perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : ASEP SURYO NUGROHO NIM. F1107036 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2011 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles) Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri. ( Benyamin Franklin ) Kerjakan sesuatu dengan ikhlas dan mohon petunjuk Tuhan Yang Maha Esa. ( Penulis ) commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk : · Tuhan Yesus Kristus, berkat Mu senantiasa mengurapi kehidupanku. · Bapak yang sedang sakit semoga lekas sembuh, Mama tetap sabar dan kuat merawat Bapak, Mbah dan keluargamu. · Kakakku tercinta, terima kasih semangat dan doanya. · Semua teman – teman, terima kasih untuk semua yang pernah kita lakukan bersama. · Almamaterku. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL “. Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adanya dorongan, bimbingan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Ibu Dra. Izza Marfuhah, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan begitu luar biasa membimbing , penulis sangat bersyukur dan mengahturkan hormat yang setinggi-tingginya atas segala yang beliau berikan. 2. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNS. 4. Ibu Dwi Prasetyani SE, M.Si, selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis. 6. Teman – teman seperjuangan EP NONREG 2007, canda tawa saat bersama kalian tak pernah kulupakan. 7. Teman – teman HMJ Ekonomi Pembangunan tetep kompak, semangat dan lanjutkan terus ALCOFE. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya. Demikian skripsi ini penulis susun dan tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Semoga karya ini dapat bermafaat bagi seluruh pihak yang membaca dan terkait dengan skripsi ini. Surakarta, 21 Maret 2011 Penulis commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….. iii HALAMAN MOTTO………………………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………… v KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. vi DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. x DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….... ix ABSTRAKSI………………………………………………………………………… xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 1 B. Perumusan Masalah……………………………………………………….. 16 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….. 16 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………… 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank……………………………………………………………. 18 B. Bank Konvensional………………………………………………………… 21 C. Bank Syariah……………………………………………………………….. 24 D. Prinsip Dasar Perbankan Syariah…………………………………………... 26 E. Produk Perbankan Syariah…………………………………………………. 33 F. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional……………………... 44 G. Rasio Keuangan……………………………………………………………. 48 commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id H. Penelitian Terdahulu……………………………………………………….. 60 I. Kerangka Pemikiran……………………………………………………….. 64 J. Hipotesis…………………………………………………………………… 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………… 66 B. Sumber Data …………………………………...……………………………. 67 C. Populasi dan Sampel…………………… …………………………………… 68 D. Metode Analisis……………………………………………………………… 69 E. Definisi Operasional Variabel……………………………………………….. 73 F. Teknik Analisis………………………………………………………………. 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian…………………………………………………… 79 B. Analisis Data dan Pembahasan………………………………………………. 80 BAB V KESIMPUlAN DAN SARAN A. Kesimpulan………………………………………………………………….. 94 B. Saran…………………………………………………………………………. 96 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 98 LAMPIRAN Lampiran 1………………………………………………………………………….... 100 Lampiran 2…………………………………………………………………………… 104 Lampiran 3…………………………………………………………………………… 105 commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Rangkaian Paket Deregulasi Perbankan Sejak Tahun 1983 – 1993……. 4 Tabel 1.2 Peraturan Bank Indonesia yang dijadikan Acuan/Pedoman Operasional Bank Syariah……………………………………………….. 10 Tabel 1.3 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Syariah Bank Office Network)…... 13 Tabel 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil……………………………………….. 29 Tabel 2.2 Perbedaan Bank Konvensional Dan Bank Syariah …………………….. 47 Tabel 4.1 Rasio Keuangan Bank Syariah dan Konvensional Per Juni 2010……… 80 Tabel 4.2 Rata – rata Rasio Kinerja Keuangan…………………………………….. 81 Tabel 4.3 Independent Sample T- test…………………………………………….. 85 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Amanah………………………..… 34 Gambar 2.2 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Dhomanah…………………….… 35 Gambar 2.3 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet.… 36 Gambar 2.4 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet…. 37 Gambar 2.5 Skema Kerja Prinsip Murabahah…………………………………...... 38 Gambar 2.6 Skema Kerja Prinsip Bai As-Salam…………………………………... 39 Gambar 2.7 Skema Kerja Prinsip Bai Al-Istishna……………………………….… 39 Gambar 2.8 Skema Kerja Prinsip Ijarah……………………………………………..…. 40 commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.9 Skema Kerja Prinsip Ijarah Muntahia Bithamlik……………………….. 40 Gambar 2.10 Skema Kerja Prinsip Mudharabah………………………………………. 41 Gambar 2.11 Skema Kerja Prinsip Musyarakah……………………………………….. 42 Gambar 2.12 Skema Kerja Prinsip Qardh………………………………………………. 42 Gambar 2.13 Kerangka Konseptual Pemikiran…………………………………..... 62 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAKSI ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL ASEP SURYO NUGROHO NIM. F1107036 Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada periode Juni 2005-2010 dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO dan LDR/FDR. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dengan mengambil data keuangan publikasi bank pada per Juni 2005 – 2010. Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan, diperoleh dua kelompok sampel penelitian, yaitu 3 bank umum syariah dan 3 bank umum konvensional. Pengambilan sampel ditentukan melalui perbankan syariah yang telah berdiri minimal selama 5 tahun, sedangkan pengambilan perbankan konvensional ditentukan dari aset jumlah aset yang berimbang dengan perbankan syariah. Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalah independent sample t-test. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan perbankan syariah NPL/NPF dan LDR/FDR lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan perbankan konvensional, sedangkan pada rasio CAR dan BOPO perbankan syariah lebih rendah kualitasnya. Pada rasio rentabilitas (ROA dan ROE) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, akan tetapi secara deskriptif rasio rentabilitas perbankan syariah relatif lebih baik. Kata kunci : Perbandingan Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, Independent Sample T- test. commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan sebagai lembaga keuangan tidak pernah luput dari perhatian masyarakat dan perekonomian suatu Negara. Hal itu karena lembaga perbankan di dalam kehidupan dunia modern merupakan suatu lembaga yang menjadi sarana keuangan masyarakat. Negara yang sedang melakukan pembangunan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat memerlukan modal yang besar. Modal sebagai sumber pembiayaan pembangunan bisa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Modal pembangunan yang berasal dari luar negeri mempunyai fungsi sebagai pelengkap dana domestik yang belum memadai untuk membiayai seluruh proses pembangunan di Indonesia. Namun demikian, modal pembangunan yang berasal dari luar negeri sangatlah besar resikonya. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Modal pembangunan yang berasal dari dalam negeri biasanya dihimpun dari dana masyarakat. Masyarakat akan menyisihkan sebagian dari pendapatannya 1 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang tidak dikonsumsi untuk menabung. Tabungan inilah yang akan dihimpun oleh pihak bank sebagai dana pihak ketiga (DPK). Di sektor keuangan, dalam rangka mengatasi kesenjangan antara tabungan dan investasi, upaya menggerakkan sumber dana domestik dilakukan dengan mengembangkan infrastruktur sektor keuangan, khususnya industri perbankan. Hal ini terlihat sangat jelas kalau kita mengamati perkembangan sektor keuangan di Indonesia yang sarat dengan rangkaian deregulasi sejak tahun 1983. Kebijakan di sektor keuangan yang diambil adalah melakukan selective credit policy atau semacamnya agar dana lebih banyak mengalir ke sektor-sektor ekonomi tersebut. Kebijakan ini didukung oleh kebijakan suku bunga kredit yang rendah. Berbagai kebijakan itu telah membatasi keleluasaan sektor keuangan untuk bergerak secara efisien dalam menyalurkan dana dari pemilik ke pengguna dana (Abdullah, 2003:4). Sebagai dampak dari terbatasnya ruang gerak sektor keuangan maka terjadilah apa yang disebut oleh McKinnon dan Shaw sebagai “financial repression” yang menyebabkan “shallow finance”, yaitu tidak tersalurnya dana (daya beli) secara efisien ke kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif dan efisien, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi terhalang ( McKinnon dan Shaw, 1973 ). 2 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Untuk mengatasi masalah itu, McKinnon dan Shaw menganjurkan agar diadakan liberalisasi (deregulasi) sehingga terjadi “financial deepening”. Melalui deregulasi, bank - bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya diberi keleluasaan yang lebih besar untuk beroperasi secara efisien atas dasar mekanisme pasar sehingga mereka dapat berfungsi dengan baik dan seefisien mungkin dalam menyalurkan dana dari pemilik dana kepada pengguna dana (pengusaha) untuk keperluan produksi. Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi ekonomi makro secara umum yang tidak bagus terjadi secara bersamaan dengan kondisi perbankan yang tidak dapat memobilisasikan dana dengan baik. Untuk mengatasi situasi yang tidak menguntungkan tersebut pemerintah melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan di sektor moneter. Pada tahap awal deregulasi lebih cepat dampaknya pada sektor moneter melalui serangakaian perubahan di dunia perbankan. Meskipun istilah yang digunakan adalah “ deregulasi “, tidak berarti bahwa perubahan yang dilakukan sepenuhnya berupa pengurangan atau pembatasan di dunia perbankan. Perubahan yang terjadi juga termasuk peningkatan pengaturan pada bidang – bidang tertentu, sehingga deregulasi ini lebih tepat diartikan sebagai perubahan – perubahan yang dimotori oleh otoritas moneter untuk meningkatkan kinerja dunia perbankan, dan pada akhirnya juga diharapkan akan meningkatkan kinerja sektor riil (Budisantoso & Triandaru: 2006). 3 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 1.1 Rangkaian Paket Deregulasi Perbankan Sejak Tahun 1983 – 1993 Paket 1 juni 1983 Kebijakan - Penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva lain sebagai instrumen pengendali jumlah uang beredar ( JUB ) - Pengurangan KLBI untuk sektor – sektor tertentu - Pemberian kebebasan bank untuk memberikan suku bunga simpanan dan pinjaman Sejak 1984 Bank Indonesia mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) 1985 Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan perdagangan SBPU dan fasilitas diskonto oleh BI 27 oktober 1988 - 25 maret 1989 - 29 januari 1990 28 februari 1991 1992 29 mei 1993 Kemudahan pembukaan kantor bank dengan modal ringan. Bank dan lembaga keuangan bukan bank bisa menerbitkan sertifikat deposito tanpa memerlukan izin. Likuiditas wajib minimum perbankan dan lembaga keuangan bukan bank diturunkan dari 15% menjadi 2 % dari jumlah dana pihak ketiga ( DPK ) Pengembangan pasar modal, perluasan modal bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat dilakukan dengan menjual saham baru melalui pasar modal. Penyempurnaan paket sebelumnya Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat memiliki net open position maksimum 25 % dari modal sendiri Berisi tentang penyempurnaan program perkreditan kepada usaha kecil agar dilakukan secara luas oleh semua bank. - - Berisi tentang penyempurnaan paket sebelumnya menuju penyelenggaraan lembaga keuangan dengan prinsip kehati – hatian, sehingga dapat tetap mempertahankan keprcayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Berisi tentang penyempurnaan aturan kesehatan bank meliputi rasio kecukupan modal ( CAR ), Batas Maksimum Pemberian Kredit ( BMPK ), Kredit Usaha Kecil ( KUK ), pembentukan cadangan piutang, Rasio pinjaman dana pihak ketiga ( NPL ) Sumber : Martono, 2002. 4 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Serangkaian kebijakan diatas telah mengakibatkan banyak perubahan dalam perbankan di Indonesia. Adanya peraturan yang memberikan kepastian hukum serta semakin mudahnya prosedur pendirian bank swasta menyebabkan banyak bermunculan bank swasta baru untuk ikut dalam persaingan perbankan di Indonesia. Di sisi lain, kita juga melihat bahwa pertumbuhan perbankan yang sangat pesat ini bukannya tidak menimbulkan permasalahan tersendiri. Di tingkat makro, perkembangan sektor keuangan yang pesat ini telah menimbulkan permasalahan di sektor moneter. Bagi pengendalian moneter, perkembangan sektor keuangan yang pesat, yang juga salah satunya didorong oleh arus globalisasi, telah menyebabkan berbagai hubungan kausalitas antara besaranbesaran moneter menjadi tidak tetap, yang berimplikasi kepada makin kompleksnya transmisi kebijakan moneter dan kurang efektifnya instrumen moneter yang ada (Sarwono & Boediono, 1998). Permasalahan muncul yang dimulai dari gejolak nilai tukar yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 berubah dengan cepat menjadi krisis ekonomi dan keuangan yang sangat dalam. Di sektor luar negeri, pengaruh krisis nilai tukar telah menyebabkan arus modal keluar neto, khususnya sektor swasta, yang sangat besar sehingga neraca pembayaran mengalami defisit untuk pertama kalinya sejak tahun 1989/90. Selain itu, posisi pinjaman dan beban angsuran pembayaran luar negeri naik sangat tinggi, terutama dalam rupiah, sehingga banyak perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya. 5 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Di sektor perbankan, krisis nilai tukar yang terjadi telah menyebabkan terganggunya fungsi intermediasi yang ditandai dengan banyaknya bank menjadi insolvent. Hal ini terjadi karena meningkatnya kerentanan terhadap posisi hutang dalam USD sehingga memberatkan sisi liability (pasiva) bank. Sisi asset (aktiva) bank memburuk sebagaimana tercermin pada meningkatnya kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) akibat banyaknya debitur yang default. Sementara itu, upaya pengetatan likuiditas melalui kenaikan suku bunga yang dilakukan guna menstabilkan inflasi dan nilai tukar telah pula menyebabkan “negative spread” di sektor perbankan. Krisis yang berkelanjutan telah mengakibatkan perbankan nasional menjadi semakin rawan. Pada sisi yang lain kepercayaan masyarakat semakin merosot, khususnya sejak pencabutan izin usaha 16 bank pada bulan November 1997. Khusus mengenai bank syariah perlu dikemukan bahwa pengalaman selama krisis ekonomi ini memberikan suatu pelajaran berharga bagi kita bahwa prinsip risk sharing (berbagi risiko) atau profit and loss sharing (bagi hasil), sebagaimana yang terdapat pada sistem bank berdasarkan prinsip syariah, merupakan suatu prinsip yang dapat berperan meningkatkan ketahanan satuansatuan ekonomi. Dalam hal ini, prinsip bagi hasil atau berbagi risiko antara pemilik dana dan pengguna dana sudah diperjanjikan secara jelas dari awal, sehingga jika terjadi kesulitan usaha karena krisis ekonomi, misalnya, maka risiko kesulitan usaha tersebut otomatis ditanggung bersama oleh pemilik dana dan 6 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengguna dana. Dengan demikian kesulitan ekonomi akan relatif lebih ringan terasa oleh perorangan dan badan usaha secara individual sehingga kebangkitan kembali ekonomi dapat diharapkan berlangsung lebih cepat. (Abdullah, 2003: 13). Terkait dengan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip bagi hasil (syariah) pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu undang-undang tersendiri yaitu Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Dalam ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank yang memilih kegiatan usahanya berdasarkan prinsip bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan sebagai bank konvensional, sedangkan bank umum konvensional yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membuka UUS ( Unit Usaha Syariah ) di kantor pusat bank dengan izin Bank Indonesia. kegiatan operasional bank berdasarkan prinsip bagi hasil baik dalam penghimpunan dan penanaman dana maupun dalam pemberian jasa perbankan lainnya serta dalam hal risiko usaha pada dasarnya sama dengan bank konvensional. Pasal 19 dalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008 dijelaskan kegiatan bank umum syariah meliputi : 7 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro, Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi'ah atau akad lain yang tidak beertentangan dengan prinsip syari'ah; 2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah. 3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah. 4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna' atau akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah. 5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah. 6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan /atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah; 7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah; 8 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah; 9. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syari'ah, antara lain seperti akad Ijarah, Musyarakah, Mudharabah, Murabahah, Kafalah, atau Hawalah; 10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syari'ah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia; 11. Menerima pembayaran dan tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan prinsip syari'ah. 12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan Prinsip Syari'ah; 13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip syari'ah 14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip Syari'ah; 15. Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan akad wakalah; 16. Memberikan fasilitas letter of kredit atau bank garansi berdasarkan prinsip syari'ah; dan 9 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syari'ah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Beberapa PBI ( Peraturan Bank Indonesia ) yang mengatur sistem prosedur dan operasional bank syariah tersusun dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1.2 Peraturan Bank Indonesia yang dijadikan Acuan Operasional Bank Syariah Peraturan PBI NOMOR: 10/16/PBI/2008 Isi PBI NOMOR 10/ 32 /PBI/2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/Pbi/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. Tentang Produk Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/21/pbi/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/pbi/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Tentang Komite Perbankan Syariah PBI NOMOR 11/ 3 /PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah PBI NOMOR 11/15/PBI/2009 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah. PBI NOMOR: 10/17/PBI/2008 PBI NOMOR: 10/18/PBI/2008 PBI NOMOR: 10/ 23 /PBI/2008 PBI NOMOR: 10/ 24 /PBI/2008 Sumber : Bank Indonesia 10 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Mengenai PBI NOMOR: 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. Peraturan ini menjelaskan kewajiban bank syariah untuk memenuhi prinsip syariah dalam melaksanakan jasa perbankan melalui kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa bank. Pelaksanaan prinsip syariahnya dilakukan dengan memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan dan universalisme serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objek haram. PBI NOMOR: 10/17/PBI/2008 tentang produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dalam peraturan ini BI mewajibkan Bank Syariah untuk menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia atas pengeluaran produk bank baru yang memenuhi criteria tertentu yakni yang memiliki karakteristik sebagaimana dimaksud dalam Buku Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum produk baru dikeluarkan. Sedangkan PBI mengenai restrukturisasi pembiayaan bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah. Peraturan ini menyatakan restrukturisasi pembiayaan harus memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah. Didalamnya juga dijelaskan mengenai larangan restrukturisasi yang mengakibatkan penurunan penggolongan kualitas pembiayaan, pembentukan penyisihan penghapusan aktiva, yang lebih besar atau penghentian pengakuan pendapatan margin atau 11 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ujrah secara aktual. Restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan maksimal tiga kali selama jangka waktu akad pembiayaan awal. selanjutnya restrukturisasi pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan paling cepat enam bulan setelah restrukturisasi pembiayaan sebelumnya. Pembiayaan yang direstrukturisasi lebih dari tiga kali akan dikategorikan macet sampai dilunasi. Selain prinsip risk sharing (berbagi risiko) atau profit and loss sharing (bagi hasil) yang diterapkan bank syariah juga sistem pembiayaan yang lebih di arahkan pada sektor produksi domestik. Pembiayaan perbankan syariah yang lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik ini, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat sofistikasi transaksi yang tinggi faktor yang dinilai telah menyelamatkan bank syariah dari dampak langsung guncangan krisis keuangan global pada tahun 2008. Hal itu terlihat dari pertumbuhan bank syariah setelah krisis keuangan global pada tahun 2008 hingga bulan September 2010. 12 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 1.3 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Syariah Bank Office Network) Indikator Bank Umum Syariah (BUS) (Sharia Commercial Banks ) Jumlah Bank ( Total Banks) Jumlah Kantor (Total Bank Offices) Unit Usaha Syariah (UUS) (Sharia Business Units) Jumlah Bank (Total Banks) Jumlah Kantor (Total Bank Offices) BPR Syariah (Sharia Rural Bank) Jumlah Bank (Total Banks) Jumlah Kantor (Total Bank Offices) 2005 2006 2007 2008 2009 Sep2010 3 301 3 346 3 398 5 576 6 711 10 1.151 19 133 20 163 26 170 27 214 25 297 23 237 - - 114 195 131 202 139 223 146 278 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 8, No. 10, September 2010 Di tahun 2009 jaringan pelayanan bank syariah mengalami penambahan sebanyak 135 jaringan kantor. Hingga saat ini sudah ada penambahan bank umum syariah ( BUS ) menjadi 10 BUS termasuk bank BNI Syariah yang sebelumnya Unit Usaha Syariah UUS ( Unit Usaha Syariah ) mulai beroperasi pada bulan Juni 2010. Hingga saat ini total jumlah kantor BUS meningkat menjadi 1.151, hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan bank syariah diterima baik oleh masyarakat. Belajar dari pengalaman menghadapi krisis, di tahun 2010 Bank Indonesia memiliki 4 (empat) kebijakan utama berbasis insentif dan disinsentif ( Darmin Nasution, 2010 ). Pertama, peningkatan ketahanan sistem perbankan akan ditempuh melalui penguatan pengaturan, pemantapan sistem pengawasan bank, penataan kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia, serta 13 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pendalaman pasar keuangan. Kedua, peningkatan intermediasi perbankan melalui penyempurnaan peraturan dan penyediaan infrastruktur pendukung. Peraturan yang akan disempurnakan diantaranya meliputi giro wajib minimum (GWM), optimalisasi dan efisiensi kegiatan operasional bank, kemudahan persyaratan kegiatan devisa yang dapat mendorong pemberian kredit. Ketiga, peningkatan peran perbankan syariah terhadap perekonomian nasional dan penguatan ketahanannya. Kebijakan untuk perbankan syariah ini akan ditempuh diantaranya dengan meningkatkan insentif untuk mendorong peningkatan modal, memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak perusahaannya, serta memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan syariah yang kompeten. Keempat, peningkatan peran Bank Perkreditan Rakyat dalam pembiayaan keuangan mikro dan penguatan ketahanannya. Kebijakan ini akan ditempuh diantaranya dengan, memberikan insentif untuk mendorong peningkatan modal, dan memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM BPR yang kompeten, serta mempertegas posisi BPR sebagai community bank. Sementara arah kebijakan pengembangan perbankan syariah tahun 2011 difokuskan kepada beberapa hal berikut ( Halim Alamsyah, 2010 ): Pertama, peningkatan kualitas sistem pengawasan yang sejalan dengan pertumbuhan industri yang pesat, pengawasan risiko yang semakin terkendali, dan perkembangan terkini kepatuhan regulasi baik yang berasal dari IFSB, BIS maupun komitmen-komitmen internasional lainnya, seperti G-20 dan ASEAN 14 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Economic Community (AEC). Kedua, pengembangan sumber daya manusia perbankan syariah dimana dalam perspektif manajemen modern, human capital merupakan elemen terpenting dan penentu dalam mencapai visi dan keunggulan bersaing organisasi. Ketiga, strategi co-opetition untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan. Co-opetition merupakan kombinasi dari cooperation dan competition yang mensinergikan sumber daya antara BUS atau UUS dengan BUK induknya. Keempat, adanya level of playing field yang memungkinkan bank syariah untuk memberikan tingkat pelayanan yang luas dan sama modern-nya dengan apa yang telah disediakan oleh bank konvensional. Kelima, edukasi publik secara inovatif dan terintegrasi. Masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah sehingga antusiasme untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB (ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Dengan fokusnya kebijakan – kebijakan dalam mengembangkan perbankan syariah akan menjadi peluang yang sangat besar bagi pertumbuhan bank syariah. Dewasa ini beberapa perbankan konvensional berekspansi membuka cabang syariah. Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank 15 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional” B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan? 2) Bagaiman keunggulan kinerja keuangan untuk masing – masing rasio keuangan pada perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional ? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional adalah : 16 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Menganalisa kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan. 2) Menganalisa kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan. 3) Untuk mengetahui kemampuan perbankan syariah bersaing dengan perbankan konvensional jika dilihat dari kinerja keuangan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional antara lain : 1) Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah. 2) Bagi bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan. 3) Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah. 4) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan wacana dan sarana terhadap eksistensi perbankan sya 17 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Kata bank berasal dari kata bangue dalam bahasa Perancis dan dari kata banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti atau lemari atau bangku. Kata lemari atau peti menyiratkan fungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga seperti emas, berlian, uang dan sebagainya. Sedangkan istilah bank di dalam Al Quran tidak disebutkan secara eksplisit. Akan tetapi, jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas seperti zakat, sodaqoh, ghanimah (rampasan perang), ba‟i (jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta), dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi (Sudarsono, 2004: 27). Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan empat peranan penting bank dalam sistem keuangan (Sri Susilo et al., 2000: 8), peranan tersebut adalah : 18 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a) Pengalihan asset (asset transmutation) Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank dan lembaga keuangan bukan bank telah berperan sebagai pengalih asset dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers). Dalam kasus lain, pengalihan asset dapat pula terjadi jika lembaga keuangan memerlukan sekuritas sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun, dan sebagainya) yang kemudian dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya ditukarkan dengan sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial paper, dan sebagainya) yang diterbitkan unit defisit. b) Transaksi (transaction) Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transakasi barang dan jasa. Produk-produk yang dikeluarkan (giro, tabungan, deposito, saham dan sebagainya) merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran c) Likuiditas (liquidity) Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Produk19 commit to user perpustakaan.uns.ac.id produk tersebut digilib.uns.ac.id mempunyai likuiditas yang berbeda-beda untuk kepentingan likuiditas pemilik dana, mereka dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. d) Efisiensi (efficiency) Peranan bank dan lembaga keuangan bukan bank adalah mempertemukan pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Secara lebih spesisfik fungsi bank dapat disebut sebagai agen of trust, agen of development, dan agen of services ( Sri Susilo et al., 2000: 6). Agent of Trust dasar utama kegiatan bank adalan kepercayaan atau trust, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Agent of Development adalah tugas bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kegiatan perekonomian di sector riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi, distribusi dan juga mengkonsumsi barang dan jasa mengingat semua kegiatan investasi distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan pengguanaan uang , kelancaraan kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. 20 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Agent of Services adalah bank memberikan penawaran jasa – jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa bank ini dapat berupa jaminan bank, jasa penyelesaian tagihan dan jasa – jasa lainnya. B. Bank Konvensional Bank Konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalampersentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga di bank dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu bank mengalami kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negatif spread (Martono, 2002 ). Kegiatan usaha bank umum konvensional menurut Booklet Perbankan Indonesia tahun 2010 adalah: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; 2. Memberikan kredit; 3. Menerbitkan surat pengakuan hutang; 21 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasioleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama daripadakebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminanpemerintah; d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI); e. Obligasi; f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; 6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya; 7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; 22 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; 9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; 10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek; 11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat; 12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI; 13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang tentang Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI; 15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI; 16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, 23 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI; dan 17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. C. Bank Syariah Menurut pasal 1 dalam UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dijelaskan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam undang-undang ini juga mengatur jenis bank berdasarkan prinsip atau instrument yang digunakan, yaitu : a) Bank konvensional adalah bank yang dalam operasinya mengambil keuntungan dari selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan dan mendasarkan segala aktivitasnya mengambil keuntungan dari bunga. b) Bank berdasarkan prinsip syariah, hal ini juga dibedakan menjadi dua jenis: 1) Bank umum syariah. Pada dasarnya sama dengan bank umum akan tetapi segala aktifitasnya didasarkan pada prinsip-prinsip syariat islam dimana adanya pelarangan pengambilan bunga yang dalam 24 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id syariat islam termasuk salah satu jenis riba yang dilarang dalam syariat islam. 2) Unit usaha syariah. Pada prinsipnya sama dengan bank umum syariah akan tetapi keberadaanya merupakan cadangan dari bank konvensional yang secara pengelolaanya dipisahkan dari aktifitas bank konvensional(induknya). Dasar hukum perbankan unit usaha syariah di bank konvensional adalah UU. No 21 Tahun 2008. Pengertian Bank Syariah itu sendiri menurut praktisi ekonomi islam yaitu Syafi‟i Antonio dan Karnaen Perwaatmadja, Bank Syariah dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Bank Islam, adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadits. b. Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam, adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat tersebut menjauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba yang selanjutnya memakai kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. 25 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bank Indonesia memberikan pengertian bahwa Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari halhal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. D. Prinsip Dasar Perbankan Syariah Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut : 1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001). Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu: a) Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan 26 commit to user perpustakaan.uns.ac.id diakibatkan digilib.uns.ac.id perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box. b) Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan. 2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah: a) Al-Mudharabah Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. 27 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis: a. Mudharabah Muthlaqah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis b. Mudharabah Muqayyadah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. b) Al-Musyarakah Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah: i. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. ii. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua 28 commit to user perpustakaan.uns.ac.id orang digilib.uns.ac.id atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Sistem ini berbeda dengan bank konvensional yang pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga pada satu sisi neraca dan memberikan pinjaman dana dengan menarik bunga pada sisi lainnya. Inti mekanisme bagi hasil pada dasarnya terletak pada kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Tabel 2.1 BUNGA 1. 2. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil BAGI HASIL Penentuan bunga di buatn pada waktu akad, 1. tanpa berpedoman pada untung rugi. pada waktu akad dengan pedoman pada Besarnya presentase berdasarkan pada kemungkinan untung – rugi. jumlah uang ( modal ) yang dipinjamkan. 3. 2. Bunga dapat mengambang atau variabel, dan 3. akad masih berlaku, kecuali diubah atas ekonomi. kesepakatan bersama. Pembayaran bunga tetap seperti yang 4. Bagi-hasil tergantung pada keuntungan dijanjikan, tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, proyek dijalankan oleh pihak nasabah untung kerugian akan ditanggung bersama. 5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan. sekalipun julmlah keuntungan berlipat ganda. 6. Rasio bagi-hasil tetap tidak berubah Selama turunnya bunga patokan atau kondisi atau rugi. 5. Besarnya rasio bagi-hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. besarnya naik turun sesuai dengan naik 4. Penentuan besarnya rasio bagi0hasil dibuat 6. Eksistensi bunga diragukan ( kalau tidak Tidak ada yang meragukan keabsahan keuntungan bagi – hasil. dikecam ) oleh semua agama. Sumber : Ascarya (PPSK BI), 2005: 6 29 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Inti mekanisme bagi hasil pada dasarnya terletak pada kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Secara syari’ah, prinsip bagi hasil dilaksanakan berdasarkan pada asas mudharabah yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk investasi. Meskipun demikian, dalam perkembangannya bank syari’ah tidak hanya membatasi dirinya pada akad mudharabah saja. Akan tetapi sesuai dengan jenis dan nature usahanya, bank syari’ah juga memperoleh dana melalui sistem perkongsian, sistem jual beli, sewa menyewa, dan lain-lain. 3. Prinsip Jual Beli. Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barangatas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa : a) Al-Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. b) Salam Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan 30 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syaratsyarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. c) Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak pembayaran sebagai penjual. dimuka, waktu tertentu. cicilan, Cara atau pembayarannya dapat berupa ditangguhkan sampai jangka Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel. 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah) Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: a) Ijarah, sewa murni. 31 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b) Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. 5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain: a) Al-Wakalah Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. b) Al-Kafalah Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. c) Al-Hawalah Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut. d) Ar-Rahn Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki 32 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. e) Al-Qardh Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah. E. Produk Perbankan Syariah Bank syariah sebagai lembaga intermediasi menerima pendanaan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang membutuhkan dana. Atas pendanaan para nasabah itu bank memberi imbalan berupa bagi hasil. Demikian pula, atas pemberian pembiayaan itu bank mewajibkan bagi hasil kepada para peminjam. Peran bank syariah dianggap mampu untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan aktivitas perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan kegiatan tolong-menolong dan menghindari adanya dana- 33 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dana yang menganggur. Selain itu bank syariah juga menyediakan produk-produk jasa yang dapat dimanfaatkan oleh nasabahnya. Secara umum keseluruhan transaksi di perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yakni (Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2008): 1. Produk penghimpunan dana (funding) Produk-produk yang tergabung disini adalah produk yang bertujuan untuk menghimpun dana masyarakat. Dalam sistem perbankan syariah simpanan diterima berdasarkan prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. a) Prinsip Wadi’ah . Prinsip ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak peminjam. Pengembangan produk bank syariah yang berdasarkan prinsip ini meliputi dua jenis, yaitu: wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhomanah. Adapun penjelasan tentang mekanisme produk bank syariah yang berdasarkan prinsip ini diperlihatkan pada gambar 2.1 dan 2.2. Gambar 2.1 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Amanah 34 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.2 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Dhomanah Gambar 2.7 dan 2.8 menjelaskan perbedaan kedua prinsip tersebut. Wadi’ah yad amanah merupakan barang yang dititipkan tidak dapat dikelola oleh bank syariah. Wadi’ah yad dhomanah yaitu barang yang dititipkan dapat dikelola oleh bank syariah. Prinsip ini dikembangkan dalam bentuk, yaitu: i. Giro Syariah Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan ii. Tabungan Syariah Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. b) Prinsip Mudharabah 35 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib. Dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Apabila kerugian terjadi, bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. Prinsip ini dalam aplikasinya seperti: tabungan berjangka dan deposito berjangka. Prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: mudharabah muqayyadah on balance sheet dan off balance sheet serta mudharabah mutlaqah Gambar 2.3 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet 36 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.4 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet Sumber : Muhammad, 2005. Perbedaan antara mudharabah muqayyadah on balance sheet dengan off balance sheet dapat dilihat pada gambar 2.3 dan 2.4. Pada mudharabah muqayyadah off balance sheet, bank syariah juga berperan memberikan modal untuk dikelola mudharib dan bank syariah akan mendapatkan kembali modalnya dan bagi hasil dari proyek yang dikerjakan. 2. Produk pembiayaan/penyaluran dana (financing). Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewjibkan pihak yang dibiayai dan 37 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Produkproduk yang tergabung di sini adalah produk yang bertujuan untuk membiayai kebutuhan masyarakat. Dalam sistem perbankan syariah pembiayaan dibedakan menjadi: a) Transaksi jual beli dalam bentuk: i. Murabahah yaitu transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli. Gambar 2.5 Skema Kerja Prinsip Murabahah Sumber : Muhammad, 2005. 38 commit to user perpustakaan.uns.ac.id ii. digilib.uns.ac.id Salam yaitu transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Gambar 2.6 Skema Kerja Prinsip Bai As-Salam Sumber: Muhammad, 2005 iii. Istishna yaitu jual beli seperti akad salam, namun pembayarannnya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Gambar 2.7 Skema Kerja Prinsip Bai Al-Istishna 39 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk: i. Ijarah yaitu transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan. Gambar 2.8 Skema Kerja Prinsip Ijarah Sumber: Muhammad, 2005 ii. Ijarah muntahiyah bittamlik yaitu transaksi sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa. Gambar 2.9 Skema Kerja Prinsip Ijarah Muntahia Bithamlik 40 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c) Transaksi Bagi Hasil i. Mudharabah yaitu transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Gambar 2.10 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Sumber : Muhammad, 2005. ii. Musyarakah yaitu transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan atau barang untuk menjalankan usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing. 41 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.11 Skema Kerja Prinsip Musyarakah Sumber : Muhammad, 2005. d) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk: Piutang Qardh ini membantu nasabah secara cepat, berjangka pendek, dan diarahkan untuk usaha kecil serta keperluan sosial. Gambar 2.12 Skema Kerja Prinsip Qardh Sumber: Muhammad, 2005. 42 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e) Transaksi multijasa dalam bentuk: i. Ijarah yaitu transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan. ii. Kafalah yaitu transaksi penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atau yang tertanggung (makful lahu)untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (makful „anhulashil) 3. Produk pelayanan jasa (service). Produk-produk yang tergabung disini adalah produk yang dibuat untuk melayani kebutuhan masyarakat yang berbasis pendapatan tanpa exposure pembiayaan. Dalam sistem perbankan syariah produk pelayanan jasa , yaitu: a) Letter of Credit (L/C) Import Syariah Letter of Credit (L/C) Import Syariah yaitu surat pernyataan akan membayar kepada Eksportir (beneficiary) yang diterbitkan oleh Bank (issuing bank) atas permintaan Importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu (Uniform Documentary Credits/ UCP) b) Bank Garansi Syariah 43 commit to user Custom and Practice for perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bank Garansi Syariah yaitu jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud. c) Penukaran Valuta Asing (Sharf) Penukaran Valuta Asing (Sharf) merupakan jasa yang diberikan bank syariah untuk membeli atau menjual valuta asing yang sama (single currency) maupun berbeda (multi currency), yang hendak ditukarkan atau dikehendaki oleh nasabah. F. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. a) Akad dan Aspek Legalitas Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hokum positif belaka, tapi 44 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad. b) Lembaga Penyelesai Sengketa Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia. c) Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin 45 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional. d) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. e) Lingkungan dan Budaya Kerja Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah. Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut : 46 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 2.2 Perbedaan Bank Konvensional Dan Bank Syariah Bank Konvensional Bank Syariah Fungsi dan Kegiatan Bank Inter mediasi, jasa keuangan. Prinsip dasar operasi prioritas pelayanan Tidak anti riba dan anti masyir - bebas nilai ( prinsip materialistis ) - uang sebagai komoditi - Bunga Orientasi Bentuk Kepentingan Pribadi Keuntungan Evaluasi Nasabah Bank komersial Sumber likuiditas jangka pendek Hubungan Nasabah Terbatas debitor - kreditor Inter mediasi, manager investasi, investor, social, jasa keuangan. Anti riba dan anti masyir - tidak bebas nilai ( prinsip syariah islam) - uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi - bagi hasil, jual beli, sewa Kepentingan public Tujuan social ekonomi islam, keuntungan Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi-purpose Erat sebagai mitra usaha Pinjaman yang diberikan Lembaga Peyelesai Sengketa Risiko usaha Struktur Organisasi Pengawas Investasi Kepastian pengembalian pokok dan bunga ( creditworthiness dan collateral ) Pasar uang, Bank Sentral Lebih hati – hati karena partisipasi dalam risiko Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Pengadilan, badan arbitrase Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba dan nirlaba Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional - dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran - tidak mungkin terjadi negative spread - risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, sebaliknya risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank - kemungkinan terjadi negative spread - Dewan komisaris - melakukan investasi halal atau haram Sumber: Ascarya (PPSK BI), 2005: 12 47 commit to user Terbatas - Dewan komisaris, dewan pengawas syariah, dewan syariah nasional - melakukan investasi halal saja perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id G. Rasio Keuangan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak – pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan analisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan mendukung keputusan yang akan diambil. Laporan keuangan merupakan bentuk laporan pencatatan keuangan secara sistematis dan metodologis tentang posisi keuangan maupun hasil operasi keuangan perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. Laporan keuangan bank pada umumnya terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, laporan komitmen dan kontijensi ( Abdullah, 2003:106 ). Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut (Kasmir, 2004). Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan yang terdiri dari (Siamat, 2005) : 48 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan Adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun. 2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan. 3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan 4) Adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan. 5) Laporan Keuangan Konsolidasi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki Anak Perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan antara lain (Kasmir, 2004): 1) Pemegang saham, digunakan untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. 49 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Pemerintah, digunakan untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan, kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan, dan sampai sejauh mana peranan perbankan dalam mengembangkan sektor-sektor industri tertentu. 3) Manajemen, digunakan untuk menilai kinerja menajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan, menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari pertumbuhan laba yang diperoleh dan pengembangan aset-aset yang dimilikinya. 4) Karyawan, digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya. 5) Masyarakat Luas, digunakan untuk mengetahui kondisi bank yang bersangkutan, sehingga masih tetap mempercayakan dananya disimpan di bank yang bersangkutan atau tidak. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut melalui perhitungan rasio – rasio keuangan (Kasmir, 2004). Menurut ( Martin, 1993:504 ) rasio keuangan memberi cara bagi analisis untuk membuat perbandingan yang berarti data keuangan perusahaan pada waktu yang 50 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berbeda atau dengan perusahaan yang berbeda. Jadi merupakan upaya menstandarisasikan informasi keuangan sehingga menghasilkan perbandingan yang berguna. Menurut ( Abdullah, 2003:124 ) bahwa rasio keuangan adalah ukuran yardstick yang digunakan dalam interpretasi dan analisis laporan keuangan financial suatu perusahaan. Sedangkan pengertian rasio itu sendiri adalah hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmatical term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial. Dari uraian diatas dapat diarik kesimpulan bahwa analisis rasio keuangan adalah perbandingan dua data baik data masa lalu atau data dari perusahaan data lain guna mengetahui kondisi perusahaan itu sendiri. Rasio – rasio keuangan tersebut terdiri dari CAR, NPL/NPF, ROA dan ROE, LDR/FDR, dan BOPO. 1. Rasio Permodalan (Solvabilitas) Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat. Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan 51 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital. Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut: a) Modal disetor Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya. b) Agio saham Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c) Cadangan umum Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing d) Cadangan tujuan Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. 52 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e) Laba ditahan Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. f) Laba tahun lalu Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi factor pengurang dari modal inti. g) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Anak perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank. Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal, dengan perincian sebagai berikut: 53 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Cadangan revaliasi aktiva tetap Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. 2) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. 3) Modal kuasi Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang sifatnya seperti modal. 4) Pinjaman subordinasi Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia. Yang dinilai adalah permodalan yang ada berdasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut berdasarkan pada CAR ( 54 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Capital Adequacy Ratio ) yang telah di tetapkan Bank Indonesia. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko ( ATMR ) dan sesuai ketentuan pemerintah CAR tahun 1999 minimum harus 8 % ( Kasmir, 1999:47 ). CAR yaitu dihitung dari perbandingan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko ( ATMR ). Modal disini terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan memperhitungkan penyertaan yang dilakukan bank sebagai pengurang. Sedangkan ATMR aktiva yang dimaksud adalah aktiva keseluruhan yang meliputi aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative sebagaimana yang tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontijensi dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Semakin besar nilai CAR maka semakin baik posisi modal sebuah bank, demikian sebaliknya dimana CAR pada dasarnya menunjukkan pemenuhan modal yang merupakan landasan bank untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Dan rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : CAR = ꙰ĖƼ䇐울 䇐鍐꙰ො መ 100 % 2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, 55 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan: 1) Prospek usaha 2) Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3) Kemampuan membayar Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi: a. Lancar (Pass) b. Dalam perhatian khusus (special mention) c. Kurang lancar (sub standard) d. Diragukan (doubtful) e. Macet (loss) Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut : NPL = 鍐DRúLhAeyɣR ꫠeAkúrúLú痀 鍐DRúL ὰeL A痀 AeyɣR x 100 % 56 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NPL yang digunakan pada rasio likuiditas oleh bank umum konvensional memiliki istilah yang berbeda yaitu Non Performing Financing (NPF). Akan tetapi, pada dasarnya NPL dan NPF ini memiliki pengertian yang sama, yang membedakan hanya pada istilah kredit digunakan bank umum konvensional dan pembiayaan di bank syariah. Rasio NPF dapatdirumuskan sebagai berikut: NPF = 鍐DRúLhAeyɣR ꫠeAkúrúLú痀 鍐DRúL 䎸ekgɣú úú x 100 % Pembiayaan = pembiayaan mudharabah & musyarakah, piutang mudharabah ishtisna, salam dan qard. 3. Rasio Rentabilitas (Earning) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). a) Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah: 57 commit to user perpustakaan.uns.ac.id ROA = digilib.uns.ac.id 울úgú ꫠeArɣ痀 鍐DRúL 䇐hRɣ x 100% ú b) Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut ROE = 울úgú ꫠeArɣ痀 ꙰DyúL ὰe yɣAɣ x 100% Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Dengan demikian rasio ROE merupakan indikator penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. 4. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biayaoperasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Untuk bank syariah, pendapatan operasional bank terdiri atas pendapatan bagi hasil, 58 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keuntungan atas kontrak jual beli, serta fee, biaya administrasi, dll. Rasio ini dapat dirumuskan dan dipakai baik untuk bank umum konvensional dan bank syariah sebagai berikut: BO/PO = ꫠɣú úĖseAúrɣD úL 䎸e yúsúRú ĖseAúrɣD 5. Rasio Likuiditas (Liquidity) úL x 100 % Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR = 鍐DRúL AeyɣR ú Ƽú ú䎸ɣ痀úh ƼɣrúL eRɣ ú Ahú 59 x 100% commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Yang termasuk jumlah dana yang diterima (dana pihak ketiga) oleh bank pada kriteria ini adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia (jika ada), Giro/Deposito dan tabungan masayarakat, Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebihdari 3 bulan, Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktulebih dari 3 bulan, Modal pinjaman dan modal inti. Untuk bank syariah, instrument Loan to Deposit Ratio ( LDR ) yang digunakan pada rasio likuiditas oleh bank umum konvensional memiliki istilah yang berbeda yaitu Finance to Deposit Ratio ( FDR ). Akan tetapi LDR dan FDR ini pada dasarnya memiliki arti yang sama, yang membedakan hanya pada istilah kredit digunakan pada bank umum konvensional dan pembiayaan digunakan pada bank syariah. Rasio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut : FDR = 鍐DRúL 䎸ekgɣú úú Ƽú ú䎸ɣ痀úh ú ƼɣrúL Ahú eRɣ ú x 100% H. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perbandingan kinerja bank sudah dilakukan oleh beberapa orang peneliti, antara lain: 1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi 60 commit to user yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berorientasi pasar (market-oriented economy) di Hungaria periode 1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan yang dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan komitmen terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi, tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil. 2. Samad dan Hasan (2000) melengkapi penelitian Sabi (1996) dengan menggabungkan metode inter-temporal dan inter-bank. Metode intertemporal digunakan untuk membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROA dan ROE akhir periode lebih baik dibandingkan awal periode. Metode inter-bank digunakan untuk membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di Malaysia selama periode 1984-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil dibandingkan 8 bank konvensional. 3. Chaniapong (2003), merujuk dari penelitian Manijeh Sabi untuk membandingkan kinerja bank domestik dengan bank asing di Thailand setelah krisis keuangan melanda Asia Tenggara pada tahun 1997. Data yang digunakan adalah rasio keuangan yang dihitung berdasarkan neraca keuangan dan laporan laba/rugi dari kedua kelompok bank selama periode 1995-2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing mempunyai tingkat 61 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id profitabilitas lebih tinggi dibandingkan bank domestik. Namun demikian angka profitabilitas semua bank menunjukkan peningkatan selama pascakrisis. Studi tersebut juga membuktikan bahwa perbedaan bank asing dan bank domestik dimasa setelah krisis menjadi semakin kecil atau bahkan tidak ada. 4. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF, hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen, sedang bank konvensional hanya lima persen. 5. Maysun ( 2003 ), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara Bank Syariah dan Bank Konvensional. Metode yang digunakan untuk meneliti kinerja 14 Bank Umum Dengan Kinerja Keuangan Sangat Bagus Pada Aset 1-10 Triliun tahun 2003 adalah Data Envelopment Analysis (DEA). DEA menggunakan multi input dan multi output untuk menjelaskan kinerja bank secara riil sehingga dapat dilakukan kebijakan koreksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas kinerja bank. Hasil analisis menunjukkan bahwa 62 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari 14 Bank Umum yang diteliti hanya 7 Bank yang mempunyai kinerja yang baik dari sisi efisiensi teknisnya yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Mestika, Bank Bumi Putera, Bank Eksekutif, Bank Agro Niaga, Bank Nusantara Parahyangan, dan Bank Ekonomi Raharja yang ditunjukkan nilai efisiensi yang mencapai angka 100%. Bank yang inefisien dalam proses produksinya adalah Bank Syariah Mandiri dengan tingkat efisiensinya baru mencapai 83,58%; Bank Artha Niaga Kencana sebesar 79,15%; Bank Yudha Bhakti 73,96%; Bank Maspion 71,40%; Bank Bumi Artha 67,11%; Bank BTPN 49,72%; dan efisiensi terendah pada Bank Danpac yaitu sebesar 46,87% atau terjadi inefisiensi sebesar 53,13%. Sumber inefisiensi yang terjadi menurut hasil analisis DEA pada umumnya berasal dari input-input yang digunakan yaitu modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kantor bank, dan beban operasional terkecuali untuk bank Bumi Artha inefisiensi juga terjadi pada outputnya yang berupa pembiayaan. Untuk perbandingan bank-bank umum syariah dan bank-bank umum konvensional kelompok bank umum syariah kinerjanya yang dicerminkan dengan efisiensi lebih baik dari pada kelompok bank umum konvensional. Hal itu terlihat dari nilai mean-nya sebesar 91,79% untuk kelompok bank umum syariah dan 82,35% untuk kelompok bank umum konvensional. 63 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id I. Kerangka Pemikiran Dalam memecahkan suatu masalah perlu disusun suatu kerangka pemikiran agar mempunyai bentuk yang terarah pada pemecahan masalah. Skema kerangka pemikiran dari “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional ” adalah: Gambar 2.13 Kerangka Konseptual Pemikiran CAR NPL/NPF Bank Konvensional RASIO KEUANGAN Bank Umum Syariah ROA ROE Kinerja Perbankan LDR/FDR BOPO Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam membandingkan kinerja antara bank syariah dan bank konvensional dipengaruhi oleh beberapa rasio keuangan, antara lain CAR, ROE, ROA, NPL. BOPO, LDR. 64 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id J. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji untuk mencapai tujuan penelitian adalah sebagai berikut: H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah di perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio permodalan. H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio kualitas aktiva produk. H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio rentabilitas. H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio efisiensi bank. H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio likuiditas. 65 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat adanya keterbatasan waktu, keilmuan, dan kemampuan penulis, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian dengan menghitung aspek keuangan pada 6 ( enam ) bank yang menjadi objek penelitian. Aspek keuangan tersebut terdiri dari solvabilitas, rentabilitas, profitabilitas, likuiditas dan efisiensi. Aspek keuangan tersebut terdiri dari rasio CAR ( capital adequacy ratio ), NPL/NPF ( non performing loan/financing ), ROA ( return on assets ), ROE ( return on equity ), BOPO ( biaya operasional terhadap pendapatan operasional ), LDR/FDR ( loan/finance to deposit ratio). Pengambilan 3 bank syariah dalam penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), dan 3 bank konvensional yaitu Bank DKI, BPD DIY, dan Bank UOB BUANA didasarkan pada alesan karena : (1) Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum syariah pertama di Indonesia. (2) Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah Indonesia adalah bank umum syariah yang telah berdiri lebih dari 5 tahun. (3) pemilihan bank konvensional didasarkan pada asset perbankan syariah yang bervarisasi, sehingga di ambil sampel yang sebanding dan layak untuk 66 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dibandingkan dengan perbankan syariah. Menurut ( Riyanto, 1997:263 ) penganalisaan keuangan dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan dua macam cara perbandingan yaitu : 1. Membandingkan rasio keuangan sekarang dengan rasio – rasio dari waktu ke waktu yang akan datang diketahui perubahan – perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. 2. Membandingkan rasio – rasio dari satu perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain. B. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari barbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, internet, dan lain – lain yang berhubungan dengan aspek penelitian. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut : a) Neraca Keuangan dari Juni 2005 – Juni 2010. b) Laporan Rugi Laba dari Juni 2005 – Juni 2010. c) Laporan Kualitas Aktiva Produktif dari Juni 2005 – Juni 2010. d) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dari Juni 2005 – Juni 2010. e) Ikhtisar Keuangan dari Juni 2005 – Juni 2010. 67 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah semua objek atas individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah khususnya BUS ( Bank Umum Syariah ) dan bank konvensional yang terdaftar dalam Bank Indonesia pada tahun 2005-2010. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan diduga dan dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah khususnya BUS ( Bank Umum Syariah ) dan bank konvensional yang terdaftar dalam Bank Indonesia pada tahun 2005-2010. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel meliputi: 1) Bank konvensional berskala nasional yang secara konsisten terdaftar di Bank Indonesia sebagai bank devisa maupun non-devisa dan termasuk sebagai bank bank persero maupun swasta nasional pada periode pengamatan, yaitu 2005-2010. 2) Bank syariah khususnya BUS ( Bank Umum Syariah ) berskala nasional yang secara konsisten terdaftar di Bank Indonesia minimal 5 tahun sebagai 68 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bank yang menyajikan laporan keuangan tahunan pada periode 20052010. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh sebanyak 6 bank konvensional dan bank syariah yang layak diteliti, di mana bank-bank tersebut telah terdaftar dan menyajikan laporan keuangan tahunan di Bank Indonesia. Adapun 3 bank syariah dalam penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), dan 3 bank konvensional yang memiliki aset sebanding dengan bank syariah yang diteliti. D. Metode Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (Independent Sample T-Test). Prosedur Independent Sample T – Test yang sering disebut juga t – test digunakan ntuk menguji 2 ( dua ) sample independent. Sampel ini bisa berasal dari populasi yang mempunyai mean sama atau berbeda. Jika misalnya, terdapat perbedaan 2 ( dua ) mean tersebut, bisa saja perbedaan itu disebabkan karena faktor kebetulan atau memang benar – benar signifikans. Karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap 2 ( dua ) mean yang berbeda itu dengan uji t- test ( Alhusin, 2003: 101 ). Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. 69 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain nilai T – Test, maka terdapat pula nilai uji F. Uji F berguna untuk mengecek erlebih dahulu apakah dari kedua varians rasio keuangan bank syariah dan bank konvensional sama atau berbeda. Jika dalam pengujian F menunjukan bahwa kedua varians sama, maka dalam pengujian T – Test, harus pula menggunakan asumsi bahwa varians sama ( yakni Equal Variance Assumed ). Jika pada pengujian F menunjukan bahwa varians tidak sama, maka dalam pengujian t harus pula harus pula menggunakan hasil data dengan asumsi varians tidak sama ( Equal Varians not Assumed ). Konstanta hipotesis untuk F – test dan T – test. Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2 Proses Pengujian F test dan T – test. 1) Tentukan Hipotesis Ho : bahwa kedua varians rasio keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional sama. Ha : bahwa kedua varians rasio keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional berbeda. 2) Penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas : · Jika probabilitas (signifikans) > 0,05, maka Ho : diterima · Jika probabilitas (signifikans) < 0,05, maka Ho : ditolak 3) Pengujian terhadap harga t ( berdasarkan probabilitas ): 70 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · Jika probablitas t hitung > 0,05, maka Ho : diterima · Jika probabilitas t hitung < 0,05, maka Ho : ditolak Dalam pengujian hipotesis dianalisis pada setiap rasio keuangan sebagai berikut : 1. Hipotesis 1 / Rasio Car Ho : Tidak terdapat perbedaan antara kinerja perbankan syariah di perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio permodalan. H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah di perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio permodalan. 2. Hipotesis 2 / Rasio NPL Ho : Tidak ada Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio kualitas aktiva produk. H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio kualitas aktiva produk. 3. Hipotesis 3 / Rasio Rentabilitas. 71 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ho : Tidak ada Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio rentabilitas. H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio rentabilitas. 4. Hipotesis 4 / Rasio Efisiensi / BOPO Ho : Tidak ada Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio efisiensi. H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio efisiensi bank. 5. Hipotesis 5 / Rasio Likuiditas / LDR Ho : Tidak ada Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio Likuiditas. H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio likuiditas. 72 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E. Devinisi Operasional Variabel 1. Capital Adequcy Ratio (CAR) Capital adequcye ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2009). CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya, 2009). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for Interntional Settlement). Menurut Hasibuan (2002), ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk: a. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan. 73 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Melindungi dana pihak ketiga pada bank bersangkutan. c. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS Perbankan International dengan formula sebagai berikut: i. 4% modal inti yang terdiri dari shareholder equity, prefered stock, dan freereserves, serta ii. 4% modal sekunder yang terdiri dari subordinate debt, loan loss provision, hybrid securities, dan revolution reserves. 2. Non Performing Loan (NPL/NPF) Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. 3. Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manjemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. 74 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dengan demikian semakin tinggi asset bank dialokasikan pada pinjaman dan semakin rendah rasio permodalan, maka kemungkinan bank untuk gagal akan semakin meningkat; sedangkan semakin tinggi ROA maka kemungkinan bank akan gagal akan semakin kecil (Sri Haryati, 2001). 4. Return on equity (ROE) Return on equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan operasional melalui penggunaan modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba tahun berjalan dengan total modal. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik. 5. Efficiency ( BOPO ) Rasio biaya operasi adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didomonasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya, 2009). 6. Loan/ Finance to Deposit Ratio ( LDR/FDR) LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu 75 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penilaian likuiditas bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah sebagai berikut. 1. KLBI (kredit likuiditas Bank Indonesia) jika ada. 2. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat. 3. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi. 4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. 5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari bulan. 6. Modal pinjaman dan modal inti . Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2009). F. Teknik Analisis Analisis data pada penelitian ini rnenggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif induktif. Analisis deskriptif rnerupakan bentuk analisis dengan rnenyimpulkan data rnentah sehingga hasilnya ditafsirkan. Sedangkan analisis 76 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kuantitatif induktif adalah studi yang bertujuan untuk mencari uraian secara rnenyeluruh, teliti, dan komprehensif berdasarkan data empiris untuk membuktikan hipotesis yang telah ditentukan. Untuk rnenguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis statistik pararnetrik comparing means dan independent samples t-test. Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain : 1) Menentukan sampel penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang telah berdiri lebih dari lima tahun. Bank umum syariah dalam hal ini diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mega Indonesia ( BSMI ) dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank umum konvensional yang dipilih untuk dibandingkan dengan bank umum syariah adalah bank konvensional dengan total asset sebanding dengan bank umum syariah. 2) Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diawali dengan menghitung variabel-variabel yang digunakan. Variabelvariabel tersebut yaitu rasio keuangan yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas). Setelah itu, untuk mengetahui kinerja bank secara keseluruhan dilakukan dengan cara 77 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjumlahkan seluruh rasio yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu. Menghitung variabel – variabel yang digunakan dalam perbandingan kinerja keuangan bank meliputi : a) Rasio permodalan, yang diwakili oleh variabel rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) CAR = Modal Bank/Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. b) Rasio kualitas aktiva produktif, yang diwakili oleh NPL (Non Performing Loan). NPL = Total Kredit Bermasalah/Total Seluruh Kredit c) Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity) ROA = Laba Bersih/Total Aktiva ROE = Laba Bersih/Modal Sendiri d) Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO. BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional. e) Rasio Likuiditas, yang diwakili oleh variabel rasio LDR ( Loan Deposit Ratio). LDR = Total Kredit yang diberikan/Dana Pihak Ketiga. 3) Selanjutnya adalah memasukkan data – data yang sudah terkumpul kedalam software SPSS 16 untuk dilakukan pengujian statistic dengan metode Independent Sample T – Test. 78 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank Konvensional dan Bank Syariah, pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh sebanyak 6 bank konvensional dan bank syariah yang layak diteliti, di mana bank-bank tersebut telah terdaftar dan menyajikan laporan keuangan tahunan di Bank Indonesia. Pengambilan sampel bank syariah khususnya BUS ( Bank Umum Syariah ) berskala nasional yang secara konsisten terdaftar di Bank Indonesia minimal 5 tahun sebagai bank yang menyajikan laporan keuangan tahunan pada periode 2005-2010. Sedangkan pengambilan sampel bank konvensional dipilih bank yang memiliki aset sebanding dengan bank syariah. Adapun 3 bank syariah dalam penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), dan 3 bank konvensional yaitu, Bank DKI, BPD DIY, dan Bank UOB BUANA. Pada saat penelitian ini total asset BMI sebesar Rp. 15.411.234.000.000, sedangkan total asset BSM sebesar Rp. 26.384.992.000.000, dan total asset BSMI sebesar Rp. 4.474.923.000.000. Bank umum konvensional yang memiliki total asset yang seimbang dengan tiga bank tersebut adalah Bank 79 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DKI yang memiliki total asset Rp. 16.470.644.000.000, BPD DIY sebesar Rp 4.560.107.000.000, dan Bank UOB BUANA sebesar Rp. 23.765.662.000.000. Tabel 4.1 Rasio Keuangan Bank Syariah dan Konvensional per Juni 2010 Bank Syariah Mandiri Muamalat Indonesia Mega Syariah Indonesia Bank DKI BPD DIY OUB Buana Rasio Keuangan Asset CAR 26,384,992,000,000 12.43 15,411,234,000,000 10.12 12.11 4,474,923,000,000 16,470,644,000,000 13.84 4,560,107,000,000 15.99 23,765,662,000,000 22.24 NPL/NPF ROA 4.13 2.22 4.3 1.07 ROE 24.42 19.63 LDR/FDR 85.16 103.71 BOPO 82.08 90.52 3.01 2.98 61.27 86.68 82.96 4.05 1.48 1.79 2.27 3.47 2.54 25.1 24.96 10.73 52.21 66.56 100.45 82.59 71.01 79.64 Sumber : BI dan Laporan Publikasi Bank. B. Analisis Data dan Pembahasan. Analisis data pada penelitian ini rnenggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif /induktif. Analisis deskriptif rnerupakan bentuk analisis dengan rnenyimpulkan data rnentah sehingga hasilnya ditafsirkan. Sedangkan analisis kuantitatif induktif adalah studi yang bertujuan untuk mencari uraian secara rnenyeluruh, teliti, dan komprehensif berdasarkan data empiris untuk membuktikan hipotesis yang telah ditentukan. Untuk rnenguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis statistik pararnetrik comparing means dan independent samples t-test. 80 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.2 Rata – rata Rasio Kinerja Keuangan MEAN RATIO BANK BANK KONVENSIONAL SYARIAH CAR 16.6883 13 NPL 4.5294 3.2511 ROA 2.5683 2.3433 ROE 21.7761 26.1322 LDR 62.0222 90.9744 BOPO 78.4783 82.9906 Ketentuan Bank Indonesia Min 8 % Max 5 % 0.5 - 1.25% 5 - 12 % 80 % - 100% 92% Sumber : Data diolah 1. Deskriptif / Comparing Means a. Rasio CAR Pada rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR), secara deskriptif kinerja keuangan bank konvensional menunjukkan nilai rata-rata CAR yang relatif lebih tinggi (16.68 %) dibandingkan rata-rata CAR bank syariah (13%). Hal ini menunjukan kecukupan modal yang dimiliki oleh bank konvensional relatif lebih baik daripada bank syariah, karena semakin tinggi nilai CAR maka semakin bagus kualitasnya. Namun jika mengacu pada ketentuan Bank lndonesia yang mewajibkan CAR minimum 8%, maka kedua bank syariah masih dalam kategori bank yang berkinerja baik atau sehat karena nilainya jauh diatas ketentuan BI. 81 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Rasio NPL/NPF Sedangkan pada rasio kredit yang bermasalah atau Non Performing Loans/Financing (NPL/NPF), secara deskriptif kinerja keuangan berdasarkan NPL, bank konvensional menunjukkan nilai rata-rata NPL/NPF yang relative lebih besar (4.52 %) dibandingkan rata - rata NPL/NPF bank syariah (3.25 %). Hal ini menunjukkan kredit bermasalah yang lebih tinggi pada bank konvensional daripada bank syariah, karena semakin tinggi nilai NPL maka semakin buruk kualitasnya. Namun jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang menetapkan NPL/NPF maksimum 5%, maka kedua bank syariah masih dalam kategori bank yang berkinerja baik atau sehat karena nilainya jauh dibawah ketentuan BI. c. Rasio ROA Rasio rentabilitas ditinjau dari kemampuan bank dalam menghasilkan laba berdasarkan total aset yang dimilikinya.atau Return On Assets (ROA), secara deskriptif kinerja keuangan berdasarkan ROA, bank syariah menunjukkan nilai rata-rata ROA yang relative lebih rendah (2.34 %) dibandingkan rata-rata ROA bank konvensional (2.56 %). Hal ini menunjukkan laba yang dihasilkan dari total aset yang dimiliki oleh bank konvensional relatif lebih baik daripada bank syariah, karena semakin tinggi nilai ROA maka semakin bagus kualitasnya. Namun jika mengacu pada 82 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ketentuan Bank lndonesia tentang penetapan peringkat ROA adalah berkisar antara 1.5%, maka kedua bank syariah dalam kategori bank yang berkinerja baik atau sehat karena nilainya jauh diatas ketentuan BI. d. Rasio ROE Rasio rentabilitas ditinjau dari kemampuan bank dalam menghasilkan laba berdasarkan modal yang dimilikinya atau Return On Equity (ROE), secara deskriptif kinerja keuangan berdasarkan ROE, bank syariah menunjukkan nilai rata-rata ROE yang relatif lebih besar (26.13 %) dibandingkan rata-rata ROE bank konvensional ( 21.77 %). Hal ini menunjukkan laba yang dihasilkan dari modal yang dimiliki oleh bank syariah lebih tinggi daripada bank konvensional, karena semakin tinggi nilai ROE maka semakin bagus kualitasnya. Namun jika mengacu pada ketentuan Bank lndonesia tentang penetapan peringkat ROE adalah berkisar antara 5% 12,5%, maka kgdua bank syariah dalam, kategori bank yang berkinerja baik atau sehat karena nilainya jauh diatas ketentuan BI. e. Rasio LDR/FDR Pada rasio kemampuan perusahaan dalam mernenuhi kewajiban – kewajibannya. Dalam penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan /Financing to Deposit Ratio (LDR/FDR), secara deskriptif kinerja keuangan berdasarkan LDR, bank syariah menunjukkan nilai rata-rata 83 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id LDR/FDR yang relative lebih tinggi (90.97%) dibandingkan rata-rata LDR/FDR bank konvensional sebesar (62.02 %). Hal ini menunjukkan likuiditas yang dirniliki oleh bank syariah relatif lebih baik daripada bank konvensional. Namun jika mengacu pada ketentuan Bank lndonesia tentang penetapan peringkat LDR/FDR adalah berkisar antara 80% - 100% maka perbankan syariah berada pada kondisi ideal, sedangkan perbankan konvensional berada pada kondisi yang buruk selama periode penelitian. f. Rasio BOPO Pada rasio efisiensi ( BOPO ) dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata- rata rasio sebesar (82.99%), lebih besar dibanding dari rata – rata rasio BOPO Bank Konvensional yang sebesar (78.47 %). Hal ini berarti bahwa selama periode Juni 2005 - Juni 2010 perbankan syariah memiliki BOPO yang lebih lebih rendah kualitasnya daripada perbankan konvensional, karena semakin tinggi nilai BOPO maka semakin buruk kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik BOPO adalah 92%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal. 84 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Pengujian Hipotesis Tabel 4.3 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2- F CAR EVA Sig. .415 .524 EV Not A NPL EVA 6.602 .015 EV Not A ROA EVA .019 EV Not A ROE EVA 3.089 EV Not A LDR EVA 5.009 EV Not A BOPO EVA .167 EV Not A .892 T df 3.778 tailed) Mean Std. Error Difference Difference Lower Upper 34 .001 3.68833 .97621 1.70444 5.67223 3.778 33.413 .001 3.68833 .97621 1.70315 5.67352 3.016 34 .005 1.27833 .42385 .41696 2.13970 3.016 29.020 .005 1.27833 .42385 .41149 2.14518 34 .468 .22500 .30633 -.39753 .84753 .735 33.143 .468 .22500 .30633 -.39813 .84813 34 .252 -4.35611 3.73687 -11.95035 3.23813 -1.166 23.913 .255 -4.35611 3.73687 -12.07012 3.35790 .735 .088 -1.166 .032 -6.313 34 .000 -28.95222 4.58612 -38.27235 -19.63210 -6.313 26.919 .000 -28.95222 4.58612 -38.36350 -19.54094 34 .037 -4.51222 2.07617 -8.73151 -.29294 -2.173 34.000 .037 -4.51222 2.07617 -8.73151 -.29293 .685 -2.173 Sumber : data diolah. 85 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. CAR Terlihat bahwa F hitung untuk CAR adalah 0.415 dengan probabilitas 0.524. Oleh karena probabilitas > 0.05 ( 0.524 > 0.05 ), maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka dalam pengujian t (t-test) akan lebih tepat menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama). Terlihat bahwa t hitung untuk CAR dengan Equal variance assumed adalah 3.778 , dengan probabilitas 0.001. Oleh karena 0.001 < 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. b. NPL/NPF Terlihat bahwa F hitung untuk NPL/NPF adalah 6.602 dengan probabilitas 0.015. Oleh karena probabilitas < 0.05 (0.015 < 0.05), maka Ho ditolak atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka dalam pengujian t (t-test) akan lebih tepat menggunakan dasar Equal variance not assumed (diasumsi kedua varian berbeda). Terlihat bahwa t hitung untuk NPL/NPF dengan Equal variance not assumed adalah 3.016, dengan probabilitas 0.005. Oleh karena 0.005 < 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari 86 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rasio NPL/NPF maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. c. ROA Terlihat bahwa F hitung untuk ROA adalah 0.019 dengan probabilitas 0.892. Oleh karena probabilitas > 0.05 (0.892 > 0.05 ), maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka dalam pengujian t (t-test) akan lebih tepat menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama). Terlihat bahwa t hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed adalah 0.735, dengan probabilitas 0.468. Oleh karena 0.468 > 0.05, maka Ho diterima atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio ROA maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. d. ROE Terlihat bahwa F hitung untuk ROE adalah 3.089 dengan probabilitas 0.088. Oleh karena probabilitas > 0.05 (0.088 > 0.05 ), maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka dalam pengujian t (t-test) akan lebih tepat menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian 87 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sama). Terlihat bahwa t hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed adalah -1.166, dengan probabilitas 0.252. Oleh karena 0.252 > 0.05, maka Ho diterima atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. e. LDR/FDR Terlihat bahwa F hitung untuk LDR/FDR adalah 5.009 dengan probabilitas 0.032. Oleh karena probabilitas < 0.05 (0.032 < 0.05 ), maka Ho ditolak atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka dalam pengujian t (t-test) akan lebih tepat menggunakan dasar Equal variance not assumed (diasumsi kedua varian berbeda). Terlihat bahwa t hitung untuk LDR/FDR dengan Equal variance not assumed adalah -6.313, dengan probabilitas 0.000. Oleh karena 0.000 < 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio LDR/FDR maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. f. BOPO Terlihat bahwa F hitung untuk BOPO adalah 0.167 dengan probabilitas 0.685. Oleh karena probabilitas > 0.05 (0.685 > 0.05 ), maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. 88 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bila kedua varians sama, maka dalam pengujian t (t-test) akan lebih tepat menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama). Terlihat bahwa t hitung untuk BOPO dengan Equal variance assumed adalah -2.173, dengan probabilitas 0.037. Oleh karena 0.037 < 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. 3. Pembahasan a. Rasio CAR Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan secara statistik perbandingan pada rasio keuangan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional menunjukan perbedaan yang signifikan. Perbankan konvensional menunjukan CAR yang relatif lebih baik dari pada perbankan syariah. Hal ini terjadi karena bank konvensional lebih mudah menjaring dana nasabah dengan keunggulan fasilitas – fasilitasnya. Selain itu, keberadaan bank konvensional lebih mendominasi perbankan nasional sehingga pengetahuan masyarakat akan bank syariah masih rendah. Dilihat pada perkembangan perbankan syariah dari tahun 2005 hingga tahun 2010, keberadaan bank syariah mulai mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan sangat pesat pada tahun 2010, baik dari jumlah bank maupun keberadaan kantor cabang. walaupun pada awal triwulan II 2010 sempat 89 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjadi krisis Yunani. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan dari perbankan syariah nasional, karena kondisi perbankan syariah nasional yang masih dalam perkembangan awal dan belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global serta tidak signifikannya eksposur valas yang dimiliki perbankan syariah nasional, sehingga berdampak pada terhindarnya bank syariah dari pengaruh langsung krisis tersebut. b. NPL/NPF Pada rasio kredit yang bermasalah atau Non Performing Loans/Financing (NPL/NPF), Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan secara statistik menunjukan perbedaan yang signifikan. Perbankan syariah menunjukan NPL/NPF yang relatif lebih baik dari pada perbankan konvensional. Hal ini terjadi karena perbedaan sistem dan prinsip yang digunakan. Prinsip kehati – hatian ( prudential principal ), berbagi risiko ( risk sharing ), bagi hasil ( profit and loss sharing ) merupakan suatu prinsip yang dapat berperan meningkatkan satuan – satuan ekonomi. Dalam hal ini, prinsip bagi hasil atau berbagi risiko antara pemilik dana dan pengguna dana sudah diperjanjikan secara jelas dari awal, sehingga jika terjadi kesulitan usaha karena krisis ekonomi, misalnya, maka risiko kesulitan usaha tersebut otomatis ditanggung bersama oleh pemilik dana dan pengguna dana. Dengan demikian kesulitan ekonomi akan relatif lebih ringan 90 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terasa oleh perorangan dan badan usaha secara individual sehingga kebangkitan kembali ekonomi dapat diharapkan berlangsung lebih cepat. (Abdullah, 2003: 13). c. ROA dan ROE Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan secara statistik perbandingan pada rasio ROA dan ROE antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini terjadi karena sampel yang diteliti memiliki asset yang berimbang, sehingga kemampuan profitabilitas kedua jenis bank relatif sama. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan. Hasil pengolahan menunjukan ROA perbankan konvensional relatif lebih baik, namun selisihnya relatif kecil dibandingkan perbankan syariah, hal ini berarti perbankan syariah mampu bersaing, sedangkan pada rasio ROE perbankan syariah jauh lebih baik. Walaupun tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, secara teori perbankan syariah menunjukan rentabilitas yang relatif lebih baik. Rasio ROE banyak diamati oleh para investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. 91 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. LDR/FDR Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan secara statistik perbandingan pada rasio LDR/FDR ( Loans to Deposit Ratio / Financing to Deposit Ratio ) antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Rasio LDR/FDR perbankan syariah jauh lebih baik daripada perbankan konvensional. Hal ini terjadi karena bank syariah lebih bersifat agresif/ekspansif dalam menyalurkan pembiayaannya, dan lebih memfokuskan penempatan aktiva produktifnya pada sektor riil. Prinsip perbankan syariah lebih banyak menyalurkan dananya pada pembiayaan, sedangkan perbankan konvensional selain menyalurkan dananya ke sektor riil, juga menyalurkannya ke pasar uang, pasar modal, SBI, dan surat berharga lainnya. e. BOPO Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan secara statistik perbandingan pada rasio BOPO antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dari hasil pengolahan secara statistik menunjukan BOPO perbankan konvensional relatif lebih baik dari pada perbankan syariah. Hal ini terjadi karena sistem dan prinsip perbankan syariah yang menyebabkan inefisiensi dalam operasionalnya. Hubungan 92 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id antara perbankan syariah dengan para nasabah tidak lain seperti mitra usaha. Perbankan syariah lebih berhati – hati dan ikut berpastisipasi dalam risiko, hal ini berarti perbankan syariah dalam operasionalnya ikut pembiayaan – pembiayaan yang disalurkannya ke dalam sektor riil. 93 commit to user memantau perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam rnernbandingkan kinerja dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara rasio-rasio antara bank syariah dan bank konvensional, peneliti rnenggunakan independent sample t-test. Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan terdapat perbedaan perbandingan rata – rata rasio keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Secara deskriptif rata – rata rasio NPL, ROE, LDR perbankan syariah lebih baik, sedangkan rata – rata rasio CAR, ROA, dan BOPO perbankan konvensional lebih baik. 2. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik independent sample t – test menunjukan perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional.secara signifikan pada tingkat signifikansi α = 5 %. Rasio – rasio keuangan yang menunjukan perbedaan signifikan pada CAR, NPL, LDR, BOPO. Sedangkan pada rasio ROA dan ROE tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. 94 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Dilihat dari teori perbankan, kinerja perbankan syariah relatif lebih baik dari pada perbankan konvensional. Secara teori, rasio – rasio keuangan yang menunjukan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi adalah pada rasio NPL dan LDR. Rasio NPL ( Not Performing Loan ) kredit macet dapat menghambat kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Sedangkan LDR ( Loan to Deposit Ratio ) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang digunakan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan demikian perbankan syariah memiliki likuiditas relatif lebih baik dan risiko lebih kecil dibandingkan perbankan konvensional. 4. Melihat hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samad dan Hasan ( 2000 ) yang membandingkan Bank Islam Malaysia Berhad ( BIMB ) dengan 8 bank konvensional, hasilnya menunjukan bahwa BIMB memiliki likuiditas relatif lebih baik dan risiko lebih kecil dibandingkan 8 bank konvensional. Rubitoh ( 2003 ), melakukan penelitian dengan menbandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan 6 bank konvensional selama 1997 – 2001. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa secara umum kinerja keuangan perbankan syariah lebih baik, walaupun ada juga kinerja perbankan syariah di bawah perbankan konvensional. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian sebelumnya senada 95 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan penelitian yang saya lakukan dengan membandingkan 3 bank syariah dengan 3 bank konvensional. B. Saran Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Perbankan Syariah Secara umum, dibandingkan dengan kinerja perbankan perbankan syariah konvensional. lebih Akan tetapi, baik ada beberapa rasio yang lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio permodalan (CAR), rasio rentabilitas (ROA), dan rasio efisiensi (BOPO). Untuk meningkatkan rasio-rasio tersebut, perbankan syariah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Rasio permodalan perbankan syariah dapat ditingkatkan dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit. Usahakan setiap asset yang berisiko tersebut menghasilkan pendapatan, sehinggga tidak perlu menekan permodalan. b. Rasio rentabilitas dapat ditingkatkan dengan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Usahakan 96 commit to user setiap ekspansi senantiasa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menghasilkan laba. Selain itu jangan biarkan asset berkembang tanpa menghasilkan produktifitas. c. Rasio efisiensi dapat ditingkatkan dengan menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasional. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi kegiatan operasional yang tidak produkti, meningkatkan manajemen perbankan yang lebih efektif dan efisien. 2. Bagi Perbankan Konvensional Penelitian ini menyimpulkan bahwa likuiditas dan risiko perbankan syariah relatif lebih baik. Sehingga sesuai dengan teori perbankan syariah yang relatif lebih kuat dalam menghadapi gejolak pasar terbukti. Dengan demikian perbankan konvensional harus lebih meningkatkan kinerjanya agar dominasi pasar perbankan konvensional di Indonesia tetap terjaga. 97 commit to user