Astrocytoma anaplastik

advertisement
SOP CEREBELLUM
Perbedaan
Astrocytoma pilosytic
Meningioma
Pasien
Lokasi: intraaxial, 10% cerebral, Lokasi: extraaxial, 90%
85% cerebellum
supratentorial, 8-10%
infratentorial (t.u. CPA)
Lokasi: intraaxial,
infratentorial, cerebellum
Usia: anak-anak, dewasa muda
Usia: 40-70 tahun
Usia 50 tahun
Ct scan: lesi
isodense/hipodense
CT scan:Iesi
isodens/hiperdens,
hiperostosis
CT scan: lesi hiperdens,
hipeerostosis
MRI: T1 isointens/hipointens,
T2 hiperintens
MRI: T1 isointens/hipointens,
T2 isointens/hiperintens
MRI:T1 isointens, T2 slightly
hiperintens
Gambaran : inhomogenitas,
ditemukan bagian kistik dan
kalsifikasi
Gambaran: dural tail (+), CSF
cleft (+),Alanin meningkat
Gambaran: inhomogenitas,
ditemukan bagian kistik,
perdarahan intratumoral,
dural tail (-), CSF cleft (-),
alanin normal
Klasifikasi tumor otak oleh WHO
1. Tumor Neuroepitel
A. Tumor Glial
1. Astrocytoma
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Astrocytoma pilositik
Astrocytoma diffus
Astrocytoma anaplastik
Glioblastoma
Xantoastrocytoma pleomorfik
Astrositoma subependimal sel raksasa
2. Tumor oligodendroglial
1.
2.
Oligodendroglioma
Oligodendroglioma anaplastik
3. Glioma campuran
1.
2.
Oligoastrositoma
Oligoastrositoma anaplastik
4. Tumor ependimal
1.
2.
3.
4.
Ependimoma myxopapillary
Subependimoma
Ependimoma
Ependimoma anaplastik
5. Tumor neuroepitelial lainnya
1.
2.
3.
Astroblastoma
Glioma koroid dari ventrikel III
Gliomatosis serebri
B. Tumor neuronal dan campuran neuronal-glial
1.
2.
3.
4.
Gangliositoma
Ganglioglioma
Astrocytoma desmoplastik infantil
Neurositoma sentral
5. Tumor Disembrioplastik Neuroepitelial (DNET)
6. Liponeurositoma serebelar
7.Paraganglioma.
C.Tumor Non-glial
1. Tumor Embrional
1.
2.
3.
Ependimoblastoma
Medulloblastoma
Tumor Primitife Neuroektodermal Supratentorial
2. Tumor Pleksus Khoroideus
1.
2.
Papiloma pleksus khoroideus
Karsinoma pleksus khoroideus
3. Tumor Parenkim pineal
1.
2.
3.
Pineoblastoma
Pineositoma
Tumor Parenkim pineal
2. Tumor Meningeal
• Meningioma
• Hemangoperisitoma
• Lesi Melanositik
3. Tumor Germ Cell
• Germinoma
• Karsinoma embrional
• Tumor sinus endodermal (yolk sac)
• Khoriokarsinoma
• Teratoma
• Tumor grm cell campuran
4.
•
•
•
Tumor Sella
Adenoma hipofisis
Karsinoma hipofisis
Kraniofaringioma
5. Tumor dengan histogenesis yang tidak jelas : hemangioblastoma kapiler
6. Limfoma sistim saraf pusat primer
7. Tumor nervus perifer yang mempengaruhi SSP
8. Tumor metastasis
Major categories of primary brain tumors
Cell type of origin
Tumor
Glial Tumor
Astrocytoma
Benign astrocytoma
Pilocytic astrocytoma
Anaplastic astrocytoma
Glioblastoma multiforme
Oligodendroglioma
Ependymal tumor
Celullar ependymoma
Anaplastic ependymoma
Myxopapillary ependymoma
Choroid plexus tumor
Choroid plexus papilloma
Choroid plexus carcinoma
Non Glial Tumor
Neural Progenitor origin
Neuroblastoma
Primitive Neuroectodermal Tumor (PNET)
Pineocytoma, blastoma
Ganglioneuroma
Meningeal or mesechimal tumor
Meningioma
Hemangioblastoma
Hemangiopericytoma
Pituitary adenoma
Microadenoma
Macroadenoma
Common Primary Tumors by Location
Location
Tumor
Cerebral (supratentorial) Region
Astrocytoma
Meningioma
Oligodendroglioma
Metastatic Lession
Lymphoma
Cerebellar or brain stem (infratentorial)
Schwannoma
Meningioma
Primitive neuroectodermal tumor
Pineal region
Pineal Cell Tumor
Germ Cell Tumor
Astrocytoma
Meningioma
Pineal cyst
Lateral Ventricles
Astrocytoma
Ependymoma
Central Neurocytoma
Cerebellopontine angle
Acoustic schwannoma
Meningioma
Epidermoid tumor
Sellar region
Microadenoma dan Macroadenoma
Meningioma
Craniopharyngioma
Physical examination findings associated with cerebral tumors
Location
Clinical signs
Frontal lobe
Personality changes (disinhibition, abulia)
Contralateral hemiparesis, apraxia,
aphasia
Gaze preferance
Primitive reflexes
Seizzure (generelized or partial)
Temporal Lobe
Seizures (general or partial )
Memory impairment
Visual field deficits
Aphasia
Parietal lobe
Contralateral sensory loss
Aphasia
Hemineglect or spatial disruption
Occipital Lobe
Homonymous Hemianopsia
Cerebellum
Occipital headache
Ataxia
Hemiplegia
Cranial nerve sign
TUMOR INTRA-AKSIAL
A.
B.
Supratentorial
1. Glial, astrositik
Astrositoma derajat rendah
Astrositoma anaplastik
Glioblastoma multiforme
2. Glial, non astrositik
Oligodendroglioma
Ganglioglioma
Tumor disembrioblastik neuroepitelial
3. Non-glial
Limfoma serebri primer
Tumor metastases
Infratentorial
1. Glial, astrositik
Astrositoma pilositik juvenilis
Astrositoma (derajat rendah, anaplastik, GBM)
2. Non-glial
Meduloblastoma
Hemangioblastoma
Tumor metastase
TUMOR EKSTRA-AKSIAL
A
Supratentorial
1.
B
Dural
Meningioma
Hemangioperisitoma
Tumor metastase
2. Hipofisis
Adenoma hipofisis
3. Pineal
Pineositoma
Tumor germ cell
Pineoblastoma
4.Suprasellar
Kraniofaringioma
Tumor germ cell
Limfoma
Tumor metastase
Astrocitoma pilositik juvenil
5. Basis Cranii
Kordoma
Plasmasitoma
Tumor metastase
Tumor kondroid
Infratentorial
1. Dural
Meningioma
Hemangioperisitoma
Tumor metastase
2. CPA
Meningioma
Schwannoma
Epidermoid
TUMOR INTRAVENTRIKEL
A.
Supratentorial
1.
2.
3.
4.
Tumor pleksus khoroideus
Neurositoma
Meningioma
Tumor metastase
B.
Infratentorial
1. Ependimoma/subependimoma
2. Tumor pleksus khoroideus
TUMOR OTAK SUPRATENTORIAL BERDASARKAN USIA
DEWASA
ANAK-ANAK
BAYI
Glioma
Glioma
Glioma
Tumor metastase
Ganglioglioma
PNET
Meningioma
DNET
Tumor germ cell
Limfoma
Neurositoma
Tumor pleksus khoroideus
Neurositoma
PNET
Tumor mesemkimal
DNET
Ependimoma
TUMOR OTAK DI FOSSA POSTERIOR BERDASARKAN USIA PASIEN
DEWASA
ANAK-ANAK
Tumor metastase
Astrocitoma cerebellar
Neurinoma akustik (vestibuler
schwannoma)
Meduloblastoma
Meningioma
Ependimoma
Hemangioblastoma
Glioma batang otak
Epidermoid
Dermoid
Glioma batang otak
Teratoma
Kordoma
Ganglioglioma
Gangliositoma (Lhermitte-duclos)
Papiloma dan karsinoma pleksus khoroideus
Neuroblastoma
TUMOR OTAK DI REGIO PINEAL
A
Tumor germ cell
Germinoma
Teratoma
Koriokarsinoma
Endodermal sinus (yolk sac tumor)
Embrional karsinoma
B
Tumor sel parenkim pineal
Pineositoma
Pineoblastoma
C
Tumor lain
Astrositoma
Meningioma
Tumor metastase
D
Lesi jinak
Kista pineal
Lipoma
Kista epidermoid
Kista arachnoid
Malformasi vaskuler
KLASIFIKASI TUMOR OTAK BERDASAR GAMBAR PENCITRAAN
Karakteristik
A
B
Menyangat kontras
(contrast enhancement)
Sinyal T2
Gambaran
Jenis tumor
Homogen
Astricytoma pilositik juvenil
Glioblastoma
Metastase
Heterogen, ireguler
Glioblastoma
Anaplastik astrcytoma
Oligodendroglioma
Tumor metastase
Fokal noduler
Oligodendroglioma
Ganglioglioma
Hipo-isointens substansia grisea
Meningioma
Limfoma serebri primer
Ependimoma
Meduloblastoma
Pineoblastoma
Tumor metastase
Hiperintens substansia grisea
Tumor glial
C
Kistik
Astrocytoma pilositik juvenil
Ganglioglioma
Oligodendroglioma
Hemangioblastoma
Xantoastrocytoma pleomorfik
D
Perdarahan
Glioblastoma
Astrocytoma anaplastik
Ependimoma
Oligodendroglioma
E
Kalsifikasi
Oligodendroglioma
Ependimoma
F
Nekrotik
Glioblastoma
Tumor metastase
Astrocytoma
definisi
Astrocytoma adalah neoplasma yang berasal dari sel-sel
astrocyt dan merupakan tipe tumor otak yang paling banyak
ditemukan pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Walaupun
berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor jinak karena
kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif di dalam ruang tulang
kalvarium.
Glioma yang menyusun sekitar 50% tumor intrakranial,
merupakan tumor intrinsik otak, asal dari sel neuroglia, tersusun oleh
sel-sel yang relatif jinak (pada astrocytoma) sampai yang paling
ganas (pada glioblastoma). Berbeda pengertiannya dengan pada
tumor sistemik lain, istilah maligna disini diartikan sebagai sifat
biologik yang agresif, infiltratif, dan prognosa yang jelek
Epidemiologi
Insidensi glioma di United States adalah 5,4 kasus per
100.000 populasi. Tidak ada perbedaan insidensi yang
signifikan antara United States dengan negara lain.
Puncak insidensi LGA sekitar 25% dari seluruh kasus
pada orang dewasa, terjadi pada usia 30-40 tahun.
Sepuluh persen dari LGA terjadi pada usia yang lebih
muda yaitu kurang dari 20 tahun, 60 % LGA terjadi di
usia 20-45 tahun, dan 30% terjadi pada usia lebih dari
45 tahun. Usia rata-rata pasien yang dengan hasil biopsi
anaplastik astrocytoma adalah 41 tahun
etiologi
Tidak ada etiologi yang jelas. Transformasi neoplastik
sering dipikirkan sebagai proses genetik. Delesi dan
mutasi dalam gen tertentu mempunyai peranan
terhadap sel prekursor, misalnya mutasi p.53
ditemukan pada beberapa kasus. Analisis kromosom
juga ditunjukkan dengan adanya penambahan atau
pengurangan materi genetik. Satu-satunya faktor
resiko yang telah diketahui adalah paparan bahan
kimia yang kronis.
patofisiologi
Efek lokal astrocytoma meliputi kompresi, invasi dan destruksi pada
parenkim otak. Hipoksia arteri dan vena, kompetisi mendapatkan nutrisi, pelepasan
metabolik produk akhir (seperti radikal bebas, elektrolit dan neurotransmitter) dan
melepaskan serta membutuhkan mediator seluler ( seperti sitokin) yang mengganggu
fungsi dari parenkim normal. Peningkatan tekanan intrakranial diperberat dengan
efek langsung dari massa, peningkatan volume darah, atau peningkatan volume cairan
cerebrospinal (CSF) kemungkinan akan mengakibatkan gejala sisa sekunder. Gejala
dan tanda neurologik yang terjadi pada astrocytoma merupakan akibat adanya
gangguan fungsi cairan cerebrospinal. Defisit neurologik fokal (seperti kelemahan,
paralisis, defisit sensorik dan kelumpuhan saraf kranial) dan kejang serta karakteristik
lain terjadi sesuai dengan lokasi dari lesi.
Infiltrasi LGA berkembang dengan pelan dibandingkan dengan astrocytoma
maligna. Anaplastik astrocytoma berkembang 4 kali lebih cepat dibandingkan LGA,
dimana membutuhkan waktu beberapa tahun dari gejala awal sampai tercapai
diagnosis membutuhkan waktu kurang lebih 3,5 tahun. Pemeriksaan klinik dilakukan
secara gradual pada sebagian kasus.Kejang, kadang berupa kejang umum,
merupakan gejala awal pada sebagian pasien dengan LGA.
Pasien anaplastik astrocytoma, pertumbuhan dan interval antara gejala awal
hingga tercapai diagnosis ada diantara waktu yang dibutuhkan LGA dan
glioblastoma. Walaupun sangat bervariasi tetapi interval rata-rata sekitar 1,5 sampai 2
tahun antara gejala awal dan diagnosis pada kasus-kasus yang sering dilaporkan.
Dibandingkan dengan lesi LGA, gejala awal yang muncul paling sering adalah sakit
kepala, depresi status mental dan defisit neurologik fokal.
Gambaran klinis
Adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala, mual dan muntah,
penurunan kesadaran, papil edema dan ataksia, yang terjadi akibat adanya desakan massa
atau hydrocephalus. Adanya tanda lateralisasi juga harus diperhatikan, seperti hemiparesis,
gangguan sensoris, dan reflex patologis. Gejala umum meliputi kejang, sakit kepala, dan
hemiparesis, gejala paling khas pada lesi di lobus temporalis dan frontalis adalah defisit
memori, perubahan kepribadian atau neurologis yang progresif. Jenis gejala yang ditimbulkan
sangat tergantung dari lokasi tumor dan tingkat kerusakannya. Tumor dapat dengan cepat
menimbulkan gejala, tetapi ada kalanya tanpa gejala sampai mencapai ukuran tumor yang
besar. Gejala awal umumnya tidak spesifik, tidak terlokalisir dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial. Ada trias klasik gejala yang timbul akibat peningkatan
tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah dan lethargy. Sekitar 75 % pasien mempunyai
gejala tersebut tanpa memperhatikan letak tumor, dan gejalanya dapat muncul lebih dari 3
bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Pasien dengan astrocytoma supratentorial dapat
mengalami kejang sekitar 25%.9 Lokasi tumor sangat mempengaruhi gejala klinis. Defisit
motorik fokal terjadi pada lebih dari 40% pasien dengan tumor intrakranial dan diencephali
sentral. Tumor yang melibatkan hypothalamus dapat menimbulkan abnormalitas
neuroendokrin, defisiensi hormon pertumbuhan, diabetes insipidus, pubertas prekoks. Pasien
dengan tumor diencephali dapat ditemukan adanya sindrom diencephali klasik (yaitu emesis,
makin kurus, euphoria yang luar biasa). Pada cerebellum gejala bisa berupa kelemahan,
dismetri, tremor dan ataxia, sedangkan tumor pada jalur visual dapat menyebabkan
strabismus, proptosis dan nistagmus.
Gambaran radiologi
Pada CT scan, LGA umumnya tampak sebagai lesi hipodens yang homogen dengan batas tak tegas, tidak atau
sangat sedikit memperlihatkan penyangatan pada pemberian zat kontras. Tidak jarang terjadi kalsifikasi dan
pembentukan kista. Zat kontras pada CT merupakan makromolekul yang mengandung iodine yang tidak bisa
menembus sawar darah otak atau Blood Brain Barrier (BBB). Kurangnya tingkat penyangatan pada
pemakaian zat kontras menunjukkan sedikitnya akumulasi zat kontras pada ruang ekstravaskuler pada lesi
tersebut akibat kerusakan BBB yang ringan sekali. Selain itu CT juga menampakkan adanya edema peri
tumoral berupa daerah hipodens yang mengisi daerah distribusi substantia alba. MRI khususnya pada
sekuens T2 akan memperlihatkan hiperintensitas yang nyata meskipun kerusakan BBB amat ringan, tetapi
disini batas antara lesi dengan edema peritumoral menjadi lebih jelas.Gambaran CT scan Astrocytoma
anaplastik akan memperlihatkan penyangatan yang bervariasi serta edema peritumoral yang lebih luas
sesuai dengan tingkat kerusakan pada BBB.11 Sedangkan glioblastoma multiforme umumnya akan
memperlihatkan gambaran khas berupa penyangatan bentuk cincin atau ring enhancement pada lesi yang
tak teratur bentuknya dengan daerah nekrosis intralesi yang memberikan gambaran hipodens.13 Pencitraan
MRI T1W akan menampilkan daerah tepi yang memperlihatkan penyangatan bentuk cincin yang merupakan
daerah dengan tingkat selularitas dan vaskularisasinya amat tinggi. Analisa sediaan hasil otopsi membuktikan
bahwa daerah tepi yang menyangat bentuk cincin ini bukan merupakan daerah batas jaringan tumor, sebab
sel-sel glioma masih bisa ditemukan sejauh 2 cm diluar cincin penyangatan tersebut.MRI scan dengan
penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan pada kasus-kasus yang dicurigai
astrocytoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih akurat dibandingkan CT scan, dan MRI scan yang
teratur dapat dilakukan sebagai follow up pasca penatalaksanaan. Dengan CT scan, astrocytoma biasanya
terlihat sebagai daerah hipodens dan menunjukkan sedikit peningkatan setelah pemberian bahan kontras.
Pergeseran struktur-struktur mediana ke sisi berseberangan dengan tumor sering ditemukan
histopatologi
Astrocytoma sebagai salah satu jenis tumor glia, terbentuk dari transformasi neoplastik sel
astrosit.14 Berdasarkan zona infiltratif astrocytoma dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu
kelompok dengan zona infiltrasi diffuse (meliputi lowgrade astrocytoma, astrocytoma
anaplastik, glioblastoma) dan zona infiltrasi sempit (pylocytic astrocytoma, subependymal giant
cell astrocytoma, pleomorphic xantoastrocytoma). Anggota kelompok tersebut dapat
memberikan gambaran bervariasi yang meliputi lokasi di dalam SSP, perilaku biologi dan sifat
histopatologi yang heterogen, serta kemampuan infiltrasi pada struktur yang berbatasan hingga
struktur yang lebih jauh di dalam SSP dan kecenderungan untuk berkembang pada grade lebih
berat, tanpa memperhatikan stadium histologis.Gambaran mikroskopis tumor dijadikan sebagai
dasar untuk menentukan grade yang menunjukkan tingkat keganasan.15,16 Grade tumor
tersebut ditentukan dengan indeks mitosis sel (growth rate), vaskularisasi (blood supply),
adanya nekrosis sentral, potensial invasi pada jaringan sekitarnya, dan tingkat differensiasi
sel.World Health Organization (WHO) membuat skema yang didasarkan pada gambaran
karakteristik tertentu berupa atypia, mitosis, proliferasi endothelial, dan nekrosis. Tumor tanpa
gambaran salah satu dari kelainan sel tersebut ditetapkan sebagai grade satu, sedangkan bila
ada salah satu kelainan sel (biasanya atypia) ditetapkan sebagai grade dua. Tumor dengan dua
kriteria kelainan sel ditetapkan sebagai grade tiga, dan bila dengan tiga atau empat kelainan sel
ditetapkan sebagai grade empat. Gambaran tersebut mencerminkan adanya potensi maligna
pada tumor intrakranial dalam hal tingkat invasi dan pertumbuhannya.14
Diagnosis banding
Hasil CT maupun MRI memiliki tingkat kepercayaan yang
relatif tinggi untuk diagnosis LGA. Meskipun demikian,
gambaran radiologis LGA pada pencitraan CT scan dapat
mirip dengan astrocytoma anaplastik, ischemia, cerebritis
dan oligodendroglioma.
diagnosis
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan jaringan, baik
biopsi maupun reseksi, sekaligus untuk menentukan grade
tumor. CT scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
dilakukan utuk menentukan ukuran, lokasi dan konsistensi tumor.
LGA nampak sebagai gambaran massa dengan densitas rendah,
dan homogen (tanpa kontras). Astrocytoma anaplastik nampak
sebagai lesi dengan densitas inhomogen
terapi
Ada 3 standar terapi yang sering digunakan ;
1. Terapi pembedahan.
Pembedahan merupakan terapi primer untuk LGA pada spinal cord. Tergantung pada
penampilan tumor pada saat pembedahan, dimungkinkan adanya reseksi total, reseksi
subtotal, atau hanya biopsi. Walaupun demikian, reseksi akan memberikan perbaikan
gejala pada pasien. Selanjutnya, pada LGA, remisi panjang lebih dari 10 tahun dan
kadang terobati pada anak-anak dan dewasa.
2. Radiasi
Radiasi dilakukan pada beberapa pasien yang sebelumya dilakukan pembedahan
intrakranial untuk LGA. Radiasi awal lebih baik dilakukan pada pasien yang dilakukan
reseksi subtotal, sementara mengamati kondisi mungkin lebih baik pada pasien yang
dilakukan reseksi total. Jika terjadi relaps setelah reseksi total, pembedahan
selanjutnya dan radiasi harus dilakukan
3. Kemoterapi
Pentingnya kemoterapi pada low grade gliomas kurang dipahami. Hal ini merupakan
pilihan pada pasien yang mengalami relaps tumor setelah pembedahan dan atau
radiasi.
prognosis
Prognosis setelah intervensi pembedahan dan terapi radiasi untuk LGA dapat baik. Pasien-pasien
yang menjalani reseksi pembedahan, prognosis tergantung apakah neoplasma berkembang
menjadi tingkatan lesi yang lebih tinggi atau tidak. Lesi dengan low grade, memiliki angka ratarata ketahanan hidup setelah intervensi pembedahan sekitar 6-8 tahun. Pada kasus astrocytoma
anaplastik, perbaikan gejala klinis atau stabilisasi adalah penting setelah reseksi dan radiasi.
Ketahanan hidup yang lebih tinggi terjadi sekitar 60-80% pasien. Faktor-faktor seperti usia
muda, status fungsional, reseksi luas dan terapi radiasi yang adekuat memberikan efek
ketahanan hidup setelah operasi. Penelitian terkini mengindikasikan bahwa terapi radiasi pada
tumor yang yang tidak direseksi secara komplet meningkatkan 5-year survival rate pasca operasi
dari 0-25% untuk LGA dan dari 2-16% untuk astrocytoma anaplastik. Selanjutnya, angka ratarata ketahanan hidup pasien dengan astrocytoma anaplastik yang menjalani reseksi dan terapi
radiasi dilaporkan meningkat 2x dibandingkan pasien yang hanya menjalani operasi (5 tahun:2.2
tahun). Pada LGA, 5 year survival rates mencapai 95-100% setelah dilakukan reseksi total tumor.
Bila reseksi subtotal, 5 year survival rates sekitar 60%. Pada high grade astrocytoma, 5 year
survival rate sebesar 15-30% bila letaknya di supratentorial dan <10 % bila letaknya di ponds.9
Penderita pylocitic astrocytoma (WHO grade I) mempunyai survival rate kira-kira 10 tahun dari
tahun terdiagnosis, pada pasien dengan low-grade diffuse Astrocytoma (WHO grade II) lebih
dari 5 tahun, 2-5 tahun untuk Astrocytoma anaplastik (WHO grade III), dan kurang dari 1 tahun
pada pasien dengan glioblastoma (WHO grade IV).
o Tumor ini sering dihubungkan dengan berbagai
sindroma seperti Li-Fraumeni Syndrome, mutasi
Germline p53, Turcot Syndrome, dan
neurofibromatosis tipe 1 (NF-1)
• Prognosis penderita astrositoma tergantung dari tiga
faktor : i) usia, ii)status fungsional, dan iii) grade
histologis. Penderita usia ≤45 tahun mempunyai
kelangsungan hidup empat kali lebih besar
dibandingkan penderita berusia ≥65 tahun. Pada low
grade astrocytoma, prognosis akan lebih buruk jika
disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial,
gangguan kesadaran, perubahan perilaku, defisit
nerologis yang bermakna, dan adanya penyangatan
kontras pada pemeriksaan radiologi.
Terdapat empat variasi gambaran histopatologi low grade
astrocytoma antara lain:
(i) astrocytoma protoplasmic, umumnya terdapat pada bagian
korteks dengan sel sel yang banyak mengandung
sitoplasma. Bentuk ini mencakup 28% dari jenis astrositoma
yang menginfiltrasi ke parenkim sekitarnya
(ii) astrocytoma gemistocytic, sering ditemukan pada hemisfer
serebral orang dewasa terdiri dari sel bundar yang besar
dengan sitoplasma eosinofilik dan eksentrik. Bentuk ini
mencakup 5-10% dari glioma hemisfer
(iii) astrocytoma fibrillary, merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan dan berasal dari massa putih serebral dengan sel
yang berdiferensiasi baik berbentuk oval dan kecil. Tumor ini
ditandai dengan jumlah sel yang meningkat dengan
gambaran latar belakang yang fibriler. Untuk melihat
gambaran fibriller ini dapat digunakan glial fibrillary acidic
protein (GFAP)dan
(iv) campuran.
Download