PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA-NIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI X BATANGHARI 2014 Indra Gunawan1 Pendidkan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424. Depok, Jawa Barat Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan peran teman sebaya terhadap perilaku seksual pra-nikah remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri X Batanghari tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dengan menggunakan populasi sebagai sampel yaitu, 104. Hasil dari penelitian ini menemukan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi (76%), dan 60% responden mempunyai sikap positif terhadap perilaku seksual pra-nikah. Penelitian ini juga menemukan sebagian responden (50%) mendapat pengaruh positif oleh teman sebayanya, serta didapatkan responden yang berperilaku seksual pra-nikah sebesar 31,7%. Hasil uji chi-square mendapatkan variabel jenis kelamin dan pengetahuan ada hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual pra-nikah pada siswa kelas XI SMA Negeri X Batanghari dengan P Value = 0,033 pada variabel jenis kelamin terhadap perilaku seksual pra-nikah dan P value = 0,041 pada variabel pengetahuan terhadap perilaku seksual pra-nikah. Perlu perhatian yang serius dengan ditemukannya tidak semua siswa kelas XI yang mengetahui adanya PIK-R di sekolah (8%), dan baru sebagian (50%) siswa yang memanfaatkan sarana PIK-R untuk mendapat informasi dan konseling. Serta diperlukan upaya-upaya lain untuk meningkatkan jangkauan kegiatan PIK-R agar bisa di manfaatkan secara maksimal oleh semua siswa di sekolah. Kata kunci : Perilaku seksual pra-nikah, peran teman sebaya remaja, PIK-R, siswa kelas XI, siswa SMA Abstract This study aims to determine the level of knowledge, attitude and role of peers toward premarital sexual behavior in class XI student teen in SMA X Batanghari 2014. This study uses quantitative methods with cross-sectional approach using a sample of the population, 104 . The results of this study found the majority of respondents have a good level of knowledge about reproductive health (76%), and 60% of respondents have a positive attitude toward premarital sexual behavior. The study also found the majority of respondents (50%) had a positive influence by peers, as well as respondents obtained pre-marital sexual behavior of 31.7%. The results of chi-square test to get the variables gender and knowledge was no significant association with pre-marital sexual behavior in class XI SMA X Batanghari with P Value = 0,033 on gender variable against pre-marital sexual behavior and P value = 0.041 in variable knowledge of the premarital sexual behavior. Need serious attention with the discovery that not all students of class XI were aware of the PIK-R in school (8%), and only partially (50%) of students who take advantage of the means PIK-R to get information and counseling. As well as other necessary measures to increase the range of activities of PIK-R that can be utilized to the maximum by all students in the school Keywords: Pre-marital sexual behavior, the role of adolescent peers, PIK-R, a class XI student, high school students Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015 1. Pendahuluan Remaja merupakan sumber daya manusia yang menjadi tulang punggung penerus generasi di masa yang akan datang. Kelompok usia remaja (10-19 tahun) menempati seperlima dari jumlah penduduk dunia, dan 83% diantaranya hidup dinegara-negara berkembang (WHO, 2010). Besarnya proporsi penduduk remaja secara teoritis memiliki dua makna, pertama remaja dapat menjadi modal sumber daya manusia apabila dikelola dan dimanfaatkan secara tepat dan baik. Kedua, apabila remaja tidak memiliki persyaratan untuk menjadi modal sumber daya manusia, maka remaja hanya akan menjadi beban pembangunan saja (Laksmiwati, tanpa tahun). Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis yang dikenal sebagai pubertas yang diiringi dengan perkembangan seksual dimulai. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan terhadap perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seksual sebelum nikah dan penyalahgunaan narkoba yang membawa dampak kepada penularan infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS (BKKBN, 2011). Diantara masalah-masalah yang terjadi pada remaja, masalah perilaku seksual berisiko merupakan masalah yang perlu mandapat prioritas utama, hal ini karena mengingat pada fase remaja terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan timbulnya dorongan seksual pada sebagian remaja. SKRRI yang dilakukan BKKBN pada tahun 2002-2003 menyebutkan bahwa remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun mencapai 34,7% untuk remaja perempuan dan remaja laki-laki sebesar 30,9% (BKKBN, 2012). SMAN X Batanghari merupakan sekolah yang pernah mendapat prestasi PIK-R terbaik di tingkat kabupaten maupun provinsi, tetapi diketahui adanya siswa yang terpaksa drop-out dari dari sekolah yang diketahui penyebabnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan dan terpaksa menikah pada usia dini. Hal ini berarti siswa-siswa di SMAN X Batanghari masih rentan dengan perilaku seksual pra-nikah beserta dampaknya. Belum diketahuinya gambaran pengetahuan , sikap siswa mengenai perilaku seksual pra-nikah pada siswa SMAN X Batanghari, mendorong dilakukannya peneliian ini. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan menerapkan pendekatan Cross- sectional, yang mengukur variabel dependen dan variabel independen secara bersamaan. Penelitian ini membatasi kajian penelitian pada variabel-variabel demografi, pengetahuan, sikap serta peran teman sebaya yang terkait dengan ketersediaan pendidik sebaya/PIK-R disekolah dan perilaku seksual pra-nikah remaja. 3. Hasil dan Pembahasan Sekolah Menengah Atas Negeri X Batanghari terletak di Ibukota Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Tepatnya berada di RT. 08 Kelurahan Jembatan Mas sekitar 500 meter dari jalan lintas Jambi – Muara Bulian Km. 36. SMA Negeri X Batanghari mulai berdiri tahun 2003. Angkatan pertama siswa SMA Negeri X Batanghari mulai Tahun Ajaran 2003 / 2004. Jumlah peserta didik SMA Negeri X Batanghari pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 359 siswa/i dengan jumlah siswa laki-laki 104 orang dan siswi perempuan berjumlah 255 orang. Tabel 1. Distribusi responden berdasar Perilaku seks pra-nikah Perilaku Seks Frekuensi % Berisiko 33 31,7 Tidak Berisiko 71 68,3 Jumlah 104 100 Pra-nikah Hasil uji univariat menemukan ada 31,7% siswa kelas XI SMA Negeri X Batanghari berperilaku seks pranikah berisiko. Dimana perilaku meraba bagian tubuh (punggung, leher, paha, payudara, dsb) sebesar 15,4%, meraba alat kelamin 7,7%, berciuman 29,8%, dan petting sebesar 4,8%. Adapun responden yang telah melakukan hubungan seksual baik seks oral, seks anal, maupun seks vaginal sebesar 3,8%. Umur responden pertama kali melakukan hubungan seksual adalah 16 tahun. Pada masa remaja terjadi proses pubertas, yang dimana individu mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seksual. Dorongan seksual yang muncul bisa dalam bentuk tertarik kepada lawan jenis sampai keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Perubahan yang terjadi pada masa remaja ini dipengaruhi mulai berfungsinya hormone-hormon seksual yaitu testoteron pada laki-laki, dan progesterone pada perempuan. Faktor lain adalah dorongan rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015 segala hal yang hanya pengalaman mereka sendiri. dapat dipuaskan oleh Tabel 2. Distribusi Responden berdasar jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Tabel 3. Distribusi responden berdasar Tingkat pengetahuan Pengetahuan mengenai Frekuensi seks pra-nikah % N = 104 Persentase laki-laki 27 26 Perempuan 77 74 Jumlah 104 100 Tabel diatas menunjukan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 74%. Namun bila dilihat dari proporsi perilaku seks pra-nikah berisiko proporsi responden laki-laki lebih tinggi (48,1%) dari proporsi responden berjenis kelamin perempuan (20,6%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai P = 0,033, maka dapat disimpulkan jenis kelamin ada hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pra-nikah. Nilai OR = 2, 646 dapat disimpulkan responden yang berjenis kelamin laki-laki 2,646 kali cenderung berperilaku seks pra-nikah berisiko dibanding responden perempuan. Sebagian besar penelitian menemukan bahwa jumlah remaja laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual dan secara seksual aktif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah remaja perempuan. Dibandingkan remaja perempuan, remaja laki-laki juga lebih cenderung menyatakan hubungan seksual pranikah mereka sebagai pengalaman yang menyenangkan (Santrock, 2007). Penelitian ini sejalan dengan SDKI KRR 2012 yang menyebutkan bahwa secara umum sangat sedikit responden remaja perempuan yang menyatakan pernah berhubungan seksual (kurang dari 1 %), sedangkan remaja laki-laki lebih banyak. Rimawati (2013) dalam penelitiannya menyebutkan jenis kelamin secara konsisten berhubungan dengan niat untuk berperilaku seksual dan penggunaan alat kontrasepsi, persepsi mengenai aktifitas seksual kelompok sebaya, dan tekanan kelompok teman sebaya. Selain itu, remaja laki-laki cenderung melakukan hubungan seksual sebelum menyelesaikan sekolah menengah atas atau sebelum menikah dibanding remaja prempuan (Nahom, Deborah et al, 2001). Pengetahuan Rendah 25 24,0 Pengetahuan Tinggi 79 76,0 Berdasarkan tabel 3 diatas, responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai seks pra-nikah sebesar 76%, yang memiliki pengetahuan rendah sebesar 24%. Hasil bivariat menemukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seks pra-nikah dengan P value = 0,041 dan nilai OR (95%CI) = 2,549. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah 2,549 kali ada kecendrungan untuk berperilaku seksual pra-nikah berisiko. Berarti orang yang mempunyai tingkat pengetahuan mengenai perilaku seks pra-nikah dapat mengurangi/mencegah dirinya untuk berperilaku seksual pra-nikah berisiko. Green (1980) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, tetapi ditambahkan oleh Notoatmodjo (2007) yang menyebutkan, pengetahuan seseorang akan meningkat bila mendapat informasi yang jelas, terarah, dan bertanggung jawab. Dengan adanya perubahan dan peningkatan pengetahuan akan menimbulkan kesadaran, pemahaman, dan akhirnya berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Tabel 4. Distribusi responden berdasar sikap mengenai perilaku seks pra-nikah Sikap Terhadap Seks Pra-nikah Frekuensi % N = 104 Sikap Positif 63 60,6 Sikap Negatif 41 39,4 Pada penelitian ini di temukan 63 responden (60,6%) yang memiliki sikap positif terhadap perilaku seksual pra-nikah, yang artinya bisa disimpulkan 63 % responden setuju/mendukung perilaku seks pra-nikah. Tetapi hasil uji analisis mendapatkan P value = 0,997 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku seks pra-nikah. Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015 Secara teori seringkali diungkapkan bahwa sikap merupakan predisposisi (penentu) yang memunculkan adanya perilaku yang sesuai dengan sikapnya. Kalau apa yang dipersepsikan tersebut bersifat positif, maka seseorang cenderung berperilaku sesuai persepsinya, karena dia merasa setuju dengan apa yang diketahuinya. Dan sebaliknya kalau seseorang tidak setuju dengan sesuatu dan mempersepsikannya negatif, maka ia cenderung menghindari atau tidak melakukannya. Namun seringkali dalam kehidupan realitas, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya lingkungan sosial, situasi atau kesempatan (Dariyo, 2004). Allport (1950) dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan sikap memiliki tiga komponen, yaitu kepercayaan/keyakinan, kehidupan emosional, dan kecendrungan untuk bertindak. Sehingga sikap merupakan faktor penting dalam berperilaku termasuk perilaku seksual bersiko. Meskipun demikian, sikap dapat dipelajari oleh seseorang atau dapat dibentuk (Aiken, 1970 dalam Buqini, 2013). Tabel 5. Distribusi responden berdasar variabel ketersediaan PIK-R Uraian Ada Tidak F % F % Ketersediaan PIK-R 96 92,3 8 7,7 Pemanfaatan PIK-R 52 50 52 50 0,065). Dilihat dari proporsi responden yang menyatakan tidak ada pendidik sebaya/PIK-R yang berperilaku seksual berisiko sebesar 62,5% lebih tinggi dibanding dengan proporsi responden yang menyatakan ada pendidik sebaya di sekolah (29,2%). Tetapi dengan nilai OR (95% CI) = 4,048 (0,90518,095) menunjukan responden yang menyatakan tidak ada pendidik sebaya/PIK-R akan 4,048 kali cenderung berperilaku seksual pra-nikah berisiko. Dari data SKRRI (2007), menunjukan kecendrungan remaja memperolah informasi mengenai kesehatan reproduksi melalui teman sebayanya, dimana 44,3% remaja perempuan dan 46,9% remaja laki-laki menjadikan teman sebayanya sebagai sumber informasi mengenai perubahan fisik saat memasuki masa pubertas. Selain itu SDKI-KRR (2012), menyebutkan sebesar 60% remaja perempuan dan 59% remaja laki-laki lebih suka membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan temannya dibanding dengan guru atau orang tuanya. Apabila pengetahuan dan sikap teman sebayanya mengenai kesehatan reproduksi positif maka informasi yang disampaikan temannya akan memberikan dampak positif pula, demikian juga sebaliknya. Pendidik sebaya/PIK-R merupakan metode pemberian informasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi remaja dengan pendekatan teman sebaya yang diharapkan efektif untuk mengembangkan karakter remaja dan mempersiapkan remaja menuju kedewasaan, karena lebih sesuai dan diterima remaja yang cenderung tidak suka digurui. Tabel 6. Distribusi responden berdasar pengaruh/peran teman sebaya PIK Remaja/mahasiswa adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRE (Generasi Berencana), yang dikelola dari, olah dan untuk remaja itu sendiri guna memberikan pelayanan informasi, dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, TRIAD KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA), keterampilan hidup, gender dan keterampilan advokasi dan KIE (BKKBN, 2012). Dengan adanya PIK-R di sekolah dapat membuat sekolah menjadi tempat siswa mendapat informasi/pengetahuan mengenai TRIAD KRR terutama seksualitas yang baik dan benar. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada 8 responden (7,7%) yang tidak mengetahui adanya PIK-R di sekolahnya, dan separuh responden yang (50%) yang memanfaatkan PIK-R dengan mencari informasi dan berkonsultasi/berdiskusi mengenai masalah kesehatan reproduksi. Hasil uji chi-square menunjukan bahwa ketersediaan pendidik sebaya tidak berhubungan dengan perilaku seksual pra-nikah berisiko (P value = Peran Teman sebaya F % Berpengaruh positif 50 48,1 Berpengaruh negatif 54 51,9 Jumlah 104 100 Hasil penelitian menunjukan hampir setengah responden mendapat pengaruh positif oleh teman sebaya, sebesar 48,1%. Hasil analisis bivariat menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan perilaku seks pra-nikah berisiko (P value = 0,561). Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, sehingga dapat Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015 dimengerti bahwa pengaruh temen-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 2010). Tetapi Maryatun (2013), dalam penelitiannya tentang peran teman sebaya terhadap perilaku seksual pra nikah pada remaja di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta menemukan adanya hubungan yang bermakna antara teman sebaya dengan perilaku seks pra nikah (P value = 0,001), dan dengan nilai OR 19,727 berarti remaja yang dipengaruhi teman sebaya berpeluang berperilaku seks pra-nikah 19,727 kali dibanding remaja yang tidak mendapat pengaruh teman sebaya. SKRRI (2007) dan SDKI KRR (2012) menyebutkan responden remaja lebih senang mendiskusikan/membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan teman sebayanya dibanding dengan guru atau orang tuanya. Kelompok teman sebaya memiliki fungsi sebagai sumber afeksi, simpati, pengertian, dan pengarahan moral, serta menjadi tempat melakukan perilaku coba-coba, tempat untuk meraih otonomi dan kebebasan dari orang tua (Papalia, Old, & Feldman, 2007). Teman sebaya juga berperan sebagai sumber informasi, pemahaman dalam memecahkan maslah yang dihadapi, dan sebagai tempat untuk mengekspresikan diri (Santrock, 2007). Dari beberapa survey dan studi diatas dapat menggambarkan bahwa kelompok teman sebaya merupakan keluarga kedua setelah keluarganya sendiri, mengingat keterbukaan, penerimaan, empati, dan saling menjaga rahasia dari perilaku-perilaku bermasalah. Karena persamaan tingkat perkembangan, dan pengalaman-pengalaman beinteraksi dengan orang-orang dewasa dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya, mendorong kualitas hubungan dalam kelompok teman sebaya menjadi semakin akrab, intim, dan bahkan semakin bebas. Hal inilah yang membawa remaja kearah perilaku kehidupan yang tidak sehat, terutama berkaitan dengan seks pra-nikah, narkoba, dan HIV/AIDS (BKKBN, 2010). 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan di anlisis, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri X Batanghari mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai perilaku seks pra-nikah, yaitu sebesar 76 %. Sebagian besar siswa kelas XI SMA X Batanghari memiliki sikap yang positif (baik) terhadap perilaku seks pra-nikah (60,6%). Dari hasil penelitian di dapatkan 31,7 % siswa kelas XI SMA Batanghari berperilaku seks pra-nikah beresiko dan 50 % responden mendapat pengaruh positif oleh teman sebayanya. 2. Belum semua siswa kelas XI SMA Negeri X Batanghari mengetahui adanya pendidik sebaya/PIK-R disekolahnya, ada 8% siswa yang belum mengetahui adanya PIK-R disekolah. Dan baru 50% siswa kelas XI SMA Negeri X Batanghari yang pernah memanfaatkan sarana PIKR untuk mendapatkan informasi dan berkonsultasi mengenai masalah kesehatan reproduksi. 3. Dari 5 variabel yang diteliti dan diuji statistik, didapatkan 2 variabel yaitu, variabel jenis kelamin dan variabel pengetahuan yang berhubungan secara signifikan dengan perilaku seks pra-nikah beresiko, selanjutnya variabel sikap, ketersediaan PIK-R, dan peran teman sebaya tidak ada hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual pra-nikah remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri X Batanghari. 5. Daftar Acuan 1. Azwar, Azrul. 2001. Kesehatan remaja : kebijakan, kendala, dan tantangan. Kongres Nasional VII Perkumpulan Perinatologi Indonesis dan Simposium Internasional, Semarang. 2. BKKBN. 2007. Remaja dan Seks Pra nikah (SPN). www. Bkkbn.go.id 3. BPS, BKKBN, Kemenkes RI, dan ICF International. 2013. Indonesia Demographic and Health Survey 2012 (SDKI 2012). Jakarta, Indonesia: BPS, BKKBN, Kemenkes RI and ICF International. 4. Bulqini, RM 2013. Perilaku Seksual Remaja dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya Pada Siswa SMA di Kota Tasikmalaya Tahun 2013. Tesis, Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 5. Crooks,R. & Baur,K. 2005. Our Sexuality.(9thed). California: Thomson Wadsworth. 6. Desmita, (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung, Remaja Rosdakarya. 7. Dewi, AP. 2012. Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya, dan Paparan Pornografi dengan Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Depok. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok 8. Dinkes Kab. Batanghari. 2013. Laporan Survey Pengetahuan Remaja Mengenai HIV/AIDS di Kabupaten Batanghari 2013. Muara Bulian, Batanghari. 9. Gunarsa. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta. Gunung Mulia. 10. Hurlock, E. 2010. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti dkk. Erlangga. Jakarta. Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015 11. Green W. Lawrence, et.al. 1980. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik. Alih Bahasa Zulhasmi Mamdy, Zarfiel Tafal, dan Sudarti Kresno. Jakarta: Proyek Pengembangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Trans of. Health Education Planning: A Diagnostic Approach. 12. Green, L. Kreuter, M 2005. Health Program Planing : An Educational and Ecological Approach. Fourth Edition. Rollin School of Public Health of Emory University. 13. Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 14. Maryatun, 2013. Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pra-nikah Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. Gaster Vol.10 No.1 Februari 2013. 15. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 16. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta Rieneka Cipta 17. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. 18. Papalia, DE,,Olds, S.W.,& Feldman, RD. 2007. Human Development (10th Ed.) Boston : McGrawHill International, Inc. 19. Rimawati, N. 2013. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Beresiko Remaja di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan Kelas XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. 20. Santrock, JW. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja (6th Ed). (trans bahasa : Dra. Shinto B.A & Sherly). Jakarta : Erlangga. 21. Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Agung Seto. 22. Suwarni,L. 2009. Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA di Kota Pontianak. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009. Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015