Analisis Perkembangan Harga Komoditi Kamis, 19 Agustus 2010 Harga CPO Turun Harga CPO di Malaysia mencapai level yang tertinggi sepanjang tahun 2010 ini pada minggu lalu, pada saat persediaan CPO di Malaysia sedang tinggi sejalan dengan pasar ekspor yang melemah, hal ini membuat para pedagang mengunci harga di level ini. Namun, kontrak CPO untuk pengiriman November turun 2% menjadi US$ 819 per metrik ton atau RM 2.592 di Malaysia Derivatives Exchange. Harga ini merupakan harga terendah sejak 4 Agustus lalu. Dibandingkan dengan bulan Juli 2010 lalu, ekspor CPO Malaysia turun 16,4% pada 15 hari pertama bulan Agustus 2010 ini menjadi 592.094 ton. Pada 9 Agustus 2010 lalu, harga CPO sempat tercatat paling tinggi sepanjang tahun ini, yaitu 2.730 ringgit. Saat ini, harga CPO turun disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diperkirakan akan mengurangi produksi CPO di Indonesia maupun Malaysia. Permintaan komoditas tropikal yang juga digunakan untuk biodiesel ini kemungkinan akan turun seiring dengan minyak mentah dunia yang mengganti permintaan bahan bakar alternatif yang terbuat dari minyak nabati. Harga Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Jakarta juga turun setelah ada perubahan harga minyak mentah dan minyak Kedelai. Minyak Kedelai adalah subtitusi dari CPO. Perubahan juga dipengaruhi spekulasi persediaan CPO di Malaysia naik. Untuk kontrak pengiriman November harga CPO turun 0,9% menjadi 2.653 ringgit (US$838) per ton di Malaysia Derivatives Exchange. Di Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX), harga CPO untuk kontrak November teraktif turun 90 poin menjadi Rp7.540 per kg. CPO saat ini mendapat tekanan dari pasar lainnya seperti Kedelai dan kontrak di Dalian China. Perubahan harga kali ini bagus setelah kenaikan yang terlalu tinggi, hal ini menurut analisis Ryan Long dealer OSK Investment Bank Bhd seperti dikutip Bloomberg. Harga CPO sudah naik 17% dari level terendah 18 bulan sejak tanggal 17 Juli dipengaruhi perubahan cuaca yang akan menurunkan produksi di Indonesia dan Malaysia, produsen CPO utama. Harga Emas yang Terus Naik Harga Emas terus naik disebabkan aksi beli Emas para investor sebagai investasi aman. Kepemilikan Emas di Bursa global naik selama 4 hari berturut-turut, berdasarkan data yang dikumpulkan sejak tanggal 17 Agustus lalu. Hal tersebut merupakan ekspansi terpanjang sejak 30 Juni. Emas mencapai rekor US$1.266,50 per ounce pada bulan Juni karena para investor mencari perlindungan terhadap goncangan di bidang keuangan dan turunnya nilai mata uang. Kepala sales dan marketing AS di ETF Securities Ltd. di New York William Rhind menyatakan bahwa banyak klien yang mengalokasikan investasinya ke Emas. Kontrak berjangka Emas untuk pengiriman Desember naik tipis US$3,10 atau 0,3% menjadi US$1.231,40 pada pukul 1.43 p.m. di sesi penutupan di Comex, New York. Sebelumnya, harga ini turun 0,8% dipengaruhi oleh menguatnya Dolar AS terhadap Euro yang mengurangi permintaan untuk logam mulia tersebut sebagai investasi alternatif. Kontrak berjangka Perak untuk pengiriman September melemah US$c19,8 atau 1,1% menjadi US$18,452 per ounce. Sementara itu, kontrak berjangka Platinum untuk pengiriman Oktober turun tipis US$10,10 atau 0,7% menjadi US$1.536,50 per ounce di New York Mercantile Exchange. Kontrak berjangka palladium untuk pengiriman September turut turun US$6,90 atau 1,4% menjadi US$490,40 per ounce. Sejumlah analis di Singapura memperkirakan bahwa kontrak harga Emas akan kembali naik. Padahal, beberapa hari belakangan, harga Emas sudah ditransaksikan mendekati harga tertinggi dalam tujuh minggu terakhir. Kenaikan harga Emas disebabkan oleh kekhawatiran investor yang memburu investasi aman karena khawatir pemulihan ekonomi akan lambat. Kontrak harga Emas untuk pengiriman terdekat mengalami kenaikan 0,2% menjadi US$ 1.231,53 per troy ounce. Pada pukul 11.03 waktu Tokyo, kontrak yang sama berada di posisi US$ 1.229,55 per troy ounce. Kemarin, harga Emas sempat menyentuh level US$ 1.232,55, yang merupakan level tertinggi sejak 1 Juli lalu. Menurut Hiroyuki Kikukawa, General Manager research IDO Securities Co, investor lebih memilih Emas di tengah ketidakpastian pasar saham, mata uang, dan obligasi. Ditambahkan, ramainya transaksi di pasar Emas merupakan bukti bahwa saat ini investor memang merasa lebih aman dengan memegang Emas. Sementara itu, kontrak harga Emas untuk pengiriman Desember mengalami kenaikan sebesar 0,2% menjadi US$ 1.233,30 per troy ounce. Catatan saja, harga Emas sudah naik hingga 12% sepanjang tahun ini. Harga Emas sempat menyentuh rekor tertinggi pada Juni di Page 1/2 posisi US$ 1.265,30 per troy ounce Kenaikan Harga Jagung Pada penutupan perdagangan di Bursa CBOT dini hari tadi harga Jagung berjangka mengalami kenaikan. Harga komoditas ini bergerak rebound setelah sempat mengalami penurunan. Kenaikan harga Jagung ini dipengaruhi oleh kemungkinan output yang kurang dari perkiraan. Kondisi tanaman saat ini tampak berada dibawah estimasi Departemen Pertanian AS, sehingga para pelaku pasar khawatir bahwa estimasi yang dibuat oleh pemerintah tidak akan tercapai. Harga Jagung berjangka untuk kontrak bulan September mengalami kenaikan sebesar US$c 3.75 (0.9%) dan ditutup pada posisi US$4.1850 per bushel. Sementara itu harga Jagung berjangka CBOT untuk kontrak pengiriman bulan Desember tampak mengalami kenaikan sebesar US$c 3.25 dan berakhir pada posisi US$ 4.3325 per bushel. Menurut Analis, memperkirakan bahwa pergerakan harga Jagung masih akan cenderung dipengaruhi oleh kondisi di luar pasar. Pergerakan nilai tukar Dolar dan perkembangan ekonomi global akan menjadi penggerak harga komoditas ini. Untuk saat ini harga Jagung akan mengalami pergerakan pada kisaran US$ 3.5 – 4.5 per bushel. Selain itu, kenaikan harga Jagung dan kacang Kedelai naik untuk ketiga kalinya dalam empat sesi seiring langkah importir Asia yang meningkatkan pembelian dari AS sebagai negara produsen dan eksportir terbesar. Departemen Pertanian AS menyatakan bahwa negara tersebut melakukan pengiriman 121.920 metric ton Jagung ke Jepang dan 110.000 ton kacang Kedelai kesebuah negara yang tidak diketahui untuk tahun pemasaran yang dimulai pada tanggal 1 September. Kemarin USDA melaporkan bahwa China membeli 220.000 ton kacang Kedelai setelah membeli 799.000 ton pekan lalu. Menurut Jim Hemminger ahli manajemen risiko di Top Third Ag Marketing di Chicago, China memperlambat penjualan mereka untuk menjaga persediaan internal. China dapat menjadi pembeli Jagung reguler seperti layaknya mereka menjadi pembeli reguler kacang Kedelai. Bahkan jika mereka memproduksi Jagung dalam level baik, mereka akan tetap mengkonsumsi Jagung lebih banyak dari yang mereka produksi dan AS menjadi satu-satunya sumber. Harga kontrak Jagung untuk pengiriman Desember menguat US$c 7,25 atau 1,7% untuk stabil pada level US$4,30 per bushel di Chicago Board of Trade pada pukul 1:15 p.m. waktu setempat. 1 bushel setara dengan 35.239072 liters. Harga kontrak kacang Kedelai untuk pengiriman November menguat US$c 10,5 atau 1% menjadi US$10,42 per bushel di Chicago. Kontrak teraktif ini menguat 1% pekan lalu karena China membeli dalam jumlah lebih banyak dari AS. Page 2/2 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)