sistem penglihatan

advertisement
DIKTAT KULIAH
Modul Indera
Suatu Tinjauan dari Aspek Histologis
Image
removed
restriction
due
to
copyright
Image
removed
due
restriction
dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD
Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 6 Jakarta
2008
to
copyright
PENDAHULUAN
Organ indera, juga dikenal sebagai ujung sensoris atau reseptor, merupakan bagian
terminal dendrite yang menerima berbagai stimulus/ rangsangan sensoris dan mentransmisikan
rangsangan tersebut ke susunan saraf pusat. Berdasarkan sumber stimulusnya reseptor sensoris ini
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
1. Eksteroreseptor yaitu reseptor sensoris yang terletak pada permukaan badan dan akan
menerima stimulus dari lingkungan luar. Ekteroreseptor dibagi lagi menjadi 3
kelompok yaitu
a. Ekteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatik aferen umum
(general somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap stimulus suhu, raba,
tekan dan nyeri.
b. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatic aferen khusus
(special somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap cahaya (sense of
vision) dan suara (sense of hearing).
c. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur viseral aferen khusus.
Reseptor ini peka terhadap bau dan rasa
2. propioreseptor yaitu reseptor khusus yang terletak pada kapsul sendi, tendon, dan
serat intrafusal didalam otot. Reseptor yang merupakan komponen jalur somatik
aferen umum (general somatic afferent) ini akan mentrasmisikan informasi yang
terkait dengan kesiagaan tubuh dalam suatu ruang dan gerakan. Organ versibular
yang terletak pada telingan dalam akan menerima stimulus terkait dengan gerakan
kepala. Input ini ditransmisikan ke otak yang selanjutnya akan diproses untuk
mengkoreksi keseimbangan tubuh.
3. interoreseptor yaitu reseptor yang menerima informasi sensorik dari organ-organ di
dalam tubuh. Reseptor ini merupakan komponen dari jalur viseral aferen umum
(general viseceral aferent)
Pada modul ini hanya akan dibahas mata yang merupakan reseptor peka terhadap cahaya
dan telinga yang merupakan reseptor peka terhadap suara.
2
MATA
Mata (Gb-1) merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita.
Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu
retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya
menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong
informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-1 Mata
Secara embriologis proses pembentukan mata dimulai pada minggu ke 4 masa embrio.
Proses pembentukan mata berasal dari 3 sumber yaitu
Image removed due to copyright restriction
Gambar-2 bola mata dan struktur disekitarnya
1. Penonjolan forebrain yang akan membentuk retina dan saraf optik
2. Permukaan ektoderm yang akan diinduksi menjadi lensa dan beberapa struktur pelengkap
di bagian depan mata.
3. Jaringan mesenkim yang mengumpul membentuk lapisan bola mata dan struktur-struktur
yang berkaitan dengan orbita.
Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) (Gb-2 dan 3) yaitu:
A. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar bola mata terdiri atas sklera
dan kornea.
B. Tunika vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas khoroid,
badan siliaris dan iris.
C. Tunika neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-3 Gambaran Histologis Bola Dinding Bola Mata
3
A. TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA) (Gb-2 dan 3)
Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula fibroelastik yang kokoh penyokong bola mata.
Lapis fibrosa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sklera dan kornea. Sklera merupakan bagian
yang putih melingkupi lima-perenam bagian bola mata dan terletak di sebelah belakang,
sementara kornea merupakan bagian yang jernih dan transparan melingkupi seperenam depan
bola mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal dengan nama limbus.
SKLERA (Gk. sclera, keras) (Gb-2 dan 3)
Sklera merupakan bagian bola mata yang putih seolah-olah tidak mengandung pembuluh
darah. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-selingi oleh jala-jala serat
elastin. Susunan seperti ini membentuk struktur bola mata yang kokoh, disokong oleh tekanan
intraokular yang berasal dari humor akwaeus yang terletak di sebelah depan lensa dan badan
vitreus yang terletak di belakang lensa. Di bagian belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf
optik pada lamina kribrosa (Gb-3). Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada limbus
(tempat pertautan sklera dan kornea).
KORNEA (Gb-4)
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung pembuluh
darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke
sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu:
Image removed due to copyright restriction
Gambar-4 Kornea
1. Epitel kornea
merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan
tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan
dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini mengandung banyak ujungujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat menjadi aus dan
digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.
2. Membran Bowman
merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat kolagen
tipe 1.
4
3. Stroma kornea
merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1
yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di
antara serat-serat kolagen.
4. Membran Descemet
merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.
5. Endotel kornea
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis
gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan
untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan
dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion
natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara
pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma
tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.
Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan
cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humor akweus di
bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan
kelebihan cairan di stroma.
Limbus (Gb-5)
Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera. Pada tempat ini
terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan sklera. Bagian luarnya
diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis silindris dengan lamina propria di
bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Stroma ini tersusun
dari jaringan ikat fibrosa. Di bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada
bagian anterior taji ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di
antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana). Di atas trabekula
terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-5 Limbus
5
Kanal Schlemm (Gb-6)
Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat anterior dan eksternal
skleral spur. Di sebelah luar dibatasi oleh jaringan sklera dan di dalam oleh lapisan jaringan
trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan
meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera. Di
bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris yang
berfungsi untuk mengatur akomodasi mata.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-6 Kanal Schlemm
B. TUNIKA VASKULOSA / UVEA (L.uva=anggur) (Gb-2 dan 3)
Tunika vaskulosa terdiri atas 3 bagian yaitu khoroid, badan siliaris dan iris.
Khoroid (choroid) (Gb-3 dan 7)
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel-sel pigmen
sehingga tampak bewarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan penyambung jarang yang
mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel fibroblas, pembuluh darah dan melanosit.
Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu (Gb-7):
Image removed due to copyright restriction
Image removed due to copyright restriction
Gambar-7 Khoroid
1. Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan
elastin.
2. Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari pembuluh darah dan
melanosit.
3. Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler, jaring-jaring
halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit. Kapiler-kapiler ini berasal dari
arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk bagian luar retina.
6
4. Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen retina.
Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu lapisan dalam lamina basal
yang homogen.
Badan Siliaris (Korpus siliaris) (Gb-5 dan Gb-8)
Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang menonjol ke dalam mata terletak
di antara ora serrata dan limbus. Struktur ini merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah depan.
Korpus siliar disusun oleh jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat elastin,
pembuluh darah dan melanosit.
Image removed due to
Image removed due to copyright restriction
copyright restriction
Gambar-8 Korpus siliaris
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal sebagai prosessus
siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula
lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.
Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid (Gb-8). Lapisan luar kaya akan pigmen dan
merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak berpigmen merupakan
lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan
mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera
okuli posterior).
Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke bilik mata
depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris dan lensa), lalu masuk ke
dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal
Schlemm humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.
Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus siliaris. Satu
berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka kanal Schlemm untuk aliran
humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur berfungsi untuk mengurangi
tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut
akomodasi.
7
Glaukoma merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler
yang tinggi dalam waktu lama akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan.
Bila keadaan ini dibiarkan dapat menyebabkan kebutaan.
Iris (Iris, pelangi) (Gb-5 dan Gb-9)
Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur ini muncul dari badan
siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa. Iris juga memisahkan bilik mata depan
dan belakang. Celah di antara iris kiri dan kanan dikenal sebagai pupil (pupil, gadis kecil).
Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya akan pembuluh
darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik mata depan (kamera okuli anterior) berbentuk
tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris
tampak halus dan ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi permukaan korpus siliaris.
Permukaan yang menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan
mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya akan terfokus masuk melalui
pupil.
Pada iris terdapat 2 jenis otot polos (Gb-9) yaitu otot dilatator pupil dan otot
sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot dilatator pupil yang
dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil, sementara otot sfingter pupil yang
dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III) akan memperkecil diameter pupil.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-9 Iris
Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan stroma iris akan mempengaruhi warna
mata. Bila jumlah melanosit banyak mata tampak hitam, sebaliknya bila melanosit sedikit mata
tampak bewarna biru.
Lensa Mata (Gb-3 dan Gb-10)
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat lensa. Kapsul
lensa merupakan lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-serat kolagen tipe IV dan
glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak. Epitel subkapsul hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa tepat di bawah kapsul lensa. Epitelnya terdiri atas selapis sel kuboid. Di
sebelah dalam dari epitel subkapsul terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel yang
8
kehilangan inti dan organel sel lainnya. Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein lensa
kristalin (crystallins). Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi lensa.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-10 Lensa
Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa diperoleh dari
humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya
dengan mudah.
Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk melihat. Keadaan ini dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin disebabkan
oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet secara
berlebihan. Di samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai presbiopia
yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang disebabkan karena
menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak dapat
mencembung guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemakaian kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai zonula Zinii.
Korpus Vitreus (Gb-3 dan 11)
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang mengisi ruang vitreus (ruang antara
lensa dan retina). Korpus vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan mengandung
elektrolit, serat-serat kolagen dan asam hialuronat. Korpus vitreus melekat pada seluruh
permukaan retina. Di tengah korpus vitreus berjalan sisa suatu saluran yang berisi cairan dikenal
sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa janin. Badan vitreus
berfungsi untuk memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-11 Korpus Vitreus
Ruang-ruang mata (Gb-3, Gb-5, Gb-6)
Ada 2 ruang mata yaitu kamera okuli anterior dan posterior. Kamera okuli anterior
merupakan suatu ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh sisi belakang kornea dan di sebelah
belakang dibatasi oleh lensa, iris dan permukaan depan badan siliar. Batas lateralnya adalah sudut
9
iris atau limbus yang ditempati oleh trabekula yang merupakan tempat penyaluran humor akweus
ke kanal schlemm.
Kamera okuli posterior adalah ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh iris dan disebelah
belakang oleh permukaan depan lensa dan zonula Zinii serta diperifer oleh prosessus siliaris.
Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu suatu cairan encer yang disekresi
sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris. Cairan ini
mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein
yang rendah. Humor akweus disekresi secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior, mengalir
ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam
kanal Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi dan dikeluarkan berimbang
sehingga tekanan di dalam ruang mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi sumbatan
dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung terus, maka tekanan dalam bola mata
akan meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan kerusakan retina dan
kebutaan bila dibiarkan.
C. TUNIKA NEURALIS (RETINA) ( Gb-12 dan Gb-10)
Image removed due to copyright restriction
Gambar-12 Cangkir optik
Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel fotoreseptor yaitu sel-sel
batang dan kerucut. Retina berkembang dari cangkir optik (optic cup (Gb-12)), suatu struktur
berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses invaginasi (penonjolan ke arah dalam)
gelembung optik primer (primary optic vesicle). Gelembung optik primer ini berkembang dari
penonjolan keluar prosencephalon (otak depan). Tangkai dari cangkir optik (optic stalk) akan
berkembang menjadi saraf optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic cup)
berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian saraf retina (neural retina) berkembang
dari lapisan dalam cangkir optik.
Lempeng optik (optik disk) (Gb-13) yang terletak di dinding belakang bola mata merupakan
tempat keluarnya nervus optikus. Serat-serat saraf di daerah ini akan bertumpuk membentuk suatu
tonjolan yang disebut papila nervus optikus. Daerah ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor,
tidak peka terhadap cahaya, sehingga di sebut juga sebagai bintik buta (blind spot).
Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis. Pada umumnya arteri sentralis
merupakan satu-satunya arteri bagi retina. Sumbatan pada arteri ini dapat mengakibatkan kebutaan
10
yang menetap. Pada beberapa individu sebagian kebutuhan darah untuk retina juga disuplai dari
arteri silioretina untuk makula. Penyumbatan arteri sentralis pada individu ini mengakibatkan
kehilangan penglihatan perifer, karena makula tak terganggu.
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel
ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan
mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit)
dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai
sarung pembungkus saraf optik.
Image removed due to copyright restriction
Image removed due to copyright
restriction
Gambar 13 Lempeng optik (optic disc) (Kiri) dan fovea sentralis (kanan)
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal
sebagai Makula lutea (bintik kuning) (Gb-13). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea
sentralis (Gb-13) yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis
merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng
optik dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak
adanya lapisan dalam retina, pada retina di daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari
hanya kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang
dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior
hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik (Gb-14 dan 15) terdapat 10 lapisan retina
dari luar ke dalam yaitu:
1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
11
10. Membran limitans dalam
Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata bentuk
selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya kaya akan butirbutir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah
1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel
kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan sel batang dan
kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris
dengan panjang 28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen dalam yang
sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya mempunyai ketebalan 1,5
mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar tertanam dalam
Image removed due to copyright restriction
Image removed due to copyright restriction
Gambar-14 Retina
epitel pigmen. Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan
mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan
diameter yang seragam dan tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam
membentuk suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar
yang disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan
cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu
sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang
(bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-15 Retina
12
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang tersusun
dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A. Penyerapan cahaya ini
akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida
vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan
guanosin triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian
mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang
berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Siklik
guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di dalam
plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang menuju
ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel
batang dan merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar. Oleh
sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan menuju ke
sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar yang
mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol. Inti sel kerucut
lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di sebelah dalam melebar pada bagian
akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut (cone pedicle). Sel kerucut
teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar
di bandingkan sel batang. Sel kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada
3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis
iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.
Membran limitans luar merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel batang, sel kerucut,
dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak sebagai garis.
Lapisan inti luar merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut bersama
badan selnya.
Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrit sel
bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin,
dan sel Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau pendek. Aksonnya lurus
dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam disini berhubungan dengan dendrit sel
ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel yang lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya
berakhir dalam keranjang berbentuk cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel
amakrin terletak pada baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti
buah pir dengan sebuah tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan
13
pleksiform dalam. Di lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas dan bersinaps dengan
beberapa sel ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan intinya
terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas
ke membran limitans luar dan dalam.
Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakrin, dan sel ganglion.
Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan sel yang
besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil
(badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak
pernah bercabang
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.
Membran limitans dalam sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang memisahkan
retina dari korpus vitreum.
Media Refraksi
Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk
mencapai retina. Komponen media refraksi adalah
1. Kornea
2. kamera okuli anterior
3. kamera okuli posterior
4. lensa
5. badan vitreus.
ORGAN TAMBAHAN MATA
Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini ditutup oleh
kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura palpebra.
Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan dalam kelopak mata.
Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.
Organ-organ tambahan mata terdiri atas
1. Kelopak mata
2. konjungtiva
3. Kelenjar lakrimal
14
KELOPAK MATA (Gb-16)
Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat
dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam.
Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat elastin. Dermis
lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau empat baris rambut panjang
yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di antara dan sebelah belakang
bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata
disebut kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang
merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar
kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata
yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin
semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom
yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel
rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan
mukosa.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-16 Palpebra dan konjungtiva palpebra
KONJUNGTIVA (Gb-16)
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata
(konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata
(konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel
goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat
longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan
pelindung epitel mata bagian depan. Pada corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea,
konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung
sel goblet.
15
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai oleh konjungtiva yang
hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh bakteri, virus,
alergen atau parasit-parasit lainnya.
KELENJAR LAKRIMAL (Gb-18)
Image removed due to copyright
Image removed due to copyright restriction
restriction
Gambar-18 Kelenjar lakrimal
Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata. Ukurannya sebesar
kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar yang
terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior
konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria
kelopak mata atas dan bawah.
Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata berfungsi untuk
memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata akan menyebabkan air
mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda
asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film
mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air
mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta)
yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air mata kemudian
masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding
kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan
bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus
nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata kemudian
dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.
TELINGA
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga
terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam (Gb-1). Secara histologi telinga
merupakan struktur yang rumit dan halus terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga terletak
pada pars perosus tulang timpani.
16
Image removed due to copyright restriction
Gambar-1 Telinga
Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh
membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga
tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan
labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea).
Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang
bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang
masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accusticus externus) dan gendang telinga (membran timpani) (Gb-1).
Daun telinga /aurikula (Gb-2) disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit
tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot
lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih
rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.
Image removed due to copyright
Image removed due to copyright restriction
restriction
Gambar-2 Daun Telinga
Gambar-3 struktur histologis liang telinga
Liang telinga luar (Gb-1dan 3) merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya
mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut,
kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret
kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen.
Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai
pelindung.
Membran timpani (Gb-4) menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan
luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah
dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara
keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang
17
suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan
menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
TELINGA TENGAH (Gb-4)
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian
petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara
mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis
gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba
Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan
periosteum.
Image removed due to copyright
Image removed due to copyright restriction
restriction
Gambar-4 Telinga luar, tengah dan dalam
Gambar-5 Rongga telinga (telinga tengah)
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran (Gb-4) yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang
maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di
atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada
dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor
timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior
kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding
medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari
tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke
dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran
berfrekuensi tinggi.
Tingkap oval (Gb-5) pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan
rongga timpani dari perilimf dalam skala vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran
membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam.
Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman
yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi
18
oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum)(Gb-5).
Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-6 Tuba auditiva Eustachius
Tuba auditiva (Eustachius) (Gb-6) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings
lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling
berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia
dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen
terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada
kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.
TELINGA DALAM (Gb-6 dan Gb-7)
Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang
temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya
terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin
membranasea berisi cairan endolimf.
LABIRIN TULANG (Gb-6 dan Gb-7)
Labirin tulang terdiri atas 3 komponen
yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum, dan
koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah
luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan
di bagian dalam dipisahkan dari labirin
membranasea yang terdapat di dalam labirin
tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan
Image removed due to copyright
restriction
endolimf.
Vestibulum merupakan bagian tengah
labirin tulang, yang berhubungan dengan
Gambar-7 Telinga dalam, Labirin tulang (atas)
Labirin membran (bawah)
rongga timpani melalui suatu membran yang
dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale).
19
Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis
semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis
anterior, posterior dan lateral yang masingmasing saling tegak lurus. Setiap saluran
semisirkularis mempunyai pelebaran atau
ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi
muaranya hanya lima dan bukan enam, karena
ujung posterior saluran posterior yang tidak
berampula menyatu dengan ujung medial
saluran anterior yang tidak bermapula dan
bermuara ke dalam bagian medial vestibulum
oleh krus kommune.
Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat
(fenestra rotundum).
Koklea (Gb-7 dan 8) merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya
mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus.
Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan
tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion
spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.
Image removed due to copyright restriction
Image removed due to copyright restriction
Gambar-8 Koklea
LABIRIN MEMBRANASEA (Gb-7b dan 8)
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran yang
saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin
tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat lembaranlembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk
menggantung labirin membranasea.
Labirin membranasea terdiri atas:
20
1. Kanalis semisirkularis membranasea
2. Ultrikulus
3. Sakulus
4. Duktus endolimfatikus merupakan saluran penghubung duktus ultrikularis dan duktus
sakularis.
5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus
6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus koklearis
7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ pendengaran.
Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula kanalis semisirkularis pada
bangunan yang dikenal sebagai krista ampularis) (Gb-9). Pada ultrikulus dan sakulus juga
terdapat badan-badan akhir saraf yang terdapat pada bangunan yang dikenal sebagai makula
sakuli dan ultrikuli (Gb-9) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.
Image removed due to copyright restriction
Image removed due to copyright restriction
Gambar-9 Krista Ampularis (Atas) dan Makula (Bawah)
SAKULUS DAN ULTRIKULUS (Gb-7 dan 9)
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang mengandung
pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid
rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan
makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk
mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai
/dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II (Gb-9
dan 10) serta sel penyokong (Gb-9 dan 10) yang duduk di lamina basal. Serat-serat saraf dari
bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.
Image removed due to copyright restriction
Gambar 10 Sel Rambut
21
Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan
leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa
serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk
silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya.
Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia
terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) (Gb-9) merupakan sel berbentuk silindris
tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan
beberapa granul sekretoris.
Pada permukaan makula (Gb-9) terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22
mikrometer yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badanbadan kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat
dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut
terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam
tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel
rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel
rambut.
KANALIS SEMISIRKULARIS (Gb-9,10, 11)
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada permukaan
luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.
Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir
saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) dari kanalis
semisirkularis (Gb-10).. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel
rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya
terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula (Gb-9 dan11) serupa dengan
membran otolitik tetapi tanpa otokonia.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-11 Krista ampularis
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat
percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan
kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam
22
ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh
membran otolitik.
KOKLEA (Gb-7 dan 8)
Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga merupakan
tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu
membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea terdapat
penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat
membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke
dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu
1. Ruangan atas (skala vestibuli)
2. Ruangan tengah (duktus koklearis)
3. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis
(Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris.
Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan
ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum
disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan
mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum
yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan
bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu
dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis
yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus
tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal
dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu
dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen.
Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang
mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.
Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel
selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.
23
DUKTUS KOKLEARIS (Gb-7 dan 8)
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya, diatas
membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus
epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di
bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria
vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.
ORGAN CORTI (Gb-10 dan Gb-11)
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ
Corti adalah
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal
yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang
sempit dan agak melebar di bagian apeks.
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih
panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana
basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel
rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian
basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut
luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs
luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara
sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang
merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar
di atas stereosilia sel-sel rambut.
Image removed due to copyright restriction
24
Image removed due to copyright restriction
Image removed due to copyright restriction
Gambar-12 Organ Corti
GANGLION SPIRALIS (Gb-6, Gb-10 dan Gb-11)
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan berjalan
bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran
dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan memasuki
organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian vestibular N VIII memberi
persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang
temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis.
Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan
ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh
membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang –tulang
pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang
tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani.
Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup
pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan
membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara
stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut.
Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi ,
sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.
RESEPTOR PENGHIDU DAN PENGECAP
A. RESEPTOR PENGHIDU
25
Sensasi bau yang dikenal sebagai “Olfaction” dilakukan oleh organ penghidu yang
terletak di dalam rongga hidung pada bagian atap rongga hidung, bagian atas septum nasi
dan pada konka nasalis superior tulang etmoidalis.
Image removed due to copyright restriction
Gb-1. Organ penghidu di dalam rongga hidung
Organ penghidu ini terdiri atas dua lapisan
1. Epitel olfaktorius yang terdiri atas sel reseptor penghidu (sel olfaktorius), sel
penyokong (sel sustentakular) dan sel basal. Epitel ini pada keadaan hidup tampak
bewarna kekuningan.
2. Lamina propria merupakan lapisan yang terdapat di bawah epitel olfaktorius dan
disusun oleh jaringan ikat longgar. Lapisan ini mengandung akson sel olfaktorius,
pembuluh darah dan kelenjar olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar Bowman) yang
menghasilkan sekret serosa.
Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung dendrit
mengalami penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius. Vesikel olfaktorius
ini mempunyai 6-8 silia yang panjang dan tidak bergerak. Silia ini terbenam di dalam
lapisan lendir yang menyelimuti permukaan lapisan epitel. Akson dari sel olfaktorius
akan berjalan menembus lamina propia untuk bergabung dengan akson dari sel
olfaktorius lainnya membentuk berkas (bundle) serat saraf. Berkas saraf ini akan berjalan
melintasi lempeng kribiformis (Cribiform plate) pada atap rongga hidung untuk bersinap
dengan sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius. Akson dari sel saraf kedua pada bulbus
olfaktorius ini kemudian akan berjalan ke korteks olfaktorius, hipothalamus dan bagian
limbik sistim melalui traktus olfaktorius. Badan sel olfaktorius ini mempunyai inti yang
bulat dan lebih dekat ke arah lamina basal daripada ke vesikel olfaktorius. Sitoplasmanya
mengandung struktur-struktur yang sama dengan sel saraf lainnya.
Image removed due to copyright restriction
Gb-2. Gambaran skematis sel-sel pada organ penghidu
26
Sel penyokong merupakan sel-sel berbentuk silindris, berukuran 50-60 um dan
mempunyai mikrovili pada permukaannya. Intinya berbentuk bulat terletak pada 1/3
apikal sel. Sitoplasma bagian apikalnya mempunyai granula yang mengandung pigmen
bewarna kekuningan. Adanya pigmen kekuningan ini menyebabkan epitel olfaktorius.
tampak bewarna kekuningan pada keadaan hidup. Fungsi sel ini adalah untuk
menyokong, memberi nutrisi dan insulator listrik bagi sel olfaktorius.
Sel basal merupakan sel kecil, basofilik, berbentuk piramid yang bagian apikalnya
tidak mencapai permukaan epitel. Inti sel terletak lebih ke arah basal. Sel basal diyakini
sebagai sel induk (stem cells) untuk sel olfaktorius dan sel sustentakular.
Image removed due to copyright restriction
Gb-3. Gambaran histologis sel-sel organ penghidu
B. RESEPTOR PENGECAP
Image removed due to copyright restriction
Gb-4. Organ pengecap pada lidah
Indera pengecap memberikan informasi kepada kita tentang makanan dan
minuman yang kita konsumsi. Reseptor pengecap terletak pada permukaan atas lidah dan
bagian faring dan laring yang terletak didekatnya. Reseptor pengecap dan sel-sel epitel
yang khas membentuk struktur sensoris yang dikenal sebagai kuncup kecap (taste bud).
Kuncup kecap merupakan organ sensoris intraepitel yang berfungsi dalam persepsi rasa.
Permukaan lidah dan bagian belakang rongga mulut mengandung kira-kira 3000 kuncup
kecap. Kuncup kecap merupakan organ berbentuk bulat, lebih pucat dibandingkan
dengan epitel disekitarnya. Setiap kuncup kecap terdiri atas 40 reseptor pengecap
berbentuk silindris yang dikenal sebagai sel pengecap (gustatory cells) dan sel-sel
penyokong. Pada bagian ujung sel kecap yang menyempit terdapat mikrovili, yang
dikenal sebagai rambut pengecap (taste hairs) yang berjalan menuju permukaan lidah
Image removed due to copyright restriction
27
Gb-5. Gambaran histologis lidah
melalui lubang pengecap (taste pore). Ada 4 macam sel pengecap yaitu sel basal (basal
cell, sel tipe IV), sel gelap (dark cell, sel tipe I), sel terang (light cell, sel tipe II), dan sel
pertengahan (intermediate cell, sel tipe III). Sel basal diyakini merupakan sel awal yang
akan berubah menjadi sel gelap yang kemudian menjadi matang sebagai sel terang, lalu
berubah menjadi sel pertengahan dan akhirnya akan mati. Serat-serat saraf akan masuk
kedalam kuncup kecap dan bersinap dengan sel tipe I, II dan III.
Image removed due to copyright restriction
Gb-6. Gambaran histologis kuncup kecap
Di bawah mikroskop cahaya kuncup nampak sebagai struktur mirip irisan bawangdengan sel-sel
yang tersusun mirip lapisan-lapisan pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Badan akhir
serat saraf sensoris ini terdiri atas 2 macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya
berbentuk gelendong langsing. Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir sama dengan tebal epitel.
Sel penyokong lebih gemuk dan intinya berkromatin halus sedangkan sel pengecap lebih langsing, intinya
gepeng panjang dan berkromatin padat. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak
berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas mikrovilus.
Saraf kranial ke VII akan mempersarafi kuncup kecap yang terdapat pada 2/3 anterior lidah, dari akar
lidah hingga ke garis papila sirkumvalata. Papila sirkumvalata dan 1/3 posterior lidah akan dipersarafi oleh
saraf otak ke IX. Saraf otak ke X akan mempersarafi kuncup kecap yang tersebar pada permukaan
epiglotis. Serat saraf sensorik afferent dari saraf –saraf kranial ini akan bersinap di nukleus solitarius di
medula oblongata. Akson dari sel saraf di nuleus solitarius akan berjalanmemasuki lemniskus medialis
selanjutnya menuju ke talamus dan akhirnya informasi akan diproyeksikan ke korteks sensoris primer.
RUJUKAN
1. Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam
Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta,
Indonesia Hal.538-574.
2. Fawcett, D.W (1994), The Eye in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th
edition, Chapman and Hall, New York, USA, pp. 872-916
3. diFiore, MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of
28
Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.248-256.
4. Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheater’s Functional
Histology, 4th edition, Churchill Livingstone, London, UK, pp 380-405
5. Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of Histology,
W.B. Saunder Company, USA, pp. 422-442
29
Download