SKRIPSI PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH

advertisement
1
SKRIPSI
PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) DALAM
PENGAWASAN PELAKSANAAN KONTRAK DI BANK
SYARIAH (STUDI PADA BANK BRI SYARIAH)
Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (Se.Sy)
Disusun Oleh
MASLIANA
Nim: 106046101655
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDY MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011M
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..........................................................
6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
7
D. Kajian Terdahulu ................................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................
10
F. Metode Penelitian ..............................................................................
11
G. Sistematika Penelitian ........................................................................
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dewan Pengawas Syariah ..................................................................
14
1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah .................................................
14
2. Sejarah Pembentukan Dewan Pengawas Syariah ...............................
15
3. Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah ......................................
16
4. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota DPS .................................
17
B. Kontrak Perbankan Syariah ................................................................
19
v
4
1. Pengertian Kontrak Perbankan Syariah ..............................................
19
2. Bentuk – bentuk Akad dalam Perbankan Syariah ...............................
20
3. Dasar Hukum Kontrak dalam Perbankan Syariah ..............................
27
4. Prosedur Akad dari Pra Akad Sampai Evaluasi Akad
Dalam Perbankan Syariah .......................................................................
37
BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI BANK BRI SYARIAH
A. Sekilas Sejarah
39
B. Visi dan Misi ......................................................................................
40
C. Struktur Organisasi .............................................................................
41
D. Produk - produk pada Bank BRI Syariah ...........................................
41
BAB IV HASIL PENELITIAN KINERJA DPS DALAM PENGAWASAN
PELAKSANAAN KONTRAK DI BANK SYARIAH
A. Kedudukan dan Fungsi DPS dalam Pembuatan Draft Kontrak
di Bank BRI Syariah ...............................................................................
49
B. Kinerja Dewan Pengawas Syariah dalam Pengawasan Pelaksanaan
Kontrak di Bank BRI Syariah .................................................................
C. Efektifitas Kinerja DPS dalam Pengawasan Pelaksanaan Kontrak
vi
63
5
di Bank BRI Syariah ...............................................................................
72
BAB V PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................................
85
Saran-saran ..............................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah bangsa muslim terbesar di dunia dengan jumlah
penduduk kurang lebih 80% yang beragamas Islam, tuntutan masyarakat untuk
menjalankan dan menerapkan system ekonomi alternatif sejak berkuasanya sistem
kapitalis dan sosialis menjadi tidak bisa dielakkan lagi. Ekonomi alternatif tersebut
terwujud dalam sisten perekonomian yang menggunakan peratuan-peraturan agama,
sebagai landasan hukumnya.1 Bank syariah adalah badan usaha yang menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak dengan menggunakan prinsip – prinsip syariah.2 Hal ini dapat
kita lihat dengan banyaknya berdiri perbankan syariah di berbagai negara seperti
Mesir, Kanada, Pakistan, Kuwait, Bahrain, Siprus, Iran, Turki, Malaysia, Ingris dan
sebagainya.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Dengan diterbitkannya undang-undang no. 10 tahun 1998
tentang perubahan undang-undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang diikuti
1
Mukhtar Al-Shodiq, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Fatwa-Fatwa Syariah
Kontemporer, (Jakarta, Renaisan, 2005), h. 21.
2
Baharuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta, UII Press
Yogyakarta, 2008), h. 17
1
2
dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk surat
keputusan (SK) direksi BI/Peraturan Bank Indonesia, telah memberikan landasan
hukum yang lebih kuat bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia.3
Kemajuan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari peran Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang ada pada Bank Syariah yang bertugas mengawasi
kinerja pihak manajemen bank agar tidak menyimpang dari syariat Islam. Ayat
alquran yang melandasi prinsip ini adalah sebagai berikut:
             
           
Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka
sama suka diantara kalian”. (Q.S An-Nisa : 29).4
Industri perbankan syariah sejatinya dijalankan berdasarkan prinsip dan
sistem syariah. Karena itu kesesuaian operasi dan praktek bank syariah dengan
syariah merupakan piranti mendasar dalam perbankan syariah. Untuk tujuan itulah
semua perbankan yang beroperasi dengan sistem syariah wajib memiliki institusi
internal yang independen, yang secara khusus bertugas memastikan bank tersebut
berjalan sesuai syariah Islam. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU NO.10
3
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Curent Issues Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta,
PT. Kencana , 2009), h. 199.
4
Sofiniyah Gufron, Briefcase Books Edukasi Professional Syariah: System dan Mekanisme
Pengawasan Syariah, (Jakarta, Renaisan, 2005), h. 7
3
1998 yang menyebutkan bahwa bank syariah mesti memiliki melalui dewan
pengawas syariah.5
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan perpanjangan tangan dari
Dewan Syariah Nasional (DSN) guna meluruskan transaksi-transkisi yang dilakukan.
Dengan pengawasan yang baik, akan terciptalah bentuk-bentuk pengaplikasian
produk syariah yang benar-benar sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh DSN.6
Dalam upaya memurnikan pelayanan institusi keuangan syariah agar benarbenar sejalan dengan ketentuan syariah Islam, keberadaan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) mutlak diperlukan. DPS merupakan lembaga kunci yang menjamin bahwa
kegiatan operasional institusi keuangan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan tugas pengawas syariah diperlukan upaya
peningkatan pengetahuan DPS tentang operasional perbankan, pengetahuan ekonomi
baik pengetahuan fiskal, moneter, akuntansi dan lain sebagainya serta intensitas
keterlibatannya dalam menentukan produk baru dan program sosialisasinya. Hal ini
perlu dilakukan agar Bank Syariah terhindar dari riba dan berjalan sesuai dengan
syariah Islam.7
5
Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah. Diakses pada 4 april 2010.
www.agustianto.niriah.com
6
Rifkadejayu, Dewan Pengawas Syariah Gaji Buta dan Sekedar Pajangan, diakses pada 11
agustus 2010 dari http://bloggercompetition.kompasiana.com/2009/06/dewan-pengawas-syariahgajibuta-sekedar-pajangan/
7
Abrar sholikhin,Perkembangan Perbankan Syariah Mengkhawatirkan, Sangat Beresiko
Menjalankan Prinsip Menyimpang dari Syariah. Dimana Peran BI & Dewan Pengawas Syariah?. Diakses pada 04
april 2010 dari http://abrarsolikhin.blogspot.com/2009/05/perkembangan-perbankan-syariah.html
4
Pengawasan merupakan salah satu tugas dasar manajemen dalam konsep
manajemen modern, yaitu memastikan bahwa segala sesuatu berada dalam
keteraturan, berjalan sesuai garis garis yang ditentukan, teori yang ada, dan dasardasar yang bisa dipercaya. Sistem pengawasan dalam institusi sudah ada sejak dulu
yaitu Sistem pengawasan yang diterapkan pada zaman Umar Ibnu Khattab,
pengawasan ini meliputi sebagai berikut :
1.
Memastikan dijalankannya aturan-aturan kegiatan ekonomi yang meliputi
disyariatkannya kegiatan ekonomi, menyempurnakan pekerjaan, melawan
penipuan, tidak membahayakan orang lain.
2.
Mewujudkan kamanan dan ketentraman.
3.
Mengawasi keadaan rakyat.
4.
Melarang orang lain membuat aliran air tanpa adanya kebutuhan.
5.
Menjaga kepentingan umum.
6.
Mengatur transaksi di pasar.8
Dewan Pengawas Syariah memiliki nilai peranan penting bagi perkembangan
perbankan syariah di Indonesia. Ada tiga alasan penting DPS mempunyai peran
penting dalam bank syariah antara lain :
1.
Menentukan tingkat kredibilitas Bank Syariah
2.
Unsur utama dalam menciptakan jaminan kepatuhan syariah (shari'a
compliance assurance)
8
Al-Harist Jaribah bin Ahmad, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta, KHALIFAH
Pustaka Al-Kaustar Group, 2006), h 585
5
3.
Salah satu pilar utama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG) bank syariah.
Sehingga peran dan fungsi DPS dalam bank syariah harus dipertahankan
keberadaannya, diperkuat kedudukannya, dan dioptimalkan fungsi serta perannya
dalam pengawasan syariah untuk menciptakan perbankan syariah Indonesia yang
sehat, efesien, dan sesuai dengan prinsip serta aturan syariah.
Fenomena yang terjadi saat ini dalam praktik pengawasan syariah di bankbank syariah di Indonesia adalah peran vital DPS belum berjalan secara optimal,
bahkan sangat jauh dari peran yang semestinya mereka jalankan. Banyak dari mereka
tidak berperan sama sekali dalam mengawasi operasional perbankan syariah.
Sebagaimana diketahui bahwa DPS harus mengawasi dan memeriksa format dan
akad dalam bank, bagaimana bank syariah menjalankan restruksirisasi, reschedule,
cara penetapan marjin, dan lain sebagainya.9
Selain dari faktor diatas, optimalnya
kinerja DPS hendaknya melakukan
pengawasan bank syariah tidak terpaku pada draf kontrak yaang ada pada bank
syariah tapi juga terhadap pelaksanaan kontrak yang ada di lapangan. Untuk
memaksimalkan pengawasan, DPS baiknya didukung oleh pengetahuan yang mapan
tentang oprasioanal bank yaitu ilmu fiqh muamalat dan ilmu ekonomi keuangan islam
modern, hal ini perlu agar DPS bisa melakukan pengawasan tehadap Bank Syariah
secara optimal. Hal demikian bertujuan agar peran Dewan Pengawas Syariah benar9
Agustianto, optimalisasi dewan pengawas syariah, diakses pada 24 maret 2010 dari
http://www.scribd.com/doc/4685583/optimalisasi-dewan-pengawas-syariah-2-agustianto.
6
benar maksimal dalam perbankan Syariah di Indonesia demi menjaga citra bank
syariah bank yang berjalan sesuai dengan syariah.
Dari uraian diatas, jelas bahwa Bank Syariah dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya harus bekerja dengan sebaik mungkin, Bank Syariah sebagai bank yang anti
riba atau bunga. untuk itu perlu adanya DPS yang dapat mengawasi kegiatan
operasional bank sehari-hari apakah sesuai dengan aturan syariat Islam atau tidak.
Inilah yang menjadi landasan penulis untuk mengangkat tema tersebut dalam
penulisan skripsi dengan judul: Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam
Pengawasan Pelaksanaan Kontrak di Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank
BRI Syariah)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagaimana telah dibahas di latar belakang penelitian bahwa perkembangan
lembaga keuangan syariah, tetrutama perbankan syariah terus menerus mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Baik di Indonesia maupun dikanca internasional.
Untuk menjamin terjaganya shari'ah compliance maka dibutuhkan pengawasan yang
independen untuk mengawasi kegiatan bank agar seluruh kegiatan bank benar-benar
berjalan sesuai dengan prinsip syariah yang dalam hal pengawasan ini dilakukan oleh
Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Mengingat pembahasan mengenai pengawasan luas, maka untuk memperoleh
gambaran yang spesifik dari permasalahan yang akan diteliti dan untuk menghindari
7
kesalahfahaman terhadap persepsi masalah yang hendak ditulis, serta agar
permasalahan tidak melebar pembahasannya maka penulis memberikan batasan dan
perumusan masalah terhadap objek yang dikaji yaitu peran DPS dalam pengawasan
pelaksanaan kontrak pada Bank Syariah.
Adapun perumusan dan permasalahan masalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah kedudukan dan fungsi DPS dalam pembuatan draft
kontrak Bank BRI Syariah?
2.
Bagaimanakah
kedudukan
dan
fungsi
DPS
dalam
pengawasan
pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah?
3.
Bagaimana efektifitas pengawasan pelaksanaan kontrak pada Bank BRI
Syariah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam suatu penelitian, tentunya seorang peneliti mempunyai tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian tersebut. Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi DPS dalam pembuatan kontrak
Bank BRI Syariah.
2. Mengetahui kedudukan dan fungsi DPS dalam pengawasan pelaksanaan
kontrak di Bank BRI Syariah.
3. Dan mengetahui efektifitas pengawasan pelaksanaan kontrak pada Bank
BRI Syariah.
8
Adapun manfaat penelitian ini:
1. Bagi mahasiswa pada umumnya mampu mengembangkan pikiran berupa
gagasan atau pendapat yang diturunkan melalui laporan penelitian ini dan
bagi mahasiswa muamalat pada khususnya, diharapkan dapat memahami,
mengaplikasikan dan mensosialisasikan guna pengembangan bank syariah.
2. Bagi jurusan muamalat, diharapkan dapat memperluas informasi dalam
rangka menambah sserta meningkatkan khazanah pengetahuan di bidang
ekonomi-perbankan syariah.
3. Bagi masyarakat, diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dana dan/atau memperoleh
produk yang berkualitas.
D. Kajian Terdahulu
Setelah penulis menelaah dari berbagai literature artikel dan skripsi yang ada
di perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Syariah Universitas Islam Negeri (UIN)
syarif Hidayatullah. Penulis menemukan tema yang membahas mengenai DPS yang
ditulis:
9
1. Yani haryati dengan judul Peran Dewan pengawas Syariah Terhadap
Mekanisme Operasional Asuransi Syariah (studi kasus PT. MAA Life
Assurance Syariah) tahun 2005.10
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang:
a. DPS pada PT. MAA Life assurance syariah sebagai wakil DSN
mempunyai tugas member nasihat dan opini syariah kepada pengelola,
selain itu juga mengawasi pengelola dalam melaksanakan fatwa-fatwa
DSN dan sebagai mediator antara perusahaan dengan mediator.
b. Mekanisme operasional asuransi syariah adalah saling bertanggung jawab
dan saling melindungi antara peserta dengan perusahaan terkait agar yang
dikelola jelas dan transparan tidak ada yang saling diragukan.
2. Ratu Iik Nurhikmah dengan judul Peran Dewan Pengawas Syariah
Terhadap Produk Operasional Bank Syariah (studi kasus PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk) tahun 2005.11
a. Kebijakan yang dipakai untun menuntun secara rutin pengambilan
keputusan masa depan, hal tersebut diperlukan untuk menjamin
konsistensi peran dan tugas otoritas perbankan dalam pengembangan
perbankan syariah.
10
Yani haryati” peran Dewan Pengawas Syariah terhadap mekanisme operasional asuransi
syariah (studi kasus PT. MAA Life assurance Syariah)”. (skripsi S1 fakultas syariah dan hokum,
universitas islam negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005) hal 63-64.
11
Ratu iik Nurhikmah,”Peran Dewan Pengawas Syariah terhadap produk Operasional bank
syariah (Studi Kasus :PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk)”, (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2005) h. 91-93.
10
b. DPS pada bank BMI Tbk mempunyai tugas dan fungsi sebagai
perwakilan dari DSN.
c. Kinerja DPS pada setiap bank dapat ditentukan dengan analisis SWOT.
Kekuatan yang dimiliki DPS mempunyaisumber daya insane yang bagus
kelemahan DPS mempunyai kendala pada efektifnya pengawasan
peluang DPS mayoritas penduduk Indonesia muslim yang merupakan
asset, ancaan DPS adanya miss communication, miss perception atau miss
interpreptation antara DPS dengan pihak manajemen.
Selain skripsi diatas terdapat artikel yang membahas tentang DPS yang di
posting oleh bapak agustianto minka, dalam artikel ini beliau memaparkan kurang
optimalnya kinerja DPS. Hal ini terjadi karena minimnya SDM yang ada. Sehingga
masih ada bank syariah yang beroperasi tidak sesuai dengan syariat Islam.
E. Tinjauan Pustaka
Salah satu yang menjadi ciri khas bank syariah dengan bank konvensional
adalah dengan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang menjadi syarat mutlak
berdirinya bank syariah.
Adapun definisi DPS adalah suatu badan yang bertugas mengawasi
pelaksanaan keputusan
Dewan Syariah Nasional (DSN) di lembaga keuangan
11
syariah.12 Dalam skripsi ini penulios mencoba menggambarkan bagaimana
plaksanaan tugas DPS dalam hal pengawasan perbankan syariah. Karena dalam
pelaksanaan fatwa DSN pada perbankan syariah DPS memiliki peran yang penting
dalam menentukan apakah manejemen perbankan syariah telah melaksanakan
prinsip-prinsip syariah secara konsisten. Selain itu DPS juga berperan dalam kegiatan
pengembangan produk bank syariah terhadap proses penyaringan pertama ide
pengembangan produk sebelum produk tersebut diluncurkan kepublik. Hal ini agar
tidak ada lagi kecurigaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap sejumlah bank
syariah di Indonesia.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam skripsi ini seluruhnya menggunakan metode
kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan
dari fenomena yang diteliti atau dari orang yang berkompeten dibidangnya.13
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data
informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh dilapangan.14
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dan
penelitian lapangan (field research). Pada tahap kepustakaan, penelitian ini
12
13
Sofiniyah, system dan mekanisme pengawasan syariah, h.16.
Lexi J.Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya,
2001), h. 3
14
h. 309.
Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta, PT. Rineka Cipta,1993), cet ke-2
12
merupakan penelitian kegiatan telaah pustaka (literature review) dengan teknik
dokumentasi terhadap sumber-sumber buku, majalah, jurnal, maupun media internet
dalam menelaah suatu penelitian dan tahap selanjutnya peneliti terjun langsung ke
lapangan dalam mencermati secara intensif mengenai cara kerja dan sistematika
dewan pengawas syariah dalam mengawasi dan mengevaluasi bank yang
bersangkutan.
Data yang diperoleh penulis berasal dari beberapa sumber baik primer
maupun skunder. Sumber primer dalam skripsi ini adalah peran dewan pengawas
syariah dalam pengawasan aktifitas bank Syariah, dengan melakukan wawancara
terhadap pihak-pihak terkait serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Sedangkan wawancara disini menggunakan sistem wawancara tersruktur, yakni
peneliti telah mengetahui dengan pasti apa yang akan diperoleh maka dari itu peneliti
telah menyiapkan instrummen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.15
Adapun sumber skunder yang digunakan dalam pembahasan ini adalah
literature kepustakaan tentang permasalahan diatas, study pustaka dimaksudkan
dapat menjadi dasar penyusunan penelitian ini, kerangka pemikiran atau teori
maupun proses penelitian hasil lapangan.
Adapun teknik penulisan ini merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi tahun
2007 yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
15
Sugiono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (BANDUNG, PT.
ALFABETA, 2008), h. 233
13
G. Sistematika penelitian
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang sistematika penyusunannya sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini merupakan suatu pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub,
yaitu latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori,
Pengertian Dewan Pengawas Syariah, Sejarah Pembentukan Dewan
Pengawas Syariah, Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah, Petunjuk
Pelaksanaan Penetapan Anggota DPS, dan Kontrak Perbankan Syariah yang
meliputi Pengertian kontrak perbankan syariah, Dasar hukum kontrak dalam
perbankan syariah, Bentuk – bentuk akad dalam perbankan syariah, serta
Prosedur akad dari pra akad sampai evaluasi akad dalam perbankan syariah.
Bab III: Gambaran umum
Pada bab ini terdiri dari sejarah singkat pendirian, visi dan misi, struktur
organisasi dan produk-produk yang ada pada Bank Syariah.
Bab IV: Efektifitas Kinerja Dps Dalam Pengawasan Pelaksanaan
Kontrak Di Bank Syariah
14
Pada bab ini pembahasan tentang Kinerja DPS dalam pembuatan draft
kontrak atau akad di Bank BRI Syariah, Kinerja DPS dalam pengawasan
pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah , Efektifitas kinerja DPS dalam
pengawasan pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari
penulis mengenai hal-hal yang terkait dengan peran DPS terhadap
pengawasan
pelaksanaan kontrak dalam Bank Syariah.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEWAN PENGAWAS SYARIAH
1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah
Dalam kamus bahasa Indonesia kata “dewan” adalah badan yang
terdiri beberapa orang yang pekerjaanya memutuskan sesuatu dengan jalan
berunding, pengawas berasal dari kata awas yang berarti pengawas16. Sedangkan
“syariah” adalah segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku manusia
di luar yang mengenai akhlak. Syariah juga bisa diartikan sebagai nama bagi hukumhukum yang bersifat amaliah17.
Dewan pengawas syariah adalah lembaga independen atau hakim
khusus dalam fiqh muamalat (Fiqh Al-Muamalat). Namun DPS bisa juga anggota di
luar ahli fiqh tetapi ahli juga dalam bidang lembaga keuangan Islam dan fiqh
muamalat. Dewan pengawas syariah lembaga yang berkewajiban mengarahkan,
meriview, dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa
mereka mematuhi aturan dan prinsip syariah Islam18.
16
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed III, (Jakarta, Balai Pusaka, 2005). h. 260.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 2005). Jilid 1, h. 1.
18
Sofyan Syafri Harahap, Auditing dalam Perspektif Islam, (Jakarta, Pustaka Quantum,
2002). h. 207
17
15
16
2. Sejarah Pembentukan DPS
Sekitar tahun 1990-an perhatian ummat Islam di Indonesia terhadap
ajaran ekonomi yang berdasarkan syariah mulai tumbuh dan berkembang. Melihat
kenyataan seperti itu MUI bersama dengan institusi lain, terutama Bank Indonesia,
memberiakan respon positif dan bersifat proaktif. Salah satu hasilnya ialah kelahiran
Bank Muamalat Indonesia 1992 sebagai bank pertama di Indonesia yang
berlandaskan pada prinsip syariah dalam kegiatan transaksinya. Kelahiran Bank
Syariah kemudian diikuti oleh bank-bank lain, baik yang berbentuk full branch
maupun yang hanya berbentuk divisi atau unit usaha syariah. Tak ketinggalan,
lembaga keuangan lainya pun seperti Asuransi dan lembaga investasi yang berbasis
syariah terus bermunculan.
Untuk lebih meningkatkan khidmah dan memenuhi harapan umat yang
demikian besar, MUI pada februari 1999 telah membentuk DSN. Lembaga ini yang
beranggotakan para ahli hukum Islam (fuqaha‟) serta ahli dan praktisi ekonomi,
terutama sektor keuangan, baik bank maupun non-bank, berfungsi untuk
melaksanakan tugas-tugas MUI dalam mendorong dan memajukan ekonomi umat.
Disamping itu mereka bertugas antara lain untuk menggali, mengkaji, merumuskan
nilai dan prinsip hukum Islam (Syariah) untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan
transaksi di Lembaga Keuangan Syariah.19
19
DSN-MUI dan BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga Keuangan
Syariah , (Jakarta: DSN-MUI dan BI , 2001). Cet Pertama, h. iii-iv.
17
3. Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah
Tugas dan wewenang DPS antara lain:
a) Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional
dan produk yang dikeluarkan;
b) Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional- Majlis Ulama Indonesia;
c) Meminta fatwa
kepada Dewan Syariah Nasional-Majlis Ulama Indonesia
untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya;
d) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dan penyaluran serta pelayanan jasa bank;
e) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank
dalam rangka pelaksanaan tugas20.
Fungsi DPS:
a) Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha
syariah dan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan
syariah.
b) Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan
saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan
fatwa dari DSN
20
Surat Edaran no. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
18
c) Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada Bank Syariah. DPS wajib
melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan Bank Syariah yang diawasinya
kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun21.
4. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota DPS
a) Keanggotaan DPS
1) Setiap lembaga keuangan syariah harus memiliki setidaknya tiga orang
anggota DPS
2) Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua
3) Masa tugas keanggotaan DPS adalah 4 (empat) tahun dan akan mengalami
pergantian antar waktu apabila meninggal dunia, minta berhenti, diusulkan
oleh lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, atau telah merusak citra
DSN.
b) Mekanisme Pengangkatan Calon Anggota DPS:
1) Komite remunerasi dan nominasi memberikan rekomendasi calon anggota
Dewan Pengawas Syariah kepada dewan komisaris;
2) Berdasarkan rekomendasi komite remunerasi dan nominasi tersebut, dewan
komisaris mengusulkan calon anggota dewan pengawas syariah kepada
direksi;
21
Noven Suprayogi, DPS dan Pengawasan Internal Syariah pada Bank Syariah, diakses pada
17 oktober 2010 dari www.skripsi net/dps-dan-pengawasan-internal-syariah.html
19
3) Berdasarkan pertimbangan tertentu dengan memperhatiakan rekomendasi
komisaris, rapat direksi menetapkan calon anggota dewan pengawas syariah
untuk dimintakan rekomendasi kepada Majlis Ulama Indonesia;
4) Majlis Ulama Indonesia memberikan atau tidak memberikan rekomendasi
calon anggota DPS yang disampaikan oleh direksi;
5) Bank mengajukan permohonan persetujuan kepada Bank Indonesia atas
calon DPS yang telah mendapatkan rekomendasi Majelis Ulama Indonesia;
6) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan atas calon anggota
Dewan Pengawas Syariah dimaksud;
7) Rapat umum pemegang saham mengangkat anggota dewan pengawas
syariah yang telah mendapat rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
Dalam hal pengangkatan calon anggota dewan pengawas syariah oleh rapat
umum pemegang saham tersebut dilakukan sebelum adanya persetujuan BI,
maka pengangkatan tersebut baru akan efektif jika anggota DPS tersebut telah
disetujui oleh Bank Indonesia.22
c) Kewajiaban Lembaga Keuangan Syariah terhadap DPS
1. Menyediakan fasilitas yang layak bagi dewan pengawas syariah antara lain
ruang kerja, telepon, dan lemari arsip.
22
Surat Edaran No. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
20
2. Bank menugaskan paling kurang 1 (satu) orang pegawai untuk mendukung
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan pengawas syariah.
d) Kewajiban DPS
1. Mengikuti fatwa-fatwa DSN
2. Mengawasi kegiatan lembaga keuangan syariah agar tidak menyimpang
dari ketenuan dan prinsip syariah yang difatwakan DSN
3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan yang
diawasinya secara rutin kepada DSN sekurang-kurangnya 2 kali dalam satu
tahun.
B. Kontrak Perbankan Syariah
1. Pengertian Kontrak Perbankan Syariah
Kata Kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contracts. Sedangkan dalam
bahasa belanda, disebut dengan overeenkomst (perjanjian)23. Menurut Munir Fuady
dan Hasanuddin kontrak adalah sebagai suatu perjanjian, atau serangkaian
perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap
kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum dianggap
sebagai tugas24.
23
Salim H.S., S.H., M.S. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta,
Sinar Grafika, 2010). Cet. Ketujuh, h.25.
24
Ahdiana Yuni Lestari dan Endang Heriyani, Dasar-dasar Pembuatan Kontrak dan Akad,
(Jakarta, PT. Mocomedia, 2009). h. 3
21
Menurut Subekti, kontrak (perjanjian) adalah suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang lain itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbul suatu hubungan antara dua orang
tersebut yang dinamakan perikatan.25
Perbankan syariah adalah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip
syariah.26
Sehingga kontrak perbankan syariah adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua
orang pelaku (bank dan nasabah) untuk melakukan suatu hal dengan memakai
prinsip-prinsip syariah.
2. Bentuk Kontrak dalam Perbankan Syariah
Konrak yang ada di Bank Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:
a.
Produk Penyaluran Dana (financing)
b.
Produk Penghimpunan Dana (funding)
c.
Produk Jasa (service)
a. Produk Penyaluran Dana (financing)
Produk yang termasuk dalam golongan ini adalah :
25
26
Subekti, S.H., Hukum Perjanjian, (Jakarta, PT. Intermasa, 2005). H 1
Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 17
22
1. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Misalnya seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan
keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam
nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk prosentase dari harga pembeliannya ,
misalnya 10% atau 20%.27
2. Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan
belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan
pembayaran dilakukan tunai.
3. Pembiayaan Istishna’
Pembiayaan istishna‟ adalah dalam fatwa DSN MUI dijelaskan bahwa
jual beli istishna‟ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyartan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).28
27
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuanan, (Jakarta, PT. Grafindo
Persada, 2010). h. 98
28
Mukhtar Al-Shodiq, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Akad Bank Syariah,
(Jakarta, PT. Renaisan, 2005). h. 33
23
4. Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.29
5. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)
IMBT merupakan rangkaian dua buah akad , yakni akad albai‟ dan akad ijarah muntahiya bittamlik (IMBT). Al-bai‟ merupakan akad jual
beli dan IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa dan jual beli atau
hibah di akhir sewa.30
6. Pembiayaan Musyarakah
Pembiyaan musyarakah terbagi menjadi lima macam yaitu:
wujuh, „inan, abdan, muwafadhah, mudharabah:

Musyarakah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memilki reputsai dan prestise baik serta ahli dalam bisnis.

Musyarakah „inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpatisipasi
dalam kerja.kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian
sebagaimana yang disepakati diantara mereka.
29
30
Adiwarman, h.101
Mukhtar Al-Shodiq, h. 36
24

Musyarkah abdan adalah kontrak kerja sama dua orang yang seprofesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu. Misalnya dua orang arsitek bekerja sama untuk enggarap
sebuah proyek.

Musyarakah muwafadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang
atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpatisipasi dalam kerja.

Musyarakah mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lain (mudharib) sebagai pengelola. Keuntungan
usaha di bagi sesuai kesepakatan dalam kontark sedangkan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tidak terjadi akibat
kelalaian mudharib.31
7. Hiwalah
Dalam istilah fiqh, hiwalah merupakan memindahkan tanggung jawab
hutang dari tangan orang yang berhutang kepada pihak yang berhutang lainnya
(multazim/muhaal alaih). Akad ini bertujuan biasanya untuk membantu
supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
Aplikasinya seperti: Seorang suplier bahan bangunan menjual barang kepada
pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan
31
Syafi’i Atonio, Bank Syariah dari Teori dari Teori ke Praktek, (Jakarta, PT. Gema Insani,
2001). h. 91
25
supplier yang akan likuiditas, maka ia meminta bank untuk mengambil alih
piutangnya. Bank akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.32
8. Rahn
Rahn secara bahasa adalah tetap dan lestari, seperti juga dinamai alhabsu artinya penahanan. Sedangkan secara terminologi rahn adalah
menjadikan materi (barang) sebagai jaminan hutang, yang dapat dijadikan
sebagai pembayar hutang apabila orang yang berhutang tidak bisa
mengembalikan hutangnya.33
9. Qard
Qard adalah pemberian harta pada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.34
10. Wakalah
Wakalah adalah akad pemberian kuasa (muakkil) kepada penerima kuasa
(wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa.
Dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
32
Mukhtar Al-Shodiq, h. 64
Ibid, h. 84
34
Syafi’i Atonio, Bank Syariah dari Teori dari Teori ke Praktek, h.131
33
26
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
pembukuan L/C, inkaso, dan transfer uang.35
11. Kafalah
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai
penjamin.36
b. Penghimpunan Dana
1. Giro Syariah
Giro syariah adalah simpanan yang penarikanya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek/bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan pemindahbukuan.37
Dalam giro syariah akad yang digunakan adalah akad wadiah dan akad
mudharabah.
35
Mukhtar Al-Shodiq, h. 58
Ibid, h. 56
37
Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, tahun 2008, (Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia)
36
27
2. Tabungan Syariah
Tabungan syariah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan menggunakan cek/bilyet giro atau alat yang dipersamakan
dengan itu. Adapun akad yang digunakan dalam tabungna syariah adalah
wadiah dan mudharabah.38
3. Deposito Syariah
Deposito syariah adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dengan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara
nasabah dengan bank dengan mengggunakan akad mudharabah.39
a. Produk Jasa (Service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung)
antara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang kelebihan dana, bank pula
dapat melakukan berbagai pelayanan jasa antara lain:
1. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Sharf adalah Akad jual-beli mata uang, baik antar mata uang
sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis40
38
Ibid,h A-3
Ibid, A-5
40
Ibid, C-5
39
28
2. Bank Garansi Syariah
Bank garansi syariah adalah jaminan yang diberikan oleh bank
kepada pihak ketiga penerima jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu
nasabah bank selaku pihak yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud.
Adapun akad yang digunakan dalam bank garansi syariah adalah akad kafalah.
41
3. Letter of Credit (L/C) Impor Syariah
L/C impor syariah adalah surat pernyataan akan membayar
kepada eksportir (beneficiary) yang diterbitkan oleh bank (issuing bank) atas
permintaan importir dengan pemenhuan persyartana tertentu (uniforrm customs
and practise for documentary credit/ UCP), dengan berdasarkan akad
kafalah.42
3. Dasar Hukum Kontrak dalam Perbankan Syariah
a. Penghimpunan Dana
1. Giro Syariah
a) Al-Qur’an
ْ‫ض يِ ُْكُى‬
ٍ ‫ٍ َذسَا‬
ْ َ‫ٌ ذِجَازَ ًج ػ‬
َ ُْٕ‫ٌ َذك‬
ْ َ‫عمِ اِالَ أ‬
ِ ‫ْ َُكُ ْى تِانْثَا‬َٛ‫ٍَْ آيَ ُْٕا الَذَ ْؤ ُكهُْٕا َأيَْٕاَنكُ ْى ت‬ِٚ‫َٓا انَر‬ُٚ َ‫آ أ‬
Artinya “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu…”(QS. al-Nisa’ [4]: 29).
41
42
Ibid, C-3
Ibid, C-1
29
...َُّ‫َ َركِ اهللَ زَت‬ْٛ‫ َٔن‬،َُّ‫ُئَ ِّد انَرِٖ اإْ ُذًٍَِ َأيَا َر‬ْٛ‫ضكُ ْى َتؼْضًا َفه‬
ُ ْ‫ٍ َتؼ‬
َ ِ‫فَبٌِْ َأي‬
Artinya “…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”. (QS. al-Baqarah
[2]: 283)
b) Hadits
،ُ‫ َٔا ْنًُمَازَضَح‬،ٍ‫جم‬
َ َ‫ْغُ ِانَٗ أ‬َٛ‫ َانْث‬:ُ‫ٍ انْ َث َسكَح‬
َ ِْٓٛ ِ‫ز ف‬
ٌ َ‫ َشال‬:َ‫سهَ َى لَال‬
َ َٔ ِّ ِ‫ْ ِّ َٔآن‬َٛ‫ػه‬
َ ‫هلل‬
ُ ‫صهَٗ ا‬
َ ٙ
َ ِ‫ٌ انَُث‬
َ َ‫أ‬
)‫ة‬ٛٓ‫ْ ِغ (زٔاِ اتٍ ياجّ ػٍ ص‬َٛ‫د الَ ِنهْث‬
ِ َْٛ‫سِ ِنهْث‬ْٛ ِ‫ّشؼ‬
َ ‫ظ انْ ُث ِس تِان‬
ُ ‫خ ْه‬
َ َٔ
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual.‟” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).43
2. Tabungan Syariah
a) Al_Qur’an
(QS. al-Nisa’ [4]: 29)
b) Hadits
،ٍ‫جم‬
َ َ‫ْغُ ِانَٗ أ‬َٛ‫ َانْث‬:ُ‫ٍ انْ َث َسكَح‬
َ ِْٓٛ ِ‫ز ف‬
ٌ َ‫ َشال‬:َ‫سهَىَ لَال‬
َ َٔ ِّ ِ‫ْ ِّ َٔآن‬َٛ‫ػه‬
َ ‫هلل‬
ُ ‫صهَٗ ا‬
َ ٙ
َ ِ‫ٌ انَُث‬
َ َ‫أ‬
)‫ة‬ٛٓ‫ْ ِغ (زٔاِ اتٍ ياجّ ػٍ ص‬َٛ‫د الَ ِنهْث‬
ِ َْٛ‫سِ ِنهْث‬ْٛ ِ‫ّشؼ‬
َ ‫ظ انْ ُث ِس تِان‬
ُ ‫خ ْه‬
َ َٔ ،ُ‫َٔا ْنًُمَازَضَح‬
43
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 01/DSN-MUI/IV/2000
30
Artinya: “Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual.‟” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
c) Qiyas
Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.
.‫ ًَِٓا‬ْٚ ِ‫حس‬
ْ َ‫ػهَٗ ذ‬
َ ‫م‬
ٌ ْٛ ِ‫ل َّدن‬
َ ‫َ ُد‬ٚ ٌ
ْ َ‫م فِٗ ا ْن ًُؼَا َيالَخِ اْإلِتَاحَحُ اِالَ أ‬
ُ‫ص‬
ْ َ‫اَأل‬
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”44
3. Deposito Syariah
a) Al-Qur’an
(QS. al-Nisa’ [4]: 29) dan (QS. al-Baqarah [2]: 283)
b) Hadits
(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)
c) Ijma‟
Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib)
harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari
mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma‟ (Wahbah Zuhaily, alFiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838).45
44
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 02/dsn-mui/iv/2000
45
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 03/dsn-mui/iv/2000
31
b. Penyaluran Dana
1. Mudharabah
a) Al-Qur’an
… ‫ٍَْ آيَ ُْٕا أَْٔفُْٕا تِا ْنؼُمُْٕ ِّد‬ِٚ‫َٓا انَر‬ُٚ َ‫َاأ‬ٚ
Artinya:“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”
(QS. al-Ma’idah [5]: 1)
b) Hadits
(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
c) Ijma‟
Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun
mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ (Wahbah
Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838).46
2. Musyarakah
a) Al-Qur’an
‫خ‬
ِ ‫ػ ًِهُٕا انّصَانِحَا‬
َ َٔ ‫ٍَْ آيَ ُْٕا‬ِٚ‫ال انَر‬
َ ِ‫ ا‬،ٍ‫ػهَٗ َتؼْض‬
َ ‫ضُٓ ْى‬
ُ ْ‫ َتؼ‬ٙ
ْ ِ‫َ ْثغ‬َٛ‫خَهغَاءِ ن‬
ُ ْ‫ٍ ان‬
َ ِ‫سًا ي‬ْٛ ِ‫ٌ كَص‬
َ ِ‫… َٔا‬
…ْ‫م يَا ُْى‬
ٌ ْٛ ِ‫َٔ َله‬
Artinya:"…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada
46
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/Dsn-Mui/Iv/2000
32
sebagian lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini…." (QS. Shad [38]: 24)
… ‫ٍَْ آيَ ُْٕا أَْٔفُْٕا تِا ْنؼُمُْٕ ِّد‬ِٚ‫َٓا انَر‬ُٚ َ‫َاأ‬ٚ
Artinya:“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu”. (QS.Al-Ma’idah
[5]:1)
b) Hadits
‫ فَبِذَا خَاٌَ أَحَدُ ًَُْا‬،َُّ‫َخٍُْ أَحَدُ ًَُْا صَاحِث‬ٚ ‫ٍ يَا نَ ْى‬
ِ َْٛ‫ك‬ْٚ ِ‫ّشس‬
َ ‫س ان‬
ُ ِ‫ أَََا شَان‬:ُ‫َمُ ْٕل‬ٚ َٗ‫هلل َذؼَان‬
َ ‫اٌَِ ا‬
.‫ْ ُِ ًَِٓا‬َٛ‫ٍ ت‬
ْ ِ‫د ي‬
ُ ْ‫خسَج‬
َ ُّ َ‫صَاحِث‬
Artinya: “Allah swt. berfirman: „Aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati
pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar
dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-Hakim,
dari Abu Hurairah).47
c) Taqrir Nabi terhadap kegiatan musyarakah yang dilakukan oleh masyarakat
pada saat itu.
3. Murabahah
a) Al-Qur’an
(QS. al-Nisa’ [4]: 29)
47
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 08/Dsn-Mui/Iv/2000
33
b) Hadits
‫ْ ُغ‬َٛ‫ اِ ًََِا انْث‬:َ‫سهَ َى لَال‬
َ َٔ ِّ ِ‫ْ ِّ َٔآن‬َٛ‫ػه‬
َ ‫هلل‬
ُ ‫صهَٗ ا‬
َ ‫هلل‬
ِ ‫ اهلل ػُّ أٌََ َزسُ ْٕلَ ا‬ٙ‫ْ ٍد انْخُ ْدزِْ٘ زض‬ِٛ‫سؼ‬
َ ِْٙ‫ػٍَْ أَت‬
)ٌ‫ ٔاتٍ ياجّ ٔصححّ اتٍ حثا‬ٙ‫ٓم‬ٛ‫ (زٔاِ انث‬،ٍ‫ٍ َذسَاض‬
ْ َ‫ػ‬
Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. alBaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
c) Ijma‟
Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Murabahah (Ibnu
Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, juz 2, hal. 161; lihat pula al-Kasani, Bada’i asSana’i, juz 5 Hal. 220-222).48
4. Salam
a) Al-Qur’an
...ُُِْٕ‫سًًٗ فَاكْرُث‬
َ ‫م ُي‬
ٍ‫ج‬
َ َ‫ٍِْ ِانَٗ أ‬َٚ‫َُْرُ ْى تِد‬ٚ‫ٍَْ آيَ ُْٕا اِذَا ذَدَا‬ِٚ‫َٓا انَر‬ُٚ َ‫َآ أ‬ٚ
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai
sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis...". (QS. al-Baqarah [2]: 282)
b) Hadits
ٍ‫م َي ْؼهُٕو‬
ٍ‫ج‬
َ َ‫ٌ َي ْؼهُٕوٍ ِانَٗ أ‬
ٍ ْ‫م َي ْؼهُٕ ٍو َٔ َٔش‬
ٍ ْٛ َ‫ ك‬ٙ
ْ ِ‫ ٍء فَف‬ٙ
ْ َ‫ ش‬ِٙ‫ف ف‬
َ ‫سَه‬
ْ ‫يٍَْ َأ‬
"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang
48
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/Dsn-Mui/Iv/2000
34
diketahui" (HR. Bukhari, Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr, 1955],
jilid 2, h. 36)
c) Ijma‟
Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat (ijma’) atas kebolehan jual beli
dengan cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh
masyarakat (Wahbah, 4/598).49
5. Istishna
a) Al-Qur’an
‫عِٓ ْى‬
ِ ُٔ‫شس‬
ُ َٗ‫ػه‬
َ ٌ
َ ًُٕ‫سِه‬
ْ ًُ ‫حسَايًا َٔا ْن‬
َ ‫م‬
َ‫ح‬
َ َ‫حالَالً أَْٔ أ‬
َ ‫حسَ َو‬
َ ‫صهْحًا‬
ُ ‫ال‬
َ ِ‫ٍَ ا‬ًِٛ‫سِه‬
ْ ًُ ‫ٍ ا ْن‬
َ َْٛ‫ح جَا ِئ ٌص ت‬
ُ ْ‫ّصه‬
ُ ‫اَن‬
.)‫حسَايًا (زٔاِ انرسير٘ ػٍ ػًسٔ تٍ ػٕف‬
َ ‫م‬
َ‫ح‬
َ َ‫حالَالً أَْٔ أ‬
َ ‫حسَ َو‬
َ ‫ش ْسعًا‬
َ َ‫اِال‬
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi
dari „Amr bin „Auf).
)٘‫د انخدز‬ٛ‫ سؼ‬ٙ‫سًْا ػٍ أت‬ٛ‫ ٔغ‬ُٙ‫ضسَازَ (زٔاِ اتٍ ياجّ ٔاندازلغ‬
ِ َ‫ض َس َز َٔال‬
َ َ‫ال‬
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain” (HR, Ibnu
Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa‟id al-Khudri).50
49
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 05/Dsn-Mui/Iv/2000
50
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 06/Dsn-Mui/Iv/2000
35
6. Ijarah
a) Al-Qu’an
‫ضُٓ ْى‬
َ ْ‫ َٔزَ َفؼَُْا َتؼ‬،‫َا‬َُْٛ‫َا ِج اند‬َٛ‫ انْح‬ِٙ‫ّشَ َرُٓ ْى ف‬ْٛ ِ‫ْ َُُٓ ْى َيؼ‬َٛ‫سًَُْا ت‬
َ ‫ٍ َل‬
ُ ْ‫ َح‬،َ‫حًَدَ زَ ِتك‬
ْ َ‫سًٌَُْٕ ز‬
ِ ‫َ ْم‬ٚ ‫أَ ُْ ْى‬
.ٌَُْٕ‫ج ًَؼ‬
ْ َٚ ‫ ٌس ِيًَا‬ْٛ َ‫ك خ‬
َ ‫حًَدُ زَ ِت‬
ْ َ‫ َٔز‬،‫ًا‬ِٚ‫خس‬
ْ ُ‫ضُٓ ْى َتؼْضًا س‬
ُ ْ‫َرَخِ َر َتؼ‬ِٛ‫ض َّدزَجَاخٍ ن‬
ٍ ْ‫ق َتؼ‬
َ ْٕ َ‫ف‬
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”( QS. al-Zukhruf [43]: 32)
b) Hadits
.ُُّ‫ػسَل‬
َ ‫ف‬
َ ‫ج‬
ِ َٚ ٌ
ْ َ‫جسَ ُِ لَ ْثمَ أ‬
ْ َ‫سَ أ‬ْٛ ِ‫ػغُٕا اْألَج‬
ْ َ‫أ‬
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
.َُِ‫جس‬
ْ َ‫ ْؼِهًُّْ أ‬ُٛ ْ‫سًا َفه‬ْٛ ِ‫جسَ أَج‬
َ ْ‫يٍَِ اسْرَؤ‬
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
c) Ijma‟
ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.51
7. Qard
a) Al-qur’an
...ُُِْٕ‫ٍِْ اِنَٗ َأجَمٍ يُسًًَٗ فَاكْرُث‬َٚ‫َُْرُىْ تِد‬ٚ‫ٍَْ آيَ ُْٕا اِذَا ذَدَا‬ِٚ‫َُٓا انَر‬َٚ‫ؤ‬ٚ
51
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 09/Dsn-Mui/Iv/2000
36
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai
sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..." (QS. al-Baqarah [2]: 282).
… ‫ٍَْ آيَ ُْٕا أَْٔفُْٕا تِا ْنؼُمُْٕ ِّد‬ِٚ‫َٓا انَر‬ُٚ َ‫َاأ‬ٚ
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu”(QS. Al-Ma’idah [5]:
1)
b) Hadits
‫هلل‬
ُ ‫ َٔا‬،ِ‫َايَح‬ِٛ‫َْٕ ِو انْم‬ٚ ‫ب‬
ِ َ‫ٍ ُكس‬
ْ ِ‫هلل ػَُْ ُّ ُكسْتَ ًح ي‬
ُ ‫ َفسَضَ ا‬،‫َا‬َُْٛ‫ب اند‬
ِ َ‫ٍ ُكس‬
ْ ِ‫سهِ ٍى ُكسْتَ ًح ي‬
ْ ‫ٍ ُي‬
ْ َ‫ض ػ‬
َ َ‫ٍ َفس‬
ْ َ‫ي‬
.)‫ْ ِّ (زٔاِ يسهى‬ِٛ‫ ػٌَِْٕ أَخ‬ٙ
ْ ِ‫ٌ ا ْنؼَثْ ِد يَاّدَا َو ا ْنؼَثْ ُد ف‬
ِ َْٕ‫ ػ‬ٙ
ْ ِ‫ف‬
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah
akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama issa (suka) menolong saudaranya” (HR.
Muslim).52
8. Pembiayaan Multijasa
a) al-qur’an
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqarah[2]: 233). 53
c. Pelayanan Jasa
1. Letter of Credit (L/C)
a) Al-Quran
(QS. An-Nisa [4] : 29)
52
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 19/dsn-mui/iv/2001
53
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 44/dsn-mui/viii/2004
37
ُّ ُِْ‫ق ي‬
ٍ ‫َؤْ ِذكُ ْى ِت ِس ْش‬ْٛ‫عؼَايًا َفه‬
َ َٗ‫َٓا َأ ْشك‬ُٚ َ‫ظسْ أ‬
ُ ُْ َْٛ‫َُْ ِح َفه‬ِٚ‫فَا ْتؼَصُْٕا أَحَ َدكُ ْى تِ َٕزِ ِلكُىْ ْرِ ِ ِانَٗ ا ْنًَد‬
‫ٌ ِتكُىْ أَحَدًا‬
َ َ‫ّش ِؼس‬
ْ ُٚ ‫ال‬
َ َٔ ‫ف‬
ْ ‫غ‬
َ ‫َ َرَه‬ْٛ‫َٔن‬
Artinya:“ Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat
manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa
makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku
lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu
kepada seseorangpun “.(QS Al Kahfi [18]: 19)
b) Hadits
‫ال‬
َ ٌ
ْ َ‫ػهَٗ صَاحِثِِّ أ‬
َ ‫ط‬
َ ‫غهِةِ اِذَا ّدَفَ َغ ا ْنًَال يُضَازَتَحً ِاشْ َر َس‬
َ ًُ ‫ٍ ػَثْ ِد ا ْن‬
ُ ْ‫ض ت‬
ُ ‫ِدََُا ا ْنؼَثَا‬َٛ‫كَاٌَ س‬
‫ك‬
َ ‫م َذِن‬
َ ‫ٌ َف َؼ‬
ْ ِ‫ فَب‬،ٍ‫خ كَثِدٍ َزعْثَح‬
َ ‫٘ تِ ِّ ّدَاتَ ًح ذَا‬
َ ِ‫ّشْ َرس‬َٚ ‫ال‬
َ َٔ ‫ًا‬ِٚ‫ل تِ ِّ َٔاّد‬
َ ‫َ ُْ ِص‬ٚ ‫ال‬
َ َٔ ‫حسًا‬
ْ َ‫ك تِ ِّ ت‬
َ ‫سُه‬
ْ َٚ
ٙ‫ ف‬َٙ‫ّ ٔسهى فَؤَجَاشَ ُِ (زٔاِ انغثسا‬ٛ‫هلل صهٗ اهلل ػه‬
ِ ‫ش ْسعُُّ َزسُ ْٕلَ ا‬
َ َ‫ فَ َثهَغ‬.ًٍَِ‫ض‬
َ
)‫األٔسظ‬
Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah
ia mensyaratkan kepada mudharib nya agar tidak mengarungi lautan dan
tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya.
Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membolehkannya.54
2. Bank Garansi Syariah
a) Alqur’an
..ٌ‫ْى‬ِٛ‫ ٍس َٔأَََا تِِّ شَػ‬ْٛ ِ‫م َتؼ‬
ُ ًْ ‫ح‬
ِ ِّ ِ‫ٍ جَا َء ت‬
ْ ًَ‫ك َِٔن‬
ِ ‫ع ا ْن ًَِه‬
َ ‫لَانُْٕا َفْمِ ُد صَُٕا‬
54
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 34/Dsn-Mui/Ix/2002
38
“Penyeru-penyeru itu berseru: „Kami kehilangan piala Raja; dan barang
siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan
(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.”
b) Hadits
،‫َٓا‬ْٛ َ‫ػه‬
َ ٙ
َ ِ‫ّصه‬
َ ُِٛ‫ تِجََُاشَجٍ ن‬ٙ
َ ِ‫سهَىَ أُذ‬
َ َٔ ِّ ِ‫ْ ِّ َٔآن‬َٛ‫ػه‬
َ ‫هلل‬
ُ ‫صهَٗ ا‬
َ ٙ
َ ِ‫ٌ انَُث‬
َ َ‫ػٍ سهًح تٍ األكٕع أ‬
ِّ َْٛ‫ػه‬
َ ‫م‬
ْ َْ :َ‫ فَمَال‬،َٖ‫خس‬
ْ ُ‫ تِجََُاشَجٍ أ‬ٙ
َ ِ‫ شُىَ أُذ‬،َِّْٛ‫ػه‬
َ َٗ‫ّصه‬
َ َ‫ ف‬،َ‫ ال‬:‫ٍٍْ؟ لَانُْٕا‬َٚ‫ٍ ّد‬
ْ ِ‫ْ ِّ ي‬َٛ‫ػه‬
َ ‫م‬
ْ َْ :َ‫فَمَال‬
،ِ‫َا َزسُ ْٕلَ اهلل‬ٚ ُّ ُ َْٚ‫ ّد‬ٙ
َ َ‫ػه‬
َ :َ‫ لَالَ أَتُ ْٕ لَرَاّدَج‬،ْ‫ػهَٗ صَاحِ ِثكُى‬
َ ‫صهُْٕا‬
َ :َ‫ لَال‬،ْ‫ َؼَى‬:‫ٍٍْ؟ لَانُْٕا‬َٚ‫ٍ ّد‬
ْ ِ‫ي‬
.َِّْٛ‫ػه‬
َ َٗ‫ّصه‬
َ َ‫ف‬
“Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk
disalatkan. Rasulullah saw bertanya, „Apakah ia mem-punyai hutang?‟
Sahabat menjawab, „Tidak‟. Maka, beliau men-salatkannya. Kemudian
dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun bertanya, „Apakah ia
mempunyai hutang?‟ Sahabat menjawab, „Ya‟. Rasulullah berkata,
„Salatkanlah temanmu itu‟ (beliau sendiri tidak mau mensalatkannya). Lalu
Abu Qatadah berkata, „Saya menjamin hutangnya, ya Rasulullah‟. Maka
Rasulullah pun menshalatkan jenazah tersebut.” (HR. Bukhari dari Salamah
bin Akwa’).55
3. Penukaran Valuta Asing (Sharf)
a) Al-Qur’an
…‫حسَوَ انسِتَا‬
َ َٔ ‫ْ َغ‬َٛ‫هلل انْث‬
ُ ‫حمَ ا‬
َ َ‫َٔأ‬
"…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…."
ٙ‫ٓم‬ٛ‫ (زٔاِ انث‬،ٍ‫ٍ َذسَاض‬
ْ َ‫ْ ُغ ػ‬َٛ‫ اِ ًََِا انْث‬:َ‫سهَ َى لَال‬
َ َٔ ِّ ِ‫ْ ِّ َٔآن‬َٛ‫ػه‬
َ ‫هلل‬
ُ ‫صهَٗ ا‬
َ ‫هلل‬
ِ ‫أٌََ َزسُ ْٕلَ ا‬
55
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 11/Dsn-Mui/Iv/2000
39
)ٌ‫ٔاتٍ ياجح ٔصححّ اتٍ حثا‬
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan
atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)" (HR. al-Baihaqi dan Ibnu
Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).56
4. Prosedur Akad dari Pra-Akad Sampai Evaluasi Akad
1. Pra Akad
Hal yang harus dilakukan dalam sebelum akad adalah:
a. Meminta penjelasan dari pejabat bank yang berwenang mengenai tujuan,
karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akad
dikeluarkan.
b. Memeriksa apakah akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat
fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.
1) Dalam hal ini telah terdapat fatwa, maka Dewan Pengawas Syariah
melakukan analisa atas kesesuaian akad produk baru dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
2) Dalam hal belum terdapat fatwa, maka dewan pengawas syariah
mengusulkan kepada direksi bank untuk melengkapi akad produk baru
dengan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.
c. Mereview sistem dan prosedur produk baru yang akan dikeluarkan terkait
dengan pemenuhan Prinsip Syariah;
d. Memberi pendapat syariah atas produk baru yang akan dikeluarkan.
56
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor: 28/Dsn-Mui/Iii/2002
40
e. Dalam rangka pengeluaran produk baru, Bank wajib melaporkan rencana
pengeluaran Produk baru kepada Bank Indonesia atau memperoleh
persetujuan dari Bank Indonesia.
f. Kewajiban menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia berlaku untuk
pengeluaran Produk baru yang memiliki karakteristik yang sama dengan
Produk sebagaimana ditetapkan dalam Buku Kodifikasi Produk Perbankan
Syariah yang menjadi lampiran dari Surat Edaran ini.
g. Kewajiban memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia berlaku untuk
pengeluaran Produk baru yang memiliki karakteristik yang tidak sama
dengan Produk sebagaimana ditetapkan dalam buku Kodifikasi Produk
Perbankan Syariah yang menjadi lampiran dari Surat Edaran.57
2. Proses Akad
Proses akad dalam Bank Syariah hal yang harus dilakukan adalah:
a. Menganalisis laporan yang disampaikan oleh atau
yang diminta dari
Direksi, pelaksanaan fungsi audit intern, fungsi kepatuhan untuk
mengetahui kualitas pelaksanaan pemenuhan prinsip syariah atas kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;
b. Menetapkan jumlah uji petik (sampel) transaksi yang akan diperiksa
dengan memperhatikan kualitas pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah
dari masing-masing kegiatan;
57
Surat Edaran Bank Indonesia no. 12/ 13/ DPbS. Tahun 2010 tentang Pelaksanaan GCG
pada Bank Umum Syariah
41
c. Memeriksa dokumen traksaksi yang diuji petik (sampel) untuk mengetahui
pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dipersyaratkan dalam System
Operational Procedur (SOP), antara lain:
1) Ada tidaknya bukti pembelian barang untuk akad murabahah sebagia
bukti terpenuhinya syarat jual-beli murabahah;
2) Ada tidaknya laporan usaha nasabah, untuk akad mudharabah/
musyarakah, sebagai dasar melakukan perhitungan distribusi bagi hasil;
3. Evaluasi Akad
a. Melakuakan inpeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
kepada pegawai bank ata ke nasabah untuk memperkuat hasil pemeriksaan
dokumen;
b. Melakukan review terhadap SOP terkait aspek syariah apabila terdapat
indikasi ketidaksesuaian pelaksanaan pemenuhan prinsip syariah atas
kegiatan dimaksud;
c. Memberikan pendapat syariah
atas kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;
d. Melaporkan hasil pengawasan dewan pengawas syariah kepada Direksi dan
Dewan Komisaris.58
58
Surat edaran Bank Indonesia no. 12/ 13/ DPbS. Tahun 2010 tentang Pelaksanaan GCG pada Bank
Umum Syariah
42
BAB III
GAMBARAN UMUM MENGENAI BANK BRI SYARIAH
A. Sekilas Sejarah
Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada
tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank
Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum
konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah
yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRI
Syariah) pada tanggal 17 November 2008.
Nama BRI Syariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung
hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya
disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbesar di
Indonesia. BRISyariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang
akan melayani kebutuhan perbankan masyarakant Indonesia dengan menggunakan
prinsip-prinsip syariah. Pada tanggal 19 Desember 2008, telah ditanda-tangani akta
pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh
Bapak. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bapak.
Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRISyariah, sebagaimana akta pemisahan
42
43
No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi SH di
Jakarta.
Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRI
Syariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi
pemegang saham BRIS yariah adalah

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebesar 99,99967%

Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033%. 59
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial
sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan yang
lebih bermakna.
2. Misi

Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan
finansial nasabah;

Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai
dengan prinsip - prinsip Syariah;

Menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun,
dimanapun;
59
Bank BRI Syariah, “Sejarah BRISyariah” diakses pada 20 oktober 2010 dari
http://www.brisyariah.co.id/
44

Memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup
dan ketentraman pikiran.60
C. Struktur Organisasi
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
: Musthafa Zuhad Mughni
: Sunarsip
: Nasrah Mawardi
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Ventje Rahardjo
: Ari Purwandono
: Eko B. Suharno
: Budi Wisakseno
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Ketua
: Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman
Anggota
: Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc
: Gunawan Yasni,SE,MM.61
60
Bank BRI Syariah, “Visi Misi” diakses pada 20 oktober 2010 dari
http://www.brisyariah.co.id/
61
Bank BRI Syariah, “Struktur Organisasi” diakses pada 20 oktober 2010 dari
http://www.brisyariah.co.id/
45
D. Produk-Produk Bank BRI Syariah
1. Pendanaan62
a. Tabungan BRI Syariah iB
Tabungan BRI Syariah iB merupakan tabungan dari BRI Syariah bagi
nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan (wadiâh yad
dhamanah), dipersembahkan untuk nasabah yang menginginkan kemudahan
dalam transaksi keuangan.
Manfaat:
1.
Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah
2.
Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRISyariah
3.
Dengan kartu ATM BRISyariah, Anda mudah melakukan transaksi di
lebih dari 1.000 ATM BRI di seluruh Indonesia
b. Tabungan Haji iB
Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari
BRISyariah bagi calon Haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan prinsip bagi hasil
(Mudharabah al-Muthlaqoh).
Manfaat:
1.
62
Kemudahan rencana/persiapan ibadah Haji
Bank BRI Syariah,
http://www.brisyariah.co.id/
“Pendanaan”
diakses
pada
20
oktober
2010
dari
46
2.
Aman dan sesuai syariah
3.
Bagi hasil yang kompetitif
4.
Gratis asuransi jiwa & kecelakaan
c. Deposito iB
Deposito iB adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan
prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh) yang dananya dapat ditarik
pada saat jatuh tempo.
Manfaat:
1.
Terjamin karena disertakan dalam program penjaminan pemerintah
2.
Memberikan bagi hasil yang kompetitif
3.
Dikelola dengan prinsip sesuai syariah
d. Giro iB
Giro iB dari BRI Syariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis
dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiâh yad
dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan Cek atau Bilyet Giro.
Manfaat:
1.
Kemudahan dalam transaksi bisnis
2.
Bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku
3.
Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah
47
2. Pembiayaan63
a. Fitur Produk KKB iB BRIS.
KKB BRISyariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan
mobil yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merk yang anda
inginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan nasabah.
Manfaat:
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil secara
syariah dengan proses dan dan persyaratan yang mudah dan cepat.
Sedangkan akad yang digunakan KKB adalah Murabahah atau ijarah.
b. Produk KMG iB BRIS
Produk Pembiayaan Kepemilikan Multi Guna (KMG) iB
adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan Bank Rakyat
Indonesia Syariah (BRIS) kepada nasabah perorangan untuk kepemilikan
barang-barang multi guna selain rumah dan mobil dengan pembayaran
secara angsuran / mencicil dalam jangka waktu yang disepakati. Sedangkan
akad yang digunakan dalam produk KMG ini adalah murabaha.
Tujuan dari produk KMG iB adalah :
63
Bank BRI Syariah, “Pembiayaan” diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/
48
1. Mengembangkan produk KMG iB dengan resiko yang relatif rendah
2. Memenuhi kebutuhan nasabah untuk konsumtif maupun usaha atas
kepemilikan barang multiguna yang sesuai syariah dengan syarat
menjaminkan fixed asset atau cessie gaji nasabah melalui kerjasama
dengan institusi tertentu atau melalui surat kuasa pemotongan gaji oleh
bendaharawan / pejabat yang berwenang. Adapun jenis barang multiguna
yang diperkenankan pada pembiayaan KMG iB adalah untuk membiayai
seluruh atau sebagian atas kepemilikan :

Motor baru, baik dari penjual motor individu atau dari dealer/
showroom, baik dealer yang telah bekerjasama dengan BRI maupun
yang tidak ada kerjasama namun memenuhi persyaratan yang
ditentukan BRIS.

Barang multiguna lainnya, seperti :
 Barang elektronik
 Furniture / Keperluan Rumah Tangga
 Bahan baku / Stock barang dagangan
 Barang lainnya yang halal
 Peralatan dokter
 Mesin-mesin
 Bahan-bahan bangunan
49

Barang multiguna melalui take over / Pengalihan Pembiayaan KMG,
terdiri dari :
 Take Over dari Lembaga Keuangan Konvensional
 Take Over dari Lembaga Keuangan Syariah (Bank Syariah, BPRS)
Manfaat:
1. Bagi BRIS :
 Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana yang memperoleh
pendapatan dalam bentuk margin
 Meningkatkan portofolio pembiayaan dengan tingkat risiko yang
rendah karena keterlibatan perusahaan.
 Meningkatkan funding dan fee base income
2. Bagi Nasabah :
 Merupakan salah satu alternatif untuk memiliki barang multiguna baik
untuk
keperluan
pribadi
maupun
usaha
melalui
pembiayaan
kepemilikan barang multiguna secara syariah dengan pembayaran
jumlah angsuran yang pasti selama masa perjanjian kecuali dengan
perjanjian khusus dimuka.
 Penyesuaian jumlah angsuran dengan kemampuan pendapatan
nasabah, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan ketidakkhawatiran
dalam mengembalikan dana BRIS, mengingat jangka waktu yang
memadai dan kepastian jumlah angsuran dari awal perjanjian.
50
3. Bagi Penjual Barang Multiguna :
 Meningkatkan penjualan barang multiguna untuk usaha penjual barang
smultiguna.

Meningkatkan professionalisme penjual barang multiguna
a. Produk KPR iB BRIS
Produk ini merupakan Kepemilikan Rumah (KPR) BRI
Syariah iB dengan skim pembiayaan secara jual beli (murabahah)
mewujudkan keinginan nasabah memiliki rumah di lokasi yang strategis,
proses yang relative cepat, syarat mudah, margin kompetitif dan sesuai
syariah. Tak hanya memiliki rumah, berbagai keperluanpun dapat dipenuhi
dengan KPR BRI Syariah iB. Sedangkan akad yang digunakan produk
KPR ini adalah Murabahah.
Fasilitas yang diberikan untuk pembelian, pembangunan,
renovasi rumah/apartemen/ruko/rukan dengan angsuran tetap sepanjang
jangka waktu pembiayaan
Manfaat:
 Fleksibel untuk beli rumah /apartemen baru atau second, pembangunan
rumah, Ruko, Rukan.
 Jangka Waktu hingga 15 tahun
 Uang Muka ringan
51
 Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan
 Uang muka ringan
 Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu
 Biaya administrasi terjangkau
 Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo
b. Produk GADAI BRIS iB
Gadai iB merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan
menggadaikan barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah)
dan berasuransi.
Keunggulan:

Proses Lebih Cepat, Aman dan Nyaman karena sesuai syariah dan lebih
berkah

Persyaratan sangat mudah

Jangka Waktu Pinjaman Maksimal 120 hari dan dapat diperpanjang

Penyimpanan yang aman dan berasuransi

Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo pinjaman

Biaya Administrasi dan Biaya Sewa Tempat yang terjangkau
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN KINERJA DPS DALAM PENGAWASAN
PELAKSANAAN KONTRAK DI BANK BRI SYARIAH
Dalam bab ini, akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis terhadap kinerja DPS dalam pengawasan pelaksanaan kontrak di bank
BRI Syariah. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 13 ktober 2010 dengan nara
sumber yang dianggap oleh penulis banyak mengetahui tentang data-data yang
dibutuhkan oleh penulis. Narasumber tersebut berasal dari DPS sebagai representasi
pengawas , pihak bank bagian legal dan dari pihak lain yaitu dari pihak MUI.
Pertanyaan yang diajukan juga dibuat dengan seakurat mungkin sehingga hasil yang
didapat sesuai dengan data yang diinginkan oleh penulis dalam pembuatan tugas
akhir ini.
A. Kedudukan dan Fungsi DPS dalam Pembuatan Draft Kontrak di Bank BRI
Syariah64
Dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank syariah yang khususnya
Bank BRI Syariah agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah, maka
diperlukan suatu badan independen yang berdiri dari para pakar syariah muamalah
yang juga memiliki pengetahuan umum di bidang perbankan. DPS merupakan
64
Analisa atas hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan sumberwawancara dari pihak
DPS bank BRI Syariah
52
53
pengawas suatu lembaga keuangan syariah yang mempunyai peran yang telah
ditetapkan oleh DSN-MUI. Setiap DPS harus melaksanakan perannya dengan penuh
amanah dan dedikasi yang tinggi sehingga semua yang diemban oleh para anggota
DPS dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya sesuai dengan visi dan misi lembaga
syariah yang diawasi.65
Menurut pak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, yang
merupakan salah satu pengurus MUI pusat:
“Terkait dengan bank syariah agar shariah compliance
tetap bisa terjaga maka dibutuhkan yang namanya Syariah
Assurance Syistem, yaitu bagaimana bank syariah itu bisa
membuktikan pada DPS bahwa bank syariah tersebut benar-benar
telah patuh pada prinsip-prinsip syariah. Misalnya kalau Bank
Syariah mewajibkan pegawainya meggunakan jilbab saat bekerja
maka bank harus membuktikan bahwa pengawai-pegawai Bank
syariah telah mematuhi aturan syariah Islam”66
Disadari bahwa ruang lingkup tugas DPS sebagai pengawasan atas
kegiatan bank syariah sangat luas, yang mencakup draft kontrak, fatwa-fatwa DSN,
serta pelaksanaan kontraknya. Maka dari itu dalam melaksanakan pengawasan perlu
adanya sekala prioritas. Dalam prinsip ini kegiatan pengawasan ditekankan pada halhal yang bersifat penyimpangan dari prinsip-prinsip syariah. Untuk itu pihak
pengawas yang dsisini adalah dewan pengawas syariah harus orang-orang yang
65
Peraturan Bank Indonesia NO. 11/33/PBI 2009 Tentang Pelaksanaan GCG pada Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pasal 47.
66
22 februari 2011
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada tanggal
54
mengerti betul tentang perbankan, ekonomi syariah dan fiqih muamalat dan dalam
bekerja harus penuh hati-hati.
Sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI) dalam pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab DPS di Bank Syariah meliputi :
1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan;
2. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional- Majlis Ulama Indonesia;
3. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya;
4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dan penyaluran dan serta pelayanan jasa bank;
5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
bank dalam rangka pelaksanaan tugas.67
Sehingga seluruh kegiatan bank baik itu produk dari sisi pembiayaan,
pendanaan maupun pelayanan jasa yang ada di bank syariah mulai dari pembuatan
draft kontrak sampai dengan pelaksanaan kontrak serta evaluasi kontrak adalah
tanggung jawab DPS untuk mengawasinya agar sesuai dengan prinsip syariah.
67
Surat Edaran, no. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
55
Bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Bank Syariah
sebagai lembaga kepercayaan tidak hanya dituntut untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan dari sisi produk tapi juga dari sisi kepastian akan kesesuaian terhadap
syariah. Bank Syariah dengan beragam produk dan akad yang berbeda menjadi salah
satu ciri khas tersendiri bagi bank syariah. Sehingga draft kontrak yang ada di Bank
Syariah pun harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan fatwa-fatwa
DSN-MUI yang mengatur tentang akad-akad yang di Bank Syariah.
Salah satu tahap yang menentukan dalam pelaksanaan kontrak yaitu
tahap perancangan draft kontrak. Perancangan draft ini memerlukan ketelitian dan
kejelian dari para pihak yang akan bertransaksi. Karena apabila terjadi kekeliruan
dalam pembuatan draft kontrak, akan timbul persoalan dalam pelaksanaannya.68
Sebelum bank mengeluarkan produk baru, yang perlu diperhatikan
terlebih dahulu adalah draft kontrak apakah telah sesuai dengan syariah dan hukum
positif ataukah belum. Menurut Salim H.S.,S.H.,MS. ketetuan umum yang harus
diperhatikan dalam kontrak adalah:
1. Bahasa
2. Saksi-saksi
3. Pembebanan Bea Materai
4. Perpajakan
5. Peraturan terkait
68
Ahdiana Yuni, h. 112
56
Memperhatikan bahasa dalam kontrak sangat penting karena banyak sengketa
terjadi yang disebabkan karena persoalan bahasa. Misalnya, isi kontrak ditafsirkan
berbeda oleh para pihak. Sedangkan Saksi diperlukan dalam pembuatan draft kontrak
karena saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara perdata.69
Sedangkan draft kontrak dari sisi hukum syariat yang ada di bank
Syariah yaitu harus sesuai dengan:
1. Fatwa-fatwa DSN
2. Peraturan Bank Indonesia
Para pihak yang akan menggunakan draft kontrak harus menguasai
materi draft kontrak. Materi kontrak tersebut diantaranya adalah objek kontrak dan
syarat-syarat yang telah disepakati. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.
Pada dasarnya Draft kontrak yang ada dibank sama seperti draft
kontrak yang ada dilembaga-lembaga lainnya, yang harus meliputi;
1. Awal Kontrak
a. Judul kontrak
b. Pembukaan
2. Komparisi
69
Ibid. H. 63
57
Komparisi merupakan bagian dari akta yang dimuat setelah judul dan
awal kata, yang mengandung identitas para pihak atau pembuat perjanjian,
termasuk uraian yang dapat menunjukan bahwa yang bersangkutan
mempunyai kecakapan serta kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan
hukum sebagaimana yang dinyatakan dalam akta.70
3. Premise
Premise merupakan keterangan atau pernyataan pendahuluan yang
merupakan dasar atau pokok masalah yang akan diatur dalam suatu akta guna
memudahkan pengertian dan maksud dibuatnya akta tersebut.
4. Isi kontrak
Isi kontrak merupakn bagian dari akta yang memuat pasal-pasal
mengenai kesepakatan perjanjian yang dituankan dalam akta.
5. Penutup/akhir akta
Bagian ini merupakan bagian terakhir setelah isi kontrak.
Dalam merancang draft kontrak dituntut untuk selalu menyadari bahwa suatu
dokumen hukum kontrak bisnis apapun harus memenuhi ketentuan yang berlaku,
dalam draft kontrak yang dibuat harus dapat memenuhi hal-hal berikut:71
1. Memberikan kepastian tentang identitas para pihak yang dalam kenyataannya
terlibat dalam transaksi;
70
Ahdiana Yuni, h. 92
Ibid. H. 92
71
58
2. Memberikan kepastian dan ketegasan tentang hakdan kewajiban utama
masing-masing pihak sesuai dengan inti transaksi yang akan diwujudkan oleh
para pihak;
3. Memuat nilai ekonomis dari transaksi bisnis yang diadakan oleh para pihak,
yang kemudian dapat disimpulkan sebagai nilai ekonomis kontrak yang dapat
diterjemahkan menjadi sejumlah nilai uang tertentu;
4. Memberikan jaminan tentang keabsahan hukum dari dan kemungkinan
pelaksanaan secara yuridis dari transaksi bisnis yang bersangkutan;
5. Memberikan petunjuk tentang tata cara melaksanakan hak dan kewajiban
serta upaya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak dari transaksi bisnis
yang mereka adakan;
6. Menyediakan jalan yang dianggap paling baik bagi para pihak untuk
menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang mungkin terjadi diantara para
pihak dalam transaksi bisnis;
7. Memberikan jaminan bahwa janji-janji dan pelaksanaan janji-janji yang
dimuat dalam draft kontrak adalah hal yang mungkin, wajar, patut dan adil
untuk dilaksanakan.
Terkait dengan pembuatan draft kontrak yang ada di Bank BRI
Syariah yang dilakukan oleh DPS sebagai dewan pengawas adalah:72
72
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
59
1. Membakukan
secara
internal
standarisasi
akad.
Penetapan
tersebut
berdasarkan atas pedoman akad dalam suatu peraturan BI berkaitan dengan
BRI Syariah dan juga dengan fatwa-fatwa DSN yang berkaitan dengan akadakad yang ada di Bank, misalnya pembiayaan. Proses itu kemudian
diinternalisasikan, dalam artian berlaku di kalangan internal BRI dan cabangcabangnya. Pembakuan standarisasi akad tersebut selain dilakukan oleh pihak
DPS, juga melibatkan pihak legal yang ada di bank.
2. Mengesahkan standar akad yang akan berlaku secara nasional di suatu Bank
Syariah dan pada saat membuat draft kontrak itu DPS juga berfungsi
memberikan acuan-acuan yang mendasar, yang bersifat nasional dan itu sudah
disahkan dari awal.
3. Mensosialisasikan standar akad setelah standarisasi akad yang baku tersebut
disahkan dan diputuskan, kemudian disosialisasikan oleh pihak legal ke
cabang-cabang dan ke account-account officer di daerah-daerah.
Adapun dalam mensosialisasikan standar yang ada di Bank BRI Syariah
tersebut bisa dilakukan dengan cara:
1. Verbal atau komunikasi langsung antara bank BRI Syariah pusat dengan
cabang-cabangnya
2. Surat edaran Bank BRI Syariah
3. Teknologi informasi berupa intranet yang dapat mempermudah dari segi
efektifitas waktu dan akses. Jadi segala info yang menyangkut tentang standar
60
akad atau ada perubahan-perubahan yang terjadi di Bank BRI Syariah pusat
dapat diakses melalui internet tersebut.73
Sosialisasi standar akad tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa cabangcabang Bank BRI Syariah yang ada di daerah-daerah memperoleh informasi yang
sama dengan Bank BRI pusat itu sendiri. Karena standarisasi akad yang dibuat oleh
pihak bank yang bekerja sama dengan DPS itu bersifat central yang berlaku untuk
BRI Syariah pusat dan cabang-cabangnya.
Namun, dalam kaitan dengan pembuatan draft kontrak yang ada di cabang,
DPS tidak sepenuhnya bisa membantu proses pembuatan draft kontrak tersebut. DPS
hanya akan menyarankan kepada bank-bank cabang untuk melihat standarisasi akad
yang sudah disahkan yang berada di Bank BRI Syariah pusat dan Bank BRI Syariah
cabang di seluruh Indonesia tidak diperbolehkan membuat kembangan-kembangan
atau variasi-variasi lain yang tidak sesuai dengan standart akad yang ada di Bank BRI
Syariah pusat.74
Dalam mendukung kinerja bank syariah baiknya pihak bank syariah dengan
pihak DPS sebagai pihak yang mengawasi dan menilai apakah telah sesuai dengan
syariah ataukah belum.
73
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
74
Ibid.
61
Bank BRI Syariah dalam pembuatan draft kontrak di BRI Syariah, menurut
Bapak Lukita Tri Prakasa selaku kepala bagian Legal di Bank BRI Syariah, draft
kontrak yang ada di BRI Syariah melalui alur sebagai berikut:
“Kita punya yang namanya komite produk, jadi setiap produk
yang akan ditawarkan pada masyarakat itu melalui screening dari
komite produk tersebut. Salah satu alur di komite produk itu adalah
ketika ada pembahasan dalam segi bisnis, dari sisi operational banknya
itu dimintai kebijakan yang sudah dibuat, akad yang sudah kita susun,
kita akan mengajukan ke DPS untuk meminta persetujuan dengan
menpresentasikan hal-hal yang berkaitan dengan produk yang akan
dikeluarkan. setelah itu DPS akan mengeluarkan opininya. Opini DPS
menjadi bahan bagi kita untuk melakukan penjualan produk ini ke
masyarkat, kalau produk ini produk generik, langsung kita tawarkan
pada masyarakat kalau produk ini bukan produk generik, artinya
produk generik itu adalah produk yang sudah ada fatwanya di DSN
kalau belum ada fatwa kita minta fatwa DSN lalu kita laporkan ke BI
jadi agak susah kalau pun Bank Indonesia mensetujui suatu produk, BI
akan minta opini DPS kalau tidak ada fatwanya maka BI akan minta
fatwanya, disini peran DPS sangat vital terhadap kegiatan operasional
yang ada, DPS tidak akan memeriksa sehari-harinya bagaimana si
nasabah A mendaftarkan diri, bagaimana mengisi formnya. Tapi DPS
mengikuti alur yang ada seperti ini, kebijakan yang dibuat seperti ini,
akad yang dibuat seperti ini, yaitulah peran DPS. Produk kan sama saja
jadi alurnya sama prosesnya sama smua akadnya juga standar jadi itu
yang dijaga oleh DPS.”
Dalam pembuatan draft kontrak, DPS memainkan peranan yang sangat
penting, sekalipun DPS nantinya DPS tidak melakukannya sendiri, melainkan bekerja
sama dengan pihak legal. Dua pihak ini berdiskusi dan saling memberi masukan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan antisipasi-antisipasi, supaya kontrak di BRI
Syariah dan di cabang-cabang dimana pun itu memenuhi ketentuan hukum positif dan
ketentuan syariah. Peran pihak legal pusat nanti lebih pada mengkomunikasikan
62
secara detail kepada cabang-cabang atau account officer yang akan membuat kontrak.
Menurut bapak Gunawan Yasni selaku anggota DPS di Bank BRI Syariah,
“Mekanisme kerja DPS dalam membuat draft kontrak, sifatnya
adalah central, pusat, nasional bekerja sama dengan orang-orang
legal tentunya disini. Jadi yang berdiskusi dengan kita berkaitan
dengan antisipasi-antisipasi supaya kontrak di BRI Syariah dan di
cabang-cabang dimana pun itu memenuhi ketentuan hukum positif dan
ketentuan syariah itu kita lakukan bersama-sama dengan temen-temen
legal di BRI Syariah pusat. Merekalah yang membakukan akad ke
cabang-cabang yang memerlukan. DPS disini tidak turun langsung
tapi melalui temen-temen legal pusat yang nanti akan berkomunikasi
secara detail kepada cabang mana atau account officer mana yang
akan membuat kontrak.”75
Dalam mengeluarkan produk bank syariah, sebelum produk itu dipasarkan
pada masyarakat tentunya draft kontrak sudah harus memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. berhubungan dengan kelayakan draft kontrak produk Bank BRI Syariah
yang dibuat oleh pihak legal, DPS melakukan penilaian seperti yang sudah dijelaskan
di atas.
Penilaian terhadap draft kontrak tersebut disesuaikan dengan
sedemikian rupa, karena setiap draft kontrak yang dibuat sudah harus mengacu pada
standar akad internal yang sudah ada di Bank BRI Syariah, yang standar tersebut
mengacu pada standarisasi akad BI dan juga fatwa-fatwa DSN. Hasilnya, DPS tidak
melakukan penilaian kelayakan draft kontrak itu karena secara sentralistik DPS
menetapkan bahwa kontrak itu harus mengacu pada standart yang sudah disahkan.
Baik Bank BRI Syariah pusat maupun cabang-cabangnya tidak boleh membuat
75
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
63
kembangan-kembangan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dari sisi hukum
positif apalagi syariah. Jadi, harus mengacu pada apa yang sudah disahkan
sebelumnya.
Terhadap kelayakan draft kontrak di Bank BRI Syariah, bapak Gunawan
Yasni berkata:
“Kelayakan draft kontrak, jelas kalau kita melakukan
penilaian seperti yang saya katakan tadi di awal. Jadi kita tidak
melakukan penilaian terhadap draft kontrak karena setiap draft
kontrak yang dibuat sudah harus mengacu pada standar akad
internal yang sudah kita sahkan, yang itu mengacu pada
standarisasi akad BI dan juga fatwa-fatwa DSN. Jadi kita tidak
melakukan penilaian draft kontrak itu layak atau tidak karena kita
secara sentralistik menetapkan bahwa yang namanya kontrak itu
harus mengacu pada ini. Tidak boleh membuat kembangankembangan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dari sisi
hukum positif apalagi syariah. Harus mengacu pada apa yang
sudah kita sahkan.”76
Dalam melaksaksanakan tugas DPS di Bank Syariah khususnya di
Bank BRI Syariah, DPS tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh pihak-pihak
lainnya yaitu :
1. Fungsi Internal Audit
2. Fungsi Kepatuhan
3. Fungsi Legal
76
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
64
Dimana fungsi inilah yang menjamin bahwa kontrak-kontrak yang
diberlakukan di Bank BRI Syariah itu memang memenuhi kepatuhan hukum positif
dan kepatuhan terhadap syariah, dengan cara seperti fungsi kepatuhan, mereka
membuat petunjuk-petunjuk pelaksanaan standar akad, standar akad yang ada di
kepatuhan dan mensosialisasikan standar akad ke cabang-cabang Bank BRI Syariah
bekerja yang bekerja sama dengan pihak legal tentunya. Seperti prosedur untuk bisa
pencairan pada produk pembiayaannya, mekanismenya dan hal-hal yang dibutuhkan
dalam pembiayaan, semua petunjuk pelaksanaannya dilakukan oleh fungsi kepatuhan
ini.77
Kemudian setelah akad yang ada di bank tersebut terjadi, maka dibutuhkan
kontrol atau pengawasan. Dalam hal ini dilakukan oleh fungsi internal audit. Jadi
pihak internal audit yang melihat, dengan cara mengambil sampling, di lihat benar
atau salah. Menurut hasil penelitian penulis, tidak jarang ditemukan adanya variasivariasi yang tidak perlu, yang tidak memenuhi hukum positif dan hukum syariah.
Narasumber dalam wawancara ini juga menegaskan bahwa hal-hal yang demikian,
yang tidak memenuhi rukun yang ditetapkan adalah hal yang batil, sedangkan kalau
hanya tidak memenuhi syarat saja berarti fasid. 78
Namun kedua hal tersebut harus benar-benar dihindari, dengan melakukan
perubahan mulai dengan sekala yang kecil hingga yang cukup besar, melalui
77
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
78
ibid
65
adendum perjanjian atau adendum akad yang berkaitan dengan pembiayaan atau
pendanaan. Jadi, pihak DPS tidak memeriksa setiap draft kontrak yang ada, namun
mewakilkan fungsi pemeriksaan tersebut kepada fungsi internal audit.
“Seperti yang sudah saya sampaikan bahwa DPS mempunyai
kepanjangan tangan yaitu kepada fungsi internal audit, dan fungsi
kepatuhan. Dimana dua fungsi inilah yang menjamin bahwa kontrakkontrak yang diberlakukan di Bank BRI Syariah itu memang
memenuhi kepatuhan hukum positif dan kepatuhan terhadap syariah,
caranya bagaimana? Ya kalau di kepatuhan tentunya mereka
membuat petunjuk-petunjuk pelaksanaan standar akadnya seperti apa,
standar akad ada di kepatuhan juga bekerja sama gengan pihak legal.
Terus prosedur untuk bisa pencairan, misalnya pembiayaannya
setelah kontraknya baku itu seperti apa, jadi petunjuk pelaksanaannya
ada disini. Nah kemudian, kontrol atau pengawasan sesudah akad ini
terjadi, akad ini terjadi misalnya itu dilakukan oleh fungsi internal
audit. Jadi pihak internal audit yang melihat diambil sampling, di
lihat benar atau salah. Kadang kita sudah bikin standar yang benar
tapi kemudian ada variasi-variasi yang tidak perlu, yang tidak
memenuhi hukum positif dan apalagi juga syariahnya jadi melenceng
itu harus dibenahi. Kalau tidak memenuhi rukun berarti dia batil,
kalau dia hanya tidak memenuhi syarat saja berarti fasid, tetap duaduanya harus melakukan perubahan ada yang kecil dan ada yang
besar, melalui adendum perjanjian atau adendum akad. Berkaitan
dengan pembiayaan atau pendanaan. Jadi DPS tidak memeriksa
setiap draft kontrak tapi mewakilkan kalau untuk memeriksa kepada
fungsi internal audit.79
Dalam hubungan dengan kriteria yang menjadi acuan kelayakan draft kontrak
pada Bank BRI Syariah, narasumber menambahkan bahwa hal itu harus mengacu
pada standarisasi akad yaitu:
1. Peraturan Bank Indonesia;
79
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
66
2. Fatwa-fatwa DSN yang kemudian disesuaikan dengan akad-akad yang
tercantum dalam draft kontrak;
3. Pembakuan internal di bank BRI Syariah Standar akad tersebut adalah
standart akad yang sudah disahkan, yang itu berbentuk dalam berbagai
macam hal. Seperti contoh pendanaan, yang dalam hal ini ada beberapa
macam, dan dari sisi pembiayaannya yang juga mempunyai banyak jenis.
Semua harus sesuai dengan PBI yang berkaitan dengan pedoman akad
dalam Bank Indonesia dan fatwa-fatwa DSN yang kemudian dibakukan
lagi dan diinternalisasikan produk-produk bank itu secara spesifik.
Sehingga standarisasi yang lebih detail menjadi sangat dibutuhkan. Jadi,
pada dasarnya standar itu adalah fatwa dan pedoman akad BI yang
ditambah dengan Pembakuan internal di Bank BRI Syariah.80
B. Kedudukan dan Fungsi DPS dalam Pengawasan Pelaksanaan Kontrak di
Bank BRI Syariah
Pada dasarnya sistem pengawasan Bank Syariah itu terbagi dua yaitu
pengawasan umum dan pengawasan khusus. Pengawasan umum ini dilakukan oleh
Bank Indonesia, sama seperti Bank Konvensional peraturan ini mengacu pada
80
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
67
Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998. Sedangkan pengawasan khusus di
bank syariah itu dilakukan oleh DSN dan DPS.81
Pengawasan atau monitoring di suatu lembaga tidak terkecuali bank syariah,
hal ini sebagai upaya peringatan dini yang mampu mengantisipasi tanda-tanda
penyimpangan dari syarat-syarat yang telah ditetapkan. Bank syariah merupakan
bank yang beropersi berdasarkan prinsip syariah maka jika tidak beroperasi sesuai
syariah maka bank tersebut telah menyimpang dari prinsip syariah. Pengawasan
terhadap kegiatan bank ini dilakukan oleh DPS.
Sudah dijelaskan dengan cukup terang di atas bahwa Bank Syaiah dan seluruh
cabangnya harus mematuhi standar yang sudah dibakukan. Selain membakukan
standar tersebut DPS juga mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan
pelaksanaan kontrak di Bank Syariah yang mereka awasi.
Berhubungan dengan pengawasan pelaksanaan kontrak di BRI Syariah
Hal yang dilakukan DPS di bank BRI Syariah menurut Bapak Lukita Tri Prakasa
adalah:
“Pertama DPS akan melihat alur dan skemanya seperti apa, bisnis
prosesnya seperti apa, Nasabah datang ke bank ada keperluan apa,
nasabah isi formulir apa, formulirnya nanti diperiksa, bank harus
menyampaikan prosesenya bagaimana, dan keuntungan berapa. Itu
semuanya diteliti oleh DPS jadi DPS tau itu setelah mendapat
penjelasan. DPS memeriksa akadnya, akadnya kita serahkan ini pak
akad yang akan kita pakai. Jadi lebih kurang penemuan seperti itu.
Bank BRI Syariah DPSnya muda-muda jadi aktif.”
81
Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. H. 333
68
Hal pokok yang harus diperhatikan oleh DPS melihat pelaksanaan kontrak
tersebut dari segi pemenuhan rukun dan syarat akad-akad. Seperti contoh dalam akad
murabahah, jika pada awalnya pembiayaan murabahah (kontak murabahah)
objeknya tidak diketahui, dan atau tidak tertulis, maka rukun dan syarat akad tersebut
(murabbaha) tidak terpenuhi, dan itu berarti akadnya batil. Hal inilah yang menjadi
tugas mereka agar pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak terjadi lagi.82
Di masa depan kemungkinan terjadi penyimpangan di Bank Syariah
merupakan hal yang tidak mustahil, meskipun disana ada Dewan Pengawas Syariah
(DPS) karena seorang DPS pun adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Apalagi sekarang ini perbankan syariah semakin banyak, dan para bankir syariah pun
semakin bertambah banyak.
Untuk menghadapi penyimpangan yang mungkin terjadi ini, maka
disinilah peran DPS di Bank Syariah harus dimaksimalkan. Dalam hal
memaksimalkan kinerja DPS Menurut bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, salah
satu pengurus MUI pusat:
“Fungsi DPS di Bank Syariah itu adalah agar shariah
compliance tetap terjaga dalam aktifitas bank. Sebenar DPS itu
berkewajiban mengawasi semua aktifitas bank baik itu produk
funding, lending, pemasarannya dan hal lainnya yang terkait
dengan aktifitas bank. Untuk itu dibutuhkan yang namanya cek list
terhadap semua aktifitas bank syariah, dan pada kenyataannya
sampai sekarang hal ini belum ada di Bank Syariah.”83
82
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
83
Wawancara pribadi dengan bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada 22 februari
2011.
69
Dalam menjalankan kegiatan bank, tidak luput dari kesalahan yang dilakukan
oleh bank. Sehingga banyak berita miring yang ada tentang pelanggaran prinsip
syariah di lembaga bank syariah, menurut pak lukita menyangkut masalah
pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah yang tidak sesuai dengan aturan itu hanya
kesalahan proses yang seperti yang beliau tuturkan sebagai berikut:
“Ya paling ada proses yang tidak benar yang terjadi
dilapangan semacan take over dengan cara langsung memakai akad
murabahah. Tapi itu datangnya dari konvensional karena memang
kita kan 70 % kan datang dari konvensional diluar syariah tapi untuk
masalah yang besarnya tidak ada. Satu lagi banyak di milis yang
memberitakan tentang produk bank tidak syariah, sekarang acuanya
kemana kalau kita adalah DSN dan mereka membuat acuan sendiri
berdasarkan paradikma mereka repot menghadapi hal seperti ini
karena kita tidak satu suara disini, banyak mazhab disini, kita
mengikuti hal yang telah disampaikan oleh MUI. Jadi jangan
membuat fatwa lagi berdasarkan paradikma sendiri. makanya saya
melihat milis menurut saya hal seperti ini tidak mendukung
perkembangan ekonomi syariah.”
Secara umum, pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, bisa digolongkan
menjadi dua, yaitu pelanggaran yang bersifat mayor dan pelanggaran yang bersifat
minor.
1. Pelanggaran yang bersifat mayor atau yang bersifat besar yang bisa
berakibat fatal, selama menjadi DPS menurut bapak Gunawan Yasni yang
salah satu anggota DPS di BRI Syariah pelanggaran tersebut tidak pernah
ditemukan oleh pihak DPS.
70
2. Pelanggaran yang bersifat minor, atau pelanggaran yang bersekala kecil.
Pelanggaran yang bersekala minor inilah yang pernah dijumpai oleh DPS,
misalnya dalam pembiayaan murabahah pada sepeda motor. 84
Penjelasan tentang pelanggaran minor dalam murabahah tersebut kurang
lebih seperti contoh Bank itu tidak punya hubungan langsung dengan dealer sebuah
produk motor tertentu, yang berhubungan langsung dengan dealer Kalau ada
pembelian motor atau mobil adalah nasabah bank. Sehingga yang berhubungan
langsung dengan dealer motor atau mobil itu adalah nasabah bank dan yang
nmengambil baranganya pun adalah nasabah. Padahal idealnya adalah kalau
melakukan akad murabahah, bank itu kan berjual beli motor, sehingga bank yang
berhubungan langsung dengan dealer. Nasabah butuh motor, atau pun nasabah butuh
mobil, bank yang menjualkan motor atau mobil tersebut dari dealer kepada nasabah
sehingga nasabah hanya mengetahui dia berjual beli dengan bank dia membayar
cicilan dari motor yang dibeli atau mobil yang dibeli kepada bank tapi karena
konteksnya pembiayaan ini tidak terjadi, nasabah yang berhubungan dengan dealer.
Nah dalam hal ini harus ada yang namanya akad wakalah (akad perwakilan) bahwa
bank mewakilkan kepada nasabah. Secara verbal bank dapat berkata pada nasabah
“kamu tolonglah belikan mobil atau motor yang kamu perlukan atas nama bank, nanti
bank yang menjual ke kamu”. Akad wakalah itu harus dipenuhi dalam kontrak pada
akad murabahah karena itu menjadi syarat dari pada pembiayaan murabahah yang
84
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
71
dilakukan kalau bank tidak berhubungan langsung dengan dealer. Yang menjadi
masalah dalam hal ini adalah yang biasa ditemukan oleh DPS ada di cabang-cabang
akad wakalahnya tidak ada, padahal jelas-jelas si nasabah berhubungan langsung ke
dealer.85
Terkait dengan mengatasi hal tersebut solusi yang dapat diambil oleh DPS
adalah melakukan antisipasi-antisipasi atau tindakan pro-aktif dari pelanggaran yang
dilakukan oleh Bank BRI Syariah. Menurut bapak Gunawan Yasni,
“Pelanggaran minor yang dilakukan oleh bank dapat kita
berikan solusi berupa tindakan pro-aktif yang bisa dilakukan oleh
bank dengan cara: akad wakalah itu kan tidak harus dengan notaril,
akad wakalahnya itu cuma dari kedua belah pihak istilahnya dibawah
tangan. Itu cuma kita sampaikan pada temen-temen yang di account
officer yang melakukan pembiayaan itu agar melengkapi segera. Jadi
tetap secara formal itu harus ada, surat menyurat itu harus ada. Dia
harus tanda tangan atas materai bahwa bank mewakilkan kepada
nasabah untuk membeli apa dengan harga tunai berapa, yang
kemudian ini perjanjian murabahah benernya itu adalah
mencantumkan objek murabahah adalah barang yang dibeli yang
melalui perwakilan si nasabah tadi, nilainya berapa, barangnya apa.
Jadi sekedar melengkapi itu pelanggarannya kalau dalam hitungan
kita adalah pelangaran yang minor, tapi tetep karena itu syarat harus
dipenuhi jadi dilengkapi kemudian.”86
Perlakuan terhadap perbankan syariah harus sama dengan perbankan lainnya
dalam hal kepatuhan kepada hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai
lembaga kepercayaan, pengurus bank syariah harus mampu mengemban kepercayaan
masyarakat terutama dengan adanya misi dakwa Islam. Oleh karena itu, berdasarkan
85
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
86
Ibid
72
prinsip syariah yang menyatakan bahwa seseorang yang terbukti melakukan
pelanggaran
yang
menyebabkan
kerugian
pihak
lain,
wajib
mempertanggungjawabkan perbuatannnya dan diberikan sanksi yang sesuai dengan
pelanggaran yang ia lakukan. Pengurus Bank Syariah tidak terkecuali dewan
pengawas syariah yang terbukti melakukan kelalaian dan pelanggaran harus diberikan
sanksi atas pelanggaran yang dilakukannya menurut peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan kontrak yang ada di bank syariah menurut bapak
Muhamad Nadratuzzaman Hosen:
“Hendaklah DPS yang bertugas mengawasi kegiatan bank
memahami secara mendalam tentang ilmu perbankan dan
memahami betul tentang syariat Islam. Kalau dari akad bank
misalnya pembiayaan rumah, pembiayaan ini pastinya membutuhkan
notaris. Maka dalam hal oini notarisnya pun harus mengerrti
tentang syariah Islam tapi kenyataannya hal ini belum bisa terwujud
sehingga masih banyak di Bank Syariah yang kontrak mudharabah
dan murabahah bentuknya sama. 87
Berkenaan dengan hal tersebut, DSN dan DPS sebagai wadah di masingmasing bank dan satu-satunya pihak yang berhak mengeluarkan fatwa atas produk
dan jasa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) serta mengawasi penerapannya
mempunyai otoritas yang berwenang untuk menyatakan telah terjadi pelanggaran
atas prinsip syariah harusnya memeriksa secara reguler terhadap kejadian tadi agar
aspek hukum positif dan hukum syariah dapat terpenuhi.
87
2011.
Wawancara pribadi dengan bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada 22 februari
73
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) menyebutkan bahwa salah satu
kewajiban DPS adalah mereview segala kegiatan bank baik Bank Syariah pusat
maupu bank syariah cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan system
pengawasan dewan pengawas syariah terhadap Bank BRI Syariah baik pusat maupun
cabang-cabangnya sebagaimana yang dikatakan pak lukita :
“Kita punya minimal 2 minggu sekali DPS itu rapat ada atau
tidak ada kasus. Kemarin itu mereka menghasilkan 40 lebih opini
jadi itu pun tidak sekedar opini tapi kita juga hanya konsultasi,
sering konsultasinya dari pada opininya itu terjadi, pak gunawan
yang paling aktif di BRI Syariah. Paling tidak tiap minggu atau 2
minggu sekali dia hadir disini, kadang kita konsultasi diluar rapat
DPS tapi aktifitas dari audit yaitu melelui cross ceck dari
kepanjangn tangan dari audit internal kita. Jadi DPS tidak keliling
cabang, tapi ada beberapa dia minta mengunjungi cabang “saya
mau mengunjungi cabang ini” jadi sifatnya aktif juga walaupun
kadang tidak secara langsung tapi melalui tangan-tangan dari
kepanjangan tangan DPS. Jadi DPS kita sendiri punya unit syariah
compliance itu ada di unit kepatuhan, disana disediakan ia
melakukan aktifats ya bukti kepatuhan secara umum, jadi dia melihat
bagaimana proses itu berjalan, banyak kaki tangannya DPS
sebenarnya disini ada proses internal audit, ada unit sharia
compliance, yang berada di groupnya manajement dan compliance
jadi kuat kalau DPS di BRI Syariah.”
Kehadiran Bank Syariah di Indonesia tidak lain sebagai upaya kaum muslimin
untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dengan menjaga amanah masyarakat yang menitipkan dananya ke bank
syariah bertujuan untuk terhindar dari riba yang diharamkan oleh Allah SWT. Namun
masih ada bank yang terlibat pembiayaan yang mengandung bunga. Disinilah fungsi
DPS yang bertugas untuk mengawasi ketaatan bank syraiah terhadap prinsip-prinsip
74
Islam. Menurut bapak Gunawan Yasni Tindakan DPS jika menemukan pelaksanaan
kontrak yang di Bank BRI Syariah menyimpang dari ketentuan syariah adalah :
1. Tabayyun, diteliti lebih dalam lagi permasalahan yang ada, apakah benarbenar ada kesalahan yang dilakukan oleh bank syariah.
2. Jika terbukti benar melakukan pelanggaran, dan bank telah mendapatkan
margin (keuntungan). Maka DPS akan memutuskan bahwa margin tersebut
bukan margin yang halal tapi non halal dan tidak boleh diakui sebagai
pendapatan tapi harus dialokasikan ke BAZNAS atau ke lembaga sosial
lainnya sebagi ta‟zir atas pelanggaran yang bank lakukan.88
Mekanisme kerja DPS di BRI Syariah, pada dasarnya tugas utama DPS itu
adalah memberikan opini terhadap produk secara keseluruhan dan memberikan opini
terhadap pelaksanaan bank umum syariah secara keseluruhan yang ada di Bank BRI
Syariah. Ada pun mekanisme pengajuan opni syariah terhadap DPS terkait produk
yang ada di Bank BRI Syariah adalah:
1. Pihak Bank mengajukan opini ke DPS seminggu sebelum rapat rutin DPS, hal
ini bertujuan agar sebelum dibahas dalam rapat, para anggota DPS dapat
membaca dan memahami produk yang akan dikeluarkan oleh bank syariah;
2. Opini tersebut dibahas pada saat rapat rutin DPS;
3. Pihak bank yang bersangkutan akan membuatkan draft pengajuan opini;
88
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
75
4. Pada saat rapat rutin DPS berikutnya opini syariah tersebut disahkan jika
memang sudah menjadi kesepakatan dan sudah tidak ada lagi kesalahan katakata;
5. Opini yang sudah disahkan direkam, dan menjadi sebuah opini syariah yang
baku terhadap produk;
6. Opini syariah memuat tentang produk yang akan dikeluarkan oleh bank dan
memuat tentang cara mengiklankan produk.89
Untuk mencapai tujuan pengembangan perbankan syariah, maka selain
dibutuhkan penyempurnaan perangkat ketentuan operasional baik kelembagaan,
kegiatan usaha, instrumen moneter juga diperlukan pengembangan Sumber Daya
Insani (SDI). Berkaitan dengan SDI ini dulu waktu awal-awal berdirinya Bank
Umum BRI Syariah merupakan Hambatan DPS dalam mengawasi akad-akad yang
ada di Bank BRI Syariah karena memang Sumber Daya Insani (SDI) yang masih
belum mencukupi tapi sejalan bejalannya waktu, sekarang masalah itu sudah tidak
ada lagi karena Bank BRI Syariah terus mengadakan up grading.90
C. Efektivitas Kinerja DPS terhadap Pengawasan Pelaksanaan Kontrak yang
ada di Bank BRI Syariah
Efektifitas dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang
diartikan dengan :
89
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
90
Ibid
76
1. Adanya efek (akibat, pengaruh, kesannya)
2. Manjur atau mujarab
3. Dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha, tindakan)
Salah satu konsep untuk mengukur prestasi kerja (performance) manajemen
adalah efektifitas dan efisiensi. Menurut ahli manajemn peter drucker efektifitas
adalah melakukan pekerjaan yang besar (doing the right things), sedangkan efisiensi
adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing the right). Efektifitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.91
Efektifitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran
dapat dicapai. Sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber-sumber daya
dikelola secara tepat dan benar. Terkait dengan efektifitas kinerja DPS di Bank BRI
Syariah maka dari itu perlu diadakan penilaian hasil pelaksanaan tugas-tugas DPS.
Penilaian hasil kerja merupakan proses pengamatan terhadap pelaksanaan tugas. Dari
hasil pengamatan ini dilakukan pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk penetapan
keputusan mengenai keberhasilan atau kegagalannya dalam menjalankan tugas.92
Suatu kinerja di suatu lembaga bisa dikatakan efektif apabila kinerja telah
mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Standar pekerjaan adalah
91
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1998), edisi ke 2, h. 7
Hadari Nawawi, Buku Manajemen Sdm Untuk Bisnis yang Kompetitif (Yogyakarta : Gajah
Maja University press, 2006 ) H. 234
92
77
sejumlah kriteria yang menjadi ukuran dalam penilaian kinerja DPS, yang
dipergunakan sebagai pembanding cara dan hasil pelaksanaan tugas-tugas dari suatu
pekerjaan atau jabatan.
Pemeriksaan atau penilaian ini dimaksudkan untuk menentukan sampai
seberapa jauh sistem yang telah ditetapkan dapat diandalkan kemampuannya untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan dan sasaran dapat dicapai secara
efisien, serta menentukan struktur tersebut sudah berfungsi seperti yang diinginkan.93
Menurut Hadari Nawawi dalam karyanya manajemen SDM untuk bisnis yang
kompetitif, standar pekerjaan harus mencakup tiga informasi pokok sebagai kriteria
untuk melakukan penilaian keberhasilan atau kegagalan seseoanag pekerja dalam
melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Ketiga informasi tersebut adalah:
1. Informasi tentang apa tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang
pekerja;
2. Informasi tentang bagaimana cara terbaik dalam melaksanakan tugas-tugas
tersebut;
3. Informasi
tentang
hasil
maksimal
yang
seharusnya
dicapai
dalam
melaksanakan tugas-tugas dengan cara tersebut.
Kegiatan penilaian hasil kerja merupakan satu kegiatan yang amat penting
dalam suatu lembaga, karena dengan penilaian hasil kerja ini dapat dilihat apakah
93
Hadari Nawawi, H 243.
78
pelaksanaan suatu standar kerja telah berjalan optimal ataukah belum. Untuk itu
secara umum tujuan dilakukan penilaian hasil pelaksanaan tugas-tugas ini adalah:
1. Penilaian pekerjaan bertujuan untuk memperbaikan pelaksanaan pekerjaan,
dengan memberikan bantuan agar setiap pekerja (dalam hal ini adalah DPS)
dapat mewujudkan dan mempergunakan potensi yang dimilikinya secara
maksimal dalam melaksanakan misi organisasi atau perusahaan melalui
pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan;
2. Bertujuan untuk menghimpun dan mempersiapkan informasi untuk pekerja
(DPS) dan para manajer atau stakeholder lainnya dalam membuat keputusan
yang dapat dilaksanakan sesuai degan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam
lembaga keuangan.
3. Menyusun inventarisasi SDM di lingkungan perusahaan yang dapat
digunakan dalam mendesain hubungan antara pekerja satu dengan yang
lainnya. Sehingga dapat menyusun program pengembangan pribadi, dan
menciptakan kerja sama antara karyawan disuatu lembaga keuangan;
4. Untuk meningkatkan motivasi kerja yang berpengaruh pada prestasi dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga tercapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.94
94
Hadari Nawawi, h. 248
79
Sedangkan di Bank BRI Syariah efektifitas kinerja DPS dapat dilihat dalam
laporan pengawasan DPS yang diserahkan pada steakholdernya pada priode tertentu.
Dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas maka DPS pun harus memberikan
pertanggungjawaban dari hasil kinerja mereka, dalam hal ini sesuai dengan peraturan
Bank Indonesia bahwa DPS harus menyerahkan laporan hasil pengawasan mereka
pada stakeholdernya pada akhir priode dua tahun sekali.
Adapun Steakholder DPS
adalah (1) Bank Indonesia 2) DSN-MUI (3) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Jadi yang menilai kinerja DPS pada bank syariah itu adalah :
1. Bank Indonesia
2. DSN-MUI
3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Laporan pengawasan yang dibuat oleh DPS tersebut memuat tentang hasil
kerja mereka selama mengawasi kegiatan bank yang berhubungan dengan tugas
mereka yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Selain itu dalam laporan
pengawasan DPS juga dimuat opini syariah yang dihasilkan oleh DPS dalam priode
tertentu.95
Terkait dengan laporan pengawasan yang dibuat oleh DPS menurut Bapak
Lukita laporan pengawasan Bank Syariah memuat :
95
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13
oktober 2010
80
“DPS mempunyai kewajiban harus mengetahui implementasi
di lapangan tapi karena DPS punya keterbatasn waktu untuk ikut
turut serta ke lapangan untuk itu DPS memakai kaki tangan audit kita
jadi DPS membuat list dari setiap produk dari setiap aktifitas apa saja
yang akan diperiksa oleh pihak auditor untuk tahun ini. Pihak auditor
ini sebagai kepanjangan tangan DPS akan melakukan proses
pengawasannya. Jika ditemukann hal-hal yang tidak sesuai dengan
opini DPS maka mereka akan memasukkan sebagai temuan hari H
yang akan dilaporkan dalam laporan pengawasan DPS. dari situ DPS
akan melakukan cross ceck jenis terkait untuk dimintai keterangan,
ananlisis seperti itu yg dilakukan.”
Sedangkan menurut pak Muhamad Nadratuzzaman Hosen:
“Bahwa dalam pengawasan bank syariah maka harus
dibangun suatu sistem yang sangat independen tanpa pengaruh
dari siapa pun. Jadi pihak kepatuhan bank syraiah harus bisa
membuktikan bahwa bank syariah telah patuh pada syariat
Islam.96
Dalam Peraturan Bank Indonesia Pada dasarnya rapat dewan pengawas
syariah dilakukan minimal satu bulan sekali dalam lembaga keuanggan syariah. Hasil
penelitian penulis terhadap DPS bank BRI syariah bahwa Rapat rutin yang diadakan
DPS dua mingguan. Jika setahun itu ada 52 minggu maka rapat yang diadakan oleh
DPS itu sebanyak 26 kali dan DPS Bank BRI Syariah telah mengeluarkan opini
syariahnya sebanyak 61 opini. Hal ini menunjukan bahwa DPS Bank BRI Syariah
telah melaksanakan tugasnya secara optimal. Selain opini syariah hal-hal yang dimuat
dalam laporan pengawasan DPS itu adalah tentang kegiatan CSR yang di-promote
96
Wawancara pribadi dengan bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada 22 februari 2011.
81
oleh DPS, seperti kegiatan tebar hewan kurban yang bekerja sama dengan pihak
baznas. Karena Tugas DPS itu tidak hanya memberikan opini terhadap produk tetapi
juga mengembang tumbuhkan institusi perbankan syariah yang mereka awasi.97
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang ditempatkan
oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada perbankan dan lembaga keuangan syariah.
Untuk menjamin efektifitas kinerja DPS Selain dilihat dari pelaksanaan tugastugasnya, efektifitas anggota DPS harus terdiri dalam melakukan tugasnya sebagai
pengawas hendaknya bisa independen, tanpa adanya pengaruh dari pihak manapun
baik dari pihak bank maupun dari pihak selain bank. Menurut bapak gunawan yasni
yang menjabat sebagai anggota DPS di Bank BRI Syariah, bahwa anggota DPS yang
ada di BRI Syariah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas bank sangat
independen, dan tidak ada intervensi dari pihak bank, yang ada hanyalah kordinasi
dan eksistensi dari pihak bank sehingga DPS dapat bekerjasama dalam menjalankan
tugasnya.
Dalam hal efektifitasnya kinerja DPS sebagai pengawas maka
menurut Bapak Lukita:
“Kalau SOP tidak ada, jadi DPS sendiri mempunyai aturan
main, punya pedoman kerja dewan pengawas syariah. Mereka
ditetapkan berapa kali untuk sidang dalam melakukan rapat, terus
mereka harus mereportnya dan komponennya juga banyak. Misalnya
mereka tidak boleh menjadi konsultan tempat lain nah prosesnya
seperti itu. Kita bersyukur DPS kita support dan aktif, mix antara
yang senior dan yang muda dan kesibukannya juga masih toleransi
dengan kegiatan BRI Syariah.”
97
Ibid
82
Peran utama para ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya operasional
bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini
karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika
dibanding bank konvensional. Karena itu diperlukan garis panduan (guidelines) yang
mengaturnya. Garis panduan itu disusun dan ditentukan oleh DSN. DPS juga harus
mengikuti perkembangan dari fatwa-fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi
dalam mengeluarkan fatwa mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan
ketentuan dan prinsip syariah.
Dalam menjalankan pengawasan di Bank BRI Syariah yang berada di
berbagai daerah di seluruh Indonesia yang dilakukan oleh DPS menurut pemaparan
bapak Lukita adalah:
“Kita ada internal audit, internal audit juga punya banyak
wakil di setiap cabang namanya resident auditor jadi resident auditor
mempunyai cek listnya juga terhadap hal-hal yang harus diaudit dari
sisi syariah. Jadi ya berjenjang dan sewaktu-wakyu DPS datang untuk
mengawasi cabang tapi pastinya dia datang dengan membawa
research. DPS punya jaringan, punya proses yang terjadi setiap
cabang jadi tiap ada alarm berbunyi dia akan datang tapi selama
alarmnya tidak berbunyi maka berati keadaannya baik-baik saja. Kita
punya internal audit dan internal audit juga punya pasukan disetiap
cabang terus ada lagi yang namanya unit syariah complience yang
melakukan cross ceck setiap komite pembiayaan kalau mau keluar
uang. Jadi banyak mekanismenya.”
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib mengikuti fatwa
DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa mengenai
kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan prinsip syariah. Tugas utama
83
DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari ketentuan
dan prisnip syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Maka dari itu agar kinerja DPS
sebagai dewan pengawas yang menjamin bank syariah yang mereka awasi itu benarbenar telah sesuai dengan aturan syariah maka dibutuhkan cek list terhadap semua
kegiatan bank syariah yang mereka awasi.98
Menurut hasil penelitian Bank Indonesia (BI) pada tahun 2008 yang
bekerjasama dengan ernst dan young.99 salah satu masalah utama dalam implementasi
manajemen resiko di perbankan syariah adalah peran DPS yang belum optimal. Jenis
manajemen yang terkait erat dengan peran DPS adalah resiko reputasi yang
selanjutnya berdampak pada displaced commercial risk, seperti resiko likuiditas dan
resiko lainnya. Jika peran DPS tidak optimal dalam melakukan pengawsan syariah
terhadap praktik syariah sehingga berakibat pada pelanggaran syariah compliance,
maka citra dan kredibilitas Bank Syariah di mata masyarakat menjadi negatif,
sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank syariah yang
bersangkutan.
Disinilah peran DPS perlu dioptimalkan, agar DPS bisa memastikan segala
produk dan sistem operasional Bank Syariah benar-benar sesuai syariah. Untuk
melaksanakan tugas tersebut seorang DPS harus memenuhi syarat tertentu yaitu
pertama, menguasai ilmu fiqih muamalat. Kedua, menguasai ilmu ekonomi dan ilmu
98
99
Wawancara pribadi dengan bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada 22 februari 2011.
Sharing. Edisi 26
84
perbankan serta berpengalaman luas di bidang hukum Islam. Hal ini penting agar
kinerja DPS sebagai dewan pengawas benar-benar berjalan secara optimal.
Menurut pak Muhamad Nadratuzzaman Hosen:
“Sistemnya harus dibangun, sehingga pihak kepatuhan
bank syariah itu bisa meyakinkan bahwa bank syariah tersebut
telah patuh syariah. Maka dari itu hendaklah peran DPS di bank
syariah itu harus dimaksimalkan lagi, jadi penglibatan DPS pada
kegiatan DPS di bank syariah jangan setengah hati dan hanya
sebatas formalitas saja. karena pada kenyataannya yang saya
dengar masih banyak peyimpangan yanng terjadi di bank
syariah.”100
Ada pun anggota Dewan Pengawas Syariah di Bank BRI Syariah
mereka adalah:
1. Bapak Didin Hafiduddin
2. Asmuni Abdurrachman
3. Gunawan Yasni
Sedangkan untuk menjadi anggota DPS Menurut bapak Gunawan Yasni
haruslah memenuhi kriteria sebagaimana penuturan beliau sebagai berikut:
“Yang paling utama pastinya memahami fiqih muamalat.
Seorang anggota DPS itu harus memahami Fiqih muamalat itu ga
boleh ga dan akan lebih bagus. saya kebetulan lebih dulu memahami
ekonomi, keuangan jadi praktisi di konvensional kemudian saya
memahami fiqih muamalat jadi bisa tau secara menyeluruh. Jadi tidak
hanya fiqih muamalat saja tapi langsung pada praktek-praktek yang
berlaku. Nah itu sangat menguntung jadi kalau seorang DPS tidak
hanya memahami muamalat tapi juga mempunyai pemahaman dan
mungkin penghayatan karena dia dulunya adalah seorang praktisi
juga di bidang keuangan dan perbankan gitu. Itu akan menambah
100
2011.
Wawancara pribadi dengan Bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada 22 februari
85
daya gayut atau taqaddumiyyah dalam bahasa arabnya. Daya gayut
dia dalam mengawasi pelaksanaan kontrak, transaksi perbankan dan
hukum syariah jadi ilmunya sudah kompleks tapi DPS di Bank BRI
Syariah khususnya ya alhamdulillah kita punya misalnya pak didin
hafiduddin orang yang mengerti di fiqih muamalat dan berkecimpung
dalam zakat dan infaq, shadaqah,wakaf. Pak asmuni abdurrahcman
orang lebih banyak di ormas muhammadiyyah tapi dia sedikit banyak
tentu dia memahami fiqih secara umum baik fiqih ibadah atau fiqih
muamalat dan dilengkapi dengan saya yang juga fiqih muamalat tapi
juga banyak kesempatan sebelum saya jadi DPS saya belasan tahun
malang melintang di dunia keuangan dan perbankan. Jadi cukup
lengkaplah kalau menurut saya. Gabungan dari anggota-anggotanaya
ya bukan hanya satu individu. Tapi alangkah baiknya kalau individu
punya pengetahuan yang lengkap gitu dengan sendirinya lebih
komprehenship tapi tidak mungkinlah ya orang setiap anggota bisa
seperti itu. Yang paling pokok itu adalah kombinasi orang-orang yang
faqih sekali, ada yang memahami fiqih muamalat tapi juga memahami
secara detail mengenai praktek perbanakan dan keuangan itu lebih
baik. Jangan sampai misalnaya DPS itu cuma terdiri dari orangorang yang faqih secara fiqih saja tapi tidak ada pemahaman,
pengahayatan di bidang yang dia awasi itu cacat juga, syukur
alhamdulillah disini ada kombinasi.”101
Harapan DPS ke depan terhadap perkembangan Bank BRI Syariah :
Kondisi perbankan syariah saat ini dengan segala kekurangan dan
kelebihannya
haruslah
menjadi
titik
evaluasi
dan
motivasi
untuk
lebih
mengembangkan perbankan syariah agar peran dari perbankan syariah sendiri lebih
bisa
dirasakan
oleh
masyarakat
Indonesia
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraannya, Perbankan syariah pun diharapkan dalam arah pengembangannya
ke depan lebih dapat menggambarkan bentuk Islam dalam ekonomi secara sempurna
khususnya aspek aplikasi perbankan.
101
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta
13 oktober 2010
86
Kehadiran para anggota DPS di bank syariah mutlak dibutuhkan, menurut
bapak Lukita Tri Prakasa:
“Sangat karena kita kan bank 70% persen karyawan berasal
dari non bank syariah tentunya itu beban tersendiri bagi DPS untuk
melakukan sosialisasi fatwa yang ada. Mereka harus mengajarkan
apa itu ekonomi syariah, mekanisme skim-skim yang ada, kalau
DPSnya tidak menguasai skema syariah ya itu tentunya produk kita
akan susah tembus ke Bank Indonesia. kita punya DPS yang kuat,
walaupun untuk ke Bank Indonesia lancer tapi tetap berjenjang untuk
bisa ke BI. Jadi BI akan konsen terhadap sisi syariah itu sendiri. Kita
dulu pernah mau meluncurkan produk murabahah beli emas secara
cicil, DPS Bank BRI Syariah sudah menyetujui karena pegadaian juga
sudah melakukan itu. Tapi Bank Indonesia tidak menyetujui hal itu
dikarenakan bank Indonesia masih ragu karena masih ada mazhab
yang melarang memperjualbelikan emas. Sedang di lembaga gadai
tidak dipermasalahkan karena pegadaian memang tidak melewati
Bank Indonesia, jadi kita bahas dulu di DSN. Jadi amat sangat
berlapis untuk melakukan suatu produk itu syariah atau tidak syariah.
Di DSN debat lagi akhirnya tidak boleh tapi untuk pegadaian
berhubung sudah terlanjur diperbolehkan.”
Produk yang ada di Bank Syariah merupakan aspek yang sangat berpengaruh
terhadap Perkembangan Bank Syariah di Indonesia, untuk itu dalam mengeluarkan
produk ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu kesenjangan antara kebutuhan
dan pengetahuan masyarakat terhadap produk yang ada di Bank Syariah maka dari itu
dalam menciptakan produk hendaklah memperhatikan kebutuhan masyarakat. Terkait
dengan hal tersebut harapan DPS Bank BRI Syariah ke depan adalah tercipta Inovasi
produk bank syariah yang tidak “mirroring” atau sekedar bercermin ke Bank
Konvensional, semua produk yang ada di konvensional harus ada di Bank Syariah
dengan cara mensyariahkan produk-produk yang ada di Bank Konvensional. Akan
87
tetapi produk yang keluarkan bank itu hendaknya benar-benar mengandung maslahat,
thoyib, dan halal.102
a. Maslahat
Maslahat merupakan segala sesuatu yang ada kandungan manfaatnya
baik itu lewat pencarian suatu manfaat atau penghindaran suatu bahaya atau
kerusakan. Jadi bank yang akan mengeluarkan produk harus melihat
kebutuhan masyarakat, yang mengandung maslahat bagi masyarakat yang
menjadi nasabah Bank BRI Syariah.
b. Thoyib atau keunggulan dari produk tersebut.
c. Halal, Halal ini masuk kategori terakhir karena pada dasarnya setiap produk
itu harus halal.103
Dengan ketiga poin ini produk yang ada di Bank BRI Syariah dapat menjadi
bank yang beroperasi sesuai syariah sebagaimana yang diharapkan masyarakat yaitu
Bank Islam yang murni dari terhindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam.
102
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta
13 oktober 2010
103
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta
13 oktober 2010
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bab ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian penulisan skripsi.
Inti dari pembahasan yang ada di dalamnya adalah mengenai peran dewan pengawas
syariah dalam pengawasan pelaksanaan kontrak di Bank BRI syariah.
Penulis, dalam beberapa waktu, melakukan penelitian lapangan
dengan mendatangi langsung dan melakukan wawancara terhadap sumber yang
kompeten dalam menjelaskan tentang permasalahan yang coba diuraikan oleh
penulis.
Dalam memberikan kesimpulan, dituntut untuk benar-benar objektif,
dalam arti memaparkan semua data yang didapat dan memberikan kesimpulan yang
sebisa mungkin mendekati kenyataan lapangan. Semakin objektif kesimpulan yang
diberikan, maka semakin akurat sikap yang bisa dilakukan.
Penulis menyimpulkan bahwa kedudukan dan fungsi DPS dalam
pembuatan draft kontrak Bank BRI Syariah telah sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia bagian dewan pengawas syariah pasal 47. Secara umum hal yang dilakukan
DPS terkait dengan pembuatan draft kontrak yang ada di Bank BRI Syariah adalah
mengawasi segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan akad-akad yang ada di
bank. Pengawasan tersebut juga berwujud seperti membakukan dan mengesahkan
88
89
standar akad, yang akan berlaku nasional dalam arti berlaku di semua cabang BRI
Syariah, juga membantu pihak legal dalam mensosialisasikan ke cabang-cabang
Bank BRI Syariah ke account-account officer di daerah-daerah.
Sedangkan peran utama DPS dalam mengawasi pelaksanaan kontrak
di Bank BRI Syariah, yang juga dibuat dengan melibatkan DPS diantaranya
memeriksa dan mengawasi, dalam artian memastian bahwa pelaksanaan kontrak yang
ada di bank telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. DPS memonitoring secara
langsung pelaksanaan kontrak yang ada di BRI Syariah tersebut. Hal ini dilakukan
juga untuk meminimalisir pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan seperti
pelanggaran minor seperti yang dijelaskan di bab IV sub bab B. pengawasan
pelaksanaan kontrak disini DPS bekerja sama dengan kepanjangan tangannya yaitu
fungsi kepatuhan dan fungsi internal audit. Dengan kerjasama dan kordinasi ini
pengawasan terhadap kegiatan bank bisa tercover dengan baik sehingga pelanggaran
prinsip syariah pada pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah bisa dihindari. Tetapi
yang menjadi kendala disini adalah DPS hanya terfokus pada BRI Syariah pusat.
Sehingga bank BRI Syariah cabang-cabang yang ada di daerah jauh dari pusat sulit
memantaunya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menilai
bahwasahnya dengan ketiga anggota DPS yang terdiri dari ahli ilmu fiqih dan ahli
dalam ilmu perbankan sehingga dapat saling bersinergi dengan baik. Sehingga kinerja
DPS dalam pengawasan pelaksanaan kontrak yang ada di BRI syariah telah berfungsi
90
sebagaimana mestinya. Dalam arti maksimalnya fungsi dan peran disini, hal ini bisa
terlihat dari laporan pengawasan yang mereka serahkan pada stakeholdernya yaitu
Bank Indonesia, DSN-MUI, dan RUPS Bank BRI Syariah. Walaupun yang menjadi
kritik saya bahwa semua DPS di bank BRI Syariah bekerja secara aktif.
B. Saran-saran
Untuk mengakhiri uraian skripsi ini, beberapa saran berikut kirannya
bermanfaat untuk dikemukakan:
1. Mengingat banyaknya transaksi yang ada di Bank syari’ah, dengan kerja DPS
yang cukup optimal hendaknya lebih ditingkatkan lagi kinerjanya. Sehingga
semua transaksi yang ada di Bank Syariah benar murni sesuai prinsip syariah,
tidak ada lagi pelanggaran di bank sekecil apapun itu. Sehingga Bank BRI
Syariah menjadi contoh bagi Bank Syariah lainnya di Indonesia.
2. Dalam pengawasan kegiatan bank yang ada di daerah baiknya jika cabangcabang Bank BRI Syariah pun harus memiliki DPS. Hal ini sejalan dengan
semakin meluasnya kantor cabang perbankan syari’ah ke berbagai wilayah
provinsi, bahkan kabupaten atau kota. Hal ini penting agar penerapan prinsip
syari’ah lebih terjamin di daerah-daerah. Hampir mustahil DPS
yang
berdomisili di Pusat dapat memeriksa dan mengawasi praktek kontrak-kontrak
yang dilaksanakan Bank Syari’ah di daerah. Bila hal ini diabaikan, maka
pelanggaran prinsip syari’ah kemungkinan akan terjadi.
91
3. Untuk memaksimalkan kinerja DPS dalam menjamin bahwa bank syariah
yang mereka awasi itu telah berjalan sesuai syariah maka ada baiknya ada
semacam cek list terhadap semua kegiatan bank syariah agar semua kegiatan
bank benar bisa terkendali dan terjamin kemurniannya terhadap pelanggaran
yang dilarang syariah.
4. Untuk menjamin dipraktekkannya sistem syariah secara konsisten di lembaga
keuangan syariah, hendaknya peranan DPS dapat ditingkatkan lagi secara
optimal dan signifikan dengan memposisikan DPS sejajar dengan Komisaris,
dan Ketentuan ini seyogyanya masuk dalam Undang-Undang Perbankan
Syari’ah. sehingga perannya dan kedudukannya sangat kuat di Bank Syariah.
5. Dan yang terakhir hendak semua DPS bisa ikut andil dalam menjalankan
tugas sebagai dewan pengawas syariah, bukan hanya sekedar pajangan nama.
92
DAFTAR PUSAKA
Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah. Diakses pada tanggal 4 April
2010. www.agustianto.niriah.com
Abrar sholikhin, Perkembangan Perbankan Syariah Mengkhawatirkan, Sangat Beresiko
Menjalankan Prinsip Menyimpang dari Syariah. Dimana Peran BI & Dewan
Pengawas
Syariah?.
Diakses
pada
04
April
2010
dari
http://abrarsolikhin.blogspot.com/2009/05/perkembangan-perbankansyariah.html
Ahdiana Yuni Lestari dan Endang Heriyani, Dasar-Dasar Pembuatan Kontrak dan
Akad, Jakarta, PT. Mocomedia, 2009.
Al-harist jaribah bin ahmad, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab, Jakarta,
KHALIFAH Pustaka Al-Kaustar Group, 2006.
Al-Shodiq, Mukhtar, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Fatwa-Fatwa
Syariah Kontemporer, Jakarta, Renaisan, 2005,
Al-Shodiq, Mukhtar, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Akad Bank
Syariah, Jakarta, PT. Renaisan, 2005.
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, PT. Gema
Insani, 2005.
AriKunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta, PT. Rineka Cipta,1993, cet
ke2.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed III, Jakarta, Balai Pusaka, 2005.
DSN-MUI dan BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga
Keuangan Syariah , Jakarta: DSN-MUI dan BI , 2001. Cet pertama, h. iii-iv.
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 44/dsn-mui/viii/2004
93
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 01/DSN-MUI/IV/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 02/DSN-MUI/IV/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 03/dsn-mui/iv/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/Dsn-Mui/Iv/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 05/Dsn-Mui/Iv/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 06/Dsn-Mui/Iv/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/Dsn-Mui/Iv/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 08/Dsn-Mui/Iv/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 09/Dsn-Mui/Iv/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 11/Dsn-Mui/Iv/2000
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 19/dsn-mui/iv/2001
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 28/Dsn-Mui/Iii/2002
Gufron, Sofiniyah,
Briefcase Books Edukasi Professional Syariah: System dan
Mekanisme Pengawasan Syariah, Jakarta, PT. Renaisan, 2005.
Hadari Nawawi, Buku Manajemen SDM Untuk Bisnis yang Kompetitif, Yogyakarta,
PT. Gajah Maja University press, 2006.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1998. edisi ke 2.
Harahap, Sofyan Syafri, Auditing Dalam Perspektif Islam, Jakarta, PT. Pustaka
Quantum, 2002.
Huda Nurul dan Edwin Nasution Mustafa, Curent Issues Lembaga Keuangan
Syariah, Jakarta, PT. Kencana, 2009.
Karim A. Adiwarman,
Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuanan, Jakarta, PT.
Grafindo Persada, 2010.
94
Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, tahun 2008, (Direktorat Perbankan Syariah
Bank Indonesia.
Majalah Sharing. Edisi 26
Moeloeng J. Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung, PT. Remaja Rosda
Karya, 2001.
Pembiayaan, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/
Pendanaan, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/
Peraturan Bank Indonesia NO. 11/33/PBI 2009 Tentang pelaksanaan GCG pada bank
umum syariah dan unit usaha syariah. Pasal 47
Rifkadejayu, Dewan Pengawas Syariah Gaji Buta dan Sekedar Pajangan, di akses
pada
11
agustus
2010
dari
http://bloggercompetition.kompasiana.com/2009/06/dewan-pengawassyariah-gajibuta-sekedar-pajangan/
Salim, Hukum kontrak teori dan teknik penyusunan kontrak, Jakarta, PT. Sinar
Grafika, 2010.
Sejarah BRISyariah, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/
Struktur Organisasi, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT. Intermasa, 2005.
Suprayogi Noven, Dps dan Pengawasan Internal Syariah pada Bank Syariah,
diakses pada 17 oktober 2010 dari www.skripsi net/dps-dan-pengawasaninternal-syariah.html
Surat Edaran Bank Indonesia no. 12/ 13/ DPbS. Tahun 2010 tentang pelaksanaan
GCG pada bank umum syariah
Surat Edaran no. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
95
Susanto Baharuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta, UII Press
Yogyakarta, 2008.
Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 2005. Jilid 1
Visi Misi, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah.
Jakarta, 13 oktober 2010
Download