Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Pemasaran
2.1.1
Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2012:27),“Marketing is about identifying
and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of
marketing is meeting needs profitability”.
Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan
sosial, salah satu definisi baik dan singkat dari pemasaran adalah memenuhi
kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
Selanjutnya, menurut American Marketing Association yang dikutip oleh
Kotler dan Keller dalam bukunya Marketing Management, Global Edition
(2012:27):
“Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating,
communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for
customers, clients, partners, and society at large”.
Pemasaran adalah aktivitas, mengatur lembaga, dan proses untuk
menciptakan, berkomunikasi, memberikan, dan bertukar penawaran yang
memiliki nilai untuk pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan
definisi-definisi
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
pemasaran merupakan suatu kegiatan manusia, untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran (nilai) produk
dengan yang lain, dimana dalam pemasaran ini kegiatan bisnis dirancang untuk
mendistribusikan barang-barang dari produsen kepada konsumen untuk mencapai
sasaran serta tujuan organisasi.
2.1.2
Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2012:27), “Marketing management as the
art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing
customers through creating delivering and communicating superior customer
value”.
Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Selanjutnya, menurut Kotler dan Amstrong (2014:30), “Marketing
management as the art and science of choosing target markets and building
profitable relationship with them”.
Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu
memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan
targer pasar itu.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran
merupakan suatu proses dan upaya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta
permintaan pasar sasaran dengan cara interaksi pelanggan melalui sebuah
pelayanan serta di dukung oleh sumber daya yang dimiliki organisasi.
2.1.3 TujuanPemasaran
Tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian
rupa, sehingga produk atau jasa cocok dan dapat dijual dengan sendirinya.
Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli, sehingga produsen
harus berusaha agar produk atau jasa tetap tersedia.
Menurut Tjiptono (dalam Sulistian, 2011:22) ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai melalui pemasaran, diantaranya:
1. Menciptakan kepuasan pelanggan melalui produk atau jasa yang
berkualitas
2. Meningkatkan kompetensi perusahaan terkait dengan pemasaran
3. Menjawab tantangan kompetisi dalam dunia bisnis
4. Menjalin relasi jangka panjang antara perusahaan dengan
konsumen
5. Memperoleh laba melalui perubahan dunia bisnis yang pesat
Sedangkan
menurut
Kotler
(2007:6),
tujuan
pemasarana
dalah
“Menghasilkan standar hidup yang lebih tinggi dan agar konsumen memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.”
Selanjutnya, Drucker (dalam Kotler, 2007:6) mengemukakan bahwa
tujuan dari pemasaran adalah “Mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian
rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya
mampu menjual dirinyasendiri.”
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari pemasaran itu adalah untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan
agar produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dapat cocok di hati
konsumen maupun pelanggan.
2.1.4
Bauran Pemasaran
Dalam pemasaran terdapat suatu strategi yang dinamakan bauran
pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran memiliki peranan penting dalam
mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan ke pasar. Setelah perusahaan menentukan strategi pemasaran
kompetitifnya dengan tepat, maka perusahaan tersebut sudah siap merencanakan
rincian dari bauran pemasaran.
Definisi bauran pemasaran (marketing mix) menurut Kotler dan
Amstrong (2014:76), “Marketing mix is the set of tactical marketing tools that
the firm blends it produce the response it wants in the target market”.
Bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang
dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar
sasaran.
Menurut Kotler dan Amstrong (2014:76), Berbagai kemungkinan ini
dapat dikelompokan menjadi empat kelompok variabel yang disebut “4P” dalam
kegiatan bauran pemasaran sebagai berikut:
1. Produk (product), Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang
ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.

Ragam

Kualitas

Desain

Fitur

Nama merek

Kemasan

Layanan
2. Harga (price), Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh
pelanggan untuk memperoleh produk.

Daftar harga

Diskon

Potongan harga

Periode pembayaran

Persyaratan kredit
3. Tempat (place), Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat
produk tersedia bagi pelanggan sasaran.

Saluran

Cakupan

Pemilahan

Lokasi

Persediaan

TransportasiLogistik
4. Promosi (promotion), Promosi berarti aktifitas yang menyampaikan
manfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya.

Iklan

Penjualan pribadi

Promosi penjualan

Hubungan masyarakat
Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan barang maupun jasa perlu
mengkombinasikan unsur-unsur bauran pemasaran (marketing mix). Untuk
perusahaan yang bergerak dibidang barang, marketing mix dikenal dengan istilah
4P(product, price, place, promotion) seperti yang telah dijelaskan diatas.
Sedangkan untuk perusahaan jasa, marketing mix dikombinasikan menjadi 7P
yaitu dengan tambahan unsur 3P yaitu:
1. Orang (people), Menurut Tjiptono (2011:40), orang merupakan unsur
vital dalam bauran pemasaran. Dalam industri jasa, setiap orang
merupakan “part-time marketer” yang tindakan dan perilakunya memiliki
dampak langsung pada output yang diterima pelanggan. Oleh sebab itu,
setiap organisasi jasa (terutama yang tingkat kontaknya dengan pelanggan
tinggi) harus jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan
dalam interaksinya dengan pelanggan.
2. Bukti
fisik
(physical
evidence),
Menurut
Tjiptono
(2011:40),
karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak
bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya. Oleh sebab itu, salah
satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya mengurangi
tingkat risiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari
karakteristik jasa. Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya
dekorasi internal dan eksternal bangunan yang aktraktif.
3. Proses (process), Menurut Tjiptono (2011:40), proses produksi atau
operasi merupakan factor penting bagi konsumen. Pelanggan restoran
misalnya, sangat terpengaruh oleh cara staf melayani mereka dan lamanya
menunggu selama proses produksi. Berbagai isu muncul sepengaruh
dengan batas antara produsen dan konsumen dalam hal alokasi fungsifungsi produksi. Misalnya, sebuah restoran bisa saja mengharuskan para
pelanggannya untuk mengambil makanannya sendiri dari counter tertentu
atau menaruh piring dan alat-alat makan yang sudah mereka pakai
ditempat-tempat khusus. Dalam bisnis jasa, manajemen pemasaran dan
manajemen operasi terkait erat dan sulit dibedakan dengan tegas.
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran (marketing
mix) adalahrangkaian alat-alat yang dapat dikendalikan, serta memiliki fungsi
sebagai startegi pemasaran yang dibaurkan oleh perusahaan untuk membuat
respon yang diinginkan dari pasar sasaran.
2.2
Brand (Merek)
Keahlian
yang
sangat
unik
dari
pemasar
profesional
adalah
kemampuannya untuk menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
merek. Para pemasar mengatakan bahwa pemberian merek adalah seni dan bagian
penting dalam pemasaran.
Menurut Kotler (2009;322) brand atau merek adalah produk atau jasa
penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk
atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.
Menurut Kotler dan Armstrong (2009:349) Merek adalah suatu nama,
kata, tanda simbol atau desain atau kombinasi dari semuanya yang
mengidentifikasi pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu.
Menurut Alma (2009:147) Merek adalah suatu tanda atau simbol yang
memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata,
gambar atau kombinasi keduanya.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa pemberian merek dimaksudkan
untuk mengidentifikasikan barang dan jasa dari sekelompok penjual dan untuk
mebedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan strategi
perusahaan untuk mengidentifikasikan produknya dan membedakan perbedaan
dari produk pesaing.
Merek dapat memiliki enam level pengertian menurut Kotler (dalam
Sulistian, 2011:31) sebagai berikut:
1. Atribut, merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi
kesan sebagai mobil yang mahal, dengan kualitas yang tinggi, dirancang
dengan baik, tahan lama, dan bergensi tinggi.
2. Manfaat, bagi konsumen kadang sebuah merek tidak sekedar menyatakan
atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk bukan membeli atribut,
tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat
diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai
contoh, atribut “tahan lama” diterjemahkan menjadi manfaat fungsional
“tidak perlu segera membeli lagi”, atribut “mahal” diterjemahkan menjadi
manfaat emosional “bergengsi”, dan lain-lain.
3. Nilai, merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi,
Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
4. Budaya, merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya
Jerman; terorganisir, efisien, dan bermutu tinggi.
5. Kepribadian, merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes
mencerminkan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (hewan),
atau istana yang agung (objek).
6. Pemakai, merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produk tersebut. Mercedes menunjukkan pemakainya
seorang diplomat atau eksekutif.
Pada intinya, merek adalah penggunaan nama, logo, trademark, serta
slogan untuk membedakan perusahaan-perusahaan dan individu-individu satu
sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan. Penggunaan konsisten suatu
merek, simbol, atau logo membuat merek tersebut segera dapat dikenali oleh
konsumen, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengannya tetap diingat.
Dengan demikian, suatu merek dapat mengandung tiga hal, yaitu sebagai
berikut:
1. Menjelaskan apa yang dijual perusahaan
2. Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan
3. Menjelaskan profil perusahaan itu sendiri
Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya menyangkut
kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian, merek sangat penting
baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen, merek bermanfaat untuk
mempermudah proses keputusan pembelian dan merupakan jaminan akan
kualitas. Sebaliknya bagi produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk
membangun loyalitas dan hubungan berkelanjutan dengan konsumen.
2.2.1
Pengertian Brand Image
Setiap perusahaan selalu menganggap brand image sebagai hal yang
penting karena dapat membantu perusahaan tersebut untuk memposisikan diri
mereka, pasar dan membantu dalam mempertahankan konsumen. Konsumen
sering mengartikan bahwa produk atau jasa yang memiliki brand yang baik
sebagai produk atau jasa yang berkualitas baik pula.
Pengertian brand image menurut Kotler dan Keller (2009:332) adalah
suatu kesan yang ada dalam benak konsumen mengenai suatu merek yang hak ini
dibentuk oleh pesan dan pengalaman konsumen mengenai merek, sehingga
menimbulkan citra yang ada dalam bentuk konsumen.
Menurut Tjiptono (2007:49) pengertian “brand image adalah deskripsi
tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.
Menurut Keller dan Aaker yang dikutip dari Hsiang-Ming Lee et al.,
(2011:1093),“Brand image as perceptions about a brand as reflected by the brand
association held in consumer memory. These associations refer to any brand
aspect within the consumer’s memory.” Artinya, citra merek diartikan sebagai
persepsi tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek yang tercipta dimemori
konsumen. Asosiasi ini sebenarnya merupakan segala kesan yang berkaitan
dengan ikatan mengenai merek, meliputi ikatan emosional dengan konsumen yang
merupakan pembangkit citra itu sendiri.
Brand image sangat dibutuhkan oleh sebuah merek untuk menciptakan
sebuah karakter dari merek tersebut. Dengan penilaian dari konsumen yang telah
memiliki pengalaman dalam menikmati produk atau jasa dari merek tersebut,
konsumen dapat melihat perbedaan yang ada pada merek tersebut dan merek lain.
Sehingga, konsumen dapat melihat lebih jelas perbedaan merek tersebut dengan
merek pesaing. Hal ini akan memudahkan konsumen dalam memilih sebuah
merek yang mereka inginkan.
Jadi, brand image adalah pemahaman dan keyakinan konsumen terhadap
merek tertentu. Brand image yang baik akan mendorong calon pembeli untuk
membeli produk atau jasa tersebut dari pada membeli produk atau jasa yang sama
dengan merek yang berbeda. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan
untuk menjaga brand image perusahaannya agar selalu mendapatkan kepercayaan
dari konsumen.
2.2.2
Manfaat Brand Image
Ada beberapa manfaat brand image menurut Kotler (2003:326) yaitu:
1. Membangun karakter produk atau jasa dan memberikan value proporsion.
Dengan adanya karakter produk atau jasa maka produk atau jasa akan
memiliki perbedaan dengan merek lainnya dan memiliki nilai lebih dengan
para pesaingnya. Karakter yang dimiliki oleh sebuah merek akan lebih
menarik jika dapat menciptakan penilaian yang baik oleh konsumennya.
Hal ini akan membantu perusahaan dalam menarik konsumen lebih banyak
dari pada merek lainnya.
2. Menyampaikan karakter produk atau jasa secara unik sehingga memiliki
perbedaan dengan produk atau jasa dari pesaing. Banyak cara dalam
melakukan penyampaian terhadap konsumen tentang apa yang dimiliki
oleh merek. Jika berbeda dengan pesaingnya makan produk atau jasa dari
merek tersebut akan mudah dikenali sehingga konsumen dapat memilih
dengan benar. Penyampaian yang menarik akan membuat konsumen akan
mudah dalam memilih merek apa yang mereka inginkan. Sehingga
dibutuhkan promosi yang mendukung agar produk atau jasa tersebut
dikenal dengan baik oleh konsumen.
3. Memberikan kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional. Sebuah
merek akan terus diingat oleh konsumen jika dapat memberikan manfaat
dan pengalaman kepada konsumen.
Konsumen akan menilai atas apa yang telah mereka alami saat
menggunakan produk atau jasa dari merek tersebut. Konsumen akan merasa
nyaman dan memiliki perasaan emosi yang tidak dapat dihindari saat
menggunakan produk atau jasa dari merek tersebut jika kualitas dan produk yang
ditawarkan telah mendapatlan keyakinan dan kepercayaan konsumen.
2.2.3
Faktor-Faktor yang Membentuk Brand Image
Walters (dalam Ratri, 2007:49) mengemukakan pentingnya faktor
lingkungan dan personal sebagai awal terbentuknya suatu brand image, karena
faktor lingkungan dan personal mempengaruhi
persepsi seseorang. Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah atribut-atribut teknis yang ada
pada suatu produk dimana faktor ini dapat dikontrol oleh produsen, selain itu juga,
sosial budaya termasuk dalam faktor ini.
Faktor personal adalah kesiapan
mental konsumen untuk melakukan
proses persepsi, pengalaman konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta motivasi
konsumen. Citra merupakan produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang
terbentuk lewat proses pengulangan yang dinamis karena pengalaman (Arnould,
Price, dan Zinkan dalam Ratri, 2007:50).
Schiffman dan Kanuk (Farrah, 2005:285) menyebutkan faktor-faktor
pembentuk citra merek adalah sebagai berikut:
1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk atau jasa yang
ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau
kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang
dikonsumsi.
3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu
produk/jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani
konsumennya.
5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi
yang mungkin dialami oleh konsumen.
6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau
banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk
mempengaruhi suatu produk atau jasa, juga dapat mempengaruhi citra
jangka panjang.
7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,
kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari
produk atau jasa tertentu.
Menurut Timmerman (dalam Ratri, 2007:50), citra merek sering
terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan
dengan sebuah merek yang terdiri dari:
1. Faktor fisik, karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain
kemasan, logo, nama merek, fungsi, dan kegunaan produk atau jasa
dari merek tersebut.
2. Faktor
psikologis,
dibentuk
oleh
emosi,
kepercayaan,
nilai,
kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk
atau jasa dari merek tersebut.
Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan
terhadap suatu merek tertentu, sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih
banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek tersebut.
2.2.4
Komponen Brand Image (Citra Merek)
Menurut Hogan (2005), brand image (citra merek) merupakan asosiasi
dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari
merek yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara; yang pertama melalui
pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan fungsional dan
kepuasan emosional. Merek tersebut tidak cuma dapat bekerja maksimal dan
memberikan performansi yang dijanjikan tapi juga harus dapat memahami
kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh kosumen dan
juga
memenuhi
kebutuhan individual
konsumen
yang akan datang.
Mengkontribusi atas hubungan dengan merek tersebut. Kedua, persepsi yang
dibentuk oleh perusahaan dari merek tersebut melalui berbagai macam bentuk
komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations), logo,
fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani penjualan, dan performa
pelayanan. Bagi banyak merek, media, dan lingkungan dimana merek tersebut
dijual dapat mengkomunikasikan atribut-atribut yang berbeda. Setiap alat
pencitraan ini dapat berperan dalam membina hubungan dengan konsumen.
Ogilvy (dalam Ratri, 2007:53) menyebutkan bahwa kepribadian merek
merupakan kombinasi dari berbagai hal; nama merek, kemasan merek, harga
produk, gaya iklan, dan kualitas produk atau jasa itu sendiri.
2.2.5
Pengukuran Brand Image
Pengukuran ini dilakukan sebagai pengukuran terhadap brand image.
Menurut Sondoh et al., (2007:106) bahwa indikator brand image meliputi :
1. Keunggulan Pengalaman
a. Penggunaan merk x membuat saya merasa nyaman.
b. Pengalaman menggunakan merek x membuat saya meningkatkan
penggunaan merek ini.
c. Merek x memberikan saya kesan tersendiri.
2. Keunggulan Simbol
a. Merek x membantu saya dalam pergaulan sosial lebih baik.
b. Merek x mudah di ingat.
3. Keuntungan Sosial
a. Merek x meningkatkan cara pandang orang lain terhadap saya.
b. Merek x membuat saya merasa diterima dalam pergaulan.
4. Keuntungan Fungsi
a. Merek x berfungsi baik seperti yang di janjikan.
b. Merek x merupakan merek yang dapat diandalkan.
2.3 Pengertian Jasa
Pertumbuhan sektor jasa yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk
selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Peningkatan kualitas jasa ini
dilakukan dengan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen sesuai
dengan kebutuhannya, karena masyarakat selama ini tidak melihat karakteristik
atau ciri-ciri dari segi produk akan dibelinya, tetapi juga bagaimana mereka
dilayani pada saat membeli produk tersebut, seperti yang kita ketahui bahwa yang
disalurkan oleh produsen bukan hanya benda-benda berwujud saja, tetapi juga
jasa.
Jasa (service) menurut Kotler dan Keller (2012:214):
“any act or performance that one party can offer another that is
essensially intangible and does not result in the ownership of anything. It’s
production may or not be tied to a physical product”.
Setiap aktivitas, manfaat atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke
pihak lain yang bersifat tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan
kepemilikan apapun dimana dalam produksinya dapat terikat maupun tidak
dengan produk fisik.
Sama halnya menurut menurut Christoper Lovelock (2012:15), bahwa
jasa adalah suatu bentuk sewa-menyewa yang dapat memberikan suatu manfaat
bagi pelanggan. Hal yang dihargai oleh pelanggan dan mereka berkenan
membayar untuk mendapataknnya adalah berbagai pelangalaman yang diinginkan
dan solusi.
Berdasarkan kedua definisi tersebut maka jasa pada dasarnya adalah
sesuatu yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Suatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen

Proses produksi dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan
suatu produk fisik

Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan

Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa
2.3.1
Karakteristik Jasa
Karakteristik jasa adalah suatu sifat dari jasa yang ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain yang berfungsi untuk membedakan dengan produk
barang. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:223) menerangkan empat
karakteristik jasa sebagai berikut:
1. Tidak berwujud (Intangibility), Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud.
Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
didengar, dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidak
pastian tersebut, maka para calon pembeli akan mencari tanda atau bukti
dari mutu jasa. Konsumen mencari bukti kualitas pelayanan jasa
berdasarkan enam hal berikut ini:

Tempat (place), Tempat yang mendukung seperti kebersihan yang
terjaga, kenyamanan untuk konsumen, dan suasana yang mendukung.

Orang (people), Orang yang menangani mampu melaksanakan tugas
dengan baik. Sudah terlatih, cepat dalam menangani masalah dan lainlain.

Peralatan (equipment), Peralatan penunjang seperti komputer,meja,
mesin fax, dan lain sebagainya.

Komunikasi material (communication material), Bukti-bukti berupa
teks tertulis dan foto, misalnya kontrak atau hasil jadi dalam foto.

Simbol (symbol), Nama dan simbol pemberi jasa mencerminkan
kemampuan dan kelebihannya dalam melayani konsumen.

Harga (price), Harga masuk akal dan dapat pula dipadukan dengan
berbagai macam promosi penjualan, seperti bonus, diskon dan lainlain.
2. Bervariasi (Variability), Jasa bersifat non standard dan sangat variable.
Berbeda dengan kualitas produk fisik yang sudah terstandar, kualitas
pelayanan jasa tergantung pada siapa penyedianya, kapan, dimana, dan
bagaimana jasa itu diberikan. Oleh karena itu jasa sangat bervariasi dan
berbeda satu dengan lainnya.
3. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability), Jasa umumnya diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan partisipasi konsumen di
dalamnya.
4. Tidak dapat disimpan (Perishability), Jasa tidak mungkin disimpan dalam
bentuk persediaan. Nilai jasa hanya ada pada saat jasa tersebut diproduksi
dan langsung diterima oleh si penerimanya. Karakteristik seperti ini
berbeda dengan barang berwujud yang dapat diproduksi terlebih dahulu,
disimpan dan dipergunakan lain waktu.
2.3.2
Klasifikasi Jasa
Klasifikasi yang paling banyak digunakan menurut Fandy Tjiptono
(2012:17) terdapat delapan kriteria sebagai berikut :
1. Segmen pasar, Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi
jasa kepada konsumen akhir (Misalnya biro jodo, taksi, asuransi jiwa, jasa
tabungan deposito, warnet, wartel, dokter yang berpraktek di rumah sakit,
dan rumah makan siap saji) dan jasa atau layanan bagi konsumen
organisasional (Misalnya biro periklanan, jasa akuntansi dan perpajakan,
dan jasa konsultasi manajemen).
2. Tingkat
keberwujudan,
Kriteria
ini berhubungan dengan tingkat
keterlibatan produk fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa
atau layanan dapat dipilah menjadi tiga macam:
a. Rented good service, Dalam tipe ini, konsumen menyewa dan
menggunakan langsung berdasarkan tarif yang disepakati. Konsumen
hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannya
tetap di tangan pihak perusahaan yang menyewakan contohnya
penyewaan mobil, video games, VCD atau DVD, komputer, buku,
villa, dan apartemen.
b. Owened good-services, Pada tipe ini, produk-produk milik konsumen
di reparasi, dikembangkan, atau ditingkatkan untuk kerjanya. Atau
dipelihara atau dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini
mencangkup perubahan bentuk pada produk yang dimiliki konsumen.
Contohnya jasa yang meliputi reparasi (sol sepatu, arloji, telepon
genggam, iPod, mobil, motor, komputer, kulkas, AC, dan lain-lain),
pencucian mobil, merawat rumput dipadang golf, perawatan taman,
pencucian pakaian, dan sebagainya.
c. Non-goods services, Karakteristik khusus pada jenis ini adalah layanan
personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan
kepada para pelanggan. Contoh penyedia tipe ini antara lain sopir,
dosen, dokter, pembantu rumah tangga, psikolog, pengacara, artis,
pelawak, pemandu wisata, penerjemah, ahli kecantikan, pelatih renang,
dan lain-lain.
3. Keterampilan
penyedia
jasa
dan
layanan,
Berdasarkan
tingkat
keterampilan penyedia jasa dan layanan, terdapat dua tipe pokok
jasa.Pertama, professional services (seperti notaris, dosen, konsultan
manajemen, konsultan hukum, pengacara, konsultan pajak, konsultan
sistem informasi, dokter, perawat, akuntan, dan arsitek). Kedua, nonprofesional services (seperti jasa supir taksi, tukang parkir, pengantar
surat, tukang setrika baju, dan penjaga malam).
4. Tujuan organisasi jasa, Berdasarkan tujuan organisasi jasa atau layanan
dapat diklasifikasikan menjadi commercial services atau profit services,
misalnya jasa penerbangan, bank, penyewaan mobil, biro iklan dan hotel
dan non-profit services seperti sekolah, yayasan dana bantuan, panti
asuhan, panti wreda, intansi pemerintahan, perpustakaan umum dan
museum.
5. Regulasi, Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated
services, misalnya, rumah sakit, penerbangan, asuransi, stasiun TV, hotel,
media masa dan perbankan dan non-regulated services, seperti jasa
makelar, katering, pondokan, asrama, kantin, serta pengecatan rumah.
6. Tingkat intensitas karyawan, Berdasarkan tingkat intensitas karyawan
(keterlibatan tenaga kerja), layanan dapat dikelompokan menjadi dua
macam: equipment-based services, seperti cuci mobil otomatis, jasa
sambungan telepon interlokal dan internasional, mesin ATM (Anjungan
Tunai Mandiri), internet banking, vending machines, call centre, video
games centres. Dan people based services, seperti palatih renang, satpam,
akuntan, polisi, jaksa, bidan, guru private, konsultan hukum dan dokter
anak.
7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan, Berdasarkan tingkat kontak
ini, secara umum layanan dapat dikelompokkan menjadi high-contact
services, seperti universitas, penata rambut, penasehat perkawinan,
pegadaian dan konsultan bisnis. Dan low-contact services, seperti bioskop,
pasar swalayan, jasa PLN, jasa telekomunikasi dan jasa layanan pos.
2.3.3
Pengertian Kualitas Jasa
Kualitas atau mutu dari suatu produk perlu mendapatkan perhatian, karena
kualitas yang rendah akan menempatkan perusahaan pada posisi yang kurang
menguntungkan karena apabila konsumen merasa kualitas dari sutu produk yang
dihasilkan oleh perusahaan tidak baik maka kemungkinan konsumen tidak akan
menggunakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Definisi kualitas jasa menurut Lewis dan Booms yang dikutip oleh
Tjiptono & Chandra (2007:121) “Kualitas jasa adalah ukuran seberapa bagus
tingkat pelayanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi (harapan)
pelanggan.”
Definisi kualitas jasa menurut Kotler dan Keller (2009:143): “Kualitas
jasa adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang tergantung pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.”
2.3.4
Mengukur Kualitas Pelayanan Jasa
Barang atau jasa yang berkualitas harus mampu memenuhi atau melebihi
ekspetasi pelanggan. Ekspetasi pelanggan dapat dijelaskan melalui atribut-atribut
kualitas atau hal-hal yang sering disebut dimensi kualitas.
Kotler dan Keller (2012:396) mengidentifikasi lima determinan jasa
berikut ini, berdasarkan urutan arti pentingnya:
1. Keandalan (realibility), kemapuan untuk melaksanakan jasa yang
dijanjikan dengan andal dan akurat. Contoh dalam hal ini antara lain,
kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan yang terbaik,
kemampuan pegawai dalam menangani kebutuhan konsumen dengan
cepat dan benar, kemampuan perusahaan dalam memberikan
pelayanan yang baik sesuai dengan harapan konsumen.
2. Daya tanggap (Responsiveness), kesediaan membantu pelanggan dan
memberikan layanan tepat waktu. Kemauan dari karyawan dan
pengusaha untuk membatu pelanggan dan memberikan jasa dengan
cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan konsumen. Dengan cara
keinginan para pegawai dalam membantu dan memberikan pelayanan
dengan tanggap, kemampuan memberikan pelayanan dengan cepat dan
benar, kesigapan para pegawai untuk ramah pada setiap konsumen,
kesigapan para pegawai untuk bekerja sama dengan konsumen.
3. Jaminan (assurance), pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
kemampuan mereka untuk menunjukan kepercayaan dan keyakinan.
Berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan
kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.
Contoh dalam hal ini antara lain, pengetahuan dan keterampilan
pegawai dalam menjalankan tugasnya, pegawai dapat diandalkan,
pegawai dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen, pegawai
memiliki keahlian teknis yang baik.
4. Empati (emphaty), kondisi memperhatikan dan memberikan perhatian
pribadi kepada pelanggan. Misalnya, karyawan harus mencoba
menempatkan diri sebagai pelanggan. Jika pelanggan mengeluh maka
harus dicari solusi segera, agar selalu terjaga hubungan harmonis,
dengan menunjukan rasa peduli yang tulus. Dengan cara perhatian
yang diberikan para pegawai dalam melayani dan memberikan
tanggapan atas keluhan para konsumen.
5. Bukti langsung (tangibles), penampilan fasilitas fisik, peralatan,
personel, dan bahan komunikasi.
2.3.5
Prinsip-prinsip Kualitas Jasa
Setiap perusahaan harus mampu memenuhi enam prinsip utama kualitas
jasa agar dapat menimbulkan image yang baik bagi perusahaan serta dapat
melaksanakan kualitas yang baik dihadapan konsumen. Enam prinsip pokok
kualitas jasa menurut Wolkins yang dikutip oleh Tjiptono (2006:75) meliputi:
1. Kepemimpinan, Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan
komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin
perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya. Tanpa adanya
kepemimpinan dari manajemen puncak, maka usaha untuk meningkatkan
kualitas hanya berdampak kecil terhadap perusahaan.
2. Pendidikan, Semua personil perusahaan dari manajer puncak sampai
karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas.
Aspek-aspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan
tersebut meliputi konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan teknik
implementasi startegi kualitas, dan peranan eksekutif dalam implementasi
strategi kualitas.
3. Perencanaan, Proses perencaan stategik harus mencangkup pengukuran dan
tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk
mencapai visinya.Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling
efektif bagi manajemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini
merupakan suatu mekanisme yang menjamin adanya perhatian yang
konstan dan terus-menerus untuk mencapai tujuan kualitas.
4. Komunikasi, Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi
oleh proses komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan
dengan karyawan, pelanggan, dan stakeholder perusahaan lainnya, seperti
pemasok, pemegang saham, pemerintah, masyarakat umum, dan lain-lain.
5. Penghargaan dan pengakuan (Total human reward), Penghargaan dan
pengakuan merupakan aspek yang penting dalam implementasi strategi
kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi baik perlu diberi penghargaan
dan prestasinya tersebut diakui. Dengan demikian dapat meningkatkan
motivasi, moral kerja, rasa bangga, dan rasa kepemilikan setiap orang
dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar
bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani.
2.4
Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh
suatu perusahaan yang tercermin dari kebiasaan konsumen dalam melakukan
pembelian barang atau jasa secara terus menerus harus selalu diperhatikan oleh
perusahaan atau produsen. Bagi perusahaan, loyalitas konsumen dapat
memberikan nilai yang tinggi bagi inisiatif kepedulian para pelanggan, yaitu lebih
mudah dan lebih murah untuk mempertahankan pelanggan kunci, dari pada
menarik pelanggan baru yang loyalitasnya belum terbukti. Dengan demikian
perusahaan perlu mengamati loyalitas konsumen untuk dapat memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen serta tercapainya tujuan suatu perusahaan.
Loyalitas adalah loyalitas konsumen akan suatu barang atau jasa tersebut secara
terus-menerus, kebiasaan ini termotivasi sehingga sulit dirubah dan sering berakar
dalam keterlibatan yang sangat tinggi.
2.4.1
Pengertian Loyalitas Konsumen
Menurut Lovelock dan Wright (2011:104) Loyalty is a costumer
voluntary decision to continue patronizing a specific firm over an extended period
of time. (Keputusan konsumen secara sukarela untuk terus berlangganan kepada
suatu perusahaan selama periode tertentu).
Sedangkan menurut Tjiptono (2008)loyalitas konsumen adalah situasi
dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa)
dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.
Berdasarkan definisi tersebut loyalitas ditunjukan kepada suatu perilaku
yang berulang dari konsumen dengan melakukan pembelian rutin,berdasarkan
pada pengambilan keputusan yang dibuat konsumen tanpa adanya paksaan untuk
menjadi konsumen dalam jangka waktu yang lama. Menganalisa loyalitas
konsumen akan lebih berhasil apabila mampu memahami aspek psikologis
manusia.
2.4.2
Ciri-Ciri Konsumen Loyal
Menurut Fullerton dan Taylor yang dikutip dari Nugroho (2011:17)
Konsumen dengan loyalitas tinggi akan memberitahukan keunggulan dan kualitas
layanan tersebut kepada orang lain bahkan sering memberikan saran untuk
menggunakan layanan jasa yang diberikan kepada konsumen. membagi tingkat
loyalitas konsumen dalam tiga tahap, antara lain:
1. Loyalitas advokasi, merupakan sikap pelanggan untuk memberikan
rekomendasi kepada orang lain untuk melakukan pembelian ulang
terhadap produk atau jasa. Loyalitas advokasi pada umumnya disertai
dengan pembelaan konsumen terhadap produk atau jasa yang dipakai.
2. Loyalitas repurchase, loyalitas pelanggan berkembang pada perilaku
pembelian pelanggan terhadap layanan baru yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan, yang ditunjukkan dengan keinginan untuk membeli kembali.
3. Loyalitas paymore, loyalitas pelanggan untuk kembali melakukan
transaksi untuk menggunakan produk atau jasa yang telah dipakai oleh
konsumen tersebut dengan pengorbanan yang lebih besar.
Ciri-ciri loyalitas konsumen:

Memiliki komitmen pada merek tersebut

Berani membayar lebih pada merek tersebut bila dibandingkan dengan
merek lain

Merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain

Dalam melakukan pembelian kembali produk atau jasa tersebut, tidak
melakukan pertimbangan

Selain mengikuti informasi yang berkaitan dengan merek tersebut, juga
selalu mengikuti perkembangannya

Dapat menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut dan selalu
mengembangkan hubungan dengan merek tersebut
Untuk menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus melalui
beberapatahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian
yang berbeda-beda untuk masing-masing tahapan, karena setiap tahap mempunyai
kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahap dan
memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang
yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen yang loyal
dan klien perusahaan.
2.4.3
Tahapan Loyalitas Konsumen
Hill (dalam Sugiyono, 2010:154) menggambarkan tingkatan loyalitas
konsumen sebagai berikut:
Gambar 2.1
The Costumer Loyalty Pyramid
Sumber: Hill, (Sugiyono, 2010:154)
Menurut Hill (dalam Sugiyono, 2010:152), tahap loyalitas konsumen
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Suspect, meliputi
semua
orang yang diyakini
akan membeli
(membutuhkan) barang/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang
barang/jasa perusahaan.
2.
Prospect, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa
tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini
meskipun mereka belum melakukan pembelian tetapi telah mengetahui
keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi
pihak lain (Word of Mouth).
3.
Customer, pada tahap ini pelanggan sudah melakukan hubungan
transaksi dengan perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif
terhadap perusahaan, loyalitas pada tahap ini belum terlihat.
4.
Clients, meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang
dibutuhkan dan ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini
berlangsung lama dan mereka telah memiliki sifat retention.
5.
Advocates, pada tahap ini, clients secara aktif mendukung perusahaan
dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli
barang/jasa di perusahaan tersebut.
6.
Partners, pada tahap ini telah terjadi hubungan yang kuat dan saling
menguntungkan antara penyedia jasa dengan pelanggan, dan pada tahap
ini pula pelanggan berani menolak barang atau jasa dari perusahaan lain.
2.4.4
Mengukur Loyalitas Konsumen
Menurut Kotler (2007:172) Pengukuran loyalitas pelanggan dapat
dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel yang
mempengaruhi loyalitas pelanggan seperti :
1. Repurchase, Melakukan pembelian ulang untuk produk/jasa yang
digunakan.
2. Rejection, Melakukan penolakan terhadap proyek/jasa lain selain
produk yang digunakan.
3. Referral, Memberikan informasi dan rekomendasi kepada orang lain
untuk menggunakan produk/jasa yang sama.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Penyusunan penelitian ini didukung dengan studi literatur yang berkaitan
dan diantaranya merupakan hasil studi penelitian dari jurnal internasional dan
penelitian sebelumnya mengenai Brand Image, Kualitas jasa dan Loyalitas
konsumen. Analisis penelitian terdahulu dipaparkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Contoh Penelitian Sebelumnya
Judul
No
Penelitian
Kualitas pelayanan,
Harga
Loyalitas
1.
Terhadap
Pelanggan
(Studi kasus Pada PT.
Merpati
NamaPeneliti
bahwa kualitas pelayanan dan
Vikih Riadi
Nusantara
2.
Brand
Image
Terhadap
Kesetiaan
Pengguna
Smartphone Iphone
harga memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap
loyalitas pelanggan PT. Merpati
Airlanes Semarang)
Pengaruh
Hasil
Penelitian
Penelitian
ini
menunjukan
Nusantara Airlines Semarang.
Brand imagesmartphone iPhone
Marheni Eka Saputri berpengaruh signifikan terhadap
&Tutut
Pranata
Ratna loyalitas
pelanggan.
dibuktikan
berdasarkan
dengan
Hal
ini
nilai
ujikoefisien
determinasi. Dapat disimpulkan
bahwa brand image memberikan
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
loyalitas
pelanggan
yang dipengaruhi faktor lain
diluar brand image, yang tidak
diteliti
dalam
penelitian
ini,
seperti brand equity, brand trust,
dan faktor lainnya.
Analisis Pengaruh
Brand
Image
dan
Kualitas
Hasil
Produk Terhadap
Telly
Keputusan
Pembelian
3.
yang
Berdampak pada
Lyonita
menunjukan
bahwa
& variabel Brand Image , Kualitas
Dyah Budiastuti,
jasa,
Loyalitas
Konsumen
Ir., MM
melalui Keputusan Pembelian
memiliki hubungan yang nyata
Loyalitas
dan hubungan keduanya bersifat
Konsumen Pada
kuat dan searah.
PT. Telkom Jakarta
Selatan (Produk
Speedy)
Berdasarkan
yang
4.
(Persero)
Vinni octavia
Kantor
Cabang Bandung I
dilakukan
dilakukan
PT
JAMSOSTEK
penelitian
mengenai
Tinjauan Kualitas Jasa yang
Tinjauan Kualitas Jasa
pada
hasil
pada
PT
JAMSOSTEK (Persero) Kantor
Cabang
Bandung
I
dengan
penarikan kesimpulan sebagai
berikut :
1. PT JAMSOSTEK (Persero)
KC
Bandung
I
dalam
menghadapi
dengan
pesaing
perusahaan
lain
yang sejenis, melaksanakan
pelayanan
kualitas
berdasarkan
jasa
unsur-unsur
dimensi kualitas pelayanan
jasa sebagai berikut :
a. Berwujud (Tangible)
PT
JAMSOSTEK
(Persero)
telah
memperbaharui
peralatan,
alat
komunikasi, dan layout,
memiliki fasilitas yang
berdaya
lokasi
tarik,
yang
seperti
strategis,
parkir yang cukup luas,
ruang
presentasi
yang
memadai, nyaman, dan
mewah, ruangan kerja
yang
dilengkapi
TV
LED, AC dan telepon.
b. Kehandalan (Reability)
PT
JAMSOSTEK
(Persero) selalu berusaha
memberikan kepercayaan
dan memberikan layanan
yang segera dan akurat.
c. Daya Tanggap
Selalu menginformasikan
kepada peserta mengenai
waktu pelayanan yang
akan diberikan kepada
peserta.
d. Kepastian (Assurance)
Karyawan
PT
JAMSOSTEK (Persero)
dalam
menawarkan
produk harus mempunyai
sikap percaya diri.
e. Empati
Memberikan
pelayanan
jasa kepada konsumen
dengan
tulus.
karyawan
Para
dapat
memahami keluhan yang
dirasakan oleh konsumen
dan berupaya memahami
keluhan secara cepat.
2. Hambatan
dari
internal
perusahaan yaitu kurang
ramahnya
petugas
informasi yang bertempat
di
meja
nomor
antrian,
pengecekan
oleh
pengambilan
lamanya
persyaratan
Customer
Service
Officer dan juga pesaing
antar perusahaan asuransi.
Sedangkan faktor eksternal
perusahaan
kurangnya
koordinasi antar karyawan
yang
menyebabkan
ketidaktahuan
informasi
yang harusnya diketahui
oleh peserta dan adanya
peserta yang memalsukan
kematian demi asuransi.
3. Solusi yang dilakukan oleh
PT
JAMSOSTEK
(Persero), yaitu :
a. Melakukan trainingatau
penyuluhan
terlebih
dahulu
b. Divisi
marketing
PT
JAMSOSTEK (Persero)
agar lebih jelas dan
rinci
menjelaskan
prosedur dan manfaat
dari tiap produk yang
dimiliki
untuk
kemudian
ditawarkan
dipasarkan.
c. PT
JAMSOSTEK
(Persero) dengan hatihati
dan
setiap
teliti
data
dilampirkan
pada
yang
oleh
peserta.
Pengaruh
Kualitas
Pelayanan dan Brand Dimas
5.
Image
Kepuasan
Terhadap WidiantoAnanda
Pelanggan
Hasil
penelitia
nmenemukan
bahwa secara simultan kualitas
layanan yang terdiri dari :

kualitasinteraksi
Perwakilan

kualitaslingkunganfisik
Kalimalang

kualitashasil
JNE
Kantor
dan brand image yang terdiri
dari :

citraperusahaan

citraproduk

citrapengguna
memberikan pengaruh signifikan
terhadap kepuasan pelanggan,
Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan
bahwa
kepuasan pelanggan JNE Kantor
Perwakilan
dipengaruhi
Kalimalang
oleh
kualitas
layanan dan brand image.
Sebagai referensi tambahan dalam penyusunan skripsi ini, peneliti
mengambil lima jurnal internasional yang berhubungan dengan brand image,
kualitas jasa, dan loyalitas konsumen. Jurnal internasional tersebut dipaparkan
dalam tabel ini:
Tabel 2.1
Contoh Jurnal Internasional
No
1
Judul Penelitian
Peneliti
Hasil penelitian
Pengaruh Merek
Anantaya
Hasil
pada Keputusan
Ponbamrungwong
menunjukan bahwa merek
Pembelian
dan
tidak
Wanita Thailand
Chandsawang
Sirada
penelitian
ini
mempengaruhi
keputusan pembelian dari
atas
Product
konsumen wanita Thailand
Make Up asing
untuk
membeli
produk
make up dari luar negri.
2
The Importance
Elizabeth Real de
Penelitian ini menceritakan
of
Oliveira dan Paula
bahwa kebijakan CSR itu
Rodrigues
penting untuk membangun
Corporate
Social
Responsibility in
citra
the Brand Image
yang kuat, karena nantinya
–
citra tersebut akan berujung
The
merek
perusahaan
“Nespresso”
pada loyalitas konsumen
Case Study.
untuk bersedia membayar
harga yang lebih tinggi
pada produk atau layanan
yang
disediakan.
Kesimpulan
tersebut
diperoleh
melalui
penelitian
mendalam
dengan
metode
menggunakan
kualitatif
kuantitatif
dan
secara
bersamaan.
3
Factors
Sharareh Momeni,
Penelitian
influencing
Shabnam Mousavi
untuk
Brand Image in
Khesal,
hubungan antara kualitas
Banking Industry
Roustapisheh,
jasa, citra merek, dan iklan.
of Iran.
Mahmood Zohoori
Hasil
Nasim
menekankan
ini
bertujuan
mengetahui
penelitian
pentingnya
citra merek dalam industri
perbankan penelitian ini
menggarisi
dua
faktor
penting
dapat
mempengaruhi citra merek
dalam industri ini. Pertama
iklan sebagai alat yang
ampuh diterapkan oleh tv,
media cetak atau online dan
tentunya kualitas layanan
adalah
faktor
kedua
termasuk
tangibles,
reliability,
assurance,
responsiveness,
dan
emphaty.
4
Impact of Service
Mohammad
Quality,
Muzahid
and
Trust
Custumer
Statisfaction and
and
Hasil
Akbar
Noorjahan
Parvez
penelitian
secara
keseluruhan bahwa kualitas
jasa
dan
kepuasan
konsumen
saling
Costumers
berhubungan
Loyalty.
terciptanya kepuasan dan
kepercayaan
terhadap
konsumen
perusahaan
menciptakan
menjadi
dengan
konsumen
loyal
terhadap
perusahaan.
5
The
Effect
Service
And
of
Quality
Price
on
Satisfaction and
Amir
Mahmud,
Kamaruzaman
Jusof
Hadijah
dan
Siti
Pada industri layanan jasa
penerbangan
harga
berpengaruh
signifikan
secara
negative
pada
;oyalty
of
loyalitas konsumen tetapi
customer
of
berpengaruh
commercial flight
signifikan
pada kepuasan konsumen,
Industry Service.
sedangkan
kualitas
pelayanan
berpengaruh
kuat dan negative pada
kepuasan
konsumen
maupun loyalitas.
2.6
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Untuk memudahkan dalam melakukan analisis dalam penelitian ini
maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
2.7
Pengaruh Brand Image Terhadap Loyalitas Konsumen
Suatu brand
image yang dimiliki oleh perusahaan
pasti memiliki
pengaruh yang besar terhadap konsumen, baik pengaruh positif maupun
negatif, karena image adalah suatu bentuk pesan yang diciptakan perusahaan
agar konsumen semakin percaya diri ketika menggunakan jasa atau produk
tersebut.
Hubungan antara citra merek dengan loyalitas konsumen terletak pada
keinginan-keinginan
dan
pilihan
konsumen atas suatu merek adalah
merupakan sikap konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap merek tertentu
sering mempengaruhi apakah konsumen akan loyal atau tidak. Persepsi yang
baik dan kepercayaan
konsumen akan suatu
merek tertentu
akan
meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk atau jasa tertentu.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan apabila suatu produk atau jasa
telah mampu menampilkan sesuatu yang dapat menimbulkan persepsi yang
positif maka produk atau jasa tersebut akan mampu memikat minat seseorang
yang melihatnya. Dengan demikian, brand image memiliki pengaruh yang
sangat erat sekali dengan loyalitas konsumen untuk menggunakan suatu jasa
ataupun produk, dalam hal ini adalah PT. JalurNugrahaEkakurir (JNE). Brand
image tidak diragukan lagi tetap merupakan isyarat penting selama proses
keputusan untuk menggunakan jasa tersebut. Seperti penelitian Pradipta,
(2012) mengatakan: bahwa ada pengaruh antara citra merek terhadap loyalitas.
Berdasarkan
hal
diatas
permasalahan penelitian, yaitu:
maka
hipotesis
dimunculkan
terhadap
H1 :
Ada pengaruh yang signifikan antara brand image terhadap
loyalitas konsumen PT. JalurNugraha Ekakurir (JNE).
2.8
Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Konsumen
Perusahaan harus lebih meningkatkan kualitas jasa yang diberikan
kepada pelanggan sehingga pelanggan merasa puas dengan produk jasa yang
digunakannya sehingga akan timbul loyalitas. Pada hakikatnya tujuan bisnis
adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan.
Menurut Collagete dan Danaher (2000) yang diikuti oleh Lupiyoadi
dan Hamdani (2008:196) menyatakan bahwa kualitas pelayanan karyawan
berpengaruh secara asimetris terhadap kepuasan pelanggan, dimana pelayanan
yang buruk berakibat lebih besar terhadap kepuasan pelanggan dari pada
pelayanan yang dikategorikan terbaik, maka implementasi strategi dengan
kategori terbaik akan meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan lebih
besar daripada tidak ada pemasaran relasional yang dilakukan.
Apabila telah memberikan kualitas pelayanannya telah memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan maka kualitas pelayanan yang diberikan baik dan
akan timbul kepuasan pelanggan yang merupakan jembatan untuk menuju
loyalitas terhadap perusahan yang telah memberikan kualitas yang memuaskan.
Apabila jasa yang diterima sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas
pelayanan dipersepsikan baik dan ideal.
Kualitas pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen akan
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan perusahaan.
Kepuasan yang disarankan konsumen untuk loyal pada perusahaan, semakin
tinggi kepuasan yang dirasakan oleh konsumen akan kualitas pelayanan, maka
loyalitas pun semakin tinggi tingkatannya dan begitu juga sebaliknya.
Dengan demikian kualitas pelayanan haruslah diperhatikan dengan baik
oleh suatu perusahaan karena kualitas pelayanan akan menentukan kepuasan
konsumen dan kepuasan akan menentukan tingkatan loyalitas konsumen
terhadap perusahaan tersebut. Seperti yang diungkapkan Zethaml yang dikutip
oleh Ponirin (2005:30) bahwa “Consumer loyalty depends on the level of
customer service quality and they believe that there is a positive correlation
between service quality and customer loyalty.” Artinya, loyalitas konsumen
tergantung kepada tingkat dari kualitas jasa yang diberikan kepada konsumen
dan mereka meyakini bahwa ada hubungan yang positif antara kualitas jasa
dengan loyalitas konsumen.
Berdasarkan
hal
diatas
maka
hipotesis
dimunculkan
terhadap
permasalahan penelitian, yaitu:
H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas jasa terhadap loyalitas
konsumen PT. JalurNugraha Ekakurir (JNE).
2.9
Pengaruh Brand Image Dan Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas
Konsumen
Brand image dan kualitas jasa pelayanan merupakan faktor yang dapat
menimbulkan loyalitas terhadap konsumen. Hal tersebut terjadi karena dengan
adanya brand image yang baik pada jasa tersebut pun yang padaa khirnya akan
memberi kepuasan dan menimbulkan gengsi yang tinggi kepada diri konsumen,
kualitas jasa pelayanan yang baik dimata konsumen, maka konsumen akan merasa
puas dan tentunya memilih jasa tersebut untuk dikonsumsinya secara terus
menerus. Selain kualitas jasa pelayanan, Menurut Tjiptono (2008;55),
menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan kualitas jasa dan pencitraan merek
perusahaan yang baik, Maka akan meningkatkan loyalitas konsumen.
Hal tersebut yang membuat brand image dan kualitas jasa harus
diperhatikan oleh perusahaan dalam melakukan pemasarannya. Tidak hanya
membuat konsumen membeli produk atau jasa perusahaan saja, tetapi membuat
konsumen merasa puas yang pada akhirnya konsumen akan loyal dengan produk
atau jasa dari perusahaan tersebut.
H3 :
Ada pengaruh yang signifikanantara brand image dan kualitas jasa
terhadap loyalitas konsumen PT. Jakur Ekakurir Nugraha (JNE).
Download