PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF GIVING QUESTION AND GETTING ANSWERS PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH oleh: Nama NPM Prodi Dosen Pembimbing : Mike Oktaria : 4010131 : Pendidikan Matematika : 1. Anna Fauziah, M.Pd. 2. Rani Refianti, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF GIVING QUESTION AND GETTING ANSWERS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Mike Oktaria1, Anna Fauziah, M.Pd2, Rani Refianti, M.Pd3 ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Aktif Giving Question And Getting Answer pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer secara signifikan sudah tuntas?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer. Jenis penelitiannya adalah eksperimen semu. Populasinya seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 463 siswa dan sebagai sampelnya kelas VII.2 yang berjumlah 38 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan ๐ผ = 0,05, diperoleh ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ (3,27) > ๐ก๐ก๐๐๐๐ (1,68), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer secara signifikan sudah tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa sebesar 78,64. Kata kunci : Giving Question and Getting Answer, Matematika PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal (Suyitno, 2007:23). Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan sangat dipengaruhi oleh pembelajaran yang berlangsung. Menurut Gagne (dikutif dari Winataputra, 2007:1.19) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika siswa. Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menguasai berbagai macam strategi pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan baik. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas hasil dan proses belajar yang dicapai siswa (Sanjaya, 2010:139). Rendahnya hasil belajar siswa ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi standar kompetensi seperti tuntutan kurikulum. Dalam setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika dianggap salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan membuat banyak siswa tidak tertarik untuk mempelajarinya. Ketidaktertarikan siswa dalam mempelajari matematika dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika. Kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran matematika yang timbul bukan semata-mata sulitnya materi pelajaran matematika, tetapi juga disebabkan oleh metode penyampaian guru dalam mengelola pembelajaran yang kurang efektif dan menarik. Pada pembelajaran seperti itu suasana kelas cenderung berpusat pada guru (Teacher Centered) sehingga siswa menjadi pasif. Hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika pun menjadi rendah. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan metode tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku atau referensi lain. Masalah ini sering dijumpai dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika yang mengajar di SMP Negeri 2 Lubuklinggau menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran matematika masih rendah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SMP Negeri 2 Lubuklinggau yang telah ditetapkan sebesar 75. Dari 463 siswa terdapat 186 siswa (40,17%) yang telah tuntas dan 277 siswa (59,83%) siswa yang belum tuntas. Guru dalam mengajarkan matematika perlu memiliki strategi pembelajaran yang tepat. Agar pelajaran matematika dapat diserap baik oleh siswa maka seorang guru perlu menerapkan salah satu model atau metode pembelajaran yang dipandang tepat untuk mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran di sekolah. Seperti yang diungkapkan Hakim (2010:154) bahwa model pembelajaran yang ditetapkan oleh guru harus memungkinkan siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Oleh karena itu model pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. Salah satu model yang dapat menekankan pembelajaran melalui proses yaitu model giving question and getting answer. Menurut Suprijono (2009:107) model giving question and getting answer merupakan suatu model yang dapat melatih siswa memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Dengan demikian model giving question and getting answer merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan oleh guru dalam rangka meningkatkan aktifitas belajar siswa. A. Berdasarkan uraian di atas tentang permasalahan dalam pembelajaran matematika, penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang penerapan 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika pembelajaran matematika melalui model pembelajaran aktif giving question and getting answer pada pelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau. LANDASAN TEORI Menurut Suprijono (2009:107), mengemukakan bahwa model giving qoestion and getting answer dikembangkan untuk melatih siswa memiliki keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Berdasarkan pendapat di atas bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model giving question and getting answer sebagai berikut : a) Menyampaikan tujuan pembelajaran; b) Masing-masing siswa dibagikan kartu bertanya dan menjawab; c) Guru meminta semua siswa untuk menulis nama lengkap dibalik kartu-kartu tersebut; d) Kemudian mulai dengan pertanyaan. Pertanyaan bisa dari siswa maupun guru. Jika pertanyaan berasal dari siswa, maka siswa diminta menyerahkan kartu yang bertuliskan kartu bertanya; e) Setelah pertanyaan diajukan, mintalah kepada siswa lain memberi jawaban. Siswa yang bersedia menjawab diminta maju kedepan menjelaskan jawabannya dan menyerahkan kartu yang bertuliskan kartu menjawab; f) Guru menyampaikan rangkuman dan mengklarifikasi dari jawaban-jawaban dan penjelasan siswa; g) Guru memberikan tugas untuk membuat resume atas proses tanya jawab kepada siswa yang diakhir pembelajaran masih memiliki 2 potongan kartu yaitu kartu bertanya dan kartu menjawab atau salah satu potongan kartu tersebut tentunya hal ini telah disepakati di awal pembelajaran. Menurut Ashari (Dalam Oktavia, 2013:20-21) kelebihan model giving question and getting answer yaitu: (a) Suasana lebih menjadi aktif; (b) Siswa mendapat kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti; (c) 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika Guru dapat mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan; (d) Mendorong siswa untuk berani mengajukan pendapatnya. Adapun kekurangan model giving question and getting answer menurut Ashari (Dalam Oktavia, 2013-21) yaitu: (a) Pertanyaan pada hakekatnya sifatnya hanya hafalan; (b) Proses tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus akan menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dipelajari; (c) Guru tidak mengetahui secara pasti apakah siswa yang tidak mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah memahami dan menguasai materi yang telah diberikan. METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (2010:9),”penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antar dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor–factor lain yang mengganggu”. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment). Eksperimen semu adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Pada penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif giving question and getting answer pada sampel penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010:124) desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti sebagai gambaran kegiatan yang akan dilaksanakan. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test and Post-test Group dan dapat digambarkan sebagai berikut: A 1 O1 X O2 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika Keterangan: A = Sampel Penelitian O1 = Pre-test X = Penerapan model pembelajaran giving question and getting answer O2 = Post-test Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 463 siswa. Sebagai sampel adalah kelas VIII.6 yang diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran aktif giving question and getting answer. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Tes yang digunakan adalah tes berbentuk essay sebanyak delapan soal. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) materi yang diajarkan. Teknik analis data dalam penelitian adalah analisis kuantitatif pada data tes. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pre-test ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model giving question and getting answer. Soal pre-tes yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari enam soal. Pre-test dilakukan pada pertemuan pertama pada tanggal 19 September 2015 yang diikuti oleh 38 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan data pre-test dalam (Lampiran C), rekapitulasi analisis data hasil pre-test dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. a. No 1 2 3 4 5 1 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pre-test Kategori Keterangan Nilai tertinggi 69 Nilai terendah 23 Rata-rata nilai 36,78 Simpangan baku 12,51 Jumlah siswa yang tuntas 0 siswa (0%) Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika Berdasarkan tabel 4.1 di atas, maka diketahui bahwa data siswa yang memperoleh nilai kurang dari 75 (belum tuntas) ada sebanyak 0% siswa sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada siswa yang tuntas pada tes awal (pre-test). Nilai ๏จ๏ฉ yang tertinggi 69 dan nilai yang terendah adalah 23. Rata-rata x nilai secara keseluruhan sebesar 36,78. Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran aktif giving question and getting answer termasuk kategori belum tuntas, karena nilai rataratanya kurang dari KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. Tes akhir (post-test) dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2015, untuk mengetahui Kemampuan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif giving question and getting answer, suatu hasil belajar berada pada kategori tuntas ketika nilai siswa telah mencapai KKM. Post-test dalam penelitian ini dilakukan di akhir pertemuan yang diikuti oleh 37 siswa di kelas yang telah ditentukan sebagai kelas sampel. Berdasarkan hasil perhitungan data post-test (Lampiran C) rekapitulasi hasil tes akhir siswa dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut. No 1 2 3 4 5 Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Post-test Kategori Keterangan Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 65 Rata-rata nilai 78,64 Simpangan baku 6,77 Jumlah siswa yang tuntas 28 siswa (75,67%) Dari tabel 4.2 diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 (tuntas) sebanyak 28 siswa (75,67%) dan siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 (belum tuntas) sebanyak 9 siswa (24,32%). Nilai yang tertinggi adalah 100 dan nilai yang terendah adalah 65. Rata-rata nilai secara keseluruhan sebesar 78,64. Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika kemampuan akhir siswa setelah penerapan model pembelajaran aktif giving question and getting answer termasuk kategori tuntas. PEMBAHASAN Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu:”apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif giving question and getting answer secara signifikan sudah tuntas?” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau setelah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif giving guestion and getting answer sudah tuntas. Untuk lebih jelas nilai pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4. Setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test maka dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa setelah materi diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran aktif giving question and getting answer. Pada pre-test siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 (tuntas) sebanyak 0 siswa (0%) dan rata-rata tes awal (๐ฅฬ ) = 36,78. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil pre-test siswa sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer termasuk kategori belum tuntas. Hal ini bisa terjadi karena pada saat pemberian pre-test, materi operasi hitung bentuk aljabar belum pernah dipelajari oleh siswa. Setelah penyampaian materi dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer diadakan post-test. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 (Tuntas) dalam post-test ini sebanyak 28 siswa (75,67%) dan rata-rata post-test sebesar 78,64. Jadi secara deskriftif dapat dikatakan bahwa hasil 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika post-test siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer termasuk kategori tuntas. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer secara signifikan tuntas. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masri Zaria (2012), yang menyimpulkan bahwa “hasil belajar matematika setelah diterapkan metode Giving Question and Getting Answer pada pembelajaran matematika dikelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau secara signifikan tuntas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa penggunaan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer dapat dijadikan alternatif dalam proses belajar-mengajar yaitu untuk melatih siswa merumuskan pertanyaan secara sistematis, juga membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan, melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik, dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru serta melatih kesiapan siswa. Pada pertemuan pertama pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer, peneliti mengalami kesulitan dan menemukan beberapa hambatan-hambatan. Dikarenakan adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian siswa yang sebelumnya terbiasa dengan pembelajaran konvensional terhadap metode pembelajaran baru tersebut. Saat proses pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer didalam langkah-langkah pembelajaran 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer khususnya pada langkah awal mulai dengan pertanyaan, siswa kurang antusias dan terlihat raguragu untuk bertanya dan kebanyakan siswa tersebut diam, hal ini dilihat pada pertemuan pertama ini tidak ada sama sekali siswa yang mengajukan pertanyaan. Walaupun guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya namun tetap saja tidak ada muncul pertanyaan dari mereka. Untuk mengatasi kefakuman tersebut guru memancing siswa dengan melontarkan pertanyaan terlebih dahulu kepada siswa dengan demikian siswa termotivasi untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hambatan-hambatan yang terjadi saat proses pembelajaran perlahan-lahan mulai berkurang pada pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua dengan materi operasi hitung bentuk aljabar ada 3 siswa yang bertanya dan 2 siswa yang menjawab. Hal ini mengalami peningkatan karena pada pertemuan sebelumnya tidak ada yang bertanya maupun yang menjawaab. Pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer, siswa sudah mulai berani mengajukan kartu pertanyaan ataupun kartu jawabannya. siswa tersebut dengan sendiri mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan atau ditanyakan oleh temannya sendiri. Terbukti ada 6 siswa yang bertanya dan 8 siswa yang menjawab. Dengan diterapkannya model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer dalam kegiatan pembelajaran ini siswa mulai merasa senang belajar matematika dikarenakan siswa dengan leluasa bisa mengeluarkan pendapatnya baik itu berupa pertanyaan yang berisi tentang ketidak pahaman siswa terhadap materi operasi bentuk aljabar ataupun jawaban yang melatih siswa 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika untuk berani mengeluarkan pendapatnya dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya sendiri. Analisis data hasil belajar siswa dalam penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer secara signifikan sudah tuntas. Hal ini dikarenakan setiap siswa terlibat aktif dalam setiap tahapan yang ada dalam pengajaran model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer. Dalam hal ini, kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer setiap siswa diberi bimbingan atau arahan yang sama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru pada saat siswa belajar, sehingga siswa juga betul-betul memahami dan mengerti. Berdasarkan hasil analisis statistik terbukti bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer dapat mencapai tingkat ketuntasan dan meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran aktif giving question and getting answer secara signifikan sudah tuntas. Hal ini ditunjukkan oleh hasil dari analisis uji-t nilai post-test pada taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh t hitung (3,27) > ttabel (1,68) dan rata-rata hasil belajar matematika siswa setelah penerapan model pembelajaran aktif giving question and getting answers sebesar 78,64. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Cipta Hakim. 2010. Perencanaan Pembelajaraan. Bandung: CV. Wacana Prima Zaria, Masri. 2012. Penerapan Metode Giving Question and Getting Answer pada Pembelajaran Matematika Di Kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau. Skripsi. STKIP-PGRI Lubuklinggau. Oktavia, Ratih. 2013. Penerapan Model Giving Question and Getting Answers (GQGA) Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIPPGRI Lubuklinggau. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Suprijono, Agus. 2009.Cooperatif Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Suyitno. 2007. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka Winataputra. 2007. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada 1 Alumni STKIP-PGRI, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika