BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasar pada hasil penelitian dan analisis data mengenai struktural, keterjalinan unsur-unsur, nilai pendidikan, dan relevansi dalam kumpulan cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata dengan materi pembelajaran bahasa Jawa di SMA, maka dapat di simpulan sebagai berikut. 1. Analisis Unsur-unsur Pembangun Cerkak Lelakone Si lan Man Karya Suparto Brata Empat cerkak dalam kumpulan cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata memiliki unsur pembangun yang lengkap. Unsur pembangun karya sastra yang menjadi kajian meliputi: penokohan, alur, latar, sudut pandang, amanat, dan tema. Berikut temuan yang diperoleh dari analisis struktur/unsur pembangun dalam cerkak: a. Penokohan Pengelompokan tokoh yang terdapat dalam empat cerkak dari kumpulan cerkak bertajuk Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata, yaitu: (1) Tokoh protagonis; (2) Tokoh antagonis; (3) Tokoh tritagonis. Tokoh protagonis antara lain: pada cerkak 1 Nyadran ada 1 tokoh protagonis, yaitu ‘Aku’. Pada cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan ada 2 tokoh, yaitu ‘Aku’ dan ‘Henky’. Pada cerkak 3 Janjian Karo Peri ada 1 tokoh, yaitu ‘Jasmana’. Pada cerkak 4 Wong Wadon 01 ada 1 tokoh, yaitu ‘Darnini’. Tokoh antagonis meliputi: pada cerkak 1 Nyadran terdapat 1 tokoh yaitu 'Kuntarti', pada cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan terdapat 1 tokoh, yaitu ‘Tamrin’, pada cerkak 3 Janjian Karo Peri yaitu 'Aku', pada cerkak 4 Wong Wadon 01 ada 1 tokoh, yaitu ‘Sentanu’. Tokoh tritagonis meliputi: pada cerkak 1 Nyadran terdapat 1 tokoh yaitu 'Pak Rakhman', pada cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan terdapat 2 tokoh, yaitu ‘Siregar dan istri tokoh 'Aku’, pada cerkak 3 Janjian Karo Peri yaitu keempat saudaranya 'Jasmana', pada cerkak 4 Wong Wadon 01 ada 1 tokoh, yaitu ‘Sitipeni’. 173 174 b. Alur Analisis alur yang terdapat dalam keempat cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata, yaitu terdapat tahapan alur pengenalan situasi cerita (exposition), pengungkapan peristiwa (complication), menuju pada adanya konflik (rising action), puncak konflik (turning point), dan penyelesaian (ending). Hasil analisis alur keempat cerkak adalah sebagai berikut: (1) alur pada cerkak 1 Nyadran menggunakan alur campuran karena tahap penyelesaian (ending) terdapat pada pertengahan cerita dan pada akhirnya cerita; (2) alur yang terdapat dalam cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan tergolong dalam alur maju/progresi karena cerita runtut mulai pengenalan sampai kepada penyelesaian dan tanpa flashback; (3) alur yang digunakan dalam cerkak 3 Janjian Karo Peri, yaitu alur maju/ progresi, Paragraf awal hingga akhir peristiwa-peristiwa yang dituliskan runtut; (4) alur yang digunakan pada cerkak 4 Wong Wadon 01 juga menggunakan alur maju. Dikarenakan paragraf awal hingga akhir runtut, diawali sebab-akibat dan penyelesainnya. Analisis dari keempat cerkak di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa alur yang digunakan dalam keempat cerkak tersebut sebagian besar adalah alur maju/lurus/progresif, kecuali pada cerkak 1 Nyadran yang menggunakan alur campuran. c. Setting/Latar Analisis latar yang terdapat dalam keempat cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata adalah unsur latar terdapat tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat keempat cerkak tersebut bervariasi. Cerkak dengan 7 latar tempat terdapat pada cerkak 1 dan cerkak dengan 3 latar tempat terdapat pada cerkak 2, cerkak 3 dan cerkak 4. Sebagian besar latar terjadi di rumah tokoh protagonis, hanya saja pada cerkak 1 tidak terdapat latar rumah. Latar waktu dari keempat cerkak tersebut rata-rata terjadi pada waktu pagi hingga malam hari. Selanjutnya, pada cerkak 1 terdapat latar waktu yang menunjukkan bulan dan tahun, yaitu bulan Ruwah tahun 1893 Jawa atau 1962 Masehi dan bulan Ruwah tahun 1896 Jawa atau 1964 Masehi. Latar sosial yang membelakangi 175 keempat cerkak menjelaskan adat istiadat Jawa dan kehidupan masyarakat sekarang. Masyarakat yang tinggal di taun 1900-an dan masyarakat yang tinggal di taun 2000-an serta tingkat perekonomian menengah ke bawah dan menengah ke atas. Pekerjaan yang dilakukan dengan para pekerja di pelabuhan, kehidupan pejabat maupun bukan pejabat yang melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). d. Sudut Pandang atau Point of View Analisis sudut pandang atau point of view, yaitu pada cerkak 1 Nyadran adalah orang pertama, pelaku utama (teknik akuan) yaitu pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelaku utama tokoh protagonis sebagai “aku”, teknik ini disebut teknik akuan. Teknik akuan juga dipakai pada cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan. Pada cerkak 3 Janjian Karo Peri, yaitu penggunaan nama untuk menceritakan tokoh protagonis, yaitu dengan nama tokoh “Jasmana”, sedangkan pada tokoh antagonis pengarang menyebutkan dengan “aku”. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang menggunakan teknik akuan yang merupakan pengarang sebagai orang pertama. Terakhir, sudut pandang/point of view pada cerkak 4 Wong Wadon 01 menunjukkan bahwa pengarang sebagai orang ketiga. Tokoh protagonis “Darnini” dengan nama dan menyebutkan ayah “Darnini” dengan “dia”, serta pengarang menunjukkan seolah-olah tahu seluk beluk cerita dan tokoh-tokohnya, hal ini menunjukkan bahwa sudut pandang/point of view pada cerkak 4 Wong Wadon 01 adalah teknik omniscient narrative, pengarang serba tahu dan memasuki berbagai peran secara bebas. Kesimpulan dari data di atas menerangkan bahwa penggunaan jenis sudut pandang yang terdapat dalam keempat cerkak tersebut. Dari tiga jenis sudut pandang, jenis sudut pandang yang digunakan pada keempat cerkak tersebut adalah sudut pandang pengarang sebagai orang pertama atau teknik akuan terdapat pada tiga cerkak pertama dan pengarang serba tahu atau teknik omniscient narrative terdapat cerkak terakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa cerkak yang dianalisis/dijadikan objek pada penelitian ini, pengarang 176 lebih sering dalam menggunakan sudut pandang pengarang sebagai orang pertama daripada pengarang serba tahu. e. Amanat Amanat/pesan yang terkandung dalam keempat cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata ini adalah sebagai berikut: pada cerkak 1 Nyadran, yaitu: (1) kebudayaan yang dipegang teguh seseorang dan dilaksanakannya dengan ikhlas, akan selalu menimbulkan efek positif dan; (2) lawan batu dengan air, artinya lawanlah emosi dengan kesabaran dan mengalah, karena mengalah sebenarnya berarti menang. Pada cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan adalah jika kita sudah berusaha secara maksimal tetapi hasilnya tidak sesuai harapan maka yang harus dilakukan adalah dengan sabar dan pasrah kepada yang Kuasa. Pada cerkak 3 Janjian Karo Peri, yaitu menjalani hidup memang tidak mudah, apa pun yang terjadi memang harus diterima dengan ikhlas dan tabah. Pada cerkak 4 Wong Wadon 01, yaitu (1) jangan budayakan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan bermasyarakat karena akan sangat merugikan kehidupan sosial dan (2) hargailah kaum perempuan sebagaimana kaum laki-laki, jangan membeda-bedakan status dan derajat di antara keduanya dalam kehidupan sosial. Dapat disimpulan bahwa amanat yang terkandung dalam keempat cerkak tersebut dapat dipetik dari perilaku tokoh dan jalan cerita yang menunjukkan antara sifat baik dan buruk. Amanat yang dapat dipetik juga menunjukkan akibat dari perbuatan buruk tokoh dalam cerita. Pembaca dapat menarik pesan positif dan mengesampingkan faktor negatif dari cerkak. f. Tema Tema dari cerkak 1 Nyadran yaitu sebuah jalan takdir yang tidak disangka-sangka telah mempersatukan dua manusia dalam ikatan keluarga. Tema cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan adalah usaha seseorang dalam mencari rejeki dapat diperoleh dari jalan mana saja. Ada yang diperoleh dari jalan yang benar dan halal, ada juga yang memperolehnya dari jalan yang salah dan tentunya hasilnya haram. Tema cerkak 3 Janjian Karo Peri adalah 177 meminta kekayaan dengan cara memuja setan akan berakhir buruk. Tema cerkak 4 Wong Wadon 01 adalah pergaulan bebas, budaya KKN, aborsi, dan hak asasi wanita. Dapat disimpulkan bahwa tema keempat cerkak, adalah hal-hal yang sering terjadi di kehidupan bermasyarakat. 2. Keterjalinan Antarunsur Pembangun Keempat Cerkak dalam Cerkak Lelakone Si lan Man Karya Suparto Brata Keterjalinan unsur-unsur keempat cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata dapat diketahui melalui kesesuaian antara keterjalinan unsur penokohan dengan alur dari keempat cerkak dalam cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata ditunjukkan oleh tokoh protagonis dan antagonis keempat cerkak tersebut, keterjalinan unsur penokohan dengan tema, alur dengan tema, alur dengan latar, dan penokohan dengan dialog. Keterjalinan antara unsur alur dengan tema dalam cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata dalam keempat cerkak yang dianalisis berkaitan semua dengan kebiasaan buruk masyarakat di Indonesia. Keempat cerkak yang dianalisis memiliki alur yang berhubungan dengan latar/setting cerita. Dalam garis besar, pada suatu tahapan alur cerita, memiliki kemungkinan besar terdapat suatu latar yang mendasari peristiwa yang terjadi dalam cerita. Antarunsur pembangun memiliki keterjalinan yang kemudian menjadikan suatu cerita yang utuh dan padu. 3. Nilai-nilai Pendidikan Empat Cerkak dalam Cerkak Lelakone Si lan Man Karya Suparto Brata Nilai-nilai pendidikan empat cerkak dalam cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata ada empat nilai, yaitu nilai religius, nilai moral, nilai sosial, dan nilai budaya. Nilai religius yang baik terdapat pada cerkak 1 Nyadran dan cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan. Pada cerkak 1 Nyadran, nilai religi ditunjukkan oleh tokoh protagonis dan tokoh antagonis yang melakukan nyadran/ziarah makam leluhur, yang biasa dilakukan masyarakat di Indonesia, terutama etnis Jawa Islam, pasti selalu diiringi dengan doa-doa yang dipanjatkan dengan bahasa Arab. Pada cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan ditunjukkan oleh tokoh ‘Aku’ yang mempunyai istri yang baik dan saleh, yang menuntunnya untuk sabar, berdoa, dan menyerahkan semua perkaranya kepada 178 Tuhan. Kemudian, nilai religius yang buruk dan tidak patut dijadikan contoh ditunjukkan pada cerkak 3 Janjian Karo Peri dan cerkak 4 Wong Wadon 01. Pada cerkak 3 Janjian Karo Peri, nilai religi ditunjukkan oleh tokoh protagonis yang menyekutukan Tuhan dengan makhluk lain yang dalam agama itu dilarang. Pada cerkak 4 Wong Wadon 01, nilai religius ditunjukkan oleh ‘Darnini’ yang melakukan hubungan di luar nikah/zina dengan ‘Saleh’ yang dalam agama sangat dilarang. Nilai moral yang dapat dipetik dari keempat cerkak dalam cerkak Lelakone Si lan Man juga terdiri dari nilai moral yang baik dan yang buruk. Keempat cerkak tersebut semuanya mengemban nilai moral yang baik, antara lain: (1) mengalah saat keadaan sedang memanas/perang emosi agar menyelesaikan masalah dengan kepala dingin; (2) mengingatkan orang lain agar pasrah kepada Tuhan apabila usaha sudah tidak ada hasilnya; (3) selamatkan orang yang akan mengakhiri hidupnya meskipun hujan deras, harus tetap diselamatkan; dan (4) perjuangkan hak asasi perempuan. Akan tetapi, pada cerkak 3 Janjian Karo Peri dan cerkak 4 Wong Wadon 01 selain mengemban nilai moral yang baik, juga mengemban nilai moral yang buruk. Nilai moral buruk tersebut, yaitu ‘Jasmana’ (JKP) yang dendam kepada saudaranya sendiri dan ‘Darnini’ (WW01) yang hamil di luar nikah. Nilai sosial keempat cerkak di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai sosial keempat cerkak terdapat nilai sosial yang baik dan benar, juga ada yang buruk. Nilai sosial yang baik tersebut terdapat pada cerkak 1 Nyadran, cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan, dan cerkak 3 Janjian Karo Peri, yaitu: (1) tidak memandang saudara atau bukan, apabila ada teman atau tetangga yang meninggal, kita harus selalu membantunya; (2) apabila menemukan orang yang meminta bantuan kepada kita, asalkan kita masih mampu, kita wajib membantunya; (3) tak peduli hujan deras, tak peduli malam hari, kalau kita tahu teman kita berencana bunuh diri, kita wajib menghentikannya. Nilai sosial yang buruk terdapat pada cerkak 4 Wong Wadon 01, yaitu memanfaatkan pangkat sosial dan memanfaatkan kehidupan sosial masyarakatnya untuk memperoleh kepentingan pribadi. Nilai budaya yang baik ditunjukkan pada cerkak 1 Nyadran yang menjunjung tinggi tradisi ziarah atau mengunjungi 179 makam leluhur. Sedangkan, nilai budaya yang buruk ditunjukkan pada cerkak 2 Dibayangi Tali Gantungan, cerkak 3 Janjian Karo Peri, dan cerkak 4 Wong Wadon 01 yang membudayakan suap, KKN, musyrik, aborsi, dan pelanggaran hak asasi wanita. 4. Relevansi Empat Cerkak dalam Cerkak Lelakone Si lan Man Karya Suparto Brata dengan Materi Pembelajaran Cerkak di SMA Pembelajaran bahasa Jawa di SMA yang dijabarkan dalam silabus mulok Bahasa Jawa KD yang telah dijelaskan sebelumnya, relevan dengan empat cerkak dalam cerkak Lelakone Si lan Man Karya Suparto Brata dengan materi pembelajaran cerkak di SMA. Karena melalui pendapat ahli dan hasil wawancara dengan narasumber terkait relevan atau tidaknya cerkak yang diteliti bila dijadikan bahan/materi pembelajaran di SMA. Sesuai dengan urian di atas peneliti menyimpulkan kalau kumpulan cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata relevan dengan materi (cerkak) pembelajaran bahasa Jawa di SMA. Artinya objek tersebut layak dijadikan bahan/materi pembelajaran (cerkak) untuk menunjang KD pada pembelajaran bahasa Jawa di SMA. B. Implikasi Penelitian bertajuk “Analisis Struktural dan Nilai Pendidikan Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata serta Relevansinya dengan Materi Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas (SMA)” ini memiliki implikasi dalam tiga aspek: teoretis, praktis, dan pedagogis. Secara teoretis, kumpulan cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata memiliki unsur pembangun yang lengkap dan jelas. Struktur pembangun naskah tersebut meliputi penokohan, alur, latar/setting, sudut pandang, amanat, dan tema yang terdapat di dalamnya memiliki keterkaitan yang kuat. Pendekatan struktural yang dilakukan penulis bertujuan untuk mendapatkan secara detail informasi dan agar unsur pembangun tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai informasi dalam naskah. Selain analisis struktur, dikaji juga nilai pendidikan dalam kumpulan cerkak Lelakone Si lan Man” karya Suparto Brata yang nantinya dapat dijadikan acuan untuk mengimplementasikan nilai-nilai 180 tersebut dalam keseharian pembaca. Bagi pembaca cerkak ini dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang diceritakan di dalamnya. Secara ringkas simpulan yang dapat diambil dari keempat cerkak ini adalah budaya orang Indonesia masih sangat mempengaruhi gaya pengkisahan suatu karya sastra, hal tersebut dipengaruhi oleh wawasan lingkungan sosial pengarang yang sarat akan pengkarakteran kehidupan sosial di Indonesia baik yang positif atau negatif. Analisis dan temuan yang dilakukan penulis tentunya berdasar pada teori yang sesuai dengan bidang kajian, agar hasil yang diperoleh memiliki kualitas yang baik, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara praktis, kumpulan cerkak “ Lelakone Si lan Man” dapat dijadikan koleksi cerkak atau bisa digunakan sebagai literasi berbahasa Jawa yang sekarang jarang ditemukan dan jarang yang menciptakan karya sastra berbahasa Jawa untuk anak-anak, remaja, maupun umum/dewasa. Secara pedagogis, kumpulan cerkak “ Lelakone Si lan Man” dapat dijadikan sebagai alternatif materi pembelajaran cerkak. Pada kurikulum Sekolah Menengah SMA kelas X terdapat kompetensi dasar yang membahas mengenai cerkak. Pada tingkat pendidikan menengah atas, cerkak ini dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pembelajaran yang sesuai dengan umur peserta didik. Melalui struktur naskah yang lengkap disertai nilai pendidikan karakter, kumpulan cerkak Lelakone Si lan Man ini telah sesuai dan memenuhi indikator materi pembelajaran yang didalamnya mengharuskan ada nilai pendidikan karakter. 181 C. Saran Berdasar pada hasil analisis data dan penelitian ini, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi Guru Kumpulan cerkak “ Lelakone Si lan Man” terbukti memiliki struktur pembangun yang lengkap dan jelas serta memuat nilai pendidikan yang saat ini sangat dibutuhkan di dunia pendidikan. Selain hal tersebut cerkak ini juga telah memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai alternatif bahan ajar untuk digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Jawa. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kumpulan cerkak Lelakone Si lan Man” memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai alternatif bahan ajar untuk pembelajaran bahasa Jawa tingkat SMA bisa dimanfaatkan sekolah-sekolah menengah atas yang membutuhkan untuk pemilihan kebijakan penggunaan bahan ajar yang baik, berisi, dan sesuai dengan peserta didik SMA. 3. Bagi Peneliti Lain Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memicu peneliti lain agar bisa memulai atau melanjutkan penelitian yang berobjek pada karya sastra, khususnya cerkak. Pendekatan yang dilakukan dalam penlitian ini adalah pendekatan struktural. Penulis berharap, untuk peneliti lain agar bisa lebih kreatif dalam penelitian mereka dengan pendekatan dan bidang kajian yang berbeda. Agar nantinya didapatkan hasil yang lebih beragam.