RIA SUCILASWATI 1110111180 PEMASARAN INTERNASIONAL Setiap negara memiliki pendapatan nasional yang berbeda-beda tergantung pada kekayaan yang dimiliki. Kekayaan itu berasal baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kekayaan alam yang melimpah belum menjamin suatu negara memiliki pendapatan nasional yang tinggi kalau belum mampu memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam waktu satu tahun merupakan gambaran tinggi-rendahnya pendapatan/produksi nasional atau kaya miskinnya suatu negara. Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun, termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut. Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu: Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan. b) Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi). c) Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor ( ) a) Perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya. Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antar negara atau antar daerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah. Faktor yang mempengaruhi : a) Permintaan dan penawaran agregat Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektorsektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu. Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran. b) Konsumsi dan tabungan Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan. c) Investasi Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat. pengeluaran yang menggunakan rumus berikut ini: GDP = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor - Impor) Konsumsi dan Investasi dalam persamaan diatas adalah jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa akhir (siap pakai). Ekspor dikurangi impor (juga dikenal sebagai ekspor bersih) melalui persamaan ini dapat diartikan sebagai selisih dari nilai barang yang diproduksi didalam negeri tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri dikurangi dengan nilai barang yang ada yang dikonsumsi buatan luar negeri (import). Selain pendekatan sisi produksi dan pengeluaran juga ada pendekatan dari sisi pendapatan : GDP = Pendapatan Karyawan + Laba Perusahaan + Pendapatan Hak Cipta + Pendapatan Sewa + Pendapatan Bunga Bersih Jadi ada tiga pendekatan untuk menghitung GDP, yaitu berdasarkan produksi, pengeluaran dan pendapatan. Sampai dengan tahun 1980, istilah GNP (Gross National Product) digunakan oleh AS untuk sebelum akhirnya diganti dengan GDP. Dua indikator, GDP dan GNP mempunyai berbagai kesamaan. Meskipun negara-negara Asia telah menikmati pertumbuhan yang tinggi, meningkatnya pendapatan per kapita dan mengurangi kemiskinan selama periode pertumbuhan yang dipicu ekspor, setelah krisis keuangan global 2007-2009 telah disebut model pertumbuhan ini dipertanyakan. Pertama, ada kemungkinan bahwa pasar ekspor Asia tradisional utama Amerika Serikat (AS ) dan Eropa akan mengalami berkepanjangan pertumbuhan lamban karena mereka bekerja di luar ekses krisis. Kedua, kebijakan yang mendukung pertumbuhan yang dipicu ekspor, terutama intervensi nilai tukar asing untuk menjaga nilai tukar di bawah dihargai, membantu untuk memperluas ketidak seimbangan transaksi berjalan global yang akan memberikan kontribusi terhadap ketidak stabilan ekonomi dan keuangan global yang memuncak dalam krisis. Ketiga, fase pertumbuhan ekspor memiliki efek samping yang tidak diinginkan, termasuk dalam beberapa kasus pelebaran kesenjangan pendapatan dan dalam hampir semua kasus degradasi lingkungan yang tinggi, termasuk pertumbuhan yang cepat dari emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, perekonomian Asia perlu mempertimbangkan cara-cara di mana pola pertumbuhan mereka dapat kembali berorientasi jauh dari pertumbuhan yang dipicu ekspor ke salah satu yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Ini berarti pertumbuhan yang konsisten dengan ketidak seimbangan global yang lebih kecil, lebih bergantung pada permintaan domestik, regional dan lebih inklusif dan ramah lingkungan. Eichengreen (2009) mengidentifikasi empat implikasi besar dari krisis keuangan global untuk manajemen kebijakan makroekonomi di Asia yaitu, kebutuhan ruang kebijakan untuk disimpan dalam cadangan untuk goncangan di masa depan, keinginan meningkatkan fleksibilitas nilai tukar, baik untuk meredam guncangan eksternal dan berkontribusi penyesuaian ketidak seimbangan, kebutuhan untuk menggabungkan stabilitas keuangan menyangkut lebih eksplisit dalam kerangka kebijakan moneter, dan keinginan untuk memiliki pengaturan regional untuk pooling cadangan devisa untuk mengurangi kebutuhan untuk masing-masing negara untuk memastikan diri terhadap aliran modal keluar dengan membangun cadangan devisa . Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah. Kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Ada 2 macam kebijakan fiskal yaitu : a) Kebijakan Fiskal Ekspansif, kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. b) Kebijakan Fiskal Kontraktif, kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu : a) Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi. b) Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. c) Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi. Kebijakan Moneter, kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Ada 2 kebijakan moneter yaitu : a) Kebijakan Moneter Ekspansif, suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang yang beredar. b) Kebijakan Moneter Kontraktif, suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar atau disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya : a) Operasi Pasar Terbuka, operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah. b) Diskonto, diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. c) Rasio Cadangan Wajib, rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER SEKTOR LUAR NEGERI Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara dan pengeluaran negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran (defisit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara. Di dalam perhitungan defisit atau surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), perlu diperhatikan jenis-jenis penerimaan yang dapat dikategorikan sebagai penerimaan negara, dan jenis-jenis pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai pengeluaran negara. Pada dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah pajak-pajak dan berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari perekonomian dalam negeri, yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian. Dengan demikian hibah dari negara donor serta pinjaman luar negeri tidak termasuk dalam penerimaan negara. Di lain sisi, yang dimaksud dengan pengeluaran negara adalah semua pengeluaran untuk operasi pemerintah dan pembiayaan berbagai proyek di sektor negara ataupun badan usaha milik negara. Dengan demikian pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri tidak termasuk dalam perhitungan pengeluaran negara. Dari perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara tersebut, akan diperoleh besarnya surplus atau defisit APBN. Dalam hal terdapat surplus dalam APBN, hal ini akan menimbulkan efek kontraksi dalam perekonomian, yang besarnya tergantung kepada besarnya surplus tersebut . Pada umumnya surplus tersebut dapat dipergunakan sebagai cadangan atau untuk membayar hutang pemerintah (prepayment). Dalam hal ini terjadi defisit, maka defisit tersebut dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri (official foreign borrowing) atau dengan pinjaman dalam negeri. Pinjaman dalam negeri dapat dalam bentuk pinjaman perbankan dan non-perbankan yang mencakup penerbitan obligasi negara (government bonds) dan privatisasi. Dengan demikian perlu ditegaskan bahwa penerbitan obligasi negara merupakan bagian dari pembiayaan defisit dalam negeri non-perbankan yang nantinya diharapkan dapat memainkan peranan yang lebih tinggi. Hal yang paling penting diperhatikan adalah menjaga agar hutang luar negeri atau hutang dalam negeri tersebut masih dalam batasbatas kemampuan negara (sustainable). Pada dasarnya defisit dalam APBN akan menimbulkan efek ekspansi dalam perekonomian. Dalam hal defisit APBN dibiayai dengan pinjaman luar negeri, maka hal ini tidak menimbulkan tekanan inflasi jika pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan untuk membeli barang-barang impor, seperti halnya dengan sebagian besar pinjaman dari CGI selama ini. Akan tetapi bila pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam negeri, maka pembiayaan defisit dengan memakai pinjaman luar negeri tersebut akan menimbulkan tekanan inflasi. Dilain pihak, pembiayaan defisit APBN dengan penerbitan obligasi negara akan menambah jumlah uang yang beredar dan akan menimbulkan tekanan inflasi. Adapun pembiayaan defisit dengan menggunakan sumber dari pinjaman luar negeri akan berpengaruh pada neraca pembayaran khususnya pada lalu lintas modal pemerintah. Semakin besar jumlah pinjaman luar negeri yang dapat ditarik, lalu lintas modal Pemerintah cenderung positif. Adapun kinerja pemerintah dapat dilihat dari besarnya nilai lalu lintas moneter. Nilai lalu lintas moneter yang positif menunjukkan adanya cash inflow. Kebijakan moneter dan pengaruhnya terhadap perekonomian pada dasarnya, kebijaksanaan moneter ditujukan agar likuiditas dalam perekonomian berada dalam jumlah yang tepat sehingga dapat melancarkan transaksi perdagangan tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelaksanaan pengaturan jumlah likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan oleh bank sentral, melalui berbagai instrumen , khususnya open market operations (OMOs). Mengenai kebijakan fiskal , resep untuk negara-negara defisit seperti Amerika Serikat secara langsung mengurangi defisit fiskal dapat berkontribusi untuk mengurangi defisit transaksi berjalan juga, meskipun ruang lingkup dan keinginan untuk mencapai pengurangan tersebut akan dibatasi selama ekonomi bawah kesempatan kerja penuh. Konsolidasi fiskal juga harus meningkatkan prospek untuk keberlanjutan utang dengan mencapai stabilitas rasio utang pemerintah terhadap PDB , insentif tambahan untuk negara-negara defisit untuk mengadopsi kebijakan fiskal yang lebih kontraktif . Namun, negara-negara surplus tidak memiliki insentif yang sama untuk mengadopsi kebijakan fiskal yang lebih ekspansif , seperti yang telah ditunjukkan oleh keengganan Jerman untuk melakukannya selama krisis saat ini. Ekspansi fiskal kurang menarik , karena kecenderungan memburuk kedua neraca transaksi berjalan dan kondisi keberlanjutan utang. Komponen dari GDP antara lain adalah C, I, G, N dan X. Penjelasan mengenai variabel tersebut adalah sbb : a) C adalah, private consumption yang disebut juga sebagai pengeluaran konsumen dalam perekonomian. Pengeluaran yang termasuk dalam private consumption untuk rumah tangga adalah makanan, biaya sewa, biaya kesehatan, dll. b) I didefinisikan sebagai, investasi bisnis yang mencakup modal. Contoh yang termasuk dalam investasi untuk bisnis adalah pertambangan, pembelian software, atau pembelian mesin dan perlengkapan untuk industri. c) G atau Government adalah, jumlah dari nilai barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah. Jumlah tersebut termasuk gaji karyawan, pembelian senjata untuk militer, dll. Komponen yang tidak termasuk dalam komponen G adalah Transfer Pembayaran, untuk jaminan sosial dan uang kesejahteraan bagi penduduk yang tidak bekerja. d) X atau Eksport Kotor, ekspor disini mencakup produk suatu negara, termasuk barang dan jasa untuk konsumsi luar negeri. e) M atau Import Kotor, impor adalah jumlah dari nilai barang dan jasa luar negeri yang dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri. Menurut IMF (International Monetary Fund), Indonesia menempati urutan ke 117 dari seluruh negara di dunia dalam GDP per kapita. Besarnya hanya US$ 1.283 per tahunnya. Artinya, pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia per orangnya hanya sebesar Rp 967.000,- per bulan. Sedikit lebih baik dari Filipina (urutan ke 120) namun jauh dibawah Malaysia (65) dan Thailand (94), apalagi Brunei (26) dan Singapura (23). Urutan pertama tidak ditempati oleh Amerika jikalau kriteria perhitungan adalah per kapita. Amerika baru menempati urutan ke delapan dengan besaran US $ 42.000 per tahunnya. Urutan pertama ditempati oleh Luxemburg dengan besaran US $ 80.288 atau sekitar Rp 60 Juta per bulannya. Angka yang fantastis mengingat besaran tersebut adalah angka pendapatan rata-rata penduduknya per bulan yang tentu saja artinya ada segolongan penduduk yang pendapatannya diatas angka tersebut. Pengertian Ekonomi Mikro, ilmu ekonomi sering dibedakan menjadi mikro dan makro. Mikro ekonomi adalah bagian dari ilmu ekonomi yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dari unit-unit individual, sebagai bagian kecil dari keseluruhan kegiatan ekonomi, seperti kehidupan suatu perusahaan, harga dan upah, pembagian pendapatan total di antara berbagai industri. Ekonomi mikro mempelajari tindakan-tindakan ekonomis dari para individu, dan kumpulan-kumpulan individu dalam kedudukannya sebagai konsumen maupun pemilik faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, pemilik bahan mentah, skill, dan pemilik kapital. Alat utama dari ekonomi mikro adalah teori harga, teori harga berguna antara lain untuk menjelaskan bagaimana sumber atau faktor produksi dipergunakan dalam suatu jenis produksi sesuai dengan penggunaan alternatif. Disamping itu teori harga akan mempersoalkan bagaimanakah barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam masyarakat itu dibagikan kepada para anggota masyarakat. Ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari masalah ekonomi secara keseluruhan ( totalitet / aggregatif ). Maksudnya digunakannya istilah aggregatif adalah untuk menekankan bahwa yang menjadi pusat perhatiannya adalah variabel-variabel total seperti, pendapatan total (nasional/masyarakat/seluruh), tabungan masyarakat, investasi total, konsumsi nasional atau pembelanjaan masyarakat, produksi nasional, investasi total, dan bukannya penganalisaan yang terperinci atas komponen-komponen yang bersifat total. Alat utama ekonomi makro adalah pendapatan nasional dan analisa pendapatan nasional. Analisa pendapatan nasional berguna untuk mengukur secara statistik tentang besarnya pendapatan nasional, konsumsi nasional, tabungan dan investasi nasional. Disamping itu berguna untuk menunjukkan dan menentukan hubunganhubungan sistematis, sehingga dapat menjelaskan perubahan–perubahan yang dialami oleh variabel-variabel total itu sepanjang masa. Ekonomi makro mempelajari tindakan-tindakan ekonomis tingkat masyarakat atau negara, sehingga yang dipersoalkan adalah tentang perekonomian secara keseluruhan, seperti masalah pengangguran, kesempaan kerja, pengeluaran negara, pendapatan nasional dan sebagainya.