BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Potensi bencana alam

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar
refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air
kita. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar
dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng
Pasifik. Interaksi antar lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan
Indonesia sebagai wilayah yang memiliki aktifitas kegunungapian dan kegempaan
yang cukup tinggi. Lebih dari itu proses dinamika lempeng yang cukup intensif
juga membentuk relief yang khas dan sangat bervariasi, dari wilayah pegunungan
dengan lereng-lerengnya yang curam dan seakan menyiratkan potensi
longsorlahan yang tinggi, hingga wilayah yang landai sepanjang pantai dengan
potensi ancaman banjir, dan lain-lain (Sadisun, 2005).
Bencana longsorlahan terjadi di Propinsi JawaTengah, Jawa Barat dan
Sumatera Utara. Kejadian longsorlahan sebagian besar diawali oleh curah hujan
yang lebat. Karena keadaan hutan yang gundulyang berubah menjadi tegalan
menjadisorotan utama sebagai penyebab turunnyaketahanan material lereng
terhadapmeningkatnya tekanan air yang timbul dariinfiltrasi air hujan (Vera
Sadarviana, 2008).
Smith, 1996 (Suwarno 2004) Longsorlahan adalah gerakan menuruni
lereng dari batuan dan tanah yang tergelincir sepanjang permukaan. Longsorlahan
ini selalu berasosiasi dengan gangguan dari keseimbangan hubungan yang ada
1
KAJIAN BAHAYA LONGSORLAHAN …, FEBRI REZKI AL’AMIN, FKIP UMP, 2015
2
antara tekanan dan kekuatan dalam material diatas lereng. Hubungan antara
tekanan dan kekuatan adalah ditentukan oleh faktor-faktor seperti ketinggian dan
kecuraman lereng dan kerapatan, kekuatan kohesi dan pergeseran material diatas
lereng. Longsorlahan dapat menyebabkan terjadinya bencana alam, dampak yang
ditimbulkan oleh bencana alam ini sangat bervariasi tergantung dari intensitas
bencana serta kondisi sosial-ekonomi daerah yang terkena bencana. Secara umum
dampak bencana ini dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu dampak terhadap
lingkungan fisik dan dampak terhadap sosial-ekonomi (Sutikno,1985).
(KBBI, 2011) Lereng adalah suatu medan atau bidang yang permukaan
atau letaknya miring. (Priyono dan kuswaji, 2010) Proses longsorlahan
dikendalikan oleh sifat morfologi bentuklahan (relief) dan sifat materi batuan dan
atau tanah, kejadian longsorlahan seringkali terjadi pada suatu lereng yang
dulunya pernah mengalami longsor sehingga pemahaman urutan pembentukan
bentuklahan menjadi sangat penting. Davis, 1934 (Priyono dan kuswaji, 2010)
Mengemukakan bahwa proses geomorfologi sebagai agen erosi bertanggungjawab
terhadap perubahan bentanglahan. Penyelidikan tentang bahaya dan kemungkinan
bahaya longsorlahan hingga akhir dekade ini masih menjadi perhatian utama oleh
komunitas peneliti di dunia.
Menurut Smyth dan Stephen, 2000 (Suwarno, 2004) timbulnya bahaya
adalah fungsi dari tekanan yang besar yang disebab kan oleh “serangan yang
merusak” terhadap lingkungan fisik, seperti hilangnya vegetasi penutup,
perbedaan proses geologi dan hidrologi, serta respon lingkungan terhadap tekanan
tersebut. Faktor-faktor dari pengaruh manusia seperti pemotongan lereng,
KAJIAN BAHAYA LONGSORLAHAN …, FEBRI REZKI AL’AMIN, FKIP UMP, 2015
3
pengambilan batuan dasar yang menyebabkan kenaikan muka air tanah dan
pengurangan kekuatan batuan dasar.
Tipe iklim di klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson yang
mendasarkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering selama rerata waktu
tertentu. Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan bulanan lebih dari
100 mm, bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan bulanan kurang
dari 60 mm, maka tipe iklim daerah penelitian menurut klasifikasi SchmidtFerguson adalah B (basah) (Suwarno dan Sutomo, 2014).
Sungai Logawa merupakan salah satu sungai yang berada di Kabupaten
Banyumas, panjang Sungai Logawa berkisar 25 km. Daerah aliran Sungai Logawa
secara
administrasi
pemerintahan
meliputi
kecamatan:
Kedungbanteng,
Karanglewas, dan Patikraja. Secara geografis daerah pengaliran Sungai Logawa
mengalir dari utara (puncak Gunung Slamet) menuju ke selatan (bermuara di
Sungai Serayu). Secara keseluruhan Sungai Logawa mengalami degradasi (erosi
lebih besar dari sedimentasi), sehingga perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian
eksploitasi di alur sungai (Dinas Pengairan Pertambangan dan Energi Kabupaten
Banyumas, 2002).
Sub-Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS) Logawa yang berhulu di lereng
Gunungapi Slamet dan bermuara pada Sungai Serayu. Sub-DAS ini dapat dilihat
dari kondisi geomorfologi terbagi atas bentukan vulkanik dan struktural. Kedua
bentukan ini memiliki karakteristik yang berbeda, pada bentukan vulkanik banyak
tersusun atas material vulkanik lepas-lepas seperti lahar, sedang bentukan
struktural tersusun atas batuan sedimen yang berumur Tersier. Sifat dari material
KAJIAN BAHAYA LONGSORLAHAN …, FEBRI REZKI AL’AMIN, FKIP UMP, 2015
4
lepas seperti lahar dan batuan sedimen yang berumur Tersier tersebut merupakan
kondisi yang mudah terjadi longsorlahan. Faktor penyebab terjadinya longsor
tersebut adalah kemiringan lereng, curahhujan yang tinggi, litologi tanah, jenis
penggunaan lahan, dan aktifitas manusia (Sartohadi, 2008 dalam Suwarno dan
Sutomo, 2014).
Di Sub-DASLogawa memiliki potensi sumberdaya yang beragam akan
tetapi juga memiliki potensi kebencanaan yang besar terutama longsorlahan.
Potensi bencana alam longsorlahan dapat mengganggu ekosistem di dalamnya.
Bencana longsorlahan di Sub-DAS Logawa disebabkan oleh faktor alam maupun
manusia (Suwarno dan Sutomo, 2014).
Pengamatan dilakukan pada daerah yang termasuk wilayah Sub-DAS
Logawa banyak terjadi longsorlahan baik yang terjadi pada waktu sekarang
maupun pada rentang waktu yang lampau. Kemiringan lereng dan aktifitas
manusia berupa pemukiman dan pemotongan lereng untuk pembangunan
infrastruktur
jalan,
perkebunan
dan
pertanian
merupakan
faktor
yang
menyebabkan longsorlahan (Suwarno dan Sutomo, 2014).
Sungai Logawa merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten
Banyumas, panjang Sungai Logawa berkisar 25 km. Daerah aliran Sungai Logawa
secara
administrasi
pemerintahan
meliputi
kecamatan:
Kedungbanteng,
Karanglewas, dan Patikraja. Secara geografis daerah aliran Sungai Logawa
mengalir dari utara (puncak Gunung Slamet) menuju ke selatan (bermuara di
Sungai Serayu) (Dinas Pengairan Pertambangan dan Energi Kabupaten
Banyumas, 2002).
KAJIAN BAHAYA LONGSORLAHAN …, FEBRI REZKI AL’AMIN, FKIP UMP, 2015
5
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimana kelasbahaya longsorlahan di Sub-DAS Logawa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
Mencari tahu kelas bahaya longsorlahan di Sub-DAS Logawa.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti:
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang
longsorlahan di Sub-DAS Logawa.
2. Bagi pemerintah: Memberikan informasi Sub-DAS Logawa yang
memiliki potensi longsorlahan.
3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya geomorfologi
terapan.
KAJIAN BAHAYA LONGSORLAHAN …, FEBRI REZKI AL’AMIN, FKIP UMP, 2015
Download