SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENANDATANGANAN PERJANJIAN PINJAMAN DALAM NEGERI ANTARA KEMENTERIAN KEUANGAN DAN PT BNI PERSERO DALAM RANGKA KEGIATAN ALUT POLRI DAN ALUTSISTA TNI TA 2010 DI GEDUNG DJUANDA I LANTAI MEZZANINE Senin, 04 Oktober 2010 Yang kami hormati, Menteri Pertahanan Republik Indonesia Yang kami hormati, Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Yang kami hormati, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapenas Yang kami hormati, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Yang kami hormati, Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Yang kami hormati, Direktur Utama Bank BNI Yang kami hormati, Wakil Menteri Keuangan dan hadirin sekalian. Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat sore Salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena pada sore hari ini kita diberi kesempatan berkumpul untuk melakukan penandatanganan perjanjian pinjaman palam negeri antara Kementerian Keuangan dan Bank BNI. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak dan Ibu para hadirin semua karena telah meluangkan waktu untuk hadir memenuhi undangan kami. Pada hari ini kita akan menandatangani perjanjian pinjaman. Ini merupakan momen bersejarah karena untuk pertama kalinya Pemerintah melakukan pinjaman dari dalam negeri khususnya dari perbankan untuk pembiayaan proyek APBN. Selama ini instrumen pembiayaan APBN melalui utang yang dikenal adalah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman luar negeri. Penggunaan pinjaman dalam negeri ini didasarkan pada PP No.54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah yang merupakan salah satu bentuk implementasi UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pengadaan pinjaman dalam negeri ini juga merupakan salah satu bentuk diversifikasi instrumen pembiayaan APBN dengan memanfaatkan potensi sumber dana di dalam negeri. Dengan demikian, pemanfaatan dana-dana masyarakat dapat lebih produktif dan efisien untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Dalam PP No.54 dimaksud, disebutkan bahwa pinjaman dalam negeri bersumber dari BUMN, baik perbankan maupun non perbankan, pemerintah daerah dan perusahaan daerah. Pemerintah berharap agar pemanfaatan potensi sumber pendanaan dari dalam negeri pada gilirannya tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan dari pinjaman luar negeri, tetapi sekaligus dapat mendukung pengembangan sektor keuangan dalam negeri yang lebih kuat, efisien dan stabil. KEGIATAN ALUT POLRI DAN ALUTSISTA TNI TA 2010 1 Para hadirin yang kami hormati, Perjanjian pinjaman dalam negeri yang ditandatangani oleh Pemerintah dan Bank BNI sebesar Rp 600 Milyar merupakan bagian dari keseluruhan kebutuhan pinjaman dalam negeri tahun anggaran 2010 sebesar Rp 1 Triliun. Pinjaman dalam negeri ini akan digunakan untuk membiayai pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI oleh Kementerian Pertahanan sebesar Rp 800 Milyar dan alat utama (alut) oleh Polri senilai Rp 200 Milyar yang dihasilkan oleh industri strategis dalam negeri. Meskipun dimulai dengan jumlah yang relatif kecil, Pemerintah berharap agar di masa mendatang penggunaan pinjaman ini secara bertahap dan berkesinambungan dapat berdampak positif bagi pengembangan industri strategis dalam negeri dan bagi peningkatan kinerja sektor riil secara keseluruhan. Harapan Pemerintah tersebut sejalan dengan tujuan pengadaan pinjaman dalam negeri yang diatur dalam PP No.54, yaitu untuk membiayai proyek pemberdayaan industri dalam negeri, pembangunan infrastruktur untuk layanan umum, dan kegiatan investasi yang menghasilkan penerimaan yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga, BUMN dan Pemerintah Daerah. Para hadirin yang terhormat, Penggunaan pinjaman dalam negeri untuk pembiayaan alutsista TNI dan alut Polri ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberdayakan industri strategis di dalam negeri sekaligus menjadi alternatif pembiayaan bagi sebagian produk yang dihasilkan oleh industri tersebut. Selama ini, hampir seluruh alutsista TNI dan alut Polri dibiayai dari pinjaman komersial luar negeri, baik yang dijamin oleh Export Credit Agency (ECA) maupun pinjaman komersial biasa. Proses pengadaan alutsista terutama yang dibiayai dari pinjaman komersial luar negeri, ditengarai perlu diperbaiki atau disempurnakan, terutama dari sisi perencanaan, kecepatan eksekusi serta tata kelola agar mekanisme pangadaan barang sampai dengan pembiayaannya dapat dilakukan secara lebih cepat, efisien, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, penertiban PP No.54 diikuti dengan amandemen sejumlah peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang pemerintah dan tata cara pengadaan pinjaman luar negeri serta perbaikan proses administrasi penganggaran termasuk untuk proyek pengadaan yang sifatnya multiyears. Perbaikan atau penyempurnaan yang kami sebutkan tadi, antara lain meliputi penegasan ketentuan tentang paket pembiayaan pinjaman luar negeri komersial dengan skim buyer’s credit, yaitu pengadaan barang dari produsen tidak satu paket dengan pendanaannya. Jadi kita pisahkan antara pengadaan barang dari produsen dengan pendanaannya. Dengan demikian, Kementerian Keuangan dapat menentukan calon kreditur melalui suatu proses seleksi yang kompetitif. Perbaikan lainnya adalah perubahan urutan kegiatan pengadaan. Proses pembiayaan oleh Kementerian Keuangan tidak lagi dilakukan setelah proses pengadaan barang diselesaikan oleh Kementerian Pertahanan. Kedua proses akan dilakukan secara paralel bersama-sama. Selain itu, penyempurnaan peraturan tentang tata cara pengadaan pinjaman luar negeri juga meliputi penegasan tentang otoritas yang dimiliki oleh Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara dalam menentukan instrumen pembiayaan selain dari pinjaman luar negeri. Dengan demikian, menteri keuangan berwenang untuk meletakkan alternatif instrumen pembiayaan lainnya yang tersedia, misalnya dari penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan pinjaman luar negeri. KEGIATAN ALUT POLRI DAN ALUTSISTA TNI TA 2010 2 Para hadirin yang terhormat, Pengelolaan pinjaman dalam negeri merupakan bagian dari pengelolaan utang negara yang mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola yang baik untuk menjaga kepercayaan masyarakat termasuk para kreditur. Dengan begitu, kesinambungan pengadaan pinjaman dalam negeri dapat terpelihara dengan baik. PP No.54 secara tegas dan jelas juga mengatur proses perencanaan, pengadaan, dan persyaratan calon pemberi pinjaman dalam negeri. Pengaturan dimaksud antara lain meliputi penetapan pengadaan pinjaman dalam negeri harus melalui mekanisme APBN dan mendapat persetujuan DPR. Selanjutnya, terkait pemilihan calon kreditur pinjaman dalam negeri, Menteri Keuangan melalui PMK No.90 Tahun 2010, telah menetapkan Tata Cara Pemilihan Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian tentang mekanisme dan prosedur pemilihan yang dilakukan Pemerintah, sekaligus untuk memberikan keyakinan kepada para pemangku kepentingan bahwa proses pemilihan dilakukan secara transparan dan akuntabel. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudara yang kami hormati, Hari ini sangat menggembirakan karena kita menciptakan langkah baru dimana kreditur dalam negeri dalam hal ini Bank BNI melakukan terobosan, melakukan pembiayaan bagi Pemerintah Indonesia untuk proyek alutsista. Kami ucapkan terima kasih kepada Bank BNI. Kami akan yakinkan bahwa semua kewajiban yang telah dicatat dan ditandatangani akan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Sebagai penutup, sekali lagi kami ucapkan terima kasih atas perhatian Bapak dan Ibu serta Saudara-saudara sekalian. Semoga kegiatan yang kita lakukan pada hari ini memberi manfaat pada bangsa dan negara, serta memperoleh ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. KEGIATAN ALUT POLRI DAN ALUTSISTA TNI TA 2010 3