SOP CEREBELLUM Perbedaan Astrocytoma pilosytic Meningioma Pasien Lokasi: intraaxial, 10% cerebral, Lokasi: extraaxial, 90% 85% cerebellum supratentorial, 8-10% infratentorial (t.u. CPA) Lokasi: intraaxial, infratentorial, cerebellum Usia: anak-anak, dewasa muda Usia: 40-70 tahun Usia 50 tahun Ct scan: lesi isodense/hipodense CT scan:Iesi isodens/hiperdens, hiperostosis CT scan: lesi hiperdens, hipeerostosis MRI: T1 isointens/hipointens, T2 hiperintens MRI: T1 isointens/hipointens, T2 isointens/hiperintens MRI:T1 isointens, T2 slightly hiperintens Gambaran : inhomogenitas, ditemukan bagian kistik dan kalsifikasi Gambaran: dural tail (+), CSF cleft (+),Alanin meningkat Gambaran: inhomogenitas, ditemukan bagian kistik, perdarahan intratumoral, dural tail (-), CSF cleft (-), alanin normal Klasifikasi tumor otak oleh WHO 1. Tumor Neuroepitel A. Tumor Glial 1. Astrocytoma 1. 2. 3. 4. 5. 6. Astrocytoma pilositik Astrocytoma diffus Astrocytoma anaplastik Glioblastoma Xantoastrocytoma pleomorfik Astrositoma subependimal sel raksasa 2. Tumor oligodendroglial 1. 2. Oligodendroglioma Oligodendroglioma anaplastik 3. Glioma campuran 1. 2. Oligoastrositoma Oligoastrositoma anaplastik 4. Tumor ependimal 1. 2. 3. 4. Ependimoma myxopapillary Subependimoma Ependimoma Ependimoma anaplastik 5. Tumor neuroepitelial lainnya 1. 2. 3. Astroblastoma Glioma koroid dari ventrikel III Gliomatosis serebri B. Tumor neuronal dan campuran neuronal-glial 1. 2. 3. 4. Gangliositoma Ganglioglioma Astrocytoma desmoplastik infantil Neurositoma sentral 5. Tumor Disembrioplastik Neuroepitelial (DNET) 6. Liponeurositoma serebelar 7.Paraganglioma. C.Tumor Non-glial 1. Tumor Embrional 1. 2. 3. Ependimoblastoma Medulloblastoma Tumor Primitife Neuroektodermal Supratentorial 2. Tumor Pleksus Khoroideus 1. 2. Papiloma pleksus khoroideus Karsinoma pleksus khoroideus 3. Tumor Parenkim pineal 1. 2. 3. Pineoblastoma Pineositoma Tumor Parenkim pineal 2. Tumor Meningeal • Meningioma • Hemangoperisitoma • Lesi Melanositik 3. Tumor Germ Cell • Germinoma • Karsinoma embrional • Tumor sinus endodermal (yolk sac) • Khoriokarsinoma • Teratoma • Tumor grm cell campuran 4. • • • Tumor Sella Adenoma hipofisis Karsinoma hipofisis Kraniofaringioma 5. Tumor dengan histogenesis yang tidak jelas : hemangioblastoma kapiler 6. Limfoma sistim saraf pusat primer 7. Tumor nervus perifer yang mempengaruhi SSP 8. Tumor metastasis Major categories of primary brain tumors Cell type of origin Tumor Glial Tumor Astrocytoma Benign astrocytoma Pilocytic astrocytoma Anaplastic astrocytoma Glioblastoma multiforme Oligodendroglioma Ependymal tumor Celullar ependymoma Anaplastic ependymoma Myxopapillary ependymoma Choroid plexus tumor Choroid plexus papilloma Choroid plexus carcinoma Non Glial Tumor Neural Progenitor origin Neuroblastoma Primitive Neuroectodermal Tumor (PNET) Pineocytoma, blastoma Ganglioneuroma Meningeal or mesechimal tumor Meningioma Hemangioblastoma Hemangiopericytoma Pituitary adenoma Microadenoma Macroadenoma Common Primary Tumors by Location Location Tumor Cerebral (supratentorial) Region Astrocytoma Meningioma Oligodendroglioma Metastatic Lession Lymphoma Cerebellar or brain stem (infratentorial) Schwannoma Meningioma Primitive neuroectodermal tumor Pineal region Pineal Cell Tumor Germ Cell Tumor Astrocytoma Meningioma Pineal cyst Lateral Ventricles Astrocytoma Ependymoma Central Neurocytoma Cerebellopontine angle Acoustic schwannoma Meningioma Epidermoid tumor Sellar region Microadenoma dan Macroadenoma Meningioma Craniopharyngioma Physical examination findings associated with cerebral tumors Location Clinical signs Frontal lobe Personality changes (disinhibition, abulia) Contralateral hemiparesis, apraxia, aphasia Gaze preferance Primitive reflexes Seizzure (generelized or partial) Temporal Lobe Seizures (general or partial ) Memory impairment Visual field deficits Aphasia Parietal lobe Contralateral sensory loss Aphasia Hemineglect or spatial disruption Occipital Lobe Homonymous Hemianopsia Cerebellum Occipital headache Ataxia Hemiplegia Cranial nerve sign TUMOR INTRA-AKSIAL A. B. Supratentorial 1. Glial, astrositik Astrositoma derajat rendah Astrositoma anaplastik Glioblastoma multiforme 2. Glial, non astrositik Oligodendroglioma Ganglioglioma Tumor disembrioblastik neuroepitelial 3. Non-glial Limfoma serebri primer Tumor metastases Infratentorial 1. Glial, astrositik Astrositoma pilositik juvenilis Astrositoma (derajat rendah, anaplastik, GBM) 2. Non-glial Meduloblastoma Hemangioblastoma Tumor metastase TUMOR EKSTRA-AKSIAL A Supratentorial 1. B Dural Meningioma Hemangioperisitoma Tumor metastase 2. Hipofisis Adenoma hipofisis 3. Pineal Pineositoma Tumor germ cell Pineoblastoma 4.Suprasellar Kraniofaringioma Tumor germ cell Limfoma Tumor metastase Astrocitoma pilositik juvenil 5. Basis Cranii Kordoma Plasmasitoma Tumor metastase Tumor kondroid Infratentorial 1. Dural Meningioma Hemangioperisitoma Tumor metastase 2. CPA Meningioma Schwannoma Epidermoid TUMOR INTRAVENTRIKEL A. Supratentorial 1. 2. 3. 4. Tumor pleksus khoroideus Neurositoma Meningioma Tumor metastase B. Infratentorial 1. Ependimoma/subependimoma 2. Tumor pleksus khoroideus TUMOR OTAK SUPRATENTORIAL BERDASARKAN USIA DEWASA ANAK-ANAK BAYI Glioma Glioma Glioma Tumor metastase Ganglioglioma PNET Meningioma DNET Tumor germ cell Limfoma Neurositoma Tumor pleksus khoroideus Neurositoma PNET Tumor mesemkimal DNET Ependimoma TUMOR OTAK DI FOSSA POSTERIOR BERDASARKAN USIA PASIEN DEWASA ANAK-ANAK Tumor metastase Astrocitoma cerebellar Neurinoma akustik (vestibuler schwannoma) Meduloblastoma Meningioma Ependimoma Hemangioblastoma Glioma batang otak Epidermoid Dermoid Glioma batang otak Teratoma Kordoma Ganglioglioma Gangliositoma (Lhermitte-duclos) Papiloma dan karsinoma pleksus khoroideus Neuroblastoma TUMOR OTAK DI REGIO PINEAL A Tumor germ cell Germinoma Teratoma Koriokarsinoma Endodermal sinus (yolk sac tumor) Embrional karsinoma B Tumor sel parenkim pineal Pineositoma Pineoblastoma C Tumor lain Astrositoma Meningioma Tumor metastase D Lesi jinak Kista pineal Lipoma Kista epidermoid Kista arachnoid Malformasi vaskuler KLASIFIKASI TUMOR OTAK BERDASAR GAMBAR PENCITRAAN Karakteristik A B Menyangat kontras (contrast enhancement) Sinyal T2 Gambaran Jenis tumor Homogen Astricytoma pilositik juvenil Glioblastoma Metastase Heterogen, ireguler Glioblastoma Anaplastik astrcytoma Oligodendroglioma Tumor metastase Fokal noduler Oligodendroglioma Ganglioglioma Hipo-isointens substansia grisea Meningioma Limfoma serebri primer Ependimoma Meduloblastoma Pineoblastoma Tumor metastase Hiperintens substansia grisea Tumor glial C Kistik Astrocytoma pilositik juvenil Ganglioglioma Oligodendroglioma Hemangioblastoma Xantoastrocytoma pleomorfik D Perdarahan Glioblastoma Astrocytoma anaplastik Ependimoma Oligodendroglioma E Kalsifikasi Oligodendroglioma Ependimoma F Nekrotik Glioblastoma Tumor metastase Astrocytoma definisi Astrocytoma adalah neoplasma yang berasal dari sel-sel astrocyt dan merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Walaupun berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor jinak karena kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif di dalam ruang tulang kalvarium. Glioma yang menyusun sekitar 50% tumor intrakranial, merupakan tumor intrinsik otak, asal dari sel neuroglia, tersusun oleh sel-sel yang relatif jinak (pada astrocytoma) sampai yang paling ganas (pada glioblastoma). Berbeda pengertiannya dengan pada tumor sistemik lain, istilah maligna disini diartikan sebagai sifat biologik yang agresif, infiltratif, dan prognosa yang jelek Epidemiologi Insidensi glioma di United States adalah 5,4 kasus per 100.000 populasi. Tidak ada perbedaan insidensi yang signifikan antara United States dengan negara lain. Puncak insidensi LGA sekitar 25% dari seluruh kasus pada orang dewasa, terjadi pada usia 30-40 tahun. Sepuluh persen dari LGA terjadi pada usia yang lebih muda yaitu kurang dari 20 tahun, 60 % LGA terjadi di usia 20-45 tahun, dan 30% terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Usia rata-rata pasien yang dengan hasil biopsi anaplastik astrocytoma adalah 41 tahun etiologi Tidak ada etiologi yang jelas. Transformasi neoplastik sering dipikirkan sebagai proses genetik. Delesi dan mutasi dalam gen tertentu mempunyai peranan terhadap sel prekursor, misalnya mutasi p.53 ditemukan pada beberapa kasus. Analisis kromosom juga ditunjukkan dengan adanya penambahan atau pengurangan materi genetik. Satu-satunya faktor resiko yang telah diketahui adalah paparan bahan kimia yang kronis. patofisiologi Efek lokal astrocytoma meliputi kompresi, invasi dan destruksi pada parenkim otak. Hipoksia arteri dan vena, kompetisi mendapatkan nutrisi, pelepasan metabolik produk akhir (seperti radikal bebas, elektrolit dan neurotransmitter) dan melepaskan serta membutuhkan mediator seluler ( seperti sitokin) yang mengganggu fungsi dari parenkim normal. Peningkatan tekanan intrakranial diperberat dengan efek langsung dari massa, peningkatan volume darah, atau peningkatan volume cairan cerebrospinal (CSF) kemungkinan akan mengakibatkan gejala sisa sekunder. Gejala dan tanda neurologik yang terjadi pada astrocytoma merupakan akibat adanya gangguan fungsi cairan cerebrospinal. Defisit neurologik fokal (seperti kelemahan, paralisis, defisit sensorik dan kelumpuhan saraf kranial) dan kejang serta karakteristik lain terjadi sesuai dengan lokasi dari lesi. Infiltrasi LGA berkembang dengan pelan dibandingkan dengan astrocytoma maligna. Anaplastik astrocytoma berkembang 4 kali lebih cepat dibandingkan LGA, dimana membutuhkan waktu beberapa tahun dari gejala awal sampai tercapai diagnosis membutuhkan waktu kurang lebih 3,5 tahun. Pemeriksaan klinik dilakukan secara gradual pada sebagian kasus.Kejang, kadang berupa kejang umum, merupakan gejala awal pada sebagian pasien dengan LGA. Pasien anaplastik astrocytoma, pertumbuhan dan interval antara gejala awal hingga tercapai diagnosis ada diantara waktu yang dibutuhkan LGA dan glioblastoma. Walaupun sangat bervariasi tetapi interval rata-rata sekitar 1,5 sampai 2 tahun antara gejala awal dan diagnosis pada kasus-kasus yang sering dilaporkan. Dibandingkan dengan lesi LGA, gejala awal yang muncul paling sering adalah sakit kepala, depresi status mental dan defisit neurologik fokal. Gambaran klinis Adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala, mual dan muntah, penurunan kesadaran, papil edema dan ataksia, yang terjadi akibat adanya desakan massa atau hydrocephalus. Adanya tanda lateralisasi juga harus diperhatikan, seperti hemiparesis, gangguan sensoris, dan reflex patologis. Gejala umum meliputi kejang, sakit kepala, dan hemiparesis, gejala paling khas pada lesi di lobus temporalis dan frontalis adalah defisit memori, perubahan kepribadian atau neurologis yang progresif. Jenis gejala yang ditimbulkan sangat tergantung dari lokasi tumor dan tingkat kerusakannya. Tumor dapat dengan cepat menimbulkan gejala, tetapi ada kalanya tanpa gejala sampai mencapai ukuran tumor yang besar. Gejala awal umumnya tidak spesifik, tidak terlokalisir dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Ada trias klasik gejala yang timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah dan lethargy. Sekitar 75 % pasien mempunyai gejala tersebut tanpa memperhatikan letak tumor, dan gejalanya dapat muncul lebih dari 3 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Pasien dengan astrocytoma supratentorial dapat mengalami kejang sekitar 25%.9 Lokasi tumor sangat mempengaruhi gejala klinis. Defisit motorik fokal terjadi pada lebih dari 40% pasien dengan tumor intrakranial dan diencephali sentral. Tumor yang melibatkan hypothalamus dapat menimbulkan abnormalitas neuroendokrin, defisiensi hormon pertumbuhan, diabetes insipidus, pubertas prekoks. Pasien dengan tumor diencephali dapat ditemukan adanya sindrom diencephali klasik (yaitu emesis, makin kurus, euphoria yang luar biasa). Pada cerebellum gejala bisa berupa kelemahan, dismetri, tremor dan ataxia, sedangkan tumor pada jalur visual dapat menyebabkan strabismus, proptosis dan nistagmus. Gambaran radiologi Pada CT scan, LGA umumnya tampak sebagai lesi hipodens yang homogen dengan batas tak tegas, tidak atau sangat sedikit memperlihatkan penyangatan pada pemberian zat kontras. Tidak jarang terjadi kalsifikasi dan pembentukan kista. Zat kontras pada CT merupakan makromolekul yang mengandung iodine yang tidak bisa menembus sawar darah otak atau Blood Brain Barrier (BBB). Kurangnya tingkat penyangatan pada pemakaian zat kontras menunjukkan sedikitnya akumulasi zat kontras pada ruang ekstravaskuler pada lesi tersebut akibat kerusakan BBB yang ringan sekali. Selain itu CT juga menampakkan adanya edema peri tumoral berupa daerah hipodens yang mengisi daerah distribusi substantia alba. MRI khususnya pada sekuens T2 akan memperlihatkan hiperintensitas yang nyata meskipun kerusakan BBB amat ringan, tetapi disini batas antara lesi dengan edema peritumoral menjadi lebih jelas.Gambaran CT scan Astrocytoma anaplastik akan memperlihatkan penyangatan yang bervariasi serta edema peritumoral yang lebih luas sesuai dengan tingkat kerusakan pada BBB.11 Sedangkan glioblastoma multiforme umumnya akan memperlihatkan gambaran khas berupa penyangatan bentuk cincin atau ring enhancement pada lesi yang tak teratur bentuknya dengan daerah nekrosis intralesi yang memberikan gambaran hipodens.13 Pencitraan MRI T1W akan menampilkan daerah tepi yang memperlihatkan penyangatan bentuk cincin yang merupakan daerah dengan tingkat selularitas dan vaskularisasinya amat tinggi. Analisa sediaan hasil otopsi membuktikan bahwa daerah tepi yang menyangat bentuk cincin ini bukan merupakan daerah batas jaringan tumor, sebab sel-sel glioma masih bisa ditemukan sejauh 2 cm diluar cincin penyangatan tersebut.MRI scan dengan penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan pada kasus-kasus yang dicurigai astrocytoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih akurat dibandingkan CT scan, dan MRI scan yang teratur dapat dilakukan sebagai follow up pasca penatalaksanaan. Dengan CT scan, astrocytoma biasanya terlihat sebagai daerah hipodens dan menunjukkan sedikit peningkatan setelah pemberian bahan kontras. Pergeseran struktur-struktur mediana ke sisi berseberangan dengan tumor sering ditemukan histopatologi Astrocytoma sebagai salah satu jenis tumor glia, terbentuk dari transformasi neoplastik sel astrosit.14 Berdasarkan zona infiltratif astrocytoma dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan zona infiltrasi diffuse (meliputi lowgrade astrocytoma, astrocytoma anaplastik, glioblastoma) dan zona infiltrasi sempit (pylocytic astrocytoma, subependymal giant cell astrocytoma, pleomorphic xantoastrocytoma). Anggota kelompok tersebut dapat memberikan gambaran bervariasi yang meliputi lokasi di dalam SSP, perilaku biologi dan sifat histopatologi yang heterogen, serta kemampuan infiltrasi pada struktur yang berbatasan hingga struktur yang lebih jauh di dalam SSP dan kecenderungan untuk berkembang pada grade lebih berat, tanpa memperhatikan stadium histologis.Gambaran mikroskopis tumor dijadikan sebagai dasar untuk menentukan grade yang menunjukkan tingkat keganasan.15,16 Grade tumor tersebut ditentukan dengan indeks mitosis sel (growth rate), vaskularisasi (blood supply), adanya nekrosis sentral, potensial invasi pada jaringan sekitarnya, dan tingkat differensiasi sel.World Health Organization (WHO) membuat skema yang didasarkan pada gambaran karakteristik tertentu berupa atypia, mitosis, proliferasi endothelial, dan nekrosis. Tumor tanpa gambaran salah satu dari kelainan sel tersebut ditetapkan sebagai grade satu, sedangkan bila ada salah satu kelainan sel (biasanya atypia) ditetapkan sebagai grade dua. Tumor dengan dua kriteria kelainan sel ditetapkan sebagai grade tiga, dan bila dengan tiga atau empat kelainan sel ditetapkan sebagai grade empat. Gambaran tersebut mencerminkan adanya potensi maligna pada tumor intrakranial dalam hal tingkat invasi dan pertumbuhannya.14 Diagnosis banding Hasil CT maupun MRI memiliki tingkat kepercayaan yang relatif tinggi untuk diagnosis LGA. Meskipun demikian, gambaran radiologis LGA pada pencitraan CT scan dapat mirip dengan astrocytoma anaplastik, ischemia, cerebritis dan oligodendroglioma. diagnosis Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan jaringan, baik biopsi maupun reseksi, sekaligus untuk menentukan grade tumor. CT scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) dilakukan utuk menentukan ukuran, lokasi dan konsistensi tumor. LGA nampak sebagai gambaran massa dengan densitas rendah, dan homogen (tanpa kontras). Astrocytoma anaplastik nampak sebagai lesi dengan densitas inhomogen terapi Ada 3 standar terapi yang sering digunakan ; 1. Terapi pembedahan. Pembedahan merupakan terapi primer untuk LGA pada spinal cord. Tergantung pada penampilan tumor pada saat pembedahan, dimungkinkan adanya reseksi total, reseksi subtotal, atau hanya biopsi. Walaupun demikian, reseksi akan memberikan perbaikan gejala pada pasien. Selanjutnya, pada LGA, remisi panjang lebih dari 10 tahun dan kadang terobati pada anak-anak dan dewasa. 2. Radiasi Radiasi dilakukan pada beberapa pasien yang sebelumya dilakukan pembedahan intrakranial untuk LGA. Radiasi awal lebih baik dilakukan pada pasien yang dilakukan reseksi subtotal, sementara mengamati kondisi mungkin lebih baik pada pasien yang dilakukan reseksi total. Jika terjadi relaps setelah reseksi total, pembedahan selanjutnya dan radiasi harus dilakukan 3. Kemoterapi Pentingnya kemoterapi pada low grade gliomas kurang dipahami. Hal ini merupakan pilihan pada pasien yang mengalami relaps tumor setelah pembedahan dan atau radiasi. prognosis Prognosis setelah intervensi pembedahan dan terapi radiasi untuk LGA dapat baik. Pasien-pasien yang menjalani reseksi pembedahan, prognosis tergantung apakah neoplasma berkembang menjadi tingkatan lesi yang lebih tinggi atau tidak. Lesi dengan low grade, memiliki angka ratarata ketahanan hidup setelah intervensi pembedahan sekitar 6-8 tahun. Pada kasus astrocytoma anaplastik, perbaikan gejala klinis atau stabilisasi adalah penting setelah reseksi dan radiasi. Ketahanan hidup yang lebih tinggi terjadi sekitar 60-80% pasien. Faktor-faktor seperti usia muda, status fungsional, reseksi luas dan terapi radiasi yang adekuat memberikan efek ketahanan hidup setelah operasi. Penelitian terkini mengindikasikan bahwa terapi radiasi pada tumor yang yang tidak direseksi secara komplet meningkatkan 5-year survival rate pasca operasi dari 0-25% untuk LGA dan dari 2-16% untuk astrocytoma anaplastik. Selanjutnya, angka ratarata ketahanan hidup pasien dengan astrocytoma anaplastik yang menjalani reseksi dan terapi radiasi dilaporkan meningkat 2x dibandingkan pasien yang hanya menjalani operasi (5 tahun:2.2 tahun). Pada LGA, 5 year survival rates mencapai 95-100% setelah dilakukan reseksi total tumor. Bila reseksi subtotal, 5 year survival rates sekitar 60%. Pada high grade astrocytoma, 5 year survival rate sebesar 15-30% bila letaknya di supratentorial dan <10 % bila letaknya di ponds.9 Penderita pylocitic astrocytoma (WHO grade I) mempunyai survival rate kira-kira 10 tahun dari tahun terdiagnosis, pada pasien dengan low-grade diffuse Astrocytoma (WHO grade II) lebih dari 5 tahun, 2-5 tahun untuk Astrocytoma anaplastik (WHO grade III), dan kurang dari 1 tahun pada pasien dengan glioblastoma (WHO grade IV). o Tumor ini sering dihubungkan dengan berbagai sindroma seperti Li-Fraumeni Syndrome, mutasi Germline p53, Turcot Syndrome, dan neurofibromatosis tipe 1 (NF-1) • Prognosis penderita astrositoma tergantung dari tiga faktor : i) usia, ii)status fungsional, dan iii) grade histologis. Penderita usia ≤45 tahun mempunyai kelangsungan hidup empat kali lebih besar dibandingkan penderita berusia ≥65 tahun. Pada low grade astrocytoma, prognosis akan lebih buruk jika disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial, gangguan kesadaran, perubahan perilaku, defisit nerologis yang bermakna, dan adanya penyangatan kontras pada pemeriksaan radiologi. Terdapat empat variasi gambaran histopatologi low grade astrocytoma antara lain: (i) astrocytoma protoplasmic, umumnya terdapat pada bagian korteks dengan sel sel yang banyak mengandung sitoplasma. Bentuk ini mencakup 28% dari jenis astrositoma yang menginfiltrasi ke parenkim sekitarnya (ii) astrocytoma gemistocytic, sering ditemukan pada hemisfer serebral orang dewasa terdiri dari sel bundar yang besar dengan sitoplasma eosinofilik dan eksentrik. Bentuk ini mencakup 5-10% dari glioma hemisfer (iii) astrocytoma fibrillary, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan dan berasal dari massa putih serebral dengan sel yang berdiferensiasi baik berbentuk oval dan kecil. Tumor ini ditandai dengan jumlah sel yang meningkat dengan gambaran latar belakang yang fibriler. Untuk melihat gambaran fibriller ini dapat digunakan glial fibrillary acidic protein (GFAP)dan (iv) campuran.