BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa
dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karena seperti yang
diketahui bahwa suatu pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya
Manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill, di
samping sebagai proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output
dari proses pendidikan ini gagal, maka sulit dibayangkan bagaimana dapat
mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus
dipandang sebagai sebuah kebutuhan, sama halnya dengan kebutuhankebutuhan lainnya. Oleh karena itu, tentu peningkatan mutu pendidikan juga
berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa.
Ahmad Tafsir (2008: 26) menjelaskan bahwa pendidikan dalam
pengertian yang luas yaitu pengembangan pribadi dalam semua aspeknya.
Pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri
serta pendidikan oleh orang lain (guru). Sedangkan seluruh aspek mencakup
jasmani, akal dan hati. Teori ini tidak sepenuhnya bisa diterapkan, karena
pada kenyataannya, pendidikan oleh diri sendiri itu sulit dilaksanakan,
teorinya pun tidak banyak berkembang. Akan tetapi, pendidikan yang mudah
direkayasa itu adalah pendidikan oleh orang lain kepada orang lain, di mana
pelaksanaannya dapat dikembangkan di rumah, sekolah dan masyarakat. Di
1
2
antara ketiga tempat pendidikan itu, pendidikan sekolah adalah yang paling
mudah direncanakan, teori-teorinya pun berkembang dengan pesat.
Dari penjabaran di atas dapat diungkapkan, bahwa hasil yang ingin
dicapai dari suatu pendidikan adalah cerdas secara keseluruhan, yaitu
seimbang antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dengan
mengembangkan segala potensi yang ada. Proses pengembangan potensi diri
dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain atau lingkungan.
Di dalam Islam, pendidikan pun merupakan kebutuhan yang sangat
penting, bahkan menduduki posisi paling penting dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, wajar bagi orang Islam meletakkan Al-Quran, Hadits, dan
akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya.
Definisi pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir (2008: 32) ialah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat,
pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim
semaksimal mungkin. Definisi ini menyangkut dua hal, yang pertama adalah
pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain, yang bisa diselenggarakan di
dalam keluarga, sekolah, ataupun masyarakat; dan yang kedua menyangkut
pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik.
Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang di
ungkapkan oleh Muhammad Quthb bahwasanya tujuan umum
pendidikan Islam itu adalah membentuk manusia yang taqwa. Itulah
manusia yang baik menurutnya. Itu diambil dari Al-Quran surat alHujarat ayat13:
    
3
sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian menurut padangan
Allah ialah yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya.
Manusia yang taqwa ialah manusia yang selalu beribadah kepada
Allah, manusia yang selalu menuruti ajaran Allah, dan manusia yang
memenuhi syarat untuk menjadi khalifah Allah di bumi (Ahmad
Tafsir, 2008: 48).
Dalam syariat Islam, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
yang sama tanpa membedakan laki-laki atau perempuan. Bahkan kaum
perempuan mendapatkan kemuliaan dan kehormatan, sehingga kedudukannya
terangkat dan martabatnya diakui. Ia memiliki hak dan kewajiban yang setara
dengan kaum laki-laki. Sebagai bukti bahwa agama Islam menghormati dan
menghargai kaum perempuan, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala memberikan
nama salah satu surah dalam Al-Qur'an dengan nama Surat An-Nisa', yang
artinya adalah kaum perempuan. Selain itu, ada juga Surat di dalam Al-Qur'an
yang bernama Surat Maryam. Bukti berikutnya adalah Al-Qur'an Al-Karim
tidak menyebutkan sifat kebaikan pada kaum laki-laki, kecuali dengan disertai
penyebutan kaum perempuan pula. Allah menyamakan keduanya dalam
pahala amal kebaikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat AlAhzab ayat 35:
      
      






         
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, lakilaki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, lakilaki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
4
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar (QS. Al-Ahzab: 35) (Al-Qur‟an dan Terjemah Edisi Departemen
Agama, 2006: 422).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, disebutkan
bahwa kebaikan kepada ibu (dalam hal ini adalah seorang wanita) tiga kali
lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana Hadits Rasulullah salallahu
‘alaihi wa sallam:
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, seseorang datang
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, wahai
Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi
shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, Ibumu! dan orang tersebut kembali
bertanya, Kemudian siapa lagi? Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab, Ibumu! orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi?
Beliau menjawab, Ibumu, orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa
lagi, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, kemudian ayahmu (HR.
Bukhari, Muslim) (Yazid Abdul Qadir, 2004: 50-51).
Peranan perempuan di dalam pendidikan Islam sejak Islam
diturunkan sampai sekarang tidak kalah penting dengan laki-laki, sebagai
contoh yaitu di masa sepeninggal Nabi, banyak para sahabat yang belajar
agama kepada „Aisyah istri beliau karena faqihnya dan banyaknya ilmu agama
yang diperoleh „Aisyah dari Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam. „Aisyah
merupakan seorang Sahabat yang paling banyak meriwayatkan Hadits. Faktorfaktor yang membuat posisi „Aisyiyah tidak bisa ditandingi oleh para Sahabat
maupun para istri Nabi di bidang ilmu Hadits dan Sunnah karena „Aisyiyah
5
adalah istri Nabi yang paling banyak memiliki kesempatan untuk selalu
bersama-sama beliau. Di samping itu, rumah „Aisyiyah yang bersebelahan
dengan Masjid Nabawi, di mana Masjid tersebut merupakan tempat yang
digunakan setiap hari untuk belajar dan menimba ilmu bersama Rasulullah
salallahu ‘alaihi wa sallam (Sulaiman An-Nadawi, 2007: 292-293). Adapun
di masa sekarang ini banyak dijumpai organisasi perempuan yang
berkecimpung di bidang pendidikan guna memajukan pendidikan di negeri ini.
Salah satu yang banyak menunjukkan peran serta pengaruhnya adalah
organisasi perempuan „Aisyiyah.
„Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang
sosial, keagamaan dan kemasyarakatan. Sebagai komponen organisasi
perempuan Muhammadiyah, „Aisyiyah didirikan pada tanggal 27 Rajab 1335
bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad
Dahlan, yang pada awalnya berupa perhimpunan Sopo Tresno yang didirikan
tahun 1914 M. Sebutan „Aisyiyah waktu itu masih menggunakan ejaan lama
„Aisjijah, artinya pengikut „Aisyah, istri Nabi Muhammad yang dikenal
cemerlang pemikirannya, salah satu sumber periwayatan hadits, dan sosok
perempuan pemberani. Sopo Tresno (artinya siapa cinta) sendiri merupakan
perhimpunan yang sebelumnya merupakan wahana perhimpunan yang
embrionya merupakan forum pengajian yang dibidani Kyai Dahlan yang
anggota-anggotanya saat itu terdiri atas perempuan-perempuan muda usia lima
belas tahunan (Haedar Nashir, 2010: 354).
6
Keterlibatan „Aisyiyah dalam penyelenggaraan pendidikan sudah
dimulai sejak tahun 1919, dua tahun setelah kelahirannya, yaitu dengan
mempelopori mendirikan Frobel atau Taman Kanak-kanak.. Pendirian Frobel
saat itu merupakan Frobel yang pertama kali didirikan oleh pribumi (bangsa
Indonesia). „Aisyiyah
memberi nama yang berbeda terhadap pendidikan
formal tersebut dengan nama Bustanul Athfal. Untuk membedakan dengan TK
yang lain, sebutan Bustanul Athfal dipakai sebagai identitas milik „Aisyiyah.
Dengan demikian nama lengkapnya menjadi Taman Kanak-kanak „Aisyiyah
Bustanul Athfal (Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2006: 69).
Dalam perkembangannya, gerakan „Aisyiyah dari waktu ke waktu
terus meningkatkan peran dan memperluas kerja dalam rangka peningkatan
dan pemajuan pendidikan Islam di Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah
wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan sekolah dari Taman Kanak-kanak
hingga perguruan tinggi, rumah sakit, balai bersalin, panti asuhan, panti
jompo, rumah-rumah sosial, dan lembaga ekonomi.
Dalam penelitian ini penulis tidak membahas „Aisyiyah secara
umum dalam peranannya terhadap pendidikan Islam di Indonesia, melainkan
sebagai organisasi perempuan Islam yang dapat menumbuh kembangkan serta
meningkatkan pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem, Kecamatan
Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah yang berada di bawah Pimpinan
Ranting „Aisyiyah Karangasem.
Realitas dari gerakan Ranting „Aisyiyah Karangasem telah dapat
dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Karangasem, kehadiran
7
Ranting „Aisyiyah Karangasem telah terlihat dengan banyaknya amal usaha
yang telah dilakukan, seperti mendirikan Taman Kanak-kanak dan
menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini serta mengadakan beberapa
pengajian. Sambutan yang baik dari masyarakat akan kegiatan-kegiatan
pengajian yang diselenggarakan Pimpinan Ranting „Aisyiyah Karangasem
menjadikan pengamalan ibadah serta semangat menuntut ilmu agama bagi
mayarakat khususnya para ibu-ibu menjadi semakin tinggi. Hal itu terlihat dari
antusiasnya kaum ibu-ibu dalam mengikuti semua kegiatan-kegiatan
„Aisyiyah Karangasem khususnya pengajian. Dalam kesehariannya pun para
ibu-ibu selalu menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dari pengajianpengajian tersebut dan menjauhi segala perbuatan yang menyelisihi ajaran
Islam yang benar. Kegiatan-kegiatan pendidikan Islam yang diselenggarakan
Ranting „Aisyiyah Karangasem yang merupakan kegiatan untuk untuk kaum
perempuan bisa menyamai kegiatan-kegiatan pendidikan Islam yang
diselenggarakan oleh dan untuk kaum laki-laki. Apabila dibandingkan dengan
beberapa kelurahan yang lain, kegiatan-kegiatan pendidikan Islam untuk kaum
perempuan relatif lebih sedikit dibandingkan kegiatan-kegiatan pendidikan
Islam untuk kaum laki-laki.
Oleh sebab itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut pelaksanaan
pendidikan Islam di Karangasem Laweyan Surakarta yang diselenggarakan
oleh Ranting „Aisyiyah pada satu periode yang telah dipertanggungjawabkan
dalam laporan pertanggungjawaban organisasi yaitu pada periode 2005-2010.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang
8
berjudul
Peran
Ranting
‘Aisyiyah
dalam
Pendidikan
Islam
di
Karangasem Laweyan Surakarta Tahun 2005 - 2010.
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman pengertian terhadap judul skripsi
di atas, penulis perlu memberikan penegasan istilah dari kata-kata yang
digunakan dalam judul tersebut.
1. Peran
Peran adalah “sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan
yang utama dalam terjadinya hal atau peristiwa” (WJS. Poerwadarminta,
2006: 870). Dengan kata lain, peran di sini merujuk pada hal yang harus
dijalankan oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
dalam sebuah sistem sosial terhadap suatu peristiwa atau kejadian.
2. Ranting „Aisyiyah
Ranting adalah “kesatuan anggota dalam satu tempat atau
kawasan” (Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 2006: 114). „Aisyiyah adalah
Organisasi Otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak di
kalangan wanita, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar, berakidah Islam, dan bersumberkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah,
didirikan di Yogyakarta pada tanggal 27 Rajab 1335 Hijriyah atau tanggal
19 April 1917 Masehi (Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 2006: 113). Lembaga ini
sejak kehadirannya merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah yang
membidangi
kegiatan
untuk
kalangan
putri
Muhammadiyah (Syamsul Hidayat dkk, 2010: 122).
atau
kaum
wanita
9
Dengan demikian, Ranting „Aisyiyah adalah kesatuan anggota
dalam satu tempat atau kawasan yang bergerak di kalangan wanita yang
merupakan gerakan Islam untuk menyerukan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah di Kelurahan
Karangasem Surakarta.
3. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah “bimbingan yang diberikan oleh
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam” (Ahmad Tafsir, 2008: 32).
Berdasarkan penegasan istilah tersebut di atas dapat
diambil
pengertian bahwa yang dimaksud dengan skripsi yang berjudul "Peran
Ranting „Aisyiyah dalam Pendidikan Islam di Karangasem Laweyan
Surakarta Tahun 2005-2010" adalah serangkaian kegiatan penelitian
tentang
peran
Ranting
„Aisyiyah
sebagai
organisasi
perempuan
Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan dan keagamaan dalam
memberikan bimbingan kepada masyarakat, khususnya kaum perempuan di
Karangasem agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta dalam
pendidikan Islam?
10
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat peran Ranting
„Aisyiyah dalam pelaksanaan pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem
Surakarta?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan peran Ranting „Aisyiyah dalam pendidikan Islam di
Kelurahan Karangasem Surakarta.
b. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peranan Ranting
„Aisyiyah dalam pelaksanaan pendidikan Islam di Kelurahan
Karangasem Surakarta.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Secara teoritis diharapkan dapat menjadi salah satu karya tulis ilmiah
yang mampu memperkaya wawasan pengetahuan mengenai peranan
Ranting „Aisyiyah dalam pendidikan Islam.
b. Secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan
pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
pendidikan, terutama bagi Ranting „Aisyiyah dalam pengembangan
pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem Surakarta.
11
E. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka yang dapat penulis kemukakan di antaranya adalah:
1. Kasimatta (UMS, 2009) dalam skripsinya dengan judul Peran Pusat Studi
Dakwah Islam Mahasiswa (Pusdam Al-Shahwah) Sleman dalam
Meningkatkan Mutu Bacaan Al-Qur’an Tahun 2006/2007, menyimpulkan
bahwa peranan PUSDAM Al-Shahwah dalam meningkatkan mutu bacaan
Al-Qur‟an di kalangan mahasiswa adalah berupa program Al-Qur‟an for
all dengan metode tahsinul qira’ah, dengan sistem talaqqi (belajar
langsung dengan guru pengampu tahsin), dengan metode al-istima’
(mendengarkan) dan al-Taqlid (menirukan), yang didukung dengan
program tahfidz. Metode ini dipandang tepat dalam meningkatkan mutu
bacaan Al-Qur‟an yang menunjukkan hasil adanya peningkatan yang
signifikan. Hal ini dapat diukur berupa terjadinya peningkatan yang
dialami oleh mahasiswa peserta tahsin dalam bacaan Al-Qur‟an mereka
sehari-hari, yang sebelumnya terdapat banyak kesalahan pada bacaan AlQur‟an.
2. Ene Junaedi (UMS, 2007) dalam skripsinya yang berjudul Peranan
Cabang Muhammadiyah terhadap Pendidikan Islam di Ketanggungan
Brebes menyimpulkan bahwa Muhammadiyah Cabang Ketanggungan
dengan dakwah amar ma’ruf nahi munkar mempunyai peranan penting
dalam mewujudkan cita-citanya mengajak warga Muhammadiyah dan
masyarakat Ketanggungan pada umumnya untuk kembali kepada ajaran
Islam yang berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Al-Hadits agar terwujud
12
suatu masyarakat Islam yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan Islam di Ketanggungan ditempuh
melalui kegiatan dari masing-masing Majelis yang ada di Muhammadiyah,
di bawah arahan dan pantauan langsung dari pimpinan Muhammadiyah
Cabang Ketanggungan, seperti Majelis Tabligh (dakwah), Dikdasmen,
PKU, Ekonomi, Wakaf, dan Kaderisasi.
3. Sri Ikhtiari Lestari (UMS, 2004) dalam skripsinya yag berjudul Peranan
Pondok Pesantren Nurul Hidayah dalam Pengembangan Pendidikan
Islam di Pangen Juru Tengah Purworejo menyimpulkan bahwa peranan
pondok pesantren Nurul Hidayah dalam pengembangan pendidikan Islam
yaitu berupa membimbing santrinya untuk menjadi manusia yang
berkepribadian Islam.
Beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa belum
ada yang membahas tentang judul yang penulis gunakan, apalagi menjadikan
Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta sebagai lokasi penelitian dan peran
Ranting „Aisyiyah sebagai objek penelitian. Dengan demikian penelitian ini
memenuhi kriteria kebaruan.
F. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis
untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode
ilmiah (Emzir, 2010: 3). Adapun metode-metode yang digunakan dan hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:
13
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti
lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, dan organisasi kemasyarakatan
dan lembaga penelitian. Atau dapat diartikan penelitian dengan jalan terjun
langsung ke tempat penelitian untuk mengamati dan terlibat langsung
dengan objek penelitian (Lexy J. Moleong, 2007: 4).
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,
yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Lexy J. Moleong, 2007: 4). Dengan kata lain, penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguraikan dan menganalisis
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan (orang-orang
yang diwawancarai, diobservasi dan diminta data) dengan menggunakan
kata-kata, tidak menggunakan angka.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber data di mana peneliti dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka penelitian. Subjek
penelitian ini adalah ketua Pimpinan Ranting, Sekretaris Pimpinan
Ranting, Ketua TK „ABA No.32 Karangasem dan satu orang guru PAUD.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang akurat, maka penulis
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
14
a. Metode wawancara (interview)
Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan
data dengan cara tanya jawab sepihak oleh pewawancara (pengumpul
data) kepada responden yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan tujuan penelitian (Sutrisno Hadi, 2007: 218). Wawancara
dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual
atau kelompok di mana sebelumnya peneliti telah menyiapkan
instrumen/pedoman
wawancara.
Pedoman
ini
berisi
sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh
responden.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara
bebas terpimpin, atau wawancara tak terstruktur, yaitu susunan
pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat
diubah pada saat wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan pada
saat kondisi wawancara. Metode ini penulis gunakan untuk
memperoleh data tentang sejarah berdirinya Ranting „Aisyiyah, tujuan
berdirinya, struktur personalia pimpinan, kegiatan-kegiatan, majelismajelis, faktor-faktor pendukung dan penghambat Ranting „Aisyiyah
dalam pelaksanaan pendidikan Islam di Karangasem Surakarta.
Wawancara ini dilakukan kepada Pimpinan Ranting „Aisyiyah
Karangasem Surakarta.
15
b. Metode observasi (pengamatan)
Metode observasi adalah pengamatan yang memungkinkan
peneliti mencatat semua peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan
pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data (Lexy J. Moleong, 2007: 174). Pengamatan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu hanya mengamati kegiatan tanpa ikut
terlibat di dalam kegiatan tersebut atau bisa juga dengan ikut terlibat di
dalamnya.
Sebelum
melakukan
pengamatan,
peneliti
harus
menyiapkan pedoman pengamatan. Pedoman ini berupa garis-garis
besar kegiatan yang akan diobservasi.
Teknik observasi yang penulis gunakan adalah observasi
langsung, artinya penulis terjun langsung dengan
mengadakan
pengamatan dan pencatatan di Ranting „Aisyiyah Karangasem
Surakarta untuk mendapatkan data. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data letak geografis, keadaan gedung, sarana dan
prasarana atau fasilitas yang ada untuk pelaksanaan pendidikan Islam
yang dilakukan oleh Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
agenda, dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto, 2004: 126). Data yang
dikumpulkan bisa berupa dokumen tertulis, gambar maupun data
16
elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai
dengan tujuan dan fokus masalah.
Metode dokumentasi ini digunakan sebagai pelengkap data
hasil observasi dan wawancara. Untuk memperoleh data-data yang
berkaitan dengan dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang didapatkan
dalam penelitian, yaitu sejarah berdirinya Ranting „Aisyiyah, struktur
organisasi, kegiatan Ranting „Aisyiyah, dan data-data lain yang
berhubungan dengan „Aisyiyah.
4. Metode Analisis Data
Apabila data telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data, yaitu pengolahan data untuk menarik kesimpulan.
Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,
yaitu menggambarkan fenomena-fenomena yang ada pada saat ini atau
saat yang lampau, dari seluruh data hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 54). Penelitian ini
menggambarkan suatu kondisi apa adanya berdasarkan data yang
diperoleh tanpa adanya manipulasi atau pengubahan data, dengan tahapan
analisis, pertama, data yang telah diperoleh, dipilah atau direduksi
(penggolongan data serta membuang yang tidak perlu); kedua, menyajikan
data yang telah direduksi tersebut dalam bentuk narasi; dan yang terakhir
adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah dipaparkan.
17
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan memahami
skripsi ini, penulis menyajikan skripsi dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, berisi tentang: latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: Peran „Aisyiyah dan Pendidikan Islam. Pada bab ini
dibahas tentang peran yang meliputi pengertian peran dan peran lembaga
sosial. „Aisyiyah yang meliputi sejarah „Aisyiyah, identitas „Aisyiyah, visi dan
misi „Aisyiyah, dasar „Aisyiyah, tujuan„Aisyiyah dan Konsep pendidikan
dalam „Aisyiyah. Pendidikan Islam yang meliputi pengertian pendidikan
Islam, dasar pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, jalur pendidikan
Islam, kurikulum pendidikan Islam dan faktor-faktor pendidikan Islam.
BAB III: Deskripsi Data Pelaksanaan Pendidikan Islam di
Ranting ‘Aisyiyah Karangasem Surakarta. Pada bab ini dibahas tentang
gambaran umum Ranting „Aisyiyah di Karangasem Surakarta, yang meliputi
letak geografis, sejarah berdirinya „Aisyiyah di Karangasem Surakarta,
struktur organisasi, landasan perumusan program, prinsip program, tujuan
program Ranting „Aisyiyah Karangasem. Pelaksanaan pendidikan Islam di
Ranting ‟Aisyiyah Karangasem yang meliputi kegiatan-kegiatan Ranting
„Aisyiyah Karangasem serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
pendidikan Islam di Karangasem.
18
BAB IV: Analisis Data. Pada bab ini dibahas tentang analisis
peranan Ranting „Aisyiyah dalam pendidikan Islam di Karangasem
serta
analisis faktor pendukung dan penghambat peran Ranting „Aisyiyah dalam
pendidikan Islam di Karangasem Surakarta.
BAB V: Penutup. pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, saran
dan kata penutup.
Download