BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karena seperti yang diketahui bahwa suatu pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill, di samping sebagai proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal, maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan, sama halnya dengan kebutuhankebutuhan lainnya. Oleh karena itu, tentu peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Ahmad Tafsir (2008: 26) menjelaskan bahwa pendidikan dalam pengertian yang luas yaitu pengembangan pribadi dalam semua aspeknya. Pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri serta pendidikan oleh orang lain (guru). Sedangkan seluruh aspek mencakup jasmani, akal dan hati. Teori ini tidak sepenuhnya bisa diterapkan, karena pada kenyataannya, pendidikan oleh diri sendiri itu sulit dilaksanakan, teorinya pun tidak banyak berkembang. Akan tetapi, pendidikan yang mudah direkayasa itu adalah pendidikan oleh orang lain kepada orang lain, di mana pelaksanaannya dapat dikembangkan di rumah, sekolah dan masyarakat. Di 1 2 antara ketiga tempat pendidikan itu, pendidikan sekolah adalah yang paling mudah direncanakan, teori-teorinya pun berkembang dengan pesat. Dari penjabaran di atas dapat diungkapkan, bahwa hasil yang ingin dicapai dari suatu pendidikan adalah cerdas secara keseluruhan, yaitu seimbang antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dengan mengembangkan segala potensi yang ada. Proses pengembangan potensi diri dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain atau lingkungan. Di dalam Islam, pendidikan pun merupakan kebutuhan yang sangat penting, bahkan menduduki posisi paling penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, wajar bagi orang Islam meletakkan Al-Quran, Hadits, dan akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya. Definisi pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir (2008: 32) ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin. Definisi ini menyangkut dua hal, yang pertama adalah pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain, yang bisa diselenggarakan di dalam keluarga, sekolah, ataupun masyarakat; dan yang kedua menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik. Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang di ungkapkan oleh Muhammad Quthb bahwasanya tujuan umum pendidikan Islam itu adalah membentuk manusia yang taqwa. Itulah manusia yang baik menurutnya. Itu diambil dari Al-Quran surat alHujarat ayat13: 3 sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian menurut padangan Allah ialah yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya. Manusia yang taqwa ialah manusia yang selalu beribadah kepada Allah, manusia yang selalu menuruti ajaran Allah, dan manusia yang memenuhi syarat untuk menjadi khalifah Allah di bumi (Ahmad Tafsir, 2008: 48). Dalam syariat Islam, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang sama tanpa membedakan laki-laki atau perempuan. Bahkan kaum perempuan mendapatkan kemuliaan dan kehormatan, sehingga kedudukannya terangkat dan martabatnya diakui. Ia memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan kaum laki-laki. Sebagai bukti bahwa agama Islam menghormati dan menghargai kaum perempuan, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala memberikan nama salah satu surah dalam Al-Qur'an dengan nama Surat An-Nisa', yang artinya adalah kaum perempuan. Selain itu, ada juga Surat di dalam Al-Qur'an yang bernama Surat Maryam. Bukti berikutnya adalah Al-Qur'an Al-Karim tidak menyebutkan sifat kebaikan pada kaum laki-laki, kecuali dengan disertai penyebutan kaum perempuan pula. Allah menyamakan keduanya dalam pahala amal kebaikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat AlAhzab ayat 35: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, lakilaki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, lakilaki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, 4 laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. Al-Ahzab: 35) (Al-Qur‟an dan Terjemah Edisi Departemen Agama, 2006: 422). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, disebutkan bahwa kebaikan kepada ibu (dalam hal ini adalah seorang wanita) tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana Hadits Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, Ibumu! dan orang tersebut kembali bertanya, Kemudian siapa lagi? Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, Ibumu! orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, Ibumu, orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, kemudian ayahmu (HR. Bukhari, Muslim) (Yazid Abdul Qadir, 2004: 50-51). Peranan perempuan di dalam pendidikan Islam sejak Islam diturunkan sampai sekarang tidak kalah penting dengan laki-laki, sebagai contoh yaitu di masa sepeninggal Nabi, banyak para sahabat yang belajar agama kepada „Aisyah istri beliau karena faqihnya dan banyaknya ilmu agama yang diperoleh „Aisyah dari Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam. „Aisyah merupakan seorang Sahabat yang paling banyak meriwayatkan Hadits. Faktorfaktor yang membuat posisi „Aisyiyah tidak bisa ditandingi oleh para Sahabat maupun para istri Nabi di bidang ilmu Hadits dan Sunnah karena „Aisyiyah 5 adalah istri Nabi yang paling banyak memiliki kesempatan untuk selalu bersama-sama beliau. Di samping itu, rumah „Aisyiyah yang bersebelahan dengan Masjid Nabawi, di mana Masjid tersebut merupakan tempat yang digunakan setiap hari untuk belajar dan menimba ilmu bersama Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam (Sulaiman An-Nadawi, 2007: 292-293). Adapun di masa sekarang ini banyak dijumpai organisasi perempuan yang berkecimpung di bidang pendidikan guna memajukan pendidikan di negeri ini. Salah satu yang banyak menunjukkan peran serta pengaruhnya adalah organisasi perempuan „Aisyiyah. „Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang sosial, keagamaan dan kemasyarakatan. Sebagai komponen organisasi perempuan Muhammadiyah, „Aisyiyah didirikan pada tanggal 27 Rajab 1335 bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan, yang pada awalnya berupa perhimpunan Sopo Tresno yang didirikan tahun 1914 M. Sebutan „Aisyiyah waktu itu masih menggunakan ejaan lama „Aisjijah, artinya pengikut „Aisyah, istri Nabi Muhammad yang dikenal cemerlang pemikirannya, salah satu sumber periwayatan hadits, dan sosok perempuan pemberani. Sopo Tresno (artinya siapa cinta) sendiri merupakan perhimpunan yang sebelumnya merupakan wahana perhimpunan yang embrionya merupakan forum pengajian yang dibidani Kyai Dahlan yang anggota-anggotanya saat itu terdiri atas perempuan-perempuan muda usia lima belas tahunan (Haedar Nashir, 2010: 354). 6 Keterlibatan „Aisyiyah dalam penyelenggaraan pendidikan sudah dimulai sejak tahun 1919, dua tahun setelah kelahirannya, yaitu dengan mempelopori mendirikan Frobel atau Taman Kanak-kanak.. Pendirian Frobel saat itu merupakan Frobel yang pertama kali didirikan oleh pribumi (bangsa Indonesia). „Aisyiyah memberi nama yang berbeda terhadap pendidikan formal tersebut dengan nama Bustanul Athfal. Untuk membedakan dengan TK yang lain, sebutan Bustanul Athfal dipakai sebagai identitas milik „Aisyiyah. Dengan demikian nama lengkapnya menjadi Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal (Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2006: 69). Dalam perkembangannya, gerakan „Aisyiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan peran dan memperluas kerja dalam rangka peningkatan dan pemajuan pendidikan Islam di Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan sekolah dari Taman Kanak-kanak hingga perguruan tinggi, rumah sakit, balai bersalin, panti asuhan, panti jompo, rumah-rumah sosial, dan lembaga ekonomi. Dalam penelitian ini penulis tidak membahas „Aisyiyah secara umum dalam peranannya terhadap pendidikan Islam di Indonesia, melainkan sebagai organisasi perempuan Islam yang dapat menumbuh kembangkan serta meningkatkan pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah yang berada di bawah Pimpinan Ranting „Aisyiyah Karangasem. Realitas dari gerakan Ranting „Aisyiyah Karangasem telah dapat dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Karangasem, kehadiran 7 Ranting „Aisyiyah Karangasem telah terlihat dengan banyaknya amal usaha yang telah dilakukan, seperti mendirikan Taman Kanak-kanak dan menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini serta mengadakan beberapa pengajian. Sambutan yang baik dari masyarakat akan kegiatan-kegiatan pengajian yang diselenggarakan Pimpinan Ranting „Aisyiyah Karangasem menjadikan pengamalan ibadah serta semangat menuntut ilmu agama bagi mayarakat khususnya para ibu-ibu menjadi semakin tinggi. Hal itu terlihat dari antusiasnya kaum ibu-ibu dalam mengikuti semua kegiatan-kegiatan „Aisyiyah Karangasem khususnya pengajian. Dalam kesehariannya pun para ibu-ibu selalu menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dari pengajianpengajian tersebut dan menjauhi segala perbuatan yang menyelisihi ajaran Islam yang benar. Kegiatan-kegiatan pendidikan Islam yang diselenggarakan Ranting „Aisyiyah Karangasem yang merupakan kegiatan untuk untuk kaum perempuan bisa menyamai kegiatan-kegiatan pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh dan untuk kaum laki-laki. Apabila dibandingkan dengan beberapa kelurahan yang lain, kegiatan-kegiatan pendidikan Islam untuk kaum perempuan relatif lebih sedikit dibandingkan kegiatan-kegiatan pendidikan Islam untuk kaum laki-laki. Oleh sebab itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut pelaksanaan pendidikan Islam di Karangasem Laweyan Surakarta yang diselenggarakan oleh Ranting „Aisyiyah pada satu periode yang telah dipertanggungjawabkan dalam laporan pertanggungjawaban organisasi yaitu pada periode 2005-2010. Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang 8 berjudul Peran Ranting ‘Aisyiyah dalam Pendidikan Islam di Karangasem Laweyan Surakarta Tahun 2005 - 2010. B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalah pahaman pengertian terhadap judul skripsi di atas, penulis perlu memberikan penegasan istilah dari kata-kata yang digunakan dalam judul tersebut. 1. Peran Peran adalah “sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan yang utama dalam terjadinya hal atau peristiwa” (WJS. Poerwadarminta, 2006: 870). Dengan kata lain, peran di sini merujuk pada hal yang harus dijalankan oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dalam sebuah sistem sosial terhadap suatu peristiwa atau kejadian. 2. Ranting „Aisyiyah Ranting adalah “kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan” (Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 2006: 114). „Aisyiyah adalah Organisasi Otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak di kalangan wanita, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, berakidah Islam, dan bersumberkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah, didirikan di Yogyakarta pada tanggal 27 Rajab 1335 Hijriyah atau tanggal 19 April 1917 Masehi (Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 2006: 113). Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah yang membidangi kegiatan untuk kalangan putri Muhammadiyah (Syamsul Hidayat dkk, 2010: 122). atau kaum wanita 9 Dengan demikian, Ranting „Aisyiyah adalah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan yang bergerak di kalangan wanita yang merupakan gerakan Islam untuk menyerukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah di Kelurahan Karangasem Surakarta. 3. Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah “bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam” (Ahmad Tafsir, 2008: 32). Berdasarkan penegasan istilah tersebut di atas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan skripsi yang berjudul "Peran Ranting „Aisyiyah dalam Pendidikan Islam di Karangasem Laweyan Surakarta Tahun 2005-2010" adalah serangkaian kegiatan penelitian tentang peran Ranting „Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan dan keagamaan dalam memberikan bimbingan kepada masyarakat, khususnya kaum perempuan di Karangasem agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana peran Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta dalam pendidikan Islam? 10 2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat peran Ranting „Aisyiyah dalam pelaksanaan pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem Surakarta? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: a. Mendeskripsikan peran Ranting „Aisyiyah dalam pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem Surakarta. b. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peranan Ranting „Aisyiyah dalam pelaksanaan pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem Surakarta. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Secara teoritis diharapkan dapat menjadi salah satu karya tulis ilmiah yang mampu memperkaya wawasan pengetahuan mengenai peranan Ranting „Aisyiyah dalam pendidikan Islam. b. Secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan pendidikan, terutama bagi Ranting „Aisyiyah dalam pengembangan pendidikan Islam di Kelurahan Karangasem Surakarta. 11 E. Kajian Pustaka Tinjauan pustaka yang dapat penulis kemukakan di antaranya adalah: 1. Kasimatta (UMS, 2009) dalam skripsinya dengan judul Peran Pusat Studi Dakwah Islam Mahasiswa (Pusdam Al-Shahwah) Sleman dalam Meningkatkan Mutu Bacaan Al-Qur’an Tahun 2006/2007, menyimpulkan bahwa peranan PUSDAM Al-Shahwah dalam meningkatkan mutu bacaan Al-Qur‟an di kalangan mahasiswa adalah berupa program Al-Qur‟an for all dengan metode tahsinul qira’ah, dengan sistem talaqqi (belajar langsung dengan guru pengampu tahsin), dengan metode al-istima’ (mendengarkan) dan al-Taqlid (menirukan), yang didukung dengan program tahfidz. Metode ini dipandang tepat dalam meningkatkan mutu bacaan Al-Qur‟an yang menunjukkan hasil adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat diukur berupa terjadinya peningkatan yang dialami oleh mahasiswa peserta tahsin dalam bacaan Al-Qur‟an mereka sehari-hari, yang sebelumnya terdapat banyak kesalahan pada bacaan AlQur‟an. 2. Ene Junaedi (UMS, 2007) dalam skripsinya yang berjudul Peranan Cabang Muhammadiyah terhadap Pendidikan Islam di Ketanggungan Brebes menyimpulkan bahwa Muhammadiyah Cabang Ketanggungan dengan dakwah amar ma’ruf nahi munkar mempunyai peranan penting dalam mewujudkan cita-citanya mengajak warga Muhammadiyah dan masyarakat Ketanggungan pada umumnya untuk kembali kepada ajaran Islam yang berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Al-Hadits agar terwujud 12 suatu masyarakat Islam yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pelaksanaan kegiatan pendidikan Islam di Ketanggungan ditempuh melalui kegiatan dari masing-masing Majelis yang ada di Muhammadiyah, di bawah arahan dan pantauan langsung dari pimpinan Muhammadiyah Cabang Ketanggungan, seperti Majelis Tabligh (dakwah), Dikdasmen, PKU, Ekonomi, Wakaf, dan Kaderisasi. 3. Sri Ikhtiari Lestari (UMS, 2004) dalam skripsinya yag berjudul Peranan Pondok Pesantren Nurul Hidayah dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Pangen Juru Tengah Purworejo menyimpulkan bahwa peranan pondok pesantren Nurul Hidayah dalam pengembangan pendidikan Islam yaitu berupa membimbing santrinya untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa belum ada yang membahas tentang judul yang penulis gunakan, apalagi menjadikan Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta sebagai lokasi penelitian dan peran Ranting „Aisyiyah sebagai objek penelitian. Dengan demikian penelitian ini memenuhi kriteria kebaruan. F. Metode Penelitian Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah (Emzir, 2010: 3). Adapun metode-metode yang digunakan dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini dipaparkan sebagai berikut: 13 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, dan organisasi kemasyarakatan dan lembaga penelitian. Atau dapat diartikan penelitian dengan jalan terjun langsung ke tempat penelitian untuk mengamati dan terlibat langsung dengan objek penelitian (Lexy J. Moleong, 2007: 4). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moleong, 2007: 4). Dengan kata lain, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguraikan dan menganalisis fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan (orang-orang yang diwawancarai, diobservasi dan diminta data) dengan menggunakan kata-kata, tidak menggunakan angka. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber data di mana peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan dalam rangka penelitian. Subjek penelitian ini adalah ketua Pimpinan Ranting, Sekretaris Pimpinan Ranting, Ketua TK „ABA No.32 Karangasem dan satu orang guru PAUD. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data yang akurat, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 14 a. Metode wawancara (interview) Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian (Sutrisno Hadi, 2007: 218). Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual atau kelompok di mana sebelumnya peneliti telah menyiapkan instrumen/pedoman wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara bebas terpimpin, atau wawancara tak terstruktur, yaitu susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan pada saat kondisi wawancara. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya Ranting „Aisyiyah, tujuan berdirinya, struktur personalia pimpinan, kegiatan-kegiatan, majelismajelis, faktor-faktor pendukung dan penghambat Ranting „Aisyiyah dalam pelaksanaan pendidikan Islam di Karangasem Surakarta. Wawancara ini dilakukan kepada Pimpinan Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta. 15 b. Metode observasi (pengamatan) Metode observasi adalah pengamatan yang memungkinkan peneliti mencatat semua peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data (Lexy J. Moleong, 2007: 174). Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu hanya mengamati kegiatan tanpa ikut terlibat di dalam kegiatan tersebut atau bisa juga dengan ikut terlibat di dalamnya. Sebelum melakukan pengamatan, peneliti harus menyiapkan pedoman pengamatan. Pedoman ini berupa garis-garis besar kegiatan yang akan diobservasi. Teknik observasi yang penulis gunakan adalah observasi langsung, artinya penulis terjun langsung dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan di Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta untuk mendapatkan data. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data letak geografis, keadaan gedung, sarana dan prasarana atau fasilitas yang ada untuk pelaksanaan pendidikan Islam yang dilakukan oleh Ranting „Aisyiyah Karangasem Surakarta. c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto, 2004: 126). Data yang dikumpulkan bisa berupa dokumen tertulis, gambar maupun data 16 elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Metode dokumentasi ini digunakan sebagai pelengkap data hasil observasi dan wawancara. Untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang didapatkan dalam penelitian, yaitu sejarah berdirinya Ranting „Aisyiyah, struktur organisasi, kegiatan Ranting „Aisyiyah, dan data-data lain yang berhubungan dengan „Aisyiyah. 4. Metode Analisis Data Apabila data telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, yaitu pengolahan data untuk menarik kesimpulan. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan fenomena-fenomena yang ada pada saat ini atau saat yang lampau, dari seluruh data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 54). Penelitian ini menggambarkan suatu kondisi apa adanya berdasarkan data yang diperoleh tanpa adanya manipulasi atau pengubahan data, dengan tahapan analisis, pertama, data yang telah diperoleh, dipilah atau direduksi (penggolongan data serta membuang yang tidak perlu); kedua, menyajikan data yang telah direduksi tersebut dalam bentuk narasi; dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah dipaparkan. 17 G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, penulis menyajikan skripsi dengan sistematika sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan, berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II: Peran „Aisyiyah dan Pendidikan Islam. Pada bab ini dibahas tentang peran yang meliputi pengertian peran dan peran lembaga sosial. „Aisyiyah yang meliputi sejarah „Aisyiyah, identitas „Aisyiyah, visi dan misi „Aisyiyah, dasar „Aisyiyah, tujuan„Aisyiyah dan Konsep pendidikan dalam „Aisyiyah. Pendidikan Islam yang meliputi pengertian pendidikan Islam, dasar pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, jalur pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam dan faktor-faktor pendidikan Islam. BAB III: Deskripsi Data Pelaksanaan Pendidikan Islam di Ranting ‘Aisyiyah Karangasem Surakarta. Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum Ranting „Aisyiyah di Karangasem Surakarta, yang meliputi letak geografis, sejarah berdirinya „Aisyiyah di Karangasem Surakarta, struktur organisasi, landasan perumusan program, prinsip program, tujuan program Ranting „Aisyiyah Karangasem. Pelaksanaan pendidikan Islam di Ranting ‟Aisyiyah Karangasem yang meliputi kegiatan-kegiatan Ranting „Aisyiyah Karangasem serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan Islam di Karangasem. 18 BAB IV: Analisis Data. Pada bab ini dibahas tentang analisis peranan Ranting „Aisyiyah dalam pendidikan Islam di Karangasem serta analisis faktor pendukung dan penghambat peran Ranting „Aisyiyah dalam pendidikan Islam di Karangasem Surakarta. BAB V: Penutup. pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, saran dan kata penutup.