Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Koleksi, Karakterisasi dan Pemanfaatan Beberapa Spesies Bunga Potong Tropis Debora Herlina Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang Segunung, Pacet Cianjur 43243 PO. Box 8 SDL, Jawa Barat, Indonesia ABSTRAK. Koleksi, karakterisasi dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman tropis memiliki aspek yang penting dalam pengembangan bunga potongnya. Sejak tahun 2003 sudah dikoleksi sejumlah spesies dan varietas bunga tropis dari famili Zingiberaceae, Costaceae and Marantaceae dan ditanam di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung, Cianjur, Jawa Barat. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan plasma nutfah yang ada, karakterisasi dan pengamatan karakter morfologi diperlukan untuk mengetahui sifat unggul yang berguna dalam program pemuliaan. Dipelajari pula Teknologi budidaya standard pada tanaman yang sudah dilepas. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 4 spesies dari genus Zingiber, 4 spesies dari genus Etlingera, 5 spesies dari genus Alpinia, 5 spesies dari genus Curcuma, 2 spesies dari genus Hedychium, 5 spesies dari genus Costus, 2 varietas dari genus Tapeinochillos, 4 spesies dari genus Calathea, 1 spesies dari genus Pleiostachya. Evaluasi karakter morfologi dibuat berdasarkan Sistem Evaluasi Standar pada tanaman jahe yaitu tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, panjang dan diameter braktea, warna batang, daun dan braktea, bunga biologi, susunan daun juga posisi braktea. Hasil penelitian menunjukan telah terkarakterisasi 18 spesies dari famili Zingiberaceae dan Costaceae dan 7 varietas telah dirilis yaitu Zingiber spectabile ‘Silvana’, Tapeinochilos ananassae ‘Sekar Manise’ dan ‘Sekar Souli’, Alpinia purpurata ‘Fatra’, ‘Kusuma’, ‘Bethari’ dan ‘Amorina’. Zingiber spectabile ,Tapeinochilos ananassae, Alpinia purpurata ‘Kusuma’ dan ‘Bethari’ sudah digunakan dalam program pemuliaan. Hibridisasi antara Alpinia purpurata ‘Kusuma’ dan ‘Bethari’ dapat menghasilkan biji. Telah dihasilkan pula teknologi budidaya standar pada tanaman yang sudah di rilis. Kata kunci : tanaman tropis, koleksi, karakterisasi, pemanfaatan ABSTRACT. Collection, characterization and utilization of tropical flowers are important aspect in developing the flowers. The tropical flowers of Zingiberaceae, Costaceae and Marantaceae have been collected since 2003 and planted at the Segunung experimental garden of Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Cianjur, West Java. To optimize the germplasm utilization, characterization of morphological characters in conjunction to determine superior characters that are important on breeding program and developing agronomical technology was 174 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 carried out in the study. The materials used in the experiment were 4 species from genus Zingiber, 4 species from genus Etlingera, 5 species from genus Alpinia, 5 species from genus Curcuma, 2 species from genus Hedychium, 5 species from genus Costus, 2 varieties from genus Tapeinochillos, 4 species from genus Calathea, 1 species from genus Pleiostachya. The morphological characters were evaluated based on Standard Evaluation System for ginger such as plant height, length and wide of leaf, length and diameter of bractea, the color of stem, leaf, bractea and flower biology, arrangement of leaf and bractea existence. The result showed that 18 species of Zingiberaceae and Costaceae families had finished characterized and 7 varieties had already released i.e. Zingiber spectabile ‘Silvana’, Tapeinochilos ananassae ‘Sekar Manise’ and ‘Sekar Souli’, Alpinia purpurata ‘Fatra’, ‘Kusuma’, ‘Bethari’ and ‘Amorina’. Zingiber spectabile ,Tapeinochilos ananassae. Alpinia purpurata ‘Kusuma’ and ‘Bethari’ have been used in breeding program. Hybridization between Alpinia purpurata ‘Kusuma’ and ‘Bethari’ could produce seed. Plant production technology of the released varieties was available in Indonesian Ornamental Crop Research Institute. Key words: tropical flower, collection, characterization, utilization PENDAHULUAN Plasma nutfah merupakan bahan dasar dalam program pemuliaan. Pengelolaannya meliputi beberapa kegiatan yaitu eksplorasi, konservasi, karakterisasi / evaluasi, dokumentasi dan penelitian. Kegiatan eksplorasi tanaman hias dilakukan dengan mengoleksi varietas potensial dari luar dan dalam negeri juga varietas unggul daerah (Fagi, 1994). Selanjutnya deskripsi tiap kultivar yang dikoleksi menjadi langkah penting yang perlu dilakukan guna mempermudah pemulia menemukani karakter penting yang diperlukan untuk perakitan varietas unggul. Sementara karakterisasi merupakan pengamatan/evaluasi terhadap sifat-sifat kualitatif yang mudah dikenal, baik yang dipengaruhi maupun tidak dipengaruhi oleh lingkungan serta kuantitasnya (Soewito, 1994). Data karaketrisasi ini sangat berguna untuk pengelolaan plasma nutfah, menghindarkan duplikasi genotipe, salah pemberian nomor, dan dapat juga dipakai sebagai alat penilai keragaman plasma nutfah. Untuk mendapatkan plasma nutfah baru dalam rangka pengkayaan keragaman sumber daya genetik tanaman, koleksi dan karakterisasi 175 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dalam pengelolaan plasma nutfah. Plasma nutfah yang terkoleksi diidentifikasi terkait dengan taksonomi dan potensi pemanfaatannya. Tambahan spesies dan kultivar baru dikumpulkan sebagai koleksi dasar. Tahap berikutnya yaitu perbanyakan, produksi untuk skala luas, pengaturan jadwal untuk uji coba, evaluasi fisiologi, distribusi material, penyampaian informasi budidaya, dan pembelajaran untuk konsumen (Roh and Lawson, 1990). Sejak tahun 2003, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) sudah mengumpulkan sejumlah plasma nutfah bunga tropis dari genus Zingiber, Etlingera, Curcuma, Alpinia, Hedychium (familia Zingiberaceae), genus Costus, Tapeinochilos (familia Costaceae), genus Calathea (Marantaceae). Dalam taksonominya, ordo Zingiberales terbagi dalam 8 familia yaitu Musaceae, Srelilziaceae, Lowiaceae, Heliconiaceae, Zingiberaceae, Costaceae, Cannaceae dan Marantaceae. Kebanyakan anggota dari 8 familia tersebut merupakan tanaman asli daerah tropis dan banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias (Berry and Kress, 1991). Dua familia terbesar adalah Zingiberaceae dan Marantaceae. Zingiberaceae banyak diketemukan di daerah- daerah tropis Asia, sedangkan Marantacea terdapat di daerah tropis Amerika. Kelompok jahe-jahean (Zingiberaceae) banyak dikenal sebagai obat tradisional, bumbu atau penyedap, tetai sekarang dikenal pula sebagai tanaman hias atau tanaman taman. Beberapa memiliki rangkaian bunga, braktea dan bagian- bagian bunga yang menarik seperti Alpinia purpurata, Hedychium coronarium, H. coccineum, Globa winitii, Etlingera elatior, Curcuma roscoeana, C. alismatifolia, Kaempferia pulchra juga Zingiber spectabile (Larsen et. al, 1999) . Pemanfaatan langsung beberapa spesies tersebut sebagai tanaman induk telah menghasilkan varietas baru yaitu: Alpingera martinica yang merupakan hasil persilangan intergenerik antara Alpinia purpurata dan Etlingera elatior (Cayol dan Fereol, 1997), hasil persilangan varietas Jungle King dan Jungle Queen didapatkan varietas Federation Lady (Faag, 2001). Ini menunjukkan bahwa koleksi dan pemenfaatan plasma nutfah kelompok tanaman ini telah memberikan dampak positif terhadap pengembangannya. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan koleksi, karakterisasi, evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman hias tropis. Melalui 176 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 kegiatan ini diharapkan akan terkoleksi dan terkarakterisasi tanaman hias tropis potensial yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman tropis di Indonesia. BAHAN DAN METODE Tanaman di koleksi dan ditanam di kebun percobaan Segunung, Jawa Barat yang terletak pada ketinggian 1100 m dpl. sejak tahun 2003. Jenis tanaman yang di koleksi yaitu spesies dan kultivar dari familia Zingiberaceae, Costaceae, dan Marantaceae. Sedang yang telah dilakukan karakterisasi dan dimanfaatkan yaitu spesies dan kultivar dari familia Zingiberaceae dan Costaceae. Tanaman ditanam dalam plot percobaan dengan jarak tanam 1m dalam bedengan dan 2 m jarak antar bedeng. Untuk Alpinia tanaman ditanam dalam rumah tanaman beratapkan plastik uv sedangkan Tapeinochilos ananassae, Zingiber spectabile dan Costus ditanam dalam rumah paranet dengan kerapatan 55%, Etlingera, Hedychium, Calathea dan Pleiostacya ditanam di lahan terbuka tanpa naungan. Bahan tanam awal berupa bibit yang berasal dari pemisahan tanaman dari rumpun sejumlah 3 batang. Dengan bertambahnya umur tanaman, maka tanaman makin besar, batang makin tinggi dan jumlah rumpun bertambah. Tanaman tidak pernah dibongkar dari lahan. Tanaman yang berbunga terminal setelah berbunga dipotong beserta batangnya, sedangkan tanaman dengan braktea terpisah dari tanaman, batang yang menua dan mengering dibuang dari tanaman. Pada Z. spectabile setelah masa berbunga selesai, batang beserta daun menguning, maka batang-batang tersebut dibuang maka akan tumbuh batang-batang baru. Curcuma ditanam dalam rumah plastik dengan jarak tanam 20 cm dalam bedengan dan 50 cm antar bedengan. Bahan tanamnya berupa umbi (corm) yang diintroduksi dari Thailand pada tahun 2006. Setelah tanaman berbunga, daun mulai menguning umbi beserta anakan umbi hasil perbanyakannya diangkat dari tanah dan disimpan di ruangan dengan suhu kamar selama 3 bulan, kemudian umbi ditanam kembali. 177 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Karakterisasi dilakukan terhadap sifat kuantitatif (ukuran tanaman, daun, braktea dan bunga) dan kualitatif (warna: batang, daun, braktea, bunga, susunan dan kedudukan: daun dan braktea). Jumlah tanaman yang diamati tiap spesies adalah 5 tanaman dan 5 bunga. Karakter yang diamati pada spesies dan kultivar dari familia Zingiberaceae dan Costaceae : Ukuran tanaman, Batang (tipe tanaman, panjang ruas, jumlah ruas, bentuk,warna ), daun (warna, bentuk, ukuran, susunan, permukaan, kedudukan), braktea (warna, susunan, ukuran, bagian-bagian braktea), inflorescence yaitu rangkaian braktea yang berbentuk seperti ’cone’, letaknya terminal atau terpisah dari tanaman), bunga biologi dan bagian – bagiannya yaitu ukuran bunga, warna mahkota, panjang kepala putik dan panjang benang sari. Pedoman karakterisasi berdasarkan karakterisasi tanaman jahe . Pengukuran tanaman dilakukan pada saat tanaman tumbuh maksimal dengan menggunakan alat ukur meteran dan penggaris,pengamatan warna dilakukan dengan menggunakan Horticulture Color Chart. Pemanfaatan tanaman berdasarkan ringkasan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu penelitian budidaya, penelitian biologi tanaman, persilangan, sosial ekonomi. HASIL DAN PEMBAHASAN Koleksi Zingiberaceae dan Marantaceae merupakan dua familia terbesar dalam ordo Zingiberales, Zingiberaceae terutama berasal dari Asia tropis sedang Marantaceae pusat diversitasnya berada di Amerika tropis (Larsen et.al., 1999). Telah dikoleksi sejumlah spesies dari familia Zingiberaceae, Costaceae dan Marantaceae. Costacae dibedakan dari Zingiberaceae dari beberapa sifat yaitu bagian-bagian tanaman tidak mempunyai aroma, susunan daun spiralis dan leaf sheath berbentuk turbular dan tertutup (gambar 1). 178 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Susunan daun Zingiber Gambar 1. Tabel 1. No 1. Perbedaan susunan daun Zingiber dengan Costus Tanaman yang sudah terkoleksi di Balai Penelitian Tanaman Hias Familia dan genus Zingiberaceae a. Genus Zingiber b. Genus Etlingera c. Genus Alpinia d. Genus Curcuma 2. 3. Susunan daun Costus e. Genus Hedycium Costaceae a. Genus Costus b. Genus Tapeinochilos Marantaceae a. Genus Calathea b. Genus Pleiostachya Spesies Z. spectabile, Z. zerumbet, Z. ottensii, Z. venosa E. elatior merah tulip, E. elatior merah, E. elatior pink, E. elatior light pink A. purpurata merah kecil, A. purpurata ”Jungle King”, A. purpurata ”Jungle Queen”, A. purpurata “ Eileen Mc Donald, A. zerumbet C. alismatifolia, C. cordata, C. rhabdota, C. aeruginosa, C. roscoeana H. coronarium, H. gardnerianum C. speciosus, C. speciosus Variegata, C. foliaceus, C. erythrocrinus’Eskimo Kiss”, C. sp.(coklat) T. ananassae C. lutea, C. crotalifera, C. ’Burle marxii’ Green ice, C. ’Burle marxii’ Blue ice P. pruinosa Koleksi berupa tanaman hidup yang ditanam di kebun percobaan Segunung. Untuk tanaman yang memiliki masa dormansi seperti Curcuma alismatifolia, C. cordata jika daun tanaman mulai menguning rhizome 179 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 dipanen dengan menggali dari tanah kemudian di kering anginkan dan disimpan dalam wadah di ruangan dengan suhu ruangan. Penyimpanan rhizome ini dilakukan selama 3 bulan, setelah itu zhizome ditanam kembali di lapang. Karakterisasi 1. Genus Zingiber Contoh tanaman dari genus ini yang digunakan sebagai bunga potong yaitu Z. zerumbet dan Z. spectabile. Z. zerumbet memiliki braktea yang terpisah dari tanaman, dengan ukuran panjang tangkai berkisar dari 38-61 cm dan panjang braktea 5-13 cm,diameter braktea 5-6,5 cm, warna braktea pada awalnya berwarna hijau dan berubah menjadi merah setelah tua. Tanaman ini secara alami menghasilkan biji dalam jumlah yang besar, karena pada tiap basal braktea muncul biji-biji tersebut. Bunga biologi berwarna kuning. Z. spectabile biasa disebut ‘tepus tanah’ (Malaysia) atau ‘beehive ginger’. Tanaman ini berbunga musiman, berkisar pada bulan Oktober sampai bulan Juni pada setiap tahun. Setelah masa berbunga habis maka semua batang dengan daunnya menguning, kemudian batang –batang tanaman dibuang. Setelah itu akan muncul tunas-tunas baru. Tanaman dapat mencapai ketinggian lebih dari 3 m, braktea terpisah dari tanaman, berukuran panjang tangkai berkisar 73 cm dan panjang braktea dapat mencapai 16 cm dengan diameter berkisar 8 cm, berwarna kuning ketika masih muda dan akan berubah warna menjadi kuning oranye kemudian menjadi merah jika semakin tua. Braktea ini dapat dimanfaatkan sebagai bunga potong dari ukuran yang masih kecil sampai berwarna merah yang sudah tua. Bunga biologi berwarna dasar kuning dan berwarna coklat keunguan dengan bintik-bintik kuning pada mahkotanya. Ciri khas yang unik dari bunganya yaitu ukuran stamen yang panjang dengan bentuk yang melengkung seperti tanduk. 180 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Zingiber spectabile Z. zerumbet Gambar 2. Bunga Zingiber spectabile dan Z. zerumbet 2. Genus Etlingera Beberapa varietas dari genus ini diantaranya adalah Etlingera elatior’ Red Torch Ginger’ , braktea berwarna merah dan Etlingera elatior’ Pink Torch Ginger’ dengan warna braktea pink. Ukuran tanaman dapat mencapai ketinggian hingga 8 m (Larsen et.al. 1999). Braktea muncul terpisah dari tanaman berbentuk runcing pada bagian terminalnya, ukuran panjang tangkai mencapai 120 cm, diameter braktea 6-10 cm, ketahanan bunga potong tidak panjang, pada umur 4 hari setelah mekar, helaian braktea terluar sudah mulai rusak. Braktea yang masih menguncup sudah dapat dimanfaatkan sebagai bunga potong. Bunga biologi berwarna merah muncul pada helaian braktea. 3. Genus Alpinia Alpinia purpurata dengan banyak varietasnya adalah contoh dari genus ini yang dimanfaatkan sebagai bunga potong. Braktea berada pada bagian terminal dari tanaman, bunga potong ini dapat bertahan segar hingga 6 hari (Herlina et.al. 2008), warna braktea dari pink sampai merah dengan ukuran panjang berkisar 20 cm dengan diameter 5,5 – 9 cm. Memiliki ketinggian sampai 3 m. Bunga biologi berwarna putih yang muncul pada basal braktea. 181 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 4. Genus Costus Banyak spesies maupun hibrida dari genus Costus ini yang dimanfaatkan sebagai bunga potong diantaranya C. erythrocrinus ’Eskimo Kiss’, C. foliaceus, Costus sp. Yang mempunyai braktea berwarna coklat, C. stenophyllus. Tanaman berukuran tinggi dari 60 cm sampai lebih dari 2 m. Susunan daun spiralis dengan permukaan daun rata-rata berbulu. Braktea yang dimanfaatkan sebagai bunga potong dapat muncul dari bawah terpisah dari tanaman dan ada pula yang terletak pada bagian terminal tanaman atau kedua-duanya ada. Warna braktea hijau pada C. foliaceus, pada C. stenophyllus berwarna merah demikian juga pada C. erythrocrinus ’Eskimo Kiss’ dan ada pula spesies yang memiliki braktea yang berwarna coklat. Bunga biologi muncul diantara braktea dan mempunyai mahkota yang menonjol dan menarik. 5. Genus Tapeinochilos T. ananassae merupakan speies dari genus ini, ada yang berwarna merah oranye dan merah darah. Tanaman ini termasuk herba perenial yang mempunyai rhizoma tidak aromatik. Tinggi tanaman bisa mencapai 2 - 4 m. Rhizoma berdaging. Daun tersusun spiral, dengan lamina tunggal, berbentuk lonjong dengan permukaan daun licin. Cabang udara sekunder muncul dari ketiak daun dan selanjutnya akan muncul pula cabang udara tersier dari cabang sekunder dan akan berakhir dengan cabang udara kwarter yang muncul dari cabang tersier. Daun terkonsentrasi pada batang bagian atas. Rangkaian bunga berbentuk seperti ‘cone’, terletak terminal pada tunas atau terpisah dari batang berasal dari rhizoma. Braktea mempunyai lapisan lilin dan kaku, berbentuk seperti nenas, berukuran besar dan berwarna merah darah atau merah oranye, bunga berwarna kuning terang muncul dari basal braktea, terdiri dari calyc dan corolla, satu stamen dengan filament yang lebar, anther dilengkapi dengan anther crest. Panjang bibir atau labelum sama atau lebih panjang dari corolla. Braktea ini tidak kenal musim dan muncul sepanjang tahun, berukuran panjang tangkai yang sangat bervariasi, kurang dari 20 cm sampai lebih dari 1,5 m. Diameter tangkai bunga berkisar 1,5 cm, kokoh dan kuat. Rangkaian bunga yang terdiri dari susunan braktea berawal dari 182 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 kuncup berukuran diameter berkisar cm dengan panjang kira-kira 4 cm berwarna kemerahan. Adanya warna merah pada tunas generatif inilah yang dapat dibedakan dengan tunas vegetatif yang muncul dalam waktu 2,5 bersamaan sepanjang musim. Kuncup ini terus berkembang dengan ukuran diameter makin membesar. Ukuran bunga yang ideal yaitu mempunyai lebar dan panjang braktea yang hampir sama lebih kurang 9 cm. Bunga biologi akan muncul di setiap braktea, dalam satu rangkaian braktea yang berjumlah sampai 189 helai (Herlina, 2007). Gambar 3. Tanaman Tapeinochilos ananassae Pemanfaatan Selain telah dilakukan karakterisasi untuk mengetahui sifat-sifat yang diperlukan dalam pemuliaan tanaman, dilakukan pula budidaya tanaman dalam skala luas untuk analisis input-output budidaya juga teknologi produksi bunga potong tersebut. 1. Pelepasan varietas Telah dilepas dengan SK Mentan 2 varietas Tapeinochilos ananassae pada tahun 2007 dan 2008, T. ananassae dengan braktea warna merah orange diberi nama Sekar Manise (Sk Mentan Nomor : 537/Kpts/SR.120/9/2007), dan varietas yang memiliki warna braktea merah 183 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 darah diberi nama Sekar Souli (Sk Mentan Nomor : 614/Kpts/SR.120/5/2008). Pada tahun 2008 telah dilepas pula 1 varietas Zingiber spectabile (SK Mentan Nomor: 1762/Kpts/SR.120/12/2008) dengan nama Silvana, juga 4 varietas Alpinia purpurata yaitu A. purpurata dengan braktea yang berwarna merah dengan diameter braktea 5,4-6,4 cm,diberi nama Fatra (SK Mentan Nomor: 1760/Kpts/SR.120/12/2008), A. purpurata “Jungle King” dengan braktea yang berwarna merah dengan diameter braktea 9,1-9,2 cm dilepas dengan nama Kusuma (SK Mentan Nomor: 1762/Kpts/SR.120/12/2008), A. purpurata “Jungle Queen”dengan braktea yang berwarna Light pink dengan diameter braktea 6,2-7,7 cm, diberi nama Bethari (SK Mentan Nomor: 1759/Kpts/SR.120/12/2008), sedang A. purpurata “Eileen McDonald” yang berwarna pink dengan diameter braktea 5,9-7,1 cm, dinamakan Amorina (SK Mentan Nomor: 1761/Kpts/SR.120/12/2008). Amorina Kusuma Bethari Gambar 4. Empat varietas Alpinia purpurata Fatra 2. Biologi bunga Yang disebut bunga potong secara umum pada jahe-jahean ini sebenarnya adalah susunan braktea yang terangkai membentuk susunan seperti cone aneka warna tergantung spesies atau hibridanya. Lama kesegaran bunga potong ini bervariasi sampai lebih dari 1 minggu. Bunga biologi berukuran kecil muncul pada bagian bawah braktea, kemudian bergantian muncul ke bagian atas braktea, umur bunga biologi ini biasanya hanya 1 hari kemudian layu. Jumlah bunga tidak selalu sama dengan jumlah 184 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 braktea. Dari hasil penelitian Oktaviani, 2009 pada A. purpurata ’Fatra’ dan ’Amorina’ jumlah helaian braktea lebih banyak daripada jumlah bunga karena tiak semua braktea menghasilkan bunga. Pada A. purpurata ’Kusuma ’ dan ’Bethari’ jumlah bunga dua kali lipat jumlah helaian braktea karena dalam satu braktea akan muncul 2 bunga yang tidak mekar bersamaan. Umumnya pada saat mekar posisi putik lebih tinggi dari benang sari. Masa reseptif stigma menentukan waktu penyerbukan. Penyerbukan buatan berhasil dilakukan pada A. purpurata ’Kusuma ’ dan ’Bethari’ pada pk. 12.00 dan menghasilkan buah maupun biji dalam jumlah yang banyak yaitu 178 butir. Ada fenomena self incompatibility pada Alpinia, penyerbukan selfing gagal menghasilkan buah. Dari penelitian Megaria, 2010 pada tanaman Z. spectabile, hasil penyerbukan terbuka tidak menghasilkan biji, sedangkan penyerbukan sendiri dan silang secara buatan dapat menghasilkan biji. Jumlah biji yang dihasilkan dari kedua penyerbukan ini hampir sama yaitu berkisar 24 buah. Keberhasilan penyerbukan sendiri menunjukan bahwa spesies ini self incompatible. Sedangkan pada T.ananassae hasil penyerbukan sendiri membentuk biji lebih sedikit daripada penyerbukan silang, tanaman ini diduga bersifat partly self incompatible. 3. Teknologi produksi Secara umum spesies dan varietas dari familia Zingiberaceae, Costaceae dan Marantaceae tumbuh baik dibawah sedikit naungan dengan tingkat naungan minimal 25%. Sepanjang tahun menghendaki kelembaban tinggi disekitar pertanaman. Agar tanaman berproduksi optimal diperlukan pemupukan yang intensif dan menjaga nilai EC tanah tidak dibawah 0,75 ds/cm. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cara perbanyakan vegetatif dengan pemisahan rumpun atau dapat pula menggunakan setek pada Costus, Tapeinochilos, Zingiber. Dalam proses pasca panen bunga potong tropis ini tidak memerlukan suhu rendah selama penyimpanan dan kebanyakan tidak responsif terhadap bahan pengawet bunga (Herlina, 2007; Herlina 2008). 185 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 4. Potensi ekonomi Telah dilakukan analisis input-output budidaya Alpinia purpurata ’Amorina’, Tapeinochilos ananassae ’Sekar Manise’ dan Zingiber spectabile ’Silvana’ pada tahun 2006. Budidaya dimulai dari penanaman awal dalam rumah berparanet untuk Tapeinochillos dan Zingiber, sedangkan A.purpurata menggunakan rumah plastik. Analisa data dilakukan dengan tabulasi silang serta analisis R/C ratio. Investasi awal untuk bunga potong ini cukup tinggi untuk pembuatan naungan. Biaya variabel tertinggi dikeluarkan untuk pembelian bibit. R/C ratio tahun pertama dan kedua masih dibawah satu, sedangkan R/C ratio tahun ketiga bernilai 2,27 yang berarti penerimaan usahatani mulai bernilai positif (Nurmalinda et.al., 2006) KESIMPULAN Dari hasil kegiatan penelitian ini, 18 species family Zingiberaceae dan Costaceae telah berhasil dikarakterisasi dan 7 varietas telah dilepas sebagai kultivar baru, yaitu: Zingiber spectabile ’Silvana’, Tapeinochilos ananassae ’Sekar Manise’ dan ’Sekar Souli’, Alpinia purpurata ’Fatra’, ’Kusuma’, ’Bethari’ dan ’Amorina’. Zingiber spectabile ,Tapeinochilos ananassae,. Alpinia purpurata ’Kusuma’ dan ’Bethari’ telah digunakan dalam program pemuliaan. Hibridisasi antara Alpinia purpurata ’Kusuma’ dan ’Bethari’ dapat menghasilkan biji. SARAN Masih perlu dilakukan penelitian pada bunga potong tropis terutama penanganan pasca panen, hal ini dibutuhkan karena bunga potong tropis mempunyai ukuran besar dan berat sehingga dalam dibutuhkan biaya yang besar dalam transportasi melalui udara. 186 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Penangan pasca panen yang tepat diharapkan memperpanjang umur bunga potong tersebut sehingga pengiriman bunga potong jarak jauh dapat dilakukan melalui laut maupun darat. UCAPAN TERIMAKASIH Penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada Dian Susana, Dimayati, Suyono, Eva Oktaviani dan Megaria yang telah berperanan dalam pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Berry, F. And W. John Kress. 1991. Heliconia an identification guide. Smithsonian Institution Press Washington and London. 334 p. Cayol, F. L and L. Fereol. 1997. X Alpingera martinica (Zingeberaceae): Intergeneric Hybrid between Alpinia purpurata and Etlingera elatior. CBI, 2006. The EU Market For Tropical Flowers. Faag, M. 2001. Alpinia ‘ Federation Lady’. NT. Dept. of Primary Industry and Fisheries. Aus. Nat. Bot. Garden. Fagi, A. M. 1994. Sambutan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Pertanian. Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Bogor. Herlina, D. 2007. Usulan Pelepasan Varietas Bunga potong Tapeinochilos ananassae. Makalah Pelepasan. ------------. 2008. Usulan Pelepasan Varietas Bunga potong Alpinia purpurata. Makalah Pelepasan. ------------. 2008. Usulan Pelepasan Varietas Bunga potong Zingiber spectabile. Makalah Pelepasan. Larsen, K., H. Ibrahim, S.H. Khaw and L.G. Saw. 1999. Gingers of Peninsular Malaysia and Singapore. Natural History Publication (Borneo).137 p. Megaria, 2010. Biologi Pembungaan dan Keberhasilan Reproduksi Zingiber spectabile dan Tapeinochilos ananassae. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fak. Pertanian, IPB. Nurmalinda, D. Herlina, Nur Qomariah Hayati dan Donal S. 2006. Potensi ekonomi Tanaman Hias Tropis. Laporan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Hias. 187 Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 Oktaviani, E. 2009. Biologi dan Fenologi Pembungaan Genus, Alpinia, Etlingera dan Zingiber. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fak. Pertanian, IPB. Roh, M. S. and R. H. Lawson. 1990. New Floricultural crops. P.448-453. In: J. Janick and J. E. Simon (eds.) Advances in new crops. Timber Press, Portland, OR. Soewito,T.1994. Koleksi, Rejuvinasi, Karakterisasi, dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Serealia. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Pertanian. Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Bogor. P.101-119 188