“Ajarlah Kami Bergumul”

advertisement
- Ringkasan buku -
“Ajarlah Kami Bergumul”
Billy Kristanto
PENDAHULUAN
Kitab Mazmur adalah kitab yang unik, karena di dalamnya kita dapat menyaksikan
kehidupan seorang percaya yang tidak pernah lepas dari pergumulan. Mazmur memperlihatkan
apa yang ada di dalam hati dan jiwa orang percaya, dan mengajak kita untuk jujur terhadap
Tuhan, diri sendiri, dan sesama kita. Karena seseorang tidak mungkin mengalami pertumbuhan
yang sejati jika dia senantiasa hidup berpura-pura, entah munafik atau hanya menjaga citra diri
(Image). Berani terbuka terhadap diri sendiri membawa kita dalam pengenalan diri yang benar,
karena Tuhan tidak tertarik dengan pembentukan artificial, sebaliknya Dia rindu untuk mengubah
manusia dari kedalaman lubuk hatinya.
MAZMUR 3 : 1-9
Kitab Mazmur banyak mencatat pergumulan batin orang percaya yang diawali dengan
ratapain dan diakhiri dengan pernyataan kemenangan iman di dalam Tuhan. Sesuatu yang indah
jika kitab suci mencatat bagaimana proses pergumulan itu terjadi, dari ketertindasan menuju
kepada kemerdekaan, keraguan menuju kepada kepastian, dari pertanyaan kepada jawaban.
Mazmur ini berkenaan dengan peristiwa Daud melarikan diri, meninggalkan kerajaannya,
karena Absalom. Kesulitan yang dialaminya disini terutama bukan kesulitan keuangan atau fisik,
namun kesulitan emosional. Ia menjadi raja bukan atas kemauannya sendiri, namun ditentukan
oleh Tuhan, namun Absalom anaknya dengan ambisinya sendiri mencoba untuk merebut
pengaruh dan kekuasaan dari tangan Daud (2 Sam 15:6).
Ayat 3
Tertulis disana bahwa banyak orang berkata “Baginya tidak ada pertolongan dari pada
Allah” Kalimat ini benar-benar menyakitkan bagi Daud. Seorang yang saleh tidak pernah khawatir
kehilangan nama, kemuliaan dan hormat, namun tentu ia akan sangat tertekan jika seakan Allah
meninggalkan dia. Begitulah orang-orang di sekitarnya melihat dirinya, orang yang saleh, justru
seakan seperti ditinggalkan Allah.
1
Ayat 4
Disini tercatat bahwa Daud adalah orang yang beriman kepada Tuhan. Di tengah-tengah
realitas yang sangat tidak bersahabat itu ia melihat Tuhan di dalam doanya. Namun bukan berarti
ini doa yang melarikan diri dari realitas sekeliling. Karena pada ayat 2 dan 3 kita melihat Daud
adalah seseorang yang mengatakan realitas yang sesungguhnya dan tidak menipu diri. Justru
lewat realitas di sekitarnya, ia jadi bisa mengenal realitas yang lebih agung, yaitu pengenalannya
akan Allah yang sejati.
Ayat 4 menyatakan 3 hal tentang pengenalan Daud akan Allah :
1# Allah sebagai perisai yang melindungi
Pekerjaan Iblis akan terus berjalan, namun Allahlah yang akan berperang di depan kita.
2# Allah adalah kemuliaannya.
Daud tidak meletakkan kemuliaannya pada kebesaran takhta kerajaannya, bukan kepada bakat
dan talenta yang ada pada dirinya, bukan pada banyaknya orang yang ia pimpin, melainkan pada
Allah.
3# Allah adalah yang mengangkat kepalanya.
Alangkah indahnya jika di dalam doa kita tidak hanya mengenal kesulitan dan penderitaan kita,
melainkan juga mengenal siapakah Allah kita, seperti Daud.
Ayat 6 dan 7
Disini menyatakan sikap percaya Daud, yang membuktikan dengan ketenangannya,
Memastikan bahwa ia bukan hanya sanggup tidur tenang, melainkan bahwa ia akan bangun, sebab
Tuhan yang menopang hidupnya. Iman yang percaya kepada pemeliharaan Tuhan sanggup
mengusir segala rasa takut sekalipun bahaya akan datang. Inilah iman yang sejati, bukan memaksa
Tuhan untuk mengubah realitas, melainkan di dalam realitas yang gelap memiliki keberanian dan
keteguhan iman di dalam Tuhan.
Karena Tuhan bukan tidak sanggup untuk mengubah realitas, namun sering kali Dia
membiarkan realitas yang tidak menyenangkan itu tidak berubah, karena Dia lebih tertarik untuk
mengubah dan membentuk kita daripada realitas.
Ayat 8
merupakan permohonan yang diucapkan oleh Daud. Ini muncul setelah kepastian dan
keteguhan iman yang telah diperolehnya pada ayat 6 dan 7. Permohonan seharusnya keluar dari
iman, karena tanpa iman doa kita menjadi doa yang bertele-tele.
2
Ayat 9
Merupakan kesimpulan yang diucapkan di akhir pergumulan hidup seseorang. Kesimpulan
ini baru muncul di ayat yang terakhir.
Jadi lewat Mazmur ini kita melihat tidak ada yang terjadi secara instan, langsung kepada
kalimat kesimpulan, melainkan ada suatu pembentukan yang tidak mudah yang harus dialami
oleh setiap orang yang mau mengikut Yesus.
Ketika kita menyaksikan orang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa, kita sering kali
kagum, kagum atas begitu banyaknya anugerah dan berkat Tuhan yang dikaruniakan di dalam diri
orang tersebut, namun sering kali juga kita lupa akan harga yang harus dibayar untuk itu. Keahlian
instan, pengetahuan instan, bahkan kuasa instan? Hal itu tidak terdapat dalam Firman Tuhan,
karena Tuhan selalu mempersiapkan orang yang hendak dipakaiNya.
MAZMUR 7 : 1-18
Ayat 2
Mazmur ini termasuk mazmur ratapan. Kita membaca bahwa di situ Daud meletakkan
seluruh pengharapannya dalam perlindungan Allah. Ketika mendengar nama Daud, orang
cenderung untuk mengenang dia sebagai seorang pahlawan yang pemberani, akan tetapi di sini
kita membaca tentang bagaimana masa-masa pembentukan Daud sebelum ia menjadi seorang
yang dipakai Tuhan dengan luar biasa.
Ayat 4-5
Mazmur ini juga mencatat, justru karena ketidakadilan dan penderitaan yang dialami oleh
Daud justru membawa dia kepada introspeksi diri. Di tengah-tengah pengejaran ia bukan hanya
mencari akal bagaimana melarikan diri atau bahkan membalas musuh-musuhnya, melainkan ia
belajar untuk meneliti kedalaman hatinya. Introspeksi diri menandai perbedaan kerohanian yang
alkitabiah dan kerohanian ala orang Farisi. Orang Farisi bukannya tidak mengejar kebenaran serta
kekudusan hidup, hanya saja mereka tidak pernah menilai diri dengan benar. Daud terlebih
dahulu meneliti dirinya sendiri, bahkan dengan berani membukanya di hadapan Allah.
Ayat 6-7
Saat mengintrospeksi dirinya dalam segala kelemahan, kini ia berani mengatakan bahwa
arah hatinya memang bukanlah condong kepada yang jahat. Pada bagian berikutnya kita
membaca bahwa Daud mengundang Tuhan untuk bangkit dalam murkaNya dan memerintahkan
penghakiman. Berdasarkan apa? Berdasarkan pembenaran dirinya.
Di sini Daud memohon penghakiman Allah dinyatakan karena kebenaran dan keadilan
yang ada di dalam diri Allah sendiri, bukan menurut standard keadilannya. Sering ketika orang
bersalah kita ingin mereka dihukum seberat-beratnya. Tapi Daud meminta Allah yang menlai,
menjadi hakim antara dirinya yang benar, dengan musuh-musuh yang mengelilinginya.
3
Ayat 9
Integritas dalam diri Daud sekali lagi dibuktikan pada ayat 9 ketika ia meminta agar Tuhan
bukan hanya mengadili orang lain, melainkan juga menghakimi dirinya sendiri, Daud tidak
mengecualikan dirinya sendiri di luar penghakiman serta keadilan Allah. Ketika seseorang
mengecualikan dirinya untuk dinilai oleh Allah sendiri, sebenarnya ia sedang berdiri sebagai
penilai yang setara dengan Allah.
Daud sangat merindukan agar keadilan Allah dinyatakan, bukan perasaan balas dendam
karena dihimpit oleh para musuh-musuhnya. Bahawa Allah akan menyelamatkan dia, bukan
berdasarkan semangat keagamaan yang buta, melainkan karena ia telah membiarkan hatinya diuji
dan dinilai oleh penghakiman Allah.
Apakah sebenarnya yang dicari oleh Daud? Kebinasaan para musuhnya? Keamanan
pribadinya? Ataukah dia sedang mencari Allah sendiri? Pada bagian akhir inilah kita menemukan
jawabannya, yaitu bahwa sebenarnya Daud sedang bergumul untuk mendapatkan diri Allah. Daud
dalam pergumulannya akhirnya menyaksikan Allah sebagai Hakim yang adil.
MAZMUR 8 : 1 -10
Ayat 1-2
Mazmur ini adalah mazmur pertama yang merupakan sebuah mazmur pujian. Mazmur ini
dimulai dengan satu pujian karena kemuliaan dan keagungan Tuhan yang mengatasi ciptaanNya.
Ayat 3
“Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan
karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Bukan di dalam pengertian
bahwa kelak bayi-bayi serta anak-anak itu akan mengalahkan para musuh mereka, melainkan
bahwa bahkan bayi-bayipun tahu bagaimana memberitakan kemuliaan Tuhan dan memuji Dia,
sementara orang yang terus mencurigai Tuhan akan dibungkam.
Ayat 4 -6
Pemazmur adalah seseorang yang tahu keterbatasan dirinya, kerentanannya, kefanaannya,
ketidakberartian dirinya jika dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang sangat luas. Namun Daud
bukan hanya mengenal keterbatasan dirinya, melainkan juga mengetahui keunikan dan
kehormatan yang dimilikinya.
Ayat 7-10
kita membaca bahwa manusia, sekalipun terbatas dan kecil, diberi kuasa atas ciptaan yang
lain, bahkan segala-galanya telah diletakkan Tuhan di bawah kakinya. Alangkah hinanya ketika
kita menyaksikan manusia justru dikuasai oleh ciptaan yang lebih rendah, entah itu uang, emas,
minyak atau bahkan di kuasai oleh kekuasaan itu sendiri.
4
Sesungguhnya Tuhan sendiri telah memberikan kuasa itu dalam diri manusia, namun
manusia justru jatuh untuk memperebutkan kekuasaan, seolah-olah itu adalah sesuatu yang ada
di luar diri manusia. Mengapa terjadi kebingungan akan kekuasaan? Itu terjadi karena manusia
tidak melihat kemuliaan dan keagungan Allah yang mengatasi seluruh ciptaan. Manusia tidak
melihat kekuasaan serta pemerintahan Allah atas segala ciptaan. Padahal kuasa yang diberikan
pada manusia hanya bisa dijalankan dengan benar ketika manusia menundukkan diri di bawah
pemerintahan Allah yang berdaulat.
Kita dapat melihatnya pada Yesus Kristus yang menjadi teladan, satu-satunya sosok
manusia yang menundukkan diri di bawah kekuasaan Allah, melainkan Satu-satunya jalan menuju
kepada ketaatan yang sejati.
MAZMUR 10 : 1-18
Martin Luther pernah mengatakan bahwa tidak ada pertanyaan “mengapa” dalam hati
seorang yang percaya. Lalu mengapa di sini kita menjumpai bahwa pemazmur justru
mengeluarkan pertanyaan ini?
Dalam hal ini kita sedang berhadapan dengan dua macam pengertian tentang “mengapa”.
Ada perbedaan mempertanyakan dan bertanya. Mempertanyakan bukan sekedar bertanya,
melainkan ada unsur kecurigaan dan ketidakpercayaan di situ.
Dalam ayat ini kita membaca bahwa pemazmur sedang bertanya kepada Tuhannya dengan
pegertian bertanya, bukan mempertanyakan. “Mengapa” di sini bukanlah akhir dari satu
kepongahan yang hendak mempertanyakan, melainkan adalah suatu kerendahan hati seorang
anak yang di dalam perasaan keterbuangannya tetap mencari Allah, inilah sesungguhnya iman
yang sejati. Inilah juga yang diteriakkan oleh Tuhan Yesus ketika Dia tergantung di kayu salib,
dalam keterpisahan itu Tuhan kita justru berseru kepada BapaNya.
Ayat 1
Pemazmur bertanya mengapa Tuhan berdiri jauh dan menyembunyikan diriNya. Ini
sebuah pertanyaan yang hanya bisa dikeluarkan oleh seseoranga yang sungguh-sungguh dekat
dengan Tuhan. Kedekatan itulah yang sanggup membangkitkan semacam perasaan kehilangan
hadirat Tuhan di dalam dirinya.
Disini pemazmur terlihat sebagai seorang yang jauh dari hadapan Tuhan tampil sebagai
seseorang yang imannya sangat lemah dan kecil, namun sesungguhnya orang semacam inilah yang
dekat dengan Tuhan.
Sepanjang ayat 2 sampai 11 kita kemudian belajar bagaimana kita harus berani
menghadapi realitas kejahatan yang terjadi di sekitar kita. Karena keberadaan mereka turut
membentuk kehidupan pergumulan orang-orang percaya, sebagaimana tercantum dalam mazmur
ini.
5
Ayat 4
Kita membaca bahwa orang fasik yang mengatakan “tidak ada Allah” itu sekaligus
mengatakan bahwa “Allah tidak akan menuntut.” Jadi sebenarnya orng fasik memang percaya di
dalam hatinya yang terdalam akan keberadaan Allah, namun permasalahannya mereka menekan
pengetahuan tersebut karena kedegilan hati mereka. Mereka adalah orang-orang yang sebenarnya
tahu bahwa Allah ada, namun mereka tidak suka berurusan dengan Dia.
Disini kita juga melihat sering kita memiliki konsep yang terbalik, yaitu bahwa mereka
yang diberkati Tuhan hidupnya akan selalu berhasil, sementara mereka yang hidupnya menderita
pastilah memiliki iman yang tidak beres. Namun di sini kita mendapatkan satu pengajaran yang
berbeda, justru orang fasiklah yang selalu berhasil sementara orang-orang pilihan Tuhan sering
kali berada dalam kesulitan, penderitaan, ancaman, penganiayaan.
Ayat 11
Kita membaca bahwa orang fasik mengatakan bahwa Allah akan melupakannya.
Melupakan apa? Melupakan segala kejahatan yang telah dilakukan orang-orang fasik. Membaca
ayat ini kita mengerti bahwa sesungguhnya orang fasikpun mengetahui bahwa Allah adalah Allah
yang menjalankan keadilan dan hukum.
Di tengah-tengah kesesakannya pemazmur berseru kepada Tuhan, agar Tuhan mengingat
orang-orang yang tertindas. Pemazmur tidak melarikan diri dengan mengatakan bahwa
sebenarnya hidupnya aman dan sentosa, penuh dengan sukacita dan kegembiraan, melainkan dia
berseru di tengah kesesakan dan keluh kesah hatinya. Dan Tuhan tidak menghina dan membuang
mereka yang datang mencari Dia.
Ayat 14
Disana dikatakan bahwa Tuhan memang sungguh melihat kesusahan dan sakit hati orang
yang tertindas, supaya Dia mengambilnya ke dalam tanganNya sendiri. Ayat ini memberi tahu kita
bahwa Allah bukan hanya tidak hadir dalam penderitaan, melainkan bahwa Dia sendiri
mengambil penderitaan itu ke dalam tanganNya sendiri. Ketika Yesus Kristus hidup dalam dunia,
Dia jelas menjadi hamba yang menderita.
Ayat 15-18
Pada bagian yang terakhir pemazmur mengucapkan satu kalimat iman, satu kalimat yang
tidak dibangun berdasarkan deskripsi pengalaman atau kondisi sekitar yang sedang terjadi,
melainkan berdasarkan pengenalannya akan Allah yang sejati. Kalimat ini diucapkannya justru
ketika secara fenomenal terlihat bahwa orang fasiklah yang sedang tampil sebagai pemimpin dan
penguasa.
6
Iman yang sejati sanggup untuk menghadapi bahkan mengatasi realitas kehidupan ini (bukan
melarikan diri) karena kita berjalan bersama dengan Tuhan.
MAZMUR 11 : 1-7
Mazmur ini dikatagorikan sebagai mazmur keyakinan. Di sini kita membaca nuansa
kepastian dan keteguhan yang diucapkan oleh pemazmur dalam perjalanan pergumulan
hidupnya. Berlindung pada Tuhan sekaligus bersikap tidak melarikan diri.
Ayat 2
Mengatakan bagaimana keleluasaan orang fasik yang melakukan kejahatannya atas orang
yang tulus hati.
Ayat 3
Pertanyaan yang tertulis disini sulit untuk mendapatkan jawabannya. Jika pengertian,
prinsip moral, aturan negara, standard yang menjadi pegangan kita pada kenyataannya ternyata
fondasi-fondasi itupun hancur, yang jahat ternyata bisa terus dalam kesenangan tanpa diadili,
sementara yang tulus hati tetap menderita akibat kejahatan orang fasik, Lalu kemana kita bisa
berharap?
Tatkala fondasi-fondasi itu goyang, manusia seharusnya berharap kepada Tuhan. Karena
sesungguhnya Dialah yang memerintah seluruh alam semesta dari takhtaNya yang kekal. Karena
pembentukan yang harus dialami oleh orang benar, yaitu dia harus belajar untuk meletakkan
seluruh kepercayaannya pada Tuhan, dan hanya pada Tuhan, bukan pada sesuatu yang lain, atau
pada campuran antara Tuhan dan sesuatu yang masih bisa kita harapkan, bahkan tidak juga pada
tatanan publik.
Ayat 5
Menjadi pengertian yang jelas bagi kita bahwa pengujian yang dilakukanNya atas orang
benar dan orang fasik sesungguhnya berbeda. Ketika Dia menguji orang benar, Dia sendang
membentuk dan menyempurnakan anak-anakNya untuk menjadi serupa dengan AnakNya yang
tunggal, yaitu Yesus Kristus. Pengujian atas orang fasik menyatakan bahwa kejahatan mereka ada
di hadapan sorot mataNya. Mereka akan dihakimi dan dihanguskan oleh karena kekudusanNya.
Ayat 7
Jika norma-norma itu sendiri terlalu rapuh untuk dijadikan sandaran dan harapan, tertulis
dalam ayat ini sebenarnya hanya Tuhanlah yang sanggup menyatakan keadilan yang
sesungguhnya. Manusia harus berjuang untuk keadilan atas dasar Tuhan yang dikenalnya, sebagai
Yang Adil dan yang mengasihi keadilan.
7
Inilah pengharapan sorgawi setiap orang percaya, sorga bukanlah suatu tempat dimana
semua yang kita kehendaki akan terjadi. Sorga adalah memandang wajah Tuhan dalam seluruh
kemuliaanNya.
MAZMUR 13 : 1-6
Mazmur 10 berbicara tentang menghadapi lenyapnya Allah.
Mazmur 11 berbicara tentang lenyapnya tempat sehingga terancam untuk melarikan diri.
Mazmur 12 bergumul menghadapi lenyapnya orang benar.
Maka di Mazmur 13 Daud bergumul tentang waktu.
Ketika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi atas kita, maka proses waktu cenderung
menjadi lebih panjang dan lebih lama. Sebaliknya ketika sesuatu yang membahagiakan terjadi,
waktu menyatakan dirinya terlalu singkat.
Khotbah yang diberitakan oleh seorang ang dipenuhi Roh Kudus akan membawa
pendengarnya berkait dengan kekekalan dan sekalipun khotbah itu panjang, akan terjadi
relativitas waktu. Sebaliknya saat-saat pertengkaran dan kebencian terjadi, waktu seperti sedang
mengulur-ulur dirinya, itulah cicipan kekekalan juga, kekekalan yang di bawah. Dan sekarang
pemazmur harus belajar untuk beriman dalam kondisi neraka ini.
Itulah yang menyebabkan dia mengekspresikan pertanyaan “Berapa lama…” bahkan
lamanya waktu itu menggoda dia untuk menarik kesimpulan bahwa itu akan terjadi selamanya.
Penderitaan sesaat mungkin tidak akan menghancurkan seseorang, namun penderitaan yang
berkepanjangan sungguh merupakan suatu ujian yang berat karena intensitas waktu yang
sanggup mendekatkan orang kepada perasaan kekekalan. Inilah pengujian iman yang paling
berat, Daud harus belajar untuk tetap memandang dan melihat kepada Allah sekalipun Allah
sedang tersembunyi.
Ayat 2
Mengatakan bahwa Daud bergumul dengan kekhawatirannya. Kekhawatiran adalah
pikiran yang hadir dalam benak kita sebelum kenyataan yang sesungguhnya terjadi.
Kekhawatiran sering kali menyempitkan kelimpahan hidup kita, karena di situ kita sudah
menempatkan diri ke dalam apa yang belum terjadi (bandingkan dengan perkataan Tuhan Yesus
yang mengatakan kesusahan sehari cukuplah untuk sehari - Matius 6 : 34).
Pada bagian berikutnya Daud memohon kepada Tuhan agar Dia memandang Daud. Seolah
Daud hendak mengatakan agar Tuhan keluar dari ketersembunyianNya. Agama banyak
mengajarkan bagaimana manusia memandang dan melihat kepada Tuhan, namun pengenalan
akan Allah yang sejati dimulai dari Allah yang memandang kepada manusia.
8
Ayat 6a
Menyatakan kemenangan yang diperoleh pemazmur dalam pergumulannya. Dia berharap
kepada kasih setia Tuhan, cinta kasihNya yang tidak pernah berubah.
Ia tidak melarikan diri dari realitas kesulitan dan penderitaan yang dia hadapi, dan di
tengah-tengah perubahan yang terus-menerus itu ia berharap kepada Allah yang tidak berubah
dalam cinta kasihNya. Kadang kita menjumpai orang yang menipu diri sendiri, meskipun sakit
mengatakan diri sehat, seolah penyakitnya adalah realitas yang semu, yang tidak sungguh terjadi.
Sementara pemazmur mengekspresikan penderitaan yang dialaminya serta berharap kepada
Allah yang tidak berubah dalam cinta kasihNya.
Ayat 6b
Ayat terakhir ini mengakhiri pergumulan pemazmur dan membawanya kepada sikap hati
yang bersorak dan menyanyi. Daud adalah seorang yang peka dan mengingat anugerah serta
pertolongan Tuhan pada masa yang telah lalu, inilah yang memberikan kekuatan dan keyakinan di
dalam dirinya untuk tetap memuji Tuhan. Orang2 Kristen harus belajar untuk mengerti masa
hidupnya sebagai waktu yang sangat singkat, disitulah kita berpindah dari pertanyaan berapa
lama menuju kepada pengertian Quality Time, karena Tuhan Yesus akan datang segera.
Kesadaran inilah yang membawa kita ke dalam hidup yang lebih bijaksana di dalam Tuhan,
karena kita adalah orang yang memiliki kepekaan akan waktu yang sangat singkat.
MAZMUR 16 : 1 -11
Mazmur ini tergolong ke dalam Mazmur Mesianis, tentang kehidupan Mesias yang akan datang.
Ayat 1
Sebuah doa dan permohonan yang diucapkan Daud agar Allah menjaganya, sebab padaNya
ia berlindung. Berlindung pada Allah adalah sebuah pilihan, suatu keputusan.
Bahkan seorang filsuf menempatkan keputusan untuk memilih sebagai sikap eksistensial
dalam diri manusia. Manusia yang menyadari eksistensi pribadinya adalah manusia yang berani
mengambil pilihan. Namun sebenarnya, yang jauh lebih penting daripada sikap mengambil sebuah
pilihan adalah apakah pilihan yang kita ambil benar dan tepat. Daud menempatkan pilihan bahwa
tempat perlindungannya pada Allah sendiri.
Ayat 2
Ini merupakan suatu pengakuan akan Tuhan yang berkuasa atas seluruh alam semesta
sekaligus Tuhan yang dia percaya sebagai Tuhan atas Tuhan dalam hidup pribadinya.
9
Ayat 2b
“Tidak ada yang baik bagiku selain Engkau” – Ini adalah pengakuan Daud bahwa Tuhan
adalah sumber segala sesuatu yang baik, termasuk kebaikan yang ada di dalam dirinya. Ini adalah
ekspresi kerendahan hati seseorang yang berkenan di hati Allah. Di sinilah kita mendapati ciri
agama yang sejati. Keagamaan yang benar ditandai dengan kesadaran akan kenajisan diri dan
kebaikan Allah. Agama yang benar tidak membawa manusia semakin percaya kepada kebaikan
yang ada dalam dirinya, melainkan membawa manusia ke dalam pengertian bahwa tanpa Allah
sesungguhnya kita bukan apa-apa.
Ayat 3
Membicarakan tentang akibat relasi yang benar dengan Allah. Di sini kita menentang
bentuk mistisisme keagamaan yang keliru yang mengajarkan seorang kudus akan semakin
menarik diri dari komunitas. Justru sebaliknya kegairahan pemazmur akan Allah akan
menghantar dia untuk berjumpa dengan orang-orang lain yang juga mengasihi Allah.
Ayat 4
Lalu bagaimana sikap Daud terhadap mereka yang mengikuti allah lain? Dalam ayat 4,
Daud melihat kesedihan bertambah besar dalam hidup mereka. Mereka merasa kehidupan
bersama dengan Allah akan membatasi kenikmatan hidup mereka, mereka masih mau mencicipi
sedikit dari kehidupan dunia ini. Namun seperti dikatakan oleh Spurgeon, kenikmatan hidup yang
sepenuhnya sesungguhnya didapatkan hanya di dalam Kristus.
Ayat 5 dan 6
Kehidupan yang tanpa Allah dan tanpa Kristus tidak mungkin mencapai kebahagiaan hidup
dalam segala kepenuhannya. Inilah juga yang dikatakan oleh Daud pada ayat 5 dan 6. Firman
Tuhan tidak menentang kenikmatan, tetapi justru menunjukan jalan yang benar menuju
kenikmatan dan kesenangan yang sesungguhnya.
Ayat 7
Ditulis disini sebagai pujian pemazmur kepada Tuhan. Mengenal Allah sebagai Penasihat
berarti memiliki kepekaan hati untuk mengajar diri sendiri. TIdak semua pengetahuan yang kita
miliki sebatas otak, namun juga membawa kepada kepekaan hati.
1 Korintus 8:1 – tidak ada pengajar yang baik tanpa disertai oleh sikap hati yang mau
diajar. Orang yang memiliki integritas yang tinggi menegur diri lebih dahulu sebelum orang lain
menegurnya. Mengapa tulisan-tulisan Daud menjadi pengajar bagi banyak orang sepanjang
jaman? Karena hatinya telah mengajar dirinya sendiri.
10
Ayat 8
Pada ayat ini keteguhan dikaitkan dengan mata hati yang senantiasa memandang kepada
Tuhan. Ini bukan berarti pandangan mata yang sempit yang hanya melihat hal-hal yang sering kali
dianggap berkaitan dengan spiritualitas, pelayanan atau kehidupan gerejawi, melainkan lebih
dalam pengertian dalam segala sesuatu yang kita lakukan, kita melakukannya untuk Tuhan.
Dengan demikian, bagi seorang Kristen sebenarnya tidak ada hal atau bidang yang disebut
sekuler, semuanya adalah sakral ketika kita sanggup mempertanggungjawabkannya demi
kemuliaan Tuhan, dan semuanya adalah sekuler ketika tidak ada lagi iman di dalamnya.
Ayat 9-10
Disini Daud menarik sebuah kesimpulan. Iman Daud adalah iman yang menarik
kesimpulan. Iman Daud bukanlah iman yang hanya puas dengan premis atau rumusan, melainkan
iman yang terus bergumul, merenungkan, membenturkannya dengan realitas dan bahkan
memikirkannya lebih lanjut hingga sampai pada pengertian yang lebih jauh, pengertian yang
memandang ke depan.
Jadi sangat penting bahwa doktrin yang kita pelajari bukan hanya kita hafal, mengerti
secara logika, Inilah yang menyebabkan pertumbuhan rohani terhambat. Kalimat-kalimat yang
kita terima hanya menjadi kalimat kesimpulan, yang mana kita sendiri tidak jelas proses
pergumulannya, iman yang membeo, iman tanpa pergumulan. Doktrin yang kita terima harus kita
benturkan dengan realitas, kita gumulkan secara pribadi. Sehingga iman kita senantiasa
mengalami progress dan tidak pernah berhenti bergumul.
Sambil bergumul, sambil beriman pada Tuhan. Melihat masalah yang dihadapi, sambil
melihat Tuhan yang merancang segala sesuatunya baik. Itulah pergumulan orang Kristen yang
harus terus dialami sehingga imannya bisa terus bertumbuh.
MAZMUR 18 : 1-20
Ayat 2
Di sini Daud sedang mengaitkan antara respons yang mengasihi Allah dan pengenalan akan
Tuhan yang adalah kekuatan. Kasih dikaitkan dengan kekuatan.
Hubungan Allah dan manusia digambarkan seperti hubungan suami dan istri, laki-laki dan
perempuan. Allah sebagai Pelindung, yang memberikan keamanan di tengah-tengah dinamika
pergumulan hidup manusia. Manusia memang mendambakan kekuatan, namun kekuatan itu
berasal dari luar dirinya. Sehingga manusia yang mengakui kelemahannya, itulah manusia yang
kuat.
Ayat 3 - 20
Gunung batu adalah tempat perlindungannya di mana ia aman dan selamat dari tangan
orang yang hendak mencelakainya.
11
Pada bagian berikutnya Daud menceritakan tentang pengalaman masa lalunya berjalan
bersama dengan Tuhan. Masa lalu memang membentuk diri kita menjadi orang seperti sekarang
ini. Daud berhasil meletakan masa lalu itu dalam perspektif yang benar. mengenal diri dengan
benar, yang mampu menerima diri sendiri beserta seluruh pengalaman masa lalunya. Masa lalu
kita memang tidak mungkin diubah, namun Allah sanggup membuatnya menjadi memori,
membentuk, bukan hanya sekadar kenangan indah, melainkan menjadi iman dan kasih kita
kepada Tuhan.
Ketika kita memperhatikan keseluruhan kesaksian yang ditulis oleh Daud dalam pasal ini,
kita akan menjumpai kejadian serta peristiwa yang sebenarnya Daud sendiri tidak pernah
mengalaminya. Banyak orang hanya sibuk menceritakan pengalamannya sendiri, namun orang
yang sunguh berhati lapang dan luas akan menceritakan dengan antusiasme yang sama ketika
membicarakan pekerjaan Tuhan dalam diri orang lain, dalam sejarah bangsanya. Daud adalah
seorang yang mengenal tradisi dan sekali lagi meletakkannya dalam tempat yang benar. Dengan
pengenalannya akan tradisi bangsanya itu membuat dia semakin kuat menghadapi berbagai
macam tantangan yang menghadang di depannya.
Demikianlah hidup Daud yang tidak hanya puas dengan pengalamannya sendiri, dia
memetik dan menyedot kristalisasi pengalaman para pendahulunya yang berjalan bersama
dengan Tuhan. Manusia harus memiliki hati yang takut dan gentar akan Tuhan, karena Dia adalah
Allah yang Maha Dahsyat. Itulah permulaan hikmat kata Firman Tuhan- itulah kebijaksanaan.
Ayat 21 - 27
Jika kita tidak hati-hati membaca ayat ini, maka kita akan terjebak dalam pengertian yang
keliru, yaitu bahwa seolah2 Tuhan tergantung pada manusia. Inilah pentingnya kita memiliki
pengertian serta pemahaman yang dibangun atas seluruh konsep yang integral dari Kitab suci,
mulai dari Kejadian sampai wahyu. Sebab jika tidak, pengertian akan keluar dari konteks.
Yang pertama, tidak dapat disangkal bahwa Firman Tuhan memang mengajarkan konsep
takaran/ukuran. Setiap orang akan menuai apa yang dia tabur.
Yang kedua, tidak harus dimengerti bahwa Tuhan adalah Allah yang berubah-ubah di
bawah pengaruh tingkah laku manusia. Disini kita mengerti bahwa manusia yang suci akan
melihat kesucian Tuhan, sementara manusia yang hidup dalam kefasikan, matanya akan tertutup
terhadap sifat dan natur Allah. Sebaliknya Daud adalah seorang yang mengikuti jalan Tuhan,
berlaku suci dan setia terhadap Allah, maka seumur hidupnya dia menyaksikan kesucian,
kesetiaan dan kemurnian Tuhan.
Kualitas kesucian atau sikap religious sering dinilai berdasarkan standar moral. Namun
sebenarnya Firman Tuhan membicarakan lebih dalam daripada itu. Alkitab menilai kesucian
seseorang dari hatinya, arah hatinya yang akhirnya akan mempengaruhi seluruh hidupnya. Ada
banyak orang yang memiliki kondisi moral yang patut kita kagumi, namun Allah mencari mereka
yang hatinya mengasihi Allah di atas segala sesuatu yang lain- itulah kesucian yang sesungguhnya,
kesucian yang akan mengubahkan kita menjadi manusia yang sesungguhnya.
12
Ayat 33-38
Daud tidak meminta bukti ataupun tanda bahwa Allah layak dipercaya, sebaliknya dia
terlebih dahulu percaya kepada Allah di tengah-tengah kehidupannya yang sulit, dan di dalam
iman yang demikian ia sanggup untuk melihat berkat Allah yang besar, pada masa lampau,
sekarang dan sampai selamanya.
Ayat 38-43
Daud membicarakan tentang kemenangan atas para musuhnya. Ada banyak orang Kristen
yang setuju dan sependapat bahwa keselamatan kita peroleh hanya melalui iman – bukan hasil
usaha diri, tetapi pemberian Allah. Namun ketika masuk dalam pergumulan hidup sehari-hari
dalam melawan dosa dan kejahatan, kita sering kali berjuang dengan kekuatan kita sendiri, kita
mengejar kekudusan dengan usaha diri, bahkan berusaha untuk menjadi berkat dengan kuasa diri.
Bahwa di kalangan orang Kristen pun ada kecenderungan seperti ini, mengalahkan
kebiasaan buruk dengan suatu metode tertentu, dengan langkah-langkah tertentu. Tanpa sadar
orang sedemikian hidup tidak beriman. Padahal kemenangan yang sesungguhnya terhadap kuasa
dosa diperoleh, sebagaimana halnya keselamatan, hanya melalui iman. Tanpa iman kepada Kristus
yang tersalib, mustahil ada perubahan diri yang sesungguhnya.
Ayat 43-50
Merupakan ayat-ayat yang disebut sebagai ayat Mesianik. Ayat-ayat ini sebenarnya
digenapi secara sempurna dalam diri sang Mesias. Yaitu Yesus Kristus.
MAZMUR 19
Mazmur ini dapat kita bagi menjadi tiga bagian :
Bagian 1
: Berbicara tentang pernyataan Allah yang terpancar dalam ciptaan (Wahyu Umum).
Bagian 2
: Taurat Tuhan tentang Firman Tuhan (Wahyu Khusus).
Bagian 3
: Pengenalan Pemazmur akan dirinya.
Bagian 1 - Ayat 1- 7
Tentang keberadaan Allah sesungguhnya nyata dan manusia tidak dapat berdalih (Roma 1 :
20). Manusia yang hidup dalam dosa lebih suka untuk hidup independen dari Allah yang
Mahatahu, sebab hal itu merupakan suatu gangguan dan kengerian bagi mereka.
Wahyu umum itu dinyatakan Tuhan kepada semua umat manusia, baik orang percaya
maupun tidak. Inilah mengapa setiap orang memiliki bibit agama, entah orang tersebut mau
mengakuinya atau tidak. Pada dasarnya setiap orang memang harus hidup beriman keapda
sesuatu yang dia pegang, entah itu Allah yang sejati, entah itu perbuatan baik, entah itu uang atau
harta kekayaan, entah itu kepandaian atau hidup kekeluargaan atau dirinya sendiri. Dalam ciptaan
13
yang beraneka ragam itu, mulai dari ciptaan yang megah sampai keindahan detail pada ciptaan
yang kecil, semuanya memancarkan kemuliaan Tuhan yang sangat besar.
Berdasarkan pengertian yang seperti ini, maka sesungguhnya Kekristenan seharusnya
mendorong setiap manusia untuk menggali kelimpahan pengetahuan yang tersimpan dalam
ciptaanNya. Sebagai orang percaya kita harus belajar dan melatih diri untuk menyaksikan
kemuliaan Allah dalam seluruh ciptaanNya.
Filsafat ini demikian berbeda dengan yang terdapat dalam ajaran Gerakan Zaman Baru,
misalnya yang lebih melihat alam ciptaan sebagai saudara karena menurut mereka dasar dari
semuanya adalah satu (Monism). Firman Tuhan mengajarkan kesadaran ekologis ini dalam
pengertian yang lebih tinggi. Alam adalah pembawa kemuliaan Allah. Kita tidak berhak untuk
menghancurkannya, melainkan wajib mengelolanya, mengeksplorasi dan akhirnya melalui
pengetahuan yang kita dapatkan, kita semakin memuliakan Allah.
Orang-orang Kristen seharusnya terus mempelajari bidang-bidang pendidikan dalam
segala keanekaragamannya dan kemudian memberitakan kemuliaan serta hikmat Allah yang
bergema di dalamnya . Jadi Kemuliaan Allah adalah tujuan tertinggi seluruh penciptaan.
Bagian 2 - Ayat 8 -11
Membicarakan wahyu khusus dari Allah, yaitu firmanNya. Melalui wahyu khusus manusia
mengenal Allah yang menyatakan diriNya secara lebih komprehensif.
Alam tidak mengeluarkan kata-kata sekalipun gema dan perkataan mereka terpencar
sampai ke ujung bumi, sementara Firman Tuhan adalah kata-kata yang olehnya kita beroleh hidup
dan keselamatan.
Ketika Daud membicarakan tentang Taurat, yang dikatakan disini bukanlah dalam
pengertian huruf yang mematikan (dalam konteks hukum Taurat dan Injil) melainkan dalam
pengertian Firman yang menghidupkan. Kesempurnaan atau keutuhan yang sesungguhnya, itulah
yang memberikan kesegaran jiwa. Kita berada dalam satu zaman yang senantiasa terancam
dengan bahaya disintegrasi, baik disintegrasi bangsa, komunitas, keluarga dan bahkan disintegrasi
individu.
Jika manusia tidak kembali kepada apa yang Tuhan firmankan, tidak mungkin ada
kebangunan jiwa yang sejati. Pemazmur belajar untuk mencicipi kesempurnaan atau keutuhan ini
bukan atas dasar kesamaan ego manusia, melainkan karena kesukaannya ialah Taurat Tuhan.
Ayat 8 mengatakan peraturan Tuhan dikatakan “teguh, memberikan hikmat kepada orang
yang tak berpengalaman.” Kebijaksanaan itu bukan sekadar pengetahuan. Pengetahuan bisa
didapat dari banyak membaca, akan tetapi kebijaksanaan diperoleh melalui sikap hati yang
percaya kepada peraturan Tuhan. Manusia suka bermegah atas kepandaian, bahkan
kejeniusannya sendiri, akan tetapi Allah menyelamatkan mereka yang dalam kesederhanaannya
percaya kepada peraturan Tuhan.
Ayat 9 mengatakan “Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati.” Kebaikan dan keadilan yang
sejati memberikan sukacita di dalam hati. Kelurusan hati seseorang membawa kepada bahagia
yang sesungguhnya. Yang Ironis adalah banyak orang yang terus berusaha mendapatkan
14
kebahagian dan kesenangan justru dengan berlaku tidak lurus, tidak benar, akibatnya adalah
orang sedemikian tidak mungkin mengecap kebahagiaan dan sukacita yang sejati.
Kesukaan hidup yang tertinggi tidak didapat dari harta kekayaan, kuasa, ketenaran,
pelampiasan nafsu, atau pemenuhan seluruh keinginan kita, melainkan dengan menaati titah
Tuhan yang tepat adanya.
Ayat 9 juga mengatakan “membuat mata bercahaya”. Sebagaimana matahari yang bersinar
dan terpancar dalam kemuliaannya, demikianlah perintah Tuhan bercahaya dan menerangi
kegelapan hati manusia yang berdosa. Mata hati kita, tanpa perintah Tuhan akan berada dalam
kegelapan dunia ini, kita memang melihat, namun sesungguhnya kita tidak melihat. Perintahperintah Tuhan sebagaimana ternyata dalam firmanNya akan menyingkapkan realitas hidup yang
sesungguhnya.
Ayat 10 mengatakan seorang yang takut akan Tuhan hanya memiliki satu arah dan tujuan
dalam hidupnya, yaitu Tuhan sendiri. Inilah ide dari kesucian yang diajarkan oleh Alkitab.
Kepastian serta kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya hanya dapat diperoleh ketika
manusia berjalan di bawah hukum-hukum Tuhan. Itulah yang seharusnya kita perjuangkan :
menegakkan hukum-hukum Tuhan, baik dalam kehidupan bernegara, masyarakat, sosialisasi
dengan sesama, berdagang dan dunia kerja, keluarga, maupun komunitas umat beriman.
Ayat 11 membicarakan dimensi yang luas dari Firman Tuhan. Firman Tuhan bukan hanya
dinyatakan sebagai kebenaran yang tertinggi, rasionalitas yang tertinggi, melainkan juga sebagai
keindahan yang tertinggi (Dimensi estetis), karya yang paling berharga (dimensi ekonomis).
Bagian 3 - Ayat 12 - 15
Pengetahuan theologis yang benar selalu membawa kepada pengenalan akan diri. Daud
sadar bahwa ketika dia merenungkan kesempurnaan hukum-hukum Allah, dia tiba pada refleksi
dan perenungan atas keberdosaan dirinya. Pengetahuan yang sejati selalu memimpin kepada
kerendahan hati, bukan kecongkakan dan peninggian diri.
Theologi yang tidak berakhir dengan kesalehan bukanlah theologi yang dibicarakan oleh
Firman Tuhan. Mengenal Allah berarti memberitakan Dia, menyaksikan Dia, berkata-kata tentang
Dia, berdoa kepada Dia dan merenungkan Dia. Di situlah kita memahami arti ciptaan, mengagumi
kekayaan firmanNya dan mengenal diri.
MAZMUR 20
Paulus mengajarkan agar orang-orang Kristen berdoa untuk raja-raja dan semua
pembesar. Tradisi ini sudah dijalankan jauh sebelumnya, yaitu saat-saat dimana bangsa Israel
mengalami kesesakan. Kesesakan juga dapat dijalani secara positif dengan berdoa serta
bergantung pada Tuhan. Dan inilah yang dilakukan oleh bangsa Israel.
15
Ayat 2-6
Ini adalah perkataan yang ditujukan bukan kepada Tuhan, melainkan kepada raja atau
pemerintah. Disini kita melihat bahwa Firman Tuhan pun membicarakan tentang sikap nasionalis
yang sesungguhnya, yang berbeda dengan nasionalisme yang diajarkan dan dijunjung tinggi oleh
banyak orang.
Sikap nasionalis yang benar bukan hanya karena kita lahir disana bisa makan disana,
mendapatkan yang baik-baik. Karena kalo tidak dapat yang baik sikap nasionalis kita hilang, itu
nasionalis yang dangkal. Sikap nasionalis dan cinta bangsa yang benar adalah berdoa dan
berharap agar Tuhan menjawab dan memperkenan bangsa tersebut. Tidak ada gunanya sebuah
bangsa menjadi besar, kuat ekonomi dan militer, namun jika Tuhan tidak berkenan, negara itu
sesungguhnya sudah hancur.
Ayat 3
Tertulis bahwa bangsa Israel mengharapkan bantuan dari temapt yang kudus, dari Sion.
Iman melihat hadirat Allah dalam setiap pergumulan hidup.
Ayat 4
Berbicara tentang korban persembahan dan korban bakaran. Persembahan tidak akan
pernah sanggup menyuap dan menyogok Tuhan karena segala sesuatu adalah milikNya. Jika
keyakinan iman kita dibangun atas persembahan yang sudah kita berikan kepada Tuhan,
sesungguhnya kita adalah orang yang sangat naïf karena kita berpikir bahwa Tuhan masih
berutang kepada kita, membalas budi baik kita.
Yang dilihat dan diingat oleh Tuhan kita, ketika seseorang memberi dengan benar, dia
mengorbankan dirinya. Persembahan berkait erat dengan pengorbanan. Mempersembahkan diri
berarti mengorbankan diri, jika tidak demikian tidak ada persembahan yang sejati.
Ayat 5 dan 6b
Jika kita baca sepintas lalu tanpa pengertian prinsip dari seluruh kitab suci, dapat
menimbulkan kesalahmengertian yang serius.
Banyak orang berpikir jika permintaan kita dijawab ya, maka itu pastilah kehendak Tuhan.
Mari kita coba lihat dari pengalaman bangsa Israel. Saat mereka dibebaskan dari Mesir, mereka
justru menggerutu, karena mereka mulai berpikir, dunia ini memiliki kebudayaan seni, musik,
hiburan, dan kesenangan yang sangat menarik. Mengapa saya hanya makan manna dan harus
mencukupkan diri dengan yang itu2 juga, bukankah ada daging seperti di Mesir, mengapa kita
harus hidup lebih sederhana. Demikianlah tipe orang yang hanya ingin memuaskan nafsunya itu,
sambil menangis pada Tuhan, namun sebenarnya mereka menuntut untuk mempertahankan
selera mereka dalam perbudakan dosa.
16
Tuhan ternyata mendengar dan mengabulkan doa mereka, namun bukan karena Dia
menghendakiNya tetapi memberikannya dalam murkaNya (Bilangan 11 : 4 -35). Jadi doa yang
dipaksa dan dikabulkan Tuhan belum tentu Tuhan berkenan, itu justru bisa jadi malapetaka dalam
hidup kita.
Sehingga kalimat-kalimat di ayat ini tidak dapat dipisahkan dengan pengertian dan
penaklukan di bawah kehendak Tuhan. Ketika kita berjalan dalam kehendak Tuhan, mintalah
maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu (Yohanes 16:24) kiranya Tuhan
memenuhi segala permintaanmu berarti kiranya segala permintaanmu seturut dengan kehendak
Tuhan.
Yang penting disini adalah apakah keinginan hati kita juga merupakan keinginan Allah –
bagaimana kita mengarahkan keinginan kita seperti keinginan Tuhan, kehendak kita sejalan
dengan kehendak Tuhan, kemenangan kita di dalam kemenangan Tuhan, inilah esensi kehidupan
Kristen.
Ayat 7
Kita tidak bergumul agar Tuhan senantiasa memihak dan membela perkara kita, melainkan
agar kita berpihak pada perkara Tuhan. Tidak semua perjuangan yang dilakukan manusia, bahkan
orang percaya selalu baik adanya. Perjuangan dan jerih lelah kita hanya akan dinilai dalam
kekekalan. Ayat 7 ini sekaligus juga menyatakan bahwa raja yang sesungguhnya adalah Yesus
Kristus.
Ayat 8
Mengajarkan tentang kemegahan orang percaya yang ada dalam nama Tuhan. Memiliki
Tuhan Yesus berarti sudah memiliki semua yang kita perlu, sebab Allah kita adalah Allah yang
Maha Mencukupi. Dan kita harus bermegah karena hal itu. Orang-orang percaya tidak seharusnya
menjadi orang yang minder karena tidak memiliki ini dan itu, tidak perlu merasa takut karena
tidak ada kekuatan yang membela dan mendukung, karena kita memiliki Tuhan. Asal Dia
berkenan atas hidup kita itu sudah cukup.
Apakah hidupmu sudah berkenan di hadapan Tuhan? Pertanyaan seperti inilah harus
ditanyakan dalam setiap jengkal dan tindakan hidup kita.
Ayat 10
Merupakan sebuah doa kepada Tuhan. Bani Israel bukan hanya berkata-kata pada raja,
tetapi juga berdoa baginya. Ini adalah satu prinsip yang penting. Jika kita berharap ucapan dan
perkataan kita didengar oleh orang lain sebagai perkataan kebenaran yang dari Tuhan, kita harus
melatih terlebih dahulu untuk membawa orang yang kepadanya kita akan berkata-kata di
hadapan Tuhan, yaitu dengan kita mendoakan dia.
17
MAZMUR 22:1-16
Mazmur yang terkenal sebagai mazmur Mesianis ini sering kali dibahas dengan menunjuk
kepada kehidupan Yesus Kristus. Terang perjanjian Baru untuk mengerti perjanjian Lama. Orangorang kudus yang berada pada zaman Perjanjian Lama, dalam batasan tertentu merekapun
mencicipi penderitaan yang dialami oleh Sang Mesias.
Ayat 3
Ada kalanya Tuhan nampak diam. Namun iman yang sejati tidak berhenti dan tetap
bertekun sekalipun perasaan mengatakan bahwa Allah tidak mendengar dan tidak menjawab.
Iman harus melampaui batasan perasaan. Dalam keadaannya yang tidak juga tenang Daud tetap
percaya kepada Allah. Disitulah letak kedewasaan imannya. Iman sering kali dikaitkan dengan
perasaan aman dan tenang, akan tetapi iman Daud melampaui perasaan-perasaan tersebut.
Manusia sering kali mengukur kualitas iman seseorang pada kondisi orang itu sendiri.
Orang yang beriman diidentikkan dengan orang yang ramah selalu tenang dan optimis, tidak
pernah bertanya dan tidak ada keraguan sama sekali atau memiliki keyakinan yang tidak dapat
digoncangkan oleh siapa pun. Akan tetapi Firman Tuhan tidak membicarakan iman seperti itu.
Daud, ternyata adalah seorang yang juga bertanya dan bergumul kepada Allah. Akan tetapi inilah
yang dikatakan Firman Tuhan sebagai orang yang beriman, karena di dalam keadaan yang seperti
itupun dia tetap mencari Allah. Dia tidak kecewa dan meninggalkan Allah.
Dia tetap berpaut pada Allah dan tidak ada sesuatu apapun yang sanggup menghalangi dia
untuk memegang erat tangan Allah yang tidak terlihat. Dia beriman kepada Allah dan Allah lebih
tinggi daripada perasaan tenang, Allah tidak identik dengan pertolonganNya, Allah adalah tetap
Allah sekalipun seolah-olah Ia absen dari kehidupan kita.
Sehingga kita tidak lagi mengasihi Allah karena Dia baik bagiku, melainkan karena Dia
memang adalah baik adanya. Di dalam diriNya Ia adalah baik.
Ayat 4
Disini kita membaca ada benturan antara apa yang dialami oleh Daud dan apa yang dia
mengerti secara konsep tentang Allah. “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas
puji2an orang Israel.” Mengapa Allah tidak menjawab, padahal Dia adalah Yang Kudus.
Doktrin Allah seperti itu benar, konsepnya benar, namun belum dihayati dalam
pengalaman hidup sehari-hari bersama dengan Tuhan. Mengetahui theologi sistematika saja tidak
cukup. Perlu benturan dengan realitas hidup sehari-hari.
Ayat 8 dan 9
Menceritakan bagaimana pemazmur diolok-olok dan ditolak, dikucilkan oleh orang lain.
Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang percaya, kita menerima ejekan dari
18
musuh-musuh Tuhan, bahwa Allah yang kita percaya tidak dapat melepaskan kita dari segala
bencana, kesulitan, dan penderitaan yang kita alami.
Dia dapat menghancurkan orang-orang fasik hanya dalam sekejap mata. Akan tetapi
pembentukan atas diri anak-anakNya dikerjakanNya bukan dalam sekejap mata, melainkan
bertahun-tahun. Dan itulah yang dipilihNya untuk dikerjakan. Tuhan tidak segera membebaskan
kita dari penderitaan dan kesengsaraan bukan karena Dia tidak lagi mengasihi kita, melainkan
karena dia mendidik orang yang dikasihiNya.
Ayat 11
Berbicara tentang bahwa Tuhan adalah Allah sejak permulaan keberaadaan Daud.
Ayat 12
Janganlah jauh dari apdaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
Perasaan ditinggalkan dan Allah yang seperti begitu jauh dihalau oleh iman yang percaya dan
pengharapan bahwa Allah tidak akan jauh dari padanya.
MAZMUR 22 : 17-32
Ayat 17-19
Berbicara tentang nubuat kehidupan Yesus Kristus tatkala Dia menderita di atas kayu salib.
Penderitaan yang dialami begitu hebat, Dia tetap berseru kepada BapaNya yang ada di surga.
Orang lain memang tidak mungkin sungguh2 memahami pergumulan hidup seseorang.
Hanya Tuhan yang sungguh2 mengerti dan memberikan pengertian kepada kita karena kita pun
tidak sempurna dalam memandang kesulitan dan penderitaan. Tuhan Yesus di tengah
pergumulanNya belajar untuk tetap bergantung pada Bapa, dan di dalam ketekunan Ia terus
berseru.
Dia ditinggalkan dan dimurkai karena dosa-dosa kita, namun Dia diterima dan didengar
karena Dia mewakili kita dan hanya di dalam Dia kita diterima dan beroleh pengampunan dosa
dan penerimaan Tuhan.
Ayat 23 - dst
Secara keseluruhan menceritakan tentang kemenangan yang sudah pasti diraih oleh
Mesias yang menderita.
Ayat 24
Menyatakan sikap hati seorang anak Tuhan, yaitu takut dan gentar. Bukankah pertolongan
Tuhan seharusnya membawa kita kepada kedekatan dan keakraban yang lebih lagi dengan Tuhan,
19
dan bukannya perasaan takut dan gentar? Justru di sinilah Firman Tuhan mengajarkan kepada
kita apa itu kedekatan dan keakraban yang sesungguhnya.
Seseorang yang sungguh-sungguh hidup dekat dengan Tuhan akan semakin merasakan
kegentaran terhadap Dia, sebab Dia bukan hanya Allah yang Mahabaik, melainkan juga Allah yang
Mahakudus. KebaikanNya tidak pernah menjadi kebaikan yang diobral secara murahan, namun
kebaikan serta anugerah yang tidak pernah kehilangan kewibawaan ilahi. Kedekatan yang
menyebabkan manusia menjadi semakin memiliki keyakinan pada diri sendiri adalah kedekatan
yang palsu. Karena justru semakin dekat dengan Dia, semakin kita menyadari bahwa Dia adalah
Pencipta, kita ini ciptaan. Dia Mahatahu, kita bodoh. Dia berdaulat atas kehendakNya sendiri,
kehendak kita sering kali ngawur. Dia Mahakuasa, kita sangat terbatas dan rentan. Kedekatan
yang dari Tuhan menimbulkan perasaan hati yang takut dan gentar kepadaNya.
Ayat 26
Mengaitkan antara memuji-muji dan membayar nazar. Nazar adalah sesuatu yang sangat
serius. Dan karena itu, bagi banyak orang Kristen, daripada tertimpa malapetaka karena tidak
membayar nazar yang pernah diucapkan, lebih baik tidak bernazar sama sekali.
Memuji Tuhan sekaligus adalah komitmen kita di hadapan Tuhan. Kita tidak dapat menyanyikan
lagu rohani tanpa memperbaharui komitmen kita di hadapan Tuhan, karena itu sama saja dengan
berlaku munafik.
Ayat 27
Jika Firman Tuhan terkadang seolah memprioritaskan mereka yang miskin, itu karena dan
hanya karena mereka yang miskin seharusnya rendah hati, dan karena kemiskinannya itu mereka
mencari Tuhan. Itulah orang yang dipuji dan dianggap berbahagia oleh Alkitab, bukan orang yang
miskin karena kemiskinan itu sendiri.
Firman Tuhan tidak sepenuhnya mendukung gerakan seperti itu karena gerakan tersebut
gagal untuk melihat esensi kemiskinan yang dipuji oleh Alkitab, yaitu kerendahan hati dan
mencari Tuhan. Tanpa kedua hal ini, kemiskinan dan ketertindasan bisa membuat sama pongah
dan congkaknya dengan kekayaan.
Namun berbahagialah mereka yan miskin atau kaya mempunyai kesadaran akan
kemiskinan, bahkan kebangkrutan rohani di hadapan Allah- karena mereka yang empunya
Kerajaan Sorga – ini poin pentingnya, kesadaran akan kemiskinan melihat diri kecil tidak merasa
hebat, sadar posisi diri di hadapan Tuhan.
Ayat 28 dan 29
Mesias harus diberitakan kepada segala bangsa. Menjadi seorang pengikut Kristus berarti
belajar untuk memiliki hati yang luas dan memiliki beban bagi orang-orang yang di luar identitas
kita.
20
Ayat 30
Mengatakan semua orang akan berlutut di hadapanNya. Berbahagialah orang, yang selagi
Tuhan masih memberikan nafas hidup, dengan rela dan rendah hati mempercayakan hidupnya
kepada Yesus Kristus, karena hanya melalui Dia kita dapat sujud menyembah Allah yang sejati.
Mereka yang tidak mengakui dan tidak percaya kepada Yesus Kristus tidak akan mengubah fakta
bahwa pada akhirnya Ia akan datang untuk menghakimi semua orang.
Ayat 31
Kita harus menceritakan tentang Tuhan kepada angkatan lain, yang akan datang, anak cucu
kita. Inilah warisan yang paling berharga yang dapat kita turunkan kepada keturunan kita.
Iman dan kepercayaan keapda Yesus Kristus, pengenalan akan Allah yang sejati, kerinduan
kepdaNya, roh dan hati yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan merupakan segala sesuatu
yang tidak dapat ditawarkan oleh dunia ini.
Agama tidak menyelamatkan manusia, bahkan agama Kristenpun tidak, karena yang
menyelamatkan dan yang membentuk bangsa yang akan lahir itu adalah pribadi Yesus Kristus.
Iman dan ketaatan kepadaNya, itulah jiwa keagaaman yang sesungguhnya.
MAZMUR 23 : 1-3
Mazmur yang sangat terkenal ini tidak dapat dipisahkan dengan Mazmur sebelumnya
(Mazmur 22) yang berbicara tentang pergumulan Sang Mesias dalam penderitaanNya.
Kedekatan/intimacy yang benar adalah kedekatan yang didapatkan melalui momen-momen
kejauhan.
Tuhan Yesus dan juga Daud mengatakan kalimat-kalimat pada pasal ini setelah melalui
berbagai macam pergumulan hidup yang sangat berat. Demikianlah “Tuhan adalah gembalaku”
teruji bukan hanya pada saat pengalaman-pengalaman di atas puncak gunung, melainkan juga
dalam lembah kekelaman. Kekristenan tidak mengajarkan manusia mencari pengalamanpengalaman yang selalu berada di atas, melainkan bagaimana kita tetap dapat berkata”Tuhan
adalah gembalaku” dalam setiap situasi dan kondisi hidup kita.
Ayat 2
Orang yang gembalanya adalah Tuhan. Hidupnya bukan hanya tidak kekurangan,
melainkan bahkan mengalirkan kelimpahan hidup yang terus-menerus bagi orang-orang yang ada
di sekitarnya. Ayat-ayat disini mengatakan hidupnya takkan kekurangan ketenangan dan istirahat.
Alkitab mengajarkan ketenangan itu lebih dari sekedar keseimbangan. Ketenangan yang
ditawarkan Firman Tuhan justru adalah ketenangan di tengah-tengah badai kehidupan, itulah air
tenang yang sesungguhnya.
21
Ayat 3a
Gembala itu tidak hanya sanggup menyediakan istirahat bagi domba-dombaNya, melainkan
juga kesegaran dan pemulihan jiwa. Di dalam kehidupan yang terus berubah, manusia selalu
berusaha untuk mencari kesegaran melalui segala sesautu yang baru. Firman Tuhan begitu unik
dan khusus karena justru sanggup memberikan kesegaran dalam ketidakberubahan.
Demikian juga Yesus Kristus tetap sama, baik dulu, sekarang dan sampai selamanya namun
dari Dia kita beroleh kesegaran hidup yang terus menerus karena Dia adalah kebenaran yang
hidup, yang tidak berubah namun mengubahkan.
Ayat 3b
Gembala itu juga akan memimpin hidup kita di jalan yang benar, kita tidak akan
kekurangan pimpinan Tuhan. Tetapi mengapa banyak orang Kristen sekarang sepertinya
bergumul sulit sekali untuk mengetahui kehendak Tuhan?
Sering dari pengalaman kita Tuhan sepertinya kurang tergerak untuk menjadikan segala
sesuatunya jelas, kita sangat ingin tahu tetapi Tuhan seakan menjadikannya agak kabur. Lalu
jawaban untuk menenangkan hati kita seringkali kita berkata bahwa lewat hal tersebut kita
diminta untuk tetap beriman dan bertekur. Inilah pemahaman yang sering kita terima. Namun
seorang penulis Kristen berani mengatakan sebaliknya, yaitu bahwa sesungguhnya Tuhan sangat
ingin kita mengetahui kehendakNya, namun sesungguhnya kitalah yang tidak sungguh-sungguh
mau taat.
Permasalahannya bukan dalam diri Tuhan melainkan pada ketidaksiapan hati kita jika
Tuhan segera menyatakannya. Itu yang pertama. Kedua, sering kali kita meminta pimpinan Tuhan
secara khusus karena kita takut salah jalan, jadi sebenarnya yang sedang kita lakukan adalah
melempar tanggung jawab kita. Kita berharap dengan mengikuti perintah Tuhan yang jelas hidup
kita akan selalu bahagia, tidak akan pernah salah. Jadi tujuan kita sebenarnya bukan Tuhan,
namun hanyalah kebahagiaan untuk diri kita sendiri dan ketakutan kita akan kegagalan.
Padahal kebahagiaan akan diberikan sebagai akibat dan bukan sebagai sesuatu yang kita
kejar sebagai tujuan hidup. Kita bahkan tidak mampu untuk membahagiakan diri kita sendiri.
Mereka yang mengarahkan hidupnya untuk Tuhan, menyaksikan dalam pengalaman yang hidup
bahwa Tuhan adalah gembalanya, yang menuntun di jalan yang benar.
MAZMUR 23 : 4-5
Ayat 4a
Kekayaan hidup Daud diwarnai dengan saat2 berjalan dalam lembah kekelaman. Lembah2
ini, sekalipun kaya dengan padang rumput dan air, merupakan tempat yang berbahaya. Binatang
buas mengintai dan siap menerkam jika domba tersebut tidak dilindungi.
22
Saat-saat bahaya tidak dapat kita hindarkan dalam hidup kita, akan tetapi sama dengan saat-saat
padang rumput dan air yang tenang, di sinipun Tuhan kita hadir dan beserta dengan kita.
Banyak komentator yang menyoroti pergantian kata ganti untuk Tuhan pada ayat-ayat
disini. Saat disaat tenang, ayat yang awal pemazmur memakai kata ganti ketiga (Ia), namun saat
kemudian menjalani lembah kekelaman, pemazmur memakai kata ganti kedua (Engkau). Hal
tersebut menunjukan sering kali justru di saat-saat bahaya dan sulit relasi kita dengan Tuhan
menjadi khusus dan pribadi.
Kehidupan Kristen yang utuh adalah yang mengenal Tuhan dalam relasi orang kedua,
bukan hanya mendengar kata orang, namun juga berjalan bersama-sama dengan Dia.
Ayat 4b
Dengan tongkat Ia memukul dan mengusir musuh-mush yang berbahaya, dan dengan
benda itu pula, Ia mengoreksi jalan yang salah dari domba2Nya. Kerendahan hati dari pemazmur
yang menyadari bahwa jalan kita tidak selalu sejalan dengan Gembala kita.
Ayat 5a
Seorang gembala yang baik akan mempersiapkan terlebih dahulu sebelum dombadombanya dibawa ke dataran tinggi untuk makan. Kehidupan Kristen yang diberkati adalah
kehidupan yang meluap keluar karena kepenuhan Kristus. Hidup Kristen bukanlah suatu
kehidupan yang diusahakan dengan susah payah, sampai akhirnya suatu saat orang itu putus asa
dan depresi karena tidak mencapai target yang ditetapkan sendiri. Melainkan satu kehidupan
yang mengalirkan sukacita dan berkat Tuhan yang memancar memenuhi kehidupan orang lain.
Ayat 6a
Allah yang kita percaya adalah Allah yang positif, Allah kebaikan dan kemurahan hati.
Kebaikan dan kemurahan yang dialami oleh Daud baik pada saat pengalaman rohani yang puncak
maupun juga dalam lebah kekelaman.
Begitu banyak orang mempertanyakan kebaikan Allah setelah mengalami saat-saat yang
sulit dalam hidupnya. Namun barangsiapa yang tetap percaya akan penyertaan Tuhan dalam
setiap momen hidupnya akan mampu berkata bersama dengan Daud bahwa sesungguhnya Ia
Mahabaik dan Mahamurah.
Ayat 6b
Tuhan sudah menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka yang percaya dalam
namaNya. Karena ia tahu pada akhirnya adalah tinggal bersama dengan Tuhan selama-lamanya.
Suatu keyakinan iman yang sanggup membawa siapa saja untuk mengarungi kehidupan yang
sementara ini.
23
MAZMUR 24 : 1-10
Mazmur ini terdiri dari tiga bagian :
Bagian 1
: Membicarakan tentang Tuhan yang empunya segala sesuatu.
Bagian 2
: Membicarakan tentang tempat khusus dimana Dia hadir dan tinggal.
Bagian 3
: Membicarakan nubuat tentang Mesias yang akan merebut kemenangan.
Bagian 1 - Ayat 1-2
Membicarakan tentang Tuhan yang empunya segala sesuatu. Sulit bagi orang Israel untuk
menerima bahwa Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya. Mereka lebih suka disebut
sebagai milik Tuhan yang khusus. Demikian juga dalam kehidupan orang Kristen. Sering kali kita
membatasi Tuhan hanya dalam teritori Kekristenan, seolah-olah Dia tidak berurusan dengan
seluruh dunia ini.
Ayat ini membicarakan bahwa Tuhan yang memiliki segala sesuatu karena Dia jugalah yang
mendasarkannya, menegakkannya, dan menciptakannya. Sebagai orang Kristen kita harus belajar
untuk mengeksplorasi kepemilikan dan kekuasaan Tuhan atas seluruh alam semesta.
Bagian 2 – Ayat 3-6
Pada bagian kedua dikatakan ada tempat khusus dimana Dia hadir, dimana Dia berkenan
untuk tinggal. Justru karena Dia hadir di situ, maka tempat itu menjadi kudus. Inisiatif Tuhan
selalu mendahului dan mengakibatkan kekudusan itu. Demikan juga diri kit,a bukan karena kita
kudus, maka Dia memilih dan menyelamatkan kita, melainkan karena Dia terlebih dahulu memilih
dan menentukan keselamatan kita, maka kita beroleh kekudusan di dalam Dia. Kehadiran Tuhan,
itulah yang menjadikan sesuatu itu kudus.
Jika Tuhan tidak hadir, kemegahan arsitektur ataupun interior sebuah gedung, musik yang
berkualitas, khotbah yang berapi-api semuanya tak berarti apa-apa. Kehadiran Tuhan melebihi
segala sesuatu yang lain karena dimana Dia hadir di situ kita mencicipi kekekalan.
Karena Dia kudus, tidak segala sesuatu dapat menghampiri tempat kudusNya. Pengenalan
akan kekudusan Tuhan mengakibatkan perasaan takut dan gentar.
Ayat 4a mengatakan “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya…” Tangan mewakili
apa yang kita kerjakan dan lakukan sedngkan hati adalah pusat dari mana seluruh kehidupan
terpancar.
Ayat 5 membicarakan tentang berkat dan keadilan. Alkitab mengajarkan agar kita menjadi
orang yang tulus dan cerdik. Ketulusan tanpa kecerdikan menjadi kepolosan yang naïf, sementara
kecerdikan tanpa ketulusan adalah kelicikan.
Ayat 6 mengatakan orang yang hatinya murni selalu memiliki dorongan serta kerinduan
yang dalam untuk terus mencari serta menginginkan diri Tuhan, bukan sekadar tidak berbohong
dan bermoral baik.
24
Bagian 3 – ayat 7-10
Berisi nubuat tentang Mesias yang akan merebut kemenangan dalam peperangan dan naik
ke surga.
Mazmur 22 menubuatkan penderitaan Mesias
Mazmur 23 menubuatkan Mesias dalam kematianNya.
Mazmur 24 menubuatkan kenaikanNya ke sorga.
Pintu kekekalan yang berabad-abad berusaha dibuka oleh filsafat, moral, agama, namun
tetap tertutup, kini hanya Mesias, Raja Kemuliaan, yang sanggup membukanya, karena Dialah
satu-satunya yang diterima dan diperkenan oleh Allah yang ada di sorga.
MAZMUR 26
Disini kita membaca bahwa Daud harus mengalami pembentukan untuk kesekian kalinya
dari Tuhan. Pembentukan untuk tidak membiarkan diri dinilai dan diberi identitas oleh orang
yang ada di sekitarnya, terutama orang yang membenci dia. Membiarkan diri hanya dinilai oleh
Tuhan tidak didapat dalam waktu sekejap, melainkan melalui pembentukan seumur hidup.
Ayat 1
Menyatakan permohonan Daud agar Tuhan memberi keadilan kepadanya.
Ayat 2
Perkataan disini tidak dikatakan dengan sikap yakin akan kebenaran diri sendiri,
melainkan dengan satu sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan agar Ia menyelidiki kedalaman
hatinya, sebab mungkin ada hal tersembunyi yang tidak diketahuinya.
Ayat 3
Mencatat dasar keyakinan dan pembenaran Tuhan atas diri Daud, yaitu bahwa matanya
tertuju kepada kasih setia Tuhan. Kasih setia Tuhanlah yang membuat Daud dibenarkan dan
dibela oleh Allah.
Ayat 4 dan 5
Menyatakan integritas hidup seseorang yg tidak bergaul dengan orang fasik. Sehingga
Mazmur ini membicarakan pergaulan itu bukan sekedar perjumpaan atau pembicaraan. Orang
benar tidak mungkin bergaul dengan orang fasik karena keduanya memiliki dua arah hati dan cara
pandang yang sangat berbeda, bahkan berkontradiksi satu dengan yang lain.
25
C.S Lewis mengatakan bahwa kita harus memiliki bijaksana untuk tidak sembarangan
bergaul, itu bukan karena kita terlalu baik bagi mereka justru karena kita tidak cukup baik. Kita
tidak cukup baik untuk menghadapi segala pencobaan atau cukup cerdik menghadapi
permasalahan dari pergaulan seperti itu.
Ayat 6
Membicarakan hubungan dengan Tuhan. Ada kaitan erat antara integritas dan kehidupan
beribadah yang diterima.
Ayat 7
Merupakan respon yang seharusnya timbul dari ibadah yang sejati.
Ayat 8
Mencatat kecintaan Daud pada rumah kediaman Tuhan. Pernyataan kemuliaan Tuhan
adalah puncak dan tujuan tertinggi dalam ibadah kita.
Ayat 9-10
Merupakan permohonan Daud agar pada akhirnya Tuhan memisahkan orang benar dan
orang jahat. Itulah yang menjadi pengharapan kita semua : pemisahan yang baik dan yang jahat.
Ayat 12a
“Kakiku berdiri di tanah yang rata…” Sesungguhnya orang-orang benarlah yang
memijakkan kakinya di tanah yang rata. Karena dasarnya adalah Tuhan yang tidak berubah,
sementara orang-orang fasik justru berdiri di tempat licin dan curam, sekejam saja mereka lenyap
habis oleh karena kedahsyatan (Mazmur 73:19).
MAZMUR 28
Mazmur ini merupakan mazmur pergumulan Daud mengenai Tuhan yang membisu. Ini
merupakan suatu ironi di mana orang yang kehidupan rohaninya sangat baik justru terlihat
seperti orang tidak beriman.
Waktu kita terus menerus mengatakan bahwa segala sesuatu berjalan baik, berarti kita
tidak jujur karena banyak hal berjalan tidak lancar, tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Kita
harus belajar jujur apa adanya terbuka dengan penuh hormat kepada Tuhan. Karena penderitaan
bagaimanapun sebuah realitas. Namun bagaimana kita merespon penderitaan dengan sikap kita
pada Tuhan itu yang penting.
Daud mengatakan seperti mau mati waktu Tuhan berdiam diri. Ini justru bukan contoh
orang tidak beriman, karena kedekatannya pada Tuhan membuat Daud sangat peka akan
kehadiran atau saat di mana Tuhan berbicara atau berdiam diri. Pengalaman ini sepertinya terlalu
26
jauh dari hidup kita dan ini membuktikan bahwa relasi kita terhadap Tuhan tidak sebaik Daud
sehingga kita tidak merasakan dinamika seperti ini.
Waktu Daud ragu-ragu, dia menyatakan keraguannya, dan saat Tuhan sepertinya tidak
mendengar, dia juga menyatakannya. Daud tidak menipu diri bahwa Tuhan selalu mendengar.
Daud benar-benar mengeluh dan dia menaikkan seluruh kesulitannya di hadapan Tuhan. Daud
yang jujur di hadapan Tuhan itulah bukti hubungan yang sehat dan dinamis.
Namun walaupun Allah nampaknya diam, Daud tetap berharap kepada Tuhan dan inilah
yang dinamakan iman yagn sejati, iman yang berakar dalam dan teruji. Tidak bergantung pada
persepsi dan perasaan Tuhan sedang di dekatnya atau tidak.
Ayat 2
Membahas tentang Daud yang mengangkat seluruh keluhan dan penderitaannya kepada
Tuhan.
Ayat 3
Daud mengangkat kembali persoalan orang fasik. Persoalan ini selalu muncul dalam
Mazmur dan salah satu alasannya adalah karena hidup Daud sendiri banyak mengalami tekanan
dari orang fasik.
Ada banyak ayat di dalam Mazmur yang terdengar seolah-olah merupakan doa balas
dendam namun sebenarnya bukan demikian. Apa yang didoakan Daud di sini bukan supaya Tuhan
membalas kejahatan mereka karena mereka telah menyakiti Daud. Tetapi karena seharusnya yang
buruk itu adalah bagian orang-orang fasik dan bukan bagian orang yang memiliki integritas di
hadapan Tuhan.
Ayat 6-9
Berbicara mengenai puji-pujian kepada Tuhan. Pada bagian ini kita membaca bahwa Daud
akhirnya tergerak untuk memuji Tuhan. Memuji Tuhan adalah suatu tindakan wajar yang tidak
perlu dipaksakan ketika seseorang menyadari kebaikan Tuhan di tengah-tengah penderitaan
manusia.
Ayat 7
Tertulis disana bahwa Daud mengatakan “Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku”. Daud
mengenal Tuhan dengan begitu kaya dan limpah karena pergumulan di dalam kesulitan yang ia
lalui tidak sedikit. Pengenalan akan Tuhan yang sifatnya artificial mengakibatkan orang Kristen
hanya mengerti doktrin tetapi kehidupannya tidak menyatakan kekayaan rohani.
Ayat 9
Pergerakan terjadi dalam diri Daud. Saat dia memuji Tuhan, pikirannya diarahkan kepada
orang lain. Inilah pola yang ada dalam Alkitab. Saat hidup kita sendiri dibereskan dan kita
27
mengetahui bagaimana menghargai anugerah Tuhan, kita dapat memikirkan untuk membagikan
anugerah itu pada orang lain.
EndDiringkas – 1 Februari 2014
28
Download