ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK

advertisement
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK
HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK REKLAME
DAN PAJAK PARKIRPADA PENDAPATAN ASLI
DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2010–2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat–syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh :
Estherini Heratity Pratiwi
109082000117
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BSINIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
ii
i
ii
iii
iii
iv
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITASPRIBADI

Nama
: Estherini Heratity Pratiwi

JenisKelamin
:Perempuan

Tempat/TanggalLahir
: Tangerang, 14 Mei1991

Agama
:Islam

Alamat
:Jl.Puspiptek Raya RT.002/002
Buaran Sepong Tangerang
Selatan

Telepon
: 081294352080
 E-mail
II. PENDIDIKAN
:[email protected]

SDN Setu II
: 1997 – 2003

SMP N 2 Serpong
: 2003 – 2006

SMAN 1 Serpong
: 2006 – 2009

UIN Syarif Hidayatullah
: 2009 –2016
III. LATAR BELAKANGKELUARGA

Ayah
: Heri Santoso

Ibu
: Emah

Adik
: Dino Ruly Gustavio

Anakkedari
: 1 dari2bersaudara
v
vi
THE ANALYSIS OF EFECTIVENESS AND CONTRIBUTION
HOTEL TAX, RESTAURANT TAX, ADVERTISEMENT TAX
AND PARKING TAX TO THE LOCAL REVENUES
TANGERANG CITY IN 2010-2014
Abstract
The Indonesian government imposed a policy of regional autonomy with the aim
to facilitate local governments regulate local affairs independently. Tangerang
City is one of the areas that implement decentralization policy and requires a lot
of funds to finance regional development. The biggest potential possessed
Tangerang City in the financing of regional expenditures derived from local taxes
and are expected to provide the largest contribution in PAD. This study aims to
determine the effectiveness of tax collection hotels, restaurants, billboards and
parking, and its contribution to the PAD Tangerang City. Methods of data
analysis in this research is descriptive analysis. The variables in this study are the
ratio of the effectiveness and contribution analysis. Data analysis technique in
this study is a quantitative analysis. Based on the analysis, the average effective
tax collection hotel, restaurant tax, advertisement tax and parking tax years 20102014 is very effective and the average contribution collection hotel, restaurant
tax, advertisement tax and Tangerang city parking tax years 2010-2014 is lack.
Keywords: effectiveness, contribution, hotel tax, restaurant tax, advertisement tax
parking tax, local revenues
vi
vii
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK
RESTORAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIR PADA
PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2010-2014
Abstrak
Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan otonomi daerah dengan tujuan
untuk memudahkan pemerintah daerah mengatur urusan daerah secara mandiri.
Kota Tangerang merupakan salah satu daerah yang melaksanakan kebijakan
otonomi daerah dan membutuhkan banyak dana untuk membiayai pembangunan
daerahnya. Potensi terbesar yang dimiliki Kota Tangerang dalam pembiayaan
belanja daerah berasal dari pajak daerah dan diharapkan mampu memberikan
kontribusi terbesar dalam PAD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
efektivitas pemungutan pajak hotel, restoran, reklame dan parkir dan
kontribusinya pada PAD Kota Tangerang. Metode analisis data dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio efektivitas
dan analisis kontribusi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata efektivitas pemungutan pajak
hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkirkota Tangerang tahun 20102014 sangat efektif dan rata-rata kontribusi pemungutan hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkirkota Tangerang tahun 2010-2014sangat kurang.
Kata kunci: efektivitas, kontribusi, pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame,
pajak parkir, pendapatan asli daerah
vii
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karuniaNya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Reklame dan Pajak Parkir pada Pendapatan Asli Daerah Kota
Tangerang Tahun 2010–2014”. Penyusunan ini dimaksudkan untuk memenuhi
sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepda semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:
1.
Keluarga tercinta, mamah, bapak dan adikku. Terimakasih atas
cinta yang tak pernah henti yang kalian berikan, perhatian,
dukungan serta doa yang tiada henti.
2.
Bpk.Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing I
semoga amal ibadah selama hidup diterima Allah SWT dan
diberikan tempat terindah di sisi-Nya.
viii
ix
3.
Yulianti, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II yang sudah
dengan sabar menunggu dan berbesar hati meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan
saran serta semangat dan kemudahan dalam penyusunan
skripsi.
4.
Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8.
Seluruh Staff Bagian Akademik dan Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9.
Kulfi Agustiana, S.S.I yang selalu memberikan semangat,
motivasi dan dukungan kepada penulis hingga akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10.
Seluruh teman-teman jurusan akuntansi 2009 terimakasih atas
persahabatan dan motivasinya.
11.
Seluruh pihak yang membantu kelancaran pembuatan skripsi
ix
x
ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan yang diberikan kepada
penulis.
Hanya harapan dan doa yang dapat penulis panjatkan. Semoga
semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahun. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak untuk lebih menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para
pembaca dan rekan-rekan mahasiswa/i lainnya.
Jakarta, 11 Mei 2016
Estherini Heratity pratiwi
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................
i
Lembar Pengesahan Skripsi.....................................................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ..............................................
iii
Lembar Pernyataan Bukan Plagiat .........................................................
iv
Daftar Riwayat Hidup ..............................................................................
v
Abstract .......................................................................................................
vi
Abstrak .......................................................................................................
vii
Kata Pengantar .........................................................................................
viii
Daftar Isi ....................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................
9
2.1.1 Sumber Penerimaan Daerah .....................................................
9
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah ............................................................
9
2.1.3 Kendala Peningkatan PAD .......................................................
11
2.1.4 Pajak .........................................................................................
12
2.1.4.1 Pengertian Pajak ....................................................................
12
2.1.4.2 Asas Pemungutan Pajak .........................................................
14
2.1.4.3 Teori-teori Pemungutan Pajak ...............................................
15
xi
xii
2.1.4.4 Fungsi Pajak ..........................................................................
16
2.1.4.5 Sistem Pajak...........................................................................
18
2.1.4.6 Jenis-jenis Pajak.....................................................................
19
2.1.5 Retribusi Daerah .......................................................................
22
2.1.6 Perbedaan Pajak dan Retribusi .................................................
24
2.1.7 Pajak Daerah .............................................................................
25
2.1.7.1 Pengertian Pajak Daerah ........................................................
25
2.1.7.2 Jenis-jenis Pajak Daerah ........................................................
26
2.1.7.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah .........................................
28
2.1.8 Syarat Pemungutan Pajak Daerah .............................................
29
2.1.9 Kriteria Pemungutan Pajak Daerah ..........................................
30
2.1.10 Strategi Pemungutan Pajak Daerah ........................................
32
2.1.11 Kendala Pemungutan Pajak Daerah........................................
32
2.1.12 Pajak Hotel..............................................................................
35
2.1.13 Pajak Restoran ........................................................................
38
2.1.14 Pajak Reklame ........................................................................
40
2.1.15 Pajak Parkir .............................................................................
47
2.1.16 Efektivitas ...............................................................................
48
2.1.17 Kontribusi ...............................................................................
49
2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................
50
2.3 Kerangka pemikiran.....................................................................
56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................
58
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................
58
3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................
59
xii
xiii
3.4 Metode Pengumpulan Data..........................................................
59
3.5 Metode Analisis Data ..................................................................
60
3.6 Definisi dan Pengukuran Variabel ...............................................
60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................
63
4.1.1 Gambaran Umum Kota Tangerang ...........................................
63
4.1.2 Visi Kota Tangerang .................................................................
64
4.1.3 Misi Kota Tangerang ................................................................
67
4.1.4 Letak Geografis ........................................................................
71
4.1.5 Kondisi Ekonomi ......................................................................
73
4.2 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah ............
75
4.2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah ............
75
4.2.2 Visi dan Misi DPKD.................................................................
77
4.2.3 Tugas Pokok DPKD .................................................................
77
4.2.4Peran/Fungsi DPKD ..................................................................
78
4.2.5 Struktur Organisasi ...................................................................
78
4.3 Analisis dan Pembahasan ............................................................
80
4.3.1 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel .............
80
4.3.2 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran .......
81
4.3.3 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame .......
82
4.3.4 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir ............
82
4.3.5 Kontribusi Pajak Hotel pada PAD Kota Tangerang .................
83
4.3.6 Kontribusi Pajak Restoran pada PAD Kota Tangerang ............
84
4.3.7 Kontribusi Pajak Reklame pada PAD Kota Tangerang ............
85
4.3.8 Kontribusi Pajak Parkir pada PAD Kota Tangerang ................
86
xiii
xiv
4.3.9 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak
Parkir pada PAD ................................................................................
87
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................
89
5.2 Saran ............................................................................................
90
Daftar Pustaka ...........................................................................................
93
xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun
masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945
alinea keempat. Dengan demikian, segenap potensi dan sumber daya
pembangunan yang ada harus dialokasikan secara efektif dan efisien melalui suatu
proses kemajuan dan perbaikan secara terus-menerus yang disebut pembangunan.
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik moril maupun materil
(Roni Ekha Putera:2009).
Era desentralisasi dan otonomi daerah menjadi tantangan bagi setiap
daerah untuk memanfaatkan peluang kewenangan yang diperoleh, serta tantangan
untuk menggali potensi daerah yang dimiliki guna mendukung kemampuan
keuangan daerah sebagai modal pembiayaan dan penyelenggaraan pemerintah di
daerah. Untukitu, perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (Abdul Thalib Yunus:2010).
Setiap daerah otonom dalam hal ini provinsi maupun kabupaten/kota di
Indonesia, memiliki sumber daya alam dan potensi ekonomi yang bervariasi,
sehingga jika dimanfaatkan dengan optimal maka akan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah, yang pada
1
1
gilirannya
akan
memberikan
manfaat
dalam
pembangunan
daerah
(Hasannudin:2015).
Masalah mendasar yang dihadapi oleh semua pemerintah daerah
kabupaten dan kota adalah bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) agar dapat lebihmandiri dalam penyelenggaraan otonomi daerah dengan
kewenangan yang luas, bertanggung jawab yang diwujudkan dengan pengaturan,
pembagian dan pemanfaatan sumber daya yang berkeadilan, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah (I Made Sedana Yasa:2009).
Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah merupakan salah
satu bagian dari sumber pendapatan daerah yaitu seluruh penerimaan yang masuk
melalui kas daerah berdasarkan undang-undang yang dipergunakan untuk
menutupi pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 6 disebutkan bahwa
PendapatanAsli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang
sah(Haryani:2013).
Kota Tangerang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang
letaknya sangat strategis dengan adanya bandar udaraS oekarno Hatta maka kota
Tangerang masuk kedalamj alur transit untuk menjangkau k edaerah – daerah lain
yang berpotensi untuk menjadil ahani nvestasi atau membuka usaha dan hal
tersebut berdampak baik terhadap Pendapatan Asli Daerah.
2
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pertumbuhan target dan realisasi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Tangerang tahun 2010 sampai dengan tahun
2014 dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1.1
Target dan Realisasi PAD kota Tangerang Tahun 2010–2014
Tahun
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Capaian
Kinerja (%)
2010
188.405.038.570,50
230.634.138.044,00
122,41
2011
380.071.981.676,26
499.600.758.688,00
131,45
2012
461.383.233.872,66
631.519.353.723,00
136,88
2013
653.182.027.244,00
815.733.580.158,00
124,89
2014
1.156.097.821.081,00 1.258.788.809.993,00
108,88
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang, 2015 (data diolah kembali)
Secara sekilas kita dapat melihat secara keseluruhan penerimaan PAD
Kota Tangerang selama kurun waktu tahun 2010–2014 terus mengalami kenaikan
dan melampaui dari target yang telah ditetapkan. Kenaikan PAD tidak saja daris
isi target tetapi juga dari sisi realisasi penerimaan. Kenaikan realisasi PAD pada
tahun 2010 adalahsebesar 19,14% daritahunsebelumnya, padatahun 2011 sebesar
16,62%, realisasi tahun 2012 kenaikannya mencapai 26,40%, dan realisasi tahun
2013 kenaikannya mencapai sebesar 29,17%, serta realisasi tahun 2014
kenaikannya mencapai 54,31% dari tahun 2013. Bila dilihat dari pergerakannya s
truktur penerimaan PAD kota Tangerang memiliki pertumbuhan yang positif.
Pertumbuhan PAD yang positif di kota Tangerang tidak terlepas dari
kontribusi pajak daerah yang adadidalamnya. Menurut Alfan (2015) pentingnya
pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan telah ditetapkan dalam berbagai
produk perundang-undangan pemerintah. Pajak sebagai penerimaan daerah
tampaknya sudah jelas bahwa apabila pajak ditingkatkan maka penerimaan
3
daerahpun meningkat, sehingga daerah dapat berbuat lebih banyak untuk
kepentingan masyarakat.
Adapun jenis – jenis pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah
kota Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2014 tentang pajak
daerah adalah sebagai berikut :
1. Pajakhotel;
2. Pajak restoran;
3. Pajak hiburan;
4. Pajak reklame;
5. Pajak penerangan jalan;
6. Pajak parkir;
7. Pajak air tanah;
8. Pajak sarang burung walet;
9. Pajak bumidan bangunan pedesaandan perkotaan;
10. Bea perolehan hakatastanahdan bangunan.
Pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak parkir merupakan
pajak yang potensial di kota Tangerang karena jika dilihat sektor–sektor tersebut
saling berhubungan dan pertumbuhan industri di kota Tangerang dalam kurun
waktu lima tahu terakhir terus meningkat. Tabel pertumbuhan industri hotel dan
restoran dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
4
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah Industri Hotel dan Restoran di Kota Tangerang
Tahun 2010-2014
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah Kamar Hotel
(unit)
1.070
1.423
1.681
1.847
2.993
Jumlah Restoran
(unit)
348
351
359
415
414
Sumber: BPS (diolah kembali)
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah hotel dan restoran di kota
Tangerang dari tahun 2010-2014 rata-rata mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah hotel dan restoran akan mempengaruhi kebutuhan lahan parkir dan untuk
meningkatkan pendapatan pengelola hotel dan restoran memasarkan produk dan
jasa nya melalui media–media iklan atau yang disebut reklame, oleh karena itu
objek pajak reklame dan parkir akan tumbuh seiring dengan perumbuhan
perusahaan atau industri seperti hotel dan restoran.
Untuk mengoptimalkan pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir maka perlu dilakukan perhitungan penerimaan pajak
daerah yang akurat sehingga diketahui tingkat efektivitasnya dan bagaimana
kontribusinya terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berkaitan dengan efektivitas dan kontribusi pajak daerah pada
Pendapatan Asli Daerah. Penelitian yang dilakukan mengacu pada penelitian
terdahulu yang diteliti oleh Alfan dkk (2015) dengan judul “Analisis Efektivitas
5
dan Kontribusi Pemungutan Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak
Penerangan Jalan Pada Pendapatan Asli Daerah KabupatenMinahasa Utara”.
Mengacu pada penelitian tersebut maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Reklame dan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota
Tangerang tahun 2010 - 2014”.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terdapat
pada jenis pajak daerah yang diteliti dan tempat dilakukannya penelitian. Jika
penelitian terdahulu menggunakan pajak restoran, pajak reklame dan pajak
penerangan jalan maka pada penelitan ini digunakan pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir dengan pertimbangan bahwa antara pajak hotel,
pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir saling berhubungan. Untuk tempat
penelitian penulis memilih kota Tangerang sebagai tempat melakukan penelitian
karena melihat fenomena penerimaan pajak daerah yang rata-rata mengalami
peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, sehingga peneliti tertarik untuk
menganalisis seberapa efektifkah pemungutan pajak daerah di kota Tangerang dan
melihat bagaimana kontribusi pajak daerah pada Pendapatan Asli Daerah kota
Tangerang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir di kota Tangerang tahun 2010–2014?
2. Bagaimana kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak
parkir pada Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang tahun 2010–2014?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkirdi kota Tangerang tahun2010 – 2014.
2. Menganalisis kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan
pajak parkir pada penerimaan PAD di kota Tangerang tahun2010 – 2014.
1.4 ManfaatPenelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Menambah khasanah keilmuan serta sumber pustaka (referensi) dalam
bidang pengembangan potensi pajak daerah di kota Tangerang, khususnya pajak
hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir.
2. Bagi Pemerintah
a.Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan untuk merumuskan
kebijakan strategis untuk meningkatkan realisasi pajak daerah kota Tangerang.
b.Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah kota Tangerang dan
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang dalam menerapkan
kebijakan dalam rangka meningkatkan realisasi penerimaan pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir.
3. Bagi Pembaca
Sebagai bahan informasi dan dapat dijadikan referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya tentang efektivitas dan kontribusi pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada PAD.
7
4.Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di waktu yang akan datang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sumber Penerimaan Daerah
Salah satu kemampuan yang dituntut terhadap daerah adalah kemampuan
daerah tersebut untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (self
supporting) dalam bidang keuangan.Bidang keuangan merupakan suatu faktor
yang penting dalam mengukur suatu daerah atas keberhasilan otonominya.Adapun
sumber-sumber peneriman dari suatu daerah menurut pasal 5 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat
dan daerah terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman daerah
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
9
9
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa
untuk membiayai pembangunan di daerah, salah satu sumber dari penerimaannya
adalah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pemerintah
daerah melakukan upaya maksimal dalam pengumpulan pajak daerah dan retribusi
daerah. Besarnya penerimaan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah akan
sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di
daerah serta dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap
pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang diinginkan dalam otonomi daerah.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh
daerahyang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.Pendapatan Asli Daerah perlu ditingkatkan dandiperluas
pemungutannya mengingat dimasa yang akan datang fungsi PAD akan
lebihdominan dibandingkan dengan dana bantuan dari pusat (DAK dan DAU)
dalampembangunan daerah. Menurut Koswara (2000:34) ciri utama yang
menunjukkansuatu daerah mampu berotonomi terletak pada kemampuan
keuangan daerahnya,artinya daerah otonom harus memiliki kewenangan dan
kemampuan
untuk
menggali
sumber-sumber
keuangan
sendiri
sedang
ketergantungan dengan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga
PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan
10
pembagian keuangan pusat dan daerah sebagai prasarat mendasar sistem
pemerintahan daerah.
Menurut Mardiasmo (2001:12) rendahnya kemampuan daerah dalam
menggali sumber-sumber pendapatan yang daerah selama ini disebabkan oleh
faktor sumber daya manusia dan kelembagaan yang disebabkan oleh batasan
hukum. Menurut Santosa dalam Lilik Yunanto (2010) ada beberapa hal yang
menyebabkan rendahnya Pendapatan Asli Daerah yaitu:
a. Banyaknya sumber pendapatan kabupaten / kota yang besar tapi digali oleh
instansi yang lebih tinggi.
b. BUMD belum banyak memberikan keuntungan kepada Pemda.
c. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah.
d. Adanya kebocoran-kebocoran.
e. Adanya biaya pungut yang masih tinggi.
f. Banyaknya peraturan daerah yang belum disesuaikan dan disempurnakan.
g. Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak sangat rendah.
h. Perhitungan potensi tidak dilakukan.
2.1.3 Kendala Peningkatan PAD
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,
pemerintah daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan
tetapi, saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah
terkait dengan upaya peningkatan penerimaan daerah, antara lain (Mardiasmo,
2002) :
11
1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan
kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan
fiscal gap.
2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk
layanan publik yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat, direspon secara
negatif. Keadaan tersebut juga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat
membayar pajak dan retribusi daerah.
3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.
4) Berkurangnya dana bantuan dari pemerintah pusat (Dana Alokasi Umum dari
pusat yang tidak mencukupi).
5) Belum diketahui potensi Pendapatan Asli Daerah yang mendekati kondisi riil.
2.1.4 Pajak
2.1.4.1 Pengertian Pajak
Marihot Pahala Siahaan dalam bukunya “ Hukum Pajak Elementer ”
mengemukakan pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain sebagai
berikut :
a. Definisi menurutAdriani, seorang ahli pajak Belanda: “ Pajak adalah iuran
kepada negara, yang dapat dipaksakan, dan terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan – peraturan yang berlaku, dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum,
berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan ”.
12
b. Definisi menurut Pierson: “ Pajak adalah setiap sumbangan wajib kepada
keuangan umum, yang tidak merupakan pembayaran langsung terhadap
jasa yang diberikan oleh negara kepada si pembayar pajak ”.
c. Definisi menurut Sinsian Isa Djajadiningrat: “ Pajak adalah suatu
kewajiban menurut peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta
dapat dipaksakan, untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada
negara, yang disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberi kedudukan tertentu bagi si pembayar pajak, tetapi bukan
sebagian hukuman, tanpa ada jasa balik dari negara secara langsung,
dalam rangka usaha negara untuk memelihara dan meningkatkan
kesejahteraan umum ”.
Pajak menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pungutan wajib,biasanya
berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbanganwajib kepada
negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan,pemilikan, harga beli
barang dan sebagainya. Sedangkan Rochmat Soemitro, menyatakan sebagai
berikut :
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat cara timbal balik (kontra prestasi), yang
langsung dapat diyujukan dan di gunakan untuk membayar pengeluaran umum” .
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 undang - undang No.28 tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
13
Dari beberapa definisi pajak di atas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah
iuran yang dibayarkan oleh penduduk kepada negara yang dapat dipaksakan
dengan didasarkan pada undang–undang dan tidak ada timbal balik langsung
kepada penduduk sebagai wajib pajak.
2.1.4.2 Asas Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith
dalam bukunya Wealth of Nationsdengan ajaran yang terkenal "The Four
Maxims",seperti yang tertulis dalam buku Hukum Pajak karya Erly Suandy (2008)
asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:
1. Asas Equality (asas
keseimbangan
dengan
kemampuan
atau
asas
keadilan): pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang
dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang
dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equality, tidak
diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama
wajib pajak. Dalam keadaan yang sama wajib pajak harus diperlakukan
sama dalam keadaan berbeda wajib pajak harus diperlakukan berbeda.
2. Asas Certainty (asas kepastian hukum): pajak yang dibayar oleh wajib
pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi ( not arbitrary ). Dalam
asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak,
objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu
atau asas kesenangan): pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling
14
baik bagi wajib pajak, yaitu saat yang paling dekat dengan saat
diterimanya pengahsilan / keuntungan yang dikenakan pajak.
4. Asas Economic of Collections (asas efisien atau asas ekonomis):
pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin,
jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak
itu sendiri, karena pemungutan pajak tidak aka nada artinya kalau biaya
yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.
2.1.4.3 Teori-teori Pemungutan Pajak
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak berdasarkan beberapa teori
(Mardiasmo, 2004) :
1) Teori asuransi yaitu negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hakhak rakyatnya, oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan
sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2) Teori kepentingan adalah pembagian pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar
kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
3) Teori daya pikul yaitu beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya,
artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing – masing orang.
Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu:
a. Unsur obyektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang.
b. Unsur subyektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang
harus dipenuhi.
15
2.1.4.4 Fungsi Pajak
Pajak sebagai salah satu penerimaan pemerintah bertujuan untuk
membiayai
pembangunan
yang
muaranya
diharapkan
dapat
meningkatkankesejahteraan masyarakat. Dalam Siti Resmi (2009) pajak
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi anggaran (budgetary)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun
pembangunan.Sebagai
sumber
keuangan
negara,
pemerintah
berupaya memasukkan uang sebanyak – banyaknya untuk kas negara. Upaya
tersebut
ditempuh
dengan
cara
ekstensifikasi
maupun
intensifikasi
pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak
seperti Pajak Penghasilan ( PPh ), Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ), Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ),
dan lain – lain.
b. Fungsi pengatur (regulatory)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi, serta mencapai tujuan–tujuan tertentu diluar bidang keuangan.
Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah :
1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang mewah. Pajak
Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ) dikenakan pada saat terjadi
transaksi jual beli brang mewah. Semakin mewah suatu barang maka
16
tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal
harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak
berlomba–lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi
gaya hidup mewah).
2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan : dimaksudkan agar
pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi
(membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan
pendapatan.
3. Tarif pajak ekspor sebesar 0%: dimaksudkan agar pengusaha terdorong
mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat
memperbesar devisa negara.
4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri
tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja dan lain –
lain : dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri
tersebut
karena
dapat
mengganggu
lingkungan
atau
polusi
(membahayakan kesehatan).
5. Pembebasan Pajak Penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi:
dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.
6. Pemberlakuan tax holiday: dimaksudkan untuk menarik investor asing
agar menanamkan modalnya di Indonesia.
17
2.1.4.5 Sistem Pajak
Menurut
Mangkoesoebroto
(2009)
dalam
bukunya
“Ekonomi
Publik”mengemukakan bahwa sistem pajak yang baik harus memiliki kriteria
seperti berikut:
1. Kepastian
Kriteria
kepastian
ini
berhubungan
dengan
aktivitas
investasi
yangdilakukan oleh masyarakat memerlukan biaya yang sangat besar dan
penuhresiko. Oleh karena itu, investor haruslah mendapat kepastian akan besarnya
pajakyang harus dibayar.
2. Biaya administrasi yang minimal
Biaya administrasi untuk melaksanakan suatu jenis pajak yangmerupakan
biaya
pemungutan
dan pengenaan pajak
haruslah
diusahakanseminimal
mungkin.Jenis pajak yang berbeda mempunyai biaya administrasiyang berbeda
pula, atau tergantung siapa yang menjadi wajib pajaknya. Ambilcontoh, biaya
administrasi pajak penjualan yang dikenakan kepada produsenberbeda dengan
pajak penjualan yang wajib pajaknya pengecer .
3. Pelaksanaan (enforcement)
Suatu sistem pajak yang baik haruslah dapat dilaksanakan dandipaksakan
(enforceable).Pemerintah harus dapat meneliti usaha-usaha wajibpajak untuk
dapat melakukan penghindaran pajak.Misalnya pada pajakpendapatan, pemerintah
harus dapat meneliti semua pendapatan wajib pajak, jikatidak hal ini dapat
mendorong wajib pajak untuk beralih pada kegiatan-kegiatanyang penghasilannya
sulit dilacak oleh petugas pajak.
18
4. Dapat diterima oleh masyarakat
Kriteria sistem pajak yang lain yaitu dapat diterima masyarakat sebabjika
tidak dapat
diterima oleh masyarakat
akan menyebabkan usaha-usaha
untukmenghindarkan diri dari pajak yang lebih besar.
2.1.4.6 Jenis-jenis Pajak
Menurut Waluyo (2008), pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok,
yaitu:
2.1.4.6.1 Menurut Golongan
a. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan
kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2.1.4.6.2 Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan
keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
19
b. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2.1.4.6.3 Menurut Pemungut dan Pengelolanya
a. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah
Jenis - jenis pajak daerah tingkat I (Provinsi)
a. Pajak Kendaraan Bermotor.
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak
atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah dll.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan
bakar kendaraan bermotor.
20
d. Pajak Air Permukaan
Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan.
e. Pajak Rokok
Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah.
Jenis - jenis pajak daerah tingkat II (kab/kota)
a. Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
b. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
c. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
d. Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan
mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau
permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
21
g. Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
h. Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas
tanah dan/atau bangunan.
2.1.5 Retribusi Daerah
Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu
Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan
dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.
22
Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6) “Retribusi Daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan”. Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan
pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya, dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan, dengan demikian bila seseorang ingin
menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, ia harus membayar
retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ciri-ciri retribusi daerah:
a. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah
b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis
c. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk
d. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang mengunakan/
mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara.
Menurut Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Departemen
Keuangan-RI (2004:60), Kontribusi retribusi terhadap penerimaan Pendapatan
Asli Daerah Pemerintah kabupaten/pemerintah kota yang relatif tetap perlu
mendapat perhatian serius bagi daerah. Karena secara teoritis terutama untuk
kabupaten/kota retribusi seharusnya mempunyai peranan/ kontribusi yang lebih
besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Objek retribusi daerah yang menjadi objek dari retribusi daerah adalah
berbentuk jasa. Jasa yang dihasilkan terdiri dari:
23
a. Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Jasa umum meliputi pelayanan kesehatan, dan
pelayanan persampahan.Jasa yang tidak termasuk jasa umum adalah jasa urusan
umum pemerintah.
b. Jasa Usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prisip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan
oleh sektor swasta. Jasa usaha antara lain meliputi penyewaan aset yang dimiliki/
dikuasai oleh pemerintah daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel
kendaraan, tempat penyucian mobil, dan penjualan bibit.
c. Perizinan Tertentu, pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah tidak harus
dipungut retribusi. Akan tetapi dalam melaksanakan fungsi tersebut, pemerintah
daerah mungkin masih mengalami kekurangan biaya yang tidak selalu dapat
dicukupi oleh sumber-sumber penerimaan daerah yang telah ditentukan sehingga
perizinan tertentu masih dipungut retribusi.
2.1.6 Perbedaan Pajak dan Retribusi
Menurut Suparmoko dalam Lilik Yunanto (2010), ada beberapa perbedaan
pajak dan retribusi yaitu, pajak biasanya harus dibayar oleh anggota masyarakat
sebagai suatu kewajiban hukum (berdasarkan pengesahan badan legislatif) tanpa
pertimbangan apakah secara pribadi mereka mendapat manfaat atau tidak dari
pelayanan yang mereka biayai. Retribusi di bayar langsung oleh mereka yang
menikmati suatu pelayanan dan biasanya dimaksudkan untuk menutup
seluruh/sebagian dari biaya pelayanannya.
24
Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pajak
merupakan
pungutan
yang
dilakukan
oleh
pemerintah
tidak
terdapat
kontraprestasi langsung yang dapat di tunjuk di samping itu terdapat unsur
paksaan yang bersifat yuridis yang maksudnya akan membawa akibat hukum,
bagi pelanggarnya. Pada retribusi terdapat adanya kontraprestasi langsung yang
dapat ditunjuk dan unsur paksaan lebih bersifat ekonomis sehingga pada
hakekatnya diserahkan pada pihak yang berkepentingan untuk membayarnya.
2.1.7Pajak Daerah
2.1.7.1 Pengertian Pajak Daerah
Pengertian Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu:
“Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Erly Suandi (2009) dalam buku “ Hukum Pajak” Pajak Daerah
adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang
pelaksanannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak Daerah diatur
dalam undang–undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Pajak Daerah yang diatur dalam undang–undang No.18 Tahun
1997 sebagaimana yang telah diubah dengan undang–undang No.34 Tahun 2004
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 4 jenis Pajak Daerah
Propinsi dan 7 jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota.
25
2.1.7.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah
Sesuai dengan pembagian administrasi daerah, menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah dapat digolongkan menjadi dua macam
yaitu:
1) Pajak Daerah Tingkat I atau Pajak Provinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaaan
kendaraan bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau perbuatan
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan,
atau pemasukan ke dalam badan usaha.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penggunaan bahan
bakar kendaraan bermotor.
d. Pajak Air Permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan.
e. Pajak Rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.
2) Pajak Daerah Tingkat II atau Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
26
b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan
sejenisnya termasuk jasa boga/catering.
c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah
semua jenis tontonan, pertunjukkan, permainan, dan/atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut bayaran.
d. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah
benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau
untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang
dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
e. Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan
mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau
permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral bukan logam dan batuan adalah
mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan
perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
g. Pajak Parkir, yaitu pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
27
bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak
bersifat sementara.
h. Pajak Air Tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
Air tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas perolehan hak
atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.
2.1.7.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah
Sistem pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang harus dibayar (pajak yang terhutang) oleh seseorang.
2) Semi self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang pada fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang
terhutang.
28
3) Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang penuh kepada setiap wajib pajak untuk menghitung, menyetorkan dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang.
4) Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang pada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang
terhutang. Pihak ketiga tersebut selanjutnya menyetor dan melaporkan kepada
fiskus.
2.1.8Syarat Pemungutan Pajak Daerah
Menurut Nurlan Darise (2006: 45-6) pemungutan pajak harus memenuhi
beberapa syarat, diantaranya :
a. Syarat Keadilan
Pemungutan pajak harus sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai
keadilanundang-undang dan pelaksanaan pemungutannya harus adil. Adil dalam
perundang-undangan artinya mengenakan pajak secara umum dan merata
sertadisesuaikan dengan kemampuan masing-masing wajib pajak. Sedangkan
adildalam pelaksanaan pemungutannya yakni dengan memberikan hak bagi
wajibpajak untuk mengajukan keberatan,penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada Majelis pertimbangan pajak.
b. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang. Hal ini
memberi jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara maupun
warganya.
29
c. Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak tidak sampai mengganggu perekonomian khususnya
padakegiatan perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuhan perekonomian
masyarakat.
d. Syarat Finansial
Pemungutan
pajak
harus
efisien
dan
didasarkan
pada
fungsi
budgeter,artinyabiaya pemungutan harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil
pemungutannya.
e. Syarat Sederhana
Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
2.1.9 Kriteria Pemungutan Pajak Daerah
Ada beberapa kriteria dalam pemungutan pajak daerah (Raksaka Mahi,
2005: 43-4) yaitu:
a. Kecukupan dan Elastisitas
Dalam kaitan dengan kecukupan, penerimaan suatu pajak harus
menghasilkanpenerimaan yang cukup besar sehingga diharapkan mampu
membiayai sebagianatau keseluruhan biaya pelayanan yang dikeluarkan. Secara
tidak langsung dapatdikatakan biaya pungut harus dapat ditutup dari hasil pungut
dan selisihnyadapat dipergunakan untuk membiayai pengeluaran publik. Ada 2
(dua) hal penting yang bisa yang menjadi syarat elastisitas.
1. Terdapatnya pertumbuhan potensi dari dasar pengenaan pajak itu
sendiri(basis pajak).
30
2. Kemudahan untuk menarik manfaat dari pertumbuhan pajak tersebut.
Sebagaicontoh, jika jumlah hotel meningkat, maka sudah selayaknya pajak
hotel juganaik. Namun demikian kenaikan itu tidak akan terasa apabila
sistem perpajakantidak dapat mengambil manfaat dari adanya peningkatan
jumlah hotel tersebut.
b. Pemerataan
Pemerataan mempunyai arti bahwa beban pengeluaran pemerintah daerah
haruslah dipikul oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan
dan kesanggupannya. Ada 3 (tiga) dimensi pemerataan, yaitu;
(i)
Pemerataan vertikal yang menghasilkan pajak progresif.
(ii)
Pemerataan horizontal,
(iii)
Pemerataan
geografis,
artinya
orang
tidak
seharusnya
membayarbeban pajak lebih hanya karena tinggal di daerah
tertentu.
c. Kelayakan Administrasi
Kelayakan administrasi bermakna bahwa berbagai jenis pajak di daerah
berbedabaik
dalam
jumlah maupun keputusan
yang diperlukan
dalam
administrasinya. Ada pajak tertentu yang memiliki tingkat kesulitan dalam
menghitungnya, namun ada jenis pajak yang mudah dihitung.
d. Kesepakatan politis
Keputusan
pembebanan
pajak
sangat
tergantung
kepekaan
masyarakat,pandangan masyarakat secara umum tentang pajak dan nilai – nilai
31
yang berlakudalam masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan kesepakatan bersama
dalampengambilan keputusan perpajakan.
e. Menghindari distorsi terhadap perekonomian
Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menimbulkan beban baik
bagikonsumen maupun produsen. Sehingga jangan sampai suatu pajak akan
menimbulkan beban tambahan yang berlebihan sehingga akan merugikan
masyarakat secara menyeluruh.
2.1.10 Strategi Pemungutan Pajak Daerah
Adapun dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah juga harus
memperhatikan beberapa strategi (Mardiasmo dan Makhfatih, 2000: 2) yaitu:
a. Jenis pajak sedikit mungkin
b. Potensi dan hasilnya besar
c. Administrasinya sederhana
d. Biaya pemungutannya murah
e. Tarif ditentukan dengan prosentase (advelerem)
f. Dasar Pajak (tax base) ditentukan oleh Peraturan Bupati
2.1.11Kendala Pemungutan Pajak Daerah
Merupakan tugas negara dalam pemungutan dan pengelolaan uang pajak
demi pengelolaan dan pembiayaan tugas-tugas negara, sehingga negara bisa
memaksa warganya untuk melakukan pembayaran pajak yang telah diatur dalam
Undang-Undang, akan tetapi bagi petugas pajak daerah dalam hal pemungutan
pajak tidak semudah yang diamanahkan oleh undang-undang. Seringkali petugas
pajak daerah menjumpai kendala yang melemahkan dalam pemungutan pajak
32
daerah. Menurut Yasmin Lisasih (2011) dalam Lilik Yunanto (2015), beberapa
kendala dalam pemungutan pajak daerah adalah sebagai berikut :
1. Realisasi pengawasan peraturan daerah tentang pajak daerah relatif lemah.
Ketentuan UU Nomor 34 Tahun 2000 mengamanatkan bahwa peraturan
daerah tentang pajak dan restribusi yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah harus disampaikan kepada pemerintah pusat, yaitu ke Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 15 (lima belas) hari
sejak ditetapkan. Akan tetapi., tidak semua provinsi dan kabupaten/kota
menyampaikan peraturan daerah ke pemerintah pusat, masih banyak
provinsi dan kabupaten/kota yang tidak memperhatikan amanat dalam
ketentuan undang-undang tersebut. Kurangnya kesadaran Provinsi maupun
kabupaten/kota dalam memenuhi amanat undang-undang tersebut pastinya
melemahkan pemungutan pajak daerah, dengan tidak adanya penyampaian
peraturan daerah tersebut dapat terjadi kemungkinan terbitnya peraturan
daerah yang di kemudian hari ternyata bermasalah karena kepentingan
umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2.
Sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat dalam pengawasan pemungutan
pajak daerah. Semua aktivitas pelaksanaan pemerintahan di daerah tetap
diperlukan adanya suatu sistem pengawasan dari pemerintah pusat namun
pengawasan hendaknya tidak lagi menyisakan celah bagi pemerintah pusat
untuk
menerapkan
sentralisasi
kekuasaan
yang
nantinya
dapatmenimbulkan konflik antarpusat dan daerah atau antar provinsi dan
kabupaten/kota, karena jika demikian makna otonomi daerah menjadi
33
kabur. Pengawasan oleh pemerintah pusat yang terlalu ketat dapat
melemahkan pemungutan pajak dikarenakan dengan adanya pengawasan
Pemerintah Pusat yang terlalu ketat dapat membatasi keleluasaan
pemerintah dan masyarakat daerah sehingga pemerintah daerah tidak dapat
mandiri dalam mengelola aspek kehidupannya sesuai dengan aspirasi, rasa
keadilan dan budaya masing-masing.
3. Kurang siapnya daerah dalam menangani sengketa pajak. Permasalahan
yang timbul dalam sengketa pajak pada umumnya ialah bagaimana
menentukan jenis pajak daerah yang tepat dikenakan (langsung atau tidak
langsung), kepada siapa dan di tingkat pemerintahan mana (kabupaten atau
kota). Sengketa pajak sebagai sengketa yang timbul dalam bidang
perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dan pejabat pajak
yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat
diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasar undang-undang penagihan pajak dengan
surat paksa. Adanya sengketa pajak tersebut baik sengketa regulasi,
sengketa ketetapan pajak maupun sengketa pelaksanaan penagihan pajak
secara otomatis melemahkan pemungutan pajak.
4. Pemberian perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum yang
kurang atau tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya.
5. Kurangnya pembinaan terhadap seluruh perangkat dinas.
34
6. Kurangnya kemampuan untuk mendengar, menanggapi dan mencari solusi
dari keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata, penganalisis data,
perhitungan, penerbitan SKPD, ataupun penagihan.
7. Belum dapat diterapkannya sistem self assessment system dalam
pemungutan pajak daerah.
2.1.12 Pajak Hotel
2.1.12.1 Pengertian Pajak Hotel
Berdasarkan Peraturan Daerah kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010
tentang Pajak Daerah yang dimaksud pajak hotel adalah pajak atas pelayanan
yang disediakan oleh hotel. fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh).
Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Pajak Hotel, hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang
untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya
dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan
di miliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
usaha hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain
yang menjadi tanggungannya.
35
2.1.12.2Objek Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan
pembayaran, termasuk:
a. fasilitas penginapan dan fasilitas tinggal jangka pendek, termasuk gubuk
pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel), losmen,
bungalow dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 10
(sepuluh) atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan;
b. pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal
jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan termasuk
telepon, faksimil, telex, foto copy, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan
lainnya yang disediakan atau dikelola hotel;
c. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan
untuk umum termasuk pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf,
karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau dikelola hotel;
d. jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel;
Dikecualikan dari objek pajakhoteladalah :
a. penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/atau fasilitas tempat tinggal
lainnya yang tidak menyatu dengan hotel;
b. pelayanan tinggal di asrama dan Pondok Pesantren;
c. fasilitas olah raga dan hiburan yang di sediakan di hotel yang dipergunakan
oleh bukan untuk tamu hotel dengan pembayaran;
d. pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang di pergunakan oleh umum di
hotel;
36
e. pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat
dimanfaatkan oleh umum;
f. pelayanan yang disediakan dihotel terhadap Duta Besar dan Staf Konsulat
Jenderal.
2.1.12.3Subjek Pajak Hotel dan Wajib Pajak Hotel
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran
kepada
orang
pribadi
atau
badan
yang
mengusahakan
hotel.Sedangkan wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel.
2.1.12.4Tarif, Dasar Pengenaan dan Perhitungan Pajak Hotel
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel.
Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Besaran pokok
pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebesar 10%
dengan jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.
Pengusaha hotel harus menambahkan pajak hotel atas pembayaran pelayanan di
hotel dengan menggunakan tarif pajak 10%.Dalam hal pengusaha hotel tidak
menambahkan pajak sebagaimana diatas, jumlah pembayaran telah termasuk
pajak hotel.Pajak hotel yang terutang dipungut di daerah.
2.1.12.5 Masa Pajak dan Saat Pajak terutang
Masa pajak menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Perpajakan adalah jangka waktu yang menjadi dasar
bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang
37
terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan).
Dalam hal masa pajak hotel ini, masa Pajak adalah 1 (satu) bulan takwim,
atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Peraturan Walikota Tangerang.Pajak
terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada hotel.
2.1.13Pajak Restoran
2.1.13.1 Pengertian Pajak Restoran
Untuk menyelenggarakan pemerintahan, daerah berhak mengenakan
pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu
perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat,
seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan undangundang. Dengan demikian, pemungutan pajak restoran harus didasarkan pada
Peraturan Daerah.
Peraturan Daerah tentang pajak restoran memberikan kepastian hukum
mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan cara pemungutan pajak.
Selain itu, sanksi dan hukuman bagi setiap pelanggaran pajak juga diatur dalam
Peraturan Daerah tersebut.Akumulasi pemungutan pajak restoran merupakan
Pendapatan Asli Daerah yang sangat bermanfaat untuk membiayai pembangunan
di daerah.
Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2010 tentang
Pajak Daerah, pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang
38
disediakan oleh restoran. Yang dimaksud dengan restoran adalah fasilitas
penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup
juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/catering.
2.1.13.2 Objek Pajak Restoran
Menurut Peraturan Daerah Kota TangerangNomor 7 Tahun 2010 tentang
Pajak Daerah, objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud adalah
meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh
pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.
2.1.13.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran
Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Pajak Daerah, subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang
membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Sedangkan wajib pajak
restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan rrestoran. Setiap
wajib pajak restoran sebagaimana dimaksud di atas harus memiliki perijinan yang
terkait dengan usaha restoran dari Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.
2.1.13.4 Tarif, Dasar Pengenaan dan Perhitungan Pajak Restoran
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 tarif
Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).Dasar pengenaan pajak
restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima
restoran.
39
(1)Besaran pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif 10% dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Perda
tersebut.
(2)Pengusaha restoran harus menambahkan pajak restoran atas pembayaran
pelayanan di restoran dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku.
(3)Dalam hal pengusaha restoran tidak menambahkan pajak restoran sebagaimana
dimaksud pada poin (2), maka jumlah pembayaran yang digunakan sebagai dasar
pengenaan Pajak Restoran.
2.1.13.5Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang
Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 masa
pajak restoran adalah 1 (satu) bulan kalender.Saat pajak terutang adalah pada saat
pembayaran atas pelayanan di restoran.Pajak restoran yang terutang dipungut di
wilayah daerah tempat restoran berlokasi. Tata cara pengelolaan pajak restoran
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
2.1.14 Pajak Reklame
2.1.14.1 Pengertian Pajak Reklame
Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan
27 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah :
“Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.”
Beberapa terminologi dalam pemungutan pajak reklame (Siahaan, 2013:382383) yaitu sebagai berikut:
1.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan
corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
40
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,
orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau
dinikmati oleh umum.
2.
Penyelenggaraan reklame adalah orang atau badan yang menyelenggarakan
reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak
lain yang menjadi tanggungannya.
3.
Perusahaan jasa periklanan/biro reklame adalah badan yang bergerak di
bidang periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4.
Panggung reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan reklame yang
ditetapkan untuk suatu atau beberapa buah reklame.
5.
Jalan umum adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,
meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
6.
Izin adalah izin penyelenggaraan reklame yang terdiri dari izin tetap dan izin
terbatas.
7.
Surat Permohonan Penyelenggaraan Reklame yang selanjutnya disingkat
SPPR adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk mengajukan
permohonan penyelenggaraan reklame dan mendaftarkan identitas pemilik
data reklame sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang.
8.
Surat Kuasa Untuk Menyetor yang selanjutnya disingkat SKUM adalah nota
perhitungan besarnya pajak reklame yang harus dibayar oleh wajib pajak
yang berfungsi sebagai ketetapan pajak.
41
2.1.14.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame
Pemungutan Pajak Reklame di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar
hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak
yang terkait. Dasar pemungutan pajak reklame pada suatu kabupaten atau kota
(Siahaan, 2013:383) adalah sebagai berikut.
1.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
2.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
4.
Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Reklame.
5.
Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Reklame sebagai
aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Reklame pada
kabupaten/kota dimaksud.
2.1.14.3Objek Pajak Reklame
1. Objek Pajak Reklame
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan
reklame.Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame
atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak
reklame adalah sebagaimana disebut dibawah ini :
42
a. Reklame papan/billboard; yaitu reklame yang terbuat dari papan, kayu,
termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau digantungkan
atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan
sebagainya baik bersinar maupun yang disinari.
b. Reklame megatron/videotron/Large Electronic Display ( LED ),yaitu
reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame
atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat
berubah–ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik.
c. Reklame kain, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan bahan kain,
termasuk kertas, plastic, karet, atau bahan lain yang sejenis dengan itu.
d. Reklame melekat, yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang, digantungkan pada
suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per lembar.
e. Reklame selebaran, yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta
dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, atau
digantungkan pada suatu benda lain.
f. Reklame
berjalan,
termasuk
pada
kendaraan,
yaitu
reklame
yangditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan
dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.
g. Reklame udara, yaitu reklame yang diselenggarakan di udara dengan
menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis.
43
h. Reklame suara, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan
kata–kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau
perantaraan alat.
i. Reklame film/slide, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan–bahan yang
sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar
atau benda lain yang ada diruangan.
j. Reklame peragaan, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara
memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.
2. Bukan Objek Pajak Reklame
Adapun yang tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame menurut
Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerahadalah sebagai berikut:
a.
penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta
mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;
b.
label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang
berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
c.
nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan
tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang
mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
d.
reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah;dan
44
e.
penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah,
misalnya penyelenggaraan reklame yang diadakan khusus untuk kegiatan
sosial, pendidikan, keagamaan dan politik tanpa sponsor.
2.1.14.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame
Marihot Pahala Siahaan dalam bukunya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (
2010 ) berdasarkan Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa pada pajak reklame yang menjadi
subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.
Sementara
itu,
wajib
pajak
adalah
orang
pribadi
atau
badan
yang
menyelenggarakan reklame.Jika reklame diselenggarakan sendiri secara langsung
oleh orang pribadi atau badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau
badan tersebut.apabila reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, misalnya
perusahaan jasa periklanan, pihak ketiga tersebut menjadi wajib pajak reklame.
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajak dapat diwakili oleh
pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang–undang dan peraturan daerah
tentang pajak reklame.Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan
atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib
pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajaknnya.
2.1.14.5 Dasar Pengenaan Pajak Reklame
Berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 48 Tahun 2014 Nilai
Sewa Reklame ( NSR ) adalah ukuran nilai biaya yang dijadikan sebagai dasar
45
pengenaan pajak reklame yang merupakan penjumlahan Nilai Jual Objek Pajak
Reklame ( NJOPR ) dengan Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR ).
Nilai Sewa Reklame ( NSR ) = Nilai Jual Objek Pajak Reklame ( NJOPR ) +
Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR )
Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, NSR ditetapkan
berdasarkan nilai kontrak reklame.Sedangkan apabila reklame diselenggarakan
sendiri, NSR dihitung dengan memerhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan,
lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran
media reklame.Dalam hal NSR tidak diketahui dan atau dianggap tidak wajar,
NSR ditetapkan dengan menggunakan faktor–faktor tersebut diatas.
2.1.14.6Tarif Pajak Reklame
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010
tentang Pajak Daerah besarnya tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25% ( dua
puluh lima persen ).
2.1.14.7 Perhitungan Pajak Reklame
Besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif 25% dengan hasil penjumlahan Nilai Jual Objek Pajak Reklame
(NJOPR) dan Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR) sebagaimana yang
diatur didalam Peraturan Walikota Tangerang Nomor 48 Tahun 2014.
Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak X Nilai Sewa Reklame
46
2.1.14.8
Masa Pajak Reklame
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim.
2.1.15 Pajak Parkir
2.1.15.1 Pengertian Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut pajak atas penyelenggaraan
tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor.
2.1.15.2 Objek Pajak Parkir dan Subjek Pajak Parkir
1. Objek Pajak Parkir
Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
2. Bukan Objek Pajak Parkir
a. penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah dan pemerintah daerah;
b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk
karyawannya sendiri; dan
c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik.
Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
parkir kendaraan bermotor sedangkan wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
47
2.1.15.3 Dasar Pengenaan, Tarif, Besaran dan Masa Pajak Parkir
Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir.
Tarif pajak parkir ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).
Besaran pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
25% dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud diatas. Pajak parkir
yang terutang dipungut di daerah.
Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan
takwim.Pajak terutang dalam masa pajak terjadi sejak penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor.
2.1.16 Efektivitas
Efektivitas menurut Sondang P.Siagian (2001:24) adalah:
“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu memiliki
keterkaitan erat antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya
dicapai. Efektivitas merupakan suatu pengukur keberhasilan terhadap organisasi
dalam pencapaian tujuannya. Organisasi tersebut dikatakan efektif apabila telah
berhasil mencapai apa yang diharapkan.
Abdul
Halim
(2008:234)dalam
Lilik
Yunanto
(2015)menjelaskan
mengukur efektivitas secara lebih rinci digunakan kriteria berdasarkan keputusan
48
Menteri Perdagangan Dalam Negeri No.690.900.327 Tahun 1994 tentang
pedoman penilaian dan kinerja keuangan yang disusun dalam tabel 2.1 dibawah
ini :
Tabel 2.1
Rasio Efektivitas
Rasio Efektivitas
Kriteria
(100%)
>100%
Sangat Efektif
90% - 100%
Efektif
80% - 90%
Cukup Efektif
60% - 80%
Kurang Efektif
< 60%
Tidak Efektif
Sumber: Menteri Perdagangan Dalam Negeri No.690.900.327. tahun 1994
2.1.17 Kontribusi
Kontribusi
berasal
dari
bahasa
inggris
yaitu
contribute,
contribution,maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri
maupunsumbangan.Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau
tindakan. Hal yangbersifat materi misalnya seorang individu memberikan
pinjaman terhadap pihaklain demi kebaikan bersama.
Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaituberupa perilaku yang
dilakukan oleh individu yang kemudian memberikandampak baik positif maupun
negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh,seseorang melakukan kerja bakti di
daerah rumahnya demi menciptakan suasanaasri di daerah tempat ia tinggal
sehingga memberikan dampak positif bagipenduduk maupun pendatang.
49
Dengan
kontribusi
berarti
individu
tersebut
juga
berusaha
meningkatkanefisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara
menajamkanposisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang spesialis, agar
lebih tepatsesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai
bidangyaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya
(AnneAhira:2012).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah
sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi (T.Guritno 1992: 76) kontribusi
adalah segala sesuatu yang diberikan secara bersama sama dengan pihak lain
untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi
disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh Pendapatan Asli
Daerah terhadap besarnya Belanja Pembangunan Daerah.
Pengertian kontribusi menurut kamus ilmiah populer, Dany H. (2006:264)
”Kontribusidiartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Sementara
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan: “Sebagai uang iuran pada
perkumpulan,sumbangan”.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi merupakan suatu
sumbangsih yang diberikan oleh suatu sistem pajak maupun retribusi yang
dipergunakan untuk melaksanakan pemerintahan dan pembangunan yang
berkelanjutan.
2.2Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengacu pada beberapa
penelitian-penelitian sebelumnya yang akan dijadikan pembanding dalam
50
mengembangkan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
Putu Intan Yuliartini dan Ni Luh Supadmi (2015), penelitian ini bejudul
efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran pada pemerintah daerah kota
Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas
pemungutan pajak hotel dan restoran dan kontribusinya pada PAD Kota
Denpasar.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Observasi
nonpartisipan.Variabel dalam penelitian ini adalah rasio efektivitas dan analisis
kontribusi.Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif.
Berdasarkan hasil analisis, rata-rata efektivitas pemungutan pajak hotel dan
restoran di Kota Denpasar tahun 2009-2013 sebesar 113,54 persen dengan
kategori sangat efektif dan rata-rata kontribusi pemungutan pajak hotel dan
restoran pada PAD kota Denpasar pada tahun 2009-2013 sebesar 32,27 persen
dengan kategori cukup baik.
Garry A.G. Dotulong, David P.E. Saerang dan Agus T. Poputra (2014),
penelitian ini berjudul analisis potensi penerimaan dan efektivitas pajak restoran
di kabupaten Minahasa Utara. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis
potensi penerimaan pajak restoran danefektivitas pajak restoran di Kabupaten
Minahasa Utara selama tahun 2010 hingga tahun 2012.Untuk mengetahui potensi
penerimaan dan efektivitas dibutuhkan suatu data penelitian yang menggunakan
runtun waktu. Penelitian dengan menggunakan runtun waktu akan membantu
melihat bagaimana kinerja dari penerimaan Pajak Restoran. Model analisis yang
digunakan yaitu analisis perhitungan potensi penerimaan yang didasarkan pada
51
jumlah wajib pajak restoran perhitungan efektivitas pajak restoran yang
didasarkan pada realisasi penerimaan dan potensi penerimaan Pajak Restoran.
Hasil perhitungan potensi penerimaan Pajak Restoran menunjukkan bahwa
potensi Pajak Restoran di kabupaten Minahasa Utara belum tercapai secara
optimal. Potensi Rumah Makan memiliki potensi penerimaan Pajak Restoran
paling besar. Efektivitas Pajak Restoran menunjukkan bahwa pemungutan dan
pengelolaan Pajak Restoran belum efektif.
Hasannudin (2015) dengan penelitian berjudul analisis efektivitas dan
kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap penerimaan pendapatan asli
daerahdi provinsi Maluku Utara. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak kendaraan bermotor
terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Data yang telah diolah kemudian
dianalisis denganmenggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor diprovinsi maluku
utara efektif. Sementara kontribusi pajak kendaraan bermotorterhadap penerimaan
PAD adalah kurang baik. Disisi lain efektivitas dan kontribusi pajak kendaraan
bermotor terhadap PAD menunjukan tren yang menurun. Hal ini menunjukan
bahwa Dinas Pendapatan dan pengelolaan aset daerah provinsi Maluku Utara
sudah baik dalam mengelola penerimaan pajak kendaraan bermotor namun belum
serius dalam mengoptimalkan potensi penerimaan pajaknya.
Nio anggun sripradita, Topowijono dan Achmad husaini (2014), dengan
penelitian yang berjudul analisis efektivitas penerimaan pajak reklame dalam
upaya peningkatan pendapatan asli daerah. Penelitian dilakukan di wilayah Dinas
52
Pendapatan Daerah Kabupaten Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui laju pertumbuhan dan efektivitas pajak reklame & PAD serta
kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah & kontribusi pajak reklame
terhadap pendapatan asli daerah. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif sedangkan data yang digunakan berupa
data kuantitatif yaitu berasal dari Laporan Target dan Realisasi Penerimaan
Pendapatan Daerah tahun anggaran 2008-2012 pada Dinas Pendapatan Daerah.
Hasil dari penelitian ini yaitu pajak reklame di Kabupaten Kediri memiliki potensi
yang cukup besar dibandingkan jenis pajak daerah lainnya. Rata-rata efektivitas
penerimaan pajak reklame sebesar 111,02% dan rata-rata efektivitas PAD periode
2008-2012 sebesar 125,07%. Rata-rata kontribusi pajak reklame terhadap pajak
daerah pada periode 2008-2012 yaitu sebesar 3,12% dan kontribusi pajak reklame
terhadap PAD periode tahun 2008-2012 sebesar 1,65%.
Alfan A. Lamia, David P.E. Saerang, Heince R.N Wokas penelitiannya
berjudul “analisis efektifitas dan kontribusi pemungutan pajak restoran, pajak
reklame, dan pajak penerangan jalan pada pendapatan asli daerah kabupaten
Minahasa Utara”. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
menganalisis data realisasi pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan
jalan dari tahun 2010-2014. Hasil penelitian secara keseluruhan tingkat efektivitas
penerimaan pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan pada tahun
2010-2014 sangat efektif. Penerimaan pajak restoran, pajak reklame, dan pajak
penerangan jalan pada tahun 2010-2014 memberikan kontribusi yang baik
terhadap PAD.
53
Tabel 2.2
Penelitian terdahulu
Peneliti
Judul
Metodologi
penelitian
penelitian
PutuIntan
Efektivitas
Teknik analisis data
Yuliartini dan pemungutan
dalam penelitian ini
Ni
Luh pajak
hotel adalah
analisis
Supadmi
dan restoran kuantitatif
(2015)
pada
sedangkan Metode
pemerintah
pengumpulan data
daerah
kota dalam penelitian ini
Denpasar
adalah
Observasi
nonpartisipan
Garry
A.G.
Dotulong,
David
P.E.
Saerang dan
Agus
T.
Poputra
(2014)
Analisis
potensi
penerimaan
dan efektivitas
pajak restoran
di kabupaten
Minahasa
Utara.
jenis
penelitian
dalam penelitian ini
adalah
deskriptif.Penelitian
yang
dilakukan
untuk mengetahui
nilai
variabel
mandiri, baik satu
variabel atau lebih
(independen) tanpa
membuat
perbandingan atau
menghubungkan
dengan
variabel
lain.
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
kuantitatif,penelitian
dengan memperoleh
data yang berbentuk
angka atau data
kualitatif
yang
diangkakan.
Hasil penelitian
rata-rata
efektivitas
pemungutan pajak hotel
dan restoran di Kota
Denpasar tahun 20092013 sebesar 113,54
persen dengan kategori
sangat efektif dan ratarata
kontribusi
pemungutan pajak hotel
dan restoran pada PAD
kota Denpasar pada
tahun 2009-2013 sebesar
32,27 persen dengan
kategori cukup baik
potensi Pajak Restoran
di
Kabupaten
Minahasa
Utara belum tercapai
secara optimal. Potensi
Rumah Makan memiliki
potensi
penerimaan
Pajak
Restoran paling besar.
Efektivitas
Pajak
Restoran menunjukkan
bahwa pemungutan
dan pengelolaan Pajak
Restoran belum efektif.
54
Peneliti
Hasannudin
(2015)
Judul
Penelitian
analisis
efektivitas dan
kontribusi
pajak
kendaraan
bermotor
terhadap
penerimaan
pendapatan
asli daerah di
provinsi
Maluku Utara.
Metodologi
Penelitian
Metode
Analisis
data yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah
menggunakan
metode
analisisdeskriptif
kualitatif.
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
penerimaan
pajak
kendaraan
bermotor
diprovinsi maluku utara
efektif.
Sementara
kontribusi
pajak
kendaraan
bermotorterhadap
penerimaan PAD adalah
kurang baik. Disisi lain
efektivitas
dan
kontribusi
pajak
kendaraanbermotor
terhadap
PAD
menunjukan tren yang
menurun.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
dinas Pendapatan dan
pengelolaan aset daerah
provinsi maluku utara
sudah
baik
dalam
mengelola penerimaan
pajak
kendaraan
bermotor namun belum
serius
dalam
mengoptimalkan potensi
penerimaan pajaknya.
Nio
anggun Analisis
Metode penelitian
Tingkat efektivitas
sripradita,
efektivitas
yang digunakan
penerimaan pajak
Topowijono
penerimaan
dalam penelitian ini reklame 5 tahun periode
dan Achmad pajak reklame adalah metode
2008-2012 adalah
husaini (2014) dalam upaya deskriptif sedangkan 120,14%, 116,88%,
peningkatan
data yang digunakan 104,84%, 120,15%dan
pendapatan
berupa data
100,39%. Rata-rata
asli daerah.
kuantitatif yaitu
efektivitas penerimaan
berasal dari Laporan pajak reklame periode
Target dan Realisasi 2008-2012. Hal ini
Penerimaan
membuktikan bahwa
Pendapatan Daerah pemerintah Kabupaten
tahun Anggaran
Kediri telah melakukan
2008-2012 pada
pemungutan pajak
Dinas Pendapatan
reklame dengan efektif.
Daerah.
55
Peneliti
Alfan
A.
Lamia, David
P.E. Saerang,
Heince R.N
Wokas
Judul
Penelitian
Analisis
efektifitas dan
kontribusi
pemungutan
pajak restoran,
pajak reklame,
dan
pajak
penerangan
jalan
pada
PAD
kabupaten
Minahasa
Utara
Metodologi
Penelitian
Metode analisis
yang digunakan
adalah metode
deskriptif yaitu
menganalisis data
realisasi pajak
restoran, pajak
reklame, dan pajak
penerangan jalan
dari tahun 20102014.
Hasil Penelitian
Tingkat efektivitas
penerimaan pajak
restoran,pajak
reklamedan pajak
penerangan jalan pada
tahun 2010-2014
sangatefektif.Penerimaan
pajak restoran,pajak
reklamedan pajak
penerangan jalantahun
2010-2014 memberikan
kontribusi yang baik
terhadap PAD
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini menjabarkan klasifikasi permasalahan untuk melihat
seberapa besar pertumbuhan pajak restoran, efektivitas pajak restoran dan
kontribusi pajak tersebut terhadap PAD di Kota Tangerang.
Gambar 2.1
Terjadi rata-rata peningkatan
realisasi penerimaan pajak
daerah
Kontribusi
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Hotel, PajakRestoran,
Pajak Reklame, Pajak Parkir
Target Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak
Reklame, Pajak Parkir
Realisasi Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak
Reklame, Pajak Parkir
Efektivitas
56
Keterangan:
Dalam beberapa tahun terakhir di kota Tangerang penerimaan pajak
daerah rata-rata mengalami peningkatan realisasi yang akan berdampak positif
pada penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang pada akhirnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan belanja daerah beberapa diantaranya dari pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
kota Tangerang menghitung target dan realisasi pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir. Apabila target pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir dapat direalisasikan dengan jumlah nominal hampir
sama dengan realisasi pendapatan hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak
parkir maka pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir tersebut
telah efektif pemungutannya.
Dengan efektifnya pengelolaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame
dan pajak parkir maka dihasilkan pendapatan pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir yang maksimal, dimana diharapkan memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap pajak daerah. Sehingga pendapatan asli daerah
dapat ditingkatkan dan dapat membiayai pembangunan daerah secara maksimal.
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif.
Menurut Arikunto (2002:17) dalam ArifSuciadi R (2014) pada dasarnya
penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah
penelitiannya tidak perlu adanya hipotesis.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sedangkan analisis kuantitatif
adalah metode analisis dengan melakukan perhitungan terhadap data data yang
bersifat pembuktian dari masalah sehingga metode deskriptif kuantitatif adalah
metode penelitian melalui langkah-langkah yang memaparkan atau menjelaskan
data melalui angka-angka.
Dalam penelitian ini, penelitian hanya terbatas pada prosentase yang di
dapat dari data kuantitatif yang berkaitan dengan penerimaan pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir di kota Tangerang. Selanjutnya dari hasil
perhitungan prosentase tersebut, penulis menggunakan pemikiran logis untuk
menggambarkan dan menjelaskan secara mendalam serta sistematis tentang
keadaan yang sebenarnya, kemudian ditarik suatu kesimpulan sehingga dapat
diperoleh suatu penyelesaian atas permasalahan yang penulis teliti.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas PengelolaanKeuangan Daerah (DPKD)
kota Tangerang. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang perpajakan.
58
58
Sedangkan objek analisis dalam penelitian ini adalah penerimaan,
efektivitas dan kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak
parkir pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Tangerang, provinsi Banten
dimana kurun waktu penelitan ini adalah periode 2010–2014.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa
daftar rincian penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak
parkir dan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Tangerang dari tahun
2010-2014. Di sisi lain, data kualitatif berupa profil daerah, visi dan misi, undangundang pajak daerah dan praturan daerah kota Tangerang.
Sumber data yang diperoleh untuk menjadi bahan analisis adalah data
sekunder yangdiperoleh dari dokumen Dinas Pengelolaan KeuanganDaerah kota
Tangerang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang
sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
tertentu (Arif Suciadi:2014). Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dokumentasi dan studi pustaka.
a) Dokumentasi
Menurut J.Supranto (1999) dalam Arif Suciadi (2014) dokumentasi adalah
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi bukubukuyang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan dan data yang relevan
dengan penelitian.
59
Dokumentasi dilakukan dengan mengadakan penelaahan dan pencatatan
dokumen-dokumen tertulis instansi.
Dokumen yang dimaksud disini adalah dokumen yang ada di Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah kota Tangerang tentang penerimaan pajak hotel,
pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir dan Pendapatan Asli Daerah tahun
2010-2014.
b) Studi Pustaka
Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca
literatur, arsip, dan buku-buku (J.Supranto,1999:47) dalam Arif Suciadi (2014).
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dipublikasikan
oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah kota Tangerang.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan
metode
analisis
deskriptif,
dimana
peneliti
berusaha
menggambarkan kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk
uraian kalimat dan data angka berdasarkan informasi-informasi yang berhubungan
langsung dengan penelitian ini. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan
guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan
(Alfan:2015).
3.6 Definisi dan Pengukuran Variabel
1.
Analisis Efektivitas
Mahmudi (2010:143) dalam Alfan (2015)menyatakan bahwa efektivitas
merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus
60
dicapai. Untuk menganalisis tingkat efektivitas dari pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir maka peneliti menggunakan rumus :
1. Efektivitas Pajak Hotel
Realisasi Pajak Hotel
Efektivitas =
X 100%
Target Pajak Hotel
2. Efektivitas Pajak Restoran
Realisasi Pajak Restoran
Efektivitas =
X 100%
Target Pajak Restoran
3. Efektivitas Pajak Reklame
Efektivitas =
Realisasi Pajak Reklame
X 100%
Target Pajak Reklame
4. Efektivitas Pajak Parkir
Realisasi Pajak Parkir
Efektivitas =
X 100%
Target Pajak Parkir
Perhitungan efektivitas apabila menunjukkan hasil prosentase yang
semakin besar dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir semakin efektif, demikian pula sebaliknya
semakin kecil presentase hasilnya menunjukkan pemungutan pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir semakin tidak efektif.
61
Tabel 3.1
Kriteria Efektivitas
Persentase Efektivitas
Keterangan
>100%
Sangat Efektif
90–100%
Efektif
80–90%
Cukup Efektif
60–80%
Kurang Efektif
< 60 %
Tidak Efektif
Sumber :Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 (Rima Adelina, 2012)
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa apabila persentase yang dicapai
lebih dari 100% berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang dari 60%
berarti tidak efektif.
2. Analisis Kontribusi
Menurut kamus ekonomi (T Guritno 1997:76) dalam Hasannudin (2015)
kontribusi adalah sesuatu yang diberikanbersama-sama dengan pihak lain untuk
tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama.
Analisis kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak
parkir adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir pada PendapatanAsli Daerah. Rumus yang
digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut:
Analisis kontribusi pajak hotel =
Realisasi pajak hotel X 100%
Realisasi PAD
62
Analisis kontribusi pajak restoran = Realisasi pajak restoran
X 100%
Realisasi PAD
Analisis kontribusi pajak reklame = Realisasi pajak reklame
X 100%
Realisasi PAD
Analisis kontribusi pajak parkir =
Realisasi pajak parkir
X 100%
Realisasi PAD
Sumber : Mourin(2013) dalam Putu Intan (2015)
Dengan analisis ini penulis akan mengetahui seberapa besar kontribusi
pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir terhadap penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Tangerang.
Kontribusi dapat dikategorikan dalam kategori sangat baik apabila rasio
menunjukkan angka >50 persen. Kriteria kontribusi di sajikan pada tabel dibawah
ini:
Tabel 3.2
Kriteria Kontribusi
Kontribusi (%)
Kriteria Kontribusi
>50
Sangat Baik
40,10-50,00
Baik
30,10-40,00
Cukup Baik
20,10-30,00
Sedang
10,00-20,00
Kurang Baik
<10
Sangat Kurang
Sumber: Tim Litbang Depdagri Fisiopol UGM (Putu Intan :2015).
63
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Tangerang
Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang, merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Tangerang. Daerah ini berfungsi sebagai salah satu daerah penyangga
Ibukota Negara DKI Jakarta dan memiliki letak yang strategis karena berada di
antara DKI Jakarta, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Kondisi
ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang
Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), dan diatur pula
dalam Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur.
Kota Tangerang memiliki motto seperti yang tercantum dalam lambang
daerahnya yaitu “Bhakti Karya Adhi Kertaraharja” yang memiliki arti sebagai
semangat pengabdian dalam bentuk karya pembangunan untuk kebesaran negeri
dan kemakmuran serta kesejahteraan wilayah. Kota Tangerang berada pada posisi
yang strategis sehingga menjadikan perkembangan kota Tangerang berjalan
dengan pesat. Pada satu sisi, menjadi daerah limpahan dari berbagai kegiatan
dikota Jakarta, di sisi lainnya kota Tangerang menjadi daerah kolektor
pengembangan wilayah kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya
alam yang produktif.
64
64
Pesatnya perkembangan kota Tangerang, didukung pula dari tersedianya
system jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta
aksesibilitas dan konektivitas berskala nasional dan internasional yang baik
sebagaimana tercermin dari keberadaan Bandara International Soekarno-Hatta,
Pelabuhan Internasional Tanjung Priok, serta pelabuhan Bojonegara sebagai
gerbang maupun outlet nasional. Dengan adanya Bandara Internasional SoekarnoHatta hal ini merupakan melambangkan semangat pacu dalam mencapai cita-cita
Pembangunan yang luhur sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara Republik
Indonesia. Kedudukan geostrategis kota Tangerang tersebut telah mendorong
bertumbuh kembangnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang merupakan
basis perekonomian kota Tangerang yang ditandai dengan semakin pesatnya
pertumbuhan sektor perindustrian saat ini.
4.1.2 Visi Kota Tangerang
Visi pembangunan daerah kota Tangerang tahun 2014-2018 berdasarkan
visi Walikotadan Wakil Walikota Tangerang terpilih adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju, Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera,
dengan Masyarakat yang Berakhlakul Karimah”.
65
Penjelasan dari Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Penjelasan Visi Kota Tangerang
Visi
Terwujudnya Kota
Tangerang yang Maju,
Mandiri, Dinamis, dan
Sejahtera,dengan
masyarakat yang
Berakhlakul Karimah
Pokok Visi
Penjelasan Visi
Terwujudnya Kota
Tangerang yang Maju
Terwujudnya Kota
Tangerang yang maju
dalam berbagai hal, melalui
pemberian pelayanan
terbaik dalam memenuhi
kebutuhan dasar
masyarakat seperti
pendidikan dan kesehatan,
serta pembangunan tata
kelola perkotaan yang
berorientasi lingkungan.
Terwujudnya Kota
Tangerang yang
Mandiri
Terwujudnya Kota
Tangerang yang mandiri,
melalui
pembangunan yang
dilakukan dengan
memaksimalkan
segenap potensi daerah
yang dimiliki untuk
mendorong
tumbuhnya rasa percaya
diri dalam diri segenap
masyarakat dan seluruh
stakeholder untuk
bersamasama
dan ikut bertanggung jawab
dalam kelangsungan
pelaksanaan pembangunan
daerah
Terwujudnya Kota
Tangerang yang dinamis
yaitu
kehidupan yang
berkesinambungan dengan
mengikuti era
perkembangan zaman
dengan tetap menjaga
Terwujudnya Kota
Tangerang yang
Dinamis
66
mencerminkan kehidupan
masyarakat KotaTangerang
yang meskipun berbeda
latar belakang etnis dan
budaya, namun memiliki
semangat kebersamaan dan
nasionalisme berbasis
kedaerahan, tenggang rasa
dan tanggung jawab, sikap
toleransi yang universal,
dalammembangun Kota
Tangerang.
Terwujudnya Kota
Tangerang yang
Sejahtera
Terwujudnya Kota
Tangerang yang sejahtera,
melaluiperwujudan
masyarakat kota Tangerang
yang sejahterayaitu
memiliki tatanan kehidupan
yang baik danberkualitas
sehingga terbentuk
kehidupan masyarakat yang
makmur dan berkeadilan,
dan menjadikanmasyarakat
sebagai subjek
dalampembangunan daerah.
Terwujudnya
Masyarakat Akhlakul
Karimah
Terwujudnya masyarakat
Kota Tangerang yang
memiliki
akhlakul karimah, yaitu
terwujudnya masyarakat
yang memiliki sikap dan
perilaku akhlak mulia yang
dicerminkan melalui
kualitas hubungan antar
manusiadengan Tuhan dan
hubungan antar manusia itu
sendiri,dan menjadi
landasan moral dan etika
dalambermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Pemahamandanpengamalan
agama secara benar
diharapkan dapat
mendukung terwujudnya
67
masyarakat yang religius,
demokratis, mandiri,
berkualitas sehat jasmani
dan rohani, serta tercukupi
kebutuhan material
spiritual, sehingga mampu
mewujudkan sebuah
masyarakat madani
madaniyyah dan hidup
menuju negeri yang adil,
makmur, dan diberkati
(baldatun toyibatun
warabunghafur).
4.1.3 Misi Kota Tangerang
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik membantu lebih
jelas penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa
yang harus dilakukan. Rumusan misi dalam dokumen RPJMD dikembangkan
dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan
internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun untuk memperjelas jalan atau
langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi.
Misi pembangunan Kota Tangerang Tahun 2014-2018 berdasarkan misi
Walikota dan Wakil Walikota Tangerang terpilih adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan transparan
didukung dengan struktur birokrasi yang berintegritas, kompeten, dan
professional.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing tinggi.
68
3. Mengembangkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial
demi terwujudnya masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi.
4. Meningkatkan pembangunan sarana perkotaan yang memadai dan
berkualitas.
5. Mewujudkan
pembangunan
yang
berkelanjutan
dan
berwawasan
lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.
Penjelasan dari misi tersebut bisa diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Penjelasan Misi Kota Tangerang
Visi
Misi
Terwujudnya Kota
Tangerang
yang
Maju,
Mandiri,
Dinamis,
dan
Sejahtera, dengan
Masyarakat yang
Berakhlakul Karimah
Mewujudkan tata
pemerintahan
yang
baik,akuntabel,
dan
transparandidukung
dengan
strukturbirokrasi yang
berintegritas,kompeten,
dan professional.
Penjelasan Misi
Pelaksanaan pembangunan akan
berjalan dengan optimal apabila
ditunjang oleh tata pemerintahan
yang baik, akuntabel,
dan transparan.Perwujudan tata
pemerintahan
yang
baik,
akuntabel,
dan
transparan
didukung dengan struktur
birokrasi
aparatur
yang
mengedepankanprofesionalisme,
kompetensi,
kualitas,
transparansi, objektifitas, dan
bebasdari intervensi politik dan
korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) berintegritas, kompeten,
dan profesional.
Meningkatkan
Peningkatan
pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi ekonomi
yang
berdaya
yang
berdaya saingtinggi merupakan salah
saingtinggi
satu
upaya
untuk
mempercepatkemajuan
kota
Tangerang, yang dilakukan
dengan
memajukankegiatan
ekonomi yang menjadi sektor
unggulan,sepertiperdagangan
dan
jasa,
industri,
dan
69
Mengembangkan
kualitaspendidikan,
kesehatan,
dankesejahteraan sosial
demi
terwujudnya
masyarakatyang
berdaya
saing
di
eraglobalisasi
Meningkatkan
pembangunan
sarana perkotaan yang
memadai
dan
berkualitas
Mewujudkan
pembangunan
berkelanjutan
berwawasan
lingkungan
bersih, sehat,
nyaman
yang
dan
yang
dan
memberdayakan
usaha mikro, kecil, menengah,
dan koperasisehingga mampu
bersaing,
serta
memperluaskesempatankerja,
mengurangi pengangguran, dan
mengentaskankemiskinan.
Pengembangan
kualitas
pendidikan
dan
kesehatan
ditujukanuntuk meningkatkan
masyarakat yang berdaya saing,
kualitaskehidupan masyarakat
kota Tangerang, yang ditunjang
dengan upaya peningkatan
kesejahteraan sosial masyarakat.
Demi terwujudnya masyarakat
yang berdaya saing di era
globalisasi. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kualitas
pelayanan sumberdaya manusia,
kualitas dan kuantitassarana dan
prasarana
pelayanan,
serta
faktor pendukunglainnya.
Penyediaan dan peningkatan
pembangunan sarana
perkotaan yang memadai dan
berkualitas.
mutlak
diperlukansekaligus dapat untuk
menjamin
pemenuhan
kebutuhanpelayanan
dasar
masyarakat
dalam
rangka
mendukungberlangsungnya
kegiatan ekonomi dan investasi
secaraproduktif.
Sarana
perkotaan merupakan faktor
penunjangbagi
kegiatan
ekonomi kota Tangerang.
Peningkatan kualitas dan daya
dukung
lingkungan
untuk
mendukung
dalam
rangka
melaksanakan merupakan salah
satu
pilar
pembangunan
berkelanjutan.Pembangunan
yangberkelanjutan
dan
berwawasan lingkungan yang
bersih,sehat, dan nyaman, serta
70
seimbang
antara
dapatmenciptakan
kondisi
kemajuan yang seimbang antara
peningkatan aspek sosial dan
ekonomi dengan kelestarian
lingkungan hidup.
4.1.4 Letak Geografis
Kota Tangerang memiliki luas wilayah berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS)Tahun 2014, seluas ±184,24 km2 (termasuk Bandara Soekarno–
Hatta seluas ±19,69 km2), yang secara administratif terdiri dari 13 Kecamatan dan
104 Kelurahan dengan 970 Rukun Warga (RW) dan 4.820 Rukun Tetangga (RT).
Kota Tangerang berjarak ±60 km dari Ibukota Provinsi Banten dan berjarak ±27
km dari Ibukota DKI Jakarta.
Kota Tangerang secara geografis terletak pada 106.036ο–106.042ο Bujur
Timur (BT) dan606ο–613ο Lintang Selatan (LS), dengan batas wilayah
administrasi sebagai berikut.
a. Sebelah
Utara:
Berbatasan
dengan
kecamatan
Teluknaga,
kecamatanKosambi dan kecamatan Sepatan di kabupaten Tangerang;
b. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan kecamatan Curug di kabupaten
Tangerang serta kecamatan Serpong Utara dan kecamatan Pondok Aren di
Kota Tangerang Selatan;
c. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di
DKI Jakarta;
d. Sebelah Barat: Berbatasan dengan kecamatan Pasar Kemis dan kecamatan
Cikupa di kabupaten Tangerang.
71
Diantara ke-13 kecamatan, kecamatan Larangan merupakan kecamatan
terjauh dariIbukota Tangerang (sekitar 14 km) dan Kecamatan Tangerang
merupakan kecamatanterdekat dari Ibukota Tangerang.
Jarak paling jauh antar kecamatan adalah antara kecamatan Larangan
dengan kecamatan Benda yaitu sekitar 21 km dan Jarak palingdekat antar
kecamatan adalah antara kecamatan Cibodas dengan kecamatan Jatiuwungyaitu
sekitar 1 km. Untuk lebih jelasnya, gambaran kondisi geografis kota Tangerang
bisa dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Peta Administrasi Wilayah Kota Tangerang
72
Letak geografis yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta membuat
kota Tangerang memiliki posisi yang sangat strategis.Nilai strategis tersebut
semakin bertambah dengan dimasukannya kota Tangerang dalam konsep
pengembangan metropolitan Jabodetabekpunjur, yaitu konsep pengintegrasian
tata ruang beberapa kawasan yang memiliki keterkaitan erat dalam konteks
pengembangan wilayah.
Lokasi strategis yang ditunjang oleh keberadaan Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta, menjadikan Kota Tangerang sebagai pintu gerbang
bagi masuknya pergerakan orang, barang dan jasa, sehingga menjadi daya tarik
investor untuk melakukan investasi di sektor industri.
Faktor tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perkembangan
pembangunan Kota Tangerang di bidang industri, perdagangan dan jasa.
Dukungan aksesibilitas yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana, kemudahan
berinvestasi, serta kondisi lingkungan yang kondusif menjadikan Kota Tangerang
memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan sebagai lokasi pengembangan
berbagai kegiatan perekonomian perkotaan.
4.1.5 Kondisi Ekonomi
Pembangunan perekonomian daerah merupakan suatu proses yang
berdampak terhadap kondisi ekonomi daerah serta tingkat kehidupan masyarakat
di daerah yang secara nyata dapat dilihat melalui peningkatan pendapatan
perkapita dan peningkatan daya beli masyarakat. Pembangunan perekonomian
membutuhkan kebijakan ekonomi yang mampu mengarahkan segala tindakan
perekonomian menuju tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
73
Kebijakan ekonomi daerah merupakan suatu hal yang kompleks, karena
banyaknya keterkaitan variabel ekonomi yang harus diperhitungkan.Hal ini
menuntut daerah untuk lebih serius dan seksama memperhatikan seluruh faktor,
variabel, dan indicator ekonomi makro yang terlibat di dalam pembangunan.
Kondisi ekonomi daerah akan memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi
secara umum pada tahun sebelumnya (diantaranya PDRB, Struktur Ekonomi,
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita, dan Inflasi), serta rencana ekonomi
makro pada kurun waktu tertentu.
Perekonomian daerah dapat menjadi reflektor dan tolok ukur kinerja
perekonomian daerah sebagai bagian dari proses pembangunan di bidang
ekonomi. Kerangka ekonomi daerah akan memuat faktor fundamental ekonomi
daerah yang memberikan kontribusi agregat ekonomi, berdasarkan penggunaan
maupun sektor riil lapangan usaha dalam batasan-batasan kemampuan ekonomi
daerah.Perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
eksternal dan internal. Kondisi lingkungan eksternal dapat berupa perkembangan
dan perubahan faktor, variabel, dan indikator ekonomi dalam wilayah cakupan
yang lebih luas seperti ekonomi Regional atau Nasional.Sementara itu, kondisi
lingkungan internal dapat berupa perkembangan dan perubahan berbagai faktor,
variabel, dan indikator ekonomi yang berada di dalam daerah tersebut akibat
adanya gejolak sosial–politik yang membawa kepada adanya perubahan kebijakan
pembangunan.
74
4.2 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang adalah salah satu
struktur organisasi tata kerja yang ada di Pemerintah Kota Tangerang
ProvinsiBanten.Terdiri dari bidang anggaran, aset, pendapatan lain, PBB dan
BPHTB,penatausahaan dan akuntansi dan satu sekretariat, dan kelompok
jabatanfungsional dan terletak di Jalan Satria Sudirman Nomor 1 Kota Tangerang.
4.2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Pendapatan daerah merupakan halaman yang tidak dapat dipisahkan
daripenyelenggaraan kegiatan dalam pembangunan daerah, maka kelahiran suatu
unit kerja yang menampung suatu kegiatan yang menyelenggarakanpemungutanpemungutan di bidang pendapatan daerah.Kegiatan pungutansumber-sumber
pendapatan daerah harus ditampung dalam suatu wadah yanglazimnya dinyatakan
dalam bentuk struktur organisasi dan tata kerja dalammenangani masalah
pendapatan daerah.Untuk menciptakan alat penampung kegiatan dalam bentuk
organsasi dan menyatukan penafsiran yang berbeda-beda dalam menunaikan
tugas, maka pada tanggal 1 februari 1993 merupakan awal diresmikan dan
terbentuknyaDinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang yang dulu
diberi namaDinas Pendapatan (Dispenda), yang tugas pokoknya hanya
mengelolapendapatan daerah saja dengan dasar hukumnya Peraturan Daerah
Nomor 9Tahun 1993 tentang Pengukuhan Pembentukan Dinas Pendapatan.
Pada awal tahun 2000 Dinas Pendapatan berubah nama menjadi Badan
Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) dengan dikeluarkannya Keputusan
BupatiTangerang Nomor 38 Tahun 2000 yang mempunyai tugas pokok mengelola
75
anggaran,
perbendaharaan,
pengembangan
pendapatan
daerah,
verifikasi,
pembukuan, dan perhitungan serta merencanakan dan melaksanakanpendapatan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Lalu pada awal Tahun 2005 Badan Pengelola
Keuangan Daerah (BPKD) berubah nama menjadi Badan Keuangan dan
Kekayaan Daerah (BKKD) yangmempunyai tugas pokok mengatur pendapatan,
anggaran dan aset daerah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005.
Pada Tahun 2009 Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah (BKKD)
berubah nama menjadi Dinas Penglolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD)dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota tangerang nomor 37 Tahun
2008dengan
mengingat
Peraturan
Daerah
Nomor
5
Tahun
2008
tentangPembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah yang mempunyai
tugaspokok
membantu
walikota
melaksanakan
sebagian
urusan
PemerintahanDaerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset,
berdasarkanasas otonomi dan tugas pembantuan dan pada awal Tahun 2012 Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah berubah nama kembali menjadi Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)dengan adanya perubahan struktur
organisasi yang didukung oleh PeraturanWalikota Nomor 11 tahun 2011 tentang
organisasi dan tata kerja DinasPengelolaan Keuangan Daerah dengan mempunyai
tugas ,visi dan misi yangsama dari DPKAD sebelumnya.
76
4.2.2 Visi dan Misi DPKD
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai visi sebagai berikut
gunauntuk mencapai cita dan citra yang diinginkan oleh pemerintah ini :
“Menjadikan Lembaga Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang profesional
berlandaskan Akhlakul Karimah di tingkat nasional pada Tahun2013”.
Untuk mewujudkan visi diatas, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
KotaTangerang merencanakan misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengelolaan pendapatan daerah.
2) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan belanja daerah.
3) Meningkatkan efektifitas, efisisensi dan keekonomisan pengelolaan aset
daerah.
4) Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia ( SDM ) di bidang
keuangan dan aset daerah dengan dilandasi kejujuran, keuletan, semangat
dan kerja keras.
5) Meningkatkan sistem pengendalian administrasi pengelolaan keuangan
daerah.
6) Meningkatkan kualitas pelayanan yang bertumpi pada standar pelayanan
dengan memanfaatkan ilmi pengetahuan dan teknologi yang memadai.
4.2.3 Tugas Pokok DPKD
Membantu walikota melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerahdi
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset, berdasarkan asasotonomi
dan tugas pembantuan.
77
4.2.4 Peran/Fungsi DPKD
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki peran atau fungsi
sebagaiberikut :
1. Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan daerah (SKPKD) Kota Tangerang,
mengelola pendapatan belanja dan pembiyaan daerah.
2. Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Tangerang, mengelola kas daerah.
3. Pembantu pengelola aset daerah Kota Tangerang, membantu pengelolaan aset
daerah.
4. SKPD Kota Tangerang, mengelola anggaran di lingkungan DPKD
KotaTangerang.
5. Lainnya, sesuai perintah/instruksi pimpinan.
4.2.5 Struktur Organisasi
Dalam Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur organisasi
yangteratur dan sistematis
sangat
diperlukan. Dengan
adanya
struktur
organisasiyang baik maka kesatuan dalam perintah serta pendelegasian wewenang
danpengendalian dapat
dilaksanakan dengan
lancar dan efektif.Struktur
organisasitersebut dibuat seseuai dengan jenis organisasi yang digunakan.
1. Kepala DPKD
2. Sekretariat DPKD
Bagian Sekretariat terdiri dari :
a. Sub bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub bagian Keuangan
c. Sub bagian Perencanaan
78
3. Bidang Aset
Bidang Aset Daerah terdiri dari :
a. Seksi Administrasi Aset
b. Seksi Mutasi Aset
c. Seksi Pemanfaatan dan Pemerdayaan Aset
4. Bidang Penatausahaan dan Akuntansi
Bidang Penatausahaan dan Akuntansi terdiri dari :
a. Seksi Penatausahaan Keuangan Daerah
b. Seksi Akuntansi
c. Seksi Evaluasi
5. Bidang Anggaran
Bidang Anggaran terdiri dari :
a. Seksi Penyusunan Anggaran
b. Seksi Pengendalian Anggaran
c. Seksi Kas Daerah
6. Bidang Pendapatan Lain
Bidang Pendapatan Lain terdiri dari :
a. Seksi Pendataan Pendapatan Lain.
b. Seksi Penetapan Pendapatan Lain
c. Seksi Penagihan dan Keberatan Pendapatan Lain
7. Bidang Pendapatan PBB dan BPHTB
Bidang Pendapatan PBB dan BPHTB terdiri dari :
a. Seksi Pendataan PBB dan BPHTB
79
b. Seksi Penetapan PBB dan BPHTB
c. Seksi Penagihan dan Keberatan PBB dan BPHTB
8. UPTD Pelayanan Pajak Daerah
9. Kelompok Jabatan Fungsional
4.3 Analisis dan Pembahasan
4.3.1 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel
Tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel dapat diketahui dengan
menggunakan rasio efektivitas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan
Pemerintah Daerah dalam merealisasikan pajak hotel yang direncanakan
dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah
(Halim:2007
dalam
Putu
Intan:2015),
yang
dapat
dihitung
dengan
membandingkan antara realisasi penerimaan pajak hotel terhadap penerimaan
PAD yang ditetapkan. Perhitungan efektivitas pemungutan pajak hotel di kota
Tangerang tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.3
Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Tahun 2010-2014
Pajak Hotel (Rp)
Rasio
Kriteria
(Kepmendagri
Tahun
Efektivitas
Realisasi
Target
No.690.900.327)
(%)
2010
14.930.644.869,00 14.074.136.024,86
106,09
Sangat Efektif
2011
20.025.182.710,00 18.089.481.839,93
110,71
Sangat Efektif
2012
21.346.753.972,00 18.250.000.000,00
116,97
Sangat Efektif
2013
26.686.049.136,00 22.000.000.000,00
121,30
Sangat Efektif
2014
32.340.168.439,00 27.000.000.000,00
119,78
Sangat Efektif
Rata-rata
114,97
Sangat Efektif
Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata rasio efektivitas pajak hotel kota
Tangerang tahun 2010-2014 adalah sebesar 114,97% dengan kriteria sangat
efektif karena menunjukkan nilai rasio diatas 100%. Pada tahun 2011 tingkat
80
efektivitas sebesar 110,71% dengan kriteria sangat efektif, tahun 2012 sebesar
116,97%, tahun 2013 sebesar 121,30% dan di tahun 2014 sebesar 119,78%
dengan kriteria sangat efektif.
4.3.2 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran
Tingkat efektivitas pajak restoran dapat dihitung dengan membandingkan
realisasi penerimaan pajak restoran dengan target yang telah ditetapkan.
Perhitungan efektivitas Pemungutan pajak restoran di kota Tangerang tahun 20102014 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.4
Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran Tahun 2010-2014
Tahun
Pajak Restoran (Rp)
Rasio
Kriteria
Efektivitas (Kepmendagri
Realisasi
Target
No.690.900.327)
(%)
2010
46.755.157.759,00 33.072.368.258,35
141,37
Sangat Efektif
2011
89.889.646.197,00 77.886.022.553,10
115,41
Sangat Efektif
2012 115.052.364.139,00 92.000.000.000,00
125,06
Sangat Efektif
2013 147.775.671.873,00 120.000.000.000,00
123,15
Sangat Efektif
2014 182.113.973.033,00 155.000.000.000,00
117,49
Sangat Efektif
Rata-rata
124,50
Sangat Efektif
Dari tabel diatas diketahui bahwa realisasi penerimaan dan target pajak
restoran kota Tangerang tahun 2010-2014 selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Namun jika dilihat dari sisi rasio efektivitas nya pada tahun 2011
mengalami penurunan dari tahun 2010 sebesar 141,37% menjadi 115,41%. Di
tahun 2012 tingkat efektivitas sebesar 125,06%, tahun 2013 kembali menurun
menjadi 123,15% dan pada tahun 2014 terjadi penurunan lagi sebesar 5,65%
menjadi 117,49%. Meskipun tidak selalu menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya namun tingkat efek tivitas pajak restoran kota Tangerang tahun 20102014 masih masuk dalam kategori sangat efektif karena berkisar diatas 100%.
81
4.3.3 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame
Tingkat efektivitas pajak reklame kota Tangerang tahun 2010-2014
dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak reklame kota
Tangerang dengan target yang telah ditentukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan
kota Tangerang pada setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel
dibawah ini.
Tabel 4.5
Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame Tahun 2010-2014
Pajak Reklame (Rp)
Rasio
Kriteria
(Kepmendagri
Tahun
Efektivitas
Realisasi
Target
No.690.900.327)
(%)
2010
16.240.810.965,00 16.461.895.062,07
98,66
Efektif
2011
15.412.753.562,00 12.442.622.724,90
123,87
Sangat Efektif
2012
18.048.241.458,00 15.750.000.000,00
114,59
Sangat Efektif
2013
25.545.314.037,00 18.700.000.000,00
136,61
Sangat Efektif
2014
26.573.509.792,00 24.000.000.000,00
110,72
Sangat Efektif
Rata-rata
116,89
Sangat Efektif
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat rasio efektivitas pajak reklame tahun
2010-2014. Di tahun 2010 tingkat efektivitas menunjukkan kriteria efektif dengan
rasio sebesar 98,66%. Pada tahun 2011 meningkat hingga mencapai 123,87%
dengan kriteria sangat efektif. Pada tahun 2012 sebesar 114,59%, tahun 2013
meningkat kembali menjadi 136,61% dan di tahun 2014 tidak sebesar pada tahun
2013 yaitu hanya sebesar 110,72% namun masih masuk ke dalam kriteria sangat
efektif karena tingkat efektivitas diatas 100%.
4.3.4 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir
Tingkat efektivitas pajak parkirkota Tangerang tahun 2010-2014 dihitung
dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak parkirkota Tangerang
82
dengan target yang telah ditentukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan kota
Tangerang pada setiap tahunnya.
Perhitungan tingkat efektivitas pajak parkirkota Tangerang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6
Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir Tahun 2010-2014
Pajak Parkir (Rp)
Rasio
Kriteria
(Kepmendagri
Tahun
Efektivitas
Realisasi
Target
No.690.900.327)
(%)
2010 14.424.003.535,00 13.457.326.194,94
107,18
Sangat Efektif
2011 20.040.174.613,00 17.500.754.920,05
114,51
Sangat Efektif
2012 22.369.399.860,00 19.000.000.000,00
117,73
Sangat Efektif
2013 36.824.319.820,00 24.000.000.000,00
153,43
Sangat Efektif
2014 47.411.390.011,00 35.500.000.000,00
133,55
Sangat Efektif
Rata-rata
125,28
Sangat Efektif
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas pajak
parkir kota Tangerang tahun 2010-2014 rata-rata mengalami peningkatan yang
baik. Tahun 2010 rasio efektivitas menunjukkan angka 107,18% dengan kriteria
sangat efektif. Di tahun 2011 sampai dengan 2013 selalu mengalami peningkatan,
tahun 2011 sebesar 114,51%, tahun 2012 117,73% dan tahun 2013 153,43%.Di
tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 19,88% menjadi
133,55%, meskipun di tahun 2014 mengalami penurunan namun efektivitas
pemungutan pajak parkir di tahun 2014 termasuk kriteria sangat efektif karena
rasio efektivitas diatas 100%.
4.3.5 Kontribusi Pajak Hotel pada PAD Kota Tangerang
Untuk mengetahui kontribusi pajak hotel terhadap PAD kota Tangerang
dapat dihitung dengan cara membandingkan antara realisasi penerimaan pajak
hotel dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah pada tahun tertentu. Perhitungan
83
kontribusi pajak hotel terhadap PAD kota Tangerang tahun 2010-2014 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7
Kontribusi Pajak Hotel pada PAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014
Tahun
Realisasi Pajak
Realisasi PAD (Rp) Presentas
Kriteria
Hotel (Rp)
e
Kontribusi
(Tim
Kontribus
LitbangDepdagri
i (%)
)
2010
2011
2012
2013
2014
14.930.644.869,00
20.025.182.710,00
21.346.753.972,00
26.686.049.136,00
32.340.168.439,00
230.634.138.044,00
499.600.758.688,00
631.519.353.723,00
815.733.580.156,00
1.258.788.809.993,00
6,47
4,01
3,38
3,27
2,57
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2010 pajak hotel telah
memberikan kontribusi sebesar 6,47% pada PAD kota Tangerang dari total
penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00, pada tahun 2011 memberikan
kontribusi sebesar 4,01% dari total realisasi penerimaan PAD kota Tangerang
sebesar Rp.499.600.758.688,00. Di tahun 2012 kontribusi pajak hotel pada PAD
kota Tangerang menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,38% dari
besarnya PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00. Tahun 2013 memberikan
kontribusi sebesar 3,27% dan di tahun 2014 turun kembali menjadi 2,57% dari
total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00.
4.3.6 Kontribusi Pajak Restoran pada PAD Kota Tangerang
Perhitungan kontribusi pajak restoran pada PAD kota Tangerang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
84
Tabel 4.7
Kontribusi Pajak Restoran pada PAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014
Tahun
Realisasi Pajak
Realisasi PAD (Rp) Presentase
Kriteria
Restoran (Rp)
Kontribusi
Kontribusi
(Tim
(%)
LitbangDepdagri)
2010
2011
2012
2013
2014
46.755.157.759,00
230.634.138.044,00
89.889.646.197,00
499.600.758.688,00
115.052.364.139,00 631.519.353.723,00
147.775.671.873,00 815.733.580.156,00
182.113.973.033,00 1.258.788.809.993,00
20,27
17,99
18,22
18,12
14,47
Kurang baik
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat kontribusi pajak restoran pada PAD
kota Tangerang tahun 2010-2014. Kontribusi tahun 2010 sebesar 20,27% dari
penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00. Tahun 2011 sebesar 17,99%
dari Rp.499.600.758.688,00, pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar
18,22% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00, pada tahun
2013 memberikan kontribusi sebesar 18,12% dari total penerimaan PAD sebesar
Rp.815.733.580.156,00, dan pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar
14,47% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00.
4.3.7 Kontribusi Pajak Reklame pada PAD Kota Tangerang
Perhitungan kontribusi pajak reklame pada PAD kota Tangerang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.8
Kontribusi Pajak Reklame padaPAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014
Tahun Realisasi Pajak
Realisasi PAD (Rp) Presentase
Kriteria
Reklame (Rp)
Kontribusi
Kontribusi
(Tim
(%)
LitbangDepdagri)
2010
2011
2012
2013
2014
16.240.810.965,00 230.634.138.044,00
15.412.753.562,00 499.600.758.688,00
18.048.241.458,00 631.519.353.723,00
25.545.314.037,00 815.733.580.156,00
26.573.509.792,00 1.258.788.809.993,00
7,04
3,09
2,86
3,13
2,11
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
85
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat kontribusi pajak reklame pada PAD
kota Tangerang tahun 2010-2014. Kontribusi tahun 2010 sebesar 7,04% dari
penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00. Tahun 2011 pajak reklame
memberikan kontribusi sebesar 3,09% dari total penerimaan PAD sebesar
Rp.499.600.758.688,00, pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 2,86%
dari total penerimaan PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00, pada tahun 2013
memberikan kontribusi sebesar 3,13% dari total penerimaan PAD sebesar
Rp.815.733.580.156,00, dan pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar
2,11% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00.
4.3.8 Kontribusi Pajak Parkir pada PAD Kota Tangerang
Perhitungan kontribusi pajak parkir pada PAD kota Tangernag dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.9
Kontribusi Pajak Parkir pada PAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014
Tahun
Realisasi Pajak
Realisasi PAD (Rp) Presentase
Kriteria
Parkir (Rp)
Kontribusi
Kontribusi
(Tim
(%)
LitbangDepdagri
)
2010
2011
2012
2013
2014
14.424.003.535,00
20.040.174.613,00
22.369.399.860,00
36.824.319.820,00
47.411.390.011,00
230.634.138.044,00
499.600.758.688,00
631.519.353.723,00
815.733.580.156,00
1.258.788.809.993,00
6,25
4,01
3,54
4,51
3,77
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Dari tabel 4.9 dapat dilihat kontribusi pajak parkir pada PAD kota
Tangerang tahun 2010-2014. Kontribusi tahun 2010 sebesar 6,25% dari
penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00. Tahun 2011 pajak parkir
86
memberikan kontribusi sebesar 4,01% dari total penerimaan PAD sebesar
Rp.499.600.758.688,00, pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 3,54%
dari total penerimaan PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00, pada tahun 2013
memberikan kontribusi sebesar 4,51% dari total penerimaan PAD sebesar
Rp.815.733.580.156,00, dan pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar
3,77% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00.
4.3.9 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak
Parkir pada PAD Kota Tangerang
Kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terbilang sangat kurang, rata-rata
kontribusi pajak hotel selama tahun 2010-2014 sebesar 3,94%, pajak restoran
sebesar 3,57%, pajak reklame sebesar 3,65%, dan pajak parkir sebesar 4,42%.
Masing-masing pajak rata-rata berkontribusi dibawah 5%, hal tersebut
dikarenakan terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan yang awalnya
diberlakukan UU No. 34 Tahun 2000 direvisi menjadi UU No. 28 Tahun 2009.
Pemberlakuan undang-undang yang berbeda menyebabkan adanya
pertambahan jenis pajak daerah yang diantaranya yaitu PBB-P2 (Pajak Bumi
Bangunan Pedesaan Perkotaan) dan BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan). Pemungutan BPHTB yang dilaksanakan pada awal tahun 2011 dan
Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2014 memberikan dampak besar terhadap
penerimaan PAD kota Tangerang pada periode 2011-2014, karena masing-masing
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD, selain itu realisasi dari
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dari tahun ke tahun terus
87
mengalami
peningkatan,
berdasarkan
perhitungan
menggunakan
analisis
kontribusi yaitu realisasi BPHTB dibandingkan dengan realisasi PAD pada tahun
2011 : 176.494.392.737,92
X 100% = 35,33%
499.600.758.688,00
Di tahun pertama dipungutnya BPHTB atau pada tahun 2011 saja
kontribusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan mencapai 35,33%. Hal
ini berimbas pada proporsi kontribusi pos-pos pajak daerah lainnya seperti pajak
hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada tahun tersebut menjadi
kecil terhadap PAD.
Pada tahun 2014 dimana mulai dipungutnya Pajak Bumi dan Bangunan di
kota Tangerang kontribusi dari pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan
pajak parkir mengalami penurunan yang signifikan karena di tahun pertama
dipungutnya Pajak Bumi dan Bangunan langsung memberikan kontribusi yang
cukup besar pada PAD yaitu sebesar 20,39% yang dihitung dengan rumus analisis
kontribusi yaitu :
Realisasi PBB
X 100%
Realisasi PAD
= 256.604.353.010,00
X 100%
1.258.788.809.993,00
88
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui tingkat
efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir
di kota Tangerang selama kurun waktu dari tahun 2010-2014. Kedua, untuk
mengetahui kontribusi yang diberikan oleh pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Tangerang
selama kurun waktu dari tahun 2010-2014.
Adapun kesimpulannya yaitu:
1. Tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame,
dan pajak parkir kota Tangerang periode tahun 2010-2014 secara rata-rata
termasuk kriteria sangat efektif (>100%), tingkat efektivitas pajak hotel
rata-rata dalam lima tahun sebesar 114,97%, pajak restoran sebesar
124,50%, pajak reklame sebesar 116,89% dan pajak parkir sebesar
125,28%. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang dilakukan
peneliti dengan cara membandingkan realisasi penerimaan pajak pada
tahun tertentu dengan target penerimaan pajak pada tahun tertentu. Nilai
rasio yang ditunjukkan selama tahun 2010-2014 merupakan kinerja yang
sangat baik karena perolehan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame,
dan pajak parkir sudah melebihi dari target yang ditetapkan. Peningkatan
realisasi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak parkir perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi dengan cara lebih digiatkan lagi
dalam pemungutannya.
89
89
2. Kontribusi penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan
pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang sangat kurang.
Rata-rata dalam kurun waktu 2010-2014 pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir memberikan kontribusi pada PAD hanya
dibawah 5%. Salah satu penyebabnya adalah naiknya jumlah realisasi
penerimaan pajak daerah lain yang cukup signifikan mulai tahun 2011
sehingga berpengaruh terhadap presentase kontribusi pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir tersebut. Pendapatan Asli Daerah
yang meningkat berasal dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
5.2 Implikasi
Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
diharapkan dapat memberi implikasi sebagai berikut:
1. Kinerja pegawai dalam pemungutan Pajak Daerah dapat ditingkatkan lagi untuk
memperoleh realisasi penerimaan Pajak Daerah yang lebih optimal.
2. Melakukan sosialisasi dengan lebih giat lagi tentang pajak kepadamasyarakat
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak.
3. Pemerintah Daerah Kota Tangerang melakukan survei dan penilaian kembali
terhadap potensi pajak daerah agar dapat tercapai realisasi yang lebih optimal dan
juga memberikan kontribusi pada PAD yang lebih besar selain itu juga agar tidak
ada objek pajak daerah yang tidak terdata oleh pemerintah daerah dan tarif pajak
yang dikenakan sesuai dengan kemampuan masyarakat.
90
5.3 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka sebagai bahan
pertimbangan agar tingkat efektivitas dan kontribusi pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir pada PAD dapat lebih optimal maka diperlukan
beberapa penyempurnaan atas kekurangan yang ada sebelumnya. Untuk itu
penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
(1) Perolehan pendapatan daerah khususnya pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir secara nominal memang sudah sangat baik terbukti dari
realisasi penerimaannya sudah melebihi target yang sudah ditetapkan. Akan tetapi
kontribusi yang diberikan terhadap PAD masih sangat kurang. Untuk itu
pemerintah daerah hendaknya
lebih
gencar
melakukan
sosialisasi
dan
meningkatkan kesadaran wajib pajak sehingga penerimaan pajak hotel, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir dapat lebih dioptimalkan lagi dan
ditunjang dengan kebijakan yang bersifat intensifikasi maupun yang bersifat
ekstensifikasi sehingga dapat memberikan peningkatan penerimaan pajak hotel,
pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir terhadap PAD.
(2) Pemerintah kota Tangerang sebaiknya terus meningkatkan kinerjanya,
misalnya dengan:
a. Memberi penyuluhan kepada wajib pajak secara berkelanjutan khususnya
tentang pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir.
b. Melakukan analisis potensi secara terinci untuk pajak hotel, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir yang dapat memberikan gambaran pada
penentuan target tahun selanjutnya,
91
c. Meningkatkan kinerja pelayanan petugas pada saat menerima pajak hotel
pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir, hal tersebut untuk
menghindarkan wajib pajak mempunyai sikap malas untuk membayar
pajak karena pelayanan yang kurang baik dari petugas pajak yang dapat
berdampak pada penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame
dan pajak parkir.
(3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih teliti,
spesifik, dan akurat baik dari data yang diperoleh maupun dari variabel yang akan
diteliti.
92
DAFTAR PUSTAKA
Alfan A. Lamia, David P.E. Saerang, Heince R.NWokas. “Analisis Efektivitas
dan Kontribusi Pemungutan Pajak Restoran, Pajak Reklame, dan Pajak
Penerangan Jalan pada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Minahasa
Utara”Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 05,2015
Anne, Ahira. Deskripsi Teori kontribusi. eprints.uny.ac.id.2012
Darise,Nurlan. “Pengelolaan Keuangan Daerah” Edisi Pertama. Cetakan Kedua.
PT. Indeks, Jakarta,2006
Dotulong,Garry A.G,David P.E. Saerang dan Agus T. Poputra.“Analisis Potensi
Penerimaan dan Efektivitas Pajak Restoran di Kabupaten Minahasa
Utara”Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 2, 2014
Haryani, Said Muhammad,SofyanS yahnur.“Analisis Kontribusi, Elastisitas,
Efisiensi Dan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan Di Kabupaten
Bireuen”Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172 Pasca Sarjana Universitas
Syiah Kuala, 2013
Hasannudin, Heince R. N.Wokas.“Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak
Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah di
Provinsi Maluku Utara”Universitas Samratulangi, 2015
Keputusan Menteri Perdagangan Dalam Negeri No.690.900.327. Tahun 1994
Koswara,E.“Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999: Suatu Telaahan dan Menyangkut
Kebijakan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya”, CSIS XXIX Nomor 1,
Jakarta, 2000.
Laporan Keterangan PertanggungjawabanWalikota Tangerang Tahun 2010-2014
Mahmudi. “Analisis Laporan Keuangan PemerintahDaerah” Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen, Yogyakarta, 2010
Mangkoesoebroto,“Ekonomi Publik Edisi 3” BPFE Yogyakarta,2009
Mardiasmo.“Otonomi dan Manajenem Keuangan Daerah”Yogyakarta:Andi,
2004
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2010 tentang Pajak Daerah
93
93
Putera, Roni Ekha.“Optimalisasi Pajak Hotel dan Restoran Dalam Rangka
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bukittinggi”Jurnal
spirit publik volume 5, 2009
Raksaka, Mahi. “Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi”Jurnal Ekonomi
dan Pembangunan Indonesia,2005
Resmi, Siti.”Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 5”, Buku 1.salemba empat,2009
Siagian Sondang P.“Manajemen Sumber Daya Manusia”, Bumi Aksara, Jakarta,
2001
Siahaan,Marihot Pahala. “Hukum Pajak Elementer” Graha Ilmu,Yogyakarta,2010
Soemitro, Rochmat.“Asas dan Dasar Perpajakan 1” Refika Aditama, Bandung,
2004
Sripradita,Nioanggun Topowijono, Achmad husaini. “Analisis Efektivitas
Penerimaan Pajak Reklame Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah”Jurnal e-Perpajakan, No. 1 volume 1,2014
Suandy,Erly. “Hukum Pajak Edisi 4” Salemba Empat,2008
Suciadi, Arif.“Tingkat Kontribusi dan Efektifitas Pajak Hotel dan Restoran Pada
Pendapatan Daerah (PAD) Kabupaten Malang Jawa Timur”Fakultas
ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2014
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah
Waluyo, “Perpajakan Indonesia Edisi 11”Salemba Empat,2013
94
Yasa, I Made Sedana, I Ketut Suwintana. “Peranan Pajak Hotel dan Restoran
Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Denpasar”Jurnal
bisnis dan kewirausahaan vol.5,2009
Yuliartini,Putu Intan Ni Luh, Supadmi.“Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel dan
Restoran Pada Pemerintah Daerah Kota Denpasar”E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. 10.2 489-502,2015
Yunanto,Lilik.“Analisis Potensi, Upaya Pajak, Efisiensi, Efektivitas dan
Elastisitas Pajak Hotel di Kabupaten Klaten”Tesis Magister Ekonomi dan
Studi PembangunanSurakarta,2010
Yunus,Abdul Thalib.“Analisis Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Pada Kabupaten Bone Bolangodi Provinsi
Gorontalo”Jurnal Economic Resources, ISSN. 0852-1158, Vol.11 No.30,
2010
95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
96
97
98
99
100
101
102
Download