pengaruh tingkat kematangan buah terhadap daya berkecambah

advertisement
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH
TERHADAP DAYA BERKECAMBAH BENIH
DISUSUN OLEH
EMA TIA NINGSIH (10712015)
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru berkembang dari
tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan
merupakan satu tahap yang kritis dalam kehidupan tumbuhan. Ada beberapa
persyaratan yang diperlukan selama proses perkecambahan, yaitu persyaratan internal
dan eksternal. Syarat internal adalah pembentukan embrio yang sehat dan normal,
sedangkan syarat eksternalnya meliputi adanya air yang cukup, suhu yang sesuai,
oksigen dan adanya cahaya yang cukup.
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula
berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
Untuk menunjang keberhasilan penanaman, pengadaan benih dalam jumlah
dan mutu yang memadai sangat dibutuhkan. Penentuan saat panen buah, menentukan
mutu suatu benih (Suita, E dkk, 2008).
Mutu benih dideskripsikan ke dalam mutu genetic, fisik, dan fisiologi. Mutu
fisik dan fisiologi benih dimulai dari penentuan kapan benih masak secara fisiologi
yang akan berpengaruh terhadap daya berkecambah benih. Penentuan kematangan
buah setiap jenis akan bervariasi. Pemanenan buah untuk benih harus dilakukan tepat
waktu pada saat buah telah masak fisiologi. Pemanenan sebelum atau sesudah masak
fisilogi menghasilkan benih yang bermutu rendah. Kematangan buah dapat dicirikan
oleh kadar air benih, perubahan warna buah, kadungan bahan kimia pada benih serta
pematangan buatan (Bonner et al.,dalam Suita, E,dkk, 2008). Benih disebut masak
apabila secara fisiologi dapat berkecambah, buah atau organ pembentuk biji sudah
masak. Proses pematangan buah dan biji biasanya seiring, sehingga kemasakan buah
dan biji diperoleh pada waktu yang hampir bersamaan. (Schmidt dalam Suita, E,dkk,
2008).
Dalam konsep steinbauer – sadjad (sadjad, 1993) dikemukakan bahwa biji
dapat mempunyai kemampuan berkecambah
yang berbeda selama proses
pematangannya, dan secara umum dapat dibedakan ke dalam tiga fase. Fase pertama
adalah saat biji pada kondisi matang morfologis sampai biji matang untuk
berkecambah. Fase kedua merupakan periode dimana biji mempunyai daya
berkecambah yang maksimal. Sedangkan fase ketiga merupakan periode terjadinya
penurunan daya berkecambah benih.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui waktu panen yang tepat pada tanaman berbiji yang akan
dimanfaatkan sebagai benih
b. Mengetahui pengaruh waktu pemanenan pada tanaman berbiji yang akan
dimanfaatkan sebagai benih.
II. PEMBAHASAN
Proses masak fisiologis pada buah dan biji biasanya terjadi secara bersamaan,
sehingga waktu masaknya buah biasanya bersamaan dengan waktu masaknya biji.
Tahap masak fisiologis pada buah terdiri dari proses fisiologis, biokimia dan
dehidrasi (penurunan kadar air benih). Pada proses fisiologis dan biokimia terjadi
peningkatan pembentukan cadangan makanan terutama karbohidrat, protein, dan
lemak serta hormon pengatur tumbuh (Nitsch, 1971 dalam Suita, E,dkk, 2008).
Pada saat buah masak fisiologis, terjadi peningkatan produksi gula dan kadar
air pada daging buah sehingga terjadi perubahan warna, rasa dan aroma pada kulit
dan daging buah, sehingga buah berubah menjadi lunak. Biasanya kulit buah yang
berwarna hijau menjadi mengkilap dan secara perlahan-lahan klorofil akan hancur
sehingga berubah menjadi warna merah, kuning atau jingga (Sedgley dan Griffin,
1989 dalam Suita, E,dkk, 2008)
Benih dapat berkecambah pada semua tingkat kemasakan, hanya saja terjadi
perbedaan daya berkecambah antara tingkat kemasakan benih tersebut. Perbedaan itu
antara lain disebabkan karena cadangan makanan yag terdapat pada benih yang belum
masak masih belum cukup tersedia bagi pertumbuhan embrio, lain halnya pada benih
yang telah masak. Copeland dan Mc Donald (2001) menyatakan bahwa benih yang
telah masak fisiologis mempunyai cadangan makanan sempurna sehingga dapat
menunjang pertumbuhan kecambah.
Namun ternyata setiap tanaman memiliki perbedaan karakteristik dalam
proses perkecambahan. Seperti halnya pada kemampuan berkecambah biji pada
Pyracantha spp. (Rosaceae), yaitu P. crenato-serrota, P. koidzumi, P. angustifolia
dan P. fortune. Untuk P. koidzumi dan P. fortune, pemanenan yang dilakukan pada
saat buah dalam kondisi matang panen berpeluang menghasilkan biji-biji dengan
kapasitas perkecambahan yang lebih baik daripada saat buah dalam kondisi matang
fisiologis sedangkan untuk P. angustifolia dan P. crenato-serrota pemanenan lebih
baik dilakukan pada saat buah masih dalam kondisi matang fisiologis, karena apabila
ditunda sampai buah mencapai kondisi matang panen maka kapasitas perkecambahan
biji yang dihasilka akan menurun.
Perbedaan karakteristik perkecambahan benih dilatarbelakangi oleh factor
genentis. Namun beberapa teori umumnya mengaitkan adanya perubahan kondisi
fisiologi selama proses pematangan biji yang dapat berbeda intensitasnya antar jenis
tumbuhan, seperti dalam hal penurunan kadar air, ketersediaan enzim dan aktivitas
metabolism yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kemampuan biji untuk
berkecambah (Salisbury and Ross, 1992; Bewley and Black, 1994; Copeland and
McDonald, 1995; Schmidt, 2000; Elias and Copeland, 2001; Padit et al., 2002).
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Benih dapat berkecambah pada semua tingkat kemasakan, hanya saja terjadi
perbedaan daya berkecambah antara tingkat kemasakan benih tersebut.
b. Benih yang telah masak fisiologi memiliki daya berkecambah benih yang tinggi
karena telah memiliki cadangan makanan yang cukup.
c. Setiap tanaman memiliki perbedaan karakteristik dalam proses perkecambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Imam, s muhammad.2008.Pengaruh Tingkat Kematangan Buah Terhadap
Perkecambahan Biji pada Pyracanta Spp.cibodas:buletin kebun raya indonesia vol.
11 no 2, juli 2008 hal 36 - 40
Ml.scribd.com/doc/49588745/laporan-praktikum-benih
Buletin kebun raya indonesia vol. 11 no. 2, juli 2008
Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap perkecambahan biji pada pyracantha
spp.
Muhammad imam surya
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:xsldhpobce4j:www.researchgate.net/p
ublication/232175308_the_effect_of_planting_media_and_compound_fertilizers_on_
the_growth_of_rubus_pyrifolius_j_e_smith_seedling/file/9fcfd50781e7c25244.pdf+p
engaruh+tingkat+kematangan+buah+terhadap+daya+berkecambah+benih&hl=id&gl
=id&pid=bl&srcid=adgeesj9yicy45a0tjd30dincm6yxdjylil0dbk6qq4i_3kk98p6zkubjlwaacqtg_asok169r3uok7iyg7zucm9vizqxfgyy6y6hjcpb9l5szyoptvq71ek6zdarwukztyetegbkt&sig=ahietbt08nu-o60l3a-kxudb-ckyq1ptuq
1. http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-kenanga/agung-sridarmayanti/
Download