iii. kerangka pemikiran

advertisement
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di
Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka
pemikiran teoritis dalam penelitian ini akan membahas tentang teori permintaan,
konsep permintaan turunan, dan analisis pendapatan usaha.
3.1.1
Teori Permintaan
Jumlah yang diminta adalah jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh
semua rumah tangga. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis permintaan barang normal. Pertama, kuantitas yang diminta
merupakan kuantitas yang diinginkan (desired). Istilah kuantitas yang diminta
digunakan untuk menunjukkan pembelian yang diinginkan, sedangkan istilah
kuantitas nyata yang dibeli (quantity actually bought) digunakan untuk
menunjukkan jumlah pembelian yang sebenarnya. Kedua, apa yang diinginkan
tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif, artinya,
jumlah dimana orang bersedia membeli pada harga yang mereka harus bayar
untuk komoditi tersebut. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus
pembelian yang kontinu (Lipsey, et al. 1993).
Berdasarkan hal tersebut istilah permintaan mengacu pada keseluruhan
hubungan antara harga dan kuantitas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan akan suatu komoditi, diantaranya adalah harga komoditi itu sendiri,
harga komoditi lain yang berhubungan dengan komoditi tersebut baik yang
bersifat substitusi maupun komplementer terhadap barang itu sendiri, pendapatan
33
rumah tangga, distribusi pendapatan dalam masyarakat, selera, jumlah penduduk,
dan ramalan keadaan di masa yang akan datang (Nicholson, 2002).
1.
Harga komoditi itu sendiri
Hubungan antara permintaan suatu komoditi dengan harganya dijelaskan
dalam hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan ”bahwa harga
suatu komoditi dan kuantitas yang diminta berhubungan secara negatif,
dengan faktor lain tetap sama”. Artinya, semakin rendah harga suatu komoditi
maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan semakin besar,
dan semakin tinggi harganya, semakin rendah jumlah yang diminta.
Perubahan harga akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva permintaan.
2.
Harga komoditi lain yang berhubungan dengan komoditi tersebut
Perubahan harga barang lain akan menyebabkan perubahan permintaan.
Kaitan antara suatu barang dengan barang lain dibedakan menjadi dua yaitu
barang substitusi (pengganti) dan barang komplementer (pelengkap). Barang
substitusi adalah barang lain yang menggantikan fungsi suatu barang, jika
harga barang substitusi turun, maka akan menurunkan permintaan barang
yang digantikannya. Barang komplementer adalah barang yang jika
digunakan bersama-sama dengan barang lain akan menambah kepuasan
penggunanya. Peningkatan atau penurunan permintaan barang komplementer
sebanding dengan permintaan barang yang dilengkapinya.
Misalnya, ada dua barang yaitu barang X dan Y. Jika barang X dan Y
substitusi, maka jika harga barang Y turun dan harga barang X tetap, kurva
permintaan barang X akan bergeser ke kiri atau ada penurunan permintaan.
Contohnya: LPG dan minyak tanah menunjukkan hubungan yang positif
34
artinya kenaikan harga minyak tanah (barang Y) cenderung akan
meningkatkan permintaan LPG (barang X) dan sebaliknya. Berbanding
terbalik jika barang X dan Y komplementer, maka hubungannya adalah
negatif. Berarti jika harga barang X naik cenderung akan menurunkan
permintaan akan barang Y. Contohnya kompor gas dan LPG. Jika harga
kompor gas meningkat maka permintaan LPG akan menurun, dan sebaliknya.
3.
Pendapatan rumah tangga
Pendapatan rumah tangga merupakan faktor penting dalam menentukan
corak permintaan terhadap berbagai jenis komoditi. Perubahan pendapatan
akan menimbulkan perubahan permintaan suatu jenis komoditas. Pendapatan
yang tinggi menyebabkan rumah tangga memiliki pilihan komoditi untuk
dikonsumsi lebih banyak sehingga dapat lebih leluasa memilih komoditi yang
akan dikonsumsi. Misalnya suatu rumah tangga menerima pendapatan yang
lebih besar, maka dapat diperkirakan bahwa rumah tangga tersebut akan
mengkonsumsi lebih banyak barang, pada kondisi harga barang tersebut tetap.
Akibatnya secara keseluruhan untuk pasar dapat diperkirakan bahwa jumlah
barang yang diminta akan lebih banyak daripada permintaan sebelumnya atas
barang tersebut pada tingkat harga yang sama.
Permintaan atas suatu barang, biasanya akan meningkat apabila variabel
pendapatan juga mengalami peningkatan. Hal ini berlaku pada barang normal.
Namun pada beberapa barang, yang dikenal sebagai barang inferior,
peningkatan pendapatan tidak meningkatkan permintaan, justru sebaliknya
permintaan akan barang tersebut akan mengalami penurunan.
35
3.
Distribusi Pendapatan dalam Masyarakat
Distribusi pendapatan dalam masyarakat dapat mempengaruhi corak
permintaan dari berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang
tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang
berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak distribusinya. Hal ini
berkaitan dengan tingkatan kelas sosial masyarakat, golongan masyarakat
kelas atas tentunya akan memiliki pola permintaan barang yang berbeda
dengan golongan masyarakat kelas menengah dan bawah.
4.
Selera
Selera memberikan pengaruh yang besar terhadap keinginan masyarakat
untuk membeli berbagai komoditi. Pendidikan merupakan salah satu indikator
yang mempengaruhi selera seseorang. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memiliki selera yang berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenyam
pendidikan sama sekali. Pekerjaan, umur, daerah, tempat tinggal, anggota
keluarga, etnis merupakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi selera
seseorang.
6.
Jumlah penduduk
Pertumbuhan
jumlah
penduduk
itu
sendiri
belum
menciptakan
permintaan baru. Penduduk yang bertambah ini harus mempunyai daya beli
sebelum permintaan berubah. Bertambahnya jumlah penduduk berusia
produktif, akan menciptakan pendapatan baru. Jika ini terjadi, permintaan
semua komoditi yang dibeli oleh penghasil pendapatan yang baru akan
meningkat.
36
7.
Ekspektasi di masa yang akan datang
Teori perkiraan yang rasional (Theory of Rational Expectation)
menyatakan bahwa masyarakat umumnya berperilaku berjaga-jaga dalam
mengantisipasi kondisi yang akan terjadi di masa mendatang. Hal ini berarti
kejadian yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan mempengaruhi
situasi saat ini. Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan
masa mendatang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan naiknya hargaharga di masa depan akan mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak
pada masa sekarang, untuk menghemat pengeluaran di masa yang akan
datang.
Sulit untuk meneliti faktor-faktor di atas secara bersamaan. Oleh karena
itu, permintaan suatu komoditi dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri dan
dianggap faktor-faktor lain tidak berubah ”cateris paribus”. Permintaan suatu
komoditi dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat dianalisa dengan memisalkan
harga komoditi tersebut konstan. Dengan demikian, perubahan permintaan suatu
komoditi dapat diketahui apabila pendapatan, harga komoditi lain, selera, dan
faktor lainnya mengalami perubahan (Nicholson, 2002).
Dalam analisis ekonomi permintaan suatu barang, variabel-varibel yang
diperhitungkan biasanya adalah variabel-variabel yang pengaruhnya besar dan
mempengaruhi permintaan secara langsung (Nicholson, 2002). Berdasarkan
uraian di atas, fungsi permintaan dapat disusun sebagai berikut :
Dx = f ( Px, Py, I, Dist, Pref, Pop, Expect ) …………………..….…….. (1)
dimana :
Dx
= permintaan atas barang x,
37
Px
= harga dari barang x (bernilai negatif),
Py
= harga barang lain (dapat bernilai positif/negatif),
I
= pendapatan per kapita (bernilai positif),
Dist
= disribusi pendapatan dalam masyarakat
Pref
= preferensi /selera konsumen,
Pop
= jumlah penduduk
Expect
= ekspektasi di masa yang akan datang.
Tanda positif atau negatif dari suatu permintaan secara teori ekonomi
merupakan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tak bebas yang
mempengaruhi permintaan. Berdasarkan persamaan di atas, maka dapat ditulis
persamaan matematis ∂Dx/∂Px < 0 (jika harga barang x naik, maka permintaan
atas barang x akan turun, begitu juga sebaliknya), ∂Dx/Py > 0 (jika harga barang
substitusi y naik, maka permintaan atas barang x akan naik, dan sebaliknya),
∂Dx/∂I > 0 (jika pendapatan per kapita naik, maka permintaan atas barang x akan
naik, dan sebaliknya). Persamaan tersebut menjelaskan hubungan-hubungan
antara variabel bebas dengan variabel tak bebas secara teori ekonomi dengan
asumsi barang normal. Di luar asumsi tersebut akan terjadi penyimpangan pola
hubungan.
Menurut Pappas dan Hirschey (1993), permintaan adalah jumlah barang
dan jasa yang rela dan mampu dibeli oleh para pelanggan selama periode tertentu
berdasarkan sekelompok kondisi tertentu. Permintaan ekonomi untuk sebuah
produk memerlukan para individu dan organisasi yang memiliki baik kebutuhan
atau keinginan maupun cara untuk memperolehnya. Terdapat dua model
permintaan yaitu:
38
1. Permintaan langsung, yaitu permintaan untuk konsumsi pribadi. Permintaan
ini berakar dari kepuasan atau utilitas yang berkaitan dengan konsumsi sebuah
barang dan jasa.
2. Permintaan turunan, yaitu berhubungan dengan permintaan akan satu produk
yang dipergunakan dalam produksi barang atau jasa lain yang diminta oleh
para konsumen.
3.1.2
Konsep Permintaan Turunan
Permintaan akan input timbul karena produsen berhasrat melakukan
proses produksi tertentu. Proses produksi tersebut dilakukan karena satu alasan,
yaitu karena adanya permintaan akan output. Jadi permintaan akan input timbul
karena adanya permintaan akan output. Hal ini menyebabkan permintaan akan
input disebut sebagai derived demand atau permintaan turunan (Boediono, 2000).
Jumlah input yang diminta oleh seorang produsen tergantung pada berapa besar
output yang akan diproduksi.
Menurut Pappas dan Hirschey (1993), tidak satu pun dari barang
produsen diminta karena nilai langsung mereka bagi konsumen, tetapi karena
peran yang mereka mainkan dalam produksi barang dan jasa akhir. Permintaan
akan barang dan jasa produsen berkaitan erat dengan permintaan akan produk
akhir yang dihasilkan oleh barang dan jasa produsen tersebut. Komponen kunci
dalam menetapkan permintaan turunan adalah manfaat marginal dan biaya
marginal yang dikaitkan dengan penggunaan satu masukan atau faktor produksi
tertentu. Jumlah dari setiap barang dan jasa yang dipergunakan akan meningkat
ketika manfaat marginalnya (yang diukur dalam bentuk nilai keluaran yang
dihasilkan) lebih besar dari biaya marginal untuk menggunakan masukan tersebut.
39
Sebaliknya, jumlah dari setiap masukan yang dipergunakan dalam produksi akan
menurun ketika manfaat marginal yang dihasilkan lebih kecil dari biaya marginal
untuk penggunaannya.
Derived demand digunakan untuk menunjukan daftar permintaan bagi
input yang dipakai dalam menghasilkan produk akhir. Derived demand berbeda
dengan primary demand dalam banyaknya pasar dan proses pergantian per unit
produk. Kurva derived demand dapat berubah salah satunya karena pergeseran
kurva primary demand atau perubahan marjin pemasaran. Secara empiris
hubungan derived demand dapat diperkirakan secara tidak langsung antara lain
dengan mengurangkan marjin yang terdapat dalam daftar primary demand atau
secara langsung dengan menggunakan data harga dari jumlah yang diperoleh dari
setiap tingkat pemasaran (Tomek dan Robinson 1990). Menurut Tomek dan
Robinson (1990), jika dilihat melalui kurva, kurva derived demand (Dd) terletak
dibawah kurva primary demand (DP) sehingga untuk jumlah barang yang sama,
harga primary demand relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan derived
demand. Hal ini terjadi karena adanya pengolahan atau proses lebih lanjut dari
input menjadi output akhir, seperti terlihat pada Gambar 1.
Harga (P)
PP
M
Pd
Primary Demand
Derived Demand
Qa
Kuantitas per unit(Q)
Sumber : Tomek dan Robinson (1990)
Gambar 1. Kurva derived demand dan primary demand
40
Derived demand dapat diturunkan dari fungsi produksi dengan asumsi
bahwa produsen memaksimalkan keuntungan. Sementara itu, fungsi produksi
merupakan hubungan fisik antara output (Y) dengan input (X) serta faktor
tetapnya (A).
Y = f(X1, X2, X3, …., Xn │A) ……………..……………..….............. (2)
Keuntungan (π) merupakan pengurangan dari Total Revenue (TR)
dengan Total Varibel Cost (TVC) dan Total Fixed Cost (TFC), dalam hal ini TFC
dianggap konstan nilainya.
π = TR – TVC – TFC
π = (Py . Y) – (Px . X) – FC ….…….......….…….………....….…..… (3)
Kemudian keuntungan maksimum didapat ketika turunan pertama π
terhadap x sama dengan nol (dπ/dx=0) sehingga persamaan (3) berubah menjadi :
…………………………...…….……………...….…..…… (4)
dimana
Untuk memudahkan dalam memahami persamaan (4), dapat dirubah
bentuknya menjadi :
…………………………………….……..…….……....... (5)
VMP (Value Of Marginal Product) merupakan MPP yang dinilai dalam
satuan uang. Lebih jauh lagi, persamaan (5) dapat diturunkan menjadi fungsi
permintaan input (X*) seperti pada persamaan (6), dimana permintaan input
merupakan fungsi dari harga input (Px), harga output (Py), dan faktor tetap (A).
41
X* = f(Px, Py, A) ………………….…...…………....……...…......… (6)
Produsen akan menggunakan input X sampai jumlah tertentu sehingga
VMPx sama dengan harga per unit X. Ini adalah tingkat penggunaan input X yang
optimal karena menghasilkan keuntungan maksimum bagi produsen. Kurva
VMPx digambarkan dari kurva MPPx dengan mengubah skala sumbu vertikal
dari satuan fisik menjadi satuan nilai (uang). Penurunan kurva VMPx terdapat
pada Gambar 2, sedangkan kurva VMPx sama dengan kurva permintaan input X
terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa apabila harga input X adalah P’x, maka
jumlah input x yang diminta produsen adalah OX1 agar memenuhi syarat VMPx =
Px dan apabila harga input X adalah P”x maka jumlah input x yang diminta
produsen adalah OX2. Hal ini menunjukkan bahwa kurva VMPx adalah kurva
permintaan produsen akan input X. Dapat disimpulkan bahwa dalam kasus satu
input variabel dan produsen beroperasi dalam persaingan sempurna baik di pasar
input maupun di pasar output, maka bagian yang menurun dari kurva VMP adalah
juga kurva permintaan akan input variabel tersebut (Boediono, 2000). Dalil yang
mengatakan bahwa kurva VMPx adalah kurva permintaan produsen akan input X
berlaku atas dasar :
1.
Produsen dianggap sebagai pembeli kecil di pasar input X,
2.
Produsen beroperasi dalam persaingan sempurna di pasar outputnya,
3.
Kurva VMP yang berlaku adalah bagian yang menurun (sebab bagian VMP
yang menaik menggambarkan MPP yang menaik, dan bagian ini tidak pernah
dipilih produsen, yang disebut irrational stage).
42
Output
TPP
X1
X2
X3
Penggunaan Input X
Output
APP
0
Penggunaan input X
MPP
Harga Input (Rp)
0
VMPx
Penggunaan Input X
Sumber : Boediono (2000)
Gambar 2. Penurunan Kurva VMPx
43
Rupiah
P''x
P'x
VMPx = Dx
O
X2 X1
Penggunaan Input X
Sumber : Boediono (2000)
Gambar 3. Kurva VMPx = Kurva Permintaan Input X
Menurut Boediono (2000), permintaan input dipengaruhi oleh :
1.
Teknologi : kemajuan teknologi atau peningkatan produktifitas suatu input
menggeser permintaan akan input ke kenan,
2.
Bentuk pasar : semakin sempurna persaingan dalam pasar output, semakin
landai kurva permintaan akan output dan semakin elastis permnintaan akan
input tersebut.
3.
Semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen akan output
seperti selera, pendapatan, harga barang-barang lain, distribusi pendapatan,
dan lain sebagainya.
3.1.3
Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dilakukan. Menurut Lipsey, et all (1993), rumus yang
digunakan adalah :
44
Keuntungan (π) = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC) …....… (7)
Kriteria:
Jika total penerimaan (TR) > total biaya (TC), usaha untung
Jika total penerimaan (TR) = total biaya (TC), usaha tidak untung, tidak rugi
(impas).
Jika total penerimaan (TR) < total biaya (TC), usaha rugi.
Penerimaan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi
karena ada kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari investasi
yang berlebihan. Efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap
penggunaan satu unit input digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya
yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap
rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Analisis imbangan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya
merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha. Analisis imbangan
penerimaan dan biaya (R/C ratio) didapat berdasarkan pembagian antara total
penerimaan dengan total biaya, dirumuskan menjadi :
R/C = TR/TC ………………….…...…….......……....……...…......… (8)
Kriteria :
Jika R/C > 1, usaha tersebut untung.
Jika R/C = 1, usaha tidak untung, tidak rugi.
Jika R/C < 1, usaha rugi.
45
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Jumlah konsumsi BBM di Indonesia semakin meningkat disebabkan oleh
jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk
yang semakin meningkat ini menyebabkan meningkatnya permintaan bahan bakar
minyak berupa minyak tanah.
Berdasarkan penjelasan terlebih dahulu, dari segi produksi, produksi
minyak dalam negeri mengalami penurunan. Kondisi ini membuat Indonesia
menjadi negara net importir. Krisis energi dan peningkatan jumlah subsidi yang
dialami Indonesia ini membuat pemerintah mencari jalan keluar berupa sumber
energi alternatif berupa gas.
Gas merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah
yang sudah banyak dipakai oleh rumah tangga, industri-industri besar, serta
usaha-usaha mikro. Selain itu, penggunaan gas dirasa cukup menguntungkan
dibandingkan dengan penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar. Gas
dirasakan memiliki kelebihan dibanding minyak tanah. Oleh karena itu
pemerintah melakukan konversi minyak tanah menjadi gas. Program ini juga
bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan pemakaian
minyak tanah menjadi LPG.
Program konversi minyak tanah menjadi gas ditujukan pada rumah
tangga dan usaha mikro yang menggunakan minyak tanah dalam pemenuhan
kebutuhan rumah tangga dan bahan baku dalam usahanya. Program konversi ini
akan membawa pengaruh pada pola konsumsi bahan bakar minyak yang
dilakukan rumah tangga dan usaha mikro. Usaha mikro yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pedagang makanan.
46
Penelitian ini menganalisis permintaan LPG pedagang martabak kaki
lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi karakteristik pedagang martabak kaki lima dan warung tenda
pecel lele di Kota Bogor yang menggunakan LPG sebagai bahan bakarnya,
menganalisis permintaan LPG oleh pedagang martabak kaki lima dan warung
tenda pecel lele di Kota Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan
menganalisis pendapatan usaha pedagang martabak kaki lima dan warung tenda
pecel lele di Kota Bogor. Karakteristik pedagang martabak kaki lima dan warung
tenda pecel lele digambarkan oleh jenis kelamin dan umur, tingkat pendidikan,
lama waktu berjualan, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, pola konsumsi
LPG, penggunaan bahan baku, output yang dihasilkan, dan harga output rata-rata.
Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan bahwa untuk mengidentifikasi karakteristik
pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor,
digunakan analisis deskriptif dengan tabulasi. Permintaan LPG pedagang
martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dianalisis dengan analisis expalanatory dengan model regresi
linear berganda. Pendapatan usaha pedagang martabak kaki lima dan warung
tenda pecel lele di Kota Bogor dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
dengan menggunakan analisis pendapatan usaha. Hasil penelitian diharapkan
dapat menjadi masukan atau rekomendasi bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan yang berkaitan dengan penelitian ini.
47
Produksi Minyak Tanah Tidak Meningkat
Konsumsi Minyak Tanah Meningkat
Krisis Energi & Subsidi BBM Meningkat
Kebijakan Konversi Minyak
Tanah menjadi LPG
LPG sebagai Bahan Bakar
Usaha Mikro
Warung Tenda Pecel Lele
Martabak Kaki Lima
Permintaan
LPG dan
Faktor yang
mempengaruhi
Karakteristik
Pedagang
Martabak dan
Pecel Lele
Analisis Deskriptif
dengan Tabulasi
Analisis
explanatory dengan
model regresi linear
berganda
Pendapatan
Usaha Pedagang
Martabak dan
Pecel Lele
Analisis Deskriptif
dengan analisis
pendapatan Usaha
Hasil Penelitian
Keterangan :
-
- - - - - - - - = bukan lingkup kajian penelitian
Gambar 4. Alur Pemikiran Penelitian
Pemerintah
Permintaan LPG oleh Pedagang Makanan Kaki Lima
Rekomendasi bagi kebijakan pemerintah
Rumah Tangga
Download