bab i pendahuluan - Repositori Universitas Andalas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tenaga listrik merupakan kebutuhan vital untuk pembangunan ekonomi dan
pembangunan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang mencukupi, andal, aman dan dengan
harga yang terjangkau merupakan faktor penting dalam rangka menggerakkan perekonomian
rakyat yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penyediaan tenaga listrik ini juga
bisa bersumber dari pemanfaatan energi aki yang merupakan sumber energi listrik portable
yang bisa digunakan dimana saja dan kapan saja.
Akumulator atau aki adalah sumber tagangan listrik DC yang bersifat portable dan bisa
dipakai dimana saja dan kapan saja tanpa harus berada di daerah atau tempat yang
mendapatkan pasokan energi listrik seperti PLN. Pemakaian aki juga bisa habis. Aki
mempunyai batas pemakaian dan tidak akan bisa dipakai lagi jika energinya sudah habis,
artinya tidak ada lagi perbedaan potensial antara kutub anoda dan katodanya.
Aki yang telah habis ini bisa dipergunakan lagi setelah aki tersebut diisi ulang dengan
cara memberikan tegangan dengan potensial yang sama pada kutub positif dan negatifnya,
artinya kutub positif aki diberikan input potensial positif dan kutub negatif aki diberikan
input potensial negatif juga. Namun dibalik ini, kita tidak bisa melakukan pengisian
(charging) pada Aki di sembarang tempat jika tidak terdapatnya pasokan listrik seperti PLN,
karena belum semua tempat mendapatkan pasokan listrik PLN secara merata.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu dilirik beberapa upaya baru dalam
pembangkitan tenaga listrik seperti dengan memanfaatkan energi
terbarui yang ramah
lingkungan dan terjamin ketersediannya, diantaranya adalah energi angin.
1
Beberapa tahun belakangan ini, pembangkit listrik tenaga angin telah banyak
dikembangkan dibeberapa negara maju. Pada masa awal perkembangannya, teknologi
energi angin lebih banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam bidang pertanian dan
manufaktur, maka kini dengan teknologi dan bahan yang baru, manusia membuat
turbin angin
untuk membangkitkan energi listrik yang bersih, baik untuk penerangan,
sumber panas atau tenaga pembangkit untuk alat-alat rumah tangga.
Menurut data dari American Wind Energy Association (AWEA), hingga saat ini telah
ada sekitar 20.000 turbin angin diseluruh dunia yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik, baik itu dalam skala kecil hingga berskala besar.
Dengan adanya Pembangkit Energi Terbaharukan ini, diantaranya adalah energi angin,
kita bisa memanfaatkan energi alam yang merupakan sumber energi yang tak akan pernah
habis dengan mengkonversikannya menjadi energi listrik dan menyimpan energi listrik
tersebut dalam bentuk portable seperti Akumulator (aki) yang bisa dipergunakan nanti
dimana saja dan kapan saja.
Penelitian yang sejenis juga telah dilakukan sebelumnya oleh Yonggi Puriza dengan
Judul Penelitian “Perancangan dan Pembuatan Prototipe Turbin Angin Sumbu Horizontal”.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini berfokus dan
membahas proses charging, sedangkan penelitian sebelumnya membahas konversi energi
secara langsung dari prototipe turbin angin sumbu horizontal ke beban (lampu LED).
1.2
Perumusan Masalah
Secara garis besar perumusan masalah yang dibahas adalah :
a. Bagaimana cara menyimpan energi listrik ke Akumulator (Aki) dari Prototipe Turbin
Angin Sumbu Horizontal.
b. Faktor apa saja yang diperhatikan dalam melakukan proses Charging pada
Akumulator.
2
1.3
Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
a. Mengetahui proses penyimpanan energi listrik ke Akumulator dari Prototipe Turbin
Angin Sumbu Horizontal.
b. Mengetahui faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan Charging pada
Akumulator (Aki).
c. Bisa melakukan charging pada Akumulator dari Prototipe Turbin Angin Sumbu
Horizontal.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain :
1. Dapat memanfaatkan energi terbarukan dengan baik terutama memanfaatkan dan
mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik.
2. Dapat diaplikasikan untuk penyimpanan atau charging energi listrik ke
Akumulator dari sumber energi terbarukan diantaranya adalah energi angin.
1.5
Batasan Masalah
a. Turbin angin yang digunakan adalah Turbin Angin Sumbu Horizontal.
b. Hanya membahas tentang proses pengisian (charging) energi listrik ke akumulator
dari Prototipe Turbin Angin Sumbu Horizontal.
c. Generator yang digunakan adalah generator sinkron Magnet Permanen 3fasa.
d. Lokasi penelitian difokuskan di daerah Pantai Purus, Padang.
e. Tidak membahas sistem proteksi, baik itu proteksi pada Akumulator, Generator, dan
Turbin Angin.
f. Tidak membahas rugi-rugi daya dan drop tegangan (Vdrop) yang terjadi selama proses
charging terjadi.
3
g. Jenis akumulator (aki) yang di charging adalah 1 unit aki sepeda motor GS ASTRA
Premium 12 Volt DC dengan kapasitas 5 Ah.
h. Arus charging tidak konstan, namun yang diambil adalah arus rata-rata selama 1 jam
proses charging.
i. Akumulator yang akan di charging adalah akumulator dengan kapasitas 80%.
j. Analisa proses charging hanya diambil dari sampel data yang ada dan charging tidak
dilakukan sampai akumulator terisi penuh.
k. Program yang digunakan adalah Multism 11.0.
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur, yaitu dengan mempelajari prinsip kerja dan karakteristik turbin angin
sumbu horizontal, karakteristik generator yang akan digunakan, hingga proses
terjadinya charging pada akumulator.
2. Menerapkan dan menguji percobaan dengan menggunakan simulasi (program
Multism 11.0).
3. Perencanaan, yaitu menentukan lokasi, pengumpulan data angin dan menentukan
jenis serta spesifikasi generator yang akan digunakan.
4. Pengujian serta pengambilan data di lapangan (pantai) dan di Laboratorium
Konversi Energi Elektrik (LKEE) Jurusan Teknik Elektro Universitas Andalas
dengan menggunakan generator yang sama.
5. Analisa data, yaitu membandingkan antara hasil data simulasi (program Multism
11.0), data Lapangan (pantai), dan data dari percobaan di Laboratorium Konversi
Energi Elektrik LKEE (dengan menggunakan generator yang sama).
4
6. Penyusunan laporan penelitian bisa dilihat dari flowchart berikut ini.
Mulai
Studi Literatur
Menentukan Jenis dan Spesifikasi
Generator yang akan digunakan
Menentukan
Lokasi Penelitian
Mendisain dan Merancang Sistem
Turbin Angin Sumbu Horizontal
Untuk Proses Charging
Mengumpulkan
Data Kecepatan
Angin
Pengambilan Data di Lapangan, Simulasi,
Ambil data di Laboratorium
Pengujian Data tersebut dan
Membandingkannya dengan
Teori
Analisis Data Hasil Pengujian
Penyusunan Laporan Penelitian
Selesai
Gambar 1.1. Flowchart Penelitian
5
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian ini, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi ringkasan kerangka teoritis yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis
permasalahan dan parameter seputar analisa proses charging pada akumulator.
BAB III PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL
Berisi tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan pemakaian
turbin, desain peralatan yang digunakan hingga proses perubahan energi sampai energi
tersebut bisa digunakan untuk charging pada akumulator.
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
Berisikan analisa dari apa yang telah dikerjakan pada pengujian turbin angin, baik itu
data yang berasal dari Laboratorium, Lapangan (pantai) dan data hasil simulasi
Software Multism 11.0.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan meliputi hasil akhir yang diambil dari
hasil analisa yang telah dilakukan dari data yang telah didapatkan, sedangkan saran
berisi saran penulis untuk memperbaiki dan menyempurnakan penelitian yang telah
dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan lebih bermanfaat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan
udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu udara
akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Karena bergerak angin
memiliki energi dan energi angin ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan
manusia, diantaranya adalah mengkonversikan energi angin tersebut ke energi listrik.
Energi angin dapat dikonversi atau ditransfer ke dalam bentuk energi lain seperti energi
listrik, energi mekanik dan energi lainnya dengan menggunakan kincir atau turbin angin.
Oleh karena itu, kincir atau turbin angin sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi
Angin (SKEA) [1].
Kecepatan angin tidaklah sama antara daerah satu dengan daerah lainnya. Kecepatan
angin dapat dibagi dalam beberapa kelas seperti terlihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Tabel Kondisi Angin
Kelas Angin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kecepatan Angin
(m/s)
0.3 – 1.5
1.6 – 3.3
3.4 – 5.4
5.5 – 7.9
8.0 – 10.7
10.8 – 13.8
13.9 – 17.1
17.2 – 20.7
20.8 – 24.4
24.5 – 28.4
28.5 – 32.6
>32.6
Kecepatan Angin
(Km/jam)
1.0 – 5.4
5.5 – 11.9
12.0 – 19.5
19.6 – 28.5
28.6 – 38.5
38.6 – 49.7
49.8 – 61.5
61.6 – 74.5
74.6 – 87.9
88.0 – 102.3
102.4 – 117.0
> 118
7
Dari tabel 2.1 dapat kita lihat bahwa semakin tinggi kelas angin, semakin besar
kecepatan angin. Semakin besar kecepatan angin semakin besar energi yang akan bisa
dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik tenaga angin. Namun tidak semua angin
yang bisa dimanfaatkan oleh manusia, ada juga angin yang justru berbahaya bagi manusia.
Tabel 2.2 berikut menggambarkan perbandingan antara kelas angin, kecepatan serta
kondisi daerah yang terjadi di daratan tersebut.
Tabel 2.2 Tingkatan kecepatan Angin
Kelas
Angin
1
2
3
Kecepatan
Angin (m/s)
0.3 – 1.5
1.6 – 3.3
3.4 – 5.4
4
5
6
7
8
9
10
11
12
5.5 – 7.9
8.0 – 10.7
10.8 - 13.8
13.9 - 17.1
17.2 - 20.7
20.8 - 24.4
24.5 - 28.4
28.5 - 32.6
32.7 - 36.9
Kondisi Alam di daratan
Angin tenang, asap lurus keatas
Asap bergerak mengikuti arah angin
Wajah terasa ada angin, daun – daun bergerak,
penunjuk arah angin bergerak
Kertas dan debu jalan beterbangan, ranting pohon bergoyang
Bendera berkibar
Ranting pohon besar bergoyang, air plumpang berombak kecil
Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa ditelinga
Dapat mematahkan ranting pohon, jalan berat melawan arah angin
Dapat mematahkan batang pohon, rumah roboh
Dapat merubuhkan pohon, menimbulkan kerusakan
Menimbulkan kerusakan parah
Tornado
Dari tabel 2.2 dapat kita ketahui bahwa kecepatan angin diatas 17,2 m/s akan
berbahaya bagi manusia karena bisa menyebabkan kerusakan. Sehingga setiap engineer jika
ingin membuat pembangkit energi listrik tenaga angin, engineer tersebut harus
memperhatikan faktor alam terutama adalah kecepatan angin.
8
2.2
Turbin Angin
2.2.1 Jenis Turbin Angin
Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi dua jenis turbin angin Propeller
dan turbin angin Darrieus. Pemanfaatannya yang umum adalah untuk memompa air dan
pembangkit tenaga listrik. Berikut penjelasan tentang turbin angin tersebut :
a. Turbin angin Propeller adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling–
baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai dengan
arah datangnya angin. Berikut adalah salah satu gambar dari turbin angin propeller yang
paling banyak digunakan yang ditunjukkan oleh gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1. Turbin Angin Propeller [1,2].
Gambar 2.1 diatas adalah gambar Turbin Angin Propeller yang paling banyak
digunakan di Negara Belanda. Penggunaan turbin angin ini didukung oleh faktor geografis
wilayah Belanda yang mempunyai kecepatan angin yang kencang
b. Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang digolongkan
dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali ditemukan oleh
GJM Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin jenis Darrieus adalah tidak
memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah angin
yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin propeller [1,2]
9
2.2.2 Daya Angin
Daya angin adalah besarnya daya yang diterima dari energi angin. Besarnya Daya
Angin adalah sebagai berikut [3]
W
1
Av 3 .......................................................................................................(2.1)
2
Dimana :
W = Energi Angin (Watt)
A = Area Penangkapan Angin (m2)
v = Kecepatan Angin (m/s)
 = Kerapatan Udara (kg/m3)
Dari persamaan 2.1 dapat diketahui bahwa Daya Angin berbanding lurus dengan
kecepatan angin, luas area penangkapan dan kerapatan udara. Semakin besar kecepatan
angin dan semakin besar luas area penangkapan angin, maka akan semakin besar daya angin
yang diterima. Sedangkan untuk kerapatan udara, besarnya kerapatan udara dipengaruhi
oleh temperatur, kerapatan udara pada 1 atm pada berbagai keadaan temperatur dapat dilihat
pada Lampiran C.
2.2.3 Tip Speed Ratio
Tip Speed Ratio adalah besar perbandingan antara kecepatan ujung putar sudu
terhadap kecepatan putar angin. Tip Speed Ratio bisa didapatkan dari persamaan 2.2 berikut
ini [4]
TSR = Kecepatan Putar rotor (rps) x Rotor sudu (m)........................................ (2.2)
Kecepatan angin (m/s)
Tip speed ratio ini adalah indikator utama yang menentukan besar atau kecilnya daya
turbin angin karena koefisien turbin angin tidak sama ketika TSRnya juga berbeda. Berikut
adalah gambar perbandingan antara besar TSR dan Cp (koefisien daya) seperti pada gambar
2.2 berikut ini.
10
Gambar 2.2 Perbandingan TSR dan Cp dengan jumlah sudu yang berbeda-beda.
Dari gambar 2.2 dapat diketahui bahwa TSR sangat berpengaruh kepada Cp
(koefisien daya).
2.2.4 Daya Turbin Angin
Besarnya daya turbin angin dapat diketahui dari persamaan berikut 2.3 ini [4]
PR  C P
1
Av 3 ................................................................................................ (2.3)
2
Dimana :
PR = Daya rotor (Watt)
Cp = koefisien daya
A = Area Penangkapan Angin (m2)
v = Kecepatan Angin (m/s)
 = Kerapatan Udara (kg/m3)
Dari persamaan 2.3 dapat diketahui bahwa koefisien daya, kecepatan angin, kerapatan
udara dan luas area penangkapan angin berbanding lurus dengan daya yang dihasilkan.
Semakin besar veriabel – variabel tersebut, maka akan semakin besar daya yang dihasilkan
dan sebaliknya.
11
2.3
Generator Sinkron
2.3.1 Konsep Dasar Generator Sinkron
Generator adalah suatu mesin yang menggunakan magnet untuk mengubah energi
mekanis menjadi energi listrik. Prinsip generator secara sederhana dapat dikatakan bahwa
tegangan ggl berasal dari hasil induksi pada konduktor apabila konduktor tersebut bergerak
pada medan magnet sehingga memotong garis-garis gaya magnet.
Besarnya tegangan ggl yang dihasilkan oleh suatu generator bisa diketahui dari
persamaan berikut ini [5,6] :
e = b lv…………………………………………………………………..................…(2.4)
dimana :
e = Tegangan ggl (volt)
b = Kuat Medan Magnet
l = Panjang Kumparan
v = Kecepatan Putar (rpm)
Persamaan ini berlaku apabila magnet sebagai pengganti penghantar yang digerakkan.
Dari persamaan 2.4 diatas dapat diketahui bahwa tegangan ggl yang dihasilkan adalah
berbanding lurus dengan B (kuat medan magnet), l (panjang kumparan), dan v (besarnya
kecepatan putar). Atau dalam penjelasan lain, jumlah tegangan yang diinduksikan pada
penghantar saat penghantar bergerak pada medan magnet tergantung pada :
1.
Kekuatan medan magnet, semakin kuat medan magnet maka semakin besar pula
tegangan yang diinduksikan.
2.
Kecepatan penghantar dalam memotong fluks, makin kecepatan putar maka semakin
besar tegangan yang diinduksikan.
3.
Panjang penghantar pada medan magnet, semakin panjang kawat penghantar, maka
semakin besar pula tegangan ggl yang bisa dihasilkan [5].
12
Generator sinkron adalah alat yang berfungsi untuk mengkonversi energi. Generator
sinkron bekerja pada kecepatan dan frekuensi konstan di bawah kondisi Steady state.
Konversi energi elektromagnetik inibisa dalam bentuk perubahan energi dari bentuk mekanik
ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (alternator)
merupakan jenis mesin listrik yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan bolak-balik
dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik.
Generator sinkron dengan definisi sinkronnya, mempunyai makna bahwa frekuensi
listrik yang dihasilkannya sinkron dengan putaran mekanis generator tersebut. Generator
sinkron sering kita jumpai pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas yang
relatif besar. Misalnya pada PLTA, PLTU, PLTD dan lain-lain.
Selain generator dengan kapasitas besar, kita mengenal juga generator dengan
kapasitas yang relatif kecil, misalnya generator yang digunakan untuk penerangan darurat
yang sering disebut Generator Set atau generator cadangan. Generator sinkron juga dapat
memiliki sistem eksitasi dengan menggunakan magnet permanen. Generator sinkron magnet
permanen seperti ini diilustrasikan seperti gambar berikut:
Gambar 2.3.Potongan melintang generator sinkron magnet permanen dua kutub [6].
Pada gambar 2.3 dapat diketahui bahwa bagian rotor dari generator adalah magnet
permanen. Magnet permanen inilah yang diputar oleh energi dari luar, yaitu turbin angin
yang mendapatkan energi dari dorongan angin. Sedangkan stator adalah bagian yang diam
13
(tidak bergerak) yaitu bagian lilitan (kumparan), kumparan inilah yang menerima fluks
magnet yang berubah-ubah terhadap waktu sehingga menghasilkan beda potensial (tegangan
listrik).
Pada generator sinkron, bentuk rotor yang digunakan dapat dibagi atas dua macam,
yaitu: rotor silinder (cylindrical-rotor) dan rotor kutub sepatu (salient-pole). Kedua jenis
rotor ini memiliki karakteristik yang berbeda–beda. Pada generator sinkron dengan rotor
kutub sepatu (Salient-pole), umumnya memiliki jumlah kutub yang banyak. Karena jumlah
kutub yang banyak ini mengakibatkan diameter generator menjadi besar dan generator
memiliki putaran sinkron yang lambat. Sementara itu, pada generator sinkron dengan rotor
silinder (Cylindrical-rotor) memiliki jumlah kutub yang lebih sedikit dari pada rotor kutub
sepatu.Sehingga mengakibatkan generator sinkron dengan kutub silinder ini memiliki
diameter yang lebih kecil dan putaran sinkron yang tinggi. Berikut adalah gambar 2.4 (a) dan
2.4 (b) yang menggambarkan bentuk rotor dari generator yaitu rotor kutub sepatu dan rotor
selinder.
(a)
(b)
Gambar 2.4.Bentuk rotor generator sinkron: (a) Rotor kutub sepatu, (b) Rotor silinder [6].
Dari gambar 2.4 (a) dan 2.4 (b) dapat dilihat jelas perbedaan antara kedua rotor
tersebut. Pada penelitian ini, jenis rotor yang digunakan pada penelitian ini adalah rotor
silinder.
14
2.3.2
Kecepatan Putar Generator Sinkron
Frekuensi elektrik yang dihasilkan generator sinkron adalah berbanding lurus
dengan kecepatan putar generator. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada
mesin dengan frekuensi elektrik pada stator ditunjukkan oleh persamaan 2.5 berikut ini [6].
fe 
nr . p
…………………………………………..…………...................(2.5)
120
Dimana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Dari persamaan 2.5 tersebut, dapat diketahui bahwa frekuensi yang dihasilkan
berbanding lurus dengan jumlah kutub magnet yang digunakan dan kecepatan putar
generator. Semakin banyak kutub magnet yang digunakan dan semakin cepat kecepatan putar
generator, maka semakin besar frekuensi yang dihasilkan.
Agar tegangan listrik dibangkitkan tetap dan frekuensi yang dihasilkan sesuai
dengan yang diinginkan, maka generator harus berputar pada kecepatan konstan dengan
jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan tegangan
AC dengan frekuensi 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor harus berputar dengan kecepatan
3600 rpm. Sedangkan untuk tegangan AC dengan frekuensi 50 Hz pada mesin empat kutub,
rotor harus berputar pada kecepatan 1500 rpm.
2.4
Akumulator (Aki)
Akumulator atau aki adalah suatu proses kimia listrik, dimana pada saat pengisian
(charge) energi listrik diubah menjadi kimia dan saat pengeluaran (discharge) energi kimia
diubah menjadi energi listrik. Aki ini sama fungsinya dengan Baterai.
15
Baterai terdiri dari sel-sel dimana tiap sel memiliki tegangan sebesar 2 V, artinya aki
mobil dan aki motor yang memiliki tegangan 12 V terdiri dari 6 sel yang dipasang secara seri
seperti pada gambar 2.5, sedangkan aki yang memiliki tegangan 6 V memiliki 3 sel yang
dipasang secaraseri seperti pada gambar 2.6.
Gambar 2.5. Baterai 12 Volt
Gambar 2.6 Baterai 6 Volt[7]
Dari gambar 2.5 dan 2.6 diketahui bahwa jumlah sel baterai 12 Volt adalah 2 kali
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sel pada baterai 6 volt. Antara satu sel dengan sel
lainnya dipisahkan oleh dinding penyekat yang terdapat dalam baterai, artinya tiap ruang
pada sel tidak berhubungan karena itu cairan elektrolit pada tiap sel juga tidak berhubungan
(dinding pemisah antar sel tidak boleh ada yang bocor atau merembes).
Di dalam satu sel terdapat susunan pelat pelat yaitu beberapa pelat untuk kutub positif
(antar pelat dipisahkan oleh kayu, ebonit atau plastik, tergantung teknologi yang digunakan)
dan beberapa pelat untuk kutub negatif. Bahan aktif dari plat positif terbuat dari oksida timah
coklat (PbO2) sedangkan bahan aktif dari plat negatif adalah timah (Pb).
Pelat-pelat tersebut terendam oleh cairan elektrolit yaitu asam sulfat (H2SO4). Saat
baterai mengeluarkan arus terjadi proses pada akumulator :
1.
Oksigen (O2) pada pelat positif terlepas karena bereaksi dengan hidrogen (H) pada
cairan elektrolit yang secara perlahan–lahan keduanya bereaksi menjadi air (H20).
16
2.
Asam (SO4) pada cairan elektrolit bergabung dengan timah (Pb) di pelat positif
maupun pelat negatif sehigga menempel dikedua pelat tersebut. Reaksi ini akan
berlangsung terus sampai isi (tenaga baterai) habis.
Pada saat baterai dalam keadaan discharge maka hampir semua asam melekat pada
pelat-pelat dalam sel sehingga cairan eletrolit konsentrasinya sangat rendah dan hampir hanya
terdiri dari air (H2O), akibatnya berat jenis cairan menurun menjadi sekitar 1,1 kg/dm3 dan ini
mendekati berat jenis air yang 1 kg/dm3.
Sedangkan baterai yang masih berkapasitas penuh berat jenisnya sekitar 1,285
kg/dm3. Dengan perbedaan berat jenis inilah kapasitas isi baterai bisa diketahui apakah masih
penuh atau sudah berkurang yaitu dengan menggunakan alat hidrometer.
Berikut adalah proses kimia saat pemakaian pada akumulator (aki) seperti terlihat
pada gambar 2.7 berikut ini.
(a)
(b)
(c)
(c)
Gambar 2.7. Keadaan pada baterai
(a). Ilustrasi baterai dalam keadaan terisi penuh
(b). Ilustrasi baterai saat mengeluarkan arus
(c). Ilustrasi baterai dalam keadaan tak terisi [7,8]
Dari gambar 2.7 dapat diketahui bahwa ion SO4 bereaksi saat pemakaian, terlepas dari
molekul H dan bergabung dengan molekul Pb, dan saat pengisian terjadi sebaliknya, molekul
SO4 terlepas dari Pb dan kembali bereaksi dengan molekul H, dan terbentuk kembali molekul
H2SO4.
17
Proses yang terjadi pada akumulator bisa juga diilustrasikan oleh gambar 2.8 berikut ini. [7]
Gambar 2.8. Ion-ion pada akumulator (aki) atau baterai.[8]
Dari gambar 2.8 dapat diketahui bahwa ketika terjadi proses pemakaian akumulator
(aki), baik itu pemakaian energi ataupun charging aki, terjadi perubahan ion-ion dalam aki
tersebut, saat pemakaian terjadi proses kimia yang menghasilkan H2O, itulah sebabnya
kenapa setelah pemakaian aki massa jenisnya adalah sama dengan air (H2O) karena proses
kimia aki tersebut menghasilkan H2O, dan tidak ada lagi beda potensial antara kutub anoda
dan katodanya.
Aki yang sudah habis, massa jenisnya sama dengan air yaitu dengan massa jenis 1
kg/dm3 (1 kg per 1000 cm3 atau 1 liter) dan asam sulfat memiliki massa jenis 1,285 kg/dm3
pada suhu 20oC.
Berikut merupakan hal-hal yang perlu diketahui tentang akumulator atau baterai, diantaranya
adalah :
a. Saat akumulator (Aki) menerima arus
Aki yang menerima arus adalah aki yang sedang disetrum atau dicas dengan cara
dialirkan listrik tegangan searah (DC), dimana kutub positif Aki dihubungkan dengan arus
listrik positif dan kutub negatif dihubungkan dengan arus listrik negatif. Tegangan yang
dialiri adalah sama dengan tegangan total yang dimiliki aki, artinya aki 12V dialiri tegangan
12 V DC, dan jika tegangan aki atau baterainya 6 V maka harus dialiri tegangan 6 V DC juga,
18
dan dua aki 12 V yang dihubungkan secara seri sebanyak 2 unit maka harus dialiri tegangan
24 V DC (aki yang duhubungkan seri total tegangannya adalah jumlah dari masing-masing
tegangan baterai (Voltase1 + Voltase2 = Voltasetotal).
Proses penerimaan arus ini berlawanan dengan proses pengeluaran arus, yaitu :
1.
Oksigen (O2) dalam air (H2O) terlepas karena bereaksi dengan timah (Pb) pada pelat
positif dan secara perlahan-lahan kembali menjadi oksida timah colat (PbO2).
2.
Asam (SO4) yang menempel pada kedua pelat (pelat positif maupun negatif) terlepas
dan bergabung dengan hidrogen (H) pada air (H2O) di dalam cairan elektrolit dan
kembali terbentuk menjadi asam sulfat (H2SO4) sebagai cairan elektrolit. Akibatnya
berat jenis cairan elektrolit bertambah menjadi sekitar 1,285 (pada saat aki terisi
penuh).
b. Cairan elektrolit
Pelat-pelat aki harus selalu terendam cairan elektrolit, tinggi cairan elektrolit sesuai
dengan standar dan takaran dari pabrik produsen aki. Setiap aki sudah diberikan takaran
berapa banyak minimum dan maksimum jumlah dari cairan elektrolit pada aki tersebut jadi
kita bisa mengontrol keadaan larutan elektrolt aki. Oleh karena itu kita harus memeriksa
tinggi cairan elektrolit dalam aki setidaknya 1 bulan sekali karena senyawa dari cairan
elektrolit bisa menguap terutama akibat panas yang terjadi pada proses pengisian (charging).
Jika cairan terlalu tinggi, hal ini akan memberikan dampak buruk karena cairan
elektrolit bisa tumpah melalui lubang-lubang sel (misalnya pada saat terjadi pengisian) dan
dapat merusak benda-benda yang ada disekitar aki akibat korosi, misalnya sepatu kabel,
penyangga atau dudukan baterai, dan bisa menyebabkan korosi, selain itu proses pendinginan
dari panasnya cairan elektrolit aki oleh udara yang ada dalam sel tidak efisien akibat
kurangnya udara yang terdapat di dalam sel, dan juga asam sulfat akan berkurang karena
tumpah keluar.
19
Bila asam sulfat berkurang dari volume yang seharusnya maka kapasitas baterai tidak
akan maksimal karena proses kimia yang terjadi tidak dalam keadaan optimal sehingga
tenaga atau kapasitas yang bisa diberikan oleh aki akan berkurang, yang sebelumnya bisa
menyuplai 7 Ampere dalam satu jam menjadi kurang dari 7 Ampere dalam satu jam, yang
sebelumnya bisa memberikan pasokan tenaga hingga 1 jam kini kurang dari 1 jam isi atau
tenaga aki sudah habis.
c.
Kapasitas Aki
Kapasitas aki adalah jumlah Ampere-hours (Ah = kuat arus dalam satuan Ampere x
waktu dalam satuan jam atau hours), misalnya kapasitas aki 10 Ah, artinya aki dapat
memberikan atau menyuplai energi listrik sebesar 10 Ampere dalam satu jam, atau menyuplai
energi listrik 5 Ampere dalam 2 jam sesuai dengan hasil perkaliannya.
d. Jumlah bahan aktif
Makin besar ukuran pelat yang bersentuhan dengan cairan elektrolit maka makin
besar kapasitasnya, makin banyak pelat yang bersentuhan dengan cairan elektrolit maka
makin besar kapasitasnya. Jadi untuk mendapatkan kapasitas yang besar maka luas pelat dan
banyaknya pelat haruslah ditingkatkan, dengan catatan bahwa pelat haruslah terendam oleh
cairan elektrolit.
e. Temperatur
Makin rendah suhu (makin dingin) maka makin kecil kapasitas baterai saat digunakan
karena proses reaksi kimia akan semakin lambat terjadi pada saat suhu semakin rendah.
Kapasitas baterai lebih baik diukur pada suhu kamar atau suhu ruangan, yaitu suhu yang
berkisar antara 20-25o C.
20
f. Efisiensi charging pada Akumulator (Aki)
Efisiensi pada akumulator bisa didapatkan dari hasil perhitungan perbandingan antara
daya output terhadap daya input. Rumus efisiensi pada akumulator ini dapat dihitung dengan
rumus berikut ini :
Efisiensi = Pout x 100%.......................................................................................... (2.6)
Pin
Dimana daya input adalah daya yang dihasilkan oleh turbin angin dan daya output
adalah daya yang dihasilkan saat proses charging terjadi pada akumulator.
2.5
Rectifier
2.5.1 Dioda Sebagai Penyearah
Bahan dasar yang banyak digunakan untuk membuat piranti elektronik adalah bahan
semikonduktor germanium (Ge) dan silikon (Si), yang mana kedua bahan ini mempunyai
elektron valensi yang sama. Sambungan bahan semikonduktor P dan N mendasari suatu
piranti elektronik aktif yang disebut sebagai Dioda. Dioda mempunyai elektroda Anoda yang
berkutub positif dan elektroda Katoda yang berkutub negatif.Simbol dioda diperlihatkan
seperti pada gambar 2.9 berikut ini.
Gambar 2.9. Simbol Dioda [9].
Dari gambar 2.9 dapat diketahui bahwa anoda berada disebelah kiri simbol dan katoda
berada di sebelah kanan simbol, arus listrik mengalir dari anoda ke katoda saat forward bias
dan tidak akan mengalirkan arus pada arah yang berlawanan yaitu dari katoda ke anoda.
2.5.1.1 Bias Maju (Forward Bias)
Jika anoda dihubungkan pada polaritas positif, sedangkan katoda pada polaritas
negatif seperti gambar 2.10, maka keadaan dioda tersebut adalah bias maju (forward-bias)
aliran arus dari anoda menuju katoda, dan aksinya sama dengan rangkaian tertutup.
21
(a)
(b)
Gambar 2.10 Forward Bias : (a) Dioda dalam rangkaian,
(b) Ilustrasi dioda diganti dengan saklar (Rangkaian Tertutup) [9]
Dari gambar 2.10 dapat dilihat bahwa ketika keadaan forward bias, dioda yang
digunakan bisa diilustrasikan dengan saklar dalam keadaan tertutup pada sebuah rangkaian
sehingga arus mengalir dalam rangkaian tertutup tersebut.
2.5.1.2 Bias Mundur (Reverse Bias)
Jika katoda dihubungkan pada polaritas positif, sedangkan anoda pada polaritas
negatif, maka keadaan dioda tersebut adalah bias mundur (reverse-bias) dan aksinya sama
dengan rangkaian terbuka seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.11 berikut ini.
(a)
(b)
Gambar 2.11 Reverse Bias : (a) Dioda dalam rangkaian,
(b) Ilustrasi dioda diganti dengan saklar (Rangkaian Terbuka) [9]
Dari gambar 2.11 ini dapat dilihat bahwa rangkaian (a) adalah pemasangan dioda
dalam sebuah rangkaian dan gambar (b) adalah ilustrasi dioda dengan sebuah saklar. Dari
gambar 2.11 ini, bisa diketahui saat terjadi reverse bias, perumpamaannya adalah dengan
saklar terbuka, sehingga arus listrik tidak mengalir atau open circuit.
22
2.5.2 Rectifier 3 Fasa
Rectifier 3 fasa adalah alat yang berfungsi mengubah tegangan AC 3 Fasa menjadi
tegangan DC. Rectifier 3 fasa ini prinsip kerjanya sama dengan dioda seperti pada penjelasan
2.5.1, tetapi Rectifier 3 Fasa ini mempunyai 2 buah dioda untuk masing-masing fasanya
sehingga rectifier 3 fasa mempunyai 6 buah dioda. Rangkaian rectifier 3 fasa adalah seperti
pada gambar 2.12 berikut ini.
Phase 1
Phase 2
Phase 3
Gambar 2.12. Rangkaian Rectifier 3 Fasa [9].
Dari gambar 2.12 dapat dilihat bahwa input yang diberikan adalah tegangan AC 3 fasa
dimana masing-masing fasanya terhubung diantara dua buah dioda yang berbeda yang posisi
kedua dioda tersebut arahnya adalah sama.
Input dan output dari rectifier 3 fasa ini dapat dilihat pada gambar 2.13 dan 2.14
berikut ini.
Tegangan (Volt)
Phase 1
Waktu (Detik)
Phase 2
Phase 3
Gambar 2.13 Input 3 Fasa
Tegangan (Volt)
Phase 1
Phase 2
Phase 3
Waktu (Detik)
Gambar 2.14. Output Rectifier 3 Fasa [9].
23
Dari gambar 2.13 dan 2.14 dapat dilihat bagaimana gambaran dari input dan
output antara tegangan AC 3 fasa dan tegangan output DC yang dihasilkan. Dimana fasa
1, fasa 2 dan fasa 3 berbeda 120o dan masing-masing fasa tersebut bisa dilihat dari
perbedaan warna fasanya.
2.6
Kapasitor
Kapasitor adalah alat elektronik yang salah satu fungsinya adalah menyimpan
tegangan dan menyuplai tegangan ketika tegangan yang diterimanya menurun. Tegangan
akan disimpan oleh kapasitor jika tegangan input naik dan kapasitor akan menyuplai
tegangan ketika tegangan input menurun. Penyimpanan dan pengosongan tegangan dari
kapasitor ini berfungsi untuk mengurangi riak-riak pada tegangan DC yang dihasilkan yang
akan membuat tegangan DC tersebut akan mendekati garis lurus. Rumus penyimpanan
tegangan pada kapasitor dapat dilihat pada rumus 2.7 berikut ini.
......................................................................................(2.7) [10]
Dan rumus Pengosongan pada kapasitor adalah pada persamaan 2.8 berikut ini :
.......................................................................(2.8) [10]
Dari rumus 2.7 dan 2.8 dapat diketahui bahwa untuk pengisian kapasitor, semakin lama
atau semakin besar t, maka semakin besar tegangan yang bisa diisi atau disimpan oleh
kapasitor dan mendekati besar tegangan input, sedangkan untuk rumus pengosongan
kapasitor, semakin lama atau semakin besar nilai t, maka semakin kecil tegangan kapasitor
tersebut dan mendekati nol (habis).
24
2.7
IC Regulator atau IC LM 7815
2.7.1 Definisi dan Jenis IC LM 7815
IC LM 7815 adalah suatu alat elektronika yang berfungsi membatasi tegangan
maksimum suatu rangkaian. Tegangan yang dibatasi bermacam-macam tergantung jenis IC
LM 78XX nya, ada beberapa jenis IC LM 78, diantaranya IC LM 7810, LM 7812, LM
7815, LM 7818 dan masih ada jenis IC LM 78XX lainnya.
2.7.2 Port Pada IC LM 7815
IC LM 7815 ini mempunyai 3 buah port. Port sebelah kiri adalah port input, port
bagian tengah adalah ground dan port bagian kanan adalah port output. Berikut adalah
gambar alat IC LM 7815.
Gambar 2.15. IC LM 78XX [11]
Dari gambar 2.15 dapat dilihat bahwa IC LM 78XX mempunyai 3 buah port, yaitu input,
ground dan output. Port input berfungsi sebagai tempat input pada IC sedangkan port output
adalah port tempat hasil proses atau keluaran dari IC LM 7815.
2.7.3 Datasheet IC LM 7815
Setiap IC LM 78XX mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, dari datasheet
tersebut bisa kita ketahui karakteristik dari suatu IC seperti input maksimal yang bisa
diinputkan, output maksimal yang bisa dihasilkan, temperatur, arus dan banyak parameter
lainnya. Berikut adalah datasheet dari IC LM 7815 seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.3.
25
Tabel 2.3. Datasheet IC LM 7815 [12]
Dari tabel 2.3 dapat dikatehui bahwa IC LM 78XX dapat beroperasi hingga pada suhu
25oC. IC ini beroperasi maksimal pada frekuensi 120 Hz, tegangan output yang dihasilkan
adalah antara 14.40 volt sampai 15.60 volt. Untuk ripple rejection yaitu pada tegangan
18.5–28.5V. Dan drop tegangan pada IC LM ini bisa mencapai 2 Volt.
26
BAB III
RANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL
3.1
Peralatan yang Digunakan Dalam Pengujian.
Alat yang diuji adalah turbin angin sumbu horizontal yang dipasang pada ketinggian
sekitar 1.5 m dari permukaan tanah. Daerah pemasangan turbin angin ini adalah daerah tepi
Pantai Purus dibelakang Pangeran Beach Hotel, Padang, Sumatera Barat. Pemilihan daerah
melalui proses survey lokasi selama beberapa hari ini memiliki tiupan angin yang relatif
konstan sepanjang hari dan lokasi yang mudah dijangkau. Peralatan yang digunakan pada
pengujian bisa dilihat dari tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1. Perlengkapan Pengujian
No.
Alat
Jumlah
1.
Generator Sinkron 3 fasa
1 unit
2.
Turbin Angin
3 Sudu
3.
Jumper dan Kabel secukupnya
+6m
4.
Kunci Pas
1 unit
5.
Tang
1 unit
6.
Anemometer “Lutron AM-4205”
1 unit
7.
Rectifier 3 Fasa + kapasitor + IC LM
7815
1 unit
8.
Akumulator (Aki) 12V DC 5 AH
1 unit
9.
Tiang besi
1.5 m
10. Transformator (Trafo)
6 unit
11. Multimeter “Sanwa CD800a”
1 unit
12. Tempat dudukan generator
1 unit
Dari tabel 3.1 dapat diketahui perangkat alat apa saja yang diperlukan dan
digunakan dalam penelitian ini, masing-masing alat mempunyai fungsi dan peranan yang
27
berbeda beda. Diantaranya adalah generator yang berfungsi menghasilkan tegangan
output, transformator yang berfungsi menaikkan tegangan output sesuai dengan
kebutuhan, turbin angin yang berfungsi menerima energi angin sehingga turbin bisa
memutarkan generator, rectifier sebagai penyearah, dan multimeter yang digunakan adalah
sebagai alat ukur. Gambar 3.1 menunjukkan alat yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya adalah sebagai berikut.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
Gambar 3.1.Alat– alat perlengkapan pengujian; (a) Anemometer ,
(b) Rectifier 3 Fasa, (c) Turbin angin, (d)Transformator, (e) Tang, (f) Multimeter,
(g) Akumulator (Aki), (h) IC LM 7815 + Dioda, dan (i) Generator Sinkron.
28
Dari gambar 3.1 dapat diketahui beberapa sampel alat yang digunakan, alat alat inilah
yang akan dipergunakan untuk penelitian Analisa Proses Charging dari Prototipe Turbin
Angin Sumbu Horizontal.
3.2
Generator
Generator yang akan digunakan adalah generator sinkron tiga fasa dengan eksitasi
magnet pemanen. Generator ini adalah generator bekas turbin angin Air-X. Generator ini
dianggap sesuai dengan rancangan turbin angin yang akan dibuat karena merupakan jenis
generator yang dibuat untuk keperluan turbin angin putaran lambat dimana generator ini
memiliki 12 kutub magnet permanen pada bagian rotornya seperti yang dapat dilihat pada
gambar 3.2 berikut ini. Pada penelitian ini, diharapkan generator dapat berputar dari energi
angin yang diterima oleh turbin angin saat kecepatan angin mulai dari dibawah 3.0 m/s.
(a)
(b)
Gambar 3.2. Generator Sinkron 3 Fasa: (a) Tampak atas, dan (b) tampak bawah.
Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa gambar 3.2 (a) generator dilihat dari bagian atas
dan mempunyai 4 buah kawat, 3 buah adalah output 3 fasa dan satu kawat adalah netralnya.
Pada bagian bawah (b), tampak generator menggunakan magnet permanen 3 fasa sebanyak
12 kutub, jumlah kutub ini akan sangat berpengaruh terhadap frekuensi yang akan dihasilkan.
29
3.3
Turbin Angin
Turbin angin yang digunakan adalah turbin angin dengan 3 buah sudu yang terbuat
dari bahan arkrilik dengan kemiringan sudut ditiap sudunya adalah 5o. Turbin angin terbuat
dari bahan akrilik karena bahan ini termasuk bahan ringan dan bisa menerima energi angin
dengan baik. Gambar 3.3 berikut adalah gambar dari turbin angin yang digunakan pada
penelitian ini.
Gambar.3.3. Turbin Angin Material Arkrilik [2].
Dari gambar 3.3 dapat dilihat bahwa ketiga sudu turbin angin tersebut terpasang
dengan sudut yang sama antar sudunya, perbedaan sudut antara sudu satu dengan sudu
lainnya adalah 120o. Sudut ini dibuat sama besar 120o agar gaya dorong yang dihasilkan dari
energi angin adalah seimbang.
3.4
Transformator (Trafo)
Sesuai data dilapangan yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan tegangan output
rata-rata dari generator adalah 3 VL-L. Oleh karena itu tegangan perlu dinaikkan ke 12 Volt
agar bisa dilakukan proses charging. Berikut adalah trafo yang digunakan pada proses
charging ini. Karena tidak ada trafo yang bisa menaikkan tegangan langsung dari 3V ke 12
Volt, maka masing masing fasa menggunakan 2 buah trafo, trafo pertama menaikkan
tegangan 3V menjadi 220V, trafo kedua menurunkan tegangan trafo dari 220 menjadi 12
30
Volt. Karena masing–masing fasa menggunakan 2 buah trafo, maka untuk 3 fasa
menggunakan 6 buah trafo 1 fasa. Transformator yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 3.4 berikut ini.
Gambar 3.4.Transformator yang digunakan untuk menaikkan tegangan dari generator.
Dari gambar 3.4 dapat dilihat bahwa trafo yang digunakan adalah berjumlah 6 unit,
dimana masing-masing fasa menggunakan 2 buah trafo yang berfungsi menaikkan tegangan
dari sekitar 3 volt ke 18 volt AC. Tegangan yang telah dinaikkan oleh trafo tersebut diambil
ketiga fasanya dan diinputkan ke Rectifier 3 fasa yang nantinya akan disearahkan menjadi
tegangan DC. Pada transformator juga terdapat rugi-rugi tegangan, namun rugi-rugi tegangan
ini kecil dan dapat diabaikan.
3.5
Rectifier 3 Fasa
Rectifier 3 Fasa ini dibuat untuk mengubah tegangan AC 3 fasa menjadi tegangan DC
yang nantinya akan digunakan untuk charging pada akumulator (Aki). Sebagaimana yang
telah dijelaskan pada Bab II sebelumnya tentang rectifier 3 fasa, alat ini terdiri atas 6
komponen dioda dimana masing-masing fasa membutuhkan 2 buah dioda. Gambar 3.5
gerikut adalah rectifier 3 fasa yang telah selesai dibuat dan digunakan dalam proses charging.
Disini digunakan kapasitor untuk mengurangi riak tegangan DC. Rectifier 3 fasa ini
ditunjukkan oleh gambar 3.5 berikut ini.
31
Gambar 3.5. Rectifier 3 Fasa
Dari gambar 3.5 dapat diketahui bahwa input rectifier berada di sisi rangkaian sebelah
kiri dengan 3 buah port input berwarna merah dengan input fasa 1, fasa 2 dan fasa 3,
sedangkan output rectifier berada disisi rangkaian sebelah kanan yang ditandai dengan 2 buah
port berwarna hitam yaitu positif dan negatif.
3.6
IC 7815 dan Dioda
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab II sebelumnya, IC Regulator ini
berfungsi untuk membatasi tegangan maksimum yang akan diinputkan ke Akumulator. Ini
bertujuan agar tegangan yang diberikan ke Akumulator (aki) tidak terlalu tinggi yang akan
bisa merusak aki. Sedangkan sebuah dioda dipasangkan seri terhadap IC Regulator yang
dipasangkan disisi potensial positif adalah bertujuan mencegah arus balik jika tegangan dari
generator menurun ketika kecepatan angin berkurang.
Rangkaian IC LM 7815 dan Dioda terpasang sebagai gambar 3.6 berikut ini.
Gambar 3.6. Rangkaian Pemasangan IC LM 7815 dipasang seri terhadap
Sebuah dioda sebelum diinputkan ke Akumulator.
32
Dari gambar 3.6 dapat dilihat bahwa input terletak disebelah kiri rangkaian yang
berasal dari hasil output Rectifier 3 fasa. Kemudian output DC disisi kanan inilah yang akan
digunakan untuk charging pada akumulator (aki).
3.7
Dudukan Generator
Tempat dudukan generator adalah alat yang digunakan sebagai penghubung antara
tiang turbin angin dan generator 3 fasa. Tempat dudukan generator ini terbuat dari bahan besi
dan menggunakan baut – baut besi untuk menguatkan posisinya terhadap tiang turbin angin.
Dudukan generator ini dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut ini.
8 cm
14 cm
14 cm
(a)
(b)
Gambar. 3.7. (a) Tempat dudukan generator, dan
(b) Tempat dudukan generator setelah dipasang dengan generator
Dari gambar 3.7 (a), terlihat desain dudukan generator, tempat dudukan generator
terbuat dari pelat besi berwarna hitam dan mempunyai 3 buah tiang besi kecil dengan panjang
8 cm dan pelat persegi panjang sebagai landasan dudukannya adalah berukuran 14x36 cm.
Sedangkan gambar 3.7 (b) adalah gambar alat dudukan generator setelah dipasang dengan
generator sinkron 3 fasa yang akan digunakan pada turbin angin pada penelitian ini.
33
3.8
Proses Charging
Proses penyimpanan (Charging) dari generator hingga sampai ke Aki adalah sebagai
berikut:
1. Turbin angin mendapatkan gaya dorong dari angin sehingga turbin angin memutarkan
generator dan menghasilkan tegangan output sekitar 3 Volt AC 3 fasa.
2. Tegangan output dari generator tersebut dinaikkan dengan menggunakan 6 buah
transformator 1 fasa hingga tegangannya 12 Volt AC 3 fasa.
3. Tegangan 3 Fasa hasil output dan hasil dinaikkan dengan menggunakan trafo tersebut
kemudian diinputkan ke Rectifier 3 fasa yang berfungsi mengubah tegangan AC 3
fasa menjadi tegangan searah DC.
4. Tegangan output dari Rectifier 3 fasa tersebut tidak langsung dipakai untuk charging,
tapi terlebih dahulu dihubungkan ke IC Regulator IC LM 7815 yang berguna untuk
membatasi tegangan DC maksimal keluarannya 15 Volt.
5. Keluaran dari IC Regulator tersebut dihubungkan ke sebuah dioda yang berfungsi
sebagai pencegah arus balik jika terjadi penurunan tegangan generator ketika
kecepatan angin berkurang.
6. Tegangan keluaran inilah yang dipakai untuk proses charging dan dihubungkan ke
akumulator. Proses charging ini bisa digambarkan oleh skema gambar 3.8 berikut ini.
Turbin Angin
Angin
Generator
Rectifier 3 Fasa +
Kapasitor
Transformator
IC LM 7815 +
Dioda
Akumulator
(Aki)
Gambar 3.8. Skema Proses Chargingdari turbin angin ke Akumulator (aki)
34
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1
Metode Pengujian Turbin Angin.
Turbin angin yang telah dibuat selanjutnya melalui proses pengujian. Pengujian ini
dibatasi hanya untuk menghasilkan tegangan yang dibutuhkan untuk proses charging, yaitu
tegangan minimal sebesar tegangan aki sebesar 12 Volt DC dan maksimum adalah 110% dari
besar tegangan aki, yaitu sebesar 13,5 Volt DC. Pada pengujian ini digunakan sistem
tegangan konstan. Pengujian dilakukan dengan pengambilan data di Laboratorium Konversi
Energi Elektrik, Melakukan simulasi dengan Multism 11.0 serta melakukan pengujian di
Lapangan, yaitu daerah Pantai Padang pada hari dan jam yang berbeda – beda.
Berikut adalah beberapa metoda pengujian yang dilakukan seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 4.1.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.1. Metoda Pengujian (a) Dengan menggunakan simulasi program Multism 11.0,
(b) Pengujian di Laboratorium Konversi Energi, dan (c) Pengujian di lapangan (pantai).
35
Dari gambar 4.1 (a), (b), dan (c), dapat kita lihat perbedaan yang jelas antara ketiga
metoda pengujian tersebut, ketiga metoda inilah yang akan dianalisa dan dibandingkan antara
satu metoda dengan metoda lainnya serta menarik kesimpulan dari data yang didapatkan dari
hasil ketiga metoda tersebut.
4.2
Pengujian Rangkaian Dengan Simulasi Multism 11.0
Pada metoda simulasi, software yang digunakan adalah Multism 11.0 dengan
menggunakan sebuah generator 3 fasa hubungan Y sebagai sumbernya. Pada pengujian
simulasi ini, rangkaian disusun seperti pada gambar 4.2 dan divariasikan output dari
generator sinkron kemudian dilihat besar output tegangan DC yang dihasilkan. Skema
rangkaian simulasi dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2. Skema rangkaian pada simulasi Multism 11.0
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa skema rangkaian terdiri atas generator,
transformator, rectifier 3 fasa, kapasitor, IC LM 7815 serta voltmeter yang digunakan untuk
mengukur besar tegangan yang dihasilkan.
Dari simulasi dengan menggunakan program Multism 11.0 ini dapat diketahui bahwa
untuk dapat menghasilkan tegangan output DC sebesar minimal 12 Volt DC, diperlukan
besar tegangan output dari generator 3 fasa adalah 5.54 VL-L atau 3.2 VL-N.
36
Berikut adalah hasil simulasi yang didapatkan dari software Multism 11.0 seperti
yang terlampir pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Hasil Simulasi Multism 11.0 dan perbandingannya
dengan hasil perhitungan secara teori.
V L-N
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.0
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4.0
V L-L
Simulasi
1.73
1.90
2.08
2.25
2.42
2.59
2.77
2.94
3.11
3.29
3.46
3.63
3.81
3.98
4.15
4.33
4.50
4.67
4.85
5.02
5.19
5.37
5.54
5.71
5.89
6.06
6.23
6.41
6.58
6.75
6.93
V L-L
Perhitungan
1.73
1.91
2.08
2.25
2.42
2.60
2.77
2.94
3.12
3.29
3.46
3.64
3.81
3.98
4.16
4.33
4.50
4.68
4.85
5.02
5.20
5.37
5.54
5.72
5.89
6.06
6.24
6.41
6.58
6.75
6.93
V DC
1.70
2.16
2.63
3.10
3.57
4.04
4.52
5.00
5.48
5.96
6.44
6.92
7.40
7.88
8.36
8.85
9.32
9.80
10.28
10.77
11.25
11.73
12.22
12.70
13.17
13.65
14.11
14.50
14.50
14.50
14.50
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa semakin besar tegangan VLN, maka semakin
besar pula tegangan VLL dan VDC nya.
37
Perbandingan antara tegangan VLN terhadap tegangan DC yang dihasilkan bisa dilihat
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
Perbandingan Besar V(L-L) terhadap V (DC)
1.7
1.9
2.1
2.3
2.4
2.6
2.8
2.9
3.1
3.3
3.5
3.6
3.8
4.0
4.2
4.3
4.5
4.7
4.9
5.0
5.2
5.4
5.5
5.7
5.9
6.1
6.2
6.4
6.6
6.8
6.9
Tegangan output DC (Volt)
pada tabel 4.1 dan jika dibuat dalam grafik, dapat dilihat pada grafik gambar 4.3 berikut ini.
V L-L (Volt)
Gambar 4.3. Grafik Perbandingan VLL terhadap output VDC
Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa semakin besar VLL, maka semakin besar VDC
yang dihasilkan. Dari hasil simulasi ini, tegangan VLL minimum yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tegangan 12 Volt DC adalah 5,5 VLL atau 3,2 VLN. Namun setelah output
sampai pada tegangan 14,50 VDC, output tidak akan naik lagi karena menggunakan IC LM
7815 sehingga tegangan maksimum telah dibatasi.Dari hasil simulasi ini dapat disimpulkan
bahwa tegangan minimum yang dibutuhkan untuk proses charging adalah 5,5 VLL atau 3,2
VLN dengan gambar output tegangan DC seperti pada gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4.Output tegangan DC 12 Volt dari hasil simulasi Multism 11.0.
38
Gambar 4.4 adalah gambar output tegangan DC dari hasil simulasi software Multism
11.0 dimana pada osiloskop settingnya adalah 5 volt per div.
4.3
Pengujian di Laboratorium Konversi Energi Elektrik (LKEE)
Pada tahap pengujian laboratorium ini, generator 3 fasa yang digunakan diuji di
Laboratorium Konversi Energi Elektrik (LKEE) dengan input energi adalah putaran dari
sebuah motor. Input yang diberikan adalah kecepatan motor yang berfariasi (dalam satuan
rpm). Gambar 4.5 berikut adalah gambar pengujian alat yang terpasang saat pengujian di
Laboratorium LKEE.
Gambar 4.5.Pengujian alat di Laboratorium Konversi Energi Elektrik.
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa alat dipasang dengan input adalah putaran dari
sebuah motor. Input kecepatan dibuat berfariasi dan didapatkan besar kecepatan minimum
yang dibutuhkan untuk charging beserta melihat outputnya pada multimeter dan osiloskop.
Dari pengujian ini dilihat bagaimana pengaruh kecepatan putar motor terhadap
tegangan output serta frekuensi yang dihasilkan. Hasil pengujian yang dilakukan di
Laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
39
Tabel 4.2.Hasil Pengujian generator di Laboratorium LKEE.
Kecepatan
Putar (rpm)
V L-L
(Volt)
V L-N
(Volt)
Frekuensi
(Hz)
V DC
(Simulasi)
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1050
1100
1150
1200
0.5
1.2
2.0
2.7
3.4
4.0
4.7
5.2
5.9
6.6
7.2
8.0
8.6
9.2
9.8
10.4
11.2
11.7
12.3
13.3
13.9
14.5
15.2
15.8
0.3
0.7
1.2
1.6
2.0
2.3
2.7
3.0
3.4
3.8
4.2
4.6
5.0
5.3
5.7
6.0
6.5
6.8
7.1
7.7
8.0
8.4
8.8
9.1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
0.0
0.1
2.6
4.5
6.4
7.8
9.8
11.2
13.2
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
V DC
(Pengujian
Labor)
0.0
0.1
0.5
2.4
3.0
5.5
8.5
11.0
12.1
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
14.5
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar kecepatan putar (rpm), maka
semakin besar tegangan yang dihasilkan, baik itu VLL, VLN, hingga output VDC yang
dihasilkan. Namun besar tegangan output DC yanf dihasilkan maksimalnya adalah 14.5 V
karena besar tegangan DC dibatasi oleh IC LM 7815. Perbandingan kecepatan putar terhadap
besar output tegangan DC yang dihasilkan ini dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini.
40
Pengaruh Kecepatan Putar terhadap V DC
Output Tegangan DC (Volt)
16.0
14.0
12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1050
1100
1150
1200
0.0
Kecepatan Putar (rpm)
Gambar 4.6. Pengaruh Kecepatan putar terhadap Output Tegangan DC yang dihasilkan
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa kecepatan putar minimum untuk bisa
menghasilkan tegangan DC sebesar 12 Volt adalah dengan kecepatan 450 rpm. Dan setelah
kecepatan 500 rpm keatas, tegangan DC yang dihasilkan konstan 14.5 volt karena tegangan
output dibatasi oleh IC LM 7815.
Adapun output tegangan DC yang dihasilkan juga bisa dipantau dari osiloskop seperti
yang terlihat pada gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7 Output tegangan DC yang dihasilkan saat kecepatan putar 450 rpm.
41
Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa output tegangan DC yang dihasilkan adalah 12
Volt DC dimana osiloskop disetting 5 volt/div, dan dari hasil pengujian laboratorium yang
dilakukan, kecepatan putar minimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan DC 12
Volt adalah 450 rpm.
Pada pengujian laboratorium ini, juga diukur berapa besar arus yang mengalir pada
akumulator (aki) pada saat proses charging berlangsung, dan didapatkan data bahwa arus
yang mengalir saat charging adalah 0,05 Ampere. Untuk waktu pengisian, tentunya arus ini
akan sangat lama digunakan untuk charging sebuah aki, dimana aki yang digunakan adalah
aki dengan kapasitas 5 Ampere-hours. Kapasitas aki yang akan dicharging adalah aki dengan
kapasitas 80%. Jika kapasitas sebuah aki yang akan dicharging adalah 80%, maka :

Kapasitas yang akan diisi = 20% x 5 Ah = 1 Ah.

Waktu yang dibutuhkan untuk charging adalah :
1 Ah / 0.05 Ampere = 20 hours atau 20 jam.
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan charging pada aki dengan kapasitas
80% adalah 20 hours atau 20 jam.Daya yang dihasilkan oleh generator saat terjadinya proses
pengisian (charging) adalah:
P = V x I = 12 Volt x 0.05 Ampere
= 0.6 Watt
Daya ini adalah hasil perkalian dari tegangan dan arus DC saat proses charging
berlangsung. Daya ini termasuk rendah dan belum efisien untuk melakukan charging karena
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melakukan proses charging tersebut. Ini
disebabkan karena eksitasi pada generator tidak maksimal lagi dan terdapatnya drop tegangan
(jatuh tegangan) pada komponen-komponen dalam rangkaian seperti dioda dan IC LM 7815.
42
4.4
Pengujian Alat di Pantai Padang
Pada pengujian di Pantai ini, alat dipasang di daerah Pantai Purus Padang. Input energi
yang diterima oleh turbin angin adalah energi dari angin yang berhembus dari laut ke darat.
Pengujian dilakukan pada hari dan jam yang berbeda.
Adapun prosedur pengujian pengujian di Pantai ini adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan komponen – komponen turbin angin (turbin sumbu horizontal, poros
generator sinkron, plat dudukan generator, tiang penyangga) dan peralatan lainnya
seperti anemometer, rectifier, kabel secukupnya, trafo, akumulator danmultimeter.
b. Memasang generator pada plat dudukan.
c. Memasang plat dudukan pada tiang.
d. Memasang penghubung antara sudu dan poros pada sudu.
e. Mendirikan tiang dengan turbin angin berada di atasnya pada dudukan tiang.
f. Memasangkan kabel sesuai dengan rancangan alat yaitu pada trafo, rectifier hingga
akumulator.
g. Memasangkan multimeter pada output generator dan output DC.
h. Menempatkan anemometer dengan ketinggian yang relatif sama dengan turbin. Jarak
antara anemometer dan turbin angin tidak lebih dari 2 m,
i. Mengukur tegangan keluaran generator dan kecepatan putar turbin berdasarkan
variasi kecepatan angin, baik itu tegangan VLL ataupun VLN.
j. Mengukur kecepatan angin minimum ketika turbin mulai bergerak dan berputar
sehingga bisa membangkitkan tegangan.
Setelah dilakukan pengujian dengan prosedur diatas, maka didapatkanlah hasil
pengujian seperti yang tertera pada tabel 4.3 berikut ini.
43
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Turbin Angin di Pantai
Kecepatan angin
V L-N
Waktu Pengambilan data
(m/s)
(volt)
(WIB)
0.01
2.1
Turbin Angin mulai
7 Juli 2012 ; 13.20 WIB
berputar
7 Juli 2012 ; 13.25WIB
2.4
1.18
7 Juli 2012 ; 13.30WIB
2.3
1.05
7 Juli 2012 ; 13.35WIB
2.5
1.30
7 Juli 2012 ; 13.40 WIB
2.2
0.80
7 Juli 2012 ; 13.45WIB
2.7
1.60
7 Juli 2012 ; 13.50WIB
2.9
1.70
7 Juli 2012 ; 13.55WIB
3.0
1.82
7 Juli 2012 ; 14.00WIB
3.1
1.99
7 Juli 2012 ; 14.05WIB
3.3
2.28
7 Juli 2012 ; 14.10WIB
3.5
2.42
7 Juli 2012 ; 14.15WIB
2.8
1.65
7 Juli 2012 ; 14.20WIB
3.5
2.42
7 Juli 2012 ; 14.25WIB
3.8
2.60
7 Juli 2012 ; 14.30WIB
4.0
2.92
4.5
3.20
7 Juli 2012 ; 14.35WIB
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa kecepatan angin barbanding lurus dengan besarnya
tegangan yang dibangkitkan oleh generator. Turbin angin mulai berputar pada kecepatan
angin 2.1 m/s, hal ini cukup baik mengingat turbin angin masih mampu berputar walau
kecepatan angin rendah. Desain dan skema alat ketika pengambilan data di lapangan terlihat
pada gambar 4.8 berikut ini.
Gambar 4.8. Pemasangan Alat di Pantai Purus Padang.
44
Dari pengujian di lapangan, kecepatan angin minimum yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tegangan DC 12 Volt adalah 4,5 m/s, setelah pengujian, tegangan aki sebelum
melakukan percobaan adalah 10.54 Volt, percobaan dilakukan selama 1 jam dengan
kecepatan angin antara 2,2m/s – 5.5m/s.
Tegangan akhir setelah pengujian selama 1 jam adalah 10.7 Volt. Dengan besar arus
rata-rata yang mengalir adalah 0.0667 Ampere = 66.7 mA. Aki yang digunakan untuk
dilakukan proses charging adalah aki dengan kapasitas 80%. Maka kapasitas 20% aki yang
akan diisi adalah 20% x 5Ah = 1 Ah. Dengan demikian, waktu yang diperlukan untuk
mengisi energi aki dari 80% sampai penuh yaitu dengan perhitungan :
1 Ah / 0.0667 Ampere = 15 hours.
Daya yang dihasilkan oleh generator dalam melakukan proses charging adalah:
Daya = Tegangan x Arus = V x I
= 12 Volt x 0.06 A = 0.72 Watt
Dari besar arus charging hasil pengukuran dan besarnya daya dari hasil perhitungan,
maka dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk charging ini termasuk lama dan
belum maksimal, hal ini disebabkan oleh eksitasi magnet permanen yang sudah tidak kuat
lagi, kecepatan angin yang berubah-ubah yang cenderung tidak kencang sehingga output
yang dihasilkan juga berubah-ubah dan hasilnya tidak maksimal, serta adanya jatuh tegangan
pada komponen-komponen rangkaian seperti dioda dan IC LM 7815.
Hasil pengujian di Pantai ini hampir sama dengan hasil pengujian di Laboratorium
yaitu arus charging adalah sebesar 0,05 A di Laboratorium dan 0,06 A hasil penelitian di
Pantai.
Dalam penelitian ini, Pin (Daya input) diambil dari daya ideal yang diterima oleh
turbin angin dari energi angin sedangkan daya output adalah daya yang dihasilkan pada saat
terjadi proses charging.
45
A = Luas sapuan angin = (3.14)(0.752) = 1.76 m2
Kecepatan angin = 4.5 m/s
Daya Angin =
dan

kecepatan putar rotor = 450 rpm

1
1
AV 3  1.2 1.76m 2 4.53 = 96.23 Watt
2
2
TSR = Kecepatan Putar rotor (rps) x Rotor sudu (m)
Kecepatan angin (m/s)
TSR = (450/60) rps x (0.75m) = 1.25
4.5 m/s
Dari gambar 2.2 dapat diketahui bahwa TSR 1.25 maka Cp nya adalah 0.019.


1
1
AV 3Cp  1.2 1.77m 2 4.53 0.019 =1.84 W
2
2
Daya Output = Daya yang dihasilkan saat proses charging berlangsung = 0.72 Watt
Daya input = Daya Turbin Angin =
Sehingga bisa didapatkan efisiensi dengan rumus sebagai berikut :
Efisiensi = (Pout/Pin) x 100% = (0.72 / 1.84) x 100% = 39.13%
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa besar efisiensi pada penelitian ini adalah
39.13%.
4.5
Pengolahan Ketiga Metoda Pengujian
Dari pengujian ketiga metoda, didapatkan hasil analisa bahwa untuk melakukan
proses charging, secara simulasi tegangan dari generator yang dibutuhkan adalah minimal 3,1
VLN atau 5,37 VLL. Sedangkan pada pengujian laboratorium, kecepatan putar minimum yang
dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan DC 12 Volt adalah 450 rpm. Sedangkan untuk
hasil pengujian di Pantai Purus Padang, kecepatan angin minimal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tegangan DC 12 Volt adalah 4,5 m/s. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa kecepatan angin dan kecepatan putar minimum yang diperlukan untuk
menghasilkan tegangan 12 Volt DC dapat dilihat dari grafik pada gambar 4.9 berikut ini.
46
Kecepatan angin minimum yang dibutuhkan untuk charging akumulator
(Menghasilkan tegangan DC 12 Volt)
Kecepatan angin
(m/s)
Proses charging terjadi
4,5 m/s
Proses charging tidak terjadi
Waktu (s)
Gambar 4.9 (a) Grafik kecepatan angin minimum untuk proses charging
Kecepatan putar minimum yang dibutuhkan untuk charging akumulator
(menghasilkan tegangan DC 12 Volt)
Kecepatan putar
(rpm)
Proses charging terjadi
450 rpm
Proses charging tidak terjadi
Waktu (s)
Gambar 4.9 (b) Grafik kecepatan putar minimum untuk proses charging
Dari gambar 4.9 (a) dan (b) dapat diketahui bahwa proses charging pada akumulator
dengan menghasilkan tegangan 12 Volt DC minimal perjadi pada saat kecepatan
angin 4,5 m/s atau dengan kecepatan putar 450 rpm.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a)
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Besar arus charging rata-rata yang dihasilkan adalah 0.06 A dengan menggunakan
metoda tegangan konstan.
2. Dari data lapangan yang didapatkan, kecepatan angin minimal yang diperlukan untuk
memutarkan turbin angin adalah 2,1 m/s dan untuk menghasilkan tegangan 12 Volt
DC kecepatan minimum angin yang dibutuhkan adalah adalah 4,5 m/s.
3. Dari hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi, kecepatan putar minimum
yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan 12 Volt DC adalah 450 rpm.
5. Efisiensi yang didapatkan pada penelitian ini adalah 39.13 %. Hal ini terjadi karena
adanya rugi-rugi dan drop tegangan pada dioda, IC LM 7815 dan pada transformator.
b)
Saran
a.
Pada penelitian selanjutnya turbin horizontal dapat diharapkan dibuat dengan bahan
yang lebih ringan, lebih murah dan dan dengan desain yang lebih sempurna lagi
sehingga turbin angin bisa mengkonversi energi angin lebih baik lagi.
b.
Pada penelitian ini pencatatan data cukup sulit dan data yang didapatkan masih
belum sempurna, hal ini dikarenakan kecepatan angin alam yang selalu berubah –
ubah dengan cepat dan alat ukur yang terlalu sensitif sehingga penulis kesulitan
dalam hal pencatatan data hasil penelitian sehingga untuk penelitian berikutnya
diharapkan dapat dilakukan dengan sumber angin buatan atau alat ukur yang lebih
baik lagi agar didapatkan data yang baik, akurat dan sempurna.
c.
Gunakanlah generator dengan eksitasi yang lebih besar agar energi yang dihasilkan
juga lebih maksimal.
48
Download