pengetahuan, sikap, dan peran teman sebaya terhadap perilaku

advertisement
 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP
PERILAKU SEKSUAL PRA-NIKAH PADA SISWA KELAS XI
DI SMA NEGERI X BATANGHARI 2014
Indra Gunawan1
Pendidkan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Kampus UI Depok 16424. Depok, Jawa Barat Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan peran teman sebaya terhadap perilaku seksual
pra-nikah remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri X Batanghari tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dengan menggunakan populasi sebagai sampel yaitu, 104. Hasil dari
penelitian ini menemukan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai kesehatan
reproduksi (76%), dan 60% responden mempunyai sikap positif terhadap perilaku seksual pra-nikah. Penelitian ini juga
menemukan sebagian responden (50%) mendapat pengaruh positif oleh teman sebayanya, serta didapatkan responden
yang berperilaku seksual pra-nikah sebesar 31,7%. Hasil uji chi-square mendapatkan variabel jenis kelamin dan
pengetahuan ada hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual pra-nikah pada siswa kelas XI SMA Negeri X
Batanghari dengan P Value = 0,033 pada variabel jenis kelamin terhadap perilaku seksual pra-nikah dan P value =
0,041 pada variabel pengetahuan terhadap perilaku seksual pra-nikah. Perlu perhatian yang serius dengan ditemukannya
tidak semua siswa kelas XI yang mengetahui adanya PIK-R di sekolah (8%), dan baru sebagian (50%) siswa yang
memanfaatkan sarana PIK-R untuk mendapat informasi dan konseling. Serta diperlukan upaya-upaya lain untuk
meningkatkan jangkauan kegiatan PIK-R agar bisa di manfaatkan secara maksimal oleh semua siswa di sekolah.
Kata kunci :
Perilaku seksual pra-nikah, peran teman sebaya remaja, PIK-R, siswa kelas XI, siswa SMA
Abstract
This study aims to determine the level of knowledge, attitude and role of peers toward premarital sexual behavior in
class XI student teen in SMA X Batanghari 2014. This study uses quantitative methods with cross-sectional approach
using a sample of the population, 104 . The results of this study found the majority of respondents have a good level of
knowledge about reproductive health (76%), and 60% of respondents have a positive attitude toward premarital sexual
behavior. The study also found the majority of respondents (50%) had a positive influence by peers, as well as
respondents obtained pre-marital sexual behavior of 31.7%. The results of chi-square test to get the variables gender and
knowledge was no significant association with pre-marital sexual behavior in class XI SMA X Batanghari with P Value
= 0,033 on gender variable against pre-marital sexual behavior and P value = 0.041 in variable knowledge of the premarital sexual behavior. Need serious attention with the discovery that not all students of class XI were aware of the
PIK-R in school (8%), and only partially (50%) of students who take advantage of the means PIK-R to get information
and counseling. As well as other necessary measures to increase the range of activities of PIK-R that can be utilized to
the maximum by all students in the school
Keywords: Pre-marital sexual behavior, the role of adolescent peers, PIK-R, a class XI student, high school students Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015
1. Pendahuluan
Remaja merupakan sumber daya manusia yang
menjadi tulang punggung penerus generasi di masa
yang akan datang. Kelompok usia remaja (10-19 tahun)
menempati seperlima dari jumlah penduduk dunia, dan
83% diantaranya hidup dinegara-negara berkembang
(WHO, 2010). Besarnya proporsi penduduk remaja
secara teoritis memiliki dua makna, pertama remaja
dapat menjadi modal sumber daya manusia apabila
dikelola dan dimanfaatkan secara tepat dan baik.
Kedua, apabila remaja tidak memiliki persyaratan
untuk menjadi modal sumber daya manusia, maka
remaja hanya akan menjadi beban pembangunan saja
(Laksmiwati, tanpa tahun).
Masa remaja sangat erat kaitannya dengan
perkembangan psikis yang dikenal sebagai pubertas
yang diiringi dengan perkembangan seksual dimulai.
Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan
terhadap perilaku berisiko, seperti melakukan
hubungan seksual sebelum nikah dan penyalahgunaan
narkoba yang membawa dampak kepada penularan
infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS (BKKBN,
2011). Diantara masalah-masalah yang terjadi pada
remaja, masalah perilaku seksual berisiko merupakan
masalah yang perlu mandapat prioritas utama, hal ini
karena mengingat pada fase remaja terjadi perubahan
hormonal yang menyebabkan timbulnya dorongan
seksual pada sebagian remaja. SKRRI yang dilakukan
BKKBN pada tahun 2002-2003 menyebutkan bahwa
remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah
berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19
tahun mencapai 34,7% untuk remaja perempuan dan
remaja laki-laki sebesar 30,9% (BKKBN, 2012).
SMAN X Batanghari merupakan sekolah yang pernah
mendapat prestasi PIK-R terbaik di tingkat kabupaten
maupun provinsi, tetapi diketahui adanya siswa yang
terpaksa drop-out dari dari sekolah yang diketahui
penyebabnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan
dan terpaksa menikah pada usia dini. Hal ini berarti
siswa-siswa di SMAN X Batanghari masih rentan
dengan perilaku seksual pra-nikah beserta dampaknya.
Belum diketahuinya gambaran pengetahuan , sikap
siswa mengenai perilaku seksual pra-nikah pada siswa
SMAN X Batanghari, mendorong dilakukannya
peneliian ini.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
kuantitatif dengan menerapkan pendekatan Cross-
sectional, yang mengukur variabel dependen dan
variabel independen secara bersamaan. Penelitian ini
membatasi kajian penelitian pada variabel-variabel
demografi, pengetahuan, sikap serta peran teman
sebaya yang terkait dengan ketersediaan pendidik
sebaya/PIK-R disekolah dan perilaku seksual pra-nikah
remaja.
3.
Hasil dan Pembahasan
Sekolah Menengah Atas Negeri X Batanghari terletak
di Ibukota Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari Provinsi Jambi. Tepatnya berada di RT. 08
Kelurahan Jembatan Mas sekitar 500 meter dari jalan
lintas Jambi – Muara Bulian Km. 36. SMA Negeri X
Batanghari mulai berdiri tahun 2003. Angkatan
pertama siswa SMA Negeri X Batanghari mulai Tahun
Ajaran 2003 / 2004. Jumlah peserta didik SMA Negeri
X Batanghari pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah
359 siswa/i dengan jumlah siswa laki-laki 104 orang
dan siswi perempuan berjumlah 255 orang.
Tabel 1. Distribusi responden berdasar
Perilaku seks pra-nikah
Perilaku Seks
Frekuensi
%
Berisiko
33
31,7
Tidak Berisiko
71
68,3
Jumlah
104
100
Pra-nikah
Hasil uji univariat menemukan ada 31,7% siswa kelas
XI SMA Negeri X Batanghari berperilaku seks pranikah berisiko. Dimana perilaku meraba bagian tubuh
(punggung, leher, paha, payudara, dsb) sebesar 15,4%,
meraba alat kelamin 7,7%, berciuman 29,8%, dan
petting sebesar 4,8%. Adapun responden yang telah
melakukan hubungan seksual baik seks oral, seks anal,
maupun seks vaginal sebesar 3,8%. Umur responden
pertama kali melakukan hubungan seksual adalah 16
tahun.
Pada masa remaja terjadi proses pubertas, yang dimana
individu mulai merasakan dengan jelas meningkatnya
dorongan seksual. Dorongan seksual yang muncul bisa
dalam bentuk tertarik kepada lawan jenis sampai
keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja ini
dipengaruhi mulai berfungsinya hormone-hormon
seksual yaitu testoteron pada laki-laki, dan
progesterone pada perempuan. Faktor lain adalah
dorongan rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba
Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015
segala hal yang hanya
pengalaman mereka sendiri.
dapat
dipuaskan
oleh
Tabel 2. Distribusi Responden berdasar
jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Tabel 3. Distribusi responden berdasar
Tingkat pengetahuan
Pengetahuan mengenai
Frekuensi
seks pra-nikah
%
N = 104
Persentase
laki-laki
27
26
Perempuan
77
74
Jumlah
104
100
Tabel diatas menunjukan sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 74%. Namun bila
dilihat dari proporsi perilaku seks pra-nikah berisiko
proporsi responden laki-laki lebih tinggi (48,1%) dari
proporsi responden berjenis kelamin perempuan
(20,6%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai P = 0,033,
maka dapat disimpulkan jenis kelamin ada hubungan
yang signifikan dengan perilaku seksual pra-nikah.
Nilai OR = 2, 646 dapat disimpulkan responden yang
berjenis kelamin laki-laki 2,646 kali cenderung
berperilaku seks pra-nikah berisiko dibanding
responden perempuan.
Sebagian besar penelitian menemukan bahwa jumlah
remaja laki-laki yang pernah melakukan hubungan
seksual dan secara seksual aktif lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah remaja perempuan.
Dibandingkan remaja perempuan, remaja laki-laki juga
lebih cenderung menyatakan hubungan seksual pranikah mereka sebagai pengalaman yang menyenangkan
(Santrock, 2007).
Penelitian ini sejalan dengan SDKI KRR 2012 yang
menyebutkan bahwa secara umum sangat sedikit
responden remaja perempuan yang menyatakan pernah
berhubungan seksual (kurang dari 1 %), sedangkan
remaja laki-laki lebih banyak. Rimawati (2013) dalam
penelitiannya menyebutkan jenis kelamin secara
konsisten berhubungan dengan niat untuk berperilaku
seksual dan penggunaan alat kontrasepsi, persepsi
mengenai aktifitas seksual kelompok sebaya, dan
tekanan kelompok teman sebaya. Selain itu, remaja
laki-laki cenderung melakukan hubungan seksual
sebelum menyelesaikan sekolah menengah atas atau
sebelum menikah dibanding remaja prempuan (Nahom,
Deborah et al, 2001).
Pengetahuan Rendah
25
24,0
Pengetahuan Tinggi
79
76,0
Berdasarkan tabel 3 diatas, responden yang memiliki
pengetahuan baik mengenai seks pra-nikah sebesar
76%, yang memiliki pengetahuan rendah sebesar 24%.
Hasil bivariat menemukan ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seks
pra-nikah dengan P value = 0,041 dan nilai OR (95%CI) = 2,549. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah
2,549 kali ada kecendrungan untuk berperilaku seksual
pra-nikah berisiko. Berarti orang yang mempunyai
tingkat pengetahuan mengenai perilaku seks pra-nikah
dapat mengurangi/mencegah dirinya untuk berperilaku
seksual pra-nikah berisiko.
Green (1980) menyatakan bahwa peningkatan
pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan
perilaku, tetapi ditambahkan oleh Notoatmodjo (2007)
yang menyebutkan, pengetahuan seseorang akan
meningkat bila mendapat informasi yang jelas, terarah,
dan bertanggung jawab. Dengan adanya perubahan dan
peningkatan
pengetahuan
akan
menimbulkan
kesadaran, pemahaman, dan akhirnya berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Tabel 4. Distribusi responden berdasar sikap
mengenai perilaku seks pra-nikah
Sikap Terhadap
Seks Pra-nikah
Frekuensi
%
N = 104
Sikap Positif
63
60,6
Sikap Negatif
41
39,4
Pada penelitian ini di temukan 63 responden (60,6%)
yang memiliki sikap positif terhadap perilaku seksual
pra-nikah, yang artinya bisa disimpulkan 63 %
responden setuju/mendukung perilaku seks pra-nikah.
Tetapi hasil uji analisis mendapatkan P value = 0,997
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
sikap dengan perilaku seks pra-nikah.
Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015
Secara teori seringkali diungkapkan bahwa sikap
merupakan predisposisi (penentu) yang memunculkan
adanya perilaku yang sesuai dengan sikapnya. Kalau
apa yang dipersepsikan tersebut bersifat positif, maka
seseorang cenderung berperilaku sesuai persepsinya,
karena dia merasa setuju dengan apa yang
diketahuinya. Dan sebaliknya kalau seseorang tidak
setuju dengan sesuatu dan mempersepsikannya negatif,
maka ia cenderung menghindari atau tidak
melakukannya. Namun seringkali dalam kehidupan
realitas, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
perilaku seseorang, misalnya lingkungan sosial, situasi
atau kesempatan (Dariyo, 2004).
Allport (1950) dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan
sikap
memiliki
tiga
komponen,
yaitu
kepercayaan/keyakinan, kehidupan emosional, dan
kecendrungan untuk bertindak. Sehingga sikap
merupakan faktor penting dalam berperilaku termasuk
perilaku seksual bersiko. Meskipun demikian, sikap
dapat dipelajari oleh seseorang atau dapat dibentuk
(Aiken, 1970 dalam Buqini, 2013).
Tabel 5. Distribusi responden berdasar variabel
ketersediaan PIK-R
Uraian
Ada
Tidak
F
%
F
%
Ketersediaan PIK-R
96
92,3
8
7,7
Pemanfaatan PIK-R
52
50
52
50
0,065). Dilihat dari proporsi responden yang
menyatakan tidak ada pendidik sebaya/PIK-R yang
berperilaku seksual berisiko sebesar 62,5% lebih tinggi
dibanding
dengan
proporsi
responden
yang
menyatakan ada pendidik sebaya di sekolah (29,2%).
Tetapi dengan nilai OR (95% CI) = 4,048 (0,90518,095) menunjukan responden yang menyatakan tidak
ada pendidik sebaya/PIK-R akan 4,048 kali cenderung
berperilaku seksual pra-nikah berisiko.
Dari data SKRRI (2007), menunjukan kecendrungan
remaja memperolah informasi mengenai kesehatan
reproduksi melalui teman sebayanya, dimana 44,3%
remaja perempuan dan 46,9% remaja laki-laki
menjadikan teman sebayanya sebagai sumber
informasi mengenai perubahan fisik saat memasuki
masa pubertas. Selain itu SDKI-KRR (2012),
menyebutkan sebesar 60% remaja perempuan dan 59%
remaja laki-laki lebih suka membicarakan masalah
kesehatan reproduksi dengan temannya dibanding
dengan guru atau orang tuanya. Apabila pengetahuan
dan sikap teman sebayanya mengenai kesehatan
reproduksi positif maka informasi yang disampaikan
temannya akan memberikan dampak positif pula,
demikian juga sebaliknya.
Pendidik sebaya/PIK-R merupakan metode pemberian
informasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi
remaja dengan pendekatan teman sebaya yang
diharapkan efektif untuk mengembangkan karakter
remaja
dan
mempersiapkan
remaja
menuju
kedewasaan, karena lebih sesuai dan diterima remaja
yang cenderung tidak suka digurui.
Tabel 6. Distribusi responden berdasar
pengaruh/peran teman sebaya
PIK Remaja/mahasiswa adalah salah satu wadah yang
dikembangkan dalam program GenRE (Generasi
Berencana), yang dikelola dari, olah dan untuk remaja
itu sendiri guna memberikan pelayanan informasi, dan
konseling tentang pendewasaan usia perkawinan,
delapan fungsi keluarga, TRIAD KRR (Seksualitas,
HIV/AIDS, dan NAPZA), keterampilan hidup, gender
dan keterampilan advokasi dan KIE (BKKBN, 2012).
Dengan adanya PIK-R di sekolah dapat membuat
sekolah
menjadi
tempat
siswa
mendapat
informasi/pengetahuan mengenai TRIAD KRR
terutama seksualitas yang baik dan benar.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada 8 responden
(7,7%) yang tidak mengetahui adanya PIK-R di
sekolahnya, dan separuh responden yang (50%) yang
memanfaatkan PIK-R dengan mencari informasi dan
berkonsultasi/berdiskusi mengenai masalah kesehatan
reproduksi. Hasil uji chi-square menunjukan bahwa
ketersediaan pendidik sebaya tidak berhubungan
dengan perilaku seksual pra-nikah berisiko (P value =
Peran Teman sebaya
F
%
Berpengaruh positif
50
48,1
Berpengaruh negatif
54
51,9
Jumlah
104
100
Hasil penelitian menunjukan hampir setengah
responden mendapat pengaruh positif oleh teman
sebaya, sebesar 48,1%. Hasil analisis bivariat
menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara
peran teman sebaya dengan perilaku seks pra-nikah
berisiko (P value = 0,561).
Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama
teman-teman sebaya sebagai kelompok, sehingga dapat
Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015
dimengerti bahwa pengaruh temen-teman sebaya pada
sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku
lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock,
2010).
Tetapi Maryatun (2013), dalam penelitiannya tentang
peran teman sebaya terhadap perilaku seksual pra
nikah pada remaja di SMA Muhammadiyah 3
Surakarta menemukan adanya hubungan yang
bermakna antara teman sebaya dengan perilaku seks
pra nikah (P value = 0,001), dan dengan nilai OR
19,727 berarti remaja yang dipengaruhi teman sebaya
berpeluang berperilaku seks pra-nikah 19,727 kali
dibanding remaja yang tidak mendapat pengaruh teman
sebaya. SKRRI (2007) dan SDKI KRR (2012)
menyebutkan responden remaja lebih senang
mendiskusikan/membicarakan masalah kesehatan
reproduksi dengan teman sebayanya dibanding dengan
guru atau orang tuanya. Kelompok teman sebaya
memiliki fungsi sebagai sumber afeksi, simpati,
pengertian, dan pengarahan moral, serta menjadi
tempat melakukan perilaku coba-coba, tempat untuk
meraih otonomi dan kebebasan dari orang tua (Papalia,
Old, & Feldman, 2007). Teman sebaya juga berperan
sebagai sumber informasi, pemahaman dalam
memecahkan maslah yang dihadapi, dan sebagai
tempat untuk mengekspresikan diri (Santrock, 2007).
Dari beberapa survey dan studi diatas dapat
menggambarkan bahwa kelompok teman sebaya
merupakan keluarga kedua setelah keluarganya sendiri,
mengingat keterbukaan, penerimaan, empati, dan
saling menjaga rahasia dari perilaku-perilaku
bermasalah. Karena persamaan tingkat perkembangan,
dan pengalaman-pengalaman beinteraksi dengan
orang-orang dewasa dilingkungan keluarga, sekolah,
dan lingkungan masyarakat sekitarnya, mendorong
kualitas hubungan dalam kelompok teman sebaya
menjadi semakin akrab, intim, dan bahkan semakin
bebas. Hal inilah yang membawa remaja kearah
perilaku kehidupan yang tidak sehat, terutama
berkaitan dengan seks pra-nikah, narkoba, dan
HIV/AIDS (BKKBN, 2010).
4.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
di anlisis, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri X
Batanghari mempunyai tingkat pengetahuan yang
baik mengenai perilaku seks pra-nikah, yaitu
sebesar 76 %. Sebagian besar siswa kelas XI SMA
X Batanghari memiliki sikap yang positif (baik)
terhadap perilaku seks pra-nikah (60,6%). Dari
hasil penelitian di dapatkan 31,7 % siswa kelas XI
SMA Batanghari berperilaku seks pra-nikah
beresiko dan 50 % responden mendapat pengaruh
positif oleh teman sebayanya.
2. Belum semua siswa kelas XI SMA Negeri X
Batanghari
mengetahui
adanya
pendidik
sebaya/PIK-R disekolahnya, ada 8% siswa yang
belum mengetahui adanya PIK-R disekolah. Dan
baru 50% siswa kelas XI SMA Negeri X
Batanghari yang pernah memanfaatkan sarana PIKR untuk mendapatkan informasi dan berkonsultasi
mengenai masalah kesehatan reproduksi.
3. Dari 5 variabel yang diteliti dan diuji statistik,
didapatkan 2 variabel yaitu, variabel jenis kelamin
dan variabel pengetahuan yang berhubungan secara
signifikan dengan perilaku seks pra-nikah beresiko,
selanjutnya variabel sikap, ketersediaan PIK-R, dan
peran teman sebaya tidak ada hubungan yang
bermakna dengan perilaku seksual pra-nikah remaja
pada siswa kelas XI di SMA Negeri X Batanghari.
5.
Daftar Acuan
1. Azwar, Azrul. 2001. Kesehatan remaja : kebijakan,
kendala, dan tantangan. Kongres Nasional VII
Perkumpulan
Perinatologi
Indonesis
dan
Simposium Internasional, Semarang.
2. BKKBN. 2007. Remaja dan Seks Pra nikah (SPN).
www. Bkkbn.go.id
3. BPS, BKKBN, Kemenkes RI, dan ICF
International. 2013. Indonesia Demographic and
Health Survey 2012 (SDKI 2012). Jakarta,
Indonesia: BPS, BKKBN, Kemenkes RI and ICF
International.
4. Bulqini, RM 2013. Perilaku Seksual Remaja dan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya Pada Siswa
SMA di Kota Tasikmalaya Tahun 2013. Tesis,
Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
5. Crooks,R. & Baur,K. 2005. Our Sexuality.(9thed).
California: Thomson Wadsworth.
6. Desmita, (2008). Psikologi Perkembangan.
Bandung, Remaja Rosdakarya.
7. Dewi, AP. 2012. Hubungan Karakteristik Remaja,
Peran Teman Sebaya, dan Paparan Pornografi
dengan Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan
Pasir Gunung Selatan, Depok. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Depok
8. Dinkes Kab. Batanghari. 2013. Laporan Survey
Pengetahuan Remaja Mengenai HIV/AIDS di
Kabupaten Batanghari 2013. Muara Bulian,
Batanghari.
9. Gunarsa. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta. Gunung Mulia.
10. Hurlock, E. 2010. Psikologi Perkembangan : Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih
Bahasa Istiwidayanti dkk. Erlangga. Jakarta.
Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015
11. Green W. Lawrence, et.al. 1980. Perencanaan
Pendidikan
Kesehatan
Sebuah
Pendekatan
Diagnostik. Alih Bahasa Zulhasmi Mamdy, Zarfiel
Tafal, dan Sudarti Kresno. Jakarta: Proyek
Pengembangan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Trans
of. Health Education Planning: A Diagnostic
Approach.
12. Green, L. Kreuter, M 2005. Health Program
Planing : An Educational and Ecological
Approach. Fourth Edition. Rollin School of Public
Health of Emory University.
13. Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
14. Maryatun, 2013. Peran Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seksual Pra-nikah Pada Remaja di SMA
Muhammadiyah 3 Surakarta. Gaster Vol.10 No.1
Februari 2013.
15. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
16. Notoatmodjo,
Soekidjo.
2007.
Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta Rieneka Cipta
17. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
18. Papalia, DE,,Olds, S.W.,& Feldman, RD. 2007.
Human Development (10th Ed.) Boston : McGrawHill International, Inc.
19. Rimawati,
N.
2013.
Faktor-faktor
Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Beresiko
Remaja di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri
Kelas X dan Kelas XI di Kota Bengkulu Tahun
2013. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok.
20. Santrock, JW. 2003. Adolescence : Perkembangan
Remaja (6th Ed). (trans bahasa : Dra. Shinto B.A &
Sherly). Jakarta : Erlangga.
21. Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja
dan Permasalahannya. Jakarta : Agung Seto.
22. Suwarni,L. 2009. Monitoring Parental dan
Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual
Remaja SMA di Kota Pontianak. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009.
Pengetahuan Sikap..., Indra Gunawan, FKM UI, 2015
Download