BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi membawa pengaruh yang cukup luas bagi dunia bisnis. Globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi telah menimbulkan perubahan dalam kehidupan masyarakat dunia. Selain itu, globalisasi menimbulkan persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat dan menuntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Persaingan ini mengakibatkan organisasi dituntut untuk lebih mampu beradaptasi, memiliki ketahanan, serta dapat memenangkan persaingan dengan organisasi lainnya. Kotter (1996) menyebutkan bahwa globalisasi pasar dan kompetisi menciptakan suatu ancaman, yang membuat semakin banyaknya kompetisi dan meningkatnya kecepatan dalam bisnis. Pengaruh yang diakibatkan globalisasi ini tidak hanya sebuah kesempatan untuk menjadikan organisasi lebih berkembang, tetapi juga resiko yang menimbulkan suatu kompetisi bisnis. Persaingan bisnis salah satunya terjadi di dalam industri telekomunikasi yang berkembang pesat, khususnya dibidang telekomunikasi selular. Persaingan di dalam industri ini mulai berkembang, terlihat dari pengguna telepon selular yang semakin pesat pertumbuhannya. Menurut Ketua Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI), Sarwoto Atmosutarno pada acara Indonesia Celular Show (ICS) 2010, di Jakarta Convention Center, mengatakan bahwa jumlah pengguna telepon selular yaitu sebesar 180 juta atau sekitar 80% dari total penduduk di Indonesia yang menggunakan pemakaian sebesar 95% adalah pelanggan kartu prabayar (Sumber: http://tekno.kompas.com). Pada tahun 2012 pengguna telepon selular diperkirakan mencapai sekitar 250 juta pengguna, sedangkan jumlah penduduk di Indonesia mencapai 238 juta, sehingga perbandingan jumlah penduduk dengan pengguna 1 2 telepon selular mencapai 105,28% (Sumber: http://www.tnt-magz.com). Perkembangan pengguna telepon selular bertambah lagi di tahun 2014 ini menurut mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, bahwa jumlah pengguna telepon selular mancapai 270 juta dan rasio kepemilikan telepon selular di Jakarta yaitu 2 ponsel per orang. (Sumber: http://techno.okezone.com) Tingginya frekuensi penggunaan telepon selular, membuat konsumen berusaha mencari operator jasa telekomunikasi selular yang ekonomis dan sesuai dengan yang diinginkan, selain itu organisasi yang bergerak di dalam bidang ini tentunya dituntut untuk dapat bersaing dalam berbagai peningkatan mutu produk dan jasa, dengan tujuan untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka waktu panjang, melalui kemampuan untuk mendapatkan laba dengan kompetitif secara keberlanjutan. Berikut adalah tabel jumlah pelanggan operator jasa telekomunikasi selular: Tabel 1 Jumlah Pelanggan Operator Jasa Telekomunikasi Selular Operator Tahun 2010 Tahun 2012 Tahun 2014 Selular (juta) (juta) (juta) Telkomsel Indosat XL 86 32 27,5 Esia 9 Sumber : www.operatorseluler.com 102 36 32 132 59,7 68,5 14 22 Berdasarkan tabel di atas, dari segi jumlah pengguna terlihat bahwa Telkomsel dapat mempertahankan posisi pertamanya dengan total 132 juta pelanggan, sedangkan di tahun 2014 XL Axiata berhasil mendapatkan posisi kedua berkat akuisisi Axis dengan jumlah 68,5 juta pelanggan. Terlihat bahwa terjadi persaingan bisnis yang kompetitif di dalam industri operator jasa telekomunikasi selular. Jumlah pengguna operator telepon selular semakin bertambah dari 3 tahun ke tahun bahkan terjadi pergeseran posisi di tahun 2014. Hal ini membuktikan adanya persaingan dalam bidang operator telekomunikasi selular. Semakin berkembangnya operator selular maka akan menimbulkan persaingan di antara operator-operator lainnya untuk mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya. Salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang operator telekomunikasi selular dan memimpin persaingan adalah PT. Telekomunikasi Selular, yang memiliki tiga produk GSM, yaitu SimPATI (prabayar), KartuAS (prabayar), serta KartuHALO (paskabayar). Visi dari PT. Telekomunikasi Selular yaitu memimpin pasar dan menetapkan posisi pasar yang baru, yang berarti posisi yang melampaui atau melebihi kepemimpinan pasar yang telah dicapai. Kondisi persaingan dalam industri telekomunikasi selular akan menjadi semakin ketat dan terbuka, maka hal ini semakin mendorong suatu organisasi untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan menuntut kinerja tinggi dari karyawannya agar perusahaan dapat terus bertahan dalam suatu persaingan bisnis. Menurut Eslami dan Gharakhani (2012) sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan aspek yang menentukan kualitas organisasi di tengah persaingan organisasi. Djati dan Khusaini (2003) menyatakan bahwa organisasi dituntut untuk memiliki keunggulan bersaing dalam hal produk, biaya, dan khususnya sumber daya manusia karena manusia yang akan menentukan dan memprediksi kegagalan atau keberhasilan untuk mengambil kebijaksanaan dalam pekerjaan. Snyder (1989) mengemukakan bahwa manusia merupakan sumber daya yang paling bernilai dan memiliki peran bagi kesuksesan organisasi, untuk mencapai kinerja yang diharapkan dan tujuan organisasi. Sumber daya manusia harus disiapkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja, maka dari itu karyawan sebagai sumber daya manusia diharapkan dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas suatu organisasi (Simamora, 2006). 4 Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kinerja karyawan, salah satunya adalah komitmen para karyawan terhadap organisasi. Porter, Crampon, & Smith (1976) mengemukakan bahwa suatu organisasi memerlukan karyawan yang memiliki kualitas dan tingkat komitmen yang tinggi untuk dapat bertahan di dunia bisnis yang sangat kompetitif. Judge, Thoresen, Bono, dan Patton (2001) menyampaikan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi cenderung akan menampilkan pekerjaan terbaiknya daripada karyawan yang tidak berkomitmen, sehingga karyawan yang berkomitmen tinggi akan menjadikan organisasi kompetitif dan karyawan menjadi lebih kreatif serta inovatif (Katz & Kahn, 1979). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Al-Ahmadi (2009) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kinerja karyawan dengan komitmen organisasi yang dilakukan terhadap 923 perawat di rumah sakit di Riyadh. Hasil studi Christina and Maren (2010) menyimpulkan bahwa kinerja sumber daya manusia dipengaruhi oleh komitmen karyawan terhadap organisasi. Menurut hasil survei yang dilakukan melalui media internet oleh lembaga konsultan sumber daya manusia dengan mengambil responden sebanyak 8.000 orang yang berasal dari 46 organisasi yang mewakili 14 bidang industri di Indonesia, memiliki hasil yang menunjukkan bahwa para responden memiliki komitmen organisasi yang rendah (Republika, 2004). Kualitas sebuah organisasi untuk dapat bertahan dapat terganggu bila karyawan kurang memiliki komitmen organisasi dan tidak menunjukan kinerja yang memuaskan. Kurangnya komitmen karyawan pada organisasi dapat mengakibatkan penurunan efektivitas kerja organisasi. Komitmen karyawan merupakan faktor penting untuk meningkatkan kinerja organisasi. Suliman & Iles (2000) menemukan bahwa ada hubungan positif diantara komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Kinerja yang tinggi dapat diraih bila komitmen karyawan terhadap organisasi tempatnya bekerja tinggi (Ahmadi, Salavati dan Rajabzadeh, 2012). 5 Smither (1997) menyatakan bahwa komitmen karyawan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja dan mendorong karyawan untuk bekerja demi kemajuan organisasi. Brennan (2004) juga mengatakan bahwa ketika seorang karyawan merasa terikat dengan pekerjaannya dan menemukan kesesuaian antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasinya maka karyawan tersebut akan terdorong untuk bekerja secara lebih optimal, sehingga komitmen organisasi dinyatakan sebagai penggerak (driver) produktivitas seorang karyawan. Kozey (2008) mengemukakan jika komitmen organisasi tinggi, maka karyawan akan memberikan tenaga, loyalitas, dan pengabdian kepada organisasi. Menurut Daud (2010) komitmen yang tinggi berarti adanya kesediaan dari karyawan untuk bekerja keras bagi perusahaan, adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan tujuan serta nilai-nilai perusahaan dan adanya keinginan dalam diri karyawan untuk mempertahankan keanggotaan pada perusahaan. Komitmen yang kuat dapat membawa dampak positif seperti adanya peningkatan prestasi kerja, motivasi kerja, masa kerja, dan produktivitas kerja, serta karyawan akan lebih rajin masuk kerja sehingga mengurangi absensi dan menurunkan turn over (Steers dan Porter 1987). Meyer, Allen, dan Smith (1993) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu kelekatan emosi, identifikasi diri, keterlibatan karyawan dengan perusahaan serta adanya keinginan untuk tetap menjadi bagian dalam perusahaan. Brown dan Gaylor (2002) menyatakan bahwa komitmen organisasi bukan hanya kesetiaan kepada organisasi, tetapi adalah suatu proses yang berjalan dengan para pegawai yang mengekspresikan kepedulian mereka pada organisasi dalam bentuk kesuksesan dan prestasi tinggi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi akan bekerja dengan penuh dedikasi karena karyawan yang 6 memiliki komitmen tinggi menganggap bahwa hal yang penting yang harus dicapai adalah pencapaian tugas dalam organisasi (Meyer dan Allen, 1997). Tumbuhnya komitmen karyawan terhadap organisasi tidak terlepas dari peran komunikasi yang ada didalam organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi adalah komunikasi. Stoner dan Freeman (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang individu berusaha untuk memperoleh pengertian yang sama melalui pengiriman pesan simbolik. Efektivitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Griffith, 2002). Adanya komunikasi yang baik dapat menjadikan suatu organisasi berhasil, sebaliknya jika komunikasi terganggu atau tidak adanya komunikasi maka akan menimbulkan konflik antar anggota organisasi dan dampaknya dapat mengganggu komitmen karyawan (Muhammad, 2005). Pentingnya komunikasi juga dapat dilihat dari manfaat bagi organisasi meliputi fungsi pengendalian (kontrol dan pengawasan), motivasi, pengungkapan emosional dan penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan (Robbins, 2003). Puas atau tidaknya karyawan dengan komunikasi yang ada didalam organisasi akan berdampak terhadap komitmen karyawan terhadap organisasi. Pace dan Faules (2001) menyatakan bahwa kepuasan komunikasi dalam organisasi adalah reaksi afektif individu atas hasil-hasil yang diinginkan yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi serta seberapa jauh harapan karyawan dapat dipenuhi oleh organisasi dan dapat menjadi faktor untuk meningkatkan kinerja serta motivasi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Varona (1996) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan komunikasi dengan komitmen organisasi. Posmest, Tanis dan de Wit (2001) telah melakukan penelitian yang mengindikasikan bahwa komunikasi, khususnya 7 komunikasi vertikal (komunikasi antara karyawan dan manajemen) memiliki hubungan erat dengan komitmen. Alanezi (2011) juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan komunikasi dengan komitmen organisasi. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara kepuasan komunikasi dengan komitmen organisasi. Berdasarkan penjelasan mengenai pentingnya kepuasan komunikasi dan hubungannya terhadap komitmen organisasi, maka peneliti mencoba melakukan penelitian dengan topik hubungan antara kepuasan komunikasi dengan komitmen organisasi pada karyawan PT. Telekomunikasi Selular (TELKOMSEL). B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan komunikasi karyawan dengan komitmen karyawan pada organisasi. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, terutama dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya kajian yang lebih mendalam tentang hubungan kepuasan komunikasi terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Manfaat secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi perusahaan ketika mengatasi permasalahan dan mengambil kebijakan untuk dapat membangun proses komunikasi yang efektif dan dapat meningkatkan kinerja serta komitmen karyawan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan dan bersaing di industri telekomunikasi selular yang memiliki persaingan yang ketat.