faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan

advertisement
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0253
pp. 97- 111
15 Pages
FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI
KINERJA WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG
SECARA SWAKELOLA ( STUDI KASUS : PROYEK
PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI
PROVINSI ACEH )
Rusman1, Muttaqin2, Nurul Malahayati2
1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstract: The construction project has a varied number of risks, especially in a self-managed
project involving multiple parties, and uses a variety of resources, and also faces many
problems of uncertainty and risk, when it occurs may reduce the loss of time that could make
the project delayed. The objective of this study is to find out the risk factors affecting the
performance time of a self-managed building construction management in a Vocational High
School (SMK) project development in Aceh province. The process of risk management project
is the identification of risk factors, risk analysis, risk evaluation and risk management
measures. Research to determine the risk factors conducted qualitatively, by analyzing the
perception data obtained from questionnaires by respondents project owner, the
implementation team and the planning team/supervisor of the vocational project development
in Aceh province fiscal year 2009 to 2011. The data analysis processed by descriptive statistics,
Analytic Hierarchy Process (AHP), and analysis of the level of risk, to get a ranking factor.
Correlation nonparametris done by Spearman correlation. The result of the data analysis
shows there are seven major risk factors that affect the performance of a self-managed
building construction in SMK project development in Aceh, namely: the ability and manager’s
skill, first ranking (14.168%); short-time jobs, second ranking (13.562%); lack of project
management experience, third ranking (12.529%); taxation, fourth ranking (11. 230%);
weather disruption, fifth ranking (11.046%); labor and equipment productivity, sixth ranking
(11.039%), and Bill of Quantity estimation is less accurate, seventh ranking (10.314%). From
a nonparametris correlation analysis obtained that the risk factors are correlated with the
performance time that can degrade the performance project time.
Keywords : Up to six keywords should also be included
Abstrak: Proyek konstruksi memiliki sejumlah resiko yang bervariatif, terutama pada proyek
swakelola dengan melibatkan banyak pihak, dan memakai berbagai macam sumberdaya, serta
menghadapi banyak masalah ketidakpastian dan resiko, jika terjadi dapat mengurangi kerugian waktu
yang dapat menjadikan proyek tertunda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung secara swakelola pada
proyek pengembangan Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Aceh. Proses didalam
manajemen resiko proyek adalah identifikasi faktor-faktor resiko, analisa resiko, evaluasi resiko, dan
tindakan mengelola resiko. Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor resiko dilakukan secara kualitatif,
dengan menganalisa data persepsi yang didapat dari kuesioner dengan responden pemilik proyek, tim
pelaksana dan tim perencana/pengawas proyek pengembangan SMK di Provinsi Aceh tahun anggaran
2009 sampai dengan 2011. Analisa data diolah dengan statistik deskriptif, Analytic Hierarchy Process
(AHP), dan analisa level resiko, untuk mendapatkan rangking faktor. Korelasi nonparametris dilakukan
dengan korelasi Spearman. Hasil analisa data menunjukkan ada tujuh faktor resiko utama yang
berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung secara swakelola pada proyek
pengembangan SMK di Aceh, yaitu : Kemampuan dan kecakapan pelaksana, rangking 1 (14.168%);
Singkatnya waktu pekerjaan, rangking 2 (13.562%); Manajemen proyek yang kurang pengalaman,
rangking 3 (12.529%); Perpajakan, rangking 4 (11.230%); Gangguan cuaca, rangking 5 (11.046%);
Tenaga kerja dan produktifitas peralatan, rangking 6 (11.039%); dan Perkiraan Bill of Quantity yang
kurang akurat, rangking 7 (10.314%). Dari analisa korelasi nonparametris didapat bahwa faktor resiko
berkorelasi dengan kinerja waktu yang dapat menurunkan kinerja waktu proyek.
Kata kunci : Faktor-Faktor Resiko, Kinerja Waktu , dan Proyek Swakelola
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 97
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Kebijakan pokok Direktorat Pembinaan SMK
tindakan koreksi atau treatmeant terhadap
mengacu pada tujuan strategis Kementerian
resiko utama.
Pendidikan Nasional yaitu tersedianya dan
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah
terjangkaunya layanan pendidikan menengah
kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung
kejuruan
secara
yang
bermutu,
relevan,
dan
swakelola
pada
20
proyek
berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten,
pengembangan sekolah menengah kejuruan
dan kota. Dalam upaya mendukung pemerintah
(SMK) di Propinsi Aceh mulai dari tahun 2009
Daerah untuk melaksanakan pengembangan
sampai dengan 2011.
pendidikan menengah kejuruan diwilayahnya,
serta
untuk
pemerataan
merealisasikan
pendidikan,
maka
terjadinya
TINJAUAN PUSTAKA
Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
direktorat
pembinaan SMK telah mengalokasikan dana
melalui bantuan pembangunan SMK yang
dilaksanakan dengan cara swakelola melalui
unsur pendekatan partisipasi masyarakat.
Sesuai dengan Keputusan Mendiknas,
Nomor 053/U/2001 tanggal 19 April 2001
tentang
Pelayanan
anggaran APBN sejumlah 20 proyek yang
tersebar di 8 kabupaten pada Provinsi Aceh,
berdasarkan hasil observasi lapangan didapat
hanya 5 proyek yang menyelesaikan pekerjaan
lebih cepat dan sesuai jadwal sedangkan 15
proyek SMK lainnya mengalami keterlambatan.
Kinerja proyek dapat diukur dari salah
terjadinya
keterlambatan dalam penyelesaian proyekproyek konstruksi. Untuk meningkatkan kinerja
waktu proyek perlu dilakukan langkah-langkah
manajemen resiko, seperti mengindentifikasi
faktor-faktor resiko dan rencana tindakan atau
respons terhadap resiko yang ada.
Penelitian
ini
dilakukan
Minimal
Standar
Penyelenggaraan
Menengah dijelaskan bahwa Pendidikan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
siswa untuk menyiapkan mereka sebagai tenaga
kerja tingkat menengah yang terampil, terdidik
dan profesional, serta mampu mengembangkan
diri
sejalan
mengidentifikasikan dan menganalisis variabelvariabel resiko yang mempengaruhi kinerja
perkembangan
ilmu
Untuk membedakan penampilan SMK
dengan sekolah lainnya maka ada ciri umum
penampilan
SMK
berdasarkan
pedoman
perencanaan pembangunan USB-SMK tahun
2009 (Dirjen pembinaan SMK 2009) sebagai
berikut:
a.
Desain bangunan dan lingkungan sekolah
harus
untuk
dengan
pengetahuan dan teknologi.
satunya adalah pencapaian kinerja waktu
sehingga
Penyusunan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan
Proyek SMK yang diteliti bersumber dari
pelaksanaannya,
Pedoman
bisa
mengakomodasi
dan
mencerminkan ciri sekolah kejuruan secara
umum maupun ciri proses/mekanisme
pendidikan dalam skala yang lebih kecil.
waktu pelaksanan konstruksi pada proyek
pengembangan SMK di Aceh. dan melakukan
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 98
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
b.
Sekolah kejuruan berperan sebagai agen
perkembangan/
disamping
c.
perubahan
tempat
pencetakan
Manfaat Manajemen Resiko
budaya
Manajemen resiko dalam penerapannya
tenaga
akan mendatangkan manfaat bagi kelangsungan
terampil.
proyek itu sendiri, diantaranya adalah :
Ciri arsitektur daerah yang sering dituntut
membantu mencapai tujuan, pengoptimalan
untuk memberi warna bangunan dan
efisiensi operasional, memahami hambatan
lingkungan sekolah, ditempatkan pada
yang mengganggu proyek, memastikan kita
daerah yang bersifat umum, terutama yang
berada dalam kontrol, mendukung strategi
bisa terlihat dari luar lingkungan sekolah.
perencanaan bisnis, meningkatkan komunikasi,
peningkatan promosi berkesinambungan.
Manajemen Resiko
Resiko
Menurut Flanagan (1993), manajemen
menurut
beberapa
pakar
memberikan pengertian yang berbeda-beda
resiko memiliki manfaat, yaitu:
a.
mengenai arti dari kata ‘resiko’ ini. Resiko
adalah kejadian yang tidak pasti jika terjadi
Memudahkan
pengambilan
keputusan
yang lebih sistematis dan objektif.
b.
Memudahkan pengendalian resiko dengan
mempunyai dampak negative atau positif
belajar dari pengendalian resiko proyek
terhadap tujuan dan sasaran proyek (PMBOK
lain.
Guide, 2004). Kerzner (2006) mendefinisikan
c.
Membuat
resiko
dapat
ukuran
resiko sebagai kegiatan-kegiatan atau faktor-
kepentingannya sesuai dengan akibat yang
faktor yang apabila terjadi akan meningkatkan
ditimbulkannya.
kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek
d.
yaitu sesuai dengan waktu, biaya dan performa.
mengetahui,
menganalisis
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas
dan
efesiensi
yang
lebih
berbagai
skenario
yang
ditimbulkannya.
e.
Memiliki pengaruh yang nyata dalam
mengendalikan hasil akhir proyek.
Proses dalam manajemen resiko
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut
disusun
pemahaman
tinggi
(Darmawi,1996).
dapat
dan
serta
mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan
perbaikan
tentang proyek melalui identifikasi resiko
Manajemen resiko merupakan suatu usaha
untuk
Memberikan
konsep
resiko
dalam proses manajemen resiko dalam PMBOK
sebagai bentuk pengelolaan terhadap resiko
Guide 2000, adalah : risk management planning,
untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang
risk identification, qualitative risk analysis,
mungkin
quantitative
muncul
identifikasi,
analisa,
manajemen
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan
melalui
perencanaan,
penanganan,
pemantauan resiko.
dan
risk
analysis,
risk
response
planning dan risk monitoring and control.
Pendekatan profesional terhadap resiko
adalah dengan memahami, mengindetifikasi
99 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dan mengevaluasi resiko yang berhubungan
dengan
dengan suatu proyek. Proses ini dinamakan
kombinasi
dengan
Selanjutnya
menggunakan teknik analitis, kemudian menilai
penilaian
mempertimbangkan
terhadap
resiko
resiko.
dari
tipe
tipe
resiko
resiko
atau
dengan
apa
yang
dilakukan
dampak dari resiko tersebut dengan berbagai
yang
telah
dipahami
macam teknik pengukuran (Flanagan, 1993).
dampaknya.
Adapun
masing-masing
Proses
menurut
Duffield
(2003)
mengenai tahapan proses dalam manajemen
resiko adalah: menetapkan konteks, identifikasi
resiko, analisa resiko, evaluasi resiko, alokasi
merupakan
dan
evaluasi
resiko
proses
yang
penting
dalam
menghubungkan
antara
sistem
identifikasi
resiko dengan manajemen rasional dari resiko,
karena hal ini yang mendasari pengambilan
keputusan
resiko dan pengurangan resiko.
analisis
dari
strategi
manajemen
yang
berbeda (Al-Bahar, 1990).
Identifikasi Resiko
Sebelum resiko dapat ditangani, terlebih
Penanganan Resiko
dahulu resiko-resiko tersebut harus dapat
diidentifikasi dengan baik. Sangat perlu untuk
memahami cara-cara yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi resiko sehingga resikoresiko yang terjadi seolah-olah tidak kelihatan
akan lebih mudah teridentifikasi. Ada tiga hal
Strategi
untuk
menangani
resiko
diformulasikan berdasarkan sumber dampak
yang ditimbulkannya. Tujuan dari strategi ini
adalah sedapat mungkin untuk menghilangkan
kemungkinan
dampak
potensial
dan
meningkatkan pengontrolan terhadap resiko.
penting yang perlu diketahui dalam proses
Cara merespon resiko menurut Flanagan
identifikasi resiko (Kountur, 2004) yakni :
a.
Mengetahui dimana saja resiko berada.
b.
Mengetahui penyebab timbulnya resiko.
c.
Mengetahui metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
(1993) adalah : menghindari resiko (risk
avoidance); mereduksi resiko (risk reduction);
aborsi/retensi
resiko
(risk
retention/
absorbtion); transfer resiko (risk transfer).
resiko.
Metode yang dapat digunakan dalam
2.1. Kinerja Waktu Pelaksanaan
Berdasarkan
identifikasi resiko menurut PMBOK : Review
dokumentasi,
Mengumpulkan
informasi,
Analisa Asumsi, Check Lists and Diagramming
Techniques.
PMBOK
Guide
2004,
pengukuran kinerja waktu pelaksanaan proyek
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1.
Penyimpangan jadwal (schedule variance),
dan
Analisis dan Evaluasi Resiko
Menganalisis resiko adalah mengestimasi
2.
Indeks
kinerja
jadwal
(schedule
performance indeks).
dan mengevaluasi konsekuensi sehubungan
Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 100
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Pada penelitian ini pengukuran kinerja
waktu
proyek
dilakukan
dengan
dilakukan
memiliki
tujuan
khusus
yaitu
cara
didapatkannya hasil berbentuk fisik, seperti
penyimpangan jadwal dimana Kinerja Waktu
halnya bangunan, jembatan dll. Di dalam proses
dengan penyimpangan jadwal adalah proses
mencapai tujuan tersebut, ada batasan yang
dari
memperbandingkan kerja di lapangan
harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran)
dengan jadwal yang direncanakan (PMBOK
yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang
Guide 2004).
harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan
parameter penting bagi penyelenggara proyek
Kinerja Waktu ={ ( Waktu rencana – Waktu
yang sering diasosiasikan sebagai sasaran
aktual
proyek. Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai
)
100%
:
Waktu
rencana
}
x
.......................................(2)
dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang
telah ditentukan.
Keterangan :

Kinerja


Penjadwalan
waktu
negatif
(-),
artinya
terpenting
selama
merupakan
aktifitas
perencanaan
konstruksi
pelaksanaan lebih lambat dari jadwal
(preconstruction stage) dalam suatu proyek.
(Behind schedule)
Pemilik proyek (owner) perlu mengetahui
Kinerja waktu nol (0), artinya pelaksanaan
segala kemajuan yang ada jika pelaksanaan
sesuai dengan jadwal (On schedule)
proyek selesai pada waktunya, dan owner
Kinerja
waktu
positif
(+),
artinya
dalam memastikan keuangan proyek harus tetap
pelaksanaan lebih cepat dari jadwal (Ahead
mempertahankan
komitmennya
terhadap
schedule)
batasan akhir penyelesaian proyek. Selain pada
tahap preconstruction, penjadwalan juga sangat
Penilaian terhadap kinerja waktu proyek
didasarkan atas skala kinerja pada
Tabel 1
penting
pada
keseluruhan
tahap
mengatur
konstruksi
secara
keberhasilan
dalam
Skala Output Kinerja Waktu Proyek
koordinasi aktifitas proyek sehari-hari. Seperti
Tabel 1. Skala Output Kinerja Waktu Proyek
Skala
Penilaian
Keterangan
dalam hal pengiriman material, penyediaan alat-
1
Buruk
Terlambat > -16%
2
Sedikit
terlambat
Terlambat antara -8% sampai 16%
3
Rata-rata
Terlambat 0% sampai -8%
4
Agak baik
Lebih cepat antara 0% - 4%
alat kerja, dan kebutuhan tenaga kerja serta
yang
lainnya
diatur
dalam
penjadwalan.
Penjadwalan merupakan media untuk mengatur
kemajuan proyek dan keterlambatan yang tidak
dapat dicegah (Gloud, 1997).
5
Baik
Lebih cepat > 4%
Sumber : Kog, et al. (1999)
Keterlambatan yang Mempengaruhi Waktu
Pelaksanaan Proyek
Penjadwalan dalam Pelaksanaan Konstruksi
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi,
Setiap kegiatan proyek konstruksi yang
beberapa hal yang tidak diharapkan dan tidak
101 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
diantisipasi dapat terjadi dan mempengaruhi
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
waktu penyelesaian yang dibutuhkan atau
(Pasal 1 Ayat 1 Perpres Nomor 54 Tahun 2010).
ditetapkan, dan jika kontraktor atau pelaksana
gagal menyelesaikan sesuai dengan waktu yang
ditentukan
dalam
perjanjian
kerja,
maka
keterlambatan dipastikan terjadi dalam proyek
tersebut (Jin Sheng Shi, 2001).
Terjadinya
pelaksanaan
suatu
proyek
Sebuah kegiatan pengadaan barang/jasa
dapat
dilaksanakan
dan pengawasan dikerjakan sendiri), atau
barang/jasa
sepenuhnya
(artinya
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
dapat
oleh penyedia barang/jasa), maupun gabungan
disebabkan oleh pelaksana atau faktor lainnya
antara swakelola dengan penyedia barang/jasa.
yang
Tidak
mempengaruhi
konstruksi
swakelola
sepenuhnya (artinya perencanaan, pelaksanaan,
penyedia
keterlambatan
melalui
pelaksanaan
proyek.
seluruh
pekerjaan
dengan
juga
cara
dapat
Keterlambatan juga dapat disebabkan oleh
dilaksanakan
pihak owner, perencana, kondisi alam, dan
Persyaratan
pihak lainnya yang terlibat dalam proses
diswakelolakan dituangkan dalam Pasal 26 Ayat
pelaksanaan konstruksi (Callahan, 1992).
2 Perpres Nomor 54 Tahun 2010. Proyek
sebuah
swakelola.
pekerjaan
dapat
swakelola yang dimaksud, dimana pemilik
terlibat
Proyek Swakelola (Force Account)
Peraturan
perundang-undangan
yang
langsung
bertanggung
dalam
jawab
pekerjaan
sepenuhnya
dan
terhadap
membahas tentang swakelola adalah Peraturan
penyelenggaraan proyek, dan pemilik dapat
Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010
menggunakan jasa subkontraktor atau konsultan
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
yang melapor langsung kepada pemilik.
Pengertian swakelola dijelaskan pada Pasal 26
Ayat 1, yaitu Swakelola merupakan kegiatan
METODE PENELITIAN
Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
Lokasi, Objek Dan Subjek Penelitian
direncanakan,
diawasi
Survei pada penelitian ini dilakukan pada
sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab
proyek pengembangan gedung SMK yang
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau
dilaksanakan secara swakelola
kelompok masyarakat. Pada pasal ini jelas
dikabupaten/kota dalam wilayah Propinsi Aceh.
bahwa swakelola bukanlah sebuah kegiatan
Kajian
yang 100% dilaksanakan sendiri, melainkan
pengembangan SMK yang bersumber dari dana
dapat salah satu atau seluruh tahap pekerjaan,
APBN pada kurun waktu 2009 – 2011.
yaitu
dikerjakan
perencanaan,
pengawasan.
dan/atau
pelaksanaan,
Pengadaan
dan/atau
barang/jasa
tidak
akan
dilakukan
pada
dibangun
20
proyek
Objek penelitian difokuskan pada faktorfaktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu
hanya terdiri atas pelelangan atau tender
pelaksanaan
melainkan
pengembangan gedung SMK secara swakelola.
kegiatan
yang
dimulai
dari
konstruksi
pada
proyek
perencanaan kebutuhan hingga diselesaikannya
Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 102
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Subjek pada penelitian ini adalah 5 orang
1)
pakar (ahli) yang sudah berpengalaman dalam
pelaksanaan proyek
Pengumpulan Data Tahap I
Kuisioner A (tahap I)
disebarkan atau
pengembangan gedung
melakukan wawancara kepada pakar sebanyak
sekolah terutama gedung SMK yang dikerjakan
5 orang yang sudah berpengalaman dalam
secara swakelola dan responden terdiri dari
pekerjaan pengembangan SMK.
stakholder yaitu Owner (kepala sekolah),
pelaksana proyek (Tim Pembangunan) dan
2)
Pengumpulan Data Tahap II
Perencana/Pengawas proyek (Tim Perencana &
Hasil dari pereduksian variabel dari pakar,
Pengawas) dengan jumlah responden 60 orang,
kemudian baru disebarkan kuisioner B (tahap
untuk masing-masing proyek berjumlah 3 orang.
II) kepada stakeholder yang terdiri dari Owner
(kepala
sekolah),
Pelaksana
(Tim
Pembangunan), Perencana & Pengawas (Tim
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah berupa data
Perencana & Pengawas).
sekunder dan data primer.
Jumlah responden tahap kedua adalah
sebanyak 48 orang, dengan jumlah 16 proyek
SMK yang sudah dan sedang dikerjakan dengan
Data Sekunder
Data sekunder berupa dokumen surat
kurun waktu anggaran 2009 - 2011.
perjanjian kerjasama antara Subdit Sarana dan
Prasarana dirjen SMK dengan Kepala SMK dan
jadwal proyek dari sejumlah SMK yang
mendapat
bantuan
proyek
3)
Pengumpulan Data Tahap III
Setelah
prioritas
faktor-faktor
resiko
pembangunan
diketahui kemudian dilakukan kuesioner C
pengembangan SMK di Propinsi Aceh dari
(tahap III), kepada para ahli untuk validasi dan
dana APBN.
mengetahui rencana tindakan terhadap resiko
utama tersebut. Responden untuk kuesioner
tahap ke III ini adalah pakar/ahli sebagaimana
Data Primer
Data primer berupa faktor-faktor resiko
tersebut pada tahap I.
yang berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek
pengembangan
SMK
secara
swakelola
berdasarkan kajian pustaka adalah perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan,
dan
kebijakan/
wewenang owner, yang kemudian akan dipecah
Metode Analisa Data
Metode
analisa
yang
dipakai
dalam
penelitian ini disesuaikan dengan tahapan
pengumpulan data.
kembali menjadi beberapa bagian yang kita
jadikan variabel bebas (X),
Pengumpulan Data Primer menggunakan
kuisioner yang disebarkan kepada responden,
yang terdiri dari tiga tahapan yaitu :
103 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Analisa Data Tahap I
Adapun
langkah-langkah
dilaksanakan terhadap data tahap I adalah :
yang
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
a.
Tabel 1.
Validasi
Variabel hasil literatur untuk faktor-faktor
resiko pada proyek pengembangan SMK secara
Symbol
H
Level Resiko
Level
Resiko
Resiko
tinggi
Keterangan
Resiko
signifikan
Resiko
sedang
Perlu pengamatan rinci,
penanganan harus level
pimpinan
Perlu ditangani oleh manajer
proyek
Resiko rutin, ditangani
langsung di tingkat proyek
Resiko
rendah
Resiko rutin, ada dianggaran
pelaksanaan resiko
general dibawa ke pakar untuk validasi. Data
S
dari pakar dikumpulkan, variabel yang ada
dihitung, jika mayoritas dari pakar berpendapat
setuju maka variabel tersebut adalah variabel
M
L
atau faktor-faktor resiko yang berdampak pada
Sumber : Duffield (2003)
kinerja waktu proyek pengembangan SMK di
Analisa Data Tahap II
Aceh.
Pada penelitian ini digunakan statistik
Analisa deskriptif
nonparametris
Analisa ini memiliki kegunaan untuk
digunakan pada kasus-kasus tertentu dimana
menyajikan karakteristik tertentu suatu data dari
peneliti tidak mengetahui tentang parameter
sampel tertentu. Analisa ini memungkinkan
dari variabel didalam populasi. Data yang
peneliti mengetahui secara cepat gambaran
dilaporkan nantinya berupa skala ordinal yang
sekilas dan ringkas dari data yang didapat. nilai
bersifat
mean yang berarti nilai rata-rata, dan nilai
perangkingan data.
b.
median
yang
diperoleh
dengan
yang
natural
dikembangkan
untuk
untuk
menganalisa
cara
mengurutkan semua data. Hasil data deskriptif
akan disajikan dalam masing-masing variabel.
a. Uji U Mann-Whitney & Kruskall-Wallis
H
Data yang didapat pada tahap kedua di uji
c.
Analisa resiko
dengan pengujian dua sampel bebas (Uji U
Analisa level resiko dilakukan dengan
Mann-Whitney)
untuk
mengetahui
adanya
indeks level resiko, dimana indeks level resiko
pengaruh pengalaman dan pendidikan terhadap
adalah perkalian antara frekuensi dan dampak.
jawaban responden. Dan untuk menguji adanya
Indeks level resiko dikelompokkan ke dalam
pengaruh jabatan terhadap jawaban digunakan
empat kelas sesuai Tabel 3.1. Rentang kelas
pengujian k sample bebas dengan analisa Uji
diketahui
Kruskal-Wallis H.
dari
bobot yang paling tinggi
dikurangi dengan bobot yang paling rendah dan
hasilnya dibagi dengan banyaknya kelas. Hasil
dari
analisa
resiko
ini
digunakan
untuk
b. Analisa Deskriptif
Analisa
deskriptif
ini
memungkinkan
mereduksi jumlah variabel, yang diambil adalah
peneliti mengetahui secara cepat gambaran
variabel resiko yang mempunyai indeks level
sekilas dan ringkas dari data yang didapat untuk
resiko signifikan dan tinggi.
masing-masing
variabel
dengan
bantuan
program SPSS, sehingga didapat nilai mean
Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 104
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
yang berarti nilai rata-rata, dan nilai median.
pengembangan
SMK
dapat
meningkatkan
kinerja waktu secara efektif dengan fokus pada
b.
resiko dengan prioritas signifikan dan tinggi.
Analisa Hierarchy Process (AHP)
Analisa AHP adalah salah satu metode
yang digunakan pada penelitian ini untuk
mengetahui bobot atau nilai faktor resiko yang
berpengaruh pada kinerja waktu
Analisa Data Tahap III
Analisa
data
untuk
tahap
ketiga
Proyek
dilaksanakan untuk validasi ke pakar. Variabel
pengembangan SMK di Aceh. Menurut Saaty
hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisa,
(1980) AHP adalah salah satu metode yang
yaitu
digunakan dalam menyelesaikan masalah yang
kepakar untuk validasi, apakah pakar setuju
mengandung banyak kriteria (Multi-Criteria
dengan hasil penelitian, jika mayoritas dari
Decision Making).
pakar berpendapat setuju maka penelitian ini
Perhitungan
utama,
dibawa
dikatakan valid. Kemudian pakar diminta
perlakukan normalisasi matriks, perhitungan
komentarnya mengenai tindakan yang perlu
konsistensi matriks, konsistensi hirarki dan
dilakukan terhadap faktor resiko utama.
akurasi,
dimulai
resiko
dengan
tingkat
AHP,
faktor-faktor
perhitungan
nilai
lokal
pengaruh, dan perhitungan nilai lokal frekwensi,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari hasil perhitungan ini akan didapat nilai
Hasil Penelitian
akhir resiko (goal) dan peringkat berdasarkan
Kuesioner Tahap Satu
bobot hasil perhitungan.
Pengumpulan Data Tahap Satu dilakukan
analisa secara deskriptif sehingga didapat nilai
Analisa Level Resiko
rata-rata minimum 5,6, maximum 10,8, mean
Setelah rangking prioritas diperoleh maka
9,20, modus 9.40, median 9.60, dan standar
selanjutnya dilaksanakan analisa level resiko.
deviasi 1.254. Variabel yang direduksi adalah
Indeks level resiko adalah perkalian antara
nilai di bawah mean. Selanjutnya berdasarkan
frekuensi dan dampak. Indeks level resiko
analisa level resiko untuk empat kelas yaitu L
dikelompokkan kedalam empat kelas sesuai
( Low ), M ( Medium ), S (Significant ), dan H
Tabel 3.1 rentang kelas diketahui dari bobot
(High ), dimana nilai terendah
yang paling tinggi dikurangi dengan bobot yang
terbesar adalah 10.8, rentangan 5.2, dan batas
paling rendah dan hasilnya dibagi dengan
kelas 1.3, berdasarkan tujuan manajemen resiko
banyaknya kelas. Hasil dari analisa level resiko
dimana proyek fokus pada level resiko S
ini digunakan untuk mengambil variabel resiko
(Significant ) dan H (High) untuk meningkatkan
yang mempunyai indeks level resiko signifikan
kinerja waktu proyek, variabel yang tereduksi
dan tinggi.
adalah variabel dengan level resiko L (Low )
c.
5.6, nilai
Level resiko yang diambil adalah level
dan M ( Medium ), sehingga dari 38 variabel
resiko signifikan dan tinggi agar proyek
yang diusulkan ke pakar, hasil olah data didapat
105 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
30
variabel
yang
akan
digunakan
pada
yang hilang (Missing) adalah nol. disini
pengumpulan data tahap kedua.
berarti semua data diproses

adalah
nilai
rata-rata
jawaban
responden yaitu Y= ∑Yi / N
Kuesioner Tahap Dua
Kuesioner disebarkan kepada dua puluh
(20)
Mean

SMK yang tersebar di Propinsi Aceh
dengan masing-masing 3 kuesioner, sehingga
Median adalah nilai tengah yang dicari
menurut ranking.

Mode dari suatu set pengamatan, adalah
ada sebanyak 60 kuesioner yang disebarkan dan
nilai yang muncul terbanyak, atau yang
respon
mempunyai frekuensi pemunculan yang
atau
jawaban
yang
berhasil
dikumpulkan/dikembalikan adalah sebanyak 16
terbanyak
SMK berarti ada 48 responden atau tingkat
pengembalian sebesar 80%.
Penjelasan skala 1 sampai dengan 5 pada
Dari hasil kuesioner tahap kedua tersebut,
dilakukan tabulasi data berupa variabel di
penilaian kinerja waktu proyek dapat dihat pada
Tabel 1.
proyek dengan responden 48 orang. Tabulasi
data
tersebut
kemudian
diolah
dengan
pengujian sample bebas untuk mengetahui
adanya pengaruh pengalaman, jabatan dan
pendidikan dengan jawaban responden.
Hasil analisa deskriptif akan disajikan
Hasil analisa data menggunakan AHP dan
Analisa level resiko maka didapat 7 variabel
yang masuk pada level significant risk (S) dan
High risk ( H ), masing-masing faktor resiko ini
berkorelasi
kuat
terhadap
kinerja
waktu.
Adapun faktor-faktor resiko tersebut adalah :
dalam masing-masing variable. Untuk variabel
Y, yang merupakan kinerja waktu proyek,

(X12) = rangking 1 (14.168%)
diperoleh nilai modus sebesar 3 yang berarti
kinerja waktu proyek rata-rata (terlambat -8%
Kemampuan dan kecakapan pelaksana

Singkatnya
waktu
pekerjaan
(X1)
=
rangking 2 (13.562%)
atau terlambat 4 minggu dari skedul).

Tabel 1. Hasil Analisa Deskriptif Variabel
Kinerja Waktu (Y)
Valid
48
Missing
0
Manajemen
proyek
yang
kurang
pengalaman (X28) = rangking 3 (12.529%)

Perpajakan (X21) = rangking 4 (11.230%)

Gangguan cuaca (X14) = rangking 5
N
Mean
3.00
Median
3.00
Mode
(11.046%)

(X9) = rangking 6 (11.039%)
3

Keterangan :

Tenaga kerja dan produktifitas peralatan
Perkiraan Bill of Quantity yang kurang
akurat (X5) = rangking 7 (10.314%)
N atau jumlah data yang valid (sah untuk
diproses) adalah 48 buah, sedangkan data
Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 106
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
diperlukan tindakan nyata dari pihak sekolah
Kuesioner Tahap Tiga
Analisa validasi data tahap 3 ini dilakukan
dengan mengajukan kuesioner terhadap pakar
yang menerima bantuan proyek pengembangan
sekolah.
yang memenuhi persyaratan untuk mengetahui
pendapat mereka tentang hasil yang didapat.
Pembahasan
Pakar yang dihubungi pada validasi tahap ini,
Pembahasan merupakan review terhadap
sama dengan pakar pada kuesioner tahap
prosedur tahapan pelaksanaan
pertama. Para pakar tersebut memberikan
gedung secara swakelola yang telah ada dan
penilaian dan masukan mengenai tindakan
input
pencegahan dan kereksi terhadap 7 (tujuh)
variabel-variabel dominan yang telah direspon
variabel dominan yang berpengaruh terhadap
yang berbasis resiko dalam hal pencegahan dan
kinerja waktu. Analisa validasi pakar ini tidak
tindakan koreksi hasil penelitian ini. Adapun
mempermasalahkan urutan tingkat level resiko
pencegahan dan tindakan koreksi dihimpun dari
(rangking) dari hasil perhitungan atau analisa
pendapat para pakar yang telah memberikan
AHP, demikian pula jumlah variabel dominan
tanggapannya dan disesuaikan dengan referensi
tidak mengalami penambahan atau pengurangan.
yang tersedia.
diberikan
berdasarkan
konstruksi
respon
dari
Hasil dari penilaian dan masukan berupa
Pembahasan dari 7 (tujuh) faktor dominan
tindakan pencegahan dan koreksi terhadap 7
yang berpengaruh pada kinerja waktu pada
(tujuh)
pelaksanaan
variabel
dominan
tersebut
secara
konstruksi
gedung
secara
keseluruhan, 5 (lima) orang pakar/ahli telah
swakelola pada proyek pengembangan SMK di
menyatakan
Aceh dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga)
variabel
menyetujui
dominan
mempengaruhi
keseluruhan
gedung
bahwa
tersebut
kinerja
pada
secara
7
(tujuh)
yang
dapat
waktu
pelaksanaan
swakelola
secara
konstruksi
untuk
proyek
pengembangan SMK di Propinsi Aceh. Para
pakar
tidak
diminta
untuk
kelompok
faktor
yaitu
Perencanaan,
Pelaksanaan, dan Kebijakan/wewenang pemilik.
Ketiga
kelompok
faktor
tersebut
dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a.
Tahap Perencanaan, terdapat 2 (dua) faktor
memberikan
resiko, yaitu singkatnya waktu pekerjaan
penilaian atas rangking yang merupakan output
dan perkiraan Bill of Quantity (BQ) yang
dari analisa data. Dengan demikian hasil
kurang akurat.
penelitian ini dapat dikatakan valid, dimana dari
b.
Tahap Pelaksanaan, terdapat 4 (empat)
30 (tiga puluh) variabel didapat 7 (tujuh)
faktor resiko, yaitu tenaga kerja dan
variabel dominan yang berpengaruh pada
produktifitas peralatan, kemampuan dan
kinerja waktu pelaksanaan konstruksi pada
kecakapan pelaksana, gangguan cuaca, dan
proyek pengembangan SMK. Agar variabel-
perpajakan.
variabel resiko tersebut bisa dikelola dan tidak
berdampak
107 -
luas
terhadap
kinerja
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
waktu,
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
c.
Kebijakan / wewenang pemilik, terdapat 1
Tahapan kelompok faktor dan variabel
(satu) faktor resiko, yaitu manajemen
dominan secara terinci dapat dilihat pada Tabel
proyek yang kurang pengalaman.
2 di bawah ini.
Tabel 2. Variabel Dominan Pada Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
No
Kelompok Faktor
1
Perencanaan
2
Nama
Variabel
X1
Variabel Dominan Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
Waktu
Singkatnya waktu pekerjaan
X5
Perkiraan Bill of Quantity (BQ) yang kurang akurat
X9
Tenaga Kerja dan Produktifitas Peralatan
X12
Kemampuan dan Kecakapan Pelaksana
X14
Gangguan Cuaca
X21
Perpajakan
X28
Manajemen proyek yang kurang pengalaman
Pelaksanaan
Kebijakan/wewenang
pemilik
3
SMK di Aceh. Tindakan pencegahan dan
Dari hasil penelitian ini dapat dibahas
mengenai tindakan koreksi pada faktor-faktor
utama yang dominan berpengaruh terhadap
kinerja waktu pada proyek pengembangan
koreksi dalam pembahasan ini sesuai dengan
input dari pakar pada validasi variabel data
tahap tiga dan diselaraskan dengan referensi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Tindakan Koreksi terhadap Faktor-faktor Utama
No
Faktor-faktor resiko
1
Kemampuan dan kecakapan pelaksana
(X12)
Tindakan Koreksi
Membentuk tim pelaksana yang memiliki latar belakang T.
Sipil / Arsitektur
Sudah pernah menangani proyek konstruksi
2
Singkatnya waktu pekerjaan (X1)
Pada saat penandatanganan MOU, sudah dipastikan dana
proyek akan turun, olehkarenannya, pelaksanaan proyek
sudah dapat dikerjakan meskipun uang belum masuk
kerekening sekolah dengan cara melakukan kerjasama
dengan pihak toko atau bantuan dana pada Komite sekolah..
Hal ini untuk mengantisipasi waktu pelaksanaan pekerjaan
yang singkat.
Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 108
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Mempekerjakan pelaksana/ tukang yang berpengalaman dan
kompeten
Owner diwajibkan untuk mengikuti BIMTEK pelaksanaan
pembangunan SMK dan sistim pelaporan keuangan
3
Manajemen proyek yang kurang
pengalaman (X28)
4
Perpajakan (X21)
5
Sangsi diberikan kepada kepala SMK yang tidak mengikuti
BIMTEK, yaitu dengan mengalihkan bantuan pembangunan
SMK ke sekolah lain.
Memilah Material bangunan yang dikenai pajak
Memperhitungkan secara matang pajak
dikeluarkan sesuai aturan yang berlaku.
yang
harus
Membuat laporan pemberitahuan tentang kondisi lapangan
dan meminta perpanjangan waktu pelaksnaan sebelum masa
kerja berakhir
Gangguan cuaca (X14)
Tim pelaksana yang dibentuk harus mampu mengelola
pekerjaan dengan mempertimbangkan skala prioritas
Lanjutan Tabel
No
Faktor-faktor resiko
6
Tindakan Koreksi
Tenaga kerja dan produktifitas peralatan
(X9)
Mendatangkan tenaga kerja dari luar yang berpengalaman
untuk memobilisasi pekerja lokal
Melakukan pembinaan dan pembekalan kepada pekerja
oleh konsultan perencana sebelum pelaksanaan pekerjaan.
Menggunakan peralatan dari pihak lain melalui penyewaan
jika sangat membutuhkan
Review terhadap metode perhitungan dalam analisa harga
satuan dan sofware yang digunakan
Membentuk Tim Perencana yang profesional sesuai dengan
latar belakang keahlian, boleh diambil dari kalangan SMK
yang memiliki jurusan teknik yang dibutuhkan ataupun dari
kalangan perusahaan jasa konsultan teknik atas nama
perorangan.
Pendidikan tim perencana minimal D3 teknik sesuai jurusan
yang dibuktikan dengan ijazah.
Perkiraan Bill of Quantity (BQ) yang
kurang akurat (X5)
Mengindentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun
kuantitas dari lingkup proyek terdahulu dengan proyek yang
akan dikerjakan.
secara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dihasilkan
melalui
tahapan-tahapan
proses
penelitian
Terdapat
mempunyai
faktor-faktor
dampak
resiko
terhadap
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
proyek
faktor-faktor resiko utama tersebut adalah :

Kemampuan dan kecakapan pelaksana
(X12)= rangking 1 (14.168%)
yang
kinerja
waktu pelaksanaan konstruksi gedung
109 -
pada
pengembangan SMK di Propinsi Aceh,
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan.
1.
swakelola

Singkatnya waktu pekerjaan (X1)=
rangking 2 (13.562%)
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Manajemen
proyek
pengalaman
(X28)
yang
=
kurang
rangking
3
yaitu:
1.
(12.529%)



resiko utama pada pelaksanaan konstruksi
Perpajakan (X21)
=
2.
rangking
4
pengembangan
Gangguan cuaca (X14) = rangking 5
Kejuruan (SMK) di Provinsi Aceh yang
(11.046%)
sangat
Tenaga
kerja
dan
=
produktifitas
rangking
4.
Sekolah
kuat
Menengah
berkorelasi
terhadap
menurunnya kinerja waktu proyek. Untuk
6
itu perlu mendapat perhatian yang sangat
(11.039%)
tinggi terhadap faktor-faktor tersebut dari
Perkiraan Bill of Quantity yang kurang
pihak owner maupun pelaksana dan pihak
akurat (X5)= rangking 7 (10.314%)
perencana
dan
sekaligus
pengontrolan
(pengaruh) faktor-faktor resiko terhadap
tersebut untuk mengefisiensikan waktu
kinerja waktu proyek dan faktor-faktor
pekerjaan proyek.
2.
terhadap
melakukan
Dari hasil uji Hipotesis terdapat hubungan
resiko yang ada akan menurunkan kinerja
3.
gedung secara swakelola pada proyek
(11.230%)
peralatan (X9)

Dari hasil analisis terhadap faktor-faktor
faktor-faktor
Semua keterbatasan pada penelitian ini
waktu proyek pengembangan SMK di
hendaknya
Propinsi Aceh.
penelitian berikutnya, yaitu melakukan
Hasil analisa deskriptif untuk kinerja
penelitian terbalik, dengan cara apakah
waktu proyek pengembangan SMK di
tindakan pencegahan dan koreksi yang ada
Aceh
diperoleh nilai modus sebesar 3
apabila diterapkan dengan baik dapat
yang berarti kinerja waktu proyek rata-rata
secara signifikan meningkatkan kinerja
terlambat < -8% atau terlambat 4 minggu
waktu pelaksanaan konstruksi gedung
atau kurang dari 4 minggu dari skedul.
secara
Tindakan koreksi terhadap faktor-faktor
pengembangan
resiko yang mempengaruhi kinerja waktu
Kejuruan (SMK) secara keseluruhan.
pelaksanaan
diperlukan
proyek
untuk
keterlambatan
pencapaian
SMK
di
mengurangi
pekerjaan
efesiensi
dan
dan
Aceh
3.
dapat
dilanjutkan
swakelola
Keterbatasan
pada
Sekolah
pada
pada
proyek
Menengah
penelitian
ini
resiko
diharapkan dapat dilanjutkan/diperdalam
untuk
pada
penelitian
berikutnya,
karena
efektifitas
penelitian ini dilakukan secara umum
pelaksanaan proyek pengembangan SMK
tanpa mengambil salah satu kasus jenis
di Propinsi Aceh.
proyek
Saran
Dari hasil pengamatan dan penelitian
dilapangan serta evaluasi terhadap kuesioner,
tertentu.
Sehingga
diharapkan
penelitian selanjutnya dapat dikembangkan
pada satu kasus jenis proyek, mengingat
proyek bersifat unik.
ada beberapa saran yang perlu dikemukakan
Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 110
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
4.
Diharapkan
ada
feedback
dari
hasil
penelitian ini, sehingga hasil penelitian ini
dapat
lebih
dikembangkan
dan
disempurnakan, dan dapat dijadikan bahan
kajian baik secara akademis maupun
praktis guna memecahkan permasalahan
dalam proses pelaksanaan gedung secara
swakelola pada proyek pengembangan
SMK yang berpengaruh pada kinerja
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S.M, Ahmad, R & Saram, D., 1999. Risk
management trends in the Hong Kong
construction industry : a comparison of
contractors and owners perception. Journal of
Engineering, Construction and Architectural
Management, 6.
Arisman, M., 2005. Identifikasi sumber resiko pada
proyek EPC (study kasus proyek ABC, PT X),
Thesis.
Fakultas
Teknik
Universitas
Indonesia.
Al-Bahar, JF dan Crandel, K.C, 1990. Systematic
Risk Management Approach for Construction
Project. Journal of Construction Engineering
and Management, ASCE, Vol. 116, No.3,
September.
Australian Standard, AS/NZS 4360, 1999. Risk
Management.
B.Mulholand dan J.Christian,1999. Risk Assesment
in Constructtion Schedules,Journal of
Construction Engineering & Management,
Vol.1, January/February.
Darmawi, H., 1996. Manajemen Resiko. Jakarta:
Bumi Aksara
Djohanputro, B., 2004. Manajemen Resiko Korporat
Terintegrasi. PPM.
Ervianto, I.W., 2005. Manajemen Proyek Konstruksi.
Yogyakarta: Andi.
Flanagan, R. and Norman, G., 1993. Risk
Management and Construction. London:
Blackwell Scientific Publication
Hosen Radian Z. et.al., 2006 Prosedur Manajemen
Resiko Proyek. PT. Rekayasa Industri.
Kangari, R. 1995. Risk management perceptions and
trends of U.S construction. Journal of
Construction Engineering and Management,
121. Hal: 422-429.
Ken, R., Risk Management-Managing Standards
Home page-1996. 1997. 1998 – 2003.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
111 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
053/u/2001 tahun 2001 Tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Penyelenggaraan Persekolahan Bidang
Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta.
Kog, Y.C, et al., 1999. Key Determinants for
Construction
Schedule
Performance.
International Journal of Project Management
Vol.17, No.6. Hal: 351-359.
Mokoginta, Y.F., 2007. Faktor-faktor resiko yang
mempengaruhi
pada
kinerja
waktu
pelaksanaan
konstruksi
proyek
pengembangan kampus swasta. Tesis. Teknik
Sipil MK. Jakarta: Universitas Indonesia.
Nazir, M., 2003. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Gedung Negara, Jakarta.
Pedoman Perencanaan Pembangunan Unit Sekolah
Baru Sekolah Menengah Kejuruan tahun
2009, Direktorat Pembinaan SMK, Dirjen
Manajemen Dasar & Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, CV.
Tamita Utama, Jakarta.
Perry, J.G & Hayes, R.W., 1985. Risk and its
Management in Construction Period,
Instution of Civil Engineer Procedings.
PMI, 2004. A Guide to Project Management Body of
Knowledge, (PMBOK@ Guide),Third Edition.
Project Management Institute.
Priyono, H.E., 2003. Pengaruh Identifikasi Faktor
Resiko terhadap Kinerja Waktu untuk
Pelaksanaan Pembangunan rusun dan
apartment. Thesis. Jakarta: Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Ronny, K., 2004. Manajemen Resiko Operasional.
PPM.
Saaty & Vargas, 1994. Decision Making With The
Analityc
Hierarchy
Process.
RWS
Publications.
Santoso, S., 2010. Mastering SPSS 18. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Sitorus, J., 2008. Faktor-faktor Resiko Yang
Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu Proyek
EPC Gas Di Indonesia. Tesis. Jakarta:
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Sugiono, 2006. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Wideman, M., 1992. Project and Program Risk
Management, A Guide to Managing Risk and
Opportunities. PMI.
Yin, R.K., 1994. Case Study Research ; Design and
Methods. USA: Sage Publications Inc.
Download