8 BAB 2 LANDASAN TEORI Menyangkut permasalahan diatas

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
Menyangkut permasalahan diatas, maka peneliti menggunakan beberapa
kerangka pemikiran di dalam penelitian ini.
2.1 Teori-teori Umum
2.1.1 Teori Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata
Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, communicare
yang berarti “membuat sama”. Istilah communis paling sering disebut sebagai asal
kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang sama.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna, atau pesan dianut secara
sama (Mulyana, 2007: 46).
Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masingmasing. Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar, sebagai berikut:
(Wiryanto, 2004: 5-7)
1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996: 4) mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima
melalui beragam saluran.
2. Hoveland (1948: 371) mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana
individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang
lain.
8
9
3. Gode (1969: 5) memberi pengertian mengenai komunikasi adalah suatu proses
yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh
satu atau beberapa orang.
4. Raymond S. Ross (1938: 8) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa,
sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.
5. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981: 18)
menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya
terjadi saling pengertian yang mendalam.
6. Shannon dan Weaver (1949) komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang
saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak
terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspersi muka,
lukisan, seni dan teknologi.
Frank dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari
definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of
observation), atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan
(intentionality), dimana sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan
penerimaan pesan yang disengaja, sedangkan sebagian definisi lainnya tidak
menuntut syarat ini. Dimensi ketiga adalah penilaian normative, dimana sebagian
definisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan
(Mulyana, 2007: 60-61).
10
Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan
dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima sebagai
komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mendapat saling
pengertian (mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan pesan atau
informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi (Suprapto, 2009: 5).
Dalam setiap transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen
yang lain, dimana elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah
independen, masing-masing komponen saling mengait dengan komponen yang
lain. Dalam aplikasinya, langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai
berikut: (Suprapto, 2009: 7-8)
GAMBAR 2.1:
Proses Komunikasi
IDE
ENCODING
PENGIRIMAN
DECODING
BALIKAN
11
1. Langkah pertama, ide atau gagasan diciptakan oleh sumber atau komunikator.
2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialihbentukan menjadi
lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan.
3. Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan
melalui saluran atau media yang sesuai dengan karakteristik lambang-lambang
komunikasi ditujukan kepada komunikan.
4. Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya
untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak
akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator.
Pendapat lain tentang proses komunikasi adalah dari Cutlip dan Center yang
menjelaskan tentang tahapan proses komunikasi, yaitu: (Rosmawaty, 2010: 23-24)
a. Fact finding, adalah mencari dan mengumpulkan fakta yang dapat digunakan
sebagai data atau informasi untuk melakukan kegiatan komunikasi.
b. Planning, suatu upaya merencanakan atau membuat rencana tentang
beberapa hal, baik tentang isi pesan yang akan disampaikan, cara
mengkomunikasikannya.
c. Communicating, adalah kegiatan berkomunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal, baik bermedia maupun secara tatap muka.
d. Evaluation, suatu upaya mengevaluasi, menilai dan menganalisis kembali
kegiatan komunikasi yang telah dilakukan, sedang dilakukan maupun sebagai
evaluasi untuk kegiatan komunikasi berikutnya.
Wilbur Schramm mengatakan bahwa untuk terjadinya proses komunikasi
paling sedikit harus memiliki 3 unsur komunikasi, yaitu komunikator, pesan, dan
12
komunikan. Sedangkan menurut Harold D. Laswell, mengatakan bahwa ada 5
unsur komunikasi, yaitu: (Suprapto, 2009: 9)
- Who, yaitu berkenaan dengan siapa yang mengatakan.
- Says What, yaitu berkenaan dengan menyatakan apa.
- In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa.
- To Whom, yaitu berkenaan dengan ditujukan kepada siapa.
- With What Effect, yaitu berkenaan dengan pengaruh apa.
Berdasarkan unsur-unsur Laswell tersebut, maka terdapat lima komponen
komunikasi agar dapat terjadi proses komunikasi, yaitu:
- Komunikator
- Pesan
- Media
- Komunikan
- Pengaruh
2.1.2 Konteks-Konteks Komunikasi
Secara luas konteks berarti semua faktor di luar orang-orang yang
berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat fisik; kedua, aspek
psikologi; ketiga, aspek sosial; keempat, aspek waktu. Menurut Verderber, konteks
komunikasi terdiri dari: konteks fisik, konteks sosial, konteks histori, konteks
psikologis, dan konteks kultural (Mulyana, 2007: 77-78).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan
konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi.
Maka dikenallah, beberapa konteks komunikasi, yaitu: (Mulyana, 2007: 78-84)
13
1. Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi
dengan diri sendiri. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya.
2. Komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
diadik yang melibatkan hanya dua orang. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak
yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal.
3. Komunikasi kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok,
meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda. Komunikasi
kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil,
jadi bersifat tatap-muka. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan
juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi
antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
14
4. Komunikasi publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan
sejumlah besar orang, yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi
publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi
antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut
persiapan pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi
sejumlah besar orang.
5. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga
informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi publik.
6. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik
cetak atau elektronik, berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga
atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang
yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya
bersifat umum, disampaikan secara tepat.
2.1.3 Tujuan Komunikasi dan Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi bagi kehidupan sehari-hari. Ada
beberapa pendapat tentang tujuan komunikasi, antara lain sebagai berikut:
(Rosmawaty, 2010: 30-31)
15
a. Mengubah sikap.
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan.
c. Mengubah perilaku.
d. Mengubah masyarakat.
e. Untuk meyakinkan bahwa pesan kita dimengerti.
f. Untuk memastikan pesan kita menghasilkan pengaruh sesuai harapan.
g. Memastikan bahwa pesan kita pantas atau layak.
Komunikasi memiliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai berikut:
(Rosmawaty, 2010: 31)
a. Menginformasikan
b. Mendidik
c. Menghibur
d. Mempengaruhi
e. Sebagai sosialisasi
f. Sebagai motivasi
g. Sebagai pendidikan
h. Sebagai pengembangan kebudayaan
i. Sebagai integrasi
2.1.4 Teori Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir
bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu
melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau sejumlah besar dari
peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat-alat komunikasi massa atau lebih
16
populer dengan nama media massa, yang meliputi semua saluran, ketika
narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan,
audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang relatif tinggi
(Wiryanto, 2000: 1-2).
Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekedar “orang
banyak”, seperti orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat atau yang
sedang bersama-sama berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api. Massa
diartikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat
komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran” (Berlo, 1960).
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada komunikan
yang berjumlah banyak, heterogen, tidak dikenal, atau ditujukan kepada
masyarakat umum, dan proses komunikasinya dilakukan melalui media yang
mampu digunakan untuk komunikasi massa, yaitu media massa, baik yang berupa
media cetak, audio visual, film, dan media luar ruang (Barata, 2000: 107).
Komunikasi massa memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: (Nurudin: 2007. Hal 1932)
1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga yaitu komunikator dalam
komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang, dimana gabungan
antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
Lembaga yang dimaksud menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah
“Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan
mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi
pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling
pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber
17
informasi. Di dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya komponenkomponen itu saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterdependensi secara
keseluruhan.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen yaitu penonton televisi
beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki
jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama.
3. Pesannya bersifat umum yaitu pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak
ditujukkan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Pesanpesannya ditujukan pada khalayak yang plural, dimana pesan-pesan yang
dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.
4. Komunikasinya berlangsung satu arah, dalam media cetak seperti koran,
komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan
respons kepada komunikatornya. Komunikasi yang hanya berjalan satu arah
akan memberi konsekuensi umpan balik yang sifatnya tertunda atau tidak
langsung. Dalam komunikasi massa ada komunikasi dua arah, sebisa mungkin
komunikan tersebut harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah.
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan, dalam komunikasi massa ada
keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti
khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Harapan
komunikator dalam komunikasi massa, pesan tetap ingin dinikmati secara
bersamaan oleh para pembacanya.
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis, media massa sebagai alat
utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan
bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar
18
untuk media elektronik. Peralatan teknis merupakan sebuah keniscayaan yang
sangat dibutuhkan media massa. Tidak lain agar proses pemancaran atau
penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang
tersebar.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper, yaitu orang yang sangat
berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini
berfungsi
sebagai
orang
yang
ikut
menambah
atau
mengurangi,
menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih
mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor
film/surat kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga rubrik, kameramen,
sutradara, dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahanbahan yang akan dikemas dalam pesan-pesan dari media massa masingmasing.
Menurut Joseph A. Devito, komunikasi massa dapat didefinisikan dengan
memusatkan perhatian pada lima variabel yang terkandung pada setiap tindak
komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini bekerja pada
media massa, sebagai berikut: (Rosmawaty, 2010: 116)
a. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang
mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.
b. Khalayak. Komunikasi massa ditujukan kepada massa, yaitu sejumlah
khalayak besar.
c. Pesan. Komunikasi massa merupakan milik umum , di mana setiap orang
dapat mengetahui pesan-pesan komunikasi massa di media-media massa, jadi
komunkasi massa dapat didengar dan dilihat oleh semua orang.
19
d. Proses. Ada 2 proses dalam komunikasi massa, yaitu (a) proses mengalirnya
pesan, yang pada dasarnya merupakan proses satu arah, (b) proses seleksi,
proses dua arah.
e. Konteks. Komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media
mempengaruhi konteks sosial dan konteks sosial mempengaruhi media.
2.1.5 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, yaitu: (Nurudin, 2007: 66-90)
1. Informasi.
Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam
komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi
ini adalah berita-berita yang disajikan. Fakta-fakta yang dicari wartawan di
lapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi.
Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta tersebut bisa diringkas dalam istilah 5W +
1H. Fungsi pers adalah melaporkan peristiwa di dalam masyarakat yang lebih
kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.
2. Hiburan
Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi
dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, karena masyarakat menjadikan
televisi sebagai media hiburan. Selain itu, Charles R.Wright membuat tabel
untuk memperjelas fungsi hiburan:
20
TABEL 2.1
Aktivitas Komunikasi Massa: Hiburan
Masyarakat
Fungsi
Disfungsi
Individu
Subkelompok Kebudayaan
tertentu
(Mis: Kel.
Politik)
Pelepasan lelah Pelepasan lelah
Memperluas
bagi
kekuasaan,
kelompokmengendalikan
kelompok
bidang
massa
kehidupan
Mengalihkan
Meningkatkan
Memperlepublik
kepastian,
mah estetik
menghindarkan meperendah
cita
“budaya
aksi sosial
rasa,
pop”
memungkinakan
pelarian/pengasinga
n diri
3. Persuasi
Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi
informasi dan hiburan. Banyak hal yang dibaca, didengar, dan dilihat khalayak
penuh dengan kepentingan persuasif. Menurut Josep A. Devito (1997) fungsi
persuasi dianggap sebagai fungsi paling penting dari komunikasi massa. Persuasi
bisa datang dari berbagai macam bentuk:
a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
b. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
d. Memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu.
Media massa juga mampu menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu hal
dan tidak berbuat hal lain. Selain itu, media massa dalam beberapa kasus dapat
21
menunjukkan sebuah etika, dimana menunjukkan etika yang baik dan mana yang
tidak baik.
4. Transmisi Budaya
Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling
luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat
dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai
dampak pada penerimaan individu. Transmisi budaya mengambil tempat dalam
dua tingkatan, kontemporer dan historis. Dalam tingkatan kontemporer, media
massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan
bibit perubahan secara terus-menerus. Sedangkan, secara historis umat manusia
telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk
membimbingnya ke masa depan.
5. Mendorong Kohesi Sosial
Di dalam fungsi ini, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu, dimana
media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa berceraiberai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang
memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media
massa itu mendorong kohesi sosial. Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton
mengatakan bahwa media juga mempunyai fungsi narcotising dysfunction (racun
pembius), yaitu dimana media massa tidak dikelola secara bijak atau bahkan
hanya mengejar keuntungan materi bisa menjadi “racun” bagi masyarakat.
6. Pengawasan
Menurut Laswel, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan yang
artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran infromasi mengenai
22
kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan dibagi menjadi
dua, yaitu pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental.
7. Korelasi
Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagianbagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya
dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai
komponen masyarakat. Sebuah berita disajikan oleh seorang reporter akan
menghubungkan antara narasumber dengan pembaca surat kabar. Menurut
Charles R. Wright fungsi korelasi juga termasuk menginterpretasikan pesan yang
menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadiankejadian.
8. Pewarisan Sosial
Menurut fungsi ini, media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang
menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan
atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari
satu generasi ke generasi selanjutnya. Jay Black dan Frederick C. Whitney
mengatakan fungsi pewarisan sosial dengan transmisi budaya. Menurut mereka,
transmisi budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai-nilai sosial
yang ada dalam masyarakat. Selain itu, media juga berperan untuk selalu
memperkenalkan ide-ide perubahan yang perlu dilakukan masyarakat secara
terus-menerus.
9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif
Komunikasi massa bisa menjadi sebuah alat untuk melawan kebebasan dan
kekuatan represif. Komunikasi massa berperan memberikan informasi, tetapi
23
informasi yang diungkapkan mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan
kemapanan. Diakui bahwa komunikasi massa juga bisa berperan untuk
memperkuat kekuasaan, tetapi bisa juga sebaliknya.
10. Menggugat Hubungan Trikotomi
Hubungan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang antara tiga pihak.
Dalam kajian komunikasi hubungan trikotomi melibatkan pemerintah, pers, dan
masyarakat, dimana ketiga pihak tersebut dianggap tidak pernah mencapai
sepakat karena perbedaan kepentingan masing-masing. Pemerintah memiliki
posisi yang paling berkuasa dan menentukan atas masyarakat dan pers.
Hubungan trikotomi tersebut tidak bersifat demokratis. Di dalam fungsi ini,
komunikasi massa melalui media massa memiliki tugas penting untuk mengubah
hubungan trikotomi yang tidak adil.
2.1.6 Efek Komunikasi Massa
Efek diartikan sebagai semua jenis perubahan yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah menerima sesuatu pesan komunikasi dari suatu sumber.
Perubahan yang dimaksud dapat meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan
perilaku nyata. Jenis dan sifat efek komunikasi massa terhadap khalayak
ditentukan oleh bekerjanya sejumlah faktor. Faktor-fakor tersebut, menurut
Wilbur Schramm adalah pesan, situasi, kepribadian audiens serta kelompok,
ketika audiens menjadi anggotanya. Menurut Bernard Berelson faktor-faktor itu
berupa jenis saluran komunikasi, persoalannya, orang yang menjadi sasaran serta
kondisi ketika komunikasi itu berlangsung (Wiryanto, 2000: 65).
24
Menurut Keith R. Stamm dan John E. Bowes, efek komunikasi massa dibagi
menjadi dua bagian dasar: (Nurudin, 2007: 206-213)
1. Efek Primer
Efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Secara sederhana,
efek primer terjadi jika ada orang yang mengatakan telah terjadi proses
komunikasi terhadap objek yang dilihatnya. Ketika sebuah pesan diterima
oleh audience dan menyita perhatiannya, terkadang masih sulit untuk
dimengerti. Sebagaimana komunikator dalam komunikasi antarpersona, ia
dapat langsung mengetahui bahwa pesannya tidak bisa dimengerti. Tetapi,
dalam komunikasi massa serimg kali komunikator tidak mengetahui apakah
pesannya bisa dimengerti atau tidak. Hal ini disebabkan umpan balik dalam
komunikasi massa sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk mengecek
apakah pesan yang disiarkan bisa dipahami. Untuk mengurangi dampak
ketidakpahaman, komunikator dalam komunikasi massa terkadang melakukan
berbagai cara untuk memahamkan pesan-pesannya. Bentuk penelitian yang
dilakukan agar pesan-pesan yang disampaikan saluran komunikasi massa bisa
dipahami adalah dengan menggunakan “formula menarik” (readability
formula) yang bisa digunakan unuk meramalkan seberapa jauh pemahaman
audience terhadap suatu pesan.
2. Efek Sekunder
Efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan
dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). Menurut
pendapat Swanson (1979) ide dasar yang melatarbelakangi efek ini adalah
bahwa “audience” aktif di dalam memanfaatkan media massa. Dimana
25
individu menggunakan isi media untuk memenuhi tujuan mereka di dalam
usaha menikmati media massa. Tujuan tersebut akan disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan individu masing-masing. Jika kebutuhan sudah
memenuhi saluran komunikasi massa, berarti individu mencapai tingkat
“kepuasan” (Keith R.Stamm dan John E. Bowes, 1990). Menurut John R.
Bittner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media
mempengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesanpesan media yang sampai pada dirinya.
Media yang mampu digunakan untuk komunikasi massa, yaitu media massa,
baik yang berupa media cetak, audio, audio visual, film dan media luar ruang.
Media adalah kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang berarti perantara.
Media massa adalah media yang mampu meraih banyak pembaca atau penonton
tanpa mengetahui identitasnya (Rosmawaty, 2010: 123-128).
1. Media Cetak
Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau
foto, dalam tata warna dan halaman putih. Fungsi utamanya, adalah memberi
informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal
yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang
jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dsb.
2. Media televisi
Mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1962, ketika Presiden Soekarno
menginstrusikann kepada Direktorat Perfilman Negara dan Direktur Teknik
26
Jawatan Radio untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games IV di
Jakarta.
3. Media Radio
Menurut David Lerner, The Passing of The Traditional Society, karena media
radio dalam perkembangannya sangat akrab dengan masyarakat tradisional
dan kaum muda. Media radio memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mampu menjangkau khalayak sasaran yang besar pada waktu yang
bersamaan.
b. Mampu menjangkau individu atau kelompok masyarakat yang hidup
terpencil dan terpencar-pencar seperti kehidupan masyarakat agraris pada
umumnya.
c. Cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi
mutakhir yang berguna.
d. Mengatasi berbagai kendala geografis.
e. Mudah dimengerti dan tidak memerlukan kemampuan membaca.
f. Tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi karena dapat didengar sambil
lalu.
2.1.7 Televisi
Media televisi merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu
rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan
diiringi unsur audio. Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam
bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin.
Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar dan suara dari suatu
27
tempat yang berjarak jauh. Secara khusus, media televisi memiliki beberapa
karakteristik, yaitu: (Sutisno, 1993: 1-3)
1. Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang
penglihatan dan pendengaran manusia.
2. Dapat menghadirkan objek yang kecil atau besar, berbahaya, atau yang langka.
3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.
4. Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.
5. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi, dan proses dengan baik.
6. Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain, seperti film, foto,
dan gambar dengan baik.
7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak menyebarluaskannya
dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan.
8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
9. Membangkitkan perasaan intim atau media personal.
Berdasarkan karakteristik tersebut, media televisi menyandang tiga fungsi
yang batas-batasnya tidak dapat dijelaskan secara tajam, yaitu sebagai wahana
hiburan, penyebaran informasi, dan pendidikan (Sutisno, 1993: 4).
28
GAMBAR 2.2
Fungsi Televisi
Hiburan
Pendidikan
Informasi
Saat ini media televisi populasinya semakin berkembang, hal tersebut
membuat media televisi menjadi media massa yang paling populer dibandingkan
dengan media massa lainnya. Beberapa aspek yang menjelaskan mengapa televisi
begitu populer: (Surbakti, 2008: 55-57)
1. Tidak perlu meninggalkan rumah
Menonton televisi tidak perlu meninggalkan rumah sehingga tidak perlu
menyediakan waktu khusus.
2. Praktis
Saat ini tersedia pesawat televisi dalam berbagai model dengan harga yang
pasti terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, pesawat televisi mudah
dioperasikan tanpa perlu belajar terlebih dahulu sehingga siapa pun mampu
mengoperasikan.
29
3. Menonton bersama-sama dengan keluarga
Karena pesawat televisi berada di rumah, maka menonton televisi bisa
dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain sehingga bisa
meningkatkan keakraban antara sesama anggota keluarga.
4. Saluran mudah diganti
Televisi memiliki banyak saluran yang mudah dipindah-pindah setiap saat. Jika
penonton merasa jenuh atau tidak suka dengan tayangan yang sedang
berlangsung, dengan mudah ia dapat memindahkan ke saluran yang
menayangkan acara lain.
5. Menonton dengan orang yang dikenal
Media televisi menawarkan suasan lain, yakni seseorang menonton dengan
orang yang dikenalnya.
6. Menyajikan berbagai informasi
Televisi tidak hanya menyajikan hiburan yang menarik, tetapi juga
menayangkan berbagai informasi terbaru secara cepat sehingga mendorong
penontonnya untuk selalu memiliki pengetahuan yang up to date.
7. Tidak menuntut persyaratan formal
Tidak ada aturan formal yang harus diikuti ketika menonton tayangan televisi
di rumah. Seseorang bebas menentukan posisinya apakah duduk santai sambil
menikmati hidangan ringan, atau sambil tiduran.
8. Ruangan yang terang
Menonton televisi selalu berada di dalam ruangan yang terang. Ruangan yang
terang tentu saja jauh lebih nyaman dan memberikan suasana bersahabat dan
30
santai dibandingkan dengan ruangan gelap sebagaimana layaknya menonton di
gedung bioskop.
9. Tidak memerlukan syarat baca-tulis
Keistimewaan lain media televisi adalah tidak perlu mempersyaratkan
penontonnya untuk harus bisa baca-tulis.
Bila melihat apa saja tayangan televisi yang banyak ditayangkan di
Indonesia, secara seksama bisa ditarik garis besar tayangan yang banyak
ditayangkan sebagai berikut: (Badjuri, 2010: 13)
1. Infotainmen, tayangan mengenai gossip dan membahas problematika para
artis dan gaya hidupnya yang cenderung mewah dan ala socialite adalah
suatu hal yang menarik.
2. Games, acara ini cenderung ditayangkan pada malam hari. Dengan berbagai
konsep dan format.
3. Sinetron, acara televisi saat ini didominasi oleh tayangan sinetron yang
ditayangkan hampir seluruh stasiun televisi swasta.
4. Reality show, saat ini reality show juga telah menjadi primadona tayangan
televisi. Tayangan ini mengungkapkan banyak realita yang terjadi di
masyarakat dan menggugah kepedulian dan kesadaran social para
penontonnya.
5. Acara dan tayangan yang berbau mistis, goyang dangdut, dan lainnya.
Televisi telah membuktikan bahwa dirinya sebagai media komunikasi yang
paling efektif untuk menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa kecuali.
Kemampuannya untuk mengatasi jarak, ruang, dan waktu tidak perlu diragukan
31
dan sampai saat ini tidak tertandingi oleh media lain. Kemampuan televisi dalam
hal menyampaikan informasi dan hiburan sangat hebat (Surbakti, 2008: 58).
Menurut, Mursito BM dalam jurnalnya Konstruksi Realitas dalam (Bahasa)
Media, bahwa rata-rata televisi swasta menggunakan logika pasar, yang
menganggap bahwa sebuah program sebagai komoditas, dan penonton sebagai
konsumen, serta bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Selera masyarakat
didefinisikan sebagai pasar. Konsekuensi dari orientasi ke pasar ini diterima oleh
“kebudayaan”, yang dikonsepsikan sebagai budaya massa, yang membawa
pergeseran epistimologinya. (BM, 2007: 31).
Menurut, N.R.A Candra dalam jurnalnya Perkembangan Media Penyiaran
Televisi. Menjadikan Televisi Sebagai Kebudayaan Masyarakat, televisi sebagai
salah satu bentuk media massa dengan kelebihan yang dimiliki kemudian tidak
menjadi saingan dari media massa lainnya. Pada awlanya televisi menawarkan
sebuah program yang disaksikan penonton yang selanjutnya mereka akan menjadi
penilai terhadap program yang ditayangkan. Apabila program acara diminati maka
program tersebut mengandung informasi atau sesuatu nilai tersendiri bagi khalayak
(Candra, 2010: 193-195).
2.1.8 Infotainmen
Menurut Oxford English Dictionary, infotainmen adalah materi broadcast
yang
bertujuan
untuk
menghibur
dan
juga
menginformasikan.
Konsep infotainmen adalah melayani hiburan masyarakat melalui informasiinformasi yang menarik (Thussu, 2007: 8).
32
Infotainmen dari kalimatnya dapat dilihat yaitu penggabungan dua kata:
information dan entertainment menjadi infotainment, yang artinya kurang lebih
informasi yang disajikan dengan gaya menghibur. Infotainmen disukai oleh orang
tua dan muda, ibu-ibu dan remaja. Infotainmen memiliki prestasi yang luarbiasa
karena keakuratan penggalian datanya yang terbukti baik. Fakta-fakta yang digali
oleh infotainmen demikian dalam dan akurat (Badjuri, 2010: 172-173).
Program siaran infotainmen termasuk program siaran format baru yang berisi
informasi promosi dagang dunia hiburan, yang dibuat sangat ringan, menghibur,
dan menarik. Termasuk di dalamnya adalah pengemasan yang menyertakan bahan
animasi atau trik (Soenarto, 2007: 62).
2.1.9 Konsep Minat
2.1.9.1 Pengertian Minat
Hakikat minat adalah sangat bersifat pribadi dan oleh karenanya minat
sangat berbeda dari waktu ke waktu, tetapi beberapa upaya telah di kembangkan
untuk mengkategorisasikan minat yang akan bermanfaat untuk tuntutan dalam
menemukan minat khusus seseorang (Sarwono, 2006: 58).
Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan derajat yang lebih
tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan
titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi
komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya
keputusan (decission), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action)
sebagaimana diharapkan komunikator (Sarwono, 2006: 66).
33
Menurut Sarwono menyebutkan bahwa interest atau minat diartikan
sebagai berikut: (Sarwono, 2006: 70).
a. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada
perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek
minatnya.
b. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu
berharga atau berharga atau berarti bagi individu.
c. Suatu keadaan motivasi atau set motivasi yang menuntut tingkah laku
menuju satu arah tertentu.
2.9.1.2 Faktor Timbulnya Minat
Berdasarkan teori ”Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer,
bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya
individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini pada gilirannya akan
mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek,subjek
atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak
suka kepada objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya.
Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu (menolak menerima). Jika ia
menerima berarti ia berminat, dan jika menolak berarti ia tidak berminat
(Sarwono, 2003: 71).
Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari tiga
faktor (Sarwono, 2003: 76) :
a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat
34
seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian
ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang.
b. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan
dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk
mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk
memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.
c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.
Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat
meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat
seseorang.
2.9.1.3 Aspek – Aspek atau Kategori Minat
Atkinson dan Hilgard (1976) mengemukakan bahwa minat termasuk dalam
taksonomi afektif (istilah dari Bloom). Taksonomi afektif Bloom ini meliputi
lima kategori (Atkinson,Hilgard, 1996: 89) :
1. Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan untuk
menerima perhatian yang terpilih. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana
penonton menerima isi program yang berupa presenter, dan topik.
2. Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk
menanggapi kemauan dan kepuasan.
3. Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan dan
komitmen terhadap nilai – nilai tertentu.
4. Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan
pengorganisasian terhadap nilai.
35
5. Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan
pemasyarakatan nilai.
Di dalam penelitian, dimensi yang digunakan adalah minat. Di dalam
penelitian yang dimaksud “Minat” adalah minat menonton pemirsa terhadap
tayangan infotainmen “Cek & Ricek” di RCTI.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Uses and Gratifications
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Eliha Katz,
dimana teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif dalam
memilih dan menggunakan media. Dengan kata lain, pengguna media memainkan peran
aktif dalam memilih dan menggunakan media, dimana pengguna media berusaha untuk
mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya
(Nurudin, 2007: 191-192).
Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi
dalam melihat media massa, dimana manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk
memperlakukan media. Teoretikus kegunaan dan gratifikasi menganggap orang aktif
karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk
mencapai tujuan komunikasi.
Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk memahami
kapan dan bagaimana konsumen media individu menjadi lebih atau kurang aktif dan
konsekuensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun. Banyak asumsi kegunaan
dan gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh para pencetus pendktan ini (katz, blumler, &
36
guretvitch, 1974). Mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar teori ini: (West
& Turner, 2008: 104)
‐
Khalayak aktif dan pengguna medianya berorientasi pada tujuan
‐
Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu
terdapat pada anggota khalayak.
‐
Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan
‐
Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat,
dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai
kegunaan tersebut kepada para peneliti.
‐
Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.
Teori uses and gratification seperti dirintis oleh Jack M. Leod dan Lee B. Becker
(1981:69) memberikan penekanan pada kecenderungan audien yang aktif dalam
mengkonsumsi media, yakni bahwa the person follows his/her interests, choosing media
content according to needs and synthesize content to satisfy rhose/those needs (Pawito,
2007: 207).
Teori ini merupakan kebalikan dar teori peluru, dimana dala teori peluru media
sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di pihak yang pasif. Teori
uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat
media massa, dimana manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan
media (Nurudin, 2007: 192).
Teori ini mendasarkan asumsinya pada gagasan bahwa konsumen atau audiens
media bersifat aktif. Hal ini berarti adanya sifat sukarela sera pilihan selektif audiens
terhadap proses komunikasi. Jay G. Blumler (1979) mengemukakan sejumlah gagasan
menggunakan media, yang mencakup: (Morissan, Wardhani, Hamid, 2010: 80-81)
37
1. Kegunaan: media memiliki kegunaan dan orang dapat memanfaatkan kegunaan
media.
2. Kehendak: motivasi menentukan konsumsi media, dimana ketika orang
membutuhkan hiburan dari televisi maka mereka mencari program komedi.
3. Seleksi: penggunaan media oleh audiens mencerminkan ketertarikan atau
preferensinya.
4. Tidak terpengaruh hingga terpengaruh: audiens menciptakan makna terhadap isi
media yang akan mempengaruhi apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun
mereka juga secara aktif sering menghindar terhadap jenis pengaruh media
tertentu.
Schramm berusaha menegaskan bahwa audiens media massa menilai tingkat
hasil (level of reward) atau kepuasan (gratification) yang mereka harapkan dari media
dan pesan yang disampaikan dengan cara membandingkannya dengan banyaknya
pengorbanan yang harus diberikan untuk mendapatkan hasil (Morissan, Wardhani,
Hamid, 2010: 83).
Teori uses and gratifications mendapat pijakan yang semakin kokoh dengan
munculnya teori hierarki kebutuhan dan motivasi dari Abraham Maslow (1970).
38
GAMBAR 2.3
Uses and Gratification Model
Sumber: Richard West & Lynn H. Turner, 2004: 394 Teori hierarki kebutuhan dan motivasi menyatakan bahwa orang akan selalu
berupaya secara aktif untuk memuaskan hierarki kebutuhannya, dan orang yang berhasil
mencapai satu tingkatan pada hierarki akan berupaya mencapai tingkatan yang lebih
tinggi. Berdasarkan gagasan Maslow, bahwa manusia secara aktif mencari segala hal
yang dapat memenuhi kebutuhannya sangat sesuai dengan gagasan dari Katz, Blumler,
dan Gurevitch mengenai bagaimana orang mengkonsumsi komunikasi massa. Manusia
dapat dan secara aktif ikut serta dalam proses komunikasi massa (Morissan, Wardhani,
Hamid , 2010: 83-84).
39
Teori uses and gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat
dalam bagan dibawah ini.
Lingkunga
n Sosial
1. Ciri-ciri
demograf
is
2. Afiliasi
kelompo
k
3. Ciri-ciri
Sumber pemuasan
kebutuhan yang
berhubungan dengan
non media:
1. Keluarga, temanteman
2. Komunikasi
interpersonal
3. Hobi
4. Tidur
Kebutuhan
Khalayak
1. Kognitif
2. Afektif
3. Integratif
personal
4. Integratif
sosial
5. Pelepasan
keteganga
n
Penggunaan
media massa:
1. Jenis-jenis
media SK,
majalah,
radio, TV
dan film
2. Isi media
3. Terpaan
media
4. Konteks
sosial dan
terpaan
media
Pemuasan
media
(fungsi):
1. Pengamatan
lingkungan
2. Diversi/hib
uran
3. Identitas
personal
4. Hubungan
sosial.
Penjelasan: (Nurudin, 2007: 194-195).
1. Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini
didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga
memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.
40
2. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional.
3. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual.
4. Kebutuhan secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
kontak dengan keluarga, teman, dan dunia.
5. Kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya
menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.
Teori uses and gratifications memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu:
(Baran & Davis, 2009: 242 ). TABEL 2.2
Kelebihan dan Kelemahan Uses and Gratifications
Kelebihan
Kelemahan
1. Perhatian fokus pada individu Mengandalkan analisis fungsional, yang
dalam proses komunikasi massa.
dapat menciptakan bias terhadap status
quo.
2. Menghormati
kecerdasan
dan Tidak dapat dengan mudah mengetahui
kemampuan konsumen media
ada atau tidak adanya efek.
3. Menyediakan analisis mendalam Terlalu banyak konsep kunci dikritik
tentang bagaimana pengalaman sebagai sesuatu yang tidak dapat diukur.
seseorang terhadap suatu konten
media.
41
4. Membedakan
pengguna
aktif Terlalu berorientasi pada tingkat mikro
media dengan pengguna pasif
media.
5. Studi penggunaan media sebagai
bagian dari interaksi sosial.
6. Menyediakan
informasi
bermanfaat tentang adaptasi media
baru
2.2.2 Hipotesis
1. Hipotesis Teori
Berdasarkan teori Uses and Gratifications, berasumsi bahwa jika isi media dapat
memenuhi kebutuhan khalayak, maka khalayak akan memberikan gratifikasi
sesuai dengan fungsi media yang didapat oleh khalayak dari media tersebut.
2. Hipotesis Penelitian
Didalam penelitian tentang Efektifitas Konten Program “Cek & Ricek” terhadap
minat menonton khalayak mempunyai hipotesis
“Semakin menarik content
program dari program “Cek & Ricek” yang terdiri dari presenter dan topik yang
dibahas, maka akan semakin tinggi minat menonton khalayak”.
3. Hipotesis Statistik
Ha : R2 > 0
H0 : R2 < 0
Ha: Ada pengaruh content program terhadap minat menonton khalayak
42
Ho: Taka ada pengaruh content program terhadap minat menonton khalayak
2.2.3 Model Analisis
Content Program:
‐ Presenter
‐ Topik
Minat
Menonton
Khalayak
X
Y
Variabel Bebas (X) adalah Content Program dalam Program Cek & Ricek
Variabel Terikat (Y) adalah Minat Menonton Khalayak
Download