1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian maternatal kebanyakan terdapat pendarahan post partum.Dari data WHO menunjukan 25% kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan di perkirakan 100.000 kematian maternatal tiap tahunya disebabkan oleh pendarahan post partum pada masa nifas(Nugroho,2010:141). Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan kembali alat - alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas biasanya di sebabkan keadaan abnormal pada masa nifas disebabkan oleh masuknya kuman kuman ke dalam alat genetalia pada waktu bersalin dan nifas. Masa nifas merupakan masa rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,diantaranya disebabkan adanya komplikasi pada masa nifas antara lain pendarahan (Saleha, 2009:95). Perdarahan pada masa nifas(Perdarahan post partum) yaitu perdarahan yang terjadi setelah persalinan yang lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan post partum ada 2 yaitu perdarahan primer dan perdarahan sekunder.Penyebab perdarahan primer dan sekunder antara lain atonia uteri, retensio plasenta, retensio sisa 2 plasenta atau sisa plasenta, laserasi jalan lahir, inversio uteri, sub involusi, infeksi nifas(Ambarwati dan Wulandari, 2010 :127). Angka Kematian Ibu (AKI)dan Angka Kematian Bayi (AKB)menjadi salah satu indikator penting dari derajatkesehatan masyarakat. Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatupenyebab kematian biasanya terkait dengan status gizi, keadaan sosial ekonomi dan keadaan kesehatan seorang wanita yang kurang baik dalam masa kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per100.000 kelahiran hidup(Kemenkes RI,2012). AKI yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007. SDKI 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode5 tahun sebelum survei (20032007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angkaini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang sebesar 307 per100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh Perdarahan (32%)dan Hipertensi dalam Kehamilan (25%), infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32%(Dinkes Indonesia, 2012). AKI tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten atau kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 3 kelahiran hidup.Penyebab angka kematian ibu pada tahun 2012 di Provinsi Jawa Tengah adalah perdarahan 16,44%, hipertensi/Pre-Eklamsi 35,26%, infeksi 4,74%, abortus 0,30%, partus lama 0,30%, dan lain-lain 42,96%. Jumlah komplikasi kebidanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 126.806 jiwa (20% dari jumlah ibu hamil).Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2012 sebesar 90,81%. Pencapaian cakupan tahun ini sudah melampaui target standar pelayanan minimal tahun 2015 yaitu (80%).Sebesar 57,93% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,74% dan pada waktu persalinan sebesar 17,33%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 66,96%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 26,67% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 6,37%(DinkesJawa Tengah, 2012). Angka kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran hidupatau sekitar 77,5 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000 KH Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas,kemudian pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 7 kasus Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2012). 4 Pada RSUD Kota Semarang tahun 2012 kejadian retensio plasenta dan retensio sisa plasenta ada 95 kasus meningkat di tahun 2013 kasus retensio plasenta dan retensio sisa plasenta terdapat 223 kasus untuk tahun 2014 bulan Januari sampai Juni terdapat147 kasus (Rekam medik RSUD Kota Semarang). Plasentarestan merupakan tertinggalnya sebagian plasenta atau sisa-sisa potongan plasenta. Penyebabterjadi plasenta restan yaitu his kurang baik, atonia uteri, retensio plasenta,plasenta akreta dan tindakan perlepasan plasenta yang salah atau manajemen kala III yang salah.Komplikasi plasenta restan yaitu menyebabkan terjadi perdarahan,infeksi, dan sub involusi(Sarwono,2009 dan Manuaba, 2008). Pada masa nifas perlu diperhatikan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai negara kematian ibu kebanyakan pada masa nifas, oleh karena itu pakar kesehatan mengajurkan upaya pertolongan pertama di fokuskan pada periode intrapartum.Dalam masa nifas setidaknya harus melakukan kunjungan sebanyak 4 kali ke bidan untuk mengetahui penyulit yang di keluhkan yang dialami pada masa nifas.Asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan dapat berpengaruh pada kualitas asuhan yang di berikan dalam pelayanan seperti pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan perawatan bayi baru lahir(Saleha, 2009:2). 5 Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul “ Asuhan kebidanan nifas patologi dengan plasenta restan di RSUD Kota Semarang” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan masalah yaitu bagaimanakah penatalaksaan asuhan kebidanan ibu nifas patologidenganplasentarestan di RSUD Kota Semarang? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan plasenta restandengan manajemen varney dan pendokumentasian soap. 2. Tujuan khusus a. Melaksanakan pengkajian pada kasusnifas patologi dengan plasenta restan. b. Mengiterpretasikan data berdasarkan diagnosa atau masalah untuk kasus ibu nifaspatologi dengan plasenta restan. c. Menentukan diagnosa dan masalah potensial yang harus dilakukan pada ibu nifas patologi dengan plasenta restan. d. Menentukan tindakan segera pada ibu nifas patologi dengan plasenta restan. e. Menentukan rencana tindakan asuhan kebidanan pada kasus nifas patologi dengan plasenta restan. 6 f. Mengiplementasikan manajemen kebidanan pada asuhan ibu nifas patologi dengan plasenta restan. g. Melakukan evaluasi manajemen kebidanan pada ibu nifas patologi dengan plasenta restan. D. RuangLingkup 1. Sasaran Ibu nifas patologi dengan plasenta restan. 2. Tempat Di ruang Dewi kunthiRSUD Kota Semarang. 3. Waktu 4 Juli – 20 September2014. E. Manfaat 1. Manfaat Teoretis Sebagaibacaan dan referensi untuk melakukan studi kasus lebih lanjut tentang ibu nifas dengan plasenta restan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi tenaga kesehatan Sebagai bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanaanasuhan kebidanan nifas patologi dengan plasenta restan. 7 b. Bagi institusi pendidikan Sebagai sumber bacaan/ referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan pada nifas patologi dengan plasenta restan. c. Bagi masyarakat Dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan terhadap masyarakat berkaitan dengan nifas patologi dengan plasenta restan. d. Bagi peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis pada asuhannifas patologi dengan plasenta restan F. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang di butuhkan dalam penyusunan studi kasus yaitu: 1. Wawancara Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung pada pasien yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung dari pasien biasanya digunakan untuk mengetahui hal yang mendalam tentang pasien. 2. Observasi Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada pasien untuk mencari perubahan/ hal-hal yang menyangkut yang akan diteliti. 8 3. Dokumentasi Dalam metode ini pengumpulan data dilakukan dengan catatan baik medis maupun asuhan yang berhubungan dengan kasus yang diambil oleh peneliti. 4. Studi kepustakaan Penulis mempelajari buku-buku, literature dan media internet yang berhubungan dengan kasus yang diambil.