LAPORAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM KELOMPOK TANI JERUK Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Oleh: I Putu Ananda Citra, S.Pd.,M.Sc. NIDN 0018088401 Ketua Pengusul Made Vivi Oviantari, S.Si.,M.Si. NIDN 0005088004 Anggota Pengusul Prof. Dr. Sukadi,M.Pd.,M.Ed. NIDN 0010036302 Anggota Pengusul UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA OKTOBER 2015 HALAMAN PENGESAHAN Judul : IbM Kelompok Tani Jeruk Pelaksana Nama Lengkap : I Putu Ananda Citra, S.Pd.,M.Sc. NIDN : 0018088401 Jabatan Fungsional : Lektor Program Studi : Pendidikan Geografi Nomor HP : 081915711969 Alamat Surel : [email protected] Anggota 1 Nama Lengkap : Made Vivi Oviantari, S.Si.,M.Si. NIDN : 0005088004 Perguruan Tinggi : UNDIKSHA Anggota 2 Nama Lengkap : Prof. Dr. Sukadi,M.Pd.,M.Ed. NIDN : 0010036302 Perguruan Tinggi : UNDIKSHA Nama Mitra Program IbM (1) : Kelompok Tenun Gunung Agung Nama Mira Program IbM (2) : Kelompok Tenun Bina Karya Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 40.000.000,00 Biaya Keseluruhan : Rp. 40.000.000,00 9 Oktober 2015 RINGKASAN Desa Bonyoh merupakan desa yang sangat potensial bagi pengembangan pertanian dan peternakan. Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah Desa Bonyoh yaitu sluas 534 Ha., yang pemanfaatannya adalah Pemukiman umum: 24 Ha, Ladang/Kebun: 515,00 Ha, Hutan Lindung: 7,00 Ha, Kuburan: 2,00 Ha, dan Bangunan Umum: 8,00 Ha. Saat ini masyarakat Desa Bonyoh mengembangkan pertanian jeruk sebagai primadona.Untuk memajukan usaha pertanian, masyarakat Desa Bonyoh membentuk kelompok tani yang beranggotakan 20 sampai 30 orang. Program IbM kelompok tani jeruk ini didasari oleh permasalahan yang dialami oleh kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh, yaitu (1) masalah pembibitan. Kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh belum memiliki pemahaman yang memadai tentang cara memilih bibit jeruk yang berkualitas. Bahkan, menurut masyarakat para petani jeruk di Desa Bonyoh bibit yang mereka tanam berasal dari daerah bueleleng (Bondalem, Tejakula dan Julah), (2) Pemupukan. Perawatan tanaman jeruk untuk menghasilkan produksi jeruk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi membutuhkan pemupukan yang memadai. Akan tetapi proses pemupukan pada tanaman jeruk di Desa Bonyoh masih menggunakan pupuk kimian. Padahal kesalahan pada proses pemupukan akan berimplikasi pada kualitas produksi jeruk dan usia tanaman yang tak jarang berujung pada kematian tanaman jeruk, dan (3) Pemasaran. Proses penjualan hasil pertanian jeruk oleh kelompok tani jeruk masih dilakukan dengan pola tradisional, yaitu dengan menjual ke pasar-pasar tradisional atau dengan menjual langsung di kebun kepada pengepul yang datang (borongan).. Pendekatan yang dipakai dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh kelompok Tani Jeruk di Desa Bonyoh adalah melalui pendekatan partisipatif, dengan metode pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk kompos dan manajemen pemasaran buah jeruk yang dihasilkan para petani. Keseluruhan proses transfer IPTEK yang telah dilaksanakan dengan pola pendidikan dan pelatihan serta pendampingan yang meliputi: Diklat dan Pendampingan pembuatan pupuk kompos bagi kelompok tani jeruk, Diklat dan Pendampingan manajemen pemasaran buah jeruk bagi kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh. Kata Kunci: kelompok tani, jeruk PRAKATA Puji syukur dan segala hormat dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan karunia-Nya sehingga laporan kemajuan program pengabdian kepada masyarakat dengan judul “IbM Kelompok Tani Jeruk di Desa Bonyoh” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai dan Kelompok Tani Jeruk yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini. Adapun laporan ini sangatlah kurang sempurna secara tata penulisan yang kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Tani Jeruk, besar harapan kami adanya saran dan masukan membangun bagi kesempurnaan laporan ini yang nantinya akan dikembangkan menjadi laporan akhir. Tim Penyusun DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ................................................................................................ i Halaman Lembaran Pengesahan .................................................................. ii Ringkasan ........................................................................................................ iii Prakata ............................................................................................................. iv Daftar Isi .......................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1. Analisis Situasi ....................................................................................... 1 1.2. Permasalahan Mitra ............................................................................... 2 BAB II TARGET DAN LUARAN ................................................................. 4 2.1. Target ..................................................................................................... 4 2.2. Luaran .................................................................................................... 4 BAB III METODE PELAKSANAAN .......................................................... 5 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 5 3.2. Metode Pelaksanaan ............................................................................. 6 BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ........................................ 8 4.1. Kualifikasi Tim Pelaksana Kegiatan ...................................................... 8 4.2. Pembagian Tugas Tim Pelaksana Kegiatan ........................................... 9 BAB V HASIL YANG DICAPAI ................................................................... 10 5.1. Pelatihan dan Pendapingan Pembuatan Pupuk Kompos ...................... 11 5.2. Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Pemasaran .......................... 11 BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ........................................ 13 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15 LAMPIRAN .................................................................................................... 16 BAB I PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Desa Bonyoh terletak pada ketinggian 770 sampai 895 meter di atas permukaan air laut, dengan curah hujan rata-rata 2043 mm/tahun, dan suhu udara rata-rata 200C sampai 260C, dengan luas wilayah Desa Bonyoh adalah 534 Ha., yang pemanfaatannya adalah Pemukiman umum: 24 Ha, Ladang/Kebun: 515,00 Ha, Hutan Lindung: 7,00 Ha, Kuburan: 2,00 Ha, dan Bangunan Umum: 8,00 Ha. Dengan julmlah penduduk 1.138 Jiwa atau 255 KK, yang terdiri dari Laki-laki: 531 Jiwa dan Perempuan: 607 Jiwa. Adapun batas-batas desa adalah sebagai berikut. Sebelah Utara : Bayung Gede, sebelah Selatan: Desa Apuh, sebelah Barat: Desa Abuan, sebelah Timur: Desa Sekaan. Sementara orbitasi desa dengan pusat adalah: Ke Ibu Kota Kecamatan Kintamani: 7 Km, Ke Ibu Kota Kabupaten Bangli: 27 Km, Ke Ibu Kota Propinsi Bali: 74 Km. Mata pencaharian masyarakat Desa Bonyoh adalah 83% bermata pencaharian pertani, 3% pedagang, 2% Pegawai Negeri Sipil dan 3% pengerajin dan 6% buruh bangunan, 3% lain-lain (Monografi Desa Bonyoh, 2012). Dari jumlah penduduk tersebut, 69,83% merupakan angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya manusia yang ada di Desa Bonyoh sangat menjanjikan. Namun, pendapatan masyarakat masih rendah (rata-rata pendapatan penduduk Rp. 536.000,-), padahal potensi yang dapat dikembangkan sangat banyak, seperti: pertanian, peternakan, kerajinan/industri rumah tangga dan agrowisata. Untuk memajukan usaha pertanian, masyarakat Desa Bonyoh membentuk kelompok tani yang beranggotakan 20 sampai 30 orang. Di samping bertani, anggota kelompok tani di Desa Bonyoh juga memelihara ternak, seperti sapi, babi dan ayam sebagai kegiatan sambilan. Rata-rata mereka memeilihara sapi 4 sampai 6 ekor, babi 1 sampai 2 ekor dan ayam induk 3 sampai 7 ekor. Sapi selain dipelihara untuk dijual dan digunakan untuk membantu membajak ladang juga dipelihara untuk menghasilkan pupuk kandang yang digunakan untuk menyuburkan tanah ladang pertanian. Setiap tahunnya tiap 2 ekor sapi yang dipelihara petani menghasilkan 8 sampai 12 ton pupuk kandang. Jika dirataratakan anggota kelompok tani di Desa Bonyoh menghasilkan 10 ton pupuk kandang setiap tahunnya (Data Statistik Desa Bonyoh Tahun 2012). Kebutuhan pupuk yang sangat banyak ini sangatt menyulitkan para petani jeruk di Desa Bonyoh. Anggota kelompok tani di desa Bonyoh Kecamatan Kintamani rata-rata memelihara tanah 1,5 sampai 2 hektar. Tanah ini terdiri dari tanah milik dan tanah Ayahan Desa Adat. Tanah Ayahan Desa adalah tanah yang diberikan oleh desa adat kepada masyarakat dengan kewajiban membayar urunan (iuran) setiap ada pembangunan pura (tempat suci agama Hindu) dan upacara adat di desa adat (Dwijendra, 2009: 87). Semua lahan pertanian anggota kelompok tani di Desa Bonyoh adalah lahan kering dengan klasifikasi tanah lempung atau tanah kuning yang lebih banyak kandungan pasirnya. Tanah lempung sangat mudah untuk diolah, karena terdiri dari lapisan tanah kuning dan tanah pasir yang sangat gembur (Daljoni, 1983:65). Secara umum tanah anggota kelompok tani Desa Bonyoh adalah tanah datar yang disekat-sekat dengan pematang yang berisi rumput gajah bogor untuk pakan ternak sapi. Untuk mempermudah mengolah lahan pertaniannya para petani menggunakan tenaga sapi sebagai alat untuk membajak. Jenis tanaman yang dikembangkan di wilayah Desa Bonyoh adalah, ketala rambat, cabe lombok, cabe bali, jagung, beras gaga, bawang, kentang, kubis, tomat dan aneka sayuran lainnya yang ditanam secara musiman. Sedangkan untuk tanaman umur panjangnya masyarakat mengembangkan tanaman jeruk dan kopi serta tanaman pisang sebagai tanaman penyela di sisi-sisi pematang ladang. Walapun beraneka jenis tanaman dikembangkan di Desa Bonyoh, tanaman jeruk merupakan primadona yang dirawat dan dikembangkan secara khusus oleh kelompok-kelompok tani yang ada di Desa Bonyoh. Bahkan tanaman kopi yang telah berbuah kini ditebang untuk dijadikan sebagai kebun jeruk. Hal ini disebabkan karena tanaman jeruk dapat menghasilkan untung yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan tanaman lainnya. Untuk satu pohon jeruk yang sudah berusia empat tahun ke-atas biasanya menghasilkan buah 10 sampai 25 kg pertahunnya. Jika musim panen biasanya petani menjual jeruknya dengan harga Rp. 5000/kg. Sehingga per pohonnya petani bisa menghasilkan uang Rp 50.000 sampai dengan Rp. 125.000 dari jeruk yang mereka tanam. Untuk menjual hasil pertaniannya para petani membawanya kepasar-pasar tradisional yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Kitamani atau diberikan kepada para pedagang yang langsung datang ke desa-desa mereka untuk membeli jeruknya secara borongan. Pembelian ini bisa dilakukan ketika jeruk sudah dipetik maupun masih di ladang. Saat ini di Desa Bonyoh terdapat 8 (delapan) kelompok tani jeruk, yang memfokuskan diri untuk mengembangkan tanaman jeruk. Masing-masing kelompok ada yang beranggotakan 5 sampai 7 orang. Setiap sebulan sekali, kelompok tani ini mengadakan sangkep (musyawarah) untuk membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan persoalan pertanian, khususnya tanaman jeruk. Para anggota kelompok tani ini juga memelihara ratarata 1500 sampai 2000 pohon tanaman jeruk. Untuk memelihara tanaman jeruk yang mereka pelihara secara ekstra, kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh hanya menggunakan pupuk kandang, khususnya kotoran sapi untuk menyuburkan tanahnya. Hal ini disebabkan pengalaman pahit yang pernah dialami petani ketika mereka menggunakan pupuk kimia dan pupuk kandang ayam untuk menyuburkan tanaman jeruknya ketika jeruk berjaya di daerah Kintamani termasuk di Desa Bonyoh pada tahun 1990 an. Penggunaan pupuk kimia dan pupuk kandang ayam menyebabkan perkembangan tanaman jeruk yang luar bisa cepatnya, bahkan diusia dua tahunan sudah menghasilkan buah. Tentu hal ini sangat menggembirakan bagi para petani yang memang haus akan hasil pertanian, khususnya jeruk. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama, karena setelah dua kali jeruknya berbuah daunnya mulai menguning, buahnya layu, dan akhirnya mati. Menurut pegawai pertanian daerah hal ini disebabkan karena penyakit CVPD, yaitu penyakit jeruk yang sulit (hampir tidak mungkin ditanggulangi) seperti di daerah Buleleng. Namun penjelasan pegawai pertanian ini seketika terbantahkan karena: (1) tidak semua jeruk yang ada di Desa Bonyoh mati, ada beberapa jeruk yang tidak dipelihara dengan baik masih bisa bertahan hidup, (2) beberapa area tanaman jeruk di desadesa tetangga (luar Desa Bonyoh) masih hidup dan menghasilkan dengan baik. Kondisi inilah yang membuat para petani di Desa Bonyoh membentuk kelompok tani jeruk untuk mendiskusikan (bertukar pengalaman) seputar pertanian jeruk dan mencoba kembali mengembangkan tanaman jeruk. Berdasarkan pengalaman tersebut kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh mencoba kembali untuk mengembangkan tanaman jeruk di tahun 2009. Sebagai permulaan mereka hanya menanam antara 100 sampai 200 pohon jeruk. Hal dilakukan oleh petani untuk mengurangi resiko kerugian yang terlalu besar, mengingat biaya pembibitan, penanaman dan perawatan jeruk sangat tinggi. Tetapi pola yang merka gunakan berbeda dari pemeliharaan jeruk sebelumnya, adapun perbedaannya sebagai berikut: No Pola Lama Pola Baru 1 Pembibitan dilakukan ditempat lain Pembibitan dilakukan di desa sendiri dengan (membeli bibit di daerah Tejakula, mengabil bibit yang ada di Desa Bonyoh (mata Julah dan Bondalem Kabupaten tempel, seling, tanah) Buleleng) 2 Pola perawatan di fokuskan pada tanah Perawatan diusahakan menyeimbangkan antara saja dengan mengabaikan daun dan tanah, daun dan batang termasuk buah batang 3 Pemupukan dilakukan dengan pupuk Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang kimia dan pupuk kandang ayam petelor sapi dan pupuk organik serta sangat anti untuk menggenjot tanaman jeruk. dengan pupuk kimia 4 Tanah dieksplorasi untuk menghasilkan Kesuburan tanah diutamakan dengan tetap buah jeruk sebanyak-banyaknya berorientasi pada produksi yang berkelanjutan dengan mengabaikan keberlanjutan tingkat kesuburan tanah 5 Pemetikan dilakukan sesuai dengan Pemetikan dilakukan pada saat buah jeruk siap kehendak pembeli dipetik Dengan perubahan pola pembibitan, pemerliharaan, pemupukan sampai pada pemetikan membuat tanaman jeruk yang dikembangkan oleh kelompok tani di Desa Bonyoh mencapai hasil sesuai yang diharapkan oleh para petani, bahkan mampu bertahan dengan baik. Berhasilnya kembali tanaman jeruk yang dikembangkan para petani pada proses uji coba, menemukan 3 kesimpulan yang signifikan, yaitu: (1) matinya tanaman jeruk yang mereka kembangkan di tahun 1990-an bukan disebabkan karena penyakit CVPD, namun disebabkan karena pola pemupukan yang operdosis, (2) penggunaan pupuk kimia dan pupuk kandang ayam yang berlebihan dapat menyebabkan menurunnya kualitas tanah (PH tanah), (3) untuk menjaga tingkat kesuburan tanah diperlukan pupuk kandang sapi dan pupuk organik yang sangat cocok dengan tanaman jeruk. ! Keberhasilan ini membuat para kelompok tani di Desa Bonyoh melakukan penanaman bibit jeruk secara besar-besaran ditanah ladang mereka. Bahkan sudah jarang ada tanah yang kosong atau tidak terisi tanaman jeruk. Hal ini juga diidukung oleh Pemerintah Kabupaten Bangli melalui Dinas Pertanian dengan memberikan bantuan pembibitan tanaman jeruk pada 8 kelompok tani di Desa Bonyoh ini. Penanaman jeruk yang dilakukan secara beras-besaran pada awalnya tidak menjadi persoalan sampai pada proses penanaman. Metode perawatan baru yang dikembangkan masyarakat penamanan jeruk ini akhirnya mengalami permasalahan yang sangat fundamental berkaitan dengan pemupukan dan ketersediaan pupuk kandang sapi dan organik yang digunakan untuk mensuport tanaman jeruk mereka (Andoko, 2006: 7). Untuk satu buah tanaman jeruk yang baru ditanam sampai dengan usia tiga tahun menghabiskan pupuk sebanyak 30 kg pupuk kandang. Sedangkan untuk jeruk yang sudah berusia di atas tiga tahun menghabiskan pupuk 30 kg setiap tahunnya. Sehingga secara umum petani di Desa Bonyoh yang memelihara tanaman jeruk antara 1000 sampai 2000 pohon kekurangan pupuk kandang 20 sampai 40 ton pupuk kandang. Pemupukan biasanya dilakukan dua kali setiap tahunnya. Semakin meningkatnya kebutuhan pupuk ini membuat kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh kesulitan untuk mengembangkan tanaman jeruknya. Jika kebutuhan pupuk kandang ini tidak terpenuhi dengan baik, secara otomatis akan menghambat perkembangan dan menurunkan produksi buah jeruk. Saat ini buah jeruk percobaan (proyek percontohan Kabupaten Bangli) yang dihasilkan oleh kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh menghasilkan buah antara 10 sampai 25 kg perpohonnya. Hasil pertanian jeruk ini, selain dapat meningkatkan pendapatan anggota kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh juga berimplikasi pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja pada sektor pertanian yang didatangkan dari desa lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Kintamani. Keberhasilan tanaman jeruk juga dapat meningkatkan perputaran roda ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah Kecamatan Kintamani. Saat ini hasil pertanian jeruk selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan lokal Bali (industri pariwisata dan sarana sembahyangan) juga dikirim ke-daerah luar Bali seperti Jawa, Sumatera dan Lombok. Di sisi lain jumlah pemesanan semakin meningkat dari tahun-ketahun. Peningkatan jumlah ini diikuti dengan meningkatnya tuntutan kualitas produksi buah jeruk yang mesti disediakan. Kondisi ini merupakan peluang emas bagi kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh dan kelompok tani di desa-desa lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Kintamani dalam mengoptimalkan potensi pertaniannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Namun kelangkaan pupuk kandang akan mempersulit peningkatan produksi buah tanaman jeruk yang dikembangkan oleh kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh. Jika kondisi ini terus terjadi, sudah pasti akan menyebabkan semakin lemahnya roda perekonomian masyarakat dan menurunnya pendapatan masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya yang serius dan terstruktur baik dari pemerintah mapun dari masyarakat sendiri dalam mengatasi berbagai persoalan kelangkaan pupuk kandang dalam mengembangkan produksi pertanian, khususnya produksi buah jeruk yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. 2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh, ada beberapa permasalahan esensial, yaitu: 1. Pembibitan. Sebelum menentukan untuk menanam jeruk yang paling utama adalah menentukan bibit jeruk yang berkualitas dan tahan terhadap penyakit. Jika kualitas bibit jeruk tidak memenuhi kriteria tersebut akan berimplikasi pada kualitas pohon, buah dan usia tanaman jeruk. Oleh karena itu, pemilihan bibit, mulai dari biji bibit, tanahan yang digunakan untuk mengembangkan bibit, dan mata tempel yang akan digunakan untuk menyambung seling mesti diperhitungkan sesuai dengan kriteria. Akan tetapi, kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh belum memiliki pemahaman yang memadai tentang cara memilih bibit jeruk yang berkualitas. Bahkan, menurut masyarakat para petani jeruk di Desa Bonyoh bibit yang mereka tanam berasal dari daerah bueleleng (Bondalem, Tejakula dan Julah). Para petani tidak mengetahui jenis bibit yang mereka beli. Sehingga tak jarang bibit yang mereka tanam akan menghasilkan spesies jeruk dengan jenis yang berbeda. Sedangkan pengembangan bibit jeruk di Desa Bonyoh belum mampu mereka kembangkan secara baik, hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman mereka yang masih kurang tentang pemilihan biji bibit jeruk, penempelan, pemilihan mata tempel yang berkualitas dan cara perawatan pembibitan. 2. Penggemburan Tanah. Mengingat luasnya areal pertanian yang digarap oleh kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh yaitu antara 1,5 Hekta sampai 2 Hektar membuat para petani harus mengolah lahan pertanian dengan menggunakan tenaga sapi. Hal ini dimungkinkan karena setiap masyarakat di Desa Bonyoh memang memelihara 2 sampai 4 ekor sapi. Akan tetapi yang menjadi persoalan dalam penggemburan tanah dengan alat bajak ini adalah kelangkaan bahan alat bajak yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian. Kelangkaan bahan alat bajak ini disebabkan karena sudah semakin gundulnya hutan rakyat yang ada di wilayah Desa Bonyoh. Walapun ada kayu yang tumbuh kadang- kadang tidak sesuai dengan kriteria alat bajak yang ideal (kuat, tidak mudah lapuk dan ringan), sehingga para petani harus menunggu sampai memperoleh bahan alat bajak yang tepat dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan hutan desa yang masih tersisa sedikit di masing-masing desa sudah dilarang untuk ditebang secara liar, karena dikawatirkan akan menyebabkan tanah longsor dan menurunnya debit air. Di samping itu, penggunaan hutan rakyat sebagai lahan pencarian bahan alat bajak juga tidak akan memberikan konstrubusi yang berlanjut (terus menerus), karena jenis kayu yang dibutuhkan adalah jenis kayu yang biasanya jarang tumbuh di hutan desa serta kayu yang berbentuk seperti siku atau huruf L juga sangat jarang tumbuh. 3. Pemupukan. Perawatan tanaman jeruk untuk menghasilkan produksi jeruk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi membutuhkan pemupukan yang memadai. Akan tetapi proses pemupukan pada tanaman jeruk mesti dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kebutuhan tanah. Kesalahan pada proses pemupukan akan berimplikasi pada kualitas produksi jeruk dan usia tanaman yang tak jarang berujung pada kematian tanaman jeruk. Hal ini sudah pernah terjadi di tahun 1999 dimana semua tanaman jeruk di Desa Bonyoh dan desa-desa lainnya di wilayak Kecamatan Kintamani mati akibat kelebihan pupuk kimia (Sutanto, 2002: 42). Bahkan produksi buah jeruk yang dihasilkan dari penggunaan pupuk kimia tidak bertahan lama setelah dipetik atau mudah membusuk. Sehingga sangat rentan bila dikirim keluar daerah yang memakan waktu berhari-hari. Berkenaan dengan itu, pola pemeliharaan tanaman jeruk saat ini diupayakan dengan pupuk kandang buatan sendiri atau dengan pupuk organik yang ramah lingkungan. Akan tetapi dengan semakin banyaknya pohon jeruk maka terjadi kelangkaan pupuk kandang sapi yang digunakan untuk memelihara kesuburan tanah dan mensupport tanaman jeruk. Kelangkaan pupuk kandang ini disebabkan karena penanaman jeruk yang dilakukan secara besar-besaran oleh para petani jeruk yang ada di Desa Bonyoh. Penanaman besar-besaran dihampir semua ladang pertanian menyusul suksesnya percobaan tanaman jeruk oleh kelompok tani membuat sapi yang dipelihara kewalahan menyediakan pupuk kandang (kotoran). Kekurangan ini sudah diupayakan dengan cara membuang sisa-sisa pakan ternak kedalam kadang sapi, bahkan dengan sengaja mencarikan hijauan untuk mempercepat produksi pupuk kandang. Namun cara ini masih membuat para petani kekurangan pupuk kandang, mengingat tanaman jeruk yang mereka pelihara berjumlah ratusan sampai ribuan pohon. Kekurangan pupuk kandang ini membuat petani kawatir akan keberlanjutan tanaman jeruk yang mera pelihara, termasuk keberlanjutan produksinya. Di sisi lain, kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh belum memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam membuat dan mengembangkan pupuk organik yang bisa digunakan untuk memupuk tanaman jeruk. Dari sisi ketersediaan bahan baku pupuk organik sangat memadai, seperti hijauan, skam, urin sapi, serbuk gergaji kayu dan dedak yang dihasilkan dari proses pertanian yang mereka lakukan. Sementara penggunaan pupuk kimia sudah divonis akan menyebabkan tersedotnya PH tanah yang pada akhirnya membuat tanah menjadi kering dan menyebabkan kematian pada jeruk yang mereka tanaman. Menurut petani kegagalan tanaman jeruk di tahun 1990 an disebabkan karena penggunaan pupuk kimia yang terlalu berlebihan. Secara kasat mata tanaman jeruk yang diberikan pupuk kimian memang cepat besar dan cepat berbuah, namun efek negatifnya adalah berkurangnya PH tanah yang menyebabkan tanaman jeruk menjadi mati. Mereka juga sudah memiliki proposisi, bahwa setelah penggunaan pupuk kimia akan sulit mengembalikan tingkat kesuburan tanah, sehingga penggunaan pupuk kandang, khsusunya pupuk kandang sapi atau pupuk organik merupakan pilihan yang rasional untuk keberlanjutan tanaman jeruk mereka. Hal ini mereka buktikan setelah jeruk petani di Desa Bonyoh mati di tahun 1997, tanah lebih kering, kesuburan tanah berkurang, sayuran yang ditanam tidak sesubur sebelumnya dan boros dengan pupuk. Selain itu, penggunaan pupuk kandang juga dinilai sangat cocok dengan tanaman jeruk. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang sapi meresap secara berlahan-lahan sesuai dengan kemapuan tanaman jeruk untuk menyerapnya. Sehingga tanaman berkembang lebih alamiah tanpa adanya paksaan, yang menyebabkan tanaman jeruk lebih kuat dan tahan lama. Demikian juga dengan tanah yang diberikan pupuk kandang sapi, tingkat kesuburannya akan lebih lama jika dibandingkan dengan pupuk kimia, walaupun penyerapannya secara berlahan-lahan. Sementara penggunaan pupuk kandang sapi yang dibeli dari daerah lain seperti karangasem dan gianyar dinilai tidak tepat. Hal ini menurut para petani disebabkan karena: (1) pupuk kandang yang dibeli dari daerah lain biasanya menggunakan karbit atau pupuk kimia untuk menghancurkan hijaun yang dicampur pada pupuk kandang mereka, (2) pupuk kandang yang dibeli dari daerah lain biasanya lebih banyak hijauannya dibandingkan dengan kotoran sapinya, dan (3) harga pupuk kandang yang didatangkan dari daerah lain relatif mahal. Setelah dipasang pupuk kandang sapi yang didatangkan dari daerah lain biasanya akan membeku seperti batu, yang disinyalir lebih banyak kandungan tanah sawahnya. Kalau didatangkan dari daerah pegunungan pupuk kandangnya lebih banyak hijauannya, yang proses penghancurannya menggunakan karbit untuk mempercepat produksi pupuk kandang. Sementara penggunaan pupuk organik yang dijual dipasaran dinilai sangat mahal dan sulit terjangkau. Pupuk organik yang beratnya 50 Kg harganya mencapai Rp. 100.000 sampai Rp. 150.000 dan kasiatnya sangat kecil. Bahkan para petani menilai gulma atau rumput yang ada diladang jika dipotong dan dibiarkan lebih berkasiat dibandingkan pupuk organik yang dibeli. Kondisi inilah yang menyebabkan mereka berkeyakinan, bahwa penggunaan pupuk kandang sapi yang diproduksi sendiri merupakan upaya untuk tetap mempertahankan keberlanjutan tanaman jeruk dan meningkatkan kualitas produksi jeruk yang dipelihara. Secara ekonomis penggunaan pupuk kandang sapi dapat meringankan kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh, karena setiap kepala keluarga di Desa Bonyoh sudah memelihara sapi diladang pertanian mereka sebanyak empat ekor sampai enam ekor sapi atau dua sampai empat pasang sapi. Untuk setiap satu ekor sapi biasanya menghasilkan pupuk kandang sebanyak dua ton pupuk kandang, sehingga setiap tahunnya para petani menghasilkan delapan sampai sepuluh ton pupuk kandang sapi. Namun pupuk kandang ini baru mencukupi pemupukan tanaman jeruk sebanyak 200 sampai 300 pohon. Sementara jeruk yang mereka tanam dan pelihara rata-rata 1000 sampai 2000 pohon. Proses pemupukan tanaman jeruk biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam setahunnya. Sehingga anggota kelompok tani jeruk yang ada di Desa Bonyoh sangat membutuhkan teknologi pertanian yang mampu meningkatkan produksi pupuk yang digunakan untuk mensuport tanaman jeruk yang telah mereka tanam. 4. Penanggulangan hama. Hama merupakan salah satu persoalan yang sangat menyulitkan bagi para petani yang sebagian besar tidak memahami tentang hama. Ada berbagai jenis hama yang menyerang tanaman jeruk yang menyebabkan gagal panen, seperti ulat porot, kutu dompol, lalat buah, belalang sangit, embun tepung, antrak buah, deplodia basah dan deplodia kering. Berbagai jenis hama ini sebenanya sudah dicaba ditanggulangi dengan berbagai macam obat-obatan terutama dengan obat-obatan yang berbahan kimia (peptisida). Biasanya obat-obatan kimia yang baru akan sangat manjur dalam jangka waktu tiga sampai enam bulan, setelah itu kembali tidak berfungsi efektif dan harus dibelikan jenis obat-obatan kimia yang lebih bagus kualitas dan harganya juga lebih mahal. Kondisi ini sangat menyulitkan kelompok tani jeruk yang ada di Desa Bonyoh dalam pembiayaan perawatan tanaman jeruk yang semakin tinggi. Sementara pelatihan dan penyuluhan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bangli berkaitan dengan menggunaan obat-obatan yang bersifat organik dan ramah lingkungan belum pernah diberikan. Sehingga obat-obatan dengan zat kimia merupakan satu-satunya pilihan yang sampai saat ini dinilai efektif digunakan, walapun harus mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. 5. Pengemasan produk atau packing. Hasil kebun jeruk kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh dijual secara glondongan atau apa adanya sebagaimana tampak dipohon jeruk. Para petani belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pengemasan produk jeruk yang dihasilkan sehingga lebih menarik dan meningkatkan nilai ekonomis hasil kebun jeruknya. Biasanya para petani menjual jeruknya pada para pengepul dengan cara borongan dengan melihat langsung yang ada dipohon. Tidak ada polesan sama sakali, bahkan jeruk yang dijual dengan cara borongan dipohon akan sangat menguntungkan para pengepul, karena hanya menggunakan tapsiran pembeli yang biasanya jauh lebih rendah dari hasil yang sebenarnya. Jika para petani memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengemas hasil kebun jeruknya sebagaimana jeruk-jeruk yang didatangkan dari negara lain diyakini harga jual jeruk para petani yang ada di desa Bonyoh akan lebih bersaing. Terlebih jeruk Kintamani yang sudah memiliki nama dengan rasa campuran antara kecut dan manis akan mampu bersaing dengan hasilhasil produk jeruk lainnya yang dikemas secara higenis. 6. Pemasaran. Proses penjualan hasil pertanian jeruk oleh kelompok tani jeruk masih dilakukan dengan pola tradisional, yaitu dengan menjual ke pasar-pasar tradisional atau dengan menjual langsung di kebun kepada pengepul yang datang (borongan). Penjualan jeruk ke pasar tradisional yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Kintamani biasanya ditentukan secara borongan berdasarkan tempat yang digunakan atau tidak berdasarkan bobot jeruk (/Kg). Kondisi ini sangat merugikan kelompok tani jeruk, mengingat penjualan kepasar tradisional membuat mereka menjadi “terpaksa harus menjual hasil pertaniannya” walaupun pluktuasi harga sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena buah jeruk yang sudah terlanjur dipetik dari pohonnya tak mungkin dapat dikembalikan lagi. Jika di bawa pulang kembali selain menambah biaya transportasi juga tak jarang menyebabkan barang menjadi busuk dan rusak. Sedangkan proses penjualan jeruk yang langsung datang ke desa dengan sistem borongan biasanya dilakukan saat jeruk belum siap untuk dipetik. Penjualan ini dilakukan karena para petani yang ada di Desa Bonyoh tidak memungkinkan memelihara tanaman mereka tanpa adanya modal yang memadai dan tanpa terpenuhinya kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu ada dua cara yang mungkin ditempuh, yaitu : (1) menjual hasil pertaniannya dalam sekala kecil ke pasarpasar tradisional, sehingga kebutuhan dapur dan keluarga dapat terpenuhi. Model ini membuat para petani tidak mempunyai uang lebih karena sudah terus menerus digunakan dan harga hasil buah jeruknya yang sangat murah, dan (2) melakukan penjualan buah jeruk secara borongan. Penjualan model ini dilakukan sebelum buah jeruk matang dan sudah dilakukan peminjalam uang terlebih dahulu kepasa saudagar (penjualan sistem ijon). Sehingga harga buah jeruk yang dijual secara borongan akan sangat merugikan petani jika dilakukan sebelum buah jeruk matang. Karena perkiraan buah jeruk saat masih muda akan sangat berbeda dengan buah jeruk yang sudah matang. 7. Pengolahan pasca panen. Pada saat musim panen jeruk akan sangat berlimpah dan harganya cenderung anjlok, karena terjadi panen besar-besaran hampir disemua wilayah Indonesia. Pada kondisi yang demikian para petani jeruk yang ada di Desa Bonyoh “mau tidak mau” akan menjual hasil kebunnya dengan harga yang paling rendah sekalipun, dibandingkan rusak dan terbuang begitu saja dikebun. Kondisi ini sering sekali dimanfaatkan oleh para pembeli atau para saudagar untuk “mengerjai” petani jeruk. Biasanya para saudagar akan besepakat untuk menawar jeruk para petani dengan harga yang paling rendah (harga dasar). Sehingga mau tidak mau, jika sudah waktunya untuk dipetik para petani akan melepas jeruknya, diandingkan rontok dan terbuang begitu saja di kebun. Di sisi lain para petani tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mengelah buah jeruk untuk menjadi produk lain yang biasa tahan lama. 3. Tujuan Kegiatan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebagaimana dipaparkan di atas, maka tujuan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah : 1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh Kecamatan Kintamani dalam membuat pupuk kompos untuk tanaman jeruk; 2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh Kecamatan Kintamani dalam menggunakan pupuk kompos untuk tanaman jeruk yang mereka rawat; 3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh Kecamatan Kintamani untuk melakukan manajemen pemasaran jeruk yang dihasilkan. 4. Manfaat Kegiatan Adapun target yang ingin dicapai dari pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat Kelompok Tani Jeruk di Desa Bonyoh tertuang dalam Tabel 1. Tabel 1. Target Luaran Program Pengabdian Masyarakat Kelompok Tani Jeruk No 1 2 Produk Target Peningkatan pengetahuan dan Kemampuan membuat keterampilan Tani Jeruk dalam pupuk kompos ramah membuat pupuk kompos lingkungan Peningkatan wawasan dan Kemampuan Kesuburan keterampilan Tani Jeruk dalam menggunakan pupuk tanahaman jeruk kompos ramah yang dipelihara menggunakan popok kompos untuk tanaman jeruk 3 Spesifikasi Pupuk Kompos lingkungan Peningkatan pengetahuan dan Proses pemasaran Brosur yang bisa keterampilan Tani Jeruk dalam dilakukan dengan diunggah di internet melakukan manajemen pemasaran berbagai media termasuk media sosial Luaran dari pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat Tani Jeruk di Desa Bonyoh adalah: 1. Pupuk kompos ramah lingkungan 2. Artikel ilmiah yang siap di publikasikan BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1. Waktu dan Tempat Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai dari 03 Mei sampai dengan 28 Nopember 2015. Pengabdian masyarakat ini dimulai dengan melakukan pengurusan ijin ke Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bangli, negosisasi waktu pelaksanaan, pelatihan pembuatan pupuk kompos, pendampingan pembuatan pupuk kompos, pelatihan penggunaan pupuk kompos pada tanaman jeruk, pelatihan manajemen pemasaran buah jeruk, pendampingan manajemen pemasaran buah jeruk, dan evaluasi kegiatan. Tempat pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah Desa Bonyoh Kecamatan Kintamnai, Kabupaten Bangli dengan kelompok sasaran kelompok tani jeruk. Lokasi Mitra : Kelompok Tani Jeruk Desa Bonyoh Kecamatan Kintamani 2.2. Metode Pelaksanaan Mengingat kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh mitra sebagai mana yang digambarkan di atas, maka disepakati beberapa persoalan prioritas yang akan diatasi melalui kegiatan iptek bagi masyarakat ini, yaitu masalah pembibitan, pupuk dan pengolahan pasca panen. Berdasarkan pada permasalahan prioritas tersebut, maka solusi yang ditawarkan melalui iptek bagi masyarakat (IbM) ini adalah: 1. Pelatihan pembuatan pupuk bio-kompos. Pembuatan pupuk bio-kompos ramah lingkungan ini akan diberikan oleh pakar pertanian (Dosen Jurusan Pertanian Universitas Udayana dan Dosen Jurusan Kimia Undiksha). Pelatihan pembuatan pupuk bio-kompos dinilai dapat menyelesaikan persoalan kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh secara komperhensif, tepat guna dan berkelanjutan dalam kaitannya dengen mengatasi masalah pupuk. Pelatihan pembuatan pupuk bio-kompos ini akan dimulai dengan (1) penyajian materi tentang perbedaan antara pupuk bio-kompos dengan pupuk kimia, keunggulan penggunaan pupuk bio-kompos, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pupuk bio-kompos, cara membuat pupuk bio-kompos (takaran tiap bahan, cara mencampur bahan, permentasi, waktu permentasi dan pengadukan), cara penggunaan pupuk bio-kompos dan takarannya untuk jeruk, (2) pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk bio-kompos (penentuan bahan, takaran bahan, pencampuran bahan, permentasi, waktu permentasi dan pengadukan), (3) praktek pembuatan pupuk bio-kompos secara mandiri, dan (4) aplikasi pupuk bio-kompos pada tanaman jeruk. Pada akhir tiap-tiap tahapan pelatihan dan pendampingan ini akan dilakukan evaluasi dan refleksi untuk mengevaluasi proses-proses yang telah dilalui oleh semua peserta pelatihan, sehingga bisa dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap hal-hal yang masih dinggap kurang serta mengetahui kebermanfaatan pelatihan dan pendampingan bagi para anggota kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh. Pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk biokompos ini dilakukan dengan cara: (a) menampung kotoran sapi dan urin sapi yang baru ke-dalam tower yang ditaruh di belakang kandang sapi, (b) mencampur kotoran sapi, urin sapi dengan hijauan, skam, serbuk gergaji kayu dan EM4 sesuai dengan takaran, (c) melakukan permentasi campuran kotoran sapi, urin sapi, hijauan, skam, serbuk gergaji kayu, molase, microba campuran, dan EM4 selama tiga minggu (dilakukan pengadukan setiap hari), dan (d) melaksanakan pemupukan jeruk dengan pupuk biokompos yang telah dibuat. Adapu keunggulan dari pupuk biokompos ini adalah: tidak banyak menghabiskan biaya, karena sebagain besar dimiliki oleh para petani, tidak banyak menghabiskan bahan baku, khususnya kotoran sapi, memudahkan petani dalam melakukan pemupukan, karena bobot pupuk biokompos sangat ringan dan memiliki manfaat yang hampir sama dengan pupuk kandang sapi. 2. Pelatihan teknik pemasaran produk. Pelatihan teknik pemasaran produk akan diberikan oleh pakar ekonomi Undiksha (Dosen Jurusan Pendidikan Ekonomi Undiksha). Pelatihan pemasaran produk akan dimulai dengan memberikan materi tentang strategi pemasaran produk, strategi pemilihan tempat pemasaran produk sampai pada strategi kerjasama dengan para pemilik toko atau supermarket. Selama ini kelompom tani jeruk di Desa Bonyoh hanya memasarkan hasil tanaman jeruknya pada pasar-pasar tradisional atau menjualnya kepada para pengepul yang datang ke Desa. Seiring dengan peningkatan hasil dan peminat buah jeruk, tampaknya strategi promosi dan pemasaran melalui supermarket akan lebih meningkatkan nilai ekonomis buah jeruk yang dihasilkan oleh para petani. Paket pelatihan packing dengan promosi dan pemasaran melalui minimarket atau supermarket akan sangat sejalan, karena pengemasan barang yang baik akan membuat mini market atau supermarket yang diajak kerjasama akan lebih tertarik. Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut (halaman berikut) : Tabel 3.1. Kriteria Keberhasilan Pelatihan Kelompok Tani Jeruk No Jenis Data Sumber Data Indikator Kriteria Keberhasilan Instrumen 1. P e n g e t a h u a n Kelompo Pengetahuan d a n k tani d a n k e t r a m p i l a n jeruk keterampilan membudikelompok dayakan bibit, tani jeruk melakukan vegetasi, memilih mata tempel yang berkualitas dan memelihara bibit Terjadi perubahan pengetahuan dan ketrampilan membudidayakan bibit, melakukan vegetasi, memilih mata tempel yang berkualitas dan memelihara bibit Pedoman observasi d a n wawacara 2. P e n g e t a h u a n Kelompo Pengetahuan d a n k tani d a n k e t e r a m p i l a n jeruk keterampilan m e m b u a t kelompok tani pupuk kompos jeruk bio-organik dan c a r a penggunaannya pada tanaman jeruk Terjadi perubahan pengetahuan dan keterampilan membuat pupuk kompos bio-organik dan cara penggunaannya pada tanaman jeruk Pedoman observasi d a n wawacara 3. K o n d i s i tanaman jeruk yang di pupuk dengan pupuk bio-kompos Akar lebih banyak, P e d o m a n daun lebih hijau, observasi buah lebih besar dan pertumbuhan lebih cepat 4. P e n g e t a h u a n Kelompo Pengetahuan d a n k tani d a n k e t e r a m p i l a n jeruk keterampilan mengemas kelompok tani produks hasil jeruk kebun jeruk Terjadi perubahan pengetahuan dan keterampilan mengemas produks hasil kebun jeruk Pedoman observasi d a n wawacara 5 P e n g e t a h u a n Kelompo Pengetahuan d a n k tani d a n k e t e r a m p i l a n jeruk keterampilan teknik promosi kelompok dan pemasaran tani jeruk hasil kebun jeruk Terjadi perubahan pengetahuan dan keterampilan teknik promosi dan pemasaran hasil kebun jeruk Pedoman observasi d a n wawacara Tanaman j e r u k anggota kelompo k tani Perubahan kualitas tanaman jeruk (akar, daun dan buah jeruk) Pada kegiatan pelatihan IbM ini kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh Kecamatan Kintamani akan dilibatkan dari awal sampai akhir kegiatan. Kelompok tani akan dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan kegiatan, penyediaan bahan, khususnya bahan baku kotoran sapi, hijauan, dedak dan urin sapi, buah jeruk, tanaman jeruk, ikut serta dalam pelatihan sampai pada tahap uji coba produk pelatihan. Pelibatan masyarakat secara penuh ini diharapkan dapat memberikan seperangkat pengatahun dan keterampilan yang lengkap kepada para petani dalam membuat dan mengembangkan bibit, pupuk bio-kompos, mengemas hasil kebun jeruk dan melakukan pemasaran. Sehingga hasil akhir dari pelatihan ini bagai kelompok tani jeruk adalah keterampilan membuat bibit, membuat pupuk biokompos, mengemas produk hasil kebun jeruk dan melakukan pemasaran serta cara pengembangannya. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “IbM Tani Jeruk di Desa Bonyoh” pada Kelompok Tani Jeruk dilaksanakan dari bulan Mei sampai pada bulan Oktober 2015 yang telah dilaksanakan secara tuntas yaitu: Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pupuk kompos serta pelatihan dan pendampingan aplikasi pupuk kompos pada tanaman jeruk sesuai usia tanaman jeruk dan pelatihan manajemen pemasaran buah jeruk. Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perencanaan disain dan kegiatan diklat, persiapan tutor, persiapan alat dan bahan, dan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta dan narasumber. Kegiatan diklat dilaksanakan bersama antara tim pengusul dengan kelompok Tani Jeruk yang didasarkan pada analisis situasi yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok Tani Jeruk. Rencana kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei dan awal Oktober 2015 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas program yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program pengabdian masyarakat ini. Pada tahap berikutnya adalah mempersiapkan tutor atau pakar yang menguasai bidang-bidang yang akan dilatihkan kepada para peserta. Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan kembali program – program yang akan dilaksanakan kepada mitra, sehingga terjadi sinergi yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur ini meliputi: pembuatan materi pelatihan secara terstruktur, baik dalam bentuk bahan cetak mapun media powerpoin, mencetak dan memperbanyak materi pelatihan untuk Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pembuatan pupuk bio-komos, pelatihan dan pendampingan aplikasi pupuk bio-kompos pada tanaman jeruk dan pelatihan dan pendampingan manajemen pemasaran hasil produksi jeruk. Setelah semua tim pakar siap, tahap berikutnya adalah melakukan negosiasi dan musyawarah untuk menentukan waktu dan tempat kegiatan yang dalam hal ini melibatkan kelompok Tani Jeruk di desa Bonyoh. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program, sehingga program pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk kompos, penggunaan pupuk kompos pada tanaman jeruk serta pelatihan dan pendampingan manajemen pemasaran buah jeruk dapat berjalan sesuai rencana. 3.1. Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Pupuk Bio-Kompos Secara prinsip pendidikan dan pelatihan serta pendampingan pembuatan pupuk biokompos yang diberikan kepada kelompok tani jeruk merupakan proses pengolahan bahan yang tersedia di areal pertanian untuk diolah menjadi pupuk bio-kompos dengan teknik permentasi. Selama ini sebenarnya para petani telah memiliki ide untuk membuat pupuk kompos untuk mengurang penggunaan pupuk kimia dan meminimalisasi resiko dampak penggunaan pupuk kimia, namun namun belum dapat direalisasikan karena berbagai factor, termasuk masalah pengetahuan para petani tentang pupuk kompos yang masih sangat minim. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka tim pakar dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bangli dengan fasilitator dari pelaksana IbM memberikan pelatihan dan pendampingan secara detail kepada kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh, sehingga mampu membuat pupuk bio-kompos secara mandiri. Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pupuk bio-kompos dilaksanakan pada tanggal 26 Mei sampai 29 Juni 2015, bertempat di Balai kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk kompos dimulai dari pengenalan konsep pupuk kompos. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman. Pupuk Kompos merupakan proses penguaraian dan pelapukan dari sisa-sisa bahan organik dengan bantuan dari mikroorganisme dalam kondisi yang lingkungan yang lembab, hangat dan aerobik atau aneorobik. Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya humus di alam. Namun dengan cara merekayasa kondisi lingkungan, Kompos dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30-90 hati. Waktu ini melebihi kecepatan terbentuknya humus secara alami. Oleh karena tu, kompos selalu tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa harus menunggu bertahun-tahun lamanya. Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda. Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebong pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk. Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk menyetabilkan suhu dan kelembabannya. Proses dan cara membuat kompos aerob adalah sebagai berikut: 1. Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan. 2. Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm. 3. Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil. Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik. Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung. 4. Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga penuh. 5. Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan starter mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu, naikkan bak papan ke atas kemudian tambahkan lagi bahan-bahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian kompos sekitar 1,5 meter. 6. Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65oC, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran jangan sampai lebih dari 4 hari. Karena berpotensi membunuh mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme dekomposer ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya. 7. Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban siram kompos dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari siraman air hujan. 8. Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode berikut. Angkat bak kayu, lepaskan dari tumpukan kompos. Lalu letakan persis disamping tumpukan kompos. Kemudian pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di tahap awal. Lakukan terus hingga seluruh tumpuka kompos berpindah kesampingnya. Dengan begitu, semua kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi batas yang ditentukan. 9. Apabila suhu sudah stabil dibawah 45oC, warna kompos hitam kecoklatan dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14 hari. 10. Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari. Namun kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari keadaan dekomposer dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah matang dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, tidak berbau. 11. Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos diayak dan di kemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat kering dan teduh. Sedangkan cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme. Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan. Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob. 1. Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik. 2. Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam. 3. Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa disemprotkan air. 4. Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC. 5. Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape. Pupuk organik yang terbuat dari sisa-sisa limbah pertanian memiliki manfaat yang luar biasa bagi tumbuh-tumbuhan dan tanah. Adapun manfaat pupuk kompos adalah : 1. Manfaat Kompos Bagi Tanah. Manfaat kompos yang utama pada tanah yaitu untuk memperbaiki kondisi fisik tanah dibandingkan untuk menyediakan unsur hara, walaupun dalam kompos unsur hara sudah ada tetapi jumlahnya sedikit. Pupuk kompos berperan dalam menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Cara terbaik memanfaatkan kompos adalah mengembalikan kompos tersebut pada tanaman yang bersangkutan. Sebagai contoh, daun-daunan dan ranting pohon mangga yang gugut di tanah dikembalikan lagi ke pohon mangga dengan cara ditimbun dalam tanah dekat pohon mangga agar menjadi kompos dan dapat dimanfaatkan. Dengan cara ini saja tidaklah cukup untuk menyediakan unsur hara bagi pohon mangga. Untuk itu perlu masukkan lain yang lebih banyak dengan cara memanfaatkan kotoran hewan, sampah dapur atau pun bahan-bahan organik lainnya dari luar yang diproses menjadi kompos. 2. Manfaat Kompos Bagi Tanaman. Kompos sangat bermanfaat bagi proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya mensuplai unsur hara bagi tanaman, selain itu kompos juga memperbaiki struktur tanah kering dan ladang serta menjaga fungsi tanah, sehingga suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik. 3. Manfaat kompos menyediakan unsur hara bagi tanaman. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dibagi menjadi tiga golongan. Unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Pospo (P) dan Kalium (K). Unsur hara makro sekunder yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti belerang (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), mangan (Mn) dan molibdenum (Mo). Kompos yang sudah jadi dapat digunakan untuk memupuk tanaman, dimana mengandung sebagian besar unsur hara makro primer, makro sekunder dan unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan tanaman. 4. Manfaat kompos memperbaiki struktur tanah. Tanah yang baik adalah tanah yang remah atau granuler yang mempunyai tata ruang udara yang baik sehingga aliran udara dan air dapat masuk dengan baik. Tanah yang buruk ialah apabila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (tanah pasir) atau saling melekat (tanah liat). Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah. Kehadiran kompos pada tanah juga menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian tanah yang pada mulanya keras dan sulit ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur kembali akibat aktivitas mikroorganisme. 5. Manfaat kompos dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation. Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi jauh lebih mampu menyediakan unsur hara daripada tanah KTK rendah. Pupuk kompos dapat menyediakan KTK dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk organik. 6. Manfaat kompos meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air. Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga kompos mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Erosi air secara langsung dapat ditahan dengan adanya kompos pada tanah. 7. Manfaat kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah. Pada kompos terdapat mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Dalam tanah, Kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme. Selain berisi bakteri dan jamur pengurai, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering. Keadaan seperti itu sangat disenangi oleh mikroorganisme. Dalam hal ini misalnya, cacing tanah lebih senang tinggal di tanah dengan kadar organik tinggi daripada tanah yang keras atau berpasir. Cacing tanah dapat menyediakan pupuk alami berupa kascing yang bermanfaat bagi tanaman. 8. Manfaat kompos meningkatkan pH pada tanah asam. Unsur hara dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman pada kondisi pH tanah yang netral, yaitu 7. Pada nilai pH ini, unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Semakin asam kondisi tanah (semakin rendah pH) maka jumlah ion Al (alumunium) dan Mn (Mangan) dalam tanah semakin meningkat. Jumlah Al dan Mn yang terlalu banyak akan bersifat racun bagi tanaman. Kondisi tanah yang asam dapat dinetralkan kembali dengan pengapuran. Pemberian kompos ternyata membantu peningkatan pH tanah. 9. Manfaat kompos menyediakan unsur mikro bagi tanaman. Tidak hanya unsur makro saja yang disediakan oleh kompos untuk tanaman, tetapi juga unsur mikro. Unsurunsur itu antara lain Zn, Mn, Cu, Fe dan Mo. Setelah diberikan pengertian tentang pupuk kompos dan manfaatnya bagi tanaman dan tanah, baru dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan pupuk kompos ramah lingkungan berbahan limbah pertanian. Proses pelatihan berjalan lancar, karena kelompok tani sangat antosias untuk mengikuti pelatihan dan mengikuti apa yang disampaikan instruktur. Produk yang dihasilkan dalam pelatihan dan pendampingan ini adalah berupa pupuk bio-kompos ramah lingkungan yang dapat diaplikasikan pada tanaman jeruk. Berdasarkan pada pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk bio-kompos tersebut hampir semua petani jeruk mampu memahaminya dengan baik. Dengan demikian Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pupuk bio-kompos pada kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh ini tidak mengalami kendala apapun, bahkan para petani jeruk dan masyarakat sangat kooperatif dalam pelaksanaan pelatihan dari awal sampai akhir. 3.2. Pelatihan dan Pendampingan Aplikasi Pupuk Bio-Kompos dan Manajemen Pemasaran Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 20 Mei sampai pada tanggal 29 September 2015, dengan peserta anggota kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh. Kegiatan diawali dengan pelatihan dan pendampingan penggunaan pupuk bio-kompos pada tanaman jeruk seuai dengan kebutuhan jeruk, kemudian dilanjutkan dengan manajemen pemarasan buah jeruk. Secara biologis kebutuhan tumbuhan berbeda-beda sesuai dengan usia tanaman dan besarnya tanaman jeruk. Penggunaan pupuk kompos pada tanaman jeruk sangat baik bila dipasang sesuai dengan ukuran daun jeruk atau pemupukan yang dilakukan ditempatkan dibawah dauh jeruk. Pemupukan dapat dilakukan dengan cara ditanam atau dengan cara ditaruh saja di atas tanah. Pemupukan dimusim penghujan sangat bagus bila dilakukan dengan menauh saja di atas tanah, karena zat-zat yang ada pada pupuk kompos akan terlarut dengan air hujan. Ngkan dimusim kemarau pemupukan sangat baik dilakukan dengan cara ditanam, sehingga cepat terserap oleh tanaman jeruk. Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar karena respon yang bagus dari peserta terhadap materi yang diberikan oleh pakar. Bahkan para petani telah melakukan aplikasi secara bertahap terhadap tanaman jeruk yang mereka miliki. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas tanaman jeruk dan meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Bonyoh seiring dengan kualitas produksi buah jeruknya. Sedangkan proses pelatihan dan pendampingan manajemen pemasaran produks buah jeruk yang dihasikan para petani diawali dengan proses pemberian materi tentang hakekat manajemen pemasaran dan strategi pemasaran. Hakekat manajemen pemasaran dapat dipahami dari konsep pasar dan pemasaran. Pasar secara umum yaitu tempat pembeli dan penjual bertemu, berfungsi tertentu, barang dan jasa tersedia untuk dijual, serta terjadi perpindahan hak ilik. Pendapat lain mengemukakan, jumlah seluruh permintaan barang dan jasa oleh pembeli-pembeli potensia. Sedangkan menurut Philip kotler, pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu, mau dan mampu dalam pertukaran barang dan jasa”. Sedangkan pemasaran adalah sistem keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendidtribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Berdasarkan pada pengertian di atas, maka manajemen pemasaran
menurut Philip Kotler ;” adalah proses perencanaan produk, penentuan harga, promosi, dan distribusi dari barang dan jasa untuk menciptakan barang pertukaran dengan kelompok sasaran dengan memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi”. Sedangkan menurut W.J Stanton, yaitu sistem keseuruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan, mendidtribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Adapun tujuan organisasi pemasaran (1) memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, (2) menciptakan barang dan jasa berkualitas, (3) memperoleh kepercayaan dari konsumen, (4) memuaskan konsumen, (5) meningkatkan volume penjualan, (6) mendapatkan laba maksimal, (7) menyejahterakan pihak manajerial dan operasional perusahaan, (8) menyelaraskan kelangsungan hidup perusahaan dan konsumen, dan (9) memelihara lingkungan fisik dan Psikis perusahaan dan sekitarnya. Berdasarkan pada pengertian manajemen pemasaran sebagaimana diuraikan di atas, maka sistem pemasaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Sistem pemasaran dengan saluran vertikal. Pada sistem ini produsen, glosir, dan pengecer bertindak dalam satu keterpaduan. Tujuan dari sistem pemasaran dengan saluran vertikal : (a) mengendalikan prilaku saluran; dan (b) mencegah perselisihan antara anggota saluran, (2) Sistem pemasaran dengan saluran horizontal. Sistem ini memiliki kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabug untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul, dan (3) Sistem pemasaran dengan saluran ganda. Sistem ini beberapa gaya pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajemen di gabungkan, kemudian dari belakang dipimping secara sentral. Adapun tahapan-tahapan manajemen pemasaran perusahaan termasuk usaha kecil dalam meningkatkan penjualn adalah : (1) riset pemasaran adalah nama yang dipergunakan untuk menggambarkan segala jenis riset, kecuali studi teknis dan keinsinyuran, yang dilakukan agar perusahaan dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk oprasi pemasarannya. Komponen lain dari riset pemasaran adalah riset atau evaluasi produk. Riset tersebut berusaha menemukan macam produk mana dibutuhkan oleh konsumen tertentu pada daerah pemasaran, geografis atau cabang industri tertentu. Riset tersebut menyelidiki produk mana di beli konsumen, mengapa mereka membelinya, siapa pembeli produk-produk tertentu, serta bagaimana cara mereka mempergunakannya. Riset distribusi merupakan salah satu komponen lain yang menyelidiki cara distribusi barang atau jasa yang paling baik dan efisien. Tujuan akhir dari riset adalah memberikan pelayanan kepada konsumen sebaik mungkin, dengan biaya serendah mungkin, (2) Penjualan dan Distribusi. Operasi penjualan termasuk ramalan penjualan serta perencanaan penjualan merupakan bagian yang terpenting dari operasi pemasaran perusahaan serta keseluruhan, tidak ada perusahaan.banyak perusahaan yang memproduksikan barang-barang demi kepuasan mereka, untuk mencapai standar yang mereka tetapkan, tanpa mengindahkan kebutuhan konsumen. Didalam operasi pemasaran staf bagian penjualan mempunyai peranan penting didalam menyumbangkan pemikiran untuk menyusun ramalan penjualan dan rencana oprasional. Bila penjualan digambarkan sebagai fungsi penentu perusahaan, maka distribusi fisik hasil produksi dapat digambarkan sebagai tempat berpijak perusahaan, (3) Kegiatan Promosi. Yang termasuk kedalam kegiatan promosi yaitu periklanan, promosi penjualan dan kegiatan hubungan masyarakat (humas). Periklanan merupakan kegiatan yang paling dikenal diantara ketiga kegiatan promosional. Periklanan diartikan sebagai bentuk kegiatan promosional yang dibayar atau dijadikan sponsor yang dapat terkenal. Tujuan pokok periklanan adalah memberi tahu konsumen potensial, perihal adanya barang di pasar, meyakinkan mereka untuk membeli dan mengingatkan mereka selalu akan adanya barang tadi di pasar. Promosi penjualan bertujuan mencapai peningkatan penjualan secara cepat, dengan konsekuensi bahwa tanpa usaha memelihara kegiatan yang mahal biayanya itu, peningkatan penjualan tdak dapat bertahan lama. Hubungan masyarakat merupakan semua kegiatan promosional lainnya yang membantu perusahaan mempertahankan dan meningkatkan citra perusahaan atau produknya dihadapan masyarakat atau konsumen, (4) Kegiatan Pemasaran yang Lain. Kegiatan pemasaran yang lain adalah kanvasing, perencanaan produk, penetapan harga dan perencanaan laba. Tugan pertama kanvasing yaitu meragsang kebutuhan dan pembelian konsumen atas produk perusahaan. Kanvasing juga mempunyai rencana sendiri seperti: pengemasan, perencanaan produk, penetapan harga dan perencanaan laba. Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan. Proses pemasaran buah jeruk dapat dilakukan secara tradisional mapun secara modern. Secara tradisional proses pemasaran buah jeruk dapat dilakukan dengan cara menjualnya ditempat dan mambawanya kepasar-pasar tradisional yang ada di sekitar wilayah pertanian. Selain itu proses pemasaran tradisional juga dapat dilakukan dengan membawa buah jeruk ke pasar-pasar jeruk yang ada di daerah Propinsi Bali. Sedangkan proses pemasaran modern dapat dilakukan dengan media masa dan media elektronik, termasuk media sosial yang saat ini sedang trens dan digemari oleh masyarakat secara umum. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan pada rencana program dan hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan program “IbM Kelompok Tani Jeruk di Desa Bonyoh” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk bio-kompos, terlaksana dengan baik, karena adanya motivasi dan partisipasi yang sangat efektif dari semua anggota kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh. Hal ini dapat dilihat dari wawasan dan pengetahuan para petani jeruk yang sebelumnya tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam membuat pupuk bio-kompos, bahkan mereka juga belum memiliki kemampuan yang memadai tentang manfaat pupuk bio-kompos. Namun setelah pelatihan anggota kelompok tani jeruk mampu membuat pupuk bio-kompos secara mandiri sesuai dengan pelatihan yang diberikan oleh pakar. 2. Pelatihan dan pendampingan aplikasi pupuk bio-kompos pada tanaman jeruk dapat mencapai hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari proses pendampingan dan evaluasi yang dilakukan. Hasil pendampingan menunjukkan para anggota petani jeruk telah mampu mengaplikasikan produks pupuk bio-kompos dengan baik sesuai kebutuhan dan usia tanaman jeruk. Bahkan para petani di Desa Bonyoh telah mampu melakukan inovasi yang cukup baik, karena tidak saja membuat menggunakan pupuk kompos untuk tanaman jeruk akan tetapi juga untuk tanaman lainnya. Demikian juga untuk pelatihan manajemen pemasaran telah mampu memberikan wawasan dan pengetahuan sesuai dengan tujuan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini. 6.2. Saran Berdasarkan pada pelatihan dan pendampingan yang dilakukan terhadap kelompok tani jeruk di Desa Bonyoh yang sedemikian antosias dalam mengikuti pelatihan, tampaknya dibutuhkan pelatihan dan pendampingan yang bersifat kontinyu untuk mendukung pengembangan pertanian jeruk di Desa Bonyoh dan desa-desa lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Kintamani yang menghasilkan jeruk. DAFTAR PUSTAKA Andoko, Agus. (2006) Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya Andiana. (2013). Mendesain Teknologi Tepat Gunadan Transfer Informasi untuk Memenuhi Kebutuhan Pasar. (Makalah). Diakses pada tanggal 17 April 2013 di yusufandriana.com/category/teknologi-tepat-guna/. Data Statistik Desa Bonyoh Tahun 2012. Daljoni. (1983). Manusia Penghuni Bumi (Bunga Rampai Geografi Sosial). Bandung: Alumni. Dwijendra, Acwin. (2009). Arsitektur dan Kebudayaan Bali Kuno (Berdasarkan Kajian Desa-Desa Tradisional di Bali). Denpasar: Udayana University Press Kalavinan. (2012). Learning From The Farmers Using Participatory Rural Apprai sial Tools: to Investigate, Analyze and Evaluate. New York: Lambert. Kurana. (2008). Sukses Mengembangkan Wirausaha. Jakarta: Grasindo. Laporan P2M Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2012 Purwendro, Setyo. (2009) Mengelola Sampah: Untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Jakarta: Penebar Swadaya Sutanto, Rachman. (2002) Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan Pengembangannya). Yogyakarta: Kanisius Schwartz. (2009) Berpikir dan Berjiwa Besar. Jakarta: Grasindo Lampiran 01. Dokumentasi Kegiatan Pembuatan Pupuk Kompos