I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan, batasan masalah, dan sistematikan penulisan.
1.1 Latar Belakang
Menurut Ates dan Bititci (2008), wirausahawan memiliki peranan yang
sangat penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Peranan tersebut dapat
dilihat dari, kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di
berbagai sektor, penyedia lapangan pekerjaan, pengembangan kegiatan ekonomi
lokal, pemberdayaan masyarakat, sumber inovasi, dan sumbangannya dalam
menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
Pemerintah
sudah
berupaya
untuk
mendorong
masyarakat
untuk
berwirausaha. Upaya tersebut salah satunya adalah membuat suatu regulasi untuk
mendorong dan membantu masyarakat dalam berwirausaha. Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2008 mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
mengamanatkan pemerintah untuk meningkatkan iklim usaha dan memberikan
dukungan kelembagaan kepada pelaku usaha (Republik Indonesia, 2008). Salah
satu bentuk dukungan iklim usaha adalah mendorong UMKM untuk bisa terlibat
dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah (Republik Indonesia, 2010).
Adapun dukungan kelembagaan adalah membentuk lembaga inkubator yang
difungsikan sebagai lembaga layanan pengembangan usaha (Republik Indonesia,
2008).
Peran lembaga inkubator telah dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor
27 Tahun 2013, yakni melakukan proses pembinaan, pendampingan, dan
pengembangan yang diberikan oleh inkubator wirausaha kepada peserta inkubasi
atau tenant (Republik Indonesia, 2013). Peran lembaga inkubator ini dianggap
perlu, karena diasumsikan bahwa wirausahawan pemula pada umumnya memiliki
keterbatasan dalam mencari peluang dan mengembangkan bisnis. Lembaga
inkubator menyediakan layanan berupa mentoring, penyedia jaringan, dan
penyedia sumberdaya seperti ruangan kerja, kompetensi, keuangan, dan hubungan
I-1
terhadap perusahaan tenant (Aaboen, 2009; Pauwels, dkk., 2015). Menurut
Tengeh dan Choto (2015), inkubator bisnis merupakan suatu program yang
menolong entrepreneur dalam memulai dan mengembangkan bisnis dengan
menghadapi berbagai tantangan. Selain itu, lembaga inkubator juga dapat
memberikan sumber daya lain yang tidak dalam bentuk materi, seperti akses
jaringan lembaga inkubator yang berupa legitimasi dan pengetahuan (Rothaermal
dan Thursby, 2005).
Terdapat beberapa lembaga inkubator yang ada di Indonesia yang dibangun
oleh pemerintah. Lembaga inkubator tersebut Balai Inkubator Teknologi Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BIT-BPPT), Asosiasi Inkubator Bisnis
Teknologi Indonesia (ADIBI), Entrepreneur Research and Development Center
(ERDC), Pusat Inkubator Bisnis UNPAD, Penelitian dan Pelatihan Ekonomika
Bisnis (P2EB), Pusat Inovasi Teknologi Universitas Sebelas Maret (PIT-UNS),
dan lain-lain.
Menurut Hamdani, dkk. (2013), lembaga inkubator seperti BIT-BPPT dan
PIT-UNS memfokuskan pada upaya membentuk perusahaan pemula berbasis
teknologi (PPBT). BIT-BPPT mulai beroperasi pada tahun 2002, hingga pada
tahun 2013 jumlah tenant atau peserta inkubasi mencapai 53 tenant, sedangkan
yang lulus atau graduate dan dinyatakan sebagai pengusaha adalah 10 tenant.
Proses inkubasi di BIT-BPPT memiliki tiga tahapan, yaitu pra-inkubasi, inkubasi,
dan paska-inkubasi.
Pra-inkubasi merupakan tahapan awal dari proses inkubasi yang dibagi
menjadi dua kegiatan, yaitu talent scouting dan kemitraan (Hamdani, dkk. 2012).
Pra-inkubasi juga merupakan aktivitas dimana memiliki tujuan untuk mencari
talenta berbakat untuk menjadi calon pengusaha berbasis teknologi dan
pengembangan aktivitas antara akademisi, pengusaha, dan pemerintah (Citra, dkk.
2015). Talent scouting merupakan aktivitas untuk mencari talenta yang berpotensi
untuk menjadi pengusaha berbasis teknologi. Talent scouting memiliki empat
kegiatan utama, yaitu technopreneur camp, roadshow, publikasi, dan customer
relation office (CRO). Keempat kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan
output calon tenant, inventor, dan mitra (Citra, dkk., 2015; Hamdani, dkk. 2012).
I-2
Walaupun sudah berjalan sepuluh tahun, BIT-BPPT masih menemui kendala
internal. Kendala tersebut adanya pengelolaan data dan dokumen masih dilakukan
secara manual dan terpisah. Terdapat dokumen yang disimpan dalam bentuk hard
copy dan penyimpanan dokumen disimpan secara terpisah oleh staf BIT-BPPT.
Selain dalam bentuk hard copy, terdapat data dan dokumen yang disimpan dalam
bentuk soft file di komputer, namun penyimpanan juga dilakukan secara terpisah
tergantung pada staf yang mengelola data dan dokumen tersebut.
Kendala internal yang masih dialami BIT-BPPT juga sangat berpengaruh
terhadap kegiatan talent scouting. Kegiatan talent scouting tanpa ditunjang oleh
sistem informasi yang terkomputerisasi dan terpusat dapat menghambat kinerja
saat kegiatan dilaksanakan. Hambatan tersebut khususnya akan terjadi saat
menyebarkan dokumen formulir pendaftaran technopreneur camp dan saat
melakukan rekapitulasi data saat kegiatan telah dilaksanakan, karena dokumen
yang ada masih dikelola secara manual dan belum terkomputerisasi, sehingga
perlu menyimpan hasil dokumen dengan hati-hati. Hambatan akan terjadi lagi saat
akan dilakukan pengecekan data, karena jika dilakukan secara manual dan tidak
terpusat maka akan butuh waktu untuk mengakses data dan dokumen. Talent
scouting merupakan tahapan yang paling banyak kegiatannya dan menghasilkan
banyak data yang perlu dihimpun, disimpan, dan dikelola dengan baik sehingga
penting
untuk
segera
dirancang
sistem
informasi
manajemen
yang
terkomputerisasi dalam menunjang kegiatannya.
Kebutuhan terhadap aplikasi komputer yang mampu mengelola data dan
dokumen tenant BIT-BPPT secara terpusat dan terkomputerisasi semakin tinggi
karena BIT-BPPT menghendaki adanya proses transfer pengetahuan yang baik
bagi staf BIT-BPPT dalam membentuk PPBT. Aplikasi komputer diharapkan
dapat meningkatkan kecepatan akses data dan dokumen, serta mendukung
pengambilan keputusan bagi instansi (Pardamean, dkk., 2013; Yahya, 2001).
Berdasarkan kendala yang ditemui oleh BIT-BPPT, maka diperlukan suatu
sistem informasi manajemen yang terkomputerisasi dan terpusat. Banyaknya data
yang dihimpun dan kebutuhan informasi selalu meningkat, maka diperlukan
pengembangan sistem informasi manajemen secara bertahap. Perancangan
software dapat diwujudkan dengan berbagai pemodelan konseptual, dimana setiap
I-3
pemodelan memiliki berbagai macam pandangan (Keet dan Fillotrani, 2015).
Metode perancangan sistem informasi manajemen Talent Scouting menggunakan
dua metode, yaitu metode untuk pengembangan sistem informasi dan metode
pemodelan proses. Metode pengembangan sistem informasi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah System Development Life Cycle (SDLC). Menurut Langer
(2008), SDLC merupakan metode yang menggunakan 3 tahapan, yaitu
development, testing, dan production. Pada tahapan development, digunakan
metode pemodelan proses. Menurut Triloka (2007), metode pemodelan proses
yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem informasi manajemen antara
lain, Business Process Execution Language (BPEL), Unified Modeling Language
(UML), dan Integration Definition for Function Modelling (IDFM). Dari ketiga
metode tersebut, metode yang tepat untuk digunakan adalah metode Unified
Modeling Language. Hal ini dikarenakan metode UML merupakan pemodelan
proses yang relevan untuk perusahaan atau organisasi yang memiliki fokus
pengembangan sistem informasi manajemen baru dan yang telah menggunakan
metode UML sebelumnya (Triloka, 2007). Selain itu, UML yang termasuk dalam
Object Oriented Analysis merupakan metode yang sangat terstruktur dan memiliki
modularitas dan perintah yang bersifat rasional dalam stuktur dari software yang
dirancang dan UML merupakan model konseptual dimana biasanya digunakan
untuk merancang sistem yang menggunakan metode SDLC (Shixin dan
Mengguang, 2000; Amandeep, dkk., 2015). Maka dari itu penelitian ini
menggunakan metode pengembangan sistem dengan menggunakan SDLC dan
metode pemodelan proses dengan menggunakan UML.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang diangkat pada penelitian ini yaitu, “bagaimana merancang
sistem informasi manajemen Talent Scouting di Balai Inkubator Teknologi
BPPT?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
I-4
1. Mengidentifikasi kebutuhan sistem informasi manajemen Talent Scouting
di BIT-BPPT.
2. Merancang sistem informasi manajemen Talent Scouting di BIT-BPPT.
1.4 Asumsi
Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Proses bisnis talent scouting di BIT-BPPT sudah baku, sehingga sudah
dapat dirancang sistem informasi manajemen untuk mendukung kegiatan
tersebut.
2. Prasarana dan sarana yang ada di BIT-BPPT sudah dapat mendukung
implementasi sistem informasi manajemen.
3. Hasil analisis di bagian feasibility pada fase development metode SDLC,
dinyatakan bahwa sistem informasi manajemen Talent Scouting layak
untuk dirancang, sehingga tahapan pada fase development langsung
menuju bagian analysis.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Rancangan aplikasi sistem informasi manajemen Talent Scouting hanya
difokuskan untuk mendukung tiga dari empat kegiatan pada Talent
Scouting, yaitu Technopreneur Camp, Roadshow, dan Customer Relation
Office (CRO). Adapun kegiatan lainnya yaitu publikasi, sudah didukung
oleh sistem informasi yang lain di BIT-BPPT.
2. Metode pengembangan sistem dengan menggunakan metode SDLC pada
penelitian ini, hanya mencakup dua dari tiga fase, yaitu Development dan
Testing. Fase Production akan dikembangkan lebih lanjut oleh pihak BITBPPT.
1.6 Sistematika Penulisan
Subbab ini berisi sistematika penulisan laporan tugas akhir dengan judul
“Perancangan sistem informasi manajemen Talent Scouting di Balai Inkubator
Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BIT-BPPT)”
I-5
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian,
asumsi, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai inkubator bisnis, tinjauan umum
instansi, definisi sistem informasi, sistem informasi manajemen,
system development life cycle (SLC), unified modelling language
(UML), definisi basis data, dan bahasa pemrograman PHP
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai tahapan-tahapan dalam penelitian
dari awal perencanaan hingga dicapai suatu kesimpulan dan saran.
BAB IV PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini dibahas mengenai rancangan sistem yang akan dibuat
yang berisi mengenai identifikasi permasalahan sistem, identifikasi
kebutuhan sistem, perancangan use case diagram, perancangan
activity diagram, perancangan class diagram dan database, dan
perancangan interface.
BAB V
ANALISIS
Pada bab ini memuat uraian analisis dan intepretasi dari hasil dan
pembahasan dari rancangan aplikasi yang telah dibuat.
Bab VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari
penelitian yang telah dilaksanakan.
I-6
Download