ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIRPADA PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2010–2014 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat–syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Oleh : Estherini Heratity Pratiwi 109082000117 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BSINIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M i ii i ii iii iii iv iv v DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITASPRIBADI Nama : Estherini Heratity Pratiwi JenisKelamin :Perempuan Tempat/TanggalLahir : Tangerang, 14 Mei1991 Agama :Islam Alamat :Jl.Puspiptek Raya RT.002/002 Buaran Sepong Tangerang Selatan Telepon : 081294352080 E-mail II. PENDIDIKAN :[email protected] SDN Setu II : 1997 – 2003 SMP N 2 Serpong : 2003 – 2006 SMAN 1 Serpong : 2006 – 2009 UIN Syarif Hidayatullah : 2009 –2016 III. LATAR BELAKANGKELUARGA Ayah : Heri Santoso Ibu : Emah Adik : Dino Ruly Gustavio Anakkedari : 1 dari2bersaudara v vi THE ANALYSIS OF EFECTIVENESS AND CONTRIBUTION HOTEL TAX, RESTAURANT TAX, ADVERTISEMENT TAX AND PARKING TAX TO THE LOCAL REVENUES TANGERANG CITY IN 2010-2014 Abstract The Indonesian government imposed a policy of regional autonomy with the aim to facilitate local governments regulate local affairs independently. Tangerang City is one of the areas that implement decentralization policy and requires a lot of funds to finance regional development. The biggest potential possessed Tangerang City in the financing of regional expenditures derived from local taxes and are expected to provide the largest contribution in PAD. This study aims to determine the effectiveness of tax collection hotels, restaurants, billboards and parking, and its contribution to the PAD Tangerang City. Methods of data analysis in this research is descriptive analysis. The variables in this study are the ratio of the effectiveness and contribution analysis. Data analysis technique in this study is a quantitative analysis. Based on the analysis, the average effective tax collection hotel, restaurant tax, advertisement tax and parking tax years 20102014 is very effective and the average contribution collection hotel, restaurant tax, advertisement tax and Tangerang city parking tax years 2010-2014 is lack. Keywords: effectiveness, contribution, hotel tax, restaurant tax, advertisement tax parking tax, local revenues vi vii ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIR PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2010-2014 Abstrak Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan otonomi daerah dengan tujuan untuk memudahkan pemerintah daerah mengatur urusan daerah secara mandiri. Kota Tangerang merupakan salah satu daerah yang melaksanakan kebijakan otonomi daerah dan membutuhkan banyak dana untuk membiayai pembangunan daerahnya. Potensi terbesar yang dimiliki Kota Tangerang dalam pembiayaan belanja daerah berasal dari pajak daerah dan diharapkan mampu memberikan kontribusi terbesar dalam PAD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, restoran, reklame dan parkir dan kontribusinya pada PAD Kota Tangerang. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio efektivitas dan analisis kontribusi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkirkota Tangerang tahun 20102014 sangat efektif dan rata-rata kontribusi pemungutan hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkirkota Tangerang tahun 2010-2014sangat kurang. Kata kunci: efektivitas, kontribusi, pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, pajak parkir, pendapatan asli daerah vii viii KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karuniaNya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir pada Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2010–2014”. Penyusunan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepda semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama pada: 1. Keluarga tercinta, mamah, bapak dan adikku. Terimakasih atas cinta yang tak pernah henti yang kalian berikan, perhatian, dukungan serta doa yang tiada henti. 2. Bpk.Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing I semoga amal ibadah selama hidup diterima Allah SWT dan diberikan tempat terindah di sisi-Nya. viii ix 3. Yulianti, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II yang sudah dengan sabar menunggu dan berbesar hati meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran serta semangat dan kemudahan dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Seluruh Staff Bagian Akademik dan Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Kulfi Agustiana, S.S.I yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Seluruh teman-teman jurusan akuntansi 2009 terimakasih atas persahabatan dan motivasinya. 11. Seluruh pihak yang membantu kelancaran pembuatan skripsi ix x ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis. Hanya harapan dan doa yang dapat penulis panjatkan. Semoga semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahun. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para pembaca dan rekan-rekan mahasiswa/i lainnya. Jakarta, 11 Mei 2016 Estherini Heratity pratiwi x xi DAFTAR ISI Halaman Judul .......................................................................................... i Lembar Pengesahan Skripsi..................................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .............................................. iii Lembar Pernyataan Bukan Plagiat ......................................................... iv Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. v Abstract ....................................................................................................... vi Abstrak ....................................................................................................... vii Kata Pengantar ......................................................................................... viii Daftar Isi .................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ............................................................................ 9 2.1.1 Sumber Penerimaan Daerah ..................................................... 9 2.1.2 Pendapatan Asli Daerah ............................................................ 9 2.1.3 Kendala Peningkatan PAD ....................................................... 11 2.1.4 Pajak ......................................................................................... 12 2.1.4.1 Pengertian Pajak .................................................................... 12 2.1.4.2 Asas Pemungutan Pajak ......................................................... 14 2.1.4.3 Teori-teori Pemungutan Pajak ............................................... 15 xi xii 2.1.4.4 Fungsi Pajak .......................................................................... 16 2.1.4.5 Sistem Pajak........................................................................... 18 2.1.4.6 Jenis-jenis Pajak..................................................................... 19 2.1.5 Retribusi Daerah ....................................................................... 22 2.1.6 Perbedaan Pajak dan Retribusi ................................................. 24 2.1.7 Pajak Daerah ............................................................................. 25 2.1.7.1 Pengertian Pajak Daerah ........................................................ 25 2.1.7.2 Jenis-jenis Pajak Daerah ........................................................ 26 2.1.7.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah ......................................... 28 2.1.8 Syarat Pemungutan Pajak Daerah ............................................. 29 2.1.9 Kriteria Pemungutan Pajak Daerah .......................................... 30 2.1.10 Strategi Pemungutan Pajak Daerah ........................................ 32 2.1.11 Kendala Pemungutan Pajak Daerah........................................ 32 2.1.12 Pajak Hotel.............................................................................. 35 2.1.13 Pajak Restoran ........................................................................ 38 2.1.14 Pajak Reklame ........................................................................ 40 2.1.15 Pajak Parkir ............................................................................. 47 2.1.16 Efektivitas ............................................................................... 48 2.1.17 Kontribusi ............................................................................... 49 2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 50 2.3 Kerangka pemikiran..................................................................... 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 58 3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 58 3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................. 59 xii xiii 3.4 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 59 3.5 Metode Analisis Data .................................................................. 60 3.6 Definisi dan Pengukuran Variabel ............................................... 60 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 63 4.1.1 Gambaran Umum Kota Tangerang ........................................... 63 4.1.2 Visi Kota Tangerang ................................................................. 64 4.1.3 Misi Kota Tangerang ................................................................ 67 4.1.4 Letak Geografis ........................................................................ 71 4.1.5 Kondisi Ekonomi ...................................................................... 73 4.2 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah ............ 75 4.2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah ............ 75 4.2.2 Visi dan Misi DPKD................................................................. 77 4.2.3 Tugas Pokok DPKD ................................................................. 77 4.2.4Peran/Fungsi DPKD .................................................................. 78 4.2.5 Struktur Organisasi ................................................................... 78 4.3 Analisis dan Pembahasan ............................................................ 80 4.3.1 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel ............. 80 4.3.2 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran ....... 81 4.3.3 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame ....... 82 4.3.4 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir ............ 82 4.3.5 Kontribusi Pajak Hotel pada PAD Kota Tangerang ................. 83 4.3.6 Kontribusi Pajak Restoran pada PAD Kota Tangerang ............ 84 4.3.7 Kontribusi Pajak Reklame pada PAD Kota Tangerang ............ 85 4.3.8 Kontribusi Pajak Parkir pada PAD Kota Tangerang ................ 86 xiii xiv 4.3.9 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir pada PAD ................................................................................ 87 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 89 5.2 Saran ............................................................................................ 90 Daftar Pustaka ........................................................................................... 93 xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan demikian, segenap potensi dan sumber daya pembangunan yang ada harus dialokasikan secara efektif dan efisien melalui suatu proses kemajuan dan perbaikan secara terus-menerus yang disebut pembangunan. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik moril maupun materil (Roni Ekha Putera:2009). Era desentralisasi dan otonomi daerah menjadi tantangan bagi setiap daerah untuk memanfaatkan peluang kewenangan yang diperoleh, serta tantangan untuk menggali potensi daerah yang dimiliki guna mendukung kemampuan keuangan daerah sebagai modal pembiayaan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah. Untukitu, perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Abdul Thalib Yunus:2010). Setiap daerah otonom dalam hal ini provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia, memiliki sumber daya alam dan potensi ekonomi yang bervariasi, sehingga jika dimanfaatkan dengan optimal maka akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah, yang pada 1 1 gilirannya akan memberikan manfaat dalam pembangunan daerah (Hasannudin:2015). Masalah mendasar yang dihadapi oleh semua pemerintah daerah kabupaten dan kota adalah bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar dapat lebihmandiri dalam penyelenggaraan otonomi daerah dengan kewenangan yang luas, bertanggung jawab yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah (I Made Sedana Yasa:2009). Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah merupakan salah satu bagian dari sumber pendapatan daerah yaitu seluruh penerimaan yang masuk melalui kas daerah berdasarkan undang-undang yang dipergunakan untuk menutupi pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 6 disebutkan bahwa PendapatanAsli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah(Haryani:2013). Kota Tangerang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang letaknya sangat strategis dengan adanya bandar udaraS oekarno Hatta maka kota Tangerang masuk kedalamj alur transit untuk menjangkau k edaerah – daerah lain yang berpotensi untuk menjadil ahani nvestasi atau membuka usaha dan hal tersebut berdampak baik terhadap Pendapatan Asli Daerah. 2 Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pertumbuhan target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Tangerang tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 1.1 Target dan Realisasi PAD kota Tangerang Tahun 2010–2014 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Capaian Kinerja (%) 2010 188.405.038.570,50 230.634.138.044,00 122,41 2011 380.071.981.676,26 499.600.758.688,00 131,45 2012 461.383.233.872,66 631.519.353.723,00 136,88 2013 653.182.027.244,00 815.733.580.158,00 124,89 2014 1.156.097.821.081,00 1.258.788.809.993,00 108,88 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang, 2015 (data diolah kembali) Secara sekilas kita dapat melihat secara keseluruhan penerimaan PAD Kota Tangerang selama kurun waktu tahun 2010–2014 terus mengalami kenaikan dan melampaui dari target yang telah ditetapkan. Kenaikan PAD tidak saja daris isi target tetapi juga dari sisi realisasi penerimaan. Kenaikan realisasi PAD pada tahun 2010 adalahsebesar 19,14% daritahunsebelumnya, padatahun 2011 sebesar 16,62%, realisasi tahun 2012 kenaikannya mencapai 26,40%, dan realisasi tahun 2013 kenaikannya mencapai sebesar 29,17%, serta realisasi tahun 2014 kenaikannya mencapai 54,31% dari tahun 2013. Bila dilihat dari pergerakannya s truktur penerimaan PAD kota Tangerang memiliki pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan PAD yang positif di kota Tangerang tidak terlepas dari kontribusi pajak daerah yang adadidalamnya. Menurut Alfan (2015) pentingnya pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan telah ditetapkan dalam berbagai produk perundang-undangan pemerintah. Pajak sebagai penerimaan daerah tampaknya sudah jelas bahwa apabila pajak ditingkatkan maka penerimaan 3 daerahpun meningkat, sehingga daerah dapat berbuat lebih banyak untuk kepentingan masyarakat. Adapun jenis – jenis pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah kota Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2014 tentang pajak daerah adalah sebagai berikut : 1. Pajakhotel; 2. Pajak restoran; 3. Pajak hiburan; 4. Pajak reklame; 5. Pajak penerangan jalan; 6. Pajak parkir; 7. Pajak air tanah; 8. Pajak sarang burung walet; 9. Pajak bumidan bangunan pedesaandan perkotaan; 10. Bea perolehan hakatastanahdan bangunan. Pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak parkir merupakan pajak yang potensial di kota Tangerang karena jika dilihat sektor–sektor tersebut saling berhubungan dan pertumbuhan industri di kota Tangerang dalam kurun waktu lima tahu terakhir terus meningkat. Tabel pertumbuhan industri hotel dan restoran dapat dilihat dari tabel dibawah ini. 4 Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Industri Hotel dan Restoran di Kota Tangerang Tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Kamar Hotel (unit) 1.070 1.423 1.681 1.847 2.993 Jumlah Restoran (unit) 348 351 359 415 414 Sumber: BPS (diolah kembali) Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah hotel dan restoran di kota Tangerang dari tahun 2010-2014 rata-rata mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah hotel dan restoran akan mempengaruhi kebutuhan lahan parkir dan untuk meningkatkan pendapatan pengelola hotel dan restoran memasarkan produk dan jasa nya melalui media–media iklan atau yang disebut reklame, oleh karena itu objek pajak reklame dan parkir akan tumbuh seiring dengan perumbuhan perusahaan atau industri seperti hotel dan restoran. Untuk mengoptimalkan pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir maka perlu dilakukan perhitungan penerimaan pajak daerah yang akurat sehingga diketahui tingkat efektivitasnya dan bagaimana kontribusinya terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas dan kontribusi pajak daerah pada Pendapatan Asli Daerah. Penelitian yang dilakukan mengacu pada penelitian terdahulu yang diteliti oleh Alfan dkk (2015) dengan judul “Analisis Efektivitas 5 dan Kontribusi Pemungutan Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Pada Pendapatan Asli Daerah KabupatenMinahasa Utara”. Mengacu pada penelitian tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Tangerang tahun 2010 - 2014”. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terdapat pada jenis pajak daerah yang diteliti dan tempat dilakukannya penelitian. Jika penelitian terdahulu menggunakan pajak restoran, pajak reklame dan pajak penerangan jalan maka pada penelitan ini digunakan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir dengan pertimbangan bahwa antara pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir saling berhubungan. Untuk tempat penelitian penulis memilih kota Tangerang sebagai tempat melakukan penelitian karena melihat fenomena penerimaan pajak daerah yang rata-rata mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, sehingga peneliti tertarik untuk menganalisis seberapa efektifkah pemungutan pajak daerah di kota Tangerang dan melihat bagaimana kontribusi pajak daerah pada Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir di kota Tangerang tahun 2010–2014? 2. Bagaimana kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang tahun 2010–2014? 6 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkirdi kota Tangerang tahun2010 – 2014. 2. Menganalisis kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada penerimaan PAD di kota Tangerang tahun2010 – 2014. 1.4 ManfaatPenelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Menambah khasanah keilmuan serta sumber pustaka (referensi) dalam bidang pengembangan potensi pajak daerah di kota Tangerang, khususnya pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir. 2. Bagi Pemerintah a.Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan untuk merumuskan kebijakan strategis untuk meningkatkan realisasi pajak daerah kota Tangerang. b.Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah kota Tangerang dan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang dalam menerapkan kebijakan dalam rangka meningkatkan realisasi penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir. 3. Bagi Pembaca Sebagai bahan informasi dan dapat dijadikan referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya tentang efektivitas dan kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada PAD. 7 4.Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di waktu yang akan datang. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Sumber Penerimaan Daerah Salah satu kemampuan yang dituntut terhadap daerah adalah kemampuan daerah tersebut untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (self supporting) dalam bidang keuangan.Bidang keuangan merupakan suatu faktor yang penting dalam mengukur suatu daerah atas keberhasilan otonominya.Adapun sumber-sumber peneriman dari suatu daerah menurut pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 2. Dana Perimbangan 3. Pinjaman daerah 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah 9 9 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa untuk membiayai pembangunan di daerah, salah satu sumber dari penerimaannya adalah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pemerintah daerah melakukan upaya maksimal dalam pengumpulan pajak daerah dan retribusi daerah. Besarnya penerimaan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di daerah serta dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang diinginkan dalam otonomi daerah. 2.1.2 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerahyang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pendapatan Asli Daerah perlu ditingkatkan dandiperluas pemungutannya mengingat dimasa yang akan datang fungsi PAD akan lebihdominan dibandingkan dengan dana bantuan dari pusat (DAK dan DAU) dalampembangunan daerah. Menurut Koswara (2000:34) ciri utama yang menunjukkansuatu daerah mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerahnya,artinya daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri sedang ketergantungan dengan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan 10 pembagian keuangan pusat dan daerah sebagai prasarat mendasar sistem pemerintahan daerah. Menurut Mardiasmo (2001:12) rendahnya kemampuan daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang daerah selama ini disebabkan oleh faktor sumber daya manusia dan kelembagaan yang disebabkan oleh batasan hukum. Menurut Santosa dalam Lilik Yunanto (2010) ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya Pendapatan Asli Daerah yaitu: a. Banyaknya sumber pendapatan kabupaten / kota yang besar tapi digali oleh instansi yang lebih tinggi. b. BUMD belum banyak memberikan keuntungan kepada Pemda. c. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah. d. Adanya kebocoran-kebocoran. e. Adanya biaya pungut yang masih tinggi. f. Banyaknya peraturan daerah yang belum disesuaikan dan disempurnakan. g. Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak sangat rendah. h. Perhitungan potensi tidak dilakukan. 2.1.3 Kendala Peningkatan PAD Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan tetapi, saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya peningkatan penerimaan daerah, antara lain (Mardiasmo, 2002) : 11 1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap. 2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat, direspon secara negatif. Keadaan tersebut juga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah. 3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum. 4) Berkurangnya dana bantuan dari pemerintah pusat (Dana Alokasi Umum dari pusat yang tidak mencukupi). 5) Belum diketahui potensi Pendapatan Asli Daerah yang mendekati kondisi riil. 2.1.4 Pajak 2.1.4.1 Pengertian Pajak Marihot Pahala Siahaan dalam bukunya “ Hukum Pajak Elementer ” mengemukakan pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut : a. Definisi menurutAdriani, seorang ahli pajak Belanda: “ Pajak adalah iuran kepada negara, yang dapat dipaksakan, dan terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan yang berlaku, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum, berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan ”. 12 b. Definisi menurut Pierson: “ Pajak adalah setiap sumbangan wajib kepada keuangan umum, yang tidak merupakan pembayaran langsung terhadap jasa yang diberikan oleh negara kepada si pembayar pajak ”. c. Definisi menurut Sinsian Isa Djajadiningrat: “ Pajak adalah suatu kewajiban menurut peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta dapat dipaksakan, untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada negara, yang disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberi kedudukan tertentu bagi si pembayar pajak, tetapi bukan sebagian hukuman, tanpa ada jasa balik dari negara secara langsung, dalam rangka usaha negara untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan umum ”. Pajak menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pungutan wajib,biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbanganwajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan,pemilikan, harga beli barang dan sebagainya. Sedangkan Rochmat Soemitro, menyatakan sebagai berikut : “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat cara timbal balik (kontra prestasi), yang langsung dapat diyujukan dan di gunakan untuk membayar pengeluaran umum” . Pajak menurut Pasal 1 angka 1 undang - undang No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. 13 Dari beberapa definisi pajak di atas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran yang dibayarkan oleh penduduk kepada negara yang dapat dipaksakan dengan didasarkan pada undang–undang dan tidak ada timbal balik langsung kepada penduduk sebagai wajib pajak. 2.1.4.2 Asas Pemungutan Pajak Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nationsdengan ajaran yang terkenal "The Four Maxims",seperti yang tertulis dalam buku Hukum Pajak karya Erly Suandy (2008) asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut: 1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan): pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equality, tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama wajib pajak harus diperlakukan sama dalam keadaan berbeda wajib pajak harus diperlakukan berbeda. 2. Asas Certainty (asas kepastian hukum): pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi ( not arbitrary ). Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya. 3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan): pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling 14 baik bagi wajib pajak, yaitu saat yang paling dekat dengan saat diterimanya pengahsilan / keuntungan yang dikenakan pajak. 4. Asas Economic of Collections (asas efisien atau asas ekonomis): pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri, karena pemungutan pajak tidak aka nada artinya kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh. 2.1.4.3 Teori-teori Pemungutan Pajak Negara mempunyai hak untuk memungut pajak berdasarkan beberapa teori (Mardiasmo, 2004) : 1) Teori asuransi yaitu negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hakhak rakyatnya, oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut. 2) Teori kepentingan adalah pembagian pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar. 3) Teori daya pikul yaitu beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing – masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu: a. Unsur obyektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. b. Unsur subyektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi. 15 2.1.4.4 Fungsi Pajak Pajak sebagai salah satu penerimaan pemerintah bertujuan untuk membiayai pembangunan yang muaranya diharapkan dapat meningkatkankesejahteraan masyarakat. Dalam Siti Resmi (2009) pajak mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Fungsi anggaran (budgetary) Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak – banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan ( PPh ), Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ), Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ), dan lain – lain. b. Fungsi pengatur (regulatory) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan–tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah : 1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli brang mewah. Semakin mewah suatu barang maka 16 tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba–lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah). 2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan : dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan. 3. Tarif pajak ekspor sebesar 0%: dimaksudkan agar pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara. 4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja dan lain – lain : dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan). 5. Pembebasan Pajak Penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi: dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia. 6. Pemberlakuan tax holiday: dimaksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia. 17 2.1.4.5 Sistem Pajak Menurut Mangkoesoebroto (2009) dalam bukunya “Ekonomi Publik”mengemukakan bahwa sistem pajak yang baik harus memiliki kriteria seperti berikut: 1. Kepastian Kriteria kepastian ini berhubungan dengan aktivitas investasi yangdilakukan oleh masyarakat memerlukan biaya yang sangat besar dan penuhresiko. Oleh karena itu, investor haruslah mendapat kepastian akan besarnya pajakyang harus dibayar. 2. Biaya administrasi yang minimal Biaya administrasi untuk melaksanakan suatu jenis pajak yangmerupakan biaya pemungutan dan pengenaan pajak haruslah diusahakanseminimal mungkin.Jenis pajak yang berbeda mempunyai biaya administrasiyang berbeda pula, atau tergantung siapa yang menjadi wajib pajaknya. Ambilcontoh, biaya administrasi pajak penjualan yang dikenakan kepada produsenberbeda dengan pajak penjualan yang wajib pajaknya pengecer . 3. Pelaksanaan (enforcement) Suatu sistem pajak yang baik haruslah dapat dilaksanakan dandipaksakan (enforceable).Pemerintah harus dapat meneliti usaha-usaha wajibpajak untuk dapat melakukan penghindaran pajak.Misalnya pada pajakpendapatan, pemerintah harus dapat meneliti semua pendapatan wajib pajak, jikatidak hal ini dapat mendorong wajib pajak untuk beralih pada kegiatan-kegiatanyang penghasilannya sulit dilacak oleh petugas pajak. 18 4. Dapat diterima oleh masyarakat Kriteria sistem pajak yang lain yaitu dapat diterima masyarakat sebabjika tidak dapat diterima oleh masyarakat akan menyebabkan usaha-usaha untukmenghindarkan diri dari pajak yang lebih besar. 2.1.4.6 Jenis-jenis Pajak Menurut Waluyo (2008), pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 2.1.4.6.1 Menurut Golongan a. Pajak Langsung Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2.1.4.6.2 Menurut Sifat a. Pajak Subjektif Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. 19 b. Pajak Objektif Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2.1.4.6.3 Menurut Pemungut dan Pengelolanya a. Pajak Pusat Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. b. Pajak Daerah Jenis - jenis pajak daerah tingkat I (Provinsi) a. Pajak Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah dll. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. 20 d. Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. e. Pajak Rokok Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah. Jenis - jenis pajak daerah tingkat II (kab/kota) a. Pajak Hotel Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. b. Pajak Restoran Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. c. Pajak Hiburan Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. d. Pajak Reklame Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. e. Pajak Penerangan Jalan Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. 21 g. Pajak Parkir Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. h. Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. i. Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. 2.1.5 Retribusi Daerah Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. 22 Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6) “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”. Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan, dengan demikian bila seseorang ingin menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ciri-ciri retribusi daerah: a. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis c. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk d. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang mengunakan/ mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara. Menurut Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Departemen Keuangan-RI (2004:60), Kontribusi retribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah kabupaten/pemerintah kota yang relatif tetap perlu mendapat perhatian serius bagi daerah. Karena secara teoritis terutama untuk kabupaten/kota retribusi seharusnya mempunyai peranan/ kontribusi yang lebih besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Objek retribusi daerah yang menjadi objek dari retribusi daerah adalah berbentuk jasa. Jasa yang dihasilkan terdiri dari: 23 a. Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa umum meliputi pelayanan kesehatan, dan pelayanan persampahan.Jasa yang tidak termasuk jasa umum adalah jasa urusan umum pemerintah. b. Jasa Usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prisip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jasa usaha antara lain meliputi penyewaan aset yang dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel kendaraan, tempat penyucian mobil, dan penjualan bibit. c. Perizinan Tertentu, pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah tidak harus dipungut retribusi. Akan tetapi dalam melaksanakan fungsi tersebut, pemerintah daerah mungkin masih mengalami kekurangan biaya yang tidak selalu dapat dicukupi oleh sumber-sumber penerimaan daerah yang telah ditentukan sehingga perizinan tertentu masih dipungut retribusi. 2.1.6 Perbedaan Pajak dan Retribusi Menurut Suparmoko dalam Lilik Yunanto (2010), ada beberapa perbedaan pajak dan retribusi yaitu, pajak biasanya harus dibayar oleh anggota masyarakat sebagai suatu kewajiban hukum (berdasarkan pengesahan badan legislatif) tanpa pertimbangan apakah secara pribadi mereka mendapat manfaat atau tidak dari pelayanan yang mereka biayai. Retribusi di bayar langsung oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan dan biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh/sebagian dari biaya pelayanannya. 24 Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah tidak terdapat kontraprestasi langsung yang dapat di tunjuk di samping itu terdapat unsur paksaan yang bersifat yuridis yang maksudnya akan membawa akibat hukum, bagi pelanggarnya. Pada retribusi terdapat adanya kontraprestasi langsung yang dapat ditunjuk dan unsur paksaan lebih bersifat ekonomis sehingga pada hakekatnya diserahkan pada pihak yang berkepentingan untuk membayarnya. 2.1.7Pajak Daerah 2.1.7.1 Pengertian Pajak Daerah Pengertian Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu: “Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Menurut Erly Suandi (2009) dalam buku “ Hukum Pajak” Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak Daerah diatur dalam undang–undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pajak Daerah yang diatur dalam undang–undang No.18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan undang–undang No.34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 4 jenis Pajak Daerah Propinsi dan 7 jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota. 25 2.1.7.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah Sesuai dengan pembagian administrasi daerah, menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: 1) Pajak Daerah Tingkat I atau Pajak Provinsi, terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaaan kendaraan bermotor. b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. d. Pajak Air Permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. e. Pajak Rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. 2) Pajak Daerah Tingkat II atau Pajak Kabupaten/Kota a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). 26 b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering. c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukkan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. d. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. e. Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain. f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral bukan logam dan batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. g. Pajak Parkir, yaitu pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan 27 bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. h. Pajak Air Tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. i. Pajak Sarang Burung Walet, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. 2.1.7.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah Sistem pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terhutang) oleh seseorang. 2) Semi self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang. 28 3) Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada setiap wajib pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang. 4) Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang pada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terhutang. Pihak ketiga tersebut selanjutnya menyetor dan melaporkan kepada fiskus. 2.1.8Syarat Pemungutan Pajak Daerah Menurut Nurlan Darise (2006: 45-6) pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya : a. Syarat Keadilan Pemungutan pajak harus sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilanundang-undang dan pelaksanaan pemungutannya harus adil. Adil dalam perundang-undangan artinya mengenakan pajak secara umum dan merata sertadisesuaikan dengan kemampuan masing-masing wajib pajak. Sedangkan adildalam pelaksanaan pemungutannya yakni dengan memberikan hak bagi wajibpajak untuk mengajukan keberatan,penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis pertimbangan pajak. b. Syarat Yuridis Pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang. Hal ini memberi jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya. 29 c. Syarat Ekonomis Pemungutan pajak tidak sampai mengganggu perekonomian khususnya padakegiatan perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuhan perekonomian masyarakat. d. Syarat Finansial Pemungutan pajak harus efisien dan didasarkan pada fungsi budgeter,artinyabiaya pemungutan harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. e. Syarat Sederhana Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 2.1.9 Kriteria Pemungutan Pajak Daerah Ada beberapa kriteria dalam pemungutan pajak daerah (Raksaka Mahi, 2005: 43-4) yaitu: a. Kecukupan dan Elastisitas Dalam kaitan dengan kecukupan, penerimaan suatu pajak harus menghasilkanpenerimaan yang cukup besar sehingga diharapkan mampu membiayai sebagianatau keseluruhan biaya pelayanan yang dikeluarkan. Secara tidak langsung dapatdikatakan biaya pungut harus dapat ditutup dari hasil pungut dan selisihnyadapat dipergunakan untuk membiayai pengeluaran publik. Ada 2 (dua) hal penting yang bisa yang menjadi syarat elastisitas. 1. Terdapatnya pertumbuhan potensi dari dasar pengenaan pajak itu sendiri(basis pajak). 30 2. Kemudahan untuk menarik manfaat dari pertumbuhan pajak tersebut. Sebagaicontoh, jika jumlah hotel meningkat, maka sudah selayaknya pajak hotel juganaik. Namun demikian kenaikan itu tidak akan terasa apabila sistem perpajakantidak dapat mengambil manfaat dari adanya peningkatan jumlah hotel tersebut. b. Pemerataan Pemerataan mempunyai arti bahwa beban pengeluaran pemerintah daerah haruslah dipikul oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupannya. Ada 3 (tiga) dimensi pemerataan, yaitu; (i) Pemerataan vertikal yang menghasilkan pajak progresif. (ii) Pemerataan horizontal, (iii) Pemerataan geografis, artinya orang tidak seharusnya membayarbeban pajak lebih hanya karena tinggal di daerah tertentu. c. Kelayakan Administrasi Kelayakan administrasi bermakna bahwa berbagai jenis pajak di daerah berbedabaik dalam jumlah maupun keputusan yang diperlukan dalam administrasinya. Ada pajak tertentu yang memiliki tingkat kesulitan dalam menghitungnya, namun ada jenis pajak yang mudah dihitung. d. Kesepakatan politis Keputusan pembebanan pajak sangat tergantung kepekaan masyarakat,pandangan masyarakat secara umum tentang pajak dan nilai – nilai 31 yang berlakudalam masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan kesepakatan bersama dalampengambilan keputusan perpajakan. e. Menghindari distorsi terhadap perekonomian Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menimbulkan beban baik bagikonsumen maupun produsen. Sehingga jangan sampai suatu pajak akan menimbulkan beban tambahan yang berlebihan sehingga akan merugikan masyarakat secara menyeluruh. 2.1.10 Strategi Pemungutan Pajak Daerah Adapun dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah juga harus memperhatikan beberapa strategi (Mardiasmo dan Makhfatih, 2000: 2) yaitu: a. Jenis pajak sedikit mungkin b. Potensi dan hasilnya besar c. Administrasinya sederhana d. Biaya pemungutannya murah e. Tarif ditentukan dengan prosentase (advelerem) f. Dasar Pajak (tax base) ditentukan oleh Peraturan Bupati 2.1.11Kendala Pemungutan Pajak Daerah Merupakan tugas negara dalam pemungutan dan pengelolaan uang pajak demi pengelolaan dan pembiayaan tugas-tugas negara, sehingga negara bisa memaksa warganya untuk melakukan pembayaran pajak yang telah diatur dalam Undang-Undang, akan tetapi bagi petugas pajak daerah dalam hal pemungutan pajak tidak semudah yang diamanahkan oleh undang-undang. Seringkali petugas pajak daerah menjumpai kendala yang melemahkan dalam pemungutan pajak 32 daerah. Menurut Yasmin Lisasih (2011) dalam Lilik Yunanto (2015), beberapa kendala dalam pemungutan pajak daerah adalah sebagai berikut : 1. Realisasi pengawasan peraturan daerah tentang pajak daerah relatif lemah. Ketentuan UU Nomor 34 Tahun 2000 mengamanatkan bahwa peraturan daerah tentang pajak dan restribusi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah harus disampaikan kepada pemerintah pusat, yaitu ke Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 15 (lima belas) hari sejak ditetapkan. Akan tetapi., tidak semua provinsi dan kabupaten/kota menyampaikan peraturan daerah ke pemerintah pusat, masih banyak provinsi dan kabupaten/kota yang tidak memperhatikan amanat dalam ketentuan undang-undang tersebut. Kurangnya kesadaran Provinsi maupun kabupaten/kota dalam memenuhi amanat undang-undang tersebut pastinya melemahkan pemungutan pajak daerah, dengan tidak adanya penyampaian peraturan daerah tersebut dapat terjadi kemungkinan terbitnya peraturan daerah yang di kemudian hari ternyata bermasalah karena kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 2. Sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat dalam pengawasan pemungutan pajak daerah. Semua aktivitas pelaksanaan pemerintahan di daerah tetap diperlukan adanya suatu sistem pengawasan dari pemerintah pusat namun pengawasan hendaknya tidak lagi menyisakan celah bagi pemerintah pusat untuk menerapkan sentralisasi kekuasaan yang nantinya dapatmenimbulkan konflik antarpusat dan daerah atau antar provinsi dan kabupaten/kota, karena jika demikian makna otonomi daerah menjadi 33 kabur. Pengawasan oleh pemerintah pusat yang terlalu ketat dapat melemahkan pemungutan pajak dikarenakan dengan adanya pengawasan Pemerintah Pusat yang terlalu ketat dapat membatasi keleluasaan pemerintah dan masyarakat daerah sehingga pemerintah daerah tidak dapat mandiri dalam mengelola aspek kehidupannya sesuai dengan aspirasi, rasa keadilan dan budaya masing-masing. 3. Kurang siapnya daerah dalam menangani sengketa pajak. Permasalahan yang timbul dalam sengketa pajak pada umumnya ialah bagaimana menentukan jenis pajak daerah yang tepat dikenakan (langsung atau tidak langsung), kepada siapa dan di tingkat pemerintahan mana (kabupaten atau kota). Sengketa pajak sebagai sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dan pejabat pajak yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasar undang-undang penagihan pajak dengan surat paksa. Adanya sengketa pajak tersebut baik sengketa regulasi, sengketa ketetapan pajak maupun sengketa pelaksanaan penagihan pajak secara otomatis melemahkan pemungutan pajak. 4. Pemberian perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum yang kurang atau tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya. 5. Kurangnya pembinaan terhadap seluruh perangkat dinas. 34 6. Kurangnya kemampuan untuk mendengar, menanggapi dan mencari solusi dari keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata, penganalisis data, perhitungan, penerbitan SKPD, ataupun penagihan. 7. Belum dapat diterapkannya sistem self assessment system dalam pemungutan pajak daerah. 2.1.12 Pajak Hotel 2.1.12.1 Pengertian Pajak Hotel Berdasarkan Peraturan Daerah kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah yang dimaksud pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pajak Hotel, hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan di miliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. 35 2.1.12.2Objek Pajak Hotel Objek pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk: a. fasilitas penginapan dan fasilitas tinggal jangka pendek, termasuk gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel), losmen, bungalow dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan; b. pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan termasuk telepon, faksimil, telex, foto copy, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola hotel; c. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum termasuk pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau dikelola hotel; d. jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel; Dikecualikan dari objek pajakhoteladalah : a. penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel; b. pelayanan tinggal di asrama dan Pondok Pesantren; c. fasilitas olah raga dan hiburan yang di sediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan untuk tamu hotel dengan pembayaran; d. pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang di pergunakan oleh umum di hotel; 36 e. pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum; f. pelayanan yang disediakan dihotel terhadap Duta Besar dan Staf Konsulat Jenderal. 2.1.12.3Subjek Pajak Hotel dan Wajib Pajak Hotel Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.Sedangkan wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. 2.1.12.4Tarif, Dasar Pengenaan dan Perhitungan Pajak Hotel Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebesar 10% dengan jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Pengusaha hotel harus menambahkan pajak hotel atas pembayaran pelayanan di hotel dengan menggunakan tarif pajak 10%.Dalam hal pengusaha hotel tidak menambahkan pajak sebagaimana diatas, jumlah pembayaran telah termasuk pajak hotel.Pajak hotel yang terutang dipungut di daerah. 2.1.12.5 Masa Pajak dan Saat Pajak terutang Masa pajak menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang 37 terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan). Dalam hal masa pajak hotel ini, masa Pajak adalah 1 (satu) bulan takwim, atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Peraturan Walikota Tangerang.Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada hotel. 2.1.13Pajak Restoran 2.1.13.1 Pengertian Pajak Restoran Untuk menyelenggarakan pemerintahan, daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan undangundang. Dengan demikian, pemungutan pajak restoran harus didasarkan pada Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tentang pajak restoran memberikan kepastian hukum mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan cara pemungutan pajak. Selain itu, sanksi dan hukuman bagi setiap pelanggaran pajak juga diatur dalam Peraturan Daerah tersebut.Akumulasi pemungutan pajak restoran merupakan Pendapatan Asli Daerah yang sangat bermanfaat untuk membiayai pembangunan di daerah. Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2010 tentang Pajak Daerah, pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang 38 disediakan oleh restoran. Yang dimaksud dengan restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering. 2.1.13.2 Objek Pajak Restoran Menurut Peraturan Daerah Kota TangerangNomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud adalah meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. 2.1.13.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Sedangkan wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan rrestoran. Setiap wajib pajak restoran sebagaimana dimaksud di atas harus memiliki perijinan yang terkait dengan usaha restoran dari Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk. 2.1.13.4 Tarif, Dasar Pengenaan dan Perhitungan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran. 39 (1)Besaran pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 10% dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Perda tersebut. (2)Pengusaha restoran harus menambahkan pajak restoran atas pembayaran pelayanan di restoran dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku. (3)Dalam hal pengusaha restoran tidak menambahkan pajak restoran sebagaimana dimaksud pada poin (2), maka jumlah pembayaran yang digunakan sebagai dasar pengenaan Pajak Restoran. 2.1.13.5Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 masa pajak restoran adalah 1 (satu) bulan kalender.Saat pajak terutang adalah pada saat pembayaran atas pelayanan di restoran.Pajak restoran yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat restoran berlokasi. Tata cara pengelolaan pajak restoran diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. 2.1.14 Pajak Reklame 2.1.14.1 Pengertian Pajak Reklame Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan 27 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah : “Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.” Beberapa terminologi dalam pemungutan pajak reklame (Siahaan, 2013:382383) yaitu sebagai berikut: 1. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, 40 mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum. 2. Penyelenggaraan reklame adalah orang atau badan yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. 3. Perusahaan jasa periklanan/biro reklame adalah badan yang bergerak di bidang periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Panggung reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan reklame yang ditetapkan untuk suatu atau beberapa buah reklame. 5. Jalan umum adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. 6. Izin adalah izin penyelenggaraan reklame yang terdiri dari izin tetap dan izin terbatas. 7. Surat Permohonan Penyelenggaraan Reklame yang selanjutnya disingkat SPPR adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk mengajukan permohonan penyelenggaraan reklame dan mendaftarkan identitas pemilik data reklame sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang. 8. Surat Kuasa Untuk Menyetor yang selanjutnya disingkat SKUM adalah nota perhitungan besarnya pajak reklame yang harus dibayar oleh wajib pajak yang berfungsi sebagai ketetapan pajak. 41 2.1.14.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame Pemungutan Pajak Reklame di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar pemungutan pajak reklame pada suatu kabupaten atau kota (Siahaan, 2013:383) adalah sebagai berikut. 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 4. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Reklame. 5. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Reklame sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Reklame pada kabupaten/kota dimaksud. 2.1.14.3Objek Pajak Reklame 1. Objek Pajak Reklame Berdasarkan Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame adalah sebagaimana disebut dibawah ini : 42 a. Reklame papan/billboard; yaitu reklame yang terbuat dari papan, kayu, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau digantungkan atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan sebagainya baik bersinar maupun yang disinari. b. Reklame megatron/videotron/Large Electronic Display ( LED ),yaitu reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah–ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik. c. Reklame kain, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan bahan kain, termasuk kertas, plastic, karet, atau bahan lain yang sejenis dengan itu. d. Reklame melekat, yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per lembar. e. Reklame selebaran, yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, atau digantungkan pada suatu benda lain. f. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan, yaitu reklame yangditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang. g. Reklame udara, yaitu reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis. 43 h. Reklame suara, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata–kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau perantaraan alat. i. Reklame film/slide, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan–bahan yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada diruangan. j. Reklame peragaan, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. 2. Bukan Objek Pajak Reklame Adapun yang tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame menurut Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerahadalah sebagai berikut: a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya; b. label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya; c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut; d. reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah;dan 44 e. penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah, misalnya penyelenggaraan reklame yang diadakan khusus untuk kegiatan sosial, pendidikan, keagamaan dan politik tanpa sponsor. 2.1.14.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame Marihot Pahala Siahaan dalam bukunya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( 2010 ) berdasarkan Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa pada pajak reklame yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.Jika reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.apabila reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, misalnya perusahaan jasa periklanan, pihak ketiga tersebut menjadi wajib pajak reklame. Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang–undang dan peraturan daerah tentang pajak reklame.Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajaknnya. 2.1.14.5 Dasar Pengenaan Pajak Reklame Berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 48 Tahun 2014 Nilai Sewa Reklame ( NSR ) adalah ukuran nilai biaya yang dijadikan sebagai dasar 45 pengenaan pajak reklame yang merupakan penjumlahan Nilai Jual Objek Pajak Reklame ( NJOPR ) dengan Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR ). Nilai Sewa Reklame ( NSR ) = Nilai Jual Objek Pajak Reklame ( NJOPR ) + Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR ) Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, NSR ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.Sedangkan apabila reklame diselenggarakan sendiri, NSR dihitung dengan memerhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.Dalam hal NSR tidak diketahui dan atau dianggap tidak wajar, NSR ditetapkan dengan menggunakan faktor–faktor tersebut diatas. 2.1.14.6Tarif Pajak Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah besarnya tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25% ( dua puluh lima persen ). 2.1.14.7 Perhitungan Pajak Reklame Besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 25% dengan hasil penjumlahan Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) dan Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR) sebagaimana yang diatur didalam Peraturan Walikota Tangerang Nomor 48 Tahun 2014. Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak X Nilai Sewa Reklame 46 2.1.14.8 Masa Pajak Reklame Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim. 2.1.15 Pajak Parkir 2.1.15.1 Pengertian Pajak Parkir Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 2.1.15.2 Objek Pajak Parkir dan Subjek Pajak Parkir 1. Objek Pajak Parkir Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 2. Bukan Objek Pajak Parkir a. penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah dan pemerintah daerah; b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri; dan c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor sedangkan wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. 47 2.1.15.3 Dasar Pengenaan, Tarif, Besaran dan Masa Pajak Parkir Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Tarif pajak parkir ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen). Besaran pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 25% dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud diatas. Pajak parkir yang terutang dipungut di daerah. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim.Pajak terutang dalam masa pajak terjadi sejak penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 2.1.16 Efektivitas Efektivitas menurut Sondang P.Siagian (2001:24) adalah: “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu memiliki keterkaitan erat antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan suatu pengukur keberhasilan terhadap organisasi dalam pencapaian tujuannya. Organisasi tersebut dikatakan efektif apabila telah berhasil mencapai apa yang diharapkan. Abdul Halim (2008:234)dalam Lilik Yunanto (2015)menjelaskan mengukur efektivitas secara lebih rinci digunakan kriteria berdasarkan keputusan 48 Menteri Perdagangan Dalam Negeri No.690.900.327 Tahun 1994 tentang pedoman penilaian dan kinerja keuangan yang disusun dalam tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1 Rasio Efektivitas Rasio Efektivitas Kriteria (100%) >100% Sangat Efektif 90% - 100% Efektif 80% - 90% Cukup Efektif 60% - 80% Kurang Efektif < 60% Tidak Efektif Sumber: Menteri Perdagangan Dalam Negeri No.690.900.327. tahun 1994 2.1.17 Kontribusi Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupunsumbangan.Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yangbersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihaklain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaituberupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikandampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh,seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasanaasri di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagipenduduk maupun pendatang. 49 Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkanefisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkanposisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang spesialis, agar lebih tepatsesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidangyaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya (AnneAhira:2012). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi (T.Guritno 1992: 76) kontribusi adalah segala sesuatu yang diberikan secara bersama sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap besarnya Belanja Pembangunan Daerah. Pengertian kontribusi menurut kamus ilmiah populer, Dany H. (2006:264) ”Kontribusidiartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Sementara menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan: “Sebagai uang iuran pada perkumpulan,sumbangan”. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi merupakan suatu sumbangsih yang diberikan oleh suatu sistem pajak maupun retribusi yang dipergunakan untuk melaksanakan pemerintahan dan pembangunan yang berkelanjutan. 2.2Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengacu pada beberapa penelitian-penelitian sebelumnya yang akan dijadikan pembanding dalam 50 mengembangkan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut. Putu Intan Yuliartini dan Ni Luh Supadmi (2015), penelitian ini bejudul efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran pada pemerintah daerah kota Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran dan kontribusinya pada PAD Kota Denpasar.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Observasi nonpartisipan.Variabel dalam penelitian ini adalah rasio efektivitas dan analisis kontribusi.Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran di Kota Denpasar tahun 2009-2013 sebesar 113,54 persen dengan kategori sangat efektif dan rata-rata kontribusi pemungutan pajak hotel dan restoran pada PAD kota Denpasar pada tahun 2009-2013 sebesar 32,27 persen dengan kategori cukup baik. Garry A.G. Dotulong, David P.E. Saerang dan Agus T. Poputra (2014), penelitian ini berjudul analisis potensi penerimaan dan efektivitas pajak restoran di kabupaten Minahasa Utara. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis potensi penerimaan pajak restoran danefektivitas pajak restoran di Kabupaten Minahasa Utara selama tahun 2010 hingga tahun 2012.Untuk mengetahui potensi penerimaan dan efektivitas dibutuhkan suatu data penelitian yang menggunakan runtun waktu. Penelitian dengan menggunakan runtun waktu akan membantu melihat bagaimana kinerja dari penerimaan Pajak Restoran. Model analisis yang digunakan yaitu analisis perhitungan potensi penerimaan yang didasarkan pada 51 jumlah wajib pajak restoran perhitungan efektivitas pajak restoran yang didasarkan pada realisasi penerimaan dan potensi penerimaan Pajak Restoran. Hasil perhitungan potensi penerimaan Pajak Restoran menunjukkan bahwa potensi Pajak Restoran di kabupaten Minahasa Utara belum tercapai secara optimal. Potensi Rumah Makan memiliki potensi penerimaan Pajak Restoran paling besar. Efektivitas Pajak Restoran menunjukkan bahwa pemungutan dan pengelolaan Pajak Restoran belum efektif. Hasannudin (2015) dengan penelitian berjudul analisis efektivitas dan kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap penerimaan pendapatan asli daerahdi provinsi Maluku Utara. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Data yang telah diolah kemudian dianalisis denganmenggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor diprovinsi maluku utara efektif. Sementara kontribusi pajak kendaraan bermotorterhadap penerimaan PAD adalah kurang baik. Disisi lain efektivitas dan kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap PAD menunjukan tren yang menurun. Hal ini menunjukan bahwa Dinas Pendapatan dan pengelolaan aset daerah provinsi Maluku Utara sudah baik dalam mengelola penerimaan pajak kendaraan bermotor namun belum serius dalam mengoptimalkan potensi penerimaan pajaknya. Nio anggun sripradita, Topowijono dan Achmad husaini (2014), dengan penelitian yang berjudul analisis efektivitas penerimaan pajak reklame dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah. Penelitian dilakukan di wilayah Dinas 52 Pendapatan Daerah Kabupaten Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan dan efektivitas pajak reklame & PAD serta kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah & kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif sedangkan data yang digunakan berupa data kuantitatif yaitu berasal dari Laporan Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah tahun anggaran 2008-2012 pada Dinas Pendapatan Daerah. Hasil dari penelitian ini yaitu pajak reklame di Kabupaten Kediri memiliki potensi yang cukup besar dibandingkan jenis pajak daerah lainnya. Rata-rata efektivitas penerimaan pajak reklame sebesar 111,02% dan rata-rata efektivitas PAD periode 2008-2012 sebesar 125,07%. Rata-rata kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah pada periode 2008-2012 yaitu sebesar 3,12% dan kontribusi pajak reklame terhadap PAD periode tahun 2008-2012 sebesar 1,65%. Alfan A. Lamia, David P.E. Saerang, Heince R.N Wokas penelitiannya berjudul “analisis efektifitas dan kontribusi pemungutan pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan pada pendapatan asli daerah kabupaten Minahasa Utara”. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menganalisis data realisasi pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan dari tahun 2010-2014. Hasil penelitian secara keseluruhan tingkat efektivitas penerimaan pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan pada tahun 2010-2014 sangat efektif. Penerimaan pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan pada tahun 2010-2014 memberikan kontribusi yang baik terhadap PAD. 53 Tabel 2.2 Penelitian terdahulu Peneliti Judul Metodologi penelitian penelitian PutuIntan Efektivitas Teknik analisis data Yuliartini dan pemungutan dalam penelitian ini Ni Luh pajak hotel adalah analisis Supadmi dan restoran kuantitatif (2015) pada sedangkan Metode pemerintah pengumpulan data daerah kota dalam penelitian ini Denpasar adalah Observasi nonpartisipan Garry A.G. Dotulong, David P.E. Saerang dan Agus T. Poputra (2014) Analisis potensi penerimaan dan efektivitas pajak restoran di kabupaten Minahasa Utara. jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif.Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif,penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Hasil penelitian rata-rata efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran di Kota Denpasar tahun 20092013 sebesar 113,54 persen dengan kategori sangat efektif dan ratarata kontribusi pemungutan pajak hotel dan restoran pada PAD kota Denpasar pada tahun 2009-2013 sebesar 32,27 persen dengan kategori cukup baik potensi Pajak Restoran di Kabupaten Minahasa Utara belum tercapai secara optimal. Potensi Rumah Makan memiliki potensi penerimaan Pajak Restoran paling besar. Efektivitas Pajak Restoran menunjukkan bahwa pemungutan dan pengelolaan Pajak Restoran belum efektif. 54 Peneliti Hasannudin (2015) Judul Penelitian analisis efektivitas dan kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di provinsi Maluku Utara. Metodologi Penelitian Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisisdeskriptif kualitatif. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor diprovinsi maluku utara efektif. Sementara kontribusi pajak kendaraan bermotorterhadap penerimaan PAD adalah kurang baik. Disisi lain efektivitas dan kontribusi pajak kendaraanbermotor terhadap PAD menunjukan tren yang menurun. Hal ini menunjukan bahwa dinas Pendapatan dan pengelolaan aset daerah provinsi maluku utara sudah baik dalam mengelola penerimaan pajak kendaraan bermotor namun belum serius dalam mengoptimalkan potensi penerimaan pajaknya. Nio anggun Analisis Metode penelitian Tingkat efektivitas sripradita, efektivitas yang digunakan penerimaan pajak Topowijono penerimaan dalam penelitian ini reklame 5 tahun periode dan Achmad pajak reklame adalah metode 2008-2012 adalah husaini (2014) dalam upaya deskriptif sedangkan 120,14%, 116,88%, peningkatan data yang digunakan 104,84%, 120,15%dan pendapatan berupa data 100,39%. Rata-rata asli daerah. kuantitatif yaitu efektivitas penerimaan berasal dari Laporan pajak reklame periode Target dan Realisasi 2008-2012. Hal ini Penerimaan membuktikan bahwa Pendapatan Daerah pemerintah Kabupaten tahun Anggaran Kediri telah melakukan 2008-2012 pada pemungutan pajak Dinas Pendapatan reklame dengan efektif. Daerah. 55 Peneliti Alfan A. Lamia, David P.E. Saerang, Heince R.N Wokas Judul Penelitian Analisis efektifitas dan kontribusi pemungutan pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan pada PAD kabupaten Minahasa Utara Metodologi Penelitian Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menganalisis data realisasi pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan dari tahun 20102014. Hasil Penelitian Tingkat efektivitas penerimaan pajak restoran,pajak reklamedan pajak penerangan jalan pada tahun 2010-2014 sangatefektif.Penerimaan pajak restoran,pajak reklamedan pajak penerangan jalantahun 2010-2014 memberikan kontribusi yang baik terhadap PAD 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini menjabarkan klasifikasi permasalahan untuk melihat seberapa besar pertumbuhan pajak restoran, efektivitas pajak restoran dan kontribusi pajak tersebut terhadap PAD di Kota Tangerang. Gambar 2.1 Terjadi rata-rata peningkatan realisasi penerimaan pajak daerah Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Pajak Hotel, PajakRestoran, Pajak Reklame, Pajak Parkir Target Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Parkir Realisasi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Parkir Efektivitas 56 Keterangan: Dalam beberapa tahun terakhir di kota Tangerang penerimaan pajak daerah rata-rata mengalami peningkatan realisasi yang akan berdampak positif pada penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang pada akhirnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja daerah beberapa diantaranya dari pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah kota Tangerang menghitung target dan realisasi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir. Apabila target pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir dapat direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan realisasi pendapatan hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir maka pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir tersebut telah efektif pemungutannya. Dengan efektifnya pengelolaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir maka dihasilkan pendapatan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir yang maksimal, dimana diharapkan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pajak daerah. Sehingga pendapatan asli daerah dapat ditingkatkan dan dapat membiayai pembangunan daerah secara maksimal. 57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2002:17) dalam ArifSuciadi R (2014) pada dasarnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu adanya hipotesis. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sedangkan analisis kuantitatif adalah metode analisis dengan melakukan perhitungan terhadap data data yang bersifat pembuktian dari masalah sehingga metode deskriptif kuantitatif adalah metode penelitian melalui langkah-langkah yang memaparkan atau menjelaskan data melalui angka-angka. Dalam penelitian ini, penelitian hanya terbatas pada prosentase yang di dapat dari data kuantitatif yang berkaitan dengan penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir di kota Tangerang. Selanjutnya dari hasil perhitungan prosentase tersebut, penulis menggunakan pemikiran logis untuk menggambarkan dan menjelaskan secara mendalam serta sistematis tentang keadaan yang sebenarnya, kemudian ditarik suatu kesimpulan sehingga dapat diperoleh suatu penyelesaian atas permasalahan yang penulis teliti. 3.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dinas PengelolaanKeuangan Daerah (DPKD) kota Tangerang. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang perpajakan. 58 58 Sedangkan objek analisis dalam penelitian ini adalah penerimaan, efektivitas dan kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Tangerang, provinsi Banten dimana kurun waktu penelitan ini adalah periode 2010–2014. 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa daftar rincian penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir dan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Tangerang dari tahun 2010-2014. Di sisi lain, data kualitatif berupa profil daerah, visi dan misi, undangundang pajak daerah dan praturan daerah kota Tangerang. Sumber data yang diperoleh untuk menjadi bahan analisis adalah data sekunder yangdiperoleh dari dokumen Dinas Pengelolaan KeuanganDaerah kota Tangerang. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan tertentu (Arif Suciadi:2014). Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan studi pustaka. a) Dokumentasi Menurut J.Supranto (1999) dalam Arif Suciadi (2014) dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi bukubukuyang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan dan data yang relevan dengan penelitian. 59 Dokumentasi dilakukan dengan mengadakan penelaahan dan pencatatan dokumen-dokumen tertulis instansi. Dokumen yang dimaksud disini adalah dokumen yang ada di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah kota Tangerang tentang penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir dan Pendapatan Asli Daerah tahun 2010-2014. b) Studi Pustaka Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca literatur, arsip, dan buku-buku (J.Supranto,1999:47) dalam Arif Suciadi (2014). Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dipublikasikan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah kota Tangerang. 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif, dimana peneliti berusaha menggambarkan kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat dan data angka berdasarkan informasi-informasi yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan (Alfan:2015). 3.6 Definisi dan Pengukuran Variabel 1. Analisis Efektivitas Mahmudi (2010:143) dalam Alfan (2015)menyatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus 60 dicapai. Untuk menganalisis tingkat efektivitas dari pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir maka peneliti menggunakan rumus : 1. Efektivitas Pajak Hotel Realisasi Pajak Hotel Efektivitas = X 100% Target Pajak Hotel 2. Efektivitas Pajak Restoran Realisasi Pajak Restoran Efektivitas = X 100% Target Pajak Restoran 3. Efektivitas Pajak Reklame Efektivitas = Realisasi Pajak Reklame X 100% Target Pajak Reklame 4. Efektivitas Pajak Parkir Realisasi Pajak Parkir Efektivitas = X 100% Target Pajak Parkir Perhitungan efektivitas apabila menunjukkan hasil prosentase yang semakin besar dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir semakin efektif, demikian pula sebaliknya semakin kecil presentase hasilnya menunjukkan pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir semakin tidak efektif. 61 Tabel 3.1 Kriteria Efektivitas Persentase Efektivitas Keterangan >100% Sangat Efektif 90–100% Efektif 80–90% Cukup Efektif 60–80% Kurang Efektif < 60 % Tidak Efektif Sumber :Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 (Rima Adelina, 2012) Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa apabila persentase yang dicapai lebih dari 100% berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang dari 60% berarti tidak efektif. 2. Analisis Kontribusi Menurut kamus ekonomi (T Guritno 1997:76) dalam Hasannudin (2015) kontribusi adalah sesuatu yang diberikanbersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Analisis kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada PendapatanAsli Daerah. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut: Analisis kontribusi pajak hotel = Realisasi pajak hotel X 100% Realisasi PAD 62 Analisis kontribusi pajak restoran = Realisasi pajak restoran X 100% Realisasi PAD Analisis kontribusi pajak reklame = Realisasi pajak reklame X 100% Realisasi PAD Analisis kontribusi pajak parkir = Realisasi pajak parkir X 100% Realisasi PAD Sumber : Mourin(2013) dalam Putu Intan (2015) Dengan analisis ini penulis akan mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Tangerang. Kontribusi dapat dikategorikan dalam kategori sangat baik apabila rasio menunjukkan angka >50 persen. Kriteria kontribusi di sajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 3.2 Kriteria Kontribusi Kontribusi (%) Kriteria Kontribusi >50 Sangat Baik 40,10-50,00 Baik 30,10-40,00 Cukup Baik 20,10-30,00 Sedang 10,00-20,00 Kurang Baik <10 Sangat Kurang Sumber: Tim Litbang Depdagri Fisiopol UGM (Putu Intan :2015). 63 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kota Tangerang Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Daerah ini berfungsi sebagai salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta dan memiliki letak yang strategis karena berada di antara DKI Jakarta, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Kondisi ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), dan diatur pula dalam Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur. Kota Tangerang memiliki motto seperti yang tercantum dalam lambang daerahnya yaitu “Bhakti Karya Adhi Kertaraharja” yang memiliki arti sebagai semangat pengabdian dalam bentuk karya pembangunan untuk kebesaran negeri dan kemakmuran serta kesejahteraan wilayah. Kota Tangerang berada pada posisi yang strategis sehingga menjadikan perkembangan kota Tangerang berjalan dengan pesat. Pada satu sisi, menjadi daerah limpahan dari berbagai kegiatan dikota Jakarta, di sisi lainnya kota Tangerang menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. 64 64 Pesatnya perkembangan kota Tangerang, didukung pula dari tersedianya system jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta aksesibilitas dan konektivitas berskala nasional dan internasional yang baik sebagaimana tercermin dari keberadaan Bandara International Soekarno-Hatta, Pelabuhan Internasional Tanjung Priok, serta pelabuhan Bojonegara sebagai gerbang maupun outlet nasional. Dengan adanya Bandara Internasional SoekarnoHatta hal ini merupakan melambangkan semangat pacu dalam mencapai cita-cita Pembangunan yang luhur sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Kedudukan geostrategis kota Tangerang tersebut telah mendorong bertumbuh kembangnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang merupakan basis perekonomian kota Tangerang yang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan sektor perindustrian saat ini. 4.1.2 Visi Kota Tangerang Visi pembangunan daerah kota Tangerang tahun 2014-2018 berdasarkan visi Walikotadan Wakil Walikota Tangerang terpilih adalah sebagai berikut: “Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju, Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera, dengan Masyarakat yang Berakhlakul Karimah”. 65 Penjelasan dari Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Penjelasan Visi Kota Tangerang Visi Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju, Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera,dengan masyarakat yang Berakhlakul Karimah Pokok Visi Penjelasan Visi Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju Terwujudnya Kota Tangerang yang maju dalam berbagai hal, melalui pemberian pelayanan terbaik dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan tata kelola perkotaan yang berorientasi lingkungan. Terwujudnya Kota Tangerang yang Mandiri Terwujudnya Kota Tangerang yang mandiri, melalui pembangunan yang dilakukan dengan memaksimalkan segenap potensi daerah yang dimiliki untuk mendorong tumbuhnya rasa percaya diri dalam diri segenap masyarakat dan seluruh stakeholder untuk bersamasama dan ikut bertanggung jawab dalam kelangsungan pelaksanaan pembangunan daerah Terwujudnya Kota Tangerang yang dinamis yaitu kehidupan yang berkesinambungan dengan mengikuti era perkembangan zaman dengan tetap menjaga Terwujudnya Kota Tangerang yang Dinamis 66 mencerminkan kehidupan masyarakat KotaTangerang yang meskipun berbeda latar belakang etnis dan budaya, namun memiliki semangat kebersamaan dan nasionalisme berbasis kedaerahan, tenggang rasa dan tanggung jawab, sikap toleransi yang universal, dalammembangun Kota Tangerang. Terwujudnya Kota Tangerang yang Sejahtera Terwujudnya Kota Tangerang yang sejahtera, melaluiperwujudan masyarakat kota Tangerang yang sejahterayaitu memiliki tatanan kehidupan yang baik danberkualitas sehingga terbentuk kehidupan masyarakat yang makmur dan berkeadilan, dan menjadikanmasyarakat sebagai subjek dalampembangunan daerah. Terwujudnya Masyarakat Akhlakul Karimah Terwujudnya masyarakat Kota Tangerang yang memiliki akhlakul karimah, yaitu terwujudnya masyarakat yang memiliki sikap dan perilaku akhlak mulia yang dicerminkan melalui kualitas hubungan antar manusiadengan Tuhan dan hubungan antar manusia itu sendiri,dan menjadi landasan moral dan etika dalambermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemahamandanpengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya 67 masyarakat yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani dan rohani, serta tercukupi kebutuhan material spiritual, sehingga mampu mewujudkan sebuah masyarakat madani madaniyyah dan hidup menuju negeri yang adil, makmur, dan diberkati (baldatun toyibatun warabunghafur). 4.1.3 Misi Kota Tangerang Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi dalam dokumen RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi. Misi pembangunan Kota Tangerang Tahun 2014-2018 berdasarkan misi Walikota dan Wakil Walikota Tangerang terpilih adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan transparan didukung dengan struktur birokrasi yang berintegritas, kompeten, dan professional. 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing tinggi. 68 3. Mengembangkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial demi terwujudnya masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi. 4. Meningkatkan pembangunan sarana perkotaan yang memadai dan berkualitas. 5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman. Penjelasan dari misi tersebut bisa diuraikan sebagai berikut: Tabel 4.2 Penjelasan Misi Kota Tangerang Visi Misi Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju, Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera, dengan Masyarakat yang Berakhlakul Karimah Mewujudkan tata pemerintahan yang baik,akuntabel, dan transparandidukung dengan strukturbirokrasi yang berintegritas,kompeten, dan professional. Penjelasan Misi Pelaksanaan pembangunan akan berjalan dengan optimal apabila ditunjang oleh tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan transparan.Perwujudan tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan transparan didukung dengan struktur birokrasi aparatur yang mengedepankanprofesionalisme, kompetensi, kualitas, transparansi, objektifitas, dan bebasdari intervensi politik dan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) berintegritas, kompeten, dan profesional. Meningkatkan Peningkatan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi ekonomi yang berdaya yang berdaya saingtinggi merupakan salah saingtinggi satu upaya untuk mempercepatkemajuan kota Tangerang, yang dilakukan dengan memajukankegiatan ekonomi yang menjadi sektor unggulan,sepertiperdagangan dan jasa, industri, dan 69 Mengembangkan kualitaspendidikan, kesehatan, dankesejahteraan sosial demi terwujudnya masyarakatyang berdaya saing di eraglobalisasi Meningkatkan pembangunan sarana perkotaan yang memadai dan berkualitas Mewujudkan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan bersih, sehat, nyaman yang dan yang dan memberdayakan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasisehingga mampu bersaing, serta memperluaskesempatankerja, mengurangi pengangguran, dan mengentaskankemiskinan. Pengembangan kualitas pendidikan dan kesehatan ditujukanuntuk meningkatkan masyarakat yang berdaya saing, kualitaskehidupan masyarakat kota Tangerang, yang ditunjang dengan upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Demi terwujudnya masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan sumberdaya manusia, kualitas dan kuantitassarana dan prasarana pelayanan, serta faktor pendukunglainnya. Penyediaan dan peningkatan pembangunan sarana perkotaan yang memadai dan berkualitas. mutlak diperlukansekaligus dapat untuk menjamin pemenuhan kebutuhanpelayanan dasar masyarakat dalam rangka mendukungberlangsungnya kegiatan ekonomi dan investasi secaraproduktif. Sarana perkotaan merupakan faktor penunjangbagi kegiatan ekonomi kota Tangerang. Peningkatan kualitas dan daya dukung lingkungan untuk mendukung dalam rangka melaksanakan merupakan salah satu pilar pembangunan berkelanjutan.Pembangunan yangberkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bersih,sehat, dan nyaman, serta 70 seimbang antara dapatmenciptakan kondisi kemajuan yang seimbang antara peningkatan aspek sosial dan ekonomi dengan kelestarian lingkungan hidup. 4.1.4 Letak Geografis Kota Tangerang memiliki luas wilayah berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)Tahun 2014, seluas ±184,24 km2 (termasuk Bandara Soekarno– Hatta seluas ±19,69 km2), yang secara administratif terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan dengan 970 Rukun Warga (RW) dan 4.820 Rukun Tetangga (RT). Kota Tangerang berjarak ±60 km dari Ibukota Provinsi Banten dan berjarak ±27 km dari Ibukota DKI Jakarta. Kota Tangerang secara geografis terletak pada 106.036ο–106.042ο Bujur Timur (BT) dan606ο–613ο Lintang Selatan (LS), dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut. a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan kecamatan Teluknaga, kecamatanKosambi dan kecamatan Sepatan di kabupaten Tangerang; b. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan kecamatan Curug di kabupaten Tangerang serta kecamatan Serpong Utara dan kecamatan Pondok Aren di Kota Tangerang Selatan; c. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di DKI Jakarta; d. Sebelah Barat: Berbatasan dengan kecamatan Pasar Kemis dan kecamatan Cikupa di kabupaten Tangerang. 71 Diantara ke-13 kecamatan, kecamatan Larangan merupakan kecamatan terjauh dariIbukota Tangerang (sekitar 14 km) dan Kecamatan Tangerang merupakan kecamatanterdekat dari Ibukota Tangerang. Jarak paling jauh antar kecamatan adalah antara kecamatan Larangan dengan kecamatan Benda yaitu sekitar 21 km dan Jarak palingdekat antar kecamatan adalah antara kecamatan Cibodas dengan kecamatan Jatiuwungyaitu sekitar 1 km. Untuk lebih jelasnya, gambaran kondisi geografis kota Tangerang bisa dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Peta Administrasi Wilayah Kota Tangerang 72 Letak geografis yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta membuat kota Tangerang memiliki posisi yang sangat strategis.Nilai strategis tersebut semakin bertambah dengan dimasukannya kota Tangerang dalam konsep pengembangan metropolitan Jabodetabekpunjur, yaitu konsep pengintegrasian tata ruang beberapa kawasan yang memiliki keterkaitan erat dalam konteks pengembangan wilayah. Lokasi strategis yang ditunjang oleh keberadaan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, menjadikan Kota Tangerang sebagai pintu gerbang bagi masuknya pergerakan orang, barang dan jasa, sehingga menjadi daya tarik investor untuk melakukan investasi di sektor industri. Faktor tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perkembangan pembangunan Kota Tangerang di bidang industri, perdagangan dan jasa. Dukungan aksesibilitas yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana, kemudahan berinvestasi, serta kondisi lingkungan yang kondusif menjadikan Kota Tangerang memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan sebagai lokasi pengembangan berbagai kegiatan perekonomian perkotaan. 4.1.5 Kondisi Ekonomi Pembangunan perekonomian daerah merupakan suatu proses yang berdampak terhadap kondisi ekonomi daerah serta tingkat kehidupan masyarakat di daerah yang secara nyata dapat dilihat melalui peningkatan pendapatan perkapita dan peningkatan daya beli masyarakat. Pembangunan perekonomian membutuhkan kebijakan ekonomi yang mampu mengarahkan segala tindakan perekonomian menuju tujuan dan sasaran pembangunan daerah. 73 Kebijakan ekonomi daerah merupakan suatu hal yang kompleks, karena banyaknya keterkaitan variabel ekonomi yang harus diperhitungkan.Hal ini menuntut daerah untuk lebih serius dan seksama memperhatikan seluruh faktor, variabel, dan indicator ekonomi makro yang terlibat di dalam pembangunan. Kondisi ekonomi daerah akan memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi secara umum pada tahun sebelumnya (diantaranya PDRB, Struktur Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita, dan Inflasi), serta rencana ekonomi makro pada kurun waktu tertentu. Perekonomian daerah dapat menjadi reflektor dan tolok ukur kinerja perekonomian daerah sebagai bagian dari proses pembangunan di bidang ekonomi. Kerangka ekonomi daerah akan memuat faktor fundamental ekonomi daerah yang memberikan kontribusi agregat ekonomi, berdasarkan penggunaan maupun sektor riil lapangan usaha dalam batasan-batasan kemampuan ekonomi daerah.Perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan eksternal dan internal. Kondisi lingkungan eksternal dapat berupa perkembangan dan perubahan faktor, variabel, dan indikator ekonomi dalam wilayah cakupan yang lebih luas seperti ekonomi Regional atau Nasional.Sementara itu, kondisi lingkungan internal dapat berupa perkembangan dan perubahan berbagai faktor, variabel, dan indikator ekonomi yang berada di dalam daerah tersebut akibat adanya gejolak sosial–politik yang membawa kepada adanya perubahan kebijakan pembangunan. 74 4.2 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang adalah salah satu struktur organisasi tata kerja yang ada di Pemerintah Kota Tangerang ProvinsiBanten.Terdiri dari bidang anggaran, aset, pendapatan lain, PBB dan BPHTB,penatausahaan dan akuntansi dan satu sekretariat, dan kelompok jabatanfungsional dan terletak di Jalan Satria Sudirman Nomor 1 Kota Tangerang. 4.2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Pendapatan daerah merupakan halaman yang tidak dapat dipisahkan daripenyelenggaraan kegiatan dalam pembangunan daerah, maka kelahiran suatu unit kerja yang menampung suatu kegiatan yang menyelenggarakanpemungutanpemungutan di bidang pendapatan daerah.Kegiatan pungutansumber-sumber pendapatan daerah harus ditampung dalam suatu wadah yanglazimnya dinyatakan dalam bentuk struktur organisasi dan tata kerja dalammenangani masalah pendapatan daerah.Untuk menciptakan alat penampung kegiatan dalam bentuk organsasi dan menyatukan penafsiran yang berbeda-beda dalam menunaikan tugas, maka pada tanggal 1 februari 1993 merupakan awal diresmikan dan terbentuknyaDinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Tangerang yang dulu diberi namaDinas Pendapatan (Dispenda), yang tugas pokoknya hanya mengelolapendapatan daerah saja dengan dasar hukumnya Peraturan Daerah Nomor 9Tahun 1993 tentang Pengukuhan Pembentukan Dinas Pendapatan. Pada awal tahun 2000 Dinas Pendapatan berubah nama menjadi Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) dengan dikeluarkannya Keputusan BupatiTangerang Nomor 38 Tahun 2000 yang mempunyai tugas pokok mengelola 75 anggaran, perbendaharaan, pengembangan pendapatan daerah, verifikasi, pembukuan, dan perhitungan serta merencanakan dan melaksanakanpendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Lalu pada awal Tahun 2005 Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) berubah nama menjadi Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah (BKKD) yangmempunyai tugas pokok mengatur pendapatan, anggaran dan aset daerah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Pada Tahun 2009 Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah (BKKD) berubah nama menjadi Dinas Penglolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota tangerang nomor 37 Tahun 2008dengan mengingat Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentangPembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah yang mempunyai tugaspokok membantu walikota melaksanakan sebagian urusan PemerintahanDaerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset, berdasarkanasas otonomi dan tugas pembantuan dan pada awal Tahun 2012 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah berubah nama kembali menjadi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)dengan adanya perubahan struktur organisasi yang didukung oleh PeraturanWalikota Nomor 11 tahun 2011 tentang organisasi dan tata kerja DinasPengelolaan Keuangan Daerah dengan mempunyai tugas ,visi dan misi yangsama dari DPKAD sebelumnya. 76 4.2.2 Visi dan Misi DPKD Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai visi sebagai berikut gunauntuk mencapai cita dan citra yang diinginkan oleh pemerintah ini : “Menjadikan Lembaga Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang profesional berlandaskan Akhlakul Karimah di tingkat nasional pada Tahun2013”. Untuk mewujudkan visi diatas, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah KotaTangerang merencanakan misi sebagai berikut : 1) Meningkatkan pengelolaan pendapatan daerah. 2) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan belanja daerah. 3) Meningkatkan efektifitas, efisisensi dan keekonomisan pengelolaan aset daerah. 4) Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia ( SDM ) di bidang keuangan dan aset daerah dengan dilandasi kejujuran, keuletan, semangat dan kerja keras. 5) Meningkatkan sistem pengendalian administrasi pengelolaan keuangan daerah. 6) Meningkatkan kualitas pelayanan yang bertumpi pada standar pelayanan dengan memanfaatkan ilmi pengetahuan dan teknologi yang memadai. 4.2.3 Tugas Pokok DPKD Membantu walikota melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerahdi bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset, berdasarkan asasotonomi dan tugas pembantuan. 77 4.2.4 Peran/Fungsi DPKD Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki peran atau fungsi sebagaiberikut : 1. Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan daerah (SKPKD) Kota Tangerang, mengelola pendapatan belanja dan pembiyaan daerah. 2. Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Tangerang, mengelola kas daerah. 3. Pembantu pengelola aset daerah Kota Tangerang, membantu pengelolaan aset daerah. 4. SKPD Kota Tangerang, mengelola anggaran di lingkungan DPKD KotaTangerang. 5. Lainnya, sesuai perintah/instruksi pimpinan. 4.2.5 Struktur Organisasi Dalam Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur organisasi yangteratur dan sistematis sangat diperlukan. Dengan adanya struktur organisasiyang baik maka kesatuan dalam perintah serta pendelegasian wewenang danpengendalian dapat dilaksanakan dengan lancar dan efektif.Struktur organisasitersebut dibuat seseuai dengan jenis organisasi yang digunakan. 1. Kepala DPKD 2. Sekretariat DPKD Bagian Sekretariat terdiri dari : a. Sub bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub bagian Keuangan c. Sub bagian Perencanaan 78 3. Bidang Aset Bidang Aset Daerah terdiri dari : a. Seksi Administrasi Aset b. Seksi Mutasi Aset c. Seksi Pemanfaatan dan Pemerdayaan Aset 4. Bidang Penatausahaan dan Akuntansi Bidang Penatausahaan dan Akuntansi terdiri dari : a. Seksi Penatausahaan Keuangan Daerah b. Seksi Akuntansi c. Seksi Evaluasi 5. Bidang Anggaran Bidang Anggaran terdiri dari : a. Seksi Penyusunan Anggaran b. Seksi Pengendalian Anggaran c. Seksi Kas Daerah 6. Bidang Pendapatan Lain Bidang Pendapatan Lain terdiri dari : a. Seksi Pendataan Pendapatan Lain. b. Seksi Penetapan Pendapatan Lain c. Seksi Penagihan dan Keberatan Pendapatan Lain 7. Bidang Pendapatan PBB dan BPHTB Bidang Pendapatan PBB dan BPHTB terdiri dari : a. Seksi Pendataan PBB dan BPHTB 79 b. Seksi Penetapan PBB dan BPHTB c. Seksi Penagihan dan Keberatan PBB dan BPHTB 8. UPTD Pelayanan Pajak Daerah 9. Kelompok Jabatan Fungsional 4.3 Analisis dan Pembahasan 4.3.1 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel dapat diketahui dengan menggunakan rasio efektivitas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan pajak hotel yang direncanakan dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Halim:2007 dalam Putu Intan:2015), yang dapat dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak hotel terhadap penerimaan PAD yang ditetapkan. Perhitungan efektivitas pemungutan pajak hotel di kota Tangerang tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4.3 Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Tahun 2010-2014 Pajak Hotel (Rp) Rasio Kriteria (Kepmendagri Tahun Efektivitas Realisasi Target No.690.900.327) (%) 2010 14.930.644.869,00 14.074.136.024,86 106,09 Sangat Efektif 2011 20.025.182.710,00 18.089.481.839,93 110,71 Sangat Efektif 2012 21.346.753.972,00 18.250.000.000,00 116,97 Sangat Efektif 2013 26.686.049.136,00 22.000.000.000,00 121,30 Sangat Efektif 2014 32.340.168.439,00 27.000.000.000,00 119,78 Sangat Efektif Rata-rata 114,97 Sangat Efektif Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata rasio efektivitas pajak hotel kota Tangerang tahun 2010-2014 adalah sebesar 114,97% dengan kriteria sangat efektif karena menunjukkan nilai rasio diatas 100%. Pada tahun 2011 tingkat 80 efektivitas sebesar 110,71% dengan kriteria sangat efektif, tahun 2012 sebesar 116,97%, tahun 2013 sebesar 121,30% dan di tahun 2014 sebesar 119,78% dengan kriteria sangat efektif. 4.3.2 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran Tingkat efektivitas pajak restoran dapat dihitung dengan membandingkan realisasi penerimaan pajak restoran dengan target yang telah ditetapkan. Perhitungan efektivitas Pemungutan pajak restoran di kota Tangerang tahun 20102014 dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4.4 Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran Tahun 2010-2014 Tahun Pajak Restoran (Rp) Rasio Kriteria Efektivitas (Kepmendagri Realisasi Target No.690.900.327) (%) 2010 46.755.157.759,00 33.072.368.258,35 141,37 Sangat Efektif 2011 89.889.646.197,00 77.886.022.553,10 115,41 Sangat Efektif 2012 115.052.364.139,00 92.000.000.000,00 125,06 Sangat Efektif 2013 147.775.671.873,00 120.000.000.000,00 123,15 Sangat Efektif 2014 182.113.973.033,00 155.000.000.000,00 117,49 Sangat Efektif Rata-rata 124,50 Sangat Efektif Dari tabel diatas diketahui bahwa realisasi penerimaan dan target pajak restoran kota Tangerang tahun 2010-2014 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun jika dilihat dari sisi rasio efektivitas nya pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun 2010 sebesar 141,37% menjadi 115,41%. Di tahun 2012 tingkat efektivitas sebesar 125,06%, tahun 2013 kembali menurun menjadi 123,15% dan pada tahun 2014 terjadi penurunan lagi sebesar 5,65% menjadi 117,49%. Meskipun tidak selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya namun tingkat efek tivitas pajak restoran kota Tangerang tahun 20102014 masih masuk dalam kategori sangat efektif karena berkisar diatas 100%. 81 4.3.3 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame Tingkat efektivitas pajak reklame kota Tangerang tahun 2010-2014 dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak reklame kota Tangerang dengan target yang telah ditentukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan kota Tangerang pada setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 4.5 Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame Tahun 2010-2014 Pajak Reklame (Rp) Rasio Kriteria (Kepmendagri Tahun Efektivitas Realisasi Target No.690.900.327) (%) 2010 16.240.810.965,00 16.461.895.062,07 98,66 Efektif 2011 15.412.753.562,00 12.442.622.724,90 123,87 Sangat Efektif 2012 18.048.241.458,00 15.750.000.000,00 114,59 Sangat Efektif 2013 25.545.314.037,00 18.700.000.000,00 136,61 Sangat Efektif 2014 26.573.509.792,00 24.000.000.000,00 110,72 Sangat Efektif Rata-rata 116,89 Sangat Efektif Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat rasio efektivitas pajak reklame tahun 2010-2014. Di tahun 2010 tingkat efektivitas menunjukkan kriteria efektif dengan rasio sebesar 98,66%. Pada tahun 2011 meningkat hingga mencapai 123,87% dengan kriteria sangat efektif. Pada tahun 2012 sebesar 114,59%, tahun 2013 meningkat kembali menjadi 136,61% dan di tahun 2014 tidak sebesar pada tahun 2013 yaitu hanya sebesar 110,72% namun masih masuk ke dalam kriteria sangat efektif karena tingkat efektivitas diatas 100%. 4.3.4 Analisis Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir Tingkat efektivitas pajak parkirkota Tangerang tahun 2010-2014 dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak parkirkota Tangerang 82 dengan target yang telah ditentukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan kota Tangerang pada setiap tahunnya. Perhitungan tingkat efektivitas pajak parkirkota Tangerang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.6 Perhitungan Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir Tahun 2010-2014 Pajak Parkir (Rp) Rasio Kriteria (Kepmendagri Tahun Efektivitas Realisasi Target No.690.900.327) (%) 2010 14.424.003.535,00 13.457.326.194,94 107,18 Sangat Efektif 2011 20.040.174.613,00 17.500.754.920,05 114,51 Sangat Efektif 2012 22.369.399.860,00 19.000.000.000,00 117,73 Sangat Efektif 2013 36.824.319.820,00 24.000.000.000,00 153,43 Sangat Efektif 2014 47.411.390.011,00 35.500.000.000,00 133,55 Sangat Efektif Rata-rata 125,28 Sangat Efektif Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas pajak parkir kota Tangerang tahun 2010-2014 rata-rata mengalami peningkatan yang baik. Tahun 2010 rasio efektivitas menunjukkan angka 107,18% dengan kriteria sangat efektif. Di tahun 2011 sampai dengan 2013 selalu mengalami peningkatan, tahun 2011 sebesar 114,51%, tahun 2012 117,73% dan tahun 2013 153,43%.Di tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 19,88% menjadi 133,55%, meskipun di tahun 2014 mengalami penurunan namun efektivitas pemungutan pajak parkir di tahun 2014 termasuk kriteria sangat efektif karena rasio efektivitas diatas 100%. 4.3.5 Kontribusi Pajak Hotel pada PAD Kota Tangerang Untuk mengetahui kontribusi pajak hotel terhadap PAD kota Tangerang dapat dihitung dengan cara membandingkan antara realisasi penerimaan pajak hotel dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah pada tahun tertentu. Perhitungan 83 kontribusi pajak hotel terhadap PAD kota Tangerang tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.7 Kontribusi Pajak Hotel pada PAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014 Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD (Rp) Presentas Kriteria Hotel (Rp) e Kontribusi (Tim Kontribus LitbangDepdagri i (%) ) 2010 2011 2012 2013 2014 14.930.644.869,00 20.025.182.710,00 21.346.753.972,00 26.686.049.136,00 32.340.168.439,00 230.634.138.044,00 499.600.758.688,00 631.519.353.723,00 815.733.580.156,00 1.258.788.809.993,00 6,47 4,01 3,38 3,27 2,57 Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2010 pajak hotel telah memberikan kontribusi sebesar 6,47% pada PAD kota Tangerang dari total penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00, pada tahun 2011 memberikan kontribusi sebesar 4,01% dari total realisasi penerimaan PAD kota Tangerang sebesar Rp.499.600.758.688,00. Di tahun 2012 kontribusi pajak hotel pada PAD kota Tangerang menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,38% dari besarnya PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00. Tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 3,27% dan di tahun 2014 turun kembali menjadi 2,57% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00. 4.3.6 Kontribusi Pajak Restoran pada PAD Kota Tangerang Perhitungan kontribusi pajak restoran pada PAD kota Tangerang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 84 Tabel 4.7 Kontribusi Pajak Restoran pada PAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014 Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD (Rp) Presentase Kriteria Restoran (Rp) Kontribusi Kontribusi (Tim (%) LitbangDepdagri) 2010 2011 2012 2013 2014 46.755.157.759,00 230.634.138.044,00 89.889.646.197,00 499.600.758.688,00 115.052.364.139,00 631.519.353.723,00 147.775.671.873,00 815.733.580.156,00 182.113.973.033,00 1.258.788.809.993,00 20,27 17,99 18,22 18,12 14,47 Kurang baik Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat kontribusi pajak restoran pada PAD kota Tangerang tahun 2010-2014. Kontribusi tahun 2010 sebesar 20,27% dari penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00. Tahun 2011 sebesar 17,99% dari Rp.499.600.758.688,00, pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 18,22% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00, pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 18,12% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.815.733.580.156,00, dan pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar 14,47% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00. 4.3.7 Kontribusi Pajak Reklame pada PAD Kota Tangerang Perhitungan kontribusi pajak reklame pada PAD kota Tangerang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.8 Kontribusi Pajak Reklame padaPAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014 Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD (Rp) Presentase Kriteria Reklame (Rp) Kontribusi Kontribusi (Tim (%) LitbangDepdagri) 2010 2011 2012 2013 2014 16.240.810.965,00 230.634.138.044,00 15.412.753.562,00 499.600.758.688,00 18.048.241.458,00 631.519.353.723,00 25.545.314.037,00 815.733.580.156,00 26.573.509.792,00 1.258.788.809.993,00 7,04 3,09 2,86 3,13 2,11 Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang 85 Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat kontribusi pajak reklame pada PAD kota Tangerang tahun 2010-2014. Kontribusi tahun 2010 sebesar 7,04% dari penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00. Tahun 2011 pajak reklame memberikan kontribusi sebesar 3,09% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.499.600.758.688,00, pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 2,86% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00, pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 3,13% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.815.733.580.156,00, dan pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar 2,11% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00. 4.3.8 Kontribusi Pajak Parkir pada PAD Kota Tangerang Perhitungan kontribusi pajak parkir pada PAD kota Tangernag dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.9 Kontribusi Pajak Parkir pada PAD Kota Tangerang Tahun 2010-2014 Tahun Realisasi Pajak Realisasi PAD (Rp) Presentase Kriteria Parkir (Rp) Kontribusi Kontribusi (Tim (%) LitbangDepdagri ) 2010 2011 2012 2013 2014 14.424.003.535,00 20.040.174.613,00 22.369.399.860,00 36.824.319.820,00 47.411.390.011,00 230.634.138.044,00 499.600.758.688,00 631.519.353.723,00 815.733.580.156,00 1.258.788.809.993,00 6,25 4,01 3,54 4,51 3,77 Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Dari tabel 4.9 dapat dilihat kontribusi pajak parkir pada PAD kota Tangerang tahun 2010-2014. Kontribusi tahun 2010 sebesar 6,25% dari penerimaan PAD sebesar Rp.230.634.138.044,00. Tahun 2011 pajak parkir 86 memberikan kontribusi sebesar 4,01% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.499.600.758.688,00, pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 3,54% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.631.519.353.723,00, pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 4,51% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.815.733.580.156,00, dan pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar 3,77% dari total penerimaan PAD sebesar Rp.1.258.788.809.993,00. 4.3.9 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir pada PAD Kota Tangerang Kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terbilang sangat kurang, rata-rata kontribusi pajak hotel selama tahun 2010-2014 sebesar 3,94%, pajak restoran sebesar 3,57%, pajak reklame sebesar 3,65%, dan pajak parkir sebesar 4,42%. Masing-masing pajak rata-rata berkontribusi dibawah 5%, hal tersebut dikarenakan terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan yang awalnya diberlakukan UU No. 34 Tahun 2000 direvisi menjadi UU No. 28 Tahun 2009. Pemberlakuan undang-undang yang berbeda menyebabkan adanya pertambahan jenis pajak daerah yang diantaranya yaitu PBB-P2 (Pajak Bumi Bangunan Pedesaan Perkotaan) dan BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan). Pemungutan BPHTB yang dilaksanakan pada awal tahun 2011 dan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2014 memberikan dampak besar terhadap penerimaan PAD kota Tangerang pada periode 2011-2014, karena masing-masing memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD, selain itu realisasi dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dari tahun ke tahun terus 87 mengalami peningkatan, berdasarkan perhitungan menggunakan analisis kontribusi yaitu realisasi BPHTB dibandingkan dengan realisasi PAD pada tahun 2011 : 176.494.392.737,92 X 100% = 35,33% 499.600.758.688,00 Di tahun pertama dipungutnya BPHTB atau pada tahun 2011 saja kontribusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan mencapai 35,33%. Hal ini berimbas pada proporsi kontribusi pos-pos pajak daerah lainnya seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada tahun tersebut menjadi kecil terhadap PAD. Pada tahun 2014 dimana mulai dipungutnya Pajak Bumi dan Bangunan di kota Tangerang kontribusi dari pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir mengalami penurunan yang signifikan karena di tahun pertama dipungutnya Pajak Bumi dan Bangunan langsung memberikan kontribusi yang cukup besar pada PAD yaitu sebesar 20,39% yang dihitung dengan rumus analisis kontribusi yaitu : Realisasi PBB X 100% Realisasi PAD = 256.604.353.010,00 X 100% 1.258.788.809.993,00 88 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir di kota Tangerang selama kurun waktu dari tahun 2010-2014. Kedua, untuk mengetahui kontribusi yang diberikan oleh pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Tangerang selama kurun waktu dari tahun 2010-2014. Adapun kesimpulannya yaitu: 1. Tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak parkir kota Tangerang periode tahun 2010-2014 secara rata-rata termasuk kriteria sangat efektif (>100%), tingkat efektivitas pajak hotel rata-rata dalam lima tahun sebesar 114,97%, pajak restoran sebesar 124,50%, pajak reklame sebesar 116,89% dan pajak parkir sebesar 125,28%. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang dilakukan peneliti dengan cara membandingkan realisasi penerimaan pajak pada tahun tertentu dengan target penerimaan pajak pada tahun tertentu. Nilai rasio yang ditunjukkan selama tahun 2010-2014 merupakan kinerja yang sangat baik karena perolehan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak parkir sudah melebihi dari target yang ditetapkan. Peningkatan realisasi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak parkir perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi dengan cara lebih digiatkan lagi dalam pemungutannya. 89 89 2. Kontribusi penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang sangat kurang. Rata-rata dalam kurun waktu 2010-2014 pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir memberikan kontribusi pada PAD hanya dibawah 5%. Salah satu penyebabnya adalah naiknya jumlah realisasi penerimaan pajak daerah lain yang cukup signifikan mulai tahun 2011 sehingga berpengaruh terhadap presentase kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir tersebut. Pendapatan Asli Daerah yang meningkat berasal dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 5.2 Implikasi Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat memberi implikasi sebagai berikut: 1. Kinerja pegawai dalam pemungutan Pajak Daerah dapat ditingkatkan lagi untuk memperoleh realisasi penerimaan Pajak Daerah yang lebih optimal. 2. Melakukan sosialisasi dengan lebih giat lagi tentang pajak kepadamasyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak. 3. Pemerintah Daerah Kota Tangerang melakukan survei dan penilaian kembali terhadap potensi pajak daerah agar dapat tercapai realisasi yang lebih optimal dan juga memberikan kontribusi pada PAD yang lebih besar selain itu juga agar tidak ada objek pajak daerah yang tidak terdata oleh pemerintah daerah dan tarif pajak yang dikenakan sesuai dengan kemampuan masyarakat. 90 5.3 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka sebagai bahan pertimbangan agar tingkat efektivitas dan kontribusi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada PAD dapat lebih optimal maka diperlukan beberapa penyempurnaan atas kekurangan yang ada sebelumnya. Untuk itu penulis mengemukakan saran sebagai berikut: (1) Perolehan pendapatan daerah khususnya pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir secara nominal memang sudah sangat baik terbukti dari realisasi penerimaannya sudah melebihi target yang sudah ditetapkan. Akan tetapi kontribusi yang diberikan terhadap PAD masih sangat kurang. Untuk itu pemerintah daerah hendaknya lebih gencar melakukan sosialisasi dan meningkatkan kesadaran wajib pajak sehingga penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir dapat lebih dioptimalkan lagi dan ditunjang dengan kebijakan yang bersifat intensifikasi maupun yang bersifat ekstensifikasi sehingga dapat memberikan peningkatan penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir terhadap PAD. (2) Pemerintah kota Tangerang sebaiknya terus meningkatkan kinerjanya, misalnya dengan: a. Memberi penyuluhan kepada wajib pajak secara berkelanjutan khususnya tentang pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir. b. Melakukan analisis potensi secara terinci untuk pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir yang dapat memberikan gambaran pada penentuan target tahun selanjutnya, 91 c. Meningkatkan kinerja pelayanan petugas pada saat menerima pajak hotel pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir, hal tersebut untuk menghindarkan wajib pajak mempunyai sikap malas untuk membayar pajak karena pelayanan yang kurang baik dari petugas pajak yang dapat berdampak pada penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir. (3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih teliti, spesifik, dan akurat baik dari data yang diperoleh maupun dari variabel yang akan diteliti. 92 DAFTAR PUSTAKA Alfan A. Lamia, David P.E. Saerang, Heince R.NWokas. “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pemungutan Pajak Restoran, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan pada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Minahasa Utara”Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 05,2015 Anne, Ahira. Deskripsi Teori kontribusi. eprints.uny.ac.id.2012 Darise,Nurlan. “Pengelolaan Keuangan Daerah” Edisi Pertama. Cetakan Kedua. PT. Indeks, Jakarta,2006 Dotulong,Garry A.G,David P.E. Saerang dan Agus T. Poputra.“Analisis Potensi Penerimaan dan Efektivitas Pajak Restoran di Kabupaten Minahasa Utara”Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 2, 2014 Haryani, Said Muhammad,SofyanS yahnur.“Analisis Kontribusi, Elastisitas, Efisiensi Dan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan Di Kabupaten Bireuen”Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172 Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala, 2013 Hasannudin, Heince R. N.Wokas.“Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Maluku Utara”Universitas Samratulangi, 2015 Keputusan Menteri Perdagangan Dalam Negeri No.690.900.327. Tahun 1994 Koswara,E.“Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999: Suatu Telaahan dan Menyangkut Kebijakan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya”, CSIS XXIX Nomor 1, Jakarta, 2000. Laporan Keterangan PertanggungjawabanWalikota Tangerang Tahun 2010-2014 Mahmudi. “Analisis Laporan Keuangan PemerintahDaerah” Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, Yogyakarta, 2010 Mangkoesoebroto,“Ekonomi Publik Edisi 3” BPFE Yogyakarta,2009 Mardiasmo.“Otonomi dan Manajenem Keuangan Daerah”Yogyakarta:Andi, 2004 Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2010 tentang Pajak Daerah 93 93 Putera, Roni Ekha.“Optimalisasi Pajak Hotel dan Restoran Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bukittinggi”Jurnal spirit publik volume 5, 2009 Raksaka, Mahi. “Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi”Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia,2005 Resmi, Siti.”Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 5”, Buku 1.salemba empat,2009 Siagian Sondang P.“Manajemen Sumber Daya Manusia”, Bumi Aksara, Jakarta, 2001 Siahaan,Marihot Pahala. “Hukum Pajak Elementer” Graha Ilmu,Yogyakarta,2010 Soemitro, Rochmat.“Asas dan Dasar Perpajakan 1” Refika Aditama, Bandung, 2004 Sripradita,Nioanggun Topowijono, Achmad husaini. “Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah”Jurnal e-Perpajakan, No. 1 volume 1,2014 Suandy,Erly. “Hukum Pajak Edisi 4” Salemba Empat,2008 Suciadi, Arif.“Tingkat Kontribusi dan Efektifitas Pajak Hotel dan Restoran Pada Pendapatan Daerah (PAD) Kabupaten Malang Jawa Timur”Fakultas ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2014 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Waluyo, “Perpajakan Indonesia Edisi 11”Salemba Empat,2013 94 Yasa, I Made Sedana, I Ketut Suwintana. “Peranan Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Denpasar”Jurnal bisnis dan kewirausahaan vol.5,2009 Yuliartini,Putu Intan Ni Luh, Supadmi.“Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel dan Restoran Pada Pemerintah Daerah Kota Denpasar”E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 10.2 489-502,2015 Yunanto,Lilik.“Analisis Potensi, Upaya Pajak, Efisiensi, Efektivitas dan Elastisitas Pajak Hotel di Kabupaten Klaten”Tesis Magister Ekonomi dan Studi PembangunanSurakarta,2010 Yunus,Abdul Thalib.“Analisis Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Kabupaten Bone Bolangodi Provinsi Gorontalo”Jurnal Economic Resources, ISSN. 0852-1158, Vol.11 No.30, 2010 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN 96 97 98 99 100 101 102