BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Komunikasi Kata komunikasi

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata
Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” 1.
Menurut James A.F. Stoner komunikasi adalah :
“Proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan.” 2.
Menurut Everett M. Rogers komunikasi adalah :
“Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk merungubah tingkah laku mereka.” 3
2.1.1 Proses Komunikasi
Menurut Cutlip dan Center komunikasi yang efektif harus dilaksanakan
melalui 4 tahap, yaitu :
1
Mulyana, Deddy, 2011. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya :
Bandung.
2
Widjadja, H.A.W, 2002. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. PT. Bumi Aksara :
Jakarta. Hal. 1.
3
Cangara, Hafied, 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada :
Jakarta. Hal. 20.
7
8
a. Fact finding
Mencari dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang
melakukan kegiatan komunikasi.
b. Planning
Fakta dan data dibuat suatu rencana tentang apa yang akan
dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya.
c. Communicating
Setelah
planning
disusun
maka
tahap
selanjutnya
adalah
berkomunikasi.
d. Evaluation
Penilaitan dan menganalisa kembali untuk setiap kali, hasil
komunikasi tersebut. Hal ini diperlukan untuk dijadikan bahan bagi
perencanaan selanjutnya. 4
2.1.2 Unsur-unsur dalam Proses Komunikasi
Unsur-unsur dalam proses komunikasi antara lain :
a. Source (sumber)
Sumber adalah dasar yang digunakan didalam penyampaian pesan,
yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
4
Widjadja, H.A.W, 2002. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. PT. Bumi Aksara :
Jakarta. Hal. 21-22.
9
b. Communicator (komunikator)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio,
televisi, film, dan sebagainya.
c. Message (pesan)
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan sebagai
pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan.
d. Channel (saluran)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima
melalui panca indera atau menggunakan media.
e. Communicant (komunikan)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis
yakni, personal, kelompok, dan massa.
f. Effect (hasil)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita
inginkan.
2.2 Definisi Komunikasi Visual
Komunikasi visual adalah komunikasi yang menggunakan bahasa visual,
dimana unsur dasar visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian
10
pesan) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk
menyampaikan arti, makna, atau pesan.
Berikut istilah-istilah yang berhubungan dengan visual :
•
Visual Language, ilmu yang mempelajari bahasa visual.
•
Visualizer, orang yang pekerjaannya menangani masalah visual atau
mewujudkan suatu ide kedalam bentuk visual dalam suatu proyek
desain.
•
Visual Effect membuat efek-efek tipuan seolah-olah terjadi suatu
keadaan atau kejadian yang sulit dilakukan manusia.
•
Visual Information, informasi melalui penglihatan, misalnya lambaian
tangan, senyuman, baju baju, dll.
•
Visual Litteracy, kumpulan atau daftar karya visual. 5
2.3 Periklanan
Otto Klepper (1996), seorang ahli periklanan terkenal asal Amerika, dalam
bukunya yang berjudul Advertising Procedure, mengatakan bahwa istilah
advertising berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan
pikiran dan gagasan kepada pihak lain. 6
Istilah iklan sering dinamai dengan sebutan yang berbeda-beda. Di Amerika
dan Inggris, iklan biasa disebut dengan advertising. Sementara di Perancis disebut
dengan reclamare yang berarti meneriakan sesuatu secara berulang-ulang. Bangsa
5
Kusrianto, Adi, 2009. Pengantar Desain Komunikasi Visual. ANDI : Yogyakarta. 2009.
Hal 10
6
Widyatama, Rendra, 2007. Pengantar Periklanan. Pustaka Book Publisher : Yogyakarta.
Hal 13.
11
Belanda menyebutnya sebagai advertentie. Bangsa-bangsa latin menyebutnya
dengan istilah advertere yang berarti berlari menuju kedepan. Sementara bangsa
Arab menyebutnya dengan sebutan I’lan.
Di Indonesia sendiri istilah iklan sering disebut dengan istilah advertesi dan
reklame yand siambil begitu saja dari bahasa aslinya yaitu Belanda dan Perancis.
Namun secara resminya, sebutan iklan lebih sering digunakan dibandingkan
kedua istilah tersebut.
Soedardjo Tjikrosisworo, seorang tokoh pers nasional yang pertama kali
mengenalkan periklanan di Indonesia, lebih memilih rujukan dari bahasa Arab
untuk menyebut advertentie atau reklame. Ia melafalkan kata I’lan untuk
diucapkan ke dalam lidah orang Indonesia sebagai istilah iklan. 7
2.3.1 Pengertian Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana
tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial
yang dimaksud adalah munculnya penambahan pengetahuan, kesadaran sikap,
dan perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta
mendapat citra baik di mata masyarakat. 8
Menurut Crompton dan lamb yang dikutip dari kasali (1992), yang
disebut Public Service Advertisement atau iklan layanan masyarakat adalah
bentuk komunikasi visual yang disumbangkan oleh media untuk kepentingan
7
8
Ibid hal 14
Ibid hal 104
12
masyarakat, yang berarti gratis. Sedangkan, kriteria yang disumbangkan untuk
manyampaikan kampanye pelayanan masyarakat adalah non komersial, tidak
bersifat keagamaan, non politik, berwawasan nasional, diperuntukkan semua
lapisan masyarakat, ditujukan oleh organisasi yang telah diakui atau diterima,
dapat diiklankan dan mempunyai dampai dan kepentingan tinggi sehingga
patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional. 9
Dalam sebuah ILM ada beberapa criteria yang digunakan untuk
menentukan kampanye pelayanan masyarakat, kriteria tersebut adalah
1. Non-komersial
2. Tidak bersifat keagamaan
3. Non-politik
4. Berwawasan nasional
5. Diperuntukan bagi semua lapisan masyarakat
6. Diajukan olah organisasi yang telah diakui atau diterima
7. Dapat diiklankan
8. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut
memperoleh dukungan media lokal maupun nasional.
2.3.2 Proses Kampanye Iklan Layanan Masyarakat
Dalam mengkampanyekan iklan layanan masyarakat tidak berbeda
dengan mengkampanyekan iklan biasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan
9
Kasali, Rhenaldi, 1992. Manajemen periklanan konsep dan aplikasinya di Indonesia.
Pustaka utama graffiti : Jakarta.Hal 202
13
pertama kali adalah menentukan khalayak sasaran yang dituju serta
mengidentifikasi pokok permasalahan yang terjadi. Kedua adalah menentukan
tujuan yang akan dicapai dari kampanye tersebut. Ketiga adalah menentukan
tema iklan dan topic pokok yang dituju oleh iklan. Keempat adalah
menentukan anggaran iklan yang diperlukan untuk kampanye dalam kurun
waktu tertentu. Kelima adalah merencanakan media yang dipakai dalam
kampanye iklan. Media yang digunakan dapat berupa media lini atas ataupun
media lini bawah. Kemudian yang terakhir adalah menciptakan pesan-pesan
iklan. Dimana komponen-komponen iklan termasuk headline, subheadline,
bodycopy, dan logo secara bersama-sama menarik dan memelihara perhatian
khalayak. Kemudian, dilakukan pengeveluasian terhadap kampanye iklan
tersebut.
2.4 Pemasaran Sosial
Pemasaran sosial adalah proses yang menerapkan prinsip-prinsip dan teknik
pemasaran unuk membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai untuk
mempengaruhi perilaku target audiens yang menguntungkan bagi masyarakat dan
juga target audiens.
10
Pemasaran sosial memiliki peran yang lebih luas dan lebih kuat dalam
perubahan sosial karena, perubahan sosial memerlukan individu untuk bertindak.
Agar perubahan sosial bisa terjadi, seseorang harus membawa suatu permasalahan
sosial untuk menjadi perhatian masyarakat, membuat solusi yang memungkinkan
10
Philip Kotler, Nancy R. Lee. Social Marketing : Influencing Behaviors for Good.
California : Sage Publications, inc : 2008
14
dan
mengevaluasinya,
memutuskan hal yang terbaik
untuk
dilakukan,
meningkatkan upaya baik besar maupun kecil untuk membuat perubahan atau
untuk mencegah perubahan terjadi, dan harus mengawasi bagaimana hal tersebut
terjadi, perubahan dan pengalihan apa yang diperlukan, serta upaya apakah yang
lebih diperlukan.
Larry Wallack (1990) menyatakan bahwa pemasar sosial terlalu fokus pada
perilaku downstream (para korban) dan bahwa masyarakat sangat diperlukan
untuk memperbaiki struktur dan proses upstream yang menyebabkan masalah
sejak awal. 11
Coffman (2002) membuat perbedaan antara upaya untuk mempengaruhi
perilaku individu dan kampanye komunikasi publik yang dirancang untuk
mempromosikan kehendak masyarakat untuk perubahan. Dalam pandangannya,
terlalu banyak kampanye yang memberikan informasi pada publik hanya berupa
informasi saja dan tidak memberikan perhatian yang cukup untuk mengubah
kepedulian tersebut ke dalam tindakan melalui apa yang dia sebut “public will”.
11
Andreasen, Alan R, 2006. Social marketing in the 21st century. Sage publications, inc :
California. Hal 7.
15
2.4.1 Proses Pemasaran Sosial
Grafik 2.3.1.1. Proses Pemasaran Sosial
1. Listening
Karena pemasaran sosial berpusat pada audience, maka penting untuk
memulai kampanye dengan memahami target audience yang dituju.
Salah satu penyebab dari gagalnya kampanye
pemasaran sosial
adalah kurangnya memperhatikan proses “listening”.
2. Planning
Selanjutnya, pemasar sosial harus menterjemahkan pengamatan
mereka tentang target audience ke dalam suatu program kegiatan
yang konkrit. Penetapan tujuan, jadwal, dan tanggung jawab serta
memastikan bahwa sistem-sistem berada pada tempatnya dan koalisi
yang dibentuk benar-benar membawa hasil juga merupakan bagian
dalam proses ini.
3. Pretesting
Kesalahan terbesar kedua dalam merencanakan sebuah kampanye
adalah tidak melakukan proses pretesting elemen kunci rencana
16
kampanye dengan target audience. Perancang kampanye sering
berpikir bahwa mereka telah melakukan pengamatan yang cukup pada
proses listening dan
merasa cukup pintar dalam menterjemahkan
pengetahuan mereka ke dalam program yang efektif. Namun, target
audience adalah yang akan menentukan apakah program tersebut
cukup efektif.
4. Implementation
Setelah
proses
pretesting,
proses
selanjutnya
adalah
proses
implementation yaitu mulai melakukan kegiatan kampanye yang
sesungguhnya. Syarat utama dalam proses ini adalah memastikan
bahwa pengawasan mekanisme telah ditetapkan. Tanpa pengawasan,
kampanye dapat berjalan tidak sesuai dengan target, elemen-elemen
dapat terabaikan atau kurang dimanfaatkan, dan tujuan yang
diharapkan tidak terjadi.
5. Monitoring
Lingkungan memiliki kecenderungan untuk membangun rintangan
yang tidak terduga. Dengan demikian, sangatlah penting untuk sebuah
kampanye memiliki sistem pelacak yang jelas untuk memantau
kinerja program selama kampanye.
6. Reexamine and Revise
Pemantauan data (monitoring) mungkin menyarankan untuk kembali
ke proses listening atau proses planning. Data yang ada mungkin
menunjukan bahwa target audience tidak dapat mengerti pesan yang
disampaikan atau mereka tertarik dengan pesan yang disampaikan
17
namun tidak bertindak. Dengan demikian menejemen telah gagal
untuk mengerti target audience, dan harus kembali pada proses
mendengarkan secara mendalam. 12
2.5 Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak
dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional memberikan pengaruh yang
besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak
dikemudian hari (Sukirman, 2005:29)
Permainan tradisional adalah jenis kegiatan yang mengandung aturanaturan khusus yang merupakan cerminan karakter dan berasal atau berakar dari
budaya asli masyarakat Indonesia (Nurlan Kusmaedi, 2010;24).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, permainan adalah perbuatan
yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh. Sedangkan Tradisional adalah
menurut tradisi (adat kebiasaan turun menurun). Maka, dapat disimpulkan bahwa
permainan tradisional adalah perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguhsungguh yang dijalankan secara turun temurun.
Permainan tradisional sekarang ini mulai menampakan tanda-tanda
kemunduran atau kepunahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya :
a.
Masuknya pesawat televisi ke pedesaan yang menayangkan
tayangan acara yang menarik dan tidak membutuhkan tenaga untuk
menikmatinya.
12
Ibid hal 96- 98
18
b.
Lahan bermain anak yang semakin kecil bahkan hilang sama sekali
di kota-kota besar seperti Jakarta
c.
Meningkatnya kualitas transportasi antara desa dengan kota,
membuat para remaja lebih suka pergi bekerja di kota, sehingga di
desa tidak banyak lagi anak-anak mementaskan permainan
tradisional anak-anak.
Permainan tradisional dapat mempengaruhi perkembangan kejiwaan, sifat
dan kehidupan sosial anak dikemudian hari. Permainan anak-anak dianggap
sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi warna khas tertentu pada
suatu kebudayaan. Selain itu, permainan tradisional dapat digunakan sebagai DRR
(disaster risk reduction) yaitu suatu program yang didesain untuk melatih anak
dan orang tua dalam menghadapi bahaya bencana alam.
Permainan tradisional perlu dilestarikan karena merupakan sarana
sosialisasi yang efektif dari milai-nilai yang dipandang penting oleh suatu
masyarakat. Suatu permainan tradisional biasanya menjadi sebuah arena sosial
bagi warga masyarakat untuk mengenal dan mempraktekkan kehidupan bersama
dan berbagai bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan. Permainan tradisional
dapat menjadi arena untuk menanamkan semangat sosial dan komunal baru
kepada warga masyarakat.
19
2.5.1 Engklek
Engklek atau dapat juga disebut sunda manda, teklek, ingkling, jlong
jling, lempeng, atau dampu adalah permainan anak tradisional yang populer di
Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan.
Permainan tradisional engklek merupakan permainan tradisional lompatlompatan pada bidang-bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan
membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari
kotak stu ke kotak berikutnya. 13
2.5.1.1 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Permainan Engklek
Dalam permainan engklek prosedur yang secara umum dilakukan
permain adalah pemain harus mengangkat satu kaki dan melompat
dengan kaki satu melewati petak-petak dalam engklek. Permainan ini
membutuhkan gacuk/kereweng untuk dilempar. Dalam tingkatan yang
lebih tinggi pemain harus membawa gacu diatas telapak tangan dan
menaruh diatas kepala sambil melompat dengan satu kaki. Dengan
prosedur yang kompleks dan adanya aturan-aturan yang harus disepakati
maka permainan engklek mengandung nilai-nilai terapiutik yang tinggi
untuk anak usia sekolah dasar.
Nilai-nilai terapiutik yang terkandung didalam permainan
engklek antara lain :
13
Apriani, Dian. Penerapan Permainan Tradisional Engklek untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Ra Al Hidayah 2 Tarik Sidoarjo.
Universitas Negeri Surabaya.
20
1. Nilai sebagai alat deteksi untuk mengetahui anak yang
mempunyai masalah. Nilai ini diperoleh dari data yang
menunjukan bahwa ada beberapa anak yang terlihat
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
tuntutan peneliti untuk bermain engklek. Ada anak yang
ragu-ragu untuk memulai permainan, ada yang ragu-ragu
ketika akan melempar gacuk ke dalam kotak engklek. Di
dalam penelitian jiga dijumpai beberapa anak yang mudah
tersinggung dan tidak percaya diri. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hurlock (1991) bahwa bermain bisa mencerminkan
bagaimana penyesuaian anak.
2. Nilai untuk perkembangan fisik yang baik tercermin dari
permainan
engklek
yang
membutuhkan
pemainnya
menggerakan seluruh tubuh. Dengan melakukan hal tersebut
anak telah meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh,
dan mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak.
3. Nilai untuk kesehatan mental yang baik yaitu membantu anak
untuk mengkomunikasikan perasaannya secara efektif dengan
alamiah, mengurangi kecemasan, pengendalian diri, dan
pelatihan konsentrasi.
4. Nilai problem solving yaitu anak belajar memecahkan
masalah. Beberapa permasalahan yang harus dihadapi anak
dalam permainan ini mencakup bagaimana anak harus
mengambil keputusan untuk menentukan pilihan tempat
21
untuk dilempar, membuat strategi untuk memenangkan
permainan, mencoba menyelesaikan masalah ketika ada
konflik dengan teman. Menurut Sutton & Smith (dalam
Hughes, 1999) bermain mempunyai fungsi problem solving
yang dapar ditransfer dalam mengatasi permasalahan dalam
kehidupan nyata.
5. Nilai sosial dalam permainan engklek dapat terlihat dari
syarat permainan yang melibatkan dua orang atau lebih untuk
memainkannya. Dalam permainan ini mau tidak mau anak
akan
berkomunikasi
dengan
anak
lain.
Beberapa
keterampilan sosial yang dipelajari anak ketika bermain
engklek,
yaitu
kompetisi,
negosiasi,
komunikasi
dan
empati. 14
2.5.1.2 Cara Bermain Engklek
Permainan engklek cukup mudah untuk dilakukan.
1. Para pemain harus melompat dengan menggunakan satu kaki
disetiap petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya
ditanah/ lantai.
14
Iswinarti. Nilai-Nilai Terapiutik Permainan Tradisional Engklek untuk Anak Usia
Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Malang. 2010.
22
2. untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai kereweng
atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting, keramik
lantai ataupun batu yang datar.
3. kereweng/gacuk dilempar ke salah satu petak yang tergambar
ditanah, petak dengan gacuk yang sudah berada diatasnya
tidak boleh diinjak/ ditempati oleh setiap pemain, jadi para
pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki
mengelilingi petak-petak yang ada.
4.Pemain
tidak
diperbolehkan
untuk
melemparkan
kereweng/gacuk hingga melebihi kotak atau petak yang telah
disediakan. Jika ada pemain yang melakukan kesalahan
tersebut akan dingyatakan gigir dan diganti dengan pemain
selanjutnya.
5. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu
melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya,
jika kereweng/gacuk jatuh tepat pada salah satu petak maka
petak tersebut akan menjadi daerah kekuasaan pemain.
Kemudian pada petak tersebut pemilik petak boleh menginkal
petak dengan dua kaki, sedangkan pemain lain tidak boleh
menginjak petak tersebut selama permainan. Pemain yang
memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya.
23
2.6 Animasi Cutout
Kata animasi berasal dari bahasa latin, anima yang berarti “hidup” atau
animare yang berarti “meniupkan hidup kedalam”. Dalam bahasa Inggris menjadi
animate yang berarti member hidup (to give life to), atau animation yang berarti
ilusi dari gerakan. 15
Animasi cutout merupakan salah satu teknik animasi tertua sebelum masa
Komputer. Animasi ini merupakan jenis animasi yang menggunakan teknik yang
sederhana dan mudah. Figur atau objek animasi dirancang, digambar pada
lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan
diletakan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. 16
2.7 Huruf / Tipografi
Tipografi didefinisikan sebagai sutau proses seni untuk menyusun bahan
publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, “menyusun” meliputi
merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi
yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki.
17
Lazlo Moholy berpendapat bahwa tipografi adalah alat komunikasi. Oleh
karena itu, tipografi harus bisa berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat,
jelas, dan terbaca.
15
Rahang A.S., Basnendar H., Asmoro N.P.,2010. Animasi Kartun dari Analog Sampai
Digital. Indek : Jakarta. Hal 9.
16
Anggraheni, Rahmawati, Feira. Pembuatan Animasi Kartun “Satu Harapan” dengan
Teknik Cut Out Menggunakan Adobe Flash CS3 Professional. Sekolah Tinggi
Manajeman Informatika dan Komputer Amikom Yogyakarta. 2012.
17
Kusrianto, Adi, 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. ANDI : Yogyakarta. Hal
190.
24
2.7.1 Sejarah Huruf
Huruf cetak timah yang ditemukan oleh Johann Guttenberg pada tahun
1440 merupakan tonggak sejarah tipografi yang sangat berarti. Setelah era
tersebut, huruf-huruf latin mulai diciptakan satu persatu. Tokoh-tokoh
tipografi yang terkenal dalam sejarah diantaranya adalah Didot, Herbert Bayer,
Giambattista Bodoni, Aldus Manutius, William Caslon, Theodore Low De
Vinne, Robert Estienne, Frederic William Goudy, El Markovich Lissitzky,
Eric Rowton Gill, dan Stanley Morrison.
2.7.2 Jenis Huruf
a. Serif
Dengan ciri memiliki sirip / kaki / serif yang berbentuk lancip pada
ujungnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah
gemulai dan feminin.
b. Dekoratif
Merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan
yang dimiliki adalah dekoratif, mewah, bebas, anggun, tradisional
dan ornamental.
25
c. Sans Serif
Dengan ciri tanpa sirip / serif, dan memiliki ketebalan huruf yang
sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis
ini adalah modern, sederhana, kontemporer dan efisien.
d. Script
Merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau
pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang
ditimbulkannya adalah sifat pribadi, anggun, tradisional, informal
dan akrab.
2.8 Analisa SWOT
Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah SWOT yaitu metode
untuk mencari kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Berikut analisa
SWOT :
26
1. Strength (kekuatan)
• Iklan Layanan Masyarakat ini dibuat dalam bentuk animasi cutout
yang dapat menarik perhatian anak-anak.
• Media yang akan digunakan adalah media televisi yang memiliki
jangkauan luas.
• Iklan Layanan Masyarakat ini manyampaikan informasi yang penting
bagi masyarakat.
2. Weakness (Kelemahan)
• Pemirsa tidak konsentrasi dalam menyaksikan iklan di TV karena
sambil melakukan aktivitas lain.
3. Opportunity (Kesempatan)
• Menampilkan seorang anak yang mengajak temannya bermain dan
menjelaskan cara bermain engklek dengan singkat dan sederhana akan
membuat anak lebih mudah untuk ikut serta bermain dan melestarikan
permainan tradisional engklek.
4. Threat (hambatan)
• Perancangan Iklan Layanan Masyarakat ini menggunakan teknik stop
motion yang membutuhkan waktu cukup lama dalam proses produksi
dan pasca produksinya
Download