tinjauan pustaka

advertisement
5 TINJAUAN PUSTAKA
Pola Penggunaan Jejaring Sosial
Internet merupakan jaringan dunia terbesar yang menghubungkan
berbagai jaringan komputer dengan berbagai jenis komputer di seluruh dunia.
Jaringan-jaringan tersebut berisikan informasi dari berbagai bidang, baik
mengenai ilmu pengetahuan, keuangan, bisnis, pendidikan, hiburan dan hal-hal
lainnya (Muljono 2005). Internet menjadi upaya awal untuk mendukung jejaring
sosial melalui komunikasi antar komputer.
Jejaring sosial merupakan sarana yang memungkinkan penggunanya
menampilkan dirinya, berhubungan dengan jejaring sosialnya, dan membangun
serta menjaga hubungan mereka dengan orang lain. Jejaring sosial yang diminati
masyarakat dunia termasuk Indonesia adalah facebook dan twitter. Berdasarkan
rilis yang dikeluarkan Twitter pada 14 September 2010, Twitter memiliki seratus
tujuh puluh lima juta pengguna. Jumlah pengguna facebook di Indonesia
menduduki peringkat ketiga setelah Amerika dan Inggris per Maret 2010
berdasarkan data Nicburker.com. Data dari Internet World Stats pada 31 Agustus
2010, pengguna di Indonesia mencapai 27.338.560 orang (Fahmi 2011).
Jejaring sosial menjadi salah satu media yang dipergunakan oleh banyak
kalangan,
termasuk
remaja.
Untuk
menyelami
motif
seseorang
dalam
menggunakan jejaring sosial dapat menggunakan model Uses and Gratification.
Model
ini
berasumsi
bahwa
anggota
khalayak
dianggap
secara
aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Efek media dianggap
sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi, karena penggunaan media hanya
salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis. Model Uses and
Gratification dapat dijelaskan pada Gambar 1.
Antesedent
Motif
- Variabel individual
- Variabel lingkungan
Penggunaan media
Efek
- Personal
- Hubungan
- Kepuasan
- Diversi
- Macam isi
- Pengetahuan
- Personal identity - Hubungan dengan isi - Kepuasan
Gambar 1. Model Uses and Gratification
Anteseden
meliputi
variabel
individu
dan
variabel
lingkungan.
Blumer
menyebutkan tiga orientasi motif, yaitu: orientasi kognitif (kebutuhan selain
6 informasi, surveillance, atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akan
pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), serta identitas personal
(menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang
penting dalam kehidupan atau situasi orang itu sendiri). Penggunaan media
terdiri dari jumlah waktu yang dipergunakan dalam berbagai media, jenis isi
media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media
dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberi
kepuasan (Rakhmat 2002).
Pada penelitian ini, penggunaan media dijabarkan sebagai pola
penggunaan jejaring sosial dengan variabel frekuensi, durasi, biaya, dan sarana
mengakses jejaring sosial. Frekuensi penggunaan jejaring sosial dapat diartikan
sebagai seberapa sering seseorang mengakses atau menggunakan jejaring
sosial. Durasi penggunaan jejaring sosial, memiliki arti lama waktu seseorang
dalam mengakses jejaring sosial. Biaya penggunaan jejaring sosial merupakan
sejumlah uang yang dikeluarkan seseorang dalam mengakses jejaring sosial.
Sarana yang dipergunakan dalam mengakses jejaring sosial dapat melalui
warung internet, telepon genggam dengan akses jejaring sosial, serta melalui
wireless atau modem.
Motivasi Penggunaan Jejaring Sosial
Kata “Motif” dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat mendesak. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila
tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan
tersebut. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh di dalam diri seseorang (Sardiman 2004).
Berdasarkan teori Maslow, motivasi dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ego,
dan kebutuhan aktualisasi diri (Sumarwan 2003). Hadirnya jejaring sosial yang
merupakan salah satu media teknologi informasi, telah menuntut setiap orang
untuk dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan. Remaja menjadi
7 salah seorang pengguna yang terkena pengaruh baik positif maupun negatif
media ini. Berdasarkan teori Uses and Gratification, motivasi penggunaan media
dalam hal ini jejaring sosial, dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Motivasi Diversi (Hiburan atau Kebutuhan Pelepas Ketegangan)
Media, dalam hal ini situs jejaring sosial dijadikan sebuah sarana
hiburan untuk memenuhi kebutuhan hiburan yang tidak didapatkan dari
orang lain atau media lain.
2. Motivasi Identitas Personal (Membina Hubungan Sosial)
Motivasi membina hubungan sosial mengacu pada motif untuk
mengembangakan hubungan antar remaja yang dipengaruhi oleh
kesempatan yang dimiliki oleh remaja untuk mengembangkan motivasi
tersebut.
3. Motivasi Orientasi Kognitif (Pengetahuan)
Kebutuhan akan informasi atau pengetahuan, dapat juga diperoleh
melalui jejaring sosial. Lengkapnya fasilitas yang disediakan, membuat
jejaring sosial menjadi sebuah media diskusi bagi anggota dari grupgrup tertentu. Remaja juga dapat mengirimkan artikel-artikel ilmiah
kepada sesama pengguna jejaring sosial untuk sekedar berbagi ilmu
pengetahuan kepada teman-teman mereka.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
(Sardiman 2004). Terdapat dua faktor yang membuat seseorang dapat
termotivasi untuk belajar, yaitu motivasi belajar berasal dari faktor internal.
Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya
belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari
orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang
yang bersangkutan (Ahira 2010).
8 Alokasi Waktu
Sumber daya waktu merupakan sumber daya yang tidak dapat
dikategorikan sebagai sumber daya materi atau sumber daya manusia, dan
sumber daya waktu tidak dapat ditambah, dikurangi, diakumulasi, atau disimpan.
Setiap manusia memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam satu hari. Alokasi
waktu terdiri dari lima kegiatan antara lain: (1) mencari nafkah, (2) pekerjaan
rumah tangga, (3) kegiatan sosial dan pendidikan, (4) kegiatan pribadi, dan (5)
waktu luang (leisure). Sedangkan alokasi waktu untuk anak adalah sebagai
berikut: (1) pekerjaan rumah tangga (membantu ibu, membersihkan tempat
tidur), (2) kegiatan sosial dan pendidikan (belajar, les, sekolah, ekstrakurikuler),
(3) kegiatan pribadi (mandi, shalat, mengaji), dan (4) waktu luang (rekreasi,
menonton, olah raga, mengakses internet) (Guhardja et al. 1993).
Waktu beraktifitas adalah penggunaan waktu yang khusus yang
dimanfaatkan hanya untuk aktifitas rutin sehari-hari. Kegiatan atau aktifitas yang
umumnya dimiliki oleh remaja dalam sehari-hari adalah sekolah. Sekolah adalah
tempat remaja menghabiskan waktunya dalam satu hari. Pada umumnya waktu
yang dihabiskan remaja di sekolah berkisar antara tujuh sampai sembilan jam
dalam satu hari.
Waktu luang adalah waktu senggang di luar aktifitas rutin sehari-hari.
Waktu luang dapat diisi oleh remaja untuk mengerjakan pekerjaan berat di luar
pekerjaan rutin, berkumpul bersama dengan teman-teman, mendengarkan
musik, menonton televisi, membaca buku, atau melakukan kegiatan olahraga.
Bermacam-macam kegiatan yang dilakukan oleh remaja yang bersekolah untuk
mengisi waktu luang, mulai dari kegiatan bimbingan belajar atau les tambahan
sampai dengan kegiatan bermain dan berkumpul dengan teman-teman sebaya,
bahkan ada pula remaja yang mengisi waktu luang dengan bekerja untuk
menambah uang jajan mereka (Revri 2009).
Remaja
Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional. Remaja dimulai pada kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir
kira-kira usia 18 sampai 22 tahun (Santrock 2003). Berdasarkan penelitian
bahwa terdapat perbedaan perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja
dan akhir masa remaja dan didasarkan pada perbedaan kecepatan perubahan
9 pada masa awal dan akhir remaja, maka secara umum remaja dibagi menjadi
dua bagian, yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja (Hurlock 1980).
Berdasarkan tahap perkembangan Erickson, remaja berada pada tahap
kelima, yaitu identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity
confusion). Pada tahap ini individu dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka,
mereka itu sebenarnya apa, dan ke mana mereka menuju dalam hidupnya.
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, remaja berada pada tahap
operasional formal, yaitu tahap ketika remaja bernalar secara lebih abstrak dan
logis dan pikiran menjadi lebih idealistik. Hubungan seorang anak dengan
keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal termasuk ke
dalam mikrosistem, yaitu lingkungan yang secara langsung berpengaruh
terhadap kehidupan anak (Santrock 2003).
Identity versus identity confusion adalah tahap kelima dari teori Erikson
yang dialami individu selama masa remaja. Pada tahap ini, remaja berusaha
untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri
mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Ketika remaja mengeksplorasi
dan mencari identitas budayanya, remaja seringkali bereksperimen dengan
peran-peran yang berbeda. Remaja yang berhasil menyelesaikan krisis
identitasnya akan dapat menerima dirinya. Remaja yang tidak berhasil
menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami yang disebut sebagai identity
confusion
(kebimbangan
akan
identitas).
Kebimbangan
tersebut
dapat
menyebabkan penarikan diri individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan
keluarga, atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan
identitas dirinya (Santrock 2003).
Perubahan Sosial Remaja
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit dikemukakan oleh
Hurlock (1980) adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan orang dewasa yang berada di luar
lingkungan keluarga dan sekolah. Penyesuaian yang terpenting dan tersulit
adalah ketika remaja melakukan penyesuaian diri seiring dengan meningkatnya
pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan
sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru
dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi
pemimpin.
10 Hurrocks dan Benimoff dalam Hurlock (1980) menjelaskan bahwa dalam
kelompok sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan
emansipasi dan sebagai dunia yang memberikan kesempatan kepadanya untuk
menjadi seorang pemimpin. Bagi remaja, kelompok sebaya terdiri dari anggotaanggota tertentu dari teman-temannya yang dapat menerimanya dan di
dalamnya terdapat saling ketergantungan.
Lingkungan Sosial
Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap tingkah laku
manusia.
Terdapat empat cara bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi
perilaku, yaitu: (1) lingkungan menghalangi perilaku, akibatnya membatasi apa
yang individu lakukan, (2) lingkungan mendatangkan perilaku, menentukan
bagaimana individu harus bertindak, (3) lingkungan membentuk diri. Perilaku
yang dibatasi lingkungan dapat menjadi bagian tetap dari diri yang menentukan
arah perkembangan kepribadian pada masa yang akan datang, (4) lingkungan
mempengaruhi citra diri. Perkembangan sosial individu sangat tergantung pada
kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta
keterampilan mengatasi masalah yang dihadapi. Lingkungan yang paling
berpengaruh pada remaja adalah lingkungan tempat remaja menghabiskan
waktu dalam satu hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat
(Revri 2009).
Lingkungan Keluarga
Ada sejumlah faktor dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh
seorang anak dalam perkembangannya, yaitu kebutuhan rasa aman, dihargai,
disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Kebutuhan rasa
aman meliputi perasaan aman secara materil maupun mental. Salah satu aspek
penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar
anggota keluarga. Situasi antar anggota keluarga, perlakuan anggota keluarga
terhadap individu remaja, dan acara-acara televisi dalam keluarga memiliki
pengaruh kuat terhadap psikis remaja (Revri 2009).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat. Keluarga
memiliki peran yang penting dalam menentukan pengambilan keputusan
keluarga dalam semua hal yang berhubungan dengan perkembangan anak.
Ayah yang berusia lebih tua memiliki kecenderungan memiliki sifat lebih hangat,
dapat berkomunikasi lebih baik dengan anak, dan mendukung keberhasilan anak
11 dibandingkan dengan ayah yang lebih muda. Akan tetapi, ayah yang berusia
lebih tua kurang bersifat menuntut pada anaknya, kurang menerapkan peraturan,
dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan fisik dan olahraga bersama anaknya.
Keadaan tersebut dapat mempengaruhi cara interaksi antara suami-istri serta
orangtua dan remaja (Santrock 2003).
Pendidikan orangtua berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan
pekerjaan
orangtua.
Orangtua
dengan
pekerjaan
yang
layak
memiliki
pendapatan yang memadai. Pendapatan tersebut dapat dipergunakan untuk
memberikan fasilitas yang menunjang untuk perkembangan anak, sehingga
perkembangan anak menjadi optimal. Banyaknya anggota dalam keluarga
menentukan besar keluarga. Remaja dengan saudara kandung memiliki
hubungan yang erat dan dapat mempengaruhi perilaku remaja. Saudara
sekandung dapat menjadi teman untuk berbagi, bermain, teman berkomunikasi,
dan sebagainya. Anak yang tidak memiliki saudara kandung atau anak tunggal,
cenderung memiliki sifat ketergantungan pada orangtua, manja, kurang memiliki
pengendalian diri, dan sifat ingin menang sendiri (Santrock 2003).
Lingkungan Sekolah
Kehadiran sekolah merupakan perluasan lingkungan sosial dalam proses
sosialisasi sekaligus merupakan faktor lingkungan baru bagi individu remaja.
Sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dituntut untuk
menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi remaja. Sekolah
merupakan tempat remaja hidup dalam kesehariannya. Iklim kehidupan sekolah
yang kurang positif dapat menciptakan hambatan bagi perkembangan sosial
remaja. Sebaliknya, sekolah dengan iklim kehidupan yang bagus dapat memacu
perkembangan sosial remaja (Revri 2009).
Selain merupakan tempat untuk menuntut ilmu, sekolah juga berfungsi
sebagai sarana sosialisasi dengan teman sebaya. Teman sebaya (peer) adalah
anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama
(Santrock 2003). Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama
tempat remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan
anggota keluarganya. Dalam kelompok teman sebaya, remaja merumuskan dan
memperbaiki konsep dirinya. Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam kelompok
teman sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan
emansipasi dan remaja juga dapat menemukan dunia yang memungkinkan
12 remaja bertindak sebagai pemimpin, apabila remaja mampu untuk melakukannya
(Hurlock 1980).
Lingkungan Masyarakat
Sebagaimana lingkungan keluarga dan sekolah, maka iklim kehidupan
dalam masyarakat yang kondusif juga sangat mempengaruhi perkembangan
remaja. Dalam lingkungan masyarakat, remaja akan menjumpai banyak individu
yang akan mempengaruhi perilakunya. Individu-individu yang banyak dijumpai di
lingkungan masyarakat tersebut kebanyakan adalah teman-teman sebaya atau
teman bergaul remaja tersebut. Selain teman-teman sebaya, dalam lingkungan
masyarakat, remaja juga akan banyak menghabiskan waktu serta berinteraksi
dengan para tetangga dan warga sekitarnya yang juga akan turut mempengaruhi
perilaku remaja (Revri 2009). Dengan adanya masyarakat, remaja telah banyak
mengenal karakteristik masyarakat dengan berbagai nilai dan norma sosial
(Fatimah 2006).
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pola penggunaan pernah dilakukan oleh Hessie Putri
Andina dalam skripsinya yang berjudul Pola Penggunaan Internet dan
Dampaknya Terhadap Remaja (Kasus SMU Negeri 48, Pinang Ranti, Jakarta
Timur, DKI Jakarta). Andina (2006) melakukan studi deskriptif korelasional
dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan kuesioner dan wawancara mendalam. Contoh yang diikutsertakan dalam
penelitian itu sebanyak 60 orang, yaitu 30 orang kelas XI IPA dan 30 orang kelas
XI IPS. Pemilihan contoh dilakukan secara purposif dengan alasan bahwa kelas
XI telah cukup beradaptasi dengan lingkungan sekolah bila dibandingkan dengan
kelas X. Selain itu, kelas III sedang melakukan persiapan ujian akhir dan masuk
perguruan tinggi. Penelitian dilakukan di SMUN 48, jalan Pinang Ranti II,
Kecamatan Makasar, Kotamadya Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta pada
bulan Mei hingga Agustus 2006.
Hasil penelitian Andina (2006) menyatakan bahwa motif mengakses
internet yang paling dominan adalah motif memperoleh pengetahuan. Pihak
sekolah memberikan tugas kepada siswa untuk mencari informasi dari internet.
Durasi penggunaan internet berkisar antara satu hingga dua jam per bulan, dan
untuk frekuensi berkisar anatara satu sampai kurang dari atau sama dengan tiga
kali per bulan. Faktor yang mempengaruhi durasi mengakses internet adalah
penghasilan ayah, jarak ke internet, koneksi internet, biaya, fasilitas warung
13 internet, dan adanya media massa lain. Faktor yang mempengaruhi frekuensi
mengakses internet adalah jenis kelamin dan fasilitas kualitas koneksi internet
yang baik dar sebuah warung internet. Mayoritas contoh telah mengalokasikan
waktu dengan proporsi yang sesuai dengan kegiatan, sehingga dapat dijadikan
indicator untuk mencegah terjadinya kecanduan internet. Namun, internet tidak
memberikan dampak yang besar pada tindakan remaja, karena adanya
kesadaran pada diri remaja untuk mengontrol tindakan yang mereka lakukan.
Durasi dan frekuensi pun dapat mempengaruhi dampak internet pada remaja,
yaitu masing-masing memberikan pengaruh dalam hubungan sosial dan tindakan
remaja dalam mengakses internet.
Penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Pola Penggunaan Jejaring
Sosial Dengan Motivasi dan Alokasi Waktu Belajar Siswa SMP Negeri 1
Dramaga, Kabupaten Bogor” ini sama-sama menjadikan internet sebagai objek
yang dikaji, namun pada penelitian ini situs internet dipilih secara spesifik, yaitu
jejaring sosial yang banyak diminati oleh kaum remaja. Dalam penelitian Andina
(2006) pola penggunaan internet dibagi menjadi frekuensi dan durasi, sedangkan
pada penelitian ini ditambahkan biaya penggunaan jejaring sosial untuk melihat
berapa biaya yang dikeluarkan contoh untuk mengakses jejaring sosial. Metode
penelitian yang dilakukan Andina (2006) adalah deskriptif korelasional,
sedangkan penelitian ini menerapkan penelitian kuantitatif dengan analisis
statistik berupa uji deskriptif, uji beda T-Test, Mann-Whitney, dan Paired T-test,
serta uji korelasi Pearson.
Download