.
Menurut Stock (2004) hampir 100% remaja laki-laki dan lebih
dari 90% remaja perempuan sudah pernah melihat terpapar pornografi
melalui majalah. Namun, saat ini gambar dan cerita-cerita yang berbau
pornografi tersebut telah menemukan jalan baru melalui internet.
Meskipun survey tentang langganan majalah porno sudah mulai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
menurun, namun dampaknya pada remaja semakin besar karena
materialnya sudah masuk ke jaringan internet.
Penelitian telah menunjukkan bahwa media memberikan pengaruh
yang luas pada sikap dan perilaku yang meliputi kekerasan, gangguan
pola makan, rokok dan penggunaan alkohol (Braun-Corville and
Rojas, 2008).
Meskipun banyak teori tentang bagaimana media memperngaruhi
perilaku seksual remaja, namun kebanyakan mengasumsikan bahwa
pesan dan aktivitas di media yang berbau seksualitas bertindak sebagai
stimulus yang mengubah psikologi, fisiologi dan fungsi perilaku
konsumernya. Salah satu teori tersebut adalah Teori Pembelajaran
Sosial. Teori ini menyebutkan bahwa ada 3 cara manusia belajar, di
antaranya adalah dengan pengalaman langsung, pengalaman tidak
langsung atau pengamatan dan pemrosesan informasi kompleks
melalui operasi kognitif. Televisi pada khususnya dianggap memiliki
pengaruh besar terhadap perilaku anak-anak dan remaja karena anakanak sering meniru apa yang dilihat. Sementara menurut
Teori
Disinhibisi, kecenderungan perilaku yang ada pada remaja akan
terhalangi oleh pengalaman. Paparan terus-menerus terhadap televisi
malah akan menghilangkan halangan tersebut dan membuat semakin
menerima perilaku dari apa yang dilihat (Chaves et al., 2005).
Meski media bisa memberikan pesan positif, beberapa materi bisa
menyimpang dan berpotensi membahayakan. Bahkan ada bukti yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
menunjukkan bahwa referensi seksual di televisi dan film bisa menjadi
kunci utama menstruasi dini, sikap negatif pada kondom dan
kontrasepsi, memiliki banyak pasangan seksual serta kehamilan remaja
(Braun-Corville and Rojas, 2008).
Televisi bisa dibilang merupakan media paling kuat yang bisa
mempengaruhi individu maupun masyarakat. Rata-rata setiap remaja
baik laki-laki maupun perempuan menghabiskan harinya menonton
televisi. Materi pornografi dalam televisi akhir-akhir ini pun meningkat
dengan pesat dan semakin bebas. Sebuah studi juga menemukan
bahwa anak umur 12 tahun yang sering menonton televisi dengan
materi pornografi di dalamnya akan bertingkah laku seperti anak umur
15 tahun yang jarang menonton televisi dengan materi pornografi di
dalamnya (Stock, 2004).
Munculnya internet hanya semakin menambah masalah generasi
sekarang ini. Internet berisi berbagai macam materi pornografi mulai
dari gambar atau foto hingga video-video dengan berbagai macam
durasi. Bahkan, remaja yang berusaha menghindari pornografi di
internet pun masih bisa terpapar dengan adanya “spam” dan “popups”, dan tautan-tautan yang tidak terlihat mencurigakan (Stock 2004).
Hampir 75% rumah tangga memiliki akses internet dan 93% remaja
berusia 12-17 tahun telah online. Rata-rata anak-anak dan remaja usia
9-17 tahun menggunakan internet empat kali seminggu dan
menghabiskan hampir 2 jam sehari untuk online. Kebanyakan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
kegiatan ini tidak termonitor karena lebih dari 30% remaja memiliki
akses internet di tempat tidurnya (Braun-Corville and Rojas, 2008).
Menurut Endrass (2009), ada 3 hal yang meningkatkan pornografi
internet : aksesibilitas (internet terdiri atas jutaan website yang dapat
diakses 24 jam per hari, 7 hari seminggu), afordabilitas (untuk
mendapatkan materi pornografi tidak diperlukan biaya yang besar),
dan anonimitas (konsumsi pornografi tidak memerlukan kontak
personal dengan orang lain).
Sebagai media pendidikan, internet memberikan remaja ke
berbagai macam konten seksual dengan cara pribadi dan rahasia.
Materi ini bisa berupa anatomi seksual, pencegahan kehamilan atau
transmisi infeksi. Tapi bisa juga berupa materi eksplisit secara seksual
dengan pornografi, kekerasan terhadap pasangan atau wanita sebagai
obyek seksual (Braun-Corville and Rojas, 2008).
4.
Pornografi
Pornografi berasal dari dua kata, yaitu porne dan graphos. Porne
mengandung arti prostitusi atau pelacuran. Graphos mengandung arti
tulisan atau gambar. Berkaitan dengan makna kata-kata ini, identifikasi
pornografi yang paling umum adalah tulisan atau gambar yang
memancing kesenangan seksual, seperti kesenangan seksual pada
pelacuran. Sifat yang dekat pelacuran merupakan inti persoalan
masalah pornografi. Pelacuran dalam konteks ini adalah praktik yang
menjadikan kesenangan seks sebagai komoditas untuk mencari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
keuntungan (Brown et al., 2006). Pornografi menurut Depdikbud
(2008) diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara erotis
dengan lukisan dan tulisan, dan juga dalam format video untuk
membangkitkan nafsu birahi.
Secara sederhana pornografi dapat diartikan sebagai material yang
eksplisit secara seksual dan ditujukan terutama untuk tujuan
perangsangan seksual. Banyak perdebatan tentang hubungan antara
konsumsi pornografi dengan perilaku seksual. Beberapa peneliti setuju
bahwa ada hubungan sebab akibat langsung, sementara beberapa
peneliti lain membantah bahwa hubungan tersebut tidak dapat
dibuktikan. Tingkat kesulitan untuk membuktikan sebab dan akibat
masih di luar jangkauan penelitian saat ini mengingat kebutuhan untuk
memaparkan sebuah kelompok besar terhadap pornografi dan
memonitornya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Sementara kelompok kontrol lainnya tidak terpapar pornografi dan
juga dimonitor dalam kurun waktu yang sama. Sulit dibayangkan
bagaimana kelompok tersebut tidak terpapar pornografi dalam
masyarakat yang sarat akan seks. Hampir mustahil untuk selalu
memonitor setiap tindakan yang dilakukan kelompok pertama, bahkan
sulit memastikan kelompok tersebut untuk bertindak “alami” jika
mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti. Remaja dan anak-anak
terpengaruh setidaknya sebanyak orang dewasa. Perkembangan
seksual anak-anak terjadi secara bertahap saat masa kecil. Paparan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
terhadap pornografi memberikan informasi tentang aktivitas seksual
dan akan membentuk perspektif seksual yang abnormal (Stock, 2004).
Dampak pornografi tidak hanya pada sikap tapi juga perilaku
seksual. Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang terpapar film
porno cenderung memiliki sikap negatif terhadap kondom, memiliki
lebih banyak pasangan seksual, memiliki keinginan kuat untuk hamil
dan tes positif terhadap klamidia (Braun-Corville and Rojas, 2008).
Efek paparan pornografi tidak hanya berupa pengetahuan tentang
pornografi, tetapi sampai pada aspek afektif dan kecendurungan untuk
berperilaku. Tahap-tahap tersebut antara lain:
a.
Tahap addiction (kecanduan)
Sesekali seseorang melihat kemudian menyukai materi cabul (yang
bersifat pornografi), maka orang tersebut akan mengalami
kecanduan. Kalau yang bersangkutan berhenti mengonsumsinya,
maka dirinya akan merasa “gelisah”. Hal ini bisa terjadi pada
siapapun bahkan pemuka agama sekalipun. Karena pornografi itu
sendiri bisa menyerang siapa saja. Pada tahap ini biasanya
pengendalian diri seseorang bisa berkurang.
b.
Tahap escalation (ekskalasi)
Setelah kecanduan dan sekian lama mengonsumsi media porno,
selanjutnya orang akan mengalami efek ekskalasi. Di mana orang
akan menjadi kurang puas dengan materi yang biasa dan
membutuhkan materi seksual yang lebih sensasional, lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
menyimpang dan lebih liar, hal inilah yang menyebabkan
permintaan
media
pornografi
semakin
bertambah,
dan
meningkatkan kadar kepornoan sebuah materi pornografi. Kedua
efek ini akan mempengaruhi tingkat perilaku seseorang.
c.
Tahap desentisization (desensitisasi)
Pada tahap ini, akan terjadi hilangnya kepekaan moral, di mana
orang tidak memiliki kepekaan moral terhadap tayangan-tayangan
yang tidak wajar, materi yang tabu, yang menjijikkan, immoral,
perlahan-lahan
akan
terlihat
biasa,
yang
berakibat
pada
ketidaksensitifan terhadap wanita korban kekerasan seksual, dalam
kata lain akan menganggap perilaku kekerasan dalam berhubungan
seksual atau pemerkosaan merupakan hal wajar dan bukan
kriminalitas
d.
Tahap Act-Out
Pada tahap ini seorang pecandu pornografi akan meniru atau
menerapkan perilaku seksual yang selama ini ditontonnya di media.
Ini
menyebabkan
kecenderungan pecandu
pornografi akan
kesulitan dalam menjalin hubungan seks dengan penuh kasih
sayang dengan pasangannya (Supriati and Fikawati, 2009).
Adegan dalam film porno akan merangsang untuk meniru atau
mempraktikan hal yang dilihatnya. Studi terhadap pelajar SMPN di
Kota Pontianak menunjukkan bahwa 83,3% pelajar SMPN telah
terpapar pornografi dan 79,5% di antaranya mengalami efek paparan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Efek paparan pornografi tidak hanya berupa pengetahuan tentang
pornografi, tetapi sampai pada aspek afektif dan kecendurungan untuk
berperilaku. Dari responden yang mengalami efek paparan, 19,8%
berada pada tahap adiksi. Dari responden yang adiksi 69,2% berada
pada tahap ekskalasi dan dari responden yang ekskalasi, 61,1% berada
pada tahap desensitisasi. Tahap act out telah dialami oleh 31,8% dari
total sampel yang berada pada tahap desensitisasi (Supriati and
Fikawati, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
B.
Kerangka Pemikiran
Remaja
Faktor Psikologis :
Faktor Lingkungan:
Kepribadian
Stressor
Daya Tahan Mental
Orang tua
Faktor Biologis :
Jenis kelamin
Teman sebaya
Media
Tingkat perilaku seksual
Keterangan:
Hubungan yang diteliti
Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
C.
Hipotesis
Ada hubungan antara paparan pornografi melalui media masa
dengan perilaku seksual remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
metode survey dengan rancangan cross sectional (potong lintang) di mana
variabel independen dan variabel dependen diambil secara bersamaan
ketika penelitian dilaksanakan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta pada bulan
Desember 2012.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah seluruh siswa SMA Negeri 2
Surakarta kelas X, XI dan XII.
D. Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode pengambilan
sampel secara acak sederhana (simple random sampling), di mana setiap
anggota atau unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).
E. Besar Sampel
𝑛=
2
𝑁. 𝑍 . 𝑝. 𝑞
𝑎
2
𝑑 2 . 𝑁 − 1 + 𝑍 . 𝑝. 𝑞
𝑎
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
=
1000.1,96.0,175.0,825
0,0025.999 + 1,96.0,175.0,825
=
282,975
2,4975 + 0,282975
= 103 (Dengan pembulatan)
Keterangan:
d
=
penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan
yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,001
Za2
=
Standar Deviasi normal, bila d 5% = 1,96; d 1% = 2,58
p
=
proporsi kejadian di populasi, 17,5%
q
=
1,0 – p
N
=
besarnya populasi, 1000
n
=
besarnya sampel
(Santjaka, 2011).
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan pornografi dalam
media masa
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual remaja
G. Definisi Operasional Variabel
1. Paparan pornografi dalam media masa
Riwayat paparan pornografi adalah riwayat pernahnya siswa terpapar
(membaca, melihat atau menonton) materi pornografi dengan sengaja
melalui berbagai jenis media masa baik media cetak maupun media
elektronik. Skala pengukurannya
nominal yang terdiri atas terpapar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
dan tidak terpapar.
Alat ukur
: kuesioner
Skala pengukuran : nominal
2. Perilaku seksual remaja
Perilaku seksual remaja adalah semua tindakan yang dilakukan
siswa yang mencerminkan aktivitas seksual seperti berpegangan
tangan, berpelukan, cium pipi, berciuman bibir, saling meraba dada
atau alat kelamin pasangan, saling menggesekkan alat kelamin, oral
seks dan melakukan hubungan kelamin. Skala pengukurannya nominal
yang terdiri atas perilaku baik dan perilaku buruk.
Alat ukur
: kuesioner yang disadur dari Nafiah (2010) yang
telah diuji validitas dan reliabilitas dengan hasil seperti di bawah ini,
Kuesioner perilaku seksual terdiri dari 32 pernyataan yang terdiri
dari 28 pernyataan favourable dan 4 pernyataan non favourable.
Nomor Pernyataan
Nomor Pernyataan
Favourable
Non Favourable
Berfantasi
1, 11, 21, 31
-
Berpegangan Tangan
2, 22, 12, 32
-
Cium Kering
3, 13, 23
-
Cium Basah
4, 24
14
5, 15, 25
-
Berpelukan
16, 26
6
Masturbasi
7, 17, 27
-
Oral
8, 18, 28
-
Aspek Perilaku Seksual
Meraba
Petting
Intercourse
19, 29
commit to user
20, 30
9
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Skala pengukuran : nominal
Bentuk skala pengukurannya adalah nominal yang terdiri atas
perilaku baik dan perilaku buruk yang dikelompokkan berdasarkan
jumlah total skor. Responden dinyatakan perilaku seksual baik bila
total skor sama atau kurang dari 51 dan perilaku seksual buruk bila
total skor lebih dari 51. Dimana dengan pernyataan favourable: skor 4
untuk selalu (SL), skor 3 untuk sering (SR), skor 2 untuk jarang (JR),
dan skor 1 untuk tidak pernah (TP). Sedangkan untuk pernyataan non
favourable dengan skor 1 untuk selalu (SL), skor 2 untuk sering (SR),
skor 3 untuk jarang (JR), dan skor 4 untuk tidak pernah (TP).
Kuesioner ini telah melalui uji validitas product moment dari
Pearson dengan hasil diperoleh indeks korelasi aitem berkisar antara
0,377
sampai
dengan
0,896.
Sedangkan
uji
reliabilitasnya
menggunakan alpha cronbach diperoleh koefisien Alpha sebesar
0,959. Ada 32 butir pertanyaan yang valid dan reliabel. Dengan
demikian kuesioner perilaku seksual ini dianggap andal sebagai alat
ukur penelitian (Nafi’ah, 2010).
H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data mengenai jumlah siswa tiap kelas diambil dari Bagian Tata Usaha
sekolah
2. Responden mengisi kuesioner penelitian mengenai hubungan paparan
pornografi melalui media cetak dan media elektronik dengan perilaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
seksual remaja
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square pada Statistical
Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows. Penggunaan uji
beda Chi-square pada penelitian dengan pertimbangan penelitian ini
menggunakan satu variabel bebas yaitu paparan media dan satu variabel
terikat yaitu perilaku seksual remaja. Batas kemaknaan yang dipakai
adalah taraf signifikan (α) 0,05.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
J. Rancangan Penelitian
Siswa-siswi SMA Negeri 2 Surakarta
kelas 1, 2 dan 3.
Siswa-siswi yang menjawab dan mengembalikan kuesioner hubungan paparan
pornografi melalui media masa dengan perilaku seksual remaja
Checking/cleaning kuesioner penelitian
Data entry
Pengolahan data
Analisis data dengan Chi Square
Gambar 3.1. Rancangan penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Responden
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di SMA Negeri 2
Surakarta. Subjek penelitian adalah Siswa SMA Negeri 2 Surakarta kelas
X, kelas XI dan kelas XII.
Responden pada penelitian ini diambil dengan metode pengambilan
sampel secara acak sederhana (simple random sampling), di mana setiap
anggota atau unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Kemudian didapatkan hasil
sebagai berikut
Tabel 4.1 Sebaran responden menurut kelas
Kelas
N
%
X
50
48,54%
XI
32
31,07%
XII
21
20,39%
Total
103
100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel didapat sampel terbesar adalah dari kelas X yaitu
48,54%. Sementara itu ketika dikategorikan menurut jenis kelamin dapat
dilihat sebaran responden pada tabel 4.2.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Tabel 4.2 Sebaran responden menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin
N
%
Laki-laki
44
42,72%
Perempuan
59
57,28%
Total
103
100%
Sumber: Data Primer, 2012
B. Riwayat paparan dan perilaku seksual
Berikut pada tabel 4.3 dan 4.4 adalah hasil penyebaran kuesioner pada
103 responden mengenai riwayat paparan pornografi selama satu bulan
terakhir dan tingkat perilaku seksualnya.
Tabel 4.3 Riwayat paparan pornografi
Keterangan
N
%
Terpapar
57
55,34%
Tidak terpapar
46
44,66%
Total
103
100
Sumber: Data Primer 2012
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa, jumlah siswa-siswi yang pernah
terpapar materi pornografi selama satu bulan terakhir berjumlah 57 anak
atau 55,34 % dari total sampel. Sementara, yang tidak terpapar materi
pornografi adalah 46 anak atau 44,66% dari total sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Tabel 4.4 Tingkat perilaku seksual
Keterangan
N
%
Perilaku Buruk
21
20,39%
Perilaku Baik
82
79,61%
Total
103
100
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa, jumlah siswa-siswi yang perilaku
seksualnya buruk berjumlah 21 anak atau 20,39%, sedangkan yang
perilaku seksualnya baik berjumlah 82 anak atau 79,61%. Kemudian, tabel
4.5 menunjukkan distribusi frekuensi dari kedua item di atas.
Tabel 4.5 Distribusi perilaku antara yang pernah terpapar dan tidak
Tingkat Perilaku Seksual
Buruk Baik Total
%
Riwayat
Ya
16
41
57
15,53%
paparan
Tidak
5
41
46
4,85%
21
82
103
20,38%
Total
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa jumlah siswa-siswi yang
pernah terpapar pornografi selama satu bulan terakhir dan memiliki tingkat
perilaku seksual yang buruk berjumlah 16 anak atau 15,53%, sedangkan
yang tidak pernah terpapar selama satu bulan terakhir namun berperilaku
commit to user
seksual buruk berjumlah 5 anak atau 4,85%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
C. Analisis statistik
Sementara itu hasil analisis Chi-Square dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Analisis statitistik
Pearson Chi Square
Value
Signifikansi
4,640
0,031
Sumber: Data Primer, 2012 yang telah diolah
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,031 < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
paparan pornografi melalui media masa dengan perilaku seksual remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisi bivariat antara paparan pornografi di media masa
dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 2 Surakarta, diperoleh nilai p =
0,031 < 0,05. Nilai p yang didapatkan yaitu sebesar 0,031 menunjukkan bahwa
ada perbedaan signifikan antara proporsi dalam berperilaku seksual buruk antara
siswa yang pernah terpapar dengan yang belum pernah terpapar pornografi
melalui media masa. Dengan kata lain ada hubungan yang bermakna antara
paparan pornografi melalui media masa dengan perilaku seksual remaja.
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara paparan pornografi melalui media masa dengan perilaku seksual remaja di
SMA Negeri 2 Surakarta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paparan
pornografi melalui media merupakan salah satu faktor yang dapat memicu remaja
untuk melakukan perbuatan seksual yang buruk.
Remaja yang pernah terpapar materi pornografi baik melalui media cetak
maupun elektronik akan lebih sering berkeinginan untuk melakukan perbuatan
seksual baik ringan atau buruk di masa depan dibandingkan dengan yang belum
pernah terpapar. Paparan melalui media ini merupakan yang paling signifikan
dibandingkan faktor-faktor yang lainnya (L’Engle et al., 2005).
Hubungan yang kuat antara paparan pornografi melalui media dengan
perilaku seksual remaja ini bisa dikarenakan peran media sebagai sebuah sumber
sosialisasi seksual yang penting bagi remaja. Remaja sendiri adalah sebuah
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
periode perkembangan yang ditandai dengan keingintahuan akan informasi yang
tinggi. Kurangnya informasi yang memadai akan perilaku seksual dapat membuat
remaja menjadikan media sebagai panutan akan norma-norma seksual.
Selain itu kemudahan akses yang diberikan media dalam mendapatkan
berbagai jenis informasi semakin membuka peluang remaja untuk melakukan
perbuatan seksual yang buruk. Akses media terutama internet dapat membuat
seorang remaja terpapar materi pornografi berulang kali. Semakin sering remaja
terpapar suatu materi yang berbau pornografi, semakin sering pula remaja
berkeinginan untuk melakukan perilaku seksual mulai dari yang baik hingga yang
buruk.
Menurut penelitian yang dilakukan Supriati dan Fikawati (2009), efek
paparan semakin signifikan bagi orang yang baru terpapar selama kurang dari tiga
bulan dibandingkan dari yang sudah lama terpapar yakni lebih dari tiga bulan.
Orang yang baru terpapar memiliki rasa keingintahuan yang lebih tinggi
dibandingkan yang sudah lama terpapar. Ditambah dengan kurangnya informasi
yang cukup mengenai perilaku seksual yang baik dan benar, hal ini berpeluang
akan timbulnya perilaku seksual yang buruk.
Meski demikian, terdapat 5 siswa (4,85%) yang belum terpapar pornografi
melalui media masa selama satu bulan terakhir namun memiliki perilaku seksual
yang buruk. Menurut peneliti hal ini sangat mungkin terjadi. Jika seseorang
selama satu bulan terakhir ini tidak terpapar pornografi melalui media masa,
bukan berarti tidak akan terpicu untuk melakukan perilaku seksual yang buruk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti siswa tersebut pernah
terpapar sebelum satu bulan terakhir ini dan siswa masih terpicu untuk melakukan
perilaku seksual yang buruk meski paparan tersebut sempat terhenti selama satu
bulan terakhir. Kemudian, frekuensi paparan yang tinggi sebelum satu bulan
terakhir dan adanya faktor-faktor lain seperti faktor psikologis (kepribadian,
stressor dan daya tahan mental), orang tua, teman sebaya dan jenis kelamin juga
bisa memberikan dampak pada perilaku seksual remaja tersebut. Meski siswa
tersebut tidak terpapar pornografi melalui media masa selama satu bulan terakhir,
faktor-faktor di atas juga berpengaruh terhadap perilaku seksual yang buruk.
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini juga harus diperhitungkan.
Pertama, data ini didapatkan melalui pengisian kuesioner yang dilakukan oleh
subyek penelitian yang kemungkinan dapat menimbulkan bias informasi dan
mengisi tidak sebagaimana mestinya karena tidak jujur dalam mengisi kuesioner.
Kedua, sampel hanya terbatas pada satu sekolah di Surakarta. Hal ini dapat
membatasi generalisasi hasil di daerah dan populasi yang lain. Karena berbeda
tempat maka berbeda remaja pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa didapatkan
hubungan yang bermakna antara paparan pornografi melalui media masa
dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 2 Surakarta dengan p = 0,031
(p < 0,05).
B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada siswa-siswi tentang bahaya media
pornografi dan dampak dari media pornografi.
2. Untuk remaja khususnya siswa-siswi SMU Negeri 2 Surakarta, hendaknya
menjaga diri dari hal-hal yang bersifat merusak seperti pornografi itu
sendiri.
3. Perlu adanya penelitian lain yang sejenis dengan sampel yang lebih besar
mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku seksual
remaja seperti faktor psikologis, faktor orang tua dan teman sebaya serta
faktor biologis.
4. Perlu adanya penggunaan instrumen penelitian lain dan pendekatan terhadap
subyek yang berbeda untuk menghindari adanya bias informasi.
35
commit to user
Download