7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” 1. Menurut James A.F. Stoner komunikasi adalah : “Proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.” 2. Menurut Everett M. Rogers komunikasi adalah : “Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merungubah tingkah laku mereka.” 3 2.1.1 Proses Komunikasi Menurut Cutlip dan Center komunikasi yang efektif harus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu : 1 Mulyana, Deddy, 2011. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung. 2 Widjadja, H.A.W, 2002. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. PT. Bumi Aksara : Jakarta. Hal. 1. 3 Cangara, Hafied, 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hal. 20. 7 8 a. Fact finding Mencari dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi. b. Planning Fakta dan data dibuat suatu rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya. c. Communicating Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah berkomunikasi. d. Evaluation Penilaitan dan menganalisa kembali untuk setiap kali, hasil komunikasi tersebut. Hal ini diperlukan untuk dijadikan bahan bagi perencanaan selanjutnya. 4 2.1.2 Unsur-unsur dalam Proses Komunikasi Unsur-unsur dalam proses komunikasi antara lain : a. Source (sumber) Sumber adalah dasar yang digunakan didalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. 4 Widjadja, H.A.W, 2002. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. PT. Bumi Aksara : Jakarta. Hal. 21-22. 9 b. Communicator (komunikator) Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan sebagainya. c. Message (pesan) Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. d. Channel (saluran) Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. e. Communicant (komunikan) Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni, personal, kelompok, dan massa. f. Effect (hasil) Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. 2.2 Definisi Komunikasi Visual Komunikasi visual adalah komunikasi yang menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian 10 pesan) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan. Berikut istilah-istilah yang berhubungan dengan visual : • Visual Language, ilmu yang mempelajari bahasa visual. • Visualizer, orang yang pekerjaannya menangani masalah visual atau mewujudkan suatu ide kedalam bentuk visual dalam suatu proyek desain. • Visual Effect membuat efek-efek tipuan seolah-olah terjadi suatu keadaan atau kejadian yang sulit dilakukan manusia. • Visual Information, informasi melalui penglihatan, misalnya lambaian tangan, senyuman, baju baju, dll. • Visual Litteracy, kumpulan atau daftar karya visual. 5 2.3 Periklanan Otto Klepper (1996), seorang ahli periklanan terkenal asal Amerika, dalam bukunya yang berjudul Advertising Procedure, mengatakan bahwa istilah advertising berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. 6 Istilah iklan sering dinamai dengan sebutan yang berbeda-beda. Di Amerika dan Inggris, iklan biasa disebut dengan advertising. Sementara di Perancis disebut dengan reclamare yang berarti meneriakan sesuatu secara berulang-ulang. Bangsa 5 Kusrianto, Adi, 2009. Pengantar Desain Komunikasi Visual. ANDI : Yogyakarta. 2009. Hal 10 6 Widyatama, Rendra, 2007. Pengantar Periklanan. Pustaka Book Publisher : Yogyakarta. Hal 13. 11 Belanda menyebutnya sebagai advertentie. Bangsa-bangsa latin menyebutnya dengan istilah advertere yang berarti berlari menuju kedepan. Sementara bangsa Arab menyebutnya dengan sebutan I’lan. Di Indonesia sendiri istilah iklan sering disebut dengan istilah advertesi dan reklame yand siambil begitu saja dari bahasa aslinya yaitu Belanda dan Perancis. Namun secara resminya, sebutan iklan lebih sering digunakan dibandingkan kedua istilah tersebut. Soedardjo Tjikrosisworo, seorang tokoh pers nasional yang pertama kali mengenalkan periklanan di Indonesia, lebih memilih rujukan dari bahasa Arab untuk menyebut advertentie atau reklame. Ia melafalkan kata I’lan untuk diucapkan ke dalam lidah orang Indonesia sebagai istilah iklan. 7 2.3.1 Pengertian Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya penambahan pengetahuan, kesadaran sikap, dan perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapat citra baik di mata masyarakat. 8 Menurut Crompton dan lamb yang dikutip dari kasali (1992), yang disebut Public Service Advertisement atau iklan layanan masyarakat adalah bentuk komunikasi visual yang disumbangkan oleh media untuk kepentingan 7 8 Ibid hal 14 Ibid hal 104 12 masyarakat, yang berarti gratis. Sedangkan, kriteria yang disumbangkan untuk manyampaikan kampanye pelayanan masyarakat adalah non komersial, tidak bersifat keagamaan, non politik, berwawasan nasional, diperuntukkan semua lapisan masyarakat, ditujukan oleh organisasi yang telah diakui atau diterima, dapat diiklankan dan mempunyai dampai dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional. 9 Dalam sebuah ILM ada beberapa criteria yang digunakan untuk menentukan kampanye pelayanan masyarakat, kriteria tersebut adalah 1. Non-komersial 2. Tidak bersifat keagamaan 3. Non-politik 4. Berwawasan nasional 5. Diperuntukan bagi semua lapisan masyarakat 6. Diajukan olah organisasi yang telah diakui atau diterima 7. Dapat diiklankan 8. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional. 2.3.2 Proses Kampanye Iklan Layanan Masyarakat Dalam mengkampanyekan iklan layanan masyarakat tidak berbeda dengan mengkampanyekan iklan biasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan 9 Kasali, Rhenaldi, 1992. Manajemen periklanan konsep dan aplikasinya di Indonesia. Pustaka utama graffiti : Jakarta.Hal 202 13 pertama kali adalah menentukan khalayak sasaran yang dituju serta mengidentifikasi pokok permasalahan yang terjadi. Kedua adalah menentukan tujuan yang akan dicapai dari kampanye tersebut. Ketiga adalah menentukan tema iklan dan topic pokok yang dituju oleh iklan. Keempat adalah menentukan anggaran iklan yang diperlukan untuk kampanye dalam kurun waktu tertentu. Kelima adalah merencanakan media yang dipakai dalam kampanye iklan. Media yang digunakan dapat berupa media lini atas ataupun media lini bawah. Kemudian yang terakhir adalah menciptakan pesan-pesan iklan. Dimana komponen-komponen iklan termasuk headline, subheadline, bodycopy, dan logo secara bersama-sama menarik dan memelihara perhatian khalayak. Kemudian, dilakukan pengeveluasian terhadap kampanye iklan tersebut. 2.4 Pemasaran Sosial Pemasaran sosial adalah proses yang menerapkan prinsip-prinsip dan teknik pemasaran unuk membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai untuk mempengaruhi perilaku target audiens yang menguntungkan bagi masyarakat dan juga target audiens. 10 Pemasaran sosial memiliki peran yang lebih luas dan lebih kuat dalam perubahan sosial karena, perubahan sosial memerlukan individu untuk bertindak. Agar perubahan sosial bisa terjadi, seseorang harus membawa suatu permasalahan sosial untuk menjadi perhatian masyarakat, membuat solusi yang memungkinkan 10 Philip Kotler, Nancy R. Lee. Social Marketing : Influencing Behaviors for Good. California : Sage Publications, inc : 2008 14 dan mengevaluasinya, memutuskan hal yang terbaik untuk dilakukan, meningkatkan upaya baik besar maupun kecil untuk membuat perubahan atau untuk mencegah perubahan terjadi, dan harus mengawasi bagaimana hal tersebut terjadi, perubahan dan pengalihan apa yang diperlukan, serta upaya apakah yang lebih diperlukan. Larry Wallack (1990) menyatakan bahwa pemasar sosial terlalu fokus pada perilaku downstream (para korban) dan bahwa masyarakat sangat diperlukan untuk memperbaiki struktur dan proses upstream yang menyebabkan masalah sejak awal. 11 Coffman (2002) membuat perbedaan antara upaya untuk mempengaruhi perilaku individu dan kampanye komunikasi publik yang dirancang untuk mempromosikan kehendak masyarakat untuk perubahan. Dalam pandangannya, terlalu banyak kampanye yang memberikan informasi pada publik hanya berupa informasi saja dan tidak memberikan perhatian yang cukup untuk mengubah kepedulian tersebut ke dalam tindakan melalui apa yang dia sebut “public will”. 11 Andreasen, Alan R, 2006. Social marketing in the 21st century. Sage publications, inc : California. Hal 7. 15 2.4.1 Proses Pemasaran Sosial Grafik 2.3.1.1. Proses Pemasaran Sosial 1. Listening Karena pemasaran sosial berpusat pada audience, maka penting untuk memulai kampanye dengan memahami target audience yang dituju. Salah satu penyebab dari gagalnya kampanye pemasaran sosial adalah kurangnya memperhatikan proses “listening”. 2. Planning Selanjutnya, pemasar sosial harus menterjemahkan pengamatan mereka tentang target audience ke dalam suatu program kegiatan yang konkrit. Penetapan tujuan, jadwal, dan tanggung jawab serta memastikan bahwa sistem-sistem berada pada tempatnya dan koalisi yang dibentuk benar-benar membawa hasil juga merupakan bagian dalam proses ini. 3. Pretesting Kesalahan terbesar kedua dalam merencanakan sebuah kampanye adalah tidak melakukan proses pretesting elemen kunci rencana 16 kampanye dengan target audience. Perancang kampanye sering berpikir bahwa mereka telah melakukan pengamatan yang cukup pada proses listening dan merasa cukup pintar dalam menterjemahkan pengetahuan mereka ke dalam program yang efektif. Namun, target audience adalah yang akan menentukan apakah program tersebut cukup efektif. 4. Implementation Setelah proses pretesting, proses selanjutnya adalah proses implementation yaitu mulai melakukan kegiatan kampanye yang sesungguhnya. Syarat utama dalam proses ini adalah memastikan bahwa pengawasan mekanisme telah ditetapkan. Tanpa pengawasan, kampanye dapat berjalan tidak sesuai dengan target, elemen-elemen dapat terabaikan atau kurang dimanfaatkan, dan tujuan yang diharapkan tidak terjadi. 5. Monitoring Lingkungan memiliki kecenderungan untuk membangun rintangan yang tidak terduga. Dengan demikian, sangatlah penting untuk sebuah kampanye memiliki sistem pelacak yang jelas untuk memantau kinerja program selama kampanye. 6. Reexamine and Revise Pemantauan data (monitoring) mungkin menyarankan untuk kembali ke proses listening atau proses planning. Data yang ada mungkin menunjukan bahwa target audience tidak dapat mengerti pesan yang disampaikan atau mereka tertarik dengan pesan yang disampaikan 17 namun tidak bertindak. Dengan demikian menejemen telah gagal untuk mengerti target audience, dan harus kembali pada proses mendengarkan secara mendalam. 12 2.5 Permainan Tradisional Permainan tradisional merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak dikemudian hari (Sukirman, 2005:29) Permainan tradisional adalah jenis kegiatan yang mengandung aturanaturan khusus yang merupakan cerminan karakter dan berasal atau berakar dari budaya asli masyarakat Indonesia (Nurlan Kusmaedi, 2010;24). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, permainan adalah perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh. Sedangkan Tradisional adalah menurut tradisi (adat kebiasaan turun menurun). Maka, dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguhsungguh yang dijalankan secara turun temurun. Permainan tradisional sekarang ini mulai menampakan tanda-tanda kemunduran atau kepunahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : a. Masuknya pesawat televisi ke pedesaan yang menayangkan tayangan acara yang menarik dan tidak membutuhkan tenaga untuk menikmatinya. 12 Ibid hal 96- 98 18 b. Lahan bermain anak yang semakin kecil bahkan hilang sama sekali di kota-kota besar seperti Jakarta c. Meningkatnya kualitas transportasi antara desa dengan kota, membuat para remaja lebih suka pergi bekerja di kota, sehingga di desa tidak banyak lagi anak-anak mementaskan permainan tradisional anak-anak. Permainan tradisional dapat mempengaruhi perkembangan kejiwaan, sifat dan kehidupan sosial anak dikemudian hari. Permainan anak-anak dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi warna khas tertentu pada suatu kebudayaan. Selain itu, permainan tradisional dapat digunakan sebagai DRR (disaster risk reduction) yaitu suatu program yang didesain untuk melatih anak dan orang tua dalam menghadapi bahaya bencana alam. Permainan tradisional perlu dilestarikan karena merupakan sarana sosialisasi yang efektif dari milai-nilai yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Suatu permainan tradisional biasanya menjadi sebuah arena sosial bagi warga masyarakat untuk mengenal dan mempraktekkan kehidupan bersama dan berbagai bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan. Permainan tradisional dapat menjadi arena untuk menanamkan semangat sosial dan komunal baru kepada warga masyarakat. 19 2.5.1 Engklek Engklek atau dapat juga disebut sunda manda, teklek, ingkling, jlong jling, lempeng, atau dampu adalah permainan anak tradisional yang populer di Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan. Permainan tradisional engklek merupakan permainan tradisional lompatlompatan pada bidang-bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak stu ke kotak berikutnya. 13 2.5.1.1 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Permainan Engklek Dalam permainan engklek prosedur yang secara umum dilakukan permain adalah pemain harus mengangkat satu kaki dan melompat dengan kaki satu melewati petak-petak dalam engklek. Permainan ini membutuhkan gacuk/kereweng untuk dilempar. Dalam tingkatan yang lebih tinggi pemain harus membawa gacu diatas telapak tangan dan menaruh diatas kepala sambil melompat dengan satu kaki. Dengan prosedur yang kompleks dan adanya aturan-aturan yang harus disepakati maka permainan engklek mengandung nilai-nilai terapiutik yang tinggi untuk anak usia sekolah dasar. Nilai-nilai terapiutik yang terkandung didalam permainan engklek antara lain : 13 Apriani, Dian. Penerapan Permainan Tradisional Engklek untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Ra Al Hidayah 2 Tarik Sidoarjo. Universitas Negeri Surabaya. 20 1. Nilai sebagai alat deteksi untuk mengetahui anak yang mempunyai masalah. Nilai ini diperoleh dari data yang menunjukan bahwa ada beberapa anak yang terlihat mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan peneliti untuk bermain engklek. Ada anak yang ragu-ragu untuk memulai permainan, ada yang ragu-ragu ketika akan melempar gacuk ke dalam kotak engklek. Di dalam penelitian jiga dijumpai beberapa anak yang mudah tersinggung dan tidak percaya diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1991) bahwa bermain bisa mencerminkan bagaimana penyesuaian anak. 2. Nilai untuk perkembangan fisik yang baik tercermin dari permainan engklek yang membutuhkan pemainnya menggerakan seluruh tubuh. Dengan melakukan hal tersebut anak telah meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, dan mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. 3. Nilai untuk kesehatan mental yang baik yaitu membantu anak untuk mengkomunikasikan perasaannya secara efektif dengan alamiah, mengurangi kecemasan, pengendalian diri, dan pelatihan konsentrasi. 4. Nilai problem solving yaitu anak belajar memecahkan masalah. Beberapa permasalahan yang harus dihadapi anak dalam permainan ini mencakup bagaimana anak harus mengambil keputusan untuk menentukan pilihan tempat 21 untuk dilempar, membuat strategi untuk memenangkan permainan, mencoba menyelesaikan masalah ketika ada konflik dengan teman. Menurut Sutton & Smith (dalam Hughes, 1999) bermain mempunyai fungsi problem solving yang dapar ditransfer dalam mengatasi permasalahan dalam kehidupan nyata. 5. Nilai sosial dalam permainan engklek dapat terlihat dari syarat permainan yang melibatkan dua orang atau lebih untuk memainkannya. Dalam permainan ini mau tidak mau anak akan berkomunikasi dengan anak lain. Beberapa keterampilan sosial yang dipelajari anak ketika bermain engklek, yaitu kompetisi, negosiasi, komunikasi dan empati. 14 2.5.1.2 Cara Bermain Engklek Permainan engklek cukup mudah untuk dilakukan. 1. Para pemain harus melompat dengan menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya ditanah/ lantai. 14 Iswinarti. Nilai-Nilai Terapiutik Permainan Tradisional Engklek untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Malang. 2010. 22 2. untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai ataupun batu yang datar. 3. kereweng/gacuk dilempar ke salah satu petak yang tergambar ditanah, petak dengan gacuk yang sudah berada diatasnya tidak boleh diinjak/ ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada. 4.Pemain tidak diperbolehkan untuk melemparkan kereweng/gacuk hingga melebihi kotak atau petak yang telah disediakan. Jika ada pemain yang melakukan kesalahan tersebut akan dingyatakan gigir dan diganti dengan pemain selanjutnya. 5. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika kereweng/gacuk jatuh tepat pada salah satu petak maka petak tersebut akan menjadi daerah kekuasaan pemain. Kemudian pada petak tersebut pemilik petak boleh menginkal petak dengan dua kaki, sedangkan pemain lain tidak boleh menginjak petak tersebut selama permainan. Pemain yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya. 23 2.6 Animasi Cutout Kata animasi berasal dari bahasa latin, anima yang berarti “hidup” atau animare yang berarti “meniupkan hidup kedalam”. Dalam bahasa Inggris menjadi animate yang berarti member hidup (to give life to), atau animation yang berarti ilusi dari gerakan. 15 Animasi cutout merupakan salah satu teknik animasi tertua sebelum masa Komputer. Animasi ini merupakan jenis animasi yang menggunakan teknik yang sederhana dan mudah. Figur atau objek animasi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. 16 2.7 Huruf / Tipografi Tipografi didefinisikan sebagai sutau proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, “menyusun” meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki. 17 Lazlo Moholy berpendapat bahwa tipografi adalah alat komunikasi. Oleh karena itu, tipografi harus bisa berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat, jelas, dan terbaca. 15 Rahang A.S., Basnendar H., Asmoro N.P.,2010. Animasi Kartun dari Analog Sampai Digital. Indek : Jakarta. Hal 9. 16 Anggraheni, Rahmawati, Feira. Pembuatan Animasi Kartun “Satu Harapan” dengan Teknik Cut Out Menggunakan Adobe Flash CS3 Professional. Sekolah Tinggi Manajeman Informatika dan Komputer Amikom Yogyakarta. 2012. 17 Kusrianto, Adi, 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. ANDI : Yogyakarta. Hal 190. 24 2.7.1 Sejarah Huruf Huruf cetak timah yang ditemukan oleh Johann Guttenberg pada tahun 1440 merupakan tonggak sejarah tipografi yang sangat berarti. Setelah era tersebut, huruf-huruf latin mulai diciptakan satu persatu. Tokoh-tokoh tipografi yang terkenal dalam sejarah diantaranya adalah Didot, Herbert Bayer, Giambattista Bodoni, Aldus Manutius, William Caslon, Theodore Low De Vinne, Robert Estienne, Frederic William Goudy, El Markovich Lissitzky, Eric Rowton Gill, dan Stanley Morrison. 2.7.2 Jenis Huruf a. Serif Dengan ciri memiliki sirip / kaki / serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. b. Dekoratif Merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif, mewah, bebas, anggun, tradisional dan ornamental. 25 c. Sans Serif Dengan ciri tanpa sirip / serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, sederhana, kontemporer dan efisien. d. Script Merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi, anggun, tradisional, informal dan akrab. 2.8 Analisa SWOT Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah SWOT yaitu metode untuk mencari kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Berikut analisa SWOT : 26 1. Strength (kekuatan) • Iklan Layanan Masyarakat ini dibuat dalam bentuk animasi cutout yang dapat menarik perhatian anak-anak. • Media yang akan digunakan adalah media televisi yang memiliki jangkauan luas. • Iklan Layanan Masyarakat ini manyampaikan informasi yang penting bagi masyarakat. 2. Weakness (Kelemahan) • Pemirsa tidak konsentrasi dalam menyaksikan iklan di TV karena sambil melakukan aktivitas lain. 3. Opportunity (Kesempatan) • Menampilkan seorang anak yang mengajak temannya bermain dan menjelaskan cara bermain engklek dengan singkat dan sederhana akan membuat anak lebih mudah untuk ikut serta bermain dan melestarikan permainan tradisional engklek. 4. Threat (hambatan) • Perancangan Iklan Layanan Masyarakat ini menggunakan teknik stop motion yang membutuhkan waktu cukup lama dalam proses produksi dan pasca produksinya