BAB 2 LANDASAN TEORI Menyangkut permasalahan diatas, maka peneliti menggunakan beberapa kerangka pemikiran di dalam penelitian ini. 2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Teori Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, communicare yang berarti “membuat sama”. Istilah communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang sama. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna, atau pesan dianut secara sama (Mulyana, 2007: 46). Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masingmasing. Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar, sebagai berikut: (Wiryanto, 2004: 5-7) 1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996: 4) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. 2. Hoveland (1948: 371) mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain. 8 9 3. Gode (1969: 5) memberi pengertian mengenai komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang. 4. Raymond S. Ross (1938: 8) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. 5. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981: 18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. 6. Shannon dan Weaver (1949) komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspersi muka, lukisan, seni dan teknologi. Frank dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality), dimana sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja, sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat ini. Dimensi ketiga adalah penilaian normative, dimana sebagian definisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan (Mulyana, 2007: 60-61). 10 Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mendapat saling pengertian (mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan pesan atau informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi (Suprapto, 2009: 5). Dalam setiap transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen yang lain, dimana elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen, masing-masing komponen saling mengait dengan komponen yang lain. Dalam aplikasinya, langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut: (Suprapto, 2009: 7-8) GAMBAR 2.1: Proses Komunikasi IDE ENCODING PENGIRIMAN DECODING BALIKAN 11 1. Langkah pertama, ide atau gagasan diciptakan oleh sumber atau komunikator. 2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialihbentukan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan. 3. Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran atau media yang sesuai dengan karakteristik lambang-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan. 4. Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut. 5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator. Pendapat lain tentang proses komunikasi adalah dari Cutlip dan Center yang menjelaskan tentang tahapan proses komunikasi, yaitu: (Rosmawaty, 2010: 23-24) a. Fact finding, adalah mencari dan mengumpulkan fakta yang dapat digunakan sebagai data atau informasi untuk melakukan kegiatan komunikasi. b. Planning, suatu upaya merencanakan atau membuat rencana tentang beberapa hal, baik tentang isi pesan yang akan disampaikan, cara mengkomunikasikannya. c. Communicating, adalah kegiatan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal, baik bermedia maupun secara tatap muka. d. Evaluation, suatu upaya mengevaluasi, menilai dan menganalisis kembali kegiatan komunikasi yang telah dilakukan, sedang dilakukan maupun sebagai evaluasi untuk kegiatan komunikasi berikutnya. Wilbur Schramm mengatakan bahwa untuk terjadinya proses komunikasi paling sedikit harus memiliki 3 unsur komunikasi, yaitu komunikator, pesan, dan 12 komunikan. Sedangkan menurut Harold D. Laswell, mengatakan bahwa ada 5 unsur komunikasi, yaitu: (Suprapto, 2009: 9) - Who, yaitu berkenaan dengan siapa yang mengatakan. - Says What, yaitu berkenaan dengan menyatakan apa. - In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa. - To Whom, yaitu berkenaan dengan ditujukan kepada siapa. - With What Effect, yaitu berkenaan dengan pengaruh apa. Berdasarkan unsur-unsur Laswell tersebut, maka terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadi proses komunikasi, yaitu: - Komunikator - Pesan - Media - Komunikan - Pengaruh 2.1.2 Konteks-Konteks Komunikasi Secara luas konteks berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat fisik; kedua, aspek psikologi; ketiga, aspek sosial; keempat, aspek waktu. Menurut Verderber, konteks komunikasi terdiri dari: konteks fisik, konteks sosial, konteks histori, konteks psikologis, dan konteks kultural (Mulyana, 2007: 77-78). Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah, beberapa konteks komunikasi, yaitu: (Mulyana, 2007: 78-84) 13 1. Komunikasi intrapribadi Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. 2. Komunikasi antarpribadi Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. 3. Komunikasi kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda. Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil, jadi bersifat tatap-muka. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. 14 4. Komunikasi publik Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang, yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. 5. Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi publik. 6. Komunikasi massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak atau elektronik, berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat. 2.1.3 Tujuan Komunikasi dan Fungsi Komunikasi Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi bagi kehidupan sehari-hari. Ada beberapa pendapat tentang tujuan komunikasi, antara lain sebagai berikut: (Rosmawaty, 2010: 30-31) 15 a. Mengubah sikap. b. Mengubah opini/pendapat/pandangan. c. Mengubah perilaku. d. Mengubah masyarakat. e. Untuk meyakinkan bahwa pesan kita dimengerti. f. Untuk memastikan pesan kita menghasilkan pengaruh sesuai harapan. g. Memastikan bahwa pesan kita pantas atau layak. Komunikasi memiliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai berikut: (Rosmawaty, 2010: 31) a. Menginformasikan b. Mendidik c. Menghibur d. Mempengaruhi e. Sebagai sosialisasi f. Sebagai motivasi g. Sebagai pendidikan h. Sebagai pengembangan kebudayaan i. Sebagai integrasi 2.1.4 Teori Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat-alat komunikasi massa atau lebih 16 populer dengan nama media massa, yang meliputi semua saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan, audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang relatif tinggi (Wiryanto, 2000: 1-2). Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekedar “orang banyak”, seperti orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat atau yang sedang bersama-sama berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api. Massa diartikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran” (Berlo, 1960). Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada komunikan yang berjumlah banyak, heterogen, tidak dikenal, atau ditujukan kepada masyarakat umum, dan proses komunikasinya dilakukan melalui media yang mampu digunakan untuk komunikasi massa, yaitu media massa, baik yang berupa media cetak, audio visual, film, dan media luar ruang (Barata, 2000: 107). Komunikasi massa memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: (Nurudin: 2007. Hal 1932) 1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga yaitu komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang, dimana gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber 17 informasi. Di dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya komponenkomponen itu saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterdependensi secara keseluruhan. 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen yaitu penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama. 3. Pesannya bersifat umum yaitu pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukkan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Pesanpesannya ditujukan pada khalayak yang plural, dimana pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. 4. Komunikasinya berlangsung satu arah, dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya. Komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik yang sifatnya tertunda atau tidak langsung. Dalam komunikasi massa ada komunikasi dua arah, sebisa mungkin komunikan tersebut harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah. 5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan, dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Harapan komunikator dalam komunikasi massa, pesan tetap ingin dinikmati secara bersamaan oleh para pembacanya. 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis, media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar 18 untuk media elektronik. Peralatan teknis merupakan sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa. Tidak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar. 7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper, yaitu orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film/surat kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga rubrik, kameramen, sutradara, dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahanbahan yang akan dikemas dalam pesan-pesan dari media massa masingmasing. Menurut Joseph A. Devito, komunikasi massa dapat didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada lima variabel yang terkandung pada setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini bekerja pada media massa, sebagai berikut: (Rosmawaty, 2010: 116) a. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan. b. Khalayak. Komunikasi massa ditujukan kepada massa, yaitu sejumlah khalayak besar. c. Pesan. Komunikasi massa merupakan milik umum , di mana setiap orang dapat mengetahui pesan-pesan komunikasi massa di media-media massa, jadi komunkasi massa dapat didengar dan dilihat oleh semua orang. 19 d. Proses. Ada 2 proses dalam komunikasi massa, yaitu (a) proses mengalirnya pesan, yang pada dasarnya merupakan proses satu arah, (b) proses seleksi, proses dua arah. e. Konteks. Komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial dan konteks sosial mempengaruhi media. 2.1.5 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, yaitu: (Nurudin, 2007: 66-90) 1. Informasi. Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta tersebut bisa diringkas dalam istilah 5W + 1H. Fungsi pers adalah melaporkan peristiwa di dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. 2. Hiburan Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, karena masyarakat menjadikan televisi sebagai media hiburan. Selain itu, Charles R.Wright membuat tabel untuk memperjelas fungsi hiburan: 20 TABEL 2.1 Aktivitas Komunikasi Massa: Hiburan Masyarakat Fungsi Disfungsi Individu Subkelompok Kebudayaan tertentu (Mis: Kel. Politik) Pelepasan lelah Pelepasan lelah Memperluas bagi kekuasaan, kelompokmengendalikan kelompok bidang massa kehidupan Mengalihkan Meningkatkan Memperlepublik kepastian, mah estetik menghindarkan meperendah cita “budaya aksi sosial rasa, pop” memungkinakan pelarian/pengasinga n diri 3. Persuasi Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak hal yang dibaca, didengar, dan dilihat khalayak penuh dengan kepentingan persuasif. Menurut Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk: a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang. b. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang. c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. d. Memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu. Media massa juga mampu menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu hal dan tidak berbuat hal lain. Selain itu, media massa dalam beberapa kasus dapat 21 menunjukkan sebuah etika, dimana menunjukkan etika yang baik dan mana yang tidak baik. 4. Transmisi Budaya Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis. Dalam tingkatan kontemporer, media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara terus-menerus. Sedangkan, secara historis umat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan. 5. Mendorong Kohesi Sosial Di dalam fungsi ini, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu, dimana media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa berceraiberai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa itu mendorong kohesi sosial. Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton mengatakan bahwa media juga mempunyai fungsi narcotising dysfunction (racun pembius), yaitu dimana media massa tidak dikelola secara bijak atau bahkan hanya mengejar keuntungan materi bisa menjadi “racun” bagi masyarakat. 6. Pengawasan Menurut Laswel, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan yang artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran infromasi mengenai 22 kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental. 7. Korelasi Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagianbagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Sebuah berita disajikan oleh seorang reporter akan menghubungkan antara narasumber dengan pembaca surat kabar. Menurut Charles R. Wright fungsi korelasi juga termasuk menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadiankejadian. 8. Pewarisan Sosial Menurut fungsi ini, media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Jay Black dan Frederick C. Whitney mengatakan fungsi pewarisan sosial dengan transmisi budaya. Menurut mereka, transmisi budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Selain itu, media juga berperan untuk selalu memperkenalkan ide-ide perubahan yang perlu dilakukan masyarakat secara terus-menerus. 9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif Komunikasi massa bisa menjadi sebuah alat untuk melawan kebebasan dan kekuatan represif. Komunikasi massa berperan memberikan informasi, tetapi 23 informasi yang diungkapkan mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan kemapanan. Diakui bahwa komunikasi massa juga bisa berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi bisa juga sebaliknya. 10. Menggugat Hubungan Trikotomi Hubungan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang antara tiga pihak. Dalam kajian komunikasi hubungan trikotomi melibatkan pemerintah, pers, dan masyarakat, dimana ketiga pihak tersebut dianggap tidak pernah mencapai sepakat karena perbedaan kepentingan masing-masing. Pemerintah memiliki posisi yang paling berkuasa dan menentukan atas masyarakat dan pers. Hubungan trikotomi tersebut tidak bersifat demokratis. Di dalam fungsi ini, komunikasi massa melalui media massa memiliki tugas penting untuk mengubah hubungan trikotomi yang tidak adil. 2.1.6 Efek Komunikasi Massa Efek diartikan sebagai semua jenis perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah menerima sesuatu pesan komunikasi dari suatu sumber. Perubahan yang dimaksud dapat meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata. Jenis dan sifat efek komunikasi massa terhadap khalayak ditentukan oleh bekerjanya sejumlah faktor. Faktor-fakor tersebut, menurut Wilbur Schramm adalah pesan, situasi, kepribadian audiens serta kelompok, ketika audiens menjadi anggotanya. Menurut Bernard Berelson faktor-faktor itu berupa jenis saluran komunikasi, persoalannya, orang yang menjadi sasaran serta kondisi ketika komunikasi itu berlangsung (Wiryanto, 2000: 65). 24 Menurut Keith R. Stamm dan John E. Bowes, efek komunikasi massa dibagi menjadi dua bagian dasar: (Nurudin, 2007: 206-213) 1. Efek Primer Efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Secara sederhana, efek primer terjadi jika ada orang yang mengatakan telah terjadi proses komunikasi terhadap objek yang dilihatnya. Ketika sebuah pesan diterima oleh audience dan menyita perhatiannya, terkadang masih sulit untuk dimengerti. Sebagaimana komunikator dalam komunikasi antarpersona, ia dapat langsung mengetahui bahwa pesannya tidak bisa dimengerti. Tetapi, dalam komunikasi massa serimg kali komunikator tidak mengetahui apakah pesannya bisa dimengerti atau tidak. Hal ini disebabkan umpan balik dalam komunikasi massa sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk mengecek apakah pesan yang disiarkan bisa dipahami. Untuk mengurangi dampak ketidakpahaman, komunikator dalam komunikasi massa terkadang melakukan berbagai cara untuk memahamkan pesan-pesannya. Bentuk penelitian yang dilakukan agar pesan-pesan yang disampaikan saluran komunikasi massa bisa dipahami adalah dengan menggunakan “formula menarik” (readability formula) yang bisa digunakan unuk meramalkan seberapa jauh pemahaman audience terhadap suatu pesan. 2. Efek Sekunder Efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). Menurut pendapat Swanson (1979) ide dasar yang melatarbelakangi efek ini adalah bahwa “audience” aktif di dalam memanfaatkan media massa. Dimana 25 individu menggunakan isi media untuk memenuhi tujuan mereka di dalam usaha menikmati media massa. Tujuan tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan individu masing-masing. Jika kebutuhan sudah memenuhi saluran komunikasi massa, berarti individu mencapai tingkat “kepuasan” (Keith R.Stamm dan John E. Bowes, 1990). Menurut John R. Bittner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesanpesan media yang sampai pada dirinya. Media yang mampu digunakan untuk komunikasi massa, yaitu media massa, baik yang berupa media cetak, audio, audio visual, film dan media luar ruang. Media adalah kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang berarti perantara. Media massa adalah media yang mampu meraih banyak pembaca atau penonton tanpa mengetahui identitasnya (Rosmawaty, 2010: 123-128). 1. Media Cetak Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto, dalam tata warna dan halaman putih. Fungsi utamanya, adalah memberi informasi dan menghibur. Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dsb. 2. Media televisi Mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1962, ketika Presiden Soekarno menginstrusikann kepada Direktorat Perfilman Negara dan Direktur Teknik 26 Jawatan Radio untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta. 3. Media Radio Menurut David Lerner, The Passing of The Traditional Society, karena media radio dalam perkembangannya sangat akrab dengan masyarakat tradisional dan kaum muda. Media radio memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mampu menjangkau khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan. b. Mampu menjangkau individu atau kelompok masyarakat yang hidup terpencil dan terpencar-pencar seperti kehidupan masyarakat agraris pada umumnya. c. Cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi mutakhir yang berguna. d. Mengatasi berbagai kendala geografis. e. Mudah dimengerti dan tidak memerlukan kemampuan membaca. f. Tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi karena dapat didengar sambil lalu. 2.1.7 Televisi Media televisi merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio. Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar dan suara dari suatu 27 tempat yang berjarak jauh. Secara khusus, media televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (Sutisno, 1993: 1-3) 1. Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang penglihatan dan pendengaran manusia. 2. Dapat menghadirkan objek yang kecil atau besar, berbahaya, atau yang langka. 3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton. 4. Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu. 5. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi, dan proses dengan baik. 6. Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain, seperti film, foto, dan gambar dengan baik. 7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak menyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan. 8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan. 9. Membangkitkan perasaan intim atau media personal. Berdasarkan karakteristik tersebut, media televisi menyandang tiga fungsi yang batas-batasnya tidak dapat dijelaskan secara tajam, yaitu sebagai wahana hiburan, penyebaran informasi, dan pendidikan (Sutisno, 1993: 4). 28 GAMBAR 2.2 Fungsi Televisi Hiburan Pendidikan Informasi Saat ini media televisi populasinya semakin berkembang, hal tersebut membuat media televisi menjadi media massa yang paling populer dibandingkan dengan media massa lainnya. Beberapa aspek yang menjelaskan mengapa televisi begitu populer: (Surbakti, 2008: 55-57) 1. Tidak perlu meninggalkan rumah Menonton televisi tidak perlu meninggalkan rumah sehingga tidak perlu menyediakan waktu khusus. 2. Praktis Saat ini tersedia pesawat televisi dalam berbagai model dengan harga yang pasti terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, pesawat televisi mudah dioperasikan tanpa perlu belajar terlebih dahulu sehingga siapa pun mampu mengoperasikan. 29 3. Menonton bersama-sama dengan keluarga Karena pesawat televisi berada di rumah, maka menonton televisi bisa dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain sehingga bisa meningkatkan keakraban antara sesama anggota keluarga. 4. Saluran mudah diganti Televisi memiliki banyak saluran yang mudah dipindah-pindah setiap saat. Jika penonton merasa jenuh atau tidak suka dengan tayangan yang sedang berlangsung, dengan mudah ia dapat memindahkan ke saluran yang menayangkan acara lain. 5. Menonton dengan orang yang dikenal Media televisi menawarkan suasan lain, yakni seseorang menonton dengan orang yang dikenalnya. 6. Menyajikan berbagai informasi Televisi tidak hanya menyajikan hiburan yang menarik, tetapi juga menayangkan berbagai informasi terbaru secara cepat sehingga mendorong penontonnya untuk selalu memiliki pengetahuan yang up to date. 7. Tidak menuntut persyaratan formal Tidak ada aturan formal yang harus diikuti ketika menonton tayangan televisi di rumah. Seseorang bebas menentukan posisinya apakah duduk santai sambil menikmati hidangan ringan, atau sambil tiduran. 8. Ruangan yang terang Menonton televisi selalu berada di dalam ruangan yang terang. Ruangan yang terang tentu saja jauh lebih nyaman dan memberikan suasana bersahabat dan 30 santai dibandingkan dengan ruangan gelap sebagaimana layaknya menonton di gedung bioskop. 9. Tidak memerlukan syarat baca-tulis Keistimewaan lain media televisi adalah tidak perlu mempersyaratkan penontonnya untuk harus bisa baca-tulis. Bila melihat apa saja tayangan televisi yang banyak ditayangkan di Indonesia, secara seksama bisa ditarik garis besar tayangan yang banyak ditayangkan sebagai berikut: (Badjuri, 2010: 13) 1. Infotainmen, tayangan mengenai gossip dan membahas problematika para artis dan gaya hidupnya yang cenderung mewah dan ala socialite adalah suatu hal yang menarik. 2. Games, acara ini cenderung ditayangkan pada malam hari. Dengan berbagai konsep dan format. 3. Sinetron, acara televisi saat ini didominasi oleh tayangan sinetron yang ditayangkan hampir seluruh stasiun televisi swasta. 4. Reality show, saat ini reality show juga telah menjadi primadona tayangan televisi. Tayangan ini mengungkapkan banyak realita yang terjadi di masyarakat dan menggugah kepedulian dan kesadaran social para penontonnya. 5. Acara dan tayangan yang berbau mistis, goyang dangdut, dan lainnya. Televisi telah membuktikan bahwa dirinya sebagai media komunikasi yang paling efektif untuk menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa kecuali. Kemampuannya untuk mengatasi jarak, ruang, dan waktu tidak perlu diragukan 31 dan sampai saat ini tidak tertandingi oleh media lain. Kemampuan televisi dalam hal menyampaikan informasi dan hiburan sangat hebat (Surbakti, 2008: 58). Menurut, Mursito BM dalam jurnalnya Konstruksi Realitas dalam (Bahasa) Media, bahwa rata-rata televisi swasta menggunakan logika pasar, yang menganggap bahwa sebuah program sebagai komoditas, dan penonton sebagai konsumen, serta bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Selera masyarakat didefinisikan sebagai pasar. Konsekuensi dari orientasi ke pasar ini diterima oleh “kebudayaan”, yang dikonsepsikan sebagai budaya massa, yang membawa pergeseran epistimologinya. (BM, 2007: 31). Menurut, N.R.A Candra dalam jurnalnya Perkembangan Media Penyiaran Televisi. Menjadikan Televisi Sebagai Kebudayaan Masyarakat, televisi sebagai salah satu bentuk media massa dengan kelebihan yang dimiliki kemudian tidak menjadi saingan dari media massa lainnya. Pada awlanya televisi menawarkan sebuah program yang disaksikan penonton yang selanjutnya mereka akan menjadi penilai terhadap program yang ditayangkan. Apabila program acara diminati maka program tersebut mengandung informasi atau sesuatu nilai tersendiri bagi khalayak (Candra, 2010: 193-195). 2.1.8 Infotainmen Menurut Oxford English Dictionary, infotainmen adalah materi broadcast yang bertujuan untuk menghibur dan juga menginformasikan. Konsep infotainmen adalah melayani hiburan masyarakat melalui informasiinformasi yang menarik (Thussu, 2007: 8). 32 Infotainmen dari kalimatnya dapat dilihat yaitu penggabungan dua kata: information dan entertainment menjadi infotainment, yang artinya kurang lebih informasi yang disajikan dengan gaya menghibur. Infotainmen disukai oleh orang tua dan muda, ibu-ibu dan remaja. Infotainmen memiliki prestasi yang luarbiasa karena keakuratan penggalian datanya yang terbukti baik. Fakta-fakta yang digali oleh infotainmen demikian dalam dan akurat (Badjuri, 2010: 172-173). Program siaran infotainmen termasuk program siaran format baru yang berisi informasi promosi dagang dunia hiburan, yang dibuat sangat ringan, menghibur, dan menarik. Termasuk di dalamnya adalah pengemasan yang menyertakan bahan animasi atau trik (Soenarto, 2007: 62). 2.1.9 Konsep Minat 2.1.9.1 Pengertian Minat Hakikat minat adalah sangat bersifat pribadi dan oleh karenanya minat sangat berbeda dari waktu ke waktu, tetapi beberapa upaya telah di kembangkan untuk mengkategorisasikan minat yang akan bermanfaat untuk tuntutan dalam menemukan minat khusus seseorang (Sarwono, 2006: 58). Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decission), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator (Sarwono, 2006: 66). 33 Menurut Sarwono menyebutkan bahwa interest atau minat diartikan sebagai berikut: (Sarwono, 2006: 70). a. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya. b. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berharga atau berarti bagi individu. c. Suatu keadaan motivasi atau set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu. 2.9.1.2 Faktor Timbulnya Minat Berdasarkan teori ”Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer, bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek,subjek atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka kepada objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu (menolak menerima). Jika ia menerima berarti ia berminat, dan jika menolak berarti ia tidak berminat (Sarwono, 2003: 71). Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari tiga faktor (Sarwono, 2003: 76) : a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat 34 seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang. b. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman. c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. 2.9.1.3 Aspek – Aspek atau Kategori Minat Atkinson dan Hilgard (1976) mengemukakan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif (istilah dari Bloom). Taksonomi afektif Bloom ini meliputi lima kategori (Atkinson,Hilgard, 1996: 89) : 1. Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana penonton menerima isi program yang berupa presenter, dan topik. 2. Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan. 3. Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan dan komitmen terhadap nilai – nilai tertentu. 4. Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai. 35 5. Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai. Di dalam penelitian, dimensi yang digunakan adalah minat. Di dalam penelitian yang dimaksud “Minat” adalah minat menonton pemirsa terhadap tayangan infotainmen “Cek & Ricek” di RCTI. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Uses and Gratifications Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Eliha Katz, dimana teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan media. Dengan kata lain, pengguna media memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan media, dimana pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya (Nurudin, 2007: 191-192). Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa, dimana manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Teoretikus kegunaan dan gratifikasi menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi. Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu menjadi lebih atau kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun. Banyak asumsi kegunaan dan gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh para pencetus pendktan ini (katz, blumler, & 36 guretvitch, 1974). Mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar teori ini: (West & Turner, 2008: 104) ‐ Khalayak aktif dan pengguna medianya berorientasi pada tujuan ‐ Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak. ‐ Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan ‐ Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti. ‐ Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Teori uses and gratification seperti dirintis oleh Jack M. Leod dan Lee B. Becker (1981:69) memberikan penekanan pada kecenderungan audien yang aktif dalam mengkonsumsi media, yakni bahwa the person follows his/her interests, choosing media content according to needs and synthesize content to satisfy rhose/those needs (Pawito, 2007: 207). Teori ini merupakan kebalikan dar teori peluru, dimana dala teori peluru media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di pihak yang pasif. Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa, dimana manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media (Nurudin, 2007: 192). Teori ini mendasarkan asumsinya pada gagasan bahwa konsumen atau audiens media bersifat aktif. Hal ini berarti adanya sifat sukarela sera pilihan selektif audiens terhadap proses komunikasi. Jay G. Blumler (1979) mengemukakan sejumlah gagasan menggunakan media, yang mencakup: (Morissan, Wardhani, Hamid, 2010: 80-81) 37 1. Kegunaan: media memiliki kegunaan dan orang dapat memanfaatkan kegunaan media. 2. Kehendak: motivasi menentukan konsumsi media, dimana ketika orang membutuhkan hiburan dari televisi maka mereka mencari program komedi. 3. Seleksi: penggunaan media oleh audiens mencerminkan ketertarikan atau preferensinya. 4. Tidak terpengaruh hingga terpengaruh: audiens menciptakan makna terhadap isi media yang akan mempengaruhi apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun mereka juga secara aktif sering menghindar terhadap jenis pengaruh media tertentu. Schramm berusaha menegaskan bahwa audiens media massa menilai tingkat hasil (level of reward) atau kepuasan (gratification) yang mereka harapkan dari media dan pesan yang disampaikan dengan cara membandingkannya dengan banyaknya pengorbanan yang harus diberikan untuk mendapatkan hasil (Morissan, Wardhani, Hamid, 2010: 83). Teori uses and gratifications mendapat pijakan yang semakin kokoh dengan munculnya teori hierarki kebutuhan dan motivasi dari Abraham Maslow (1970). 38 GAMBAR 2.3 Uses and Gratification Model Sumber: Richard West & Lynn H. Turner, 2004: 394 Teori hierarki kebutuhan dan motivasi menyatakan bahwa orang akan selalu berupaya secara aktif untuk memuaskan hierarki kebutuhannya, dan orang yang berhasil mencapai satu tingkatan pada hierarki akan berupaya mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Berdasarkan gagasan Maslow, bahwa manusia secara aktif mencari segala hal yang dapat memenuhi kebutuhannya sangat sesuai dengan gagasan dari Katz, Blumler, dan Gurevitch mengenai bagaimana orang mengkonsumsi komunikasi massa. Manusia dapat dan secara aktif ikut serta dalam proses komunikasi massa (Morissan, Wardhani, Hamid , 2010: 83-84). 39 Teori uses and gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini. Lingkunga n Sosial 1. Ciri-ciri demograf is 2. Afiliasi kelompo k 3. Ciri-ciri Sumber pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan non media: 1. Keluarga, temanteman 2. Komunikasi interpersonal 3. Hobi 4. Tidur Kebutuhan Khalayak 1. Kognitif 2. Afektif 3. Integratif personal 4. Integratif sosial 5. Pelepasan keteganga n Penggunaan media massa: 1. Jenis-jenis media SK, majalah, radio, TV dan film 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Konteks sosial dan terpaan media Pemuasan media (fungsi): 1. Pengamatan lingkungan 2. Diversi/hib uran 3. Identitas personal 4. Hubungan sosial. Penjelasan: (Nurudin, 2007: 194-195). 1. Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. 40 2. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional. 3. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. 4. Kebutuhan secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. 5. Kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman. Teori uses and gratifications memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu: (Baran & Davis, 2009: 242 ). TABEL 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Uses and Gratifications Kelebihan Kelemahan 1. Perhatian fokus pada individu Mengandalkan analisis fungsional, yang dalam proses komunikasi massa. dapat menciptakan bias terhadap status quo. 2. Menghormati kecerdasan dan Tidak dapat dengan mudah mengetahui kemampuan konsumen media ada atau tidak adanya efek. 3. Menyediakan analisis mendalam Terlalu banyak konsep kunci dikritik tentang bagaimana pengalaman sebagai sesuatu yang tidak dapat diukur. seseorang terhadap suatu konten media. 41 4. Membedakan pengguna aktif Terlalu berorientasi pada tingkat mikro media dengan pengguna pasif media. 5. Studi penggunaan media sebagai bagian dari interaksi sosial. 6. Menyediakan informasi bermanfaat tentang adaptasi media baru 2.2.2 Hipotesis 1. Hipotesis Teori Berdasarkan teori Uses and Gratifications, berasumsi bahwa jika isi media dapat memenuhi kebutuhan khalayak, maka khalayak akan memberikan gratifikasi sesuai dengan fungsi media yang didapat oleh khalayak dari media tersebut. 2. Hipotesis Penelitian Didalam penelitian tentang Efektifitas Konten Program “Cek & Ricek” terhadap minat menonton khalayak mempunyai hipotesis “Semakin menarik content program dari program “Cek & Ricek” yang terdiri dari presenter dan topik yang dibahas, maka akan semakin tinggi minat menonton khalayak”. 3. Hipotesis Statistik Ha : R2 > 0 H0 : R2 < 0 Ha: Ada pengaruh content program terhadap minat menonton khalayak 42 Ho: Taka ada pengaruh content program terhadap minat menonton khalayak 2.2.3 Model Analisis Content Program: ‐ Presenter ‐ Topik Minat Menonton Khalayak X Y Variabel Bebas (X) adalah Content Program dalam Program Cek & Ricek Variabel Terikat (Y) adalah Minat Menonton Khalayak