BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein yang mudah dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, serta mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap serta dalam jumlah yang seimbang merupakan protein yang bernilai gizi tinggi. Nilai gizi protein dapat diartikan sebagai kemampuan suatu protein untuk dapat dimanfaatkan oleh tubuh sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein tubuh (Muchtadi, 2010). Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi serta cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek (Budiyanto, 2004). Susu kedelai merupakan cairan hasil ektraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas. Teknologi pembuatan susu kedelai sangat sederhana, peralatan yang digunakan mudah diperoleh. Susu kedelai dimasa depan akan menjadi semakin penting, hal ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimilikinya, yaitu tidak mengandung laktosa, proteinnya tidak menimbulkan alergi, rendah lemak, bebas kolestrol, bergizi tinggi, biaya produksi relatif murah. Susu kedelai banyak bermanfaat untuk bayi dan anak-anak yang alergi terhadap susu sapi serta susu kedelai dapat menyegarkan dan menyehatkan tubuh (Hartoyo, 2005). 1 Sesuai atau tidaknya kandungan protein yang terkandung pada susu kedelai yang beredar di Indonesia dilihat berdasarkan persyaratan yang ada pada Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-3830-1995. Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Protein Pada Susu Kedelai Bermerek dan Susu Kedelai Tidak Bermerek Dengan Metode Kjeldahl”. 1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan Untuk mengetahui kadar protein dalam susu kedelai bermerek dan susu kedelai tidak bermerek dengan metode Kjeldahl. 1.2.2 Manfaat Untuk memberikan informasi tentang kadar protein dalam susu kedelai bermerek dan susu kedelai tidak bermerek. 2