pengaruh harga dan kualitas pembelian terhadap keputusan

advertisement
1
PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PEMBELIAN
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU SAFETY
MERK NITTI DI KOTA BATAM
TUGAS AKHIR
Oleh:
DAVID FEBBYANTO
NIM. 11002987
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM
2016
2
ABSTRAK
PENGARUH HARGA DAN KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN SEPATU SAFETY MERK NITTI DI KOTA BATAM
Oleh :
David Febbyanto
Dosen Pembimbing
Yunita Sari SE.MSI
Penelitian ini membahas tentang pengaruh harga dan kualitas terhadap
keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di kota Batam. Dimana diambil dua
variabel independent yaitu harga ( X1 ) dan kualitas ( X2 ) yang akan memengaruhi
variabel dependent minat beli sepatu safety merk Nitti ( Y ).
Adapun hipotesa yang diberikan adalah adanya pengaruh harga terhadap
minat beli sepatu safety merk Nitti di kota Batam (H1)., adanya pengaruh kualitas
terhadap minat beli sepatu safety merk Nitti di kota Batam (H2), adanya pengaruh
harga dan kualitas terhadap minat beli sepatu safety merk Nitti di kota Batam (H3).
Hasil yang didapat dengan pengolaan spss 16, uji F Menunjukkan adanya
pengaruh positif dan signifikan dari harga dan kualitas terhadap keputusan pembelian
yaitu F hitung (3,916) > F – Tabel ( 3,19). Hasil Uji T masing – masing variabel
harga 1,927 > 0,67964 , T hitung Kualitas ( 2,234 ) > 0,67964. Untuk uji R2 didapat
0,268 berarti kedua variabel harga dan kualitas mempengaruhi keputusan pembelian
sebesar 26,8 %.
Kata Kunci : Harga, Kualitas , Keputusan Pembelian
3
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini dunia industri di Batam sedang berkembang pesat khususnya di
bidang industri alat berat, fabrikasi, perkapalan, dan lain sebagainya.Di era
globaliasasi ini persaingan bisnis menjadi sengat tajam, baik pasar nasional
(Domestic) maupun di pasar internasional atau global, akibatnya timbul persaingan
dalam menawarkan produk – produk yang berkualitas dengan harga yang mampu
bersaing di pasaran serta merek yang menjaminkan kualitas.
Para investor baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri banyak
yang berminat untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnis Indonesia, sepertinya
yang kita ketahui Indonesia kaya akan sumber daya alam yang melimpah didukung
dengan kondisi kepulauan dan sumber daya manusia yang sangat banyak.
Banyaknya perusahaan yang berdiri di Indonesia khususnya di bidang alat berat,
fabrikasi dan perkapalan ini menciptakan iklim bisnis yang baik bagi perekonomian
Indonesia dengan perannya yang membantu mengurangi jumlah pengangguran serta
menghasilkan banyak peluang bisnis.
Kegiatan operasional bidang industry ini mengharuskan karyawan berkerja di
lapangan terbuka bersaman dengan kendaraan dan alat-alat berat lain yang sering
4
lewat. Disebabkan adanya beberapa aktivitas pekerjaan lapangan yang
mempunyai resiko cukup tinggi, dalam melakukan pekerjaannya para karyawan di
wajibkan untuk menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Seperti sepatu safety untuk melindungi kaki, kacamata atau safety glasses
untuk melindungi mata, safety helmet untuk melindungi kepala,Earmuff atau Earplug
untuk
melindungi
telinga
dari
suara
suara
berfrekuensi
tinggi
yang
bisamembahayakan pendengaran, baju pelindung (coveralls) untuk melindungi
badan, Sarung tangan untuk melindungi tangan, respirator dan masker untuk
melindungi pernafasan dari zat – zat kimia yang berbahaya.
Dalam masalah ini penulis berniat membahas pengaruh harga dan kualitas
terhadap pembelian sepatu safety merk nitti. Karna ada banyak merk sepatu safety,
tapi ada beberapa merek sepatu safety yang kualitasnya tidak memenuhi standard
yang diterapkan.Dengan adanya kualitas produk yang baik di dalam suatu
perusahaan, akan menciptakan kepuasan bagi para konsumennya. Setelah konsumen
merasa puas dengan produk yang diterimanya, konsumen akan membandingkan
produk yang diterima dengan produk yang lain.
Apabila konsumen merasa benar-benar puas, mereka akan membeli ulang
serta memberi rekomendasi kepada orang lain untuk membeli di tempat yang sama.
Oleh karena itu perusahaan harus memulai memikirkan pentingnya kualitas produk
terhadap kepuasan konsumen .Kualitas produk
yang berperan penting dalam
membentuk kepuasan konsumen, selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan
5
keuntungan bagi perusahaannya. Semakin berkualitas produk yang diberikan oleh
perusahanan maka kepuasan yang di rasakan oleh konsumen akan semakin tinggi.
Banyaknya persaingan industri saat ini memaksa setiap produsen pandai
dalam memilih produk untuk di hasilkan.Setiap produsen selalu berusaha melalui
produk yang dihasilkannya dapatlah tujuan dan sasaran perusahaannya tercapai.
Produk yang dihasilkannya dapat terjual atau dibeli oleh konsumen akhir dengan
tingkat harga yang memberikan keuntungan perusahaan jangka panjang.
Melalui produk yang dapat dijualnya, perusahaan dapat menjamin
kehidupannya atau menjaga kestabilan usahanya dan berkembang. Setiap produsen
harus memkirkan kegiatan pemasaran produk-produknya, jauh sebelum produk ini
dihasilkan sampai produk tersebut digunakan oleh konsumen akhir.
Untuk dapat bertahan dan mencapai hasil yang memuaskan, maka perusahaan harus
mengutamakan kualitas produk agar konsumen yang memakainya merasa puas,
kepuasan konsumen akan memberikan dampak terhadap produk itu sendiri dan
loyalitas konsumen terhadap merek produk tersebut.
Yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan konsumen dan membuat konsumen
tertarik membeli produk secara lebih baik,Hanya perusahan yang berfokus pada
konsumen yang berhasil menarik minat konsumen, dan bukan hanya hasil
memperkenalkan produk. Menarik minat beli konsumen merupakan hal penting yang
harus diperhatikan dalam usaha untuk memenangkan persaingan. Bagaimana
perusahaan dapat menarik konsumen dan memenangkan persaingan.
6
Produk yang berkualitas memberikan peran yang sangat penting dalam
menentukan minat beli konsumen, kesan kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk.Kesan kualitas tidak dapat
ditetapkan secara objektif, karena kesan kualitas ini merupakan persepsi personal dan
diantara para pelanggan.
Dengan masalah diatas, penulis bermaksud untuk membuat penelitian
terhadap pemasaran sepatu safety merk nitti di batam dengan judul “Pengaruh
Harga Dan Kualitas Terhadap Pembelian Sepatu Safety Merek Nitti Di Batam”
1.2
Rumusan Masalah
Semakin ketatnya persaingan antar produsen sepatu safety di Indonesia
terutama dibatam.Produsen sepatu safety harus memiliki keunggulan bersaing dalam
persaingan bisnis sepatu safety guna untuk meningkatkan keputusan pembelian dari
konsumen yang berkaitan dengan kualitas dan harga dari produk yang ditawarkan
agar dapat menjadi pemimpin pasar dan memiliki pangsa pasar yang tinggi. Sehingga
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel harga produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian
dari sepatu safety merk Nitti di kota batam ?
2. Apakah variable kualitas produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian
dari sepatu safety merk Nitti di kota Batam?
3. Apakah variabel harga produk dan kualitas produk dapat mempengaruhi
keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di kota Batam?
7
1.3
Batasan Penelitian
Berdasarkan
mempermudahkan
latar
masalah
masalah
yang
yang
akan
diuraikan
dibahas,
maka
diatas
serta
penulis
untuk
membatasi
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sesuai dengan judul yang diajukan dalam penelitian ini, maka penelitian ini
hanya berkaiatan dengan harga produk, kualitas produk dan keputusan
pembelian sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara.
2. Penelitian ini hanya di tujukan pada konsumen PT. Mitra Mulia Pertiwi
Nusantara.
1.4
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh variabel harag produk terhadap keputusan pembelian
sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara.
2. Mengetahui pengaruh variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian
sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara.
3. Mengetahui pengaruh variabel harga produk dan variabel kualitas produk
terhadap keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia
Pertiwi Nusantara.
8
1.4.2
Manfaat Penelitian
Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
perusahaan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan
pembelian dari sepatu sepatu safety merk nitti, yaitu kualitas produk dan harga
produk. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan faktor-faktor tersebut dikemudian
hari.
Bagi Peneliti
Bagi Peneliti , dapat menambah pengetahuan dan wawasan
serta dapat
mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh
selama
perkuliahan.
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi
atau tambahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat luas, Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan
sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan.
Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian dan
masukan bagi penelitian – penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan keputusan
pembelian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Menurut Sugiono (2010) menjelaskan bahwa landasan teori adalah teori-teori
yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan
diteliti, serta sebagai dasar hipotesis dan penyusunan instrumen penelitian.
Penjabaran teori yang digunakan dalam penelitian akan diuraikan dibawah ini.
2.1.1 Harga
Dalam suatu produk terkandung nilai ekonomis yang pada umumnya disebut
harga. Menurut Tjiptono (1997: 157) Harga hanyalah merupakan salah satu dari
bauran pemasaran oleh karena itu Harga perlu dikondisikan dan saling mendukung
dengan bauran pemasaran lainnya yaitu produk, distribusi, dan promosi.
a. Biaya, biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang
harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Organisasi, manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi
yang harus menetapkan harga.
c. Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yaitu menyangkut
apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk
yang digunakan sehari-hari.
10
d. Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan.
e. Harga lain.
Faktor-faktor di atas harus diperhatikan perusahaan dalam menetapkan
harganya. Harga yang ditetapkan perusahaan akan diterima konsumen dan berhasil
memperoleh pelanggan jika harga tersebut memperhatikan keinginan konsumen.
Harga mempunyai beberapa pengertian yang intinya sama. “Harga adalah jumlah
uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya” (Basu Swastha,
2003: 241)..
Jadi harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen guna
memperoleh produk berupa barang dan atau jasa yang dimaksud kepada pihak yang
menawarkannya. Harga dalam bentuk nominal uang yang harus dibayarkan telah
melalui proses kesepakatan antara kedua belah pihak. Benturan antara kedua
kepentingan dan pengaruh harga terhadap kedua belah pihak merupakan proses yang
tidak mudah.
Kedua hal tersebut tidak bias dipisahkan karena sama penting dan
berpengaruh. Harga sebagai sejumlah uang yang harus dibayar untuk mendapatkan
hak penggunaan produk. Harga dalam keputusan pembelian dapat menjadi factor
yang mempengaruhi keputusan pembelian untuk memengaruhi keputusan konsumen
dalam pembelian suatu produk, pemasar biasanya memodifikasi harga mereka.
11
Pemahaman konsumen terhadap harga mempunyai dampak yang penting terhadap
penetapan kebijakan harga.
Konsumen dapat mempunyai ekspektasi atas hubungan harga dengan kualitas.
Konsumen mungkin mempunyai ekspektasi bahwa harga yang lebih mahal
mencerminkan kualitas yang lebih baik. Harga (price) adalah sejumlah uang yang
harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk (Kotler dan Armstrong,
2000: 73). Fungsi stimulasi harga dapat memengaruhi konsumen secara berbeda-beda
dalam pembuatan keputusan pembelian terhadap suatu produk.
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan, elemen yang lainnya menimbulkan biaya. Harga merupakan salah
satu elemen bauran pemasaran paling fleksibel karena harga dapat diubah dengan
cepat. Pada saat yang sama, penetapan dan persaingan harga menjadi salah satu hal
yang sering dihadapi oleh para eksekutif pemasaran. Penetapan harga merupakan
salah satu keputusan penting bagi pelaku usaha.
Basu Swastha (1997: 147) mengemukakan bahwa harga suatu barang atau
jasa merupakan penentu bagi permintaan pasarnya. Keputusan penetapan harga
tergantung pada serangkaian kekuatan-kekuatan lingkungan dan persaingan yang
sangat rumit. Perusahaan tidak hanya menetapkan satu harga tunggal, tetapi lebih
berupa sebuah struktur penetapan harga (pricing structure) yang mencakup item-item
yang berada di setiap lini produk. Struktur penetapan harga berubah dari waktu ke
waktu seiring dengan siklus hidup produk tersebut.
12
Perusahaan menyesuaikan Harga supaya dapat mencerminkan perubahanperubahan biaya dan permintaan serta memperhitungkan berubahubahnya
pembeli dan situasi. Ketika lingkungan persaingan berubah, perusahaan itu
mempertimbangkan kapan memprakarsai perubahan harga dan kapan menanggapi
perubahan di pasar (Basu Swastha, 2003: 147).
Dari sudut konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai
bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu
barang atau jasa. Nilai sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga.
Untuk produk yang berguna bagi pelanggan dan mengantisipasi daya beli pelanggan,
maka perusahaan membuat kemasan, ukuran dan jenis-jenis produk beranekaragam.
Tujuan penetapan harga (Basu Swastha, 2003: 173) meliputi:
a. Kelangsungan hidup, dalam kondisi pasar yang merygikan, tujuan
penetapan harga mungkin mencakup tingkat profitabilitas yang
diinginkan untuk memastikan kelangsungan hidup.
b. Memaksimalkan keuntungan, penetapan harga untuk memastikan
maksimalisasi profitabilitas dalam periode tertentu. Periode yang
ditentukan akan dihubungkan dengan daur hidup jasa.
c. Maksimalisasi penjualan, penetapan harga untuk membangun
pangsa pasar. Ini mungkin melibatkan penjualan dengan merugi
pada awalnya dalam upaya merebut pangsa pasar yang tinggi.
d. Gengsi (prestise), sebuah perusahaan jasa mungkin berharap untuk
13
menggunakan penerapan harga guna menempatklan diri secara
eksklusif. Basu Swastha (2003:56) menemukan bukti empiris bahwa
dengan cara mengurangi harga maka akan meningkatkan ancaman
ketika harganya akan dinaikkan.
Faktor lain yang menunjukkan bahwa konsumen juga mempertimbangkan
harga yang lalu dan bentuk pengharapan pada harga di masa yang akan datang yang
mungkin tidak optimal, apabila konsumen menunda pembelian di dalam
mengantisipasi harga yang lebih rendah di masa mendatang. Namun penurunan harga
pada merek berkualitas menyebabkan konsumen akan berpindah pada merek lain,
akan tetapi penurunan harga pada merek yang berkualitas rendah tidak akan
menyebabkan konsumen berpindah pada merek yang lain dengan kualitas yang sama.
Dan biasanya konsumen mempelajari informasi harga dengan dua cara, yaitu
dengan disengaja atau intentional dan secara kebetulan atau insidental. Cara belajar
secara disengaja berhubungan dengan pencarian yang aktif dan penghafalan harga
yang ada, khususnya bagi merek-merek tertentu. Belajar secara insidental termasuk di
dalamnya perbandingan secara jelas akan harga sekarang dengan harga sebelumnya
yang disimpan dalam ingatan.
Jadi harga adalah variabel penting yang digunakan oleh konsumen karena
berbagai alasan, baik karena alasan ekonomis yang akan menunjukkan bahwa harga
yang rendah atau harga yang selalu berkompetisi merupakan sala satu variabel
penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran, juga alasan psikologis dimana harga
14
sering dianggap sebagai indikator kualitas dan oleh karena itu penetapan harga sering
dirancang sebagai salah satu instrumen penjualan sekaligus sebagai instrumen
kompetisi yang menentukan (Peter dan Olson, 2000:56).
Persepsi harga sangat memengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan
suatu produk. “Persepsi harga (price perception) berkaitan dengan bagaimana
informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang
mendalam bagi mereka. Satu pendekatan untuk memahami persepsi harga adalah
pemrosesan informasi”, (Peter dan Olson, 2000: 228).
Konsumen akan membuat perbandingan tentang harga yang ditetapkan itu
dengan harga yang sudah terbentuk dalam benak mereka untuk jenis produk tersebut
dalam pemrosesan secara kognitif. Harga dalam benak konsumen mungkin dianggap
sebagai harga yang pantas untuk produk tersebut. Pengetahuan tentang harga pada
suatu merek akan dibandingkan dengan harga dari merek lain dalam produk yang
sama kelasnya, ciri-ciri dari berbagai merek dan biaya-biaya konsumen lainnya.
Pada akhirnya, terbentuklah sebuah sikap terhadap berbagai alternatif yang
ada. Model konseptual dari pemrosesan kognitif harga dapat diringkas menjadi
“pencarian infomasi harga, pemahaman (penerjemahan dan penentuan makna) ,
integrasi (perbandingan harga dan integrasi dengan informasi lainnya) dan
pembentukan sikap”, (Peter dan Olson, 2000: 229).
Konsumen cenderung menggunakan harga sebagai sebuah indikator kualitas.
Hal ini akan terjadi apabila:
15
a. Konsumen yakin bahwa harga mampu memprediksi kualitas.
b. Ketika kualitas yang konsumen ketahui/rasakan (real perceived quality)
berbeda-beda diantara para pesaing.
c. Ketika konsumen sulit untuk membuat keputusan tentang kualitas secara
objektif, atau dengan menggunakan nama merek atau citra toko.
Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara tepat harga suatu produk,
sedangkan yang lainnya hanya mampu memperkirakan harga berdasarkan pembelian
masa lampau. Konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya di
pandang layak oleh mereka.
Faktor-faktor seperti kualitas, tanggapan emosi, harga dan status sosial
merupakan dimensi dari perceived value. Kualitas dilihat dari beberapa aspek produk
tersebut dibuat, sedangkan tanggapan emosi lebih berkaitan perasaan konsumen
setelah membeli suatu produk. Dalam membeli suatu produk konsumen tidak hanya
mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya
(Sweeney,et.al, 1998:16).
2.1.2 Kualitas Produk
Di dalam menjalankan suatu bisnis, produk maupun jasa yang dijual harus
memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan harga yang ditawarkan. Agar suatu
usaha atau perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan, terutama
16
persaingan dari segi kualitas, perusahaan perlu terus meningkatkan kualitas produk
atau jasanya.
Karena peningkatan kualitas produk dapat membuat konsumen merasa puas
terhadap produk atau jasa yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen
untuk melakukan pembelian ulang. Menurut Kotler (1985), pengertian produk dalam
arti yang lebih luas untuk mencakup segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang
guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Konsep produk berpendapat
bahwa para konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan kualitas,
penampilan dan ciri-ciri yang terbaik.
Manajemen dalam organisasi yang berorientasi pada produk demikian
memusatkan energi mereka untuk membuat produk yang baik dan terus-menerus
meningkatkan mutu produk tersebut. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk,
dapat dipengaruhi oleh harga produk. Konsumen memiliki persepsi, apabila semakin
tinggi harga suatu produk maka semakin tinggi pula kualitas dari produk tersebut.
Konsumen dapat mempunyai persepsi seperti itu ketika mereka tidak
memiliki petunjuk atau acuan lain dari kualitas produk, selain harga produk. Namun
sebenarnya persepsi kualitas suatu produk dapat dipengaruhi pula oleh reputasi toko,
iklan, dan variabel-variabel lainnya. Menurut Fandy Tjiptono, 1997, pemahaman
kualitas kemudian diperluas menjadi ”fitness for use” dan ”conformance to
requirements”.
17
Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan
manfaat bagi pelanggan. Istilah nilai ( value ) sering kali digunakan untuk mengacu
pada kualitas relatif suatu produk dikaitkan dengan harga produk bersangkutan.
Dampak kualitas terhadap pangsa pasar biasanya tergantung pada definisi tentang
kualitas. Jika kualitas didefinisikan sebagai keandalan, estetika tinggi (bagaimana
produk terlihat atau terasakan), atau konformansi (tingkat dimana produk memenuhi
standar yang ditentukan) maka hubungannya dengan pangsa pasar adalah positif.
Jika kualitas produk didefinisikan dalam konteks penampilan yang sangat
baik atau lebih menarik, maka produk cenderung lebh mahal untuk diproduksi dan
mungkin dijual dalam jumlah yang lebih sedikit karena harga yang lebih tinggi.
Hal ini membuat beberapa produk yang bernilai lebih mahal dari kompetitornya
cenderung dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk atau jasa yang berkualitas
lebih tinggi.
Sebaliknya, ada beberapa produk yang berkualitas sama (dengan barang yang
harganya lebih mahal) tetapi harganya murah cenderung dipersepsikan pelanggan
sebagai produk atau jasa yang memiliki kualitas lebih rendah. Ada beberapa dimensi
yang mencerminkan kualitas (Fandy Tjiptono, 1997) :
1. Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti yang
dibeli.
2. Tampilan (feature), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
18
kerusakan atau gagal dipakai.
4. Konfirmasi (conformance), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan o
perasi memenuhi standard-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan.
6. Kemampulayanan (service ability), meliputi kecepatan, kompetensi,
kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang
memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum
penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual yang juga
mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang
dibutuhkan.
7. Estetika (esthetic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya
desain artistik, warna, dan sebagainya.
8. Persepsi kualitas (perceived quality) yaitu citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Ketika konsumen akan mengambil suatu keputusan pembelian, variabel
produk merupakan pertimbangan paling utama, karena produk adalah tujuan utama
bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Jika konsumen merasa cocok dengan
suatu produk dan produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya, maka konsumen
akan mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut terus menerus (Nabhan
dan Kresnaini, 2005).
19
Menurut Tedjakusuma, Hartini, dan Muryani (2001), untuk produk yang
merupakan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, konsumen sangat
mempertimbangkan kualitasnya. Karena merupakan kebutuhan pokok dan sangat
berhubungan dengan kesehatan manusia, maka kualitas produk sangat mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian produk. Apabila kualitas produk
ditingkatkan, perilaku konsumen untuk melakukan pembelian juga akan meningkat.
2.1.3 Keputusan Pembelian
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 547) keputusan pembelian adalah suatu
keputusan pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif yang ada.
Untuk melakukan proses keputusan pembelian pada dasarnya memerlukan ketelitian
dan ketepatan dalam memutuskan untuk membeli produk atau jasa yang di inginkan
konsumen. Perilaku membeli konsumen merujuk pada perilaku membeli konsumen
akhir yaitu individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk
dikonsumsi pribadi.
Konsumen diseluruh dunia sangat berbeda dalam hal umur, pendapatan,
tingkat pendidikan, dan selera. Mereka juga membeli berbagai jenis barang dan jasa.
Bagaimana konsumen yang begitu berbeda ini menentukan pilihan diantara berbagai
produk merupakan sesuatu susunan faktor yang menarik. Tipe-tipe perilaku
keputusan untuk membeli menurut Kotler (2001: 247).
1. Perilaku membeli yang kompleks
20
Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika mereka
benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang
berbeda antara merek yang satu dengan yang lain. Konsumen mungkin
terlihat amat terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarang dibeli, dan
sangat menonjolkan ekspresi diri.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidak cocokan
Terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal,
jarang, atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara
merek-merek yang ada. Contohnya, pembeli yang membeli karpet mungkin
menghadapi keputusan dengan keterlibatan tinggi karena harga karet mahal
dan karpet mencerminkan ekspresi diri.
Namun pembeli mungkin mempertimbangkan hampir semua merek karpet
yang berada pada rentang harga tertentu sama saja. Perbedaan merek
dianggap tidak besar, pembeli mungkin berkeliling melihat-lihat karpet
yang tersedia, tetapi akan cepat membeli.
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidak cocokan pasca
pembelian ketika mereka menemukan kelemahan-kelemahan tertentu dari
merek karpet yang mereka beli ataupun mendengar hal-hal bagus mengenai
merek karpet yang tidak mereka beli.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan. Perilaku membeli karena kebiasaan
terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya
21
perbedaan antar merek. Perilaku konsumen tidak melewati keyakinan sikap
perilaku yang biasa.
Konsumen tidak mencari secara ekstensif mengenai suatu merek,
mengevaluasi sifat-sifat merek tersebut, dan mengambil keputusan yang
berarti merek apa yang akan dibeli.
Sebaliknya, mereka menerima informasi secara pasif ketika menonton
televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan pengenalan
merek dan bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk
sikap yang kuat terhadap terhadap suatu merek.
4. Perilaku membeli yang mencari variasi
Pelanggan menjalankan perilaku membeli yang mencari variasi dalam
situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan
merek dianggap cukup berarti. Menurut Kotler (2011: 184-190) Tahaptahap dalam keputusan pembelian adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan. Pembeli
merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang
dinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah
satu kebutuhan normal seseorang muncul pada tingkat yang cukup tinggi
untuk menjadi dorongan. Suatu kebutuhan juga dapat dipicu oleh
rangsangan eksternal.
22
Pada tahap ini,orang pemasaran harus meneliti konsumen untuk
menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa
yang memunculkan mereka, dan bagaimana kebutuhan mengarahkan
konsumen pada produk tertentu. Dengan mengumpulkan informasi
semacam itu, orang pemasaran itu dapat mengidentifikasi faktor-faktor
yang paling sering memicu minat pada suatu produk dan dapat
mengembangkan program pemasaran yang melibatkan faktor-faktor ini.
2. Pencarian Informasi
Seorang yang telah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi
dari produk yang ingin dibelinya. Jika dorongan konsumen begitu
kuatnya dan produk yang memuaskan berada pada jangkauan, konsumen
kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen mungkin
menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian
informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu.
3. Evaluasi Alternatif
Pada tahap ini konsumen dihadapkan pada beberapa pilihan produk
yang akan dibelinya. Untuk itu konsumen melakukan evaluasi terhadap
barang mana yang benar-benar paling cocok untuk dibeli sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Bagaimana konsumen
mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada
masing-masing individu dan situasi membeli spesifik.
23
4. Keputusan Membeli
Keputusan membeli merupakan tahap dari proses keputusan membeli
yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Pada umumnya,
keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen adalah membeli
produk yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul antara
niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli yaitu sikap orang
lain dan situasi yang tidak diharapkan. Konsumen umumnya
membentuk niat membeli berdasarkan pada faktor pendapatan, harga,
dan manfaat produk, akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tidak
diharapkan bisa mengubah niat pembelian.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk,konsumen akan merasa puas terhadap
barang yang dibeli. Pembeli akan menentuan puas atau tidak terletak
pada hubungan antara harapan konsumen dan prestasi yang diterima
dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan konsumen akan
merasa tidak puas. Kegiatan pemasar terus berlanjut dalam
menanggapi kepuasan dan ketidakpuasan ini agar daur hidup
produknya tidak menurun.
24
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan harus didukung dengan jurnal-jurnal yang berisikan
penelitian yang sejenis dan sudah pernah dilakukan sebelumnya pada objek yang
berbeda untuk pembuatan hipotesis. Beberapa penelitian yang terkait dengan
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah sebagai
berikut:
No.
Judul
Pengarang
Variabel
Hasil
1
Pengaruh
Anindya
Variabel
Variabel
Harga, Lokasi, Rahma
Independen:
Kualitas produk
dan
1. Harga
memiliki
2. Lokasi
pengaruh yang
Kualitas Andanawari
Produk
(2014)
terhadap
3.
Keputusan
Produk
terhadap
Pembelian
Variabel
keputusan
(Studi
kasus
Dependen:
pembelian
pada
Stove
Keputusan
dibandingkan
Syndicate Café
Pembelian
kedua variabel
Semarang)
Kualitas paling
lainnya.
besar
25
2
3
Analisis
Erlangga
Alfa Variabel
Variabel
Faktor-Faktor
Widiarta (2013) Independen:
Promosi
yang
1.
Mempengaruhi
Produk
pengaruh yang
Kepuasan
2. Harga
paling
Pelanggan
3. Promosi
terhadap
Produk
Nike
(Studi
Pada
Kualitas memiliki
besar
kepuasan
Variabel
pelanggan yaitu
Pelanggan Nike
Dependen:
sebesar
di Mall Ciputra
Kepuasan
dibandingkan
Semarang)
Pelanggan
variabel lainnya
Analisis
Belgis
Variabel-
(2015)
Variabel
yang
Novel Variabel
Variabel
Independen :
1.
0.357
Distribusi
Kualitas memiliki
Mempengaruhi
Produk
Keputusan
2.
Pembelian
Kompetitif
terhadap
Konsumen
3. Distribusi
keputusan
Kopi Luwak Di
Kota Semarang
pengaruh
Harga terbesar
pembelian
Variabel
yaitu
sebesar
26
Dependen :
0,520
Keputusan
Pembelian
4
Analisis
Desi
Retno Variabel
Pengaruh
Ekawati (2014)
independen:
Variabel
kualitas produk
Kualitas
1.
Produk,
Produk
Persepsi Harga,
2.
dan
Harga
terhadap
3. Citra merek
keputusan
Citra
Merek terhadap
Kualitas memiliki
Persepsi paling
Keputusan
Variabel
Fried
Dependen :
Chicken
Keputusan
Tembalang
Pembelian
Semarang
besar
pembelian
Pembelian
Olive
pengaruh
sebesar 0,412.
27
5
Influences
Price
of Owusu Alfred Variabel
and (2013)
Quality
on
Harga
dan
Independen:
kualitas produk
1. Harga
memiliki
Consumer
pengaruh yang
Purchase
2.
of
Produk
Mobile
Kualitas signifikan
Phone in The
Kumasi
keputusan
Variabel
pembelian
konsumen.
Metropolis
in
Dependen:
Ghana
A
Keputusan
Comparative
terhadap
Pembelian
Study
2.3
Hubungan Antar Variabel
2.3.1
Hubunga Harga Produk terhadap keputusan Pembelian
Dalam memandang suatu harga, konsumen mempunyai beberapapandangan
yang berbeda (Leliana dan Suryani, 2004).Hal yang penting perlu diingat bahwa
“nilai yang baik” tidak sama dengan “harga yang murah” (Kotler dan Armstrong,
2008). Pada umumnya konsumen akan menyadari bahwa dengan kualitas produk
28
yang didapatkan mestinya harus mengeluarkan harga yang sesuai.Jika harga yang
ditetapkan tidak sesuai, konsumen pun akan cepat menyadari hal tersebut.
Hal demikian akan menyebabkan hubungan antara permintaan dan harga jual
akan berbanding terbalik yaitu apabila harga semakin tinggi maka makin kecil
permintaan dan demikian pula sebaliknya. Maka dari itu, apabila produsen
menginginkan permintaan pada produknya tetap tinggi maka produsen harus paham
akan kepekaan konsumen terhadap harga yang berbeda satu sama lain.Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa variabel harga memiliki pengaruh positif terhadap
keputusan pembelian (Wijayanti, 2008; Silvia, 2010;Dinawan, 2010).
Konsumen akan menjadi tetap loyal pada merek-merek yangberkualitas,
bergengsi, dan eksklusif apabila ditawarkan dengan harga yang wajardan sesuai
(Dinawan, 2010). Menurut Stanton (1994) ada tiga ukuran yangmenentukan harga,
yaitu:
1. harga yang sesuai dengan kualitas produk,
2. harga yang sesuai dengan manfaat produk,
3. perbandingan harga dengan produk lain.
2.3.2
Hubungan antara Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Salah satu keunggulan dalam persaingan penjualan sepatu safety terutama
adalah kualitas produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Bila tidak sesuai
dengan spesifikasi maka produk akan ditolak. Sekalipun produk tersebut masih dalam
29
batas toleransi yang telah ditentukan maka produk tersebut sebaiknya perlu menjadi
catatan untuk menghindari terjadinya kesalahan yang lebih besar diwaktu yang akan
datang.
Demikian juga konsumen dalam dalam membeli suatu produk konsumen
selalu berharap agar barang yang dibelinya dapat memuaskan segala keinginan dan
kebutuhannya.Untuk itu perusahaan harus dapat memahami keinginan konsumen,
sehingga perusahaan dapat menciptakan produk yang sesuai dengan harapan
konsumen.Kualitas produk yang baik merupakan harapan konsumen yang harus
dipenuhi oleh perusahaan, karena kualitas produk yang baik merupakan kunci
perkembangan produktivitas perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Owusu Alfred (2013) yang
berjudul “Influences of Price and Quality on Consumer Purchase of Mobile Phone in
The Kumasi Metropolis in Ghana A Comparative Study” menghasilkan bahwa
kualitas produk memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian oleh
konsumen.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Belgis Novel (2015) yang berjudul
“Analisis
Variabel-variabel
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pembelian
KonsumenKopi Luwak di Kota Semarang” menghasilkan bahwa kualitas produk
memiliki
pengaruh
yang
positif
terhadap
keputusan
pembelian
konsumen.Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh kualitas produk
terhadap keputusan pembelian
30
2.4 Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini dianalisis beberapa variabel-variabel yangmempengaruhi
keputusan pembelian produk sepatu safety merk nitti. Variabe-variabel yang
mempengaruhi adalah produk,dan persepsi harga,Berikut ini adalah bagan mengenai
kerangka pemikiran penelitian:
Harga (X1)
H1
Pembelian(Y)
H3
Kualitas (X2)
H2
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
2.5
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara atau dugaan yang paling
memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Berdasarkan perumusan
masalah, tinjauan pustaka dan tinjauan penelitian, dapat ditarik hipotesis atau
kesimpulan sementara pada penelitian ini, yaitu:
31
H1: Harga (X1) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H2: Kualitas (X2) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Pembelian(Y).
H3: Harga (X1) Dan Kualitas (X2) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan
Pembelian (Y).
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Variabel yang digunakan dalam penelitian
dapat diklasifikasikan menjadi: (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang
menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain, dan (2) variabel dependen (terikat),
yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel dependen.
3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Harga Produk(X1). Harga adalah nilai yang diberikan untuk manfaat yang
diterima seseorang dari barang atau jasa. Paul S. Bush dan Michael J. Houston (1995)
Menurut Rempel, Holmes dan Zanna (1985).Indikator Variabel Harga Produk adalah:
1. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
2. Keterjangkauan harga
3. Kesesuaian harga dengan manfaat
4. Harga sesuai perekonomian wilayah
Kualitas Produk (X2). Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran
produk yang menghasilkan manfaat (benefit) bagi pelanggan. Kualitas suatu produk
33
baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi – dimensinya. Dimensi
kualitas produk menurut tjiptono (2008) adalah :
1. Kinerja
2. Daya Tahan
3. Ketahanan produk
4. Fitur produk jangan buat pake apa Aja nanti aku gebok kao
5. Reliability
6. Kesan kualitas
7. Serviceability
Keputusan
Definisi
Pembelian
keputusan
(Y).
pembelian
Keputusan
menutur
pembelian
Nugroho
menurut
Nugroho
pengintegrasian
yang
mengkombinasi sikap pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternative , dan memiliki salah satu diantaranya
1.Keputusan Merk
2.Keputusan Pemasok
3.Keputusan Kuantitas
4.Keputusan Metode Pembayaran
34
3.3
Skala Pengukuran
Penelitian yang dilakukan nantinya akan menggunakan alat bantu berupa
kuesioner, yang mana jawaban-jawaban responden tersebut akan diukur dengan
menggunakan skala Likert. (1) Sangat Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3)
Kurang Setuju (KS), (4) Setuju (S), (5) Sangat Setuju (SS).
3.4
Populasi dan Sampel
3.4.1
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 1997). Populasi adalah
berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya (Nazir 1983). Populasi adalah
keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek
penelitian (Riduwan dan Tita lestari 1997).
3.4.2
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2004).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh customer
yang membeli produk yang di jual oleh PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara.Dengan
menggunakan rumus slovin di peroleh jumlah sampel sebesar 50 responden.
35
Dimana :
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
3.5
Metode Analisis
Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Uji Validitas
Uji Validitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid.Uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau tidaknya satu kuesioner. Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada
pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatau yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel.Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
36
cronbach alpha. Koefisien cronbach alpha yang lebih dari 0,6 menunjukkan
keandalan (reliabilitas) instrumen.
3.6
Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengukur sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan program SPSS (Sunyoto, 2012 : 137). Model hubungan antara variabel
sebagai berikut :
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + e
Dimana :
Y = keputusan pembelian
a = konstanta
1, 2= koefisien parameter variabel independen
X1 = harga
X2 = kualitas produk
e = error sampling
3.7
Pengujian Hipotesis
Uji F (Uji koefisien regresi secara bersama-sama) Uji F digunakan untuk
menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
Uji T (Uji koefisien regresi secara parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
37
Uji R2 ( Koefisiendeterminasi ) digunakan untuk
Untuk mengetahui
prosentase pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas digunakan koefisien
determinan dengan rumus :
R2 = ( r )2 100 %
Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen, Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Download