PENGUJIAN DAYA HAMBAT ANTIBIOTIK PADA SEL BAKTERI

advertisement
PENGUJIAN DAYA HAMBAT ANTIBIOTIK PADA SEL BAKTERI
Escherichia coli DAN Bacillus sp. YANG DIPAPAR MEDAN MAGNET
Skripsi
Oleh :
RIZANI OKTANISYAH PUTRA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
PENGUJIAN DAYA HAMBAT ANTIBIOTIK PADA SEL BAKTERI
Escherichia coli DAN Bacillus sp. YANG DIPAPAR MEDAN MAGNET
Oleh
Rizani Oktanisyah Putra
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan daya hambat
antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. yang dipapar medan
magnet. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
untuk melihat adanya pengaruh kuat medan magnet yang berbeda terhadap daya
hambat antibiotik pada pertumbuhan kultur bakteri. Bakteri yang diuji adalah
bakteri Bacillus sp. dan E. coli. Kuat medan magnet yang digunakan yaitu 0; 0,1;
0,2; dan 0,3 mT. Antibiotik yang diuji terdiri dari 5 jenis antibiotik, yaitu
trimetoprim, ampisilin, asam nalidiksat, streptomisin dan kloramfenikol. Daya
hambat setiap antibiotik pada bakteri yang dipapar medan magnet dengan kuat
berbeda dianalisis varian secara terpisah pada taraf nyata (α) = 5%, untuk masingmasing perlakuan antibiotik dan bakteri yang dipapar medan magnet dengan kuat
berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan medan magnet meningkatkan
kemampuan daya hambat antibiotik trimetoprim, asam nalidiksat dan
kloramfenikol pada pertumbuhan bakteri E. coli, namun menurunkan kemampuan
daya antibiotik ampisilin dan tidak mempengaruhi daya hambat antibiotik
streptomisin pada pertumbuhan bakteri E. coli. Paparan medan magnet juga dapat
meningkatkan kemampuan daya hambat antibiotik trimetoprim, ampisilin, asam
nalidiksat dan kloramfenikol pada pertumbuhan bakteri Bacillus sp. Paparan
medan magnet tidak mempengaruhi kemampuan daya hambat antibiotik
streptomisin pada pertumbuhan bakteri Bacillus sp.
Keywords: E. coli, Bacillus sp., Medan magnet, Antibiotik, Zona jernih
PENGUJIAN DAYA HAMBAT ANTIBIOTIK PADA SEL BAKTERI
Escherichia coli DAN Bacillus sp. YANG DIPAPAR MEDAN MAGNET
Oleh
RIZANI OKTANISYAH PUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Rizani Oktanisyah Putra anak pertama dari empat
bersaudara oleh pasangan Bapak Djoni Apriadi dan
Ibu Rohaida yang lahir di Bandar Lampung pada
tanggal 31 Oktober 1995.
Penulis mengawali pendidikan dari Sekolah Dasar
Negri 8 Gedong Air pada tahun 2001. Setelah
menamatkan
pendidikan
dasarnya
penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10 Bandar
Lampung pada tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 7 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis melanjutkan
pendidikan Penguruan Tinggi Negeri di Universitas Lampung pada tahun 2013 di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi melalui jalur
SBMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten Praktikum
Mikrobiologi Umum, Mikrobiologi Tanah, dan Mikrobiologi Lingkungan. Selain
itu penulis selama kuliah aktif dalam Berorganisasi dan menjadi anggota Bidang
Saintek di HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi).
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Karya Wisata Ilmiah di Desa Mulyosari
selama 7 hari. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa
Astra Ksetra Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang selama 60 hari
dari bulan Januari – Maret 2016 dan pada bulan Juli – September 2016 penulis
juga melaksanakan Kerja Praktik di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Serpong selama 40 hari dengan judul “Isolasi dan Karakterisasi Parsial
Bakteri B1 Dari Hasil Buangan Limbah Pengolahan Kelapa Sawit Malimping
Pandeglang untuk Aplikasi Biodetergen di Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) Serpong”.
PERSEMBAHAN
Bissmillahirohmanirrohim
Dengan mengucapkan rasa syukur Kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya kecilku ini dengan segala ketulusan dan kesederhanaan sebagai tanda
bukti dan kasihku
Untuk yang tercinta :
Bapak dan Ibu yang menjadi penyemangat hidupku, yang selalu memanjatkan doa disetiap
sujudnya untuk keberhasilanku
Adik dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dukungan di setiap
langkahku untuk menyelesaikan studiku
Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan Ilmu dengan tulus iklas serta sahabat –
sahabatku tersayang yang selalu mendukung menemani saat suka maupun duka,
Dan Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
Motto
Tiada hari untuk mengeluh, tiada hari tanpa belajar
Membaca menjadikan seseorang berisi, berunding menjadikan dia siap, menulis
menjadikan dia seksama (Bacon)
Nasehat Yang jujur tidak enak kedengarannya (Pepatah Cina)
Rumput yang paling kuat tumbuhnya terdapat di atas tanah yang paling keras
(Galileo Galilei)
Hidup orang lain adalah cermin terbaik dimana kita dapat mawas diri dalam
kehidupan kita (Gothe)
SANWACANA
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengujian
Daya Hambat Antibiotik Pada Sel Bakteri Escherichia coli Dan Bacillus sp.
Yang Dipapar Medan Magnet”.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian mandiri bapak Dr. Sumardi, M.Si.
pada tahun 2017.
Penulis menyadari banyak sekali pihak yang telah membantu penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1.
Bapak Dr. Sumardi, M.si., selaku Pembimbing utama yang telah dengan
sabar memberi masukan, saran, membimbing dan semangat selama penulis
melaksanakan penelitian hingga menyelesaikannya skripsi ini.
2.
Ibu Rochmah Agustrina Ph.D., selaku Pembimbing kedua yang dengan sabar
membimbing, memberi perhatian, dan membagi ilmu serta membantu penulis
selamamelaksanakan penelitian hingga menyelesaikannya skripsi ini.
3.
Ibu Dra. C.N Ekowati M. Si., selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran,
kritik selama penulis melaksanakan penelitian hingga menyelesaikannya
skripsi ini.
4.
Bapak Ir. Salman Al Farisi M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan dan semangat serta arahan selama masa studi.
5.
Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6.
Bapak Prof. Warsito.S.Si., DEA,. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7.
Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang telah
diberikan selama masa studi.
8.
Ibu dan Ayahanda yang tercinta yang selalu kuhormati dan yang selalu
menasehatiku agar tetap tabah, kuatdan tawakal dalam menuntut ilmu sampai
terselesainya skripsi ini.
9.
Adik-adiku tersayang Rozi Maizar Syahputra, Dea Rahmalia dan Dinda
Rahmalia yang selalu memberi semangat dan motivasi.
10. Kepada teman terbaikku selama ini Oktarina Husaini terima kasih atas doa,
bantuan dan semangat yang telah diberikan.
11. Kepada Sahabat-sahabatku yang teraneh Irul, Nafila, Erlin dan Ilal yang telah
menjadi tempat curahan penulis dan yang selalu memberi bantuan serta
nasihat positif kepada penulis.
12. Kepada teman-teman X4 yang selalu kompak Darma, Azwar, Rian, Irfan,
Fajar, Bocen, Diah, Mala, Arum, Mutia, Isna dan Intan yang memberi
motivasi dan semangat kepada penulis.
13. Kepada teman-teman seperjuangan Eta, Atif, Bara dan Bagus yang
memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis.
14. Kepada teman-teman sekelas Biologi kelas A 2013 tercinta yang penulis
sayangi terimakasih atas kekeluargaan yang terjalin selama ini semoga sukses
selalu untuk kita semua.
15. Kepada teman-teman seangkatan Biologi 2013 terimakasih atas kekeluargaan
yang terjalin selama ini semoga sukses selalu untuk kita semua.
16. Kepada seluruh keluarga besar HIMBIO FMIPA Universitas Lampung
terimakasih atas kekeluargaan yang terjalin selama ini semoga sukses selalu
untuk kita semua.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
penyusunan karya inidan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan
semoga karya yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis.
Bandar Lampung, Agustus 2017
Penulis,
Rizani Oktanisyah Putra
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ....................................................................................
i
ABSTRAK ................................................................................................
ii
HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
v
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
vi
MOTTO ......................................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................
ix
SANWACANA .........................................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
xvii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah.........................................................
B. Tujuan Penelitian ..........................................................................
C. Manfaat Penelitian ........................................................................
D. Kerangka Pikir ..............................................................................
E. Hipotesis........................................................................................
1
3
4
4
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bacillus sp.....................................................................................
B. Escherichia coli.............................................................................
C. Antibiotik .....................................................................................
D. Medan Magnet .............................................................................
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu........................................................................
B. Alat dan Bahan..............................................................................
C. Rancangan Percobaan ...................................................................
D. Pelaksanaan...................................................................................
1. Peremajaan Inokulum E. coli dan Bacillus sp. .........................
2. Pembuatan Starter Bakteri ........................................................
3. Pemaparan Bakteri Menggunakan Medan Magnet...................
4. Inokulasi Bakteri Pada Media Padat .........................................
5. Pemberian Antibiotik Pada Media Berisi Bakteri.....................
6. Pengukuran Diameter Zona Jernih............................................
E. Analisis Data .................................................................................
F. Diagram Alir Penelitian ................................................................
IV.
6
8
9
18
22
22
23
23
24
24
24
25
25
25
25
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis deskriptif berdasarkan diameter zona jernih bakteri Escherichia
coli dan Bacillus sp. yang terlihat .................................................... 27
B. Analisis kuantitatif uji daya hambat antibiotik pada koloni bakteri Escherichia
coli dan Bacillus sp. ................................................................................
30
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
36
36
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Diameter zona jernih hasil uji daya hambat antibiotik pada pertumbuhan bakteri
Escherichia coli setelah dipapar medan magnet .......................................... .
31
2. Diameter zona jernih hasil uji daya hambat antibiotik pada pertumbuhan bakteri
Bacillus sp. setelah dipapar medan magnet ......................................................
32
3. Rata-rata diameter zona jernih (cm) bakteri E. coli yang dipapar medan magnet
terhadap antibiotik .................................................... .....................................
42
4. Rata-rata diameter zona jernih (cm) bakteri Bacillus sp. yang dipapar medan
magnet terhadap antibiotik .............................................................................
43
5. Analisis varian masing-masing Antibiotik Bakteri Escherichia coli pada taraf
nyata 5% ....................................................................................................
44
6. Analisis varian masing-masing Antibiotik Bakteri Bacillus sp. pada taraf
nyata 5% ....................................................................................................
45
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Penggunaan metode Kirby-Bauer ...........................................................
18
2. Diagram Alir penelitiian .........................................................................
26
3. Diameter zona jernih hasil uji daya hambat pada bakteri E. coli yang dipapar
medan magnet ........................................................................................
27
4. Diameter zona jernih hasil uji daya hambat pada bakteri Bacillus sp.yang dipapar
medan magnet ........................................................................................
28
5. Grafik perbandingan diameter zona jernih bakteri E. coli yang dipapar medan
magnet pada masing-masing antibiotik .................................................
41
6. Grafik perbandingan diameter zona jernih bakteri Bacillus sp. yang dipapar
medan magnet pada masing-masing antibiotik .....................................
41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Di zaman yang semakin modern saat ini, penggunaan listrik dalam kehidupan
sehari-hari tidak dapat dihindari. Arus listrik yang bergerak menghasilkan
medan listrik dan medan magnet. Medan magnet adalah daerah di sekitar
magnet yang masih dapat dipengaruhi oleh gaya magnet (Fajri et al, 2015).
Paparan medan magnet terhadap mikroorganisme diketahui dapat bersifat
menguntungkan namun juga dapat bersifat merugikan tergantung kuat medan
magnet dan jenis mikroorganismenya. Paparan medan magnet banyak
dimanfaatkan diberbagai bidang teknologi seperti bidang kesehatan, industri,
pertanian, dan pangan (Gaafar et al., 2006)
Extremely Low Frequency (ELF) merupakan gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi sangat rendah yaitu 0 sampai 300 Hz (Bafaai, 2004). Radiasi
medan magnet ELF dengan kuat paparan yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan sel sedangkan pada kuat paparan yang rendah dapat
meningkatkan proliferasi sel. Hal tersebut dapat dilihat dari rasio pertumbuhan
bakteri S. aureus yang dipapar medan magnet 0,5 mT yaitu 0,82, sedangkan
rasio pertumbuhan bakteri yang sama yang dipapar medan magnet 2 mT yaitu
0, 69 (Masoumeh et al., 2013). Segatore et al. (2013) mengemukakan bahwa
2
paparan medan magnet 2 mT, 50 Hz pada kultur bakteri E. coli dan
Pseudomonas aeruginosa berumur 4 jam, 6 jam dan 8 jam waktu inkubasi
menyebabkan penurunan jumlah sel yang signifikan dibanding kontrol. Hal
tersebut diketahui dengan persentase penurunan jumlah sel bakteri E. coli
untuk masing-masing waktu inkubasi 4, 6 dan 8 jam, yaitu 12 ± 2, 42 ± 5, dan
13 ± 2, sedangkan penurunan jumlah sel pada bakteri P. aeruginosa dengan
waktu inkubasi yang sama, yaitu 13 ± 2, 22 ± 3, dan 14 ± 3. Paparan medan
magnet sebesar 700 mG,10 Hz juga dapat menyebabkan penurunan jumlah sel
pada bakteri E. coli sebanyak 475 % dibanding kontrol (Taqavi et al., 2012).
Pemaparan medan magnet 40 mT, 50 Hz pada Bacillus sp. menyebabkan
penghambatan pertumbuhan selnya (Ibraheim, 2013). Menurut Fojt et al.
(2004), pemaparan medan magnet sebesar 10 mT, 50 Hz dapat mempengaruhi
viabilitas dan menyebabkan penurunan koloni dari bakteri E. coli, Lercia
adecarboxylata, dan Staphylococcus aureus.
Paparan medan magnet dapat mempengaruhi metabolisme sel bakteri dengan
merubah pergerakan dan meningkatkan laju pergerakan ion. Adanya
perubahan pergerakan dan peningkatan laju pergerakan ion dapat menyebabkan
perubahan transportasi pada membran sel (Morelli dan Stephen, 2013). Dalam
mempelajari pengaruh paparan medan magnet terhadap metabolisme bakteri,
dapat dilakukan dengan mengkombinasikan perlakuan medan magnet dan
antibiotik seperti yang dilakukan Gaafar (2006).
Menurut Brooks et al. (2010), aktivitas antibiotik dalam menghambat
pertumbuhan mikroba ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya pH
lingkungan, stabilitas dari antibiotik, besarnya inokulum mikroba, masa
3
inkubasi dan aktivitas metabolik mikroba. Aktivitas metabolik dari mikroba
merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan bakteri. Bila
metabolisme dari mikroba terganggu, maka pertumbuhan mikroba tersebut
juga dapat terganggu. Sehingga, respon mikroba tersebut terhadap antibiotik
akan berubah.
Setiap jenis antibiotik mempunyai mekanisme dalam menghambat
metabolisme bakteri yang berbeda-beda, diantaranya melalui penghambatan
sintesis dinding sel, fungsi membran plasma, sintesis asam nukleat, dan sintesis
protein. Proses penghambatan pertumbuhan mikroba oleh antibiotik diketahui
mulai berlangsung pada tahap translasi dan transkripsi material genetik, hingga
penghambatan metabolisme folat (Neu dan Gootz, 2001).
Informasi mengenai respon bakteri E. coli dan Bacillus sp. yang dipapar medan
magnet terhadap antibiotik belum banyak diketahui. Oleh karena itu, dilakukan
pengujian daya hambat antibiotik pada sel bakteri E. coli dan Bacillus sp. yang
dipapar medan magnet.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan daya hambat
antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. yang dipapar
medan magnet.
4
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi
peneliti mengenai daya hambat antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli dan
Bacillus sp. yang dipapar medan magnet serta dapat mengetahui mekanisme
kerja paparan medan magnet dalam pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Bacillus sp.
C. Kerangka Pikir
Semua benda yang terdapat di bumi memiliki sifat kemagnetan sehingga sangat
dipengaruhi oleh medan magnet. Medan magnet merupakan daerah di sekitar
magnet yang masih dapat mempengaruhi benda yang berada disekitarnya.
Paparan medan magnet terhadap mikroorganisme diketahui dapat bersifat
menguntungkan namun dapat juga bersifat merugikan tergantung kuat medan
magnet dari jenis mikroorganismenya.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa bakteri Escherichia
coli dan Bacillus sp. yang dipapar medan magnet, menunjukkan perubahan
sensitivitasnya terhadap antibiotik. Paparan medan magnet dapat
menyebabkan bakteri tersebut menjadi lebih peka atau berkurangnya
kepekaannya terhadap antibiotik. Medan magnet diduga dapat menyebabkan
perubahan sinstesis dinding sel, protein, asam nukleat, dan enzim. Molekulmolekul tersebut memiliki peran penting dalam permeabilitas membran sel
bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. Besar kecilnya sensitivitas bakteri
ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih disekitar antibiotik. Berdasarkan
5
informasi di atas, maka dilakukan penelitian untuk menguji daya hambat
antibiotik pada sel bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. yang dipapar
medan magnet.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan daya
hambat antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. yang
dipapar medan magnet.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan salah satu jenis mikroba patogen yang dapat
menyebabkan penyakit dan intoksikasi pada manusia dan juga dapat
menyebabkan kerusakan produk. Bakteri ini terdapat di segala tempat yaitu di
air, tanah dan udara dan dapat mengkontaminasi produk makanan. Mengingat
akibat yang ditimbulkan maka keberadaan bakteri ini pada produk perlu
dihindari (Onibala, 2013).
Menurut de Vos et al. (2009) klasifikasi Bacillus sp. adalah sebagai berikut :
Kerajaan
: Bacteria
Divisi
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Bangsa
: Bacillales
Suku
: Bacillaceae
Marga
: Bacillus
Jenis
: Bacillus sp.
Ciri-ciri Bacilus sp. yaitu bersifat motil dan menghasilkan spora yang biasanya
resisten terhadap panas. Bakteri ini juga bersifat aerob, namun terdapat
beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif. Tiap spesies Bacillus sp.
7
menunjukkan cara penggunaan gula yang berbeda. Sebagian bakteri
memanfaatkan gula sebagai sumber energi melalui fermentasi dan sebagian
tidak. Uji katalase menujukkan bahwa Bacillus sp. positif uji katalase. Bacillus
sp. merupakan bakteri yang berbentuk batang dan tergolong dalam bakteri
gram positif. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang mengandung
peptidoglikan, asam teikoat, dan asam teikuronat. Oleh sebab itu, sebagian
besar dinding sel bakteri Gram positif merupakan polisakarida. Pada beberapa
bakteri, asam teikoat merupakan antigen yang berada di permukaan sel dan ada
juga yang merupakan selaput pada selnya. Asam teikoat ini pada umumnya
terdiri dari gula netral seperti galaktosa, manosa, ramnosa, arabinosa dan
glukosamin. Lapisan tersebut menyelimuti seluruh sel bakteri sehingga
menyerupai selubung yang kuat dan dinamakan murein (de Vos et al., 2009).
Beberapa jenis Bacillus sp. menunjukkan karateristik fisiologi tertentu seperti
Bacillus thuringiesis. Bacillus thuringiesis dapat memproduksi satu atau lebih
kristal protein saat bersporulasi. Kandungan dari kristal ini yaitu protein δendotoksin yang diketahui bersifat lethal terhadap serangga yang peka yang
memakannya. Selain itu bakteri ini membentuk spora yang dibentuk
bersamaan dengan kristal protein saat terjadinya sporulasi yang berfungsi
sebagai sistem perlindungan diri dari pengaruh lingkungan luar (Bahagiawati,
2002).
Sifat fisiologis khas lain yang dimiliki oleh setiap jenis Bacillus sp. adalah
kemampuannya yang berbeda-beda seperti dalam mengdegradasi senyawa
organik seperti protein, pati dan selulosa, berperan dalam nitrifikasi dan
8
dentrifikasi, pengikat nitrogen, dan dapat bersifat khemolitotrof, aerob atau
fakutatif anaerob, psikrofilik, atau thermofilik (Moat et al., 2002).
B. Escherichia coli
Habitat alami dari bakteri E. coli adalah saluran pencernaan manusia maupun
hewan. E. coli pertama kali diisolasi oleh Theodor Escherich dari tinja seorang
anak kecil pada tahun 1885 (Carter dan Wise 2004). E. coli merupakan bakteri
komensal yang bersifat pathogen dan merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas di seluruh dunia. Kebanyakan E. coli memiliki virulensi yang
rendah dan bersifat oportunis. E. coli tidak tahan terhadap keadaan kering atau
desinfektan biasa. Bakteri ini akan mati pada suhu 60o C selama 30 menit
(Tenailon et al., 2010).
Menurut Brenner et al. (2008) E. coli diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan
: Bacteria
Divisi
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Bangsa
: Enterobacteriales
Suku
: Enterobacteriaceae
Marga
: Escherichia
Jenis
: Escherichia coli
Bakteri E. coli ini merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dan
bersifat motil. E. coli memilki ukuran yang bervariasi yaitu 2,4 mikro; 0,4
9
mikro hingga 0,7 mikro. E. coli tidak mempunyai spora. Bakteri ini diketahui
positif saat dilakukan tes indol, glukosa, laktosa, dan sukrosa.
Struktur sel E. coli dikelilingi oleh membran sel yang terdiri dari sitoplasma
yang mengandung nukleoprotein. Membran sel E. coli ditutupi oleh dinding
sel berlapis kapsul. Flagela dan pili pada bakteri E. coli menjulur dari
permukaan sel (Tizard, 2004). Tiga struktur antigen utama pada permukaan
yang digunakan untuk membedakan serotipe golongan E. coli adalah dinding
sel, kapsul, dan flagela. Dinding sel E. coli berupa lipopolisakarida yang
bersifat pirogen yang menghasilkan endotoksin serta diklasifikasikan sebagai
antigen O. Kapsul E. coli berupa polisakarida yang dapat melindungi
membran luar dari fagositik serta sistem komplemen, diklasifikasikan sebagai
antigen K. Flagela E. coli terdiri dari protein yang bersifat antigenik dan
dikenal sebagai antigen H. (Brooks et al., 2010).
Bakteri E. coli terolong ke dalam bakteri mesofilik yang pertumbuhan
optimumnya 15-45°C dan akan tumbuh secara optimal pada suhu 27° C.
E. coli memiliki suhu pertumbuhan maksimum 40-45° C, apabila suhu
melebihi suhu tersebut bakteri akan mengalami inaktivasi. E. coli diketahui
dapat hidup pada pH 5-8 (Brenner et al., 2008).
C. Antibiotik
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri dan fungi yang
berfungsi untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman dan
mikroorganisme lain. Antibiotik dapat diproduksi baik secara semi-sintesis
maupun sintesis sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay dan Rahardja, 2007).
10
Dalam melakukan aktivitasnya, antibiotik ini bekerja melalui 5 mekanisme
utama yaitu menghambat proses replikasi, transkripsi, translasi, sintesis
peptidoglikan, dan sintesis asam tetrahidrofolat (Lamont, 2006).
Antibiotik banyak digunakan pengobatan penyakit infeksi, bioteknologi dan
rekayasa genetika yang digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau
transforman. Prinsip kerja dari antibiotik sama seperti pestisida yaitu dengan
menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme namun targetnya adalah
bakteri (Schwartz, 2000).
Menurut Neu dan Gotz (2001), mekanisme kerja antibiotik dapat dibagi
menjadi beberapa golongan yaitu :
1. Menghambat sisntesis dinding sel
Dinding sel bakteri mempunyai fungsi mempertahankan bentuk sel dan
pelindungan terluar sel dari pengaruh lingkungan. Dinding sel bersifat keras
dan kaku karena mengandung polimer mukopeptida kompleks yaitu murein
dan peptidoglikan. Struktur dinding sel bakteri Gram positif berbeda
dengan bakteri Gram negatif. Dinding sel bakteri Gram positif mengandung
peptidoglikan dan teikhoat atau asam teikuronat dengan atau tanpa envelop.
Sedangkan pada dinding sel bakteri Gram negatif mengandung
peptidoglikan, lipopolisakarida, lipoprotein, fosfolipid dan protein.
Antibiotik yang dapat menghambat sintesis dinding sel bekerja dengan cara
mengganggu lapisan peptidoglikan. Lapisan ini berperan dalam
mempertahankan kehidupan bakteri dari lingkungan yang hipotonik. Bila
lapisan peptidoglikan hilang atau rusak, maka kekakuan dinding sel dapat
11
hilang sehingga dapat menyebabkan kematian pada sel bakteri. Salah satu
golongan antibiotik yang dapat menghambat sintesis dinding sel adalah
golongan β-laktam, yang bersifat inhibitor selektif terhadap sintesis sel
bakteri. Tahap awal dalam menghambat sintesis dinding sel dimulai dengan
pengikatan zat antibiotik pada sel bakteri. Pengikatan terjadi pada protein
pengikat penisilin (PBPs=Penicillin-binding proteins) pada reseptor.
Pengikatan satu atau lebih reseptor dapat menyebabkan reaksi transpeptidasi
terhambat, sehingga mengakibatkan sintesis peptidoglikan terhambat.
Tahap selanjutnya yaitu inaktivasi serta hilangnya inhibitor enzim-enzim
autolitik pada dinding sel bakteri. Akibatnya adalah aktivasi enzim-enzim
litik sehingga sel bakteri mengalami lisis.
Contoh antibiotik golongan β-laktam, yaitu ampisilin. Ampisilin merupakan
antibiotik dengan spektrum kerja yang luas dengan daerah kerjanya yaitu
mencakup bakteri kokus Gram positif seperti Staphylococcus, Streptococcus
dan Enterococcus sedangkan kokus Gram negatif yakni, Neisseria
menginitidis. Selain itu juga dapat menghambat basil Gram positif seperti
Actinomyces, Bacillus, dan Clostridium (Brooks et al., 2010).
2. Menghambat fungsi membran plasma
Sitoplasma pada sel-sel hidup berikatan dengan membran sitoplasma yang
berperan dalam permeabilitas membran, berfungsi dalam transport aktif dan
mengontrol komposisi internal dari sel. Bila fungsi integritas membran sel
ini terganggu maka ion dan makromolekul akan keluar dari sel dan akan
menghasilkan kerusakan dan kematian sel. Selain itu membran sel juga
12
berkaitan replikasi DNA dan sintesis dinding sel. Oleh karena itu, bila
fungsinya terganggu dapat bersifat mematikan pada sel
(Katzung et al., 2005).
Salah satu contoh antibiotik yang dapat menghambat fungsi membran
plasma adalah polimiksin B. Antibiotik polimiksin B bekerja pada bakteri
Gram negatif yang mengandung lipid bermuatan positif pada
permukaannya. Polimiksin mempunyai aktivitas antagonis Mg2+ dan Ca2+
yang secara kompetisi menggantikan Mg2+ atau Ca2+ dari gugus fosfat yang
bermuatan negatif pada lipid membran. Polimiksin ini menyebabkan
disorganisasi permeabilitas membran sehingga asam nukleat dan kationkation akan pecah dan sel akan mengalami kematian.
3. Menghambat sintesis asam nukleat
Antibiotik yang menghambat pertumbuhan bakteri melalui penghambatan
sintesis asam nukleat dibagi menjadi 2 golongan sebagai berikut.
a. Golongan Kuinolon. Contoh antibiotik dari golongan ini yaitu asam
nalidiksat. Antibiotik dari golongan ini bersifat bakterisidal. Antibiotik
dari golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat kerja dari enzim
DNA girase yang bertanggung jawab membuka dan menutupnya liitan
DNA (Triono dkk., 2012).
b. Golongan Nitrofuran
Golongan Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan
nitrofurazon. Nitrofuran mempunyai spektrum kerja yang luas terhadap
bakteri, diantaranya dapat menghambat Gram positif dan negatif,
13
termasuk E. coli, Staphylococcus sp., Klebsiella sp., Enterococcus sp.,
Neisseria sp., Salmonellasp., Shigella sp., dan Proteus sp.
(Brooks et al., 2010).
4. Menghambat sintesis protein
Terdapat 2 golongan antibiotik yang bekerja melalui penghambatan sintesis
protein.
a. Golongan Aminoglikosida
Antibiotik golongan Aminoglikosida menghambat pertumbuhan bakteri
aerob Gram negatif. Contoh antibiotik dari golongan ini adalah
streptomisin yang diisolasi pertama kali pada tahun 1940 dari
Streptomyces griceus. Semua aminoglikosida menghambat sintesis
protein dengan cara menghambat fungsi sub-unit 30S ribossom pada
bakteri (Brooks et al., 2010).
Tahap awal adalah perlekatan aminoglikosida pada reseptor protein
spesifik yaitu subunit 30S pada ribosom bakteri dan selanjutnya
aminoglikosida akan menghambat aktivitas kompleks inisiasi dari
pembentukan peptida. Kemudian pesan mRNA akan dibaca salah oleh
“regio pengenal” pada ribosom, sehingga terjadi insersi asam amino yang
salah pada peptida yang menghasilkan protein nonfungsional. Sebagai
akibat terakhir perlekatan aminoglikosida akan menghasilkan pecahnya
polisom menjadi monosomyang tidak mampu mensintesis protein.
14
b. Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol berupa serbuk halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan.
Kloramfenikol sukar larut pada air tapi mudah larut pada etanol, propilen
glikol, aseton dan etil asetat (Wasitaningrum, 2009).
Kloramfenikol menghalangi pelekatan asam amino pada rantai peptide
yang baru timbul pada unit 50S ada ribosom, dengan mengganggu daya
kerja peptidil transferase. Kloramfenikol pada dasarnya bersifat
bakteriostatik. Spektrum, dosis serta kadarnya dalam darah mirip dengan
tetrasiklin. Resistensi kloramfenikol merupakan akibat dari perusakan
oba toleh suatu enzim yang dikendalikan oleh plasmid
(Brooks et al., 2010).
5. Menghambat metabolisme folat.
Trimetoprim dan sulfonamid mempengaruhi metabolisme folat melalui
penghambatan kompetitif biosintesis tetrahidrofolat yang bekerja sebagai
pembawa 1 fragmen karbon yang diperlukan untuk sintesis DNA, RNA dan
protein dinding sel. Mekanisme dasar dari antibiotik ini adalah sebagai
inhibitor kompetitif saat pemanfaatan PABA oleh bakteri. Sulfonamid
bersifat bakteriostatik untuk beberapa bakteri Gram negatif dan positif,
chlamydiae, nocardiae, dan protozoa. Trimetoprim dalam kombinasi dengan
sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar patogen saluran
kemih seperti Streptococcus hemoliticus, Neisseria sp., Klebsiella sp,
Enterobacter, Salmonella dan Shigella (Brooks et al., 2010).
15
Banyaknya jenis pembagian, klasifikasi, pola kepekaan bakteri, dan penemuan
antibiotika baru seringkali menyulitkan dalam menentukan pilihan antibiotik
yang tepat ketika menangani suatu kasus penyakit. Hal ini dapat memicu
terjadinya resistensi terhadap antibiotik (Peterson, 2005). Resistensi adalah
tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara
sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau kadar hambat minimalnya
(Tripathi, 2003).
Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika dapat terjadi karena beberapa
faktor diantaranya :
1.Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika .
Misalnya Staphylococcus, resisten terhadap penisilin G yang menghasilkan
beta-laktamase, yang merusak obat tersebut. Beta-laktamase lain dihasilkan
oleh bakteri batang Gram-negatif.
2.Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Misalnya tetrasiklin,
tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang resisten.
3.Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat.
Misalnya resistensi kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan
dengan hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada subunit 30s
ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang
rentan.
4.Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat
oleh obat. Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid
16
tidak membutuhkan PABA ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia dapat
menggunakan asam folat yang telah dibentuk.
5.Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan
fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada
enzim pada kuman yang rentan. Misalnya beberapa bakteri yang rentan
terhadap sulfonamid, dihidropteroat sintetase, mempunyai afinitas yang jauh
lebih tinggi terhadap sulfonamid dari pada PABA (Brooks et al., 2010).
Aktivitas antibiotik dalam menghambat pertumbuhan mikroba ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1. pH lingkungan
Bakteri hidup pada rentan pH tertentu. Umumnya bakteri bekerja optimum
pada rentang pH 6-8, tetapi beberapa jenis mikroba dapat hidup pada pH
yang lebih rendah yang dikenal dengan istilah acidhophiles ataupun pada
pH yang lebih tinggi yang dikenal dengan istilah alkalophiles. Secara
umum, kelompok mikroba yang berbeda memiliki karakteristik pH tertentu.
Kebanyakan bakteri adalah neutrofil. Meskipun sering mikroba tumbuh
dari kisaran pH yang luas dan jauh dari optimum, terdapat batas-batas
toleransi pada pertumbuhannya (Willey et al., 2008).
2. Stabilitas antibiotik
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan kualitas dan kemurnian
produk tersebut. Ketidakstabilan dari suatu antibiotik dapat menurunkan
17
kemampuannya dalam menghambat mikroba (Carstensen dan Rhodes,
2000).
3. Aktivitas metabolit mikroba
Dalam melakukan aktivitas metabolisme, bakteri menghasilkan senyawasenyawa metabolit untuk pertahanan hidupnya. Salah satu metabolit yang
dihasilkan yaitu antibiotik yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan
mikrobia lain. Produksi antibiotik biasanya diiringi dengan sporulasi dan
terjadi pada sel mikroba yang sensitif dengan mikroba, tumbuhan, atau
binatang. Umumnya mikroba sensitif ini membutuhkan perlindungan
khusus ketika nutrisinya mulai habis (Nofiani, 2008).
Menurut Jorgensen et al. (2015), uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu metode dilusi dan metode difusi. Metode difusi
memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode dilusi, diantaranya yaitu
tidak memakan banyak biaya dan mudah untuk dibuat. Salah satu contoh
metode difusi yaitu, metode difusi Kirby-Bauer.Prinsip kerja metode KirbyBauer adalah mendifusikan sejumlah senyawa antibakteri pada media agar
yang telah diinokulasi dengan bakteri (Parija, 2009). Menurut Pratiwi (2008),
proses pemberian antibiotik dilakukan dengan cara meletakkan lempeng kertas
yang mengandung antibakteri pada permukaan media yang berisi kultur
bakteri. Penggunaan metode Kirby-Bauer dapat dlihat pada Gambar 1.
18
Gambar 1. Penggunaan metode Kirby-Bauer
D. Medan Magnet
Fajri et al. (2015) menyatakan bahwa medan magnet merupakan daerah di
sekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh magnet. Medan magnet terjadi
karena adanya kutub-kutub magnet yang memiliki gaya tarik-menarik dan
tolak menolak yang besar. Medan magnet bersifat tidak menghalangi dan
mampu menembus benda penghalang seperti genting, tembok bangunan,
pepohonan, maupun tubuh manusia dan akan mengalami penurunan secara
linier terhadap jarak dari sumber paparan.
Medan magnet dapat berasal dari alami maupu buatan. Medan magnet AC
merupakan medan magnet yang berasal dari buatan manusia seperti sistem
listrik (saluran listrik, transformer, komputer) dan memiliki frekuensi 50/60
Hz. Sementara, medan magnet statik besarnya konstan terhadap waktu dan
memiliki frekuensi 0 Hz. Medan magnet statis diciptakan oleh magnet dengan
aliran listrik DC. Bumi merupakan medan magnet statis alam, yang digunakan
untuk navigasi kompas (Downes, 2003).
19
Berdasarkan sifat medan magnet, bahan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
diamagnetik, paramagnetik dan ferromagnetik.
1. Diamagnetik
Bahan diamagnetik merupakan bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom tetapi orbit dan spinnya tidak. Jika bahan diamagnetik
diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam atom akan
merubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan resultan medan
magnet atomis yang arahnya berlawanan nol (Halliday & Resnick, 1989).
Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron sehingga
semua bahan bersifat diamagnetik karena atomnya mempunyai elektron
orbital. Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan
tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam bahan
diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini
tidak menarik garis gaya. Contoh bahan diamagnetik yaitu: bismut, perak,
emas, tembaga dan seng (Billah, 2006).
2. Paramagnetik
Bahan paramagnetik merupakan bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet
atomis total seluruh atom/molekul dalam bahan nol. Hal ini disebabkan
karena gerakan atom/molekul acak, sehingga resultan medan magnet atomis
masing-masing atom saling meniadakan. Bahan ini jika diberi medan
magnet luar, maka elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian rupa
sehingga resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet
20
luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang
menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini, efek diamagnetik
(efek timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet penyebabnya)
dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil (Halliday & Resnick, 1989).
Contoh bahan paramagnetik: alumunium, magnesium, wolfram dan
sebagainya. Bahan diamagnetik dan paramagnetik mempunyai sifat
kemagnetan yang lemah. Perubahan medan magnet dengan adanya bahan
tersebut tidaklah besar apabila digunakan sebagai pengisi kumparan toroida
(Billah, 2006).
3. Ferromagnetik
Bahan ferromagnetik merupakan bahan yang mempunyai resultan medan
atomis besar. Hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin
elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak
berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron
yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak
berpasangan ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan
magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom lebih besar (Halliday & Resnick,
1989).
Dalam bahan ferromagnetik Medan magnet dari masing-masing atom bahan
ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantara atom-atom
tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan diri
membentuk kelompok-kelompok. Kelompok atom yang mensejajarkan
dirinya dalam suatu daerah dinamakan domain. Bahan feromagnetik
21
sebelum diberi medan magnet luar mempunyai domain yang momen
magnetiknya kuat, tetapi momen magnetik ini mempunyai arah yang
berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain sehingga medan magnet
yang dihasilkan tiap domain saling meniadakan (Billah, 2006).
Semua benda di bumi dipengaruhi oleh medan magnet. Paparan dari medan
magnet dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan. Beberapa
ilmuan menyatakan bahwa medan magnet diketahui bertanggung jawab
terhadap beberapa penyakit tertentu. Paparan medan magnet dengan
frekuensi 50 Hz pada sel, diketahui dapat mempengaruhi sifat fisiologis,
fungsi dan komunikasi antar sel (Fadel et al., 2003).
Menurut WHO ambang batas paparan medan magnet (<0,1 mT), namun
menurut International Radiation Protection Association (IRPA) mengenai
medan elektromagnetik, pemerintah mengadopsi rekomendasi untuk batas
paparan medan magnet 50 - 60 Hz adalah 0.5 mT (Sari dkk, 2015).
Pada bidang pertanian Dhawi dan Al-Khayri (2009), membuktikan bahwa
paparan medan magnet 1500 mT selama 0, 1, 5, 10 dan 15 menit dapat
meningkatkan kandungan ion N, K, Ca, Mg, Fe, Mn, dan Zn pada tanaman
kurma (Phoenix dactylifera).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari
Januari - Maret 2017.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, beaker gelas,
Enlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, jarum ose bundar,
pinset, kertas saring, kertas label, tisue, sumbat kapas, plastik tahan panas,
alumunium foil, pembakar bunsen, micro pipet, micro tip, hot plate magnetic
stirrer, autoclave, jangka sorong, transformator dan solenoida, laminar
air-flow, lemari pendingin, oven, vortex, inkubator bakteri, waterbath shaker
dan neraca digital.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrient Broth, Endo agar,
Nutrient agar spiritus, aquades, disk antibiotik kloramfenikol, disk antibiotik
ampisilin, disk antibiotik streptomisin, disk antibiotik trimetoprim, disk
antibiotik asam nalidiksat, isolat Escherichia coli dan Bacillus sp. koleksi
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unila.
23
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk
melihat adanya pengaruh kuat medan magnet yang berbeda terhadap daya
hambat antibiotik pada pertumbuhan kultur bakteri. Bakteri yang diuji adalah
bakteri Bacillus sp. dan E. coli. Bacillus sp. adalah bakteri Gram positif dan E.
coli adalah bakteri Gram negatif. Kuat medan magnet yang digunakan yaitu
0; 0,1; 0,2; dan 0,3 mT. Antibiotik yang diuji terdiri dari 5 jenis antibiotik,
yaitu trimetoprim yang berfungsi menghambat enzim-enzim esensial dalam
metabolisme folat, ampisilin yang berfungsi menghambat pembentukan
dinding dan permeabilitas membran sel, asam nalidiksat yang berfungsi
menghambat kerja enzim DNA Girase, streptomisin yang berfungsi
menghambat pembentukan mukopeptida dan kloramfenikol yang berfungsi
mengganggu daya kerja peptidil transferase. Setiap perlakuan kuat medan
magnet terhadap bakteri diulang sebanyak 3 kali. Daya hambat setiap
antibiotik pada bakteri yang dipapar medan magnet, ditentukan dengan
mengukur diameter zona jernih yang terbentuk disekitar antibiotik. Data yang
diperoleh dianalisis varian secara terpisah pada taraf nyata (α) = 5%, untuk
masing-masing perlakuan antibiotik dan bakteri yang dipapar medan magnet
dengan kuat berbeda.
D. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 6 tahap yaitu peremajaan inokulum,
pembuatan starter bakteri, pemaparan bakteri menggunakan medan magnet,
inokulasi bakteri pada media padat, pemberian antibiotik pada media berisi
24
bakteri dan uji aktivitas antibiotik. Tahapan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2.
1. Peremajaan Inokulum Biakan Escherichia coli dan Bacillus sp.
Biakan murni bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. diinokulasi secara
terpisah dalam tabung miring berisi media Nutrient Agar (NA) steril.
Biakan kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam.
2. Pembuatan Starter Bakteri
Bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. yang telah diremajakan, keduanya
diinokulasikan ke dalam erlenmeyer 100 mL yang terpisah berisi 10 mL
media Nutrient Broth (NB) steril. Kultur Escherichia coli dan bakteri
Bacillus sp. kemudian diinkubasi menggunakan waterbath shaker pada suhu
37o C selama 10 jam.
3. Pemaparan Medan Magnet Pada Kultur Bakteri
Starter bakteri Escherichia coli dan Bacillus sp. yang telah diinkubasi
selama 10 jam kemudian dipapar medan magnet selama 10 menit, dengan
kuat pemaparan medan magnet 0 mT (kontrol); 0,1 mT; 0,2 mT; dan 0,3
mT.
25
4. Inokulasi KulturBakteri Pada Media Padat
Bakteri yang telah dipapar medan magnet sesuai perlakuan, diinokulasi
dalam media Nutrient Agar steril pada cawan petri menggunakan teknik
Kirby-Bauer. Setiap perlakuan diulang 3 kali (triplo).
5. Pemberian Antibiotik Pada Media Berisi Kultur Bakteri
Disk antibiotik yang digunakan dalam percobaan disiapkan yaitu ampisilin
10 µg, streptomisin 10 µg, kloramfenikol 30 µg, trimetoprim 5 µg, dan asam
nalidiksat 30 µg. Disk antibiotik kemudian diletakkan pada cawan petri
yang sudah berisi kultur bakteri mengunakan pinset steril, kemudian kultur
bakteri diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam.
6. Pengukuran Diameter Zona Jernih
Aktivitas antibiotik ditentukan dengan mengukur zona jernih yang
dihasilkan kultur bakteri yang telah diberi antibiotik menggunakan jangka
sorong.
E. Analisis Data
Data dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan jika terdapat perbedaan nyata
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
26
F. Diagram Alir Penelitian
- Media NA 5 mL pada
tabung miring
- Inkubasi selama 24 jam
pada suhu 37o C
Peremajaan Inokulum
Escherichia coli
Bacillus sp.
Pembuatan Starter Bacillus sp.
dalam media NB steril
Diinkubasi pada suhu 37o selama
10 jam
Pembuatan Starter E. coli dalam
media NB steril
Diinkubasi pada suhu 37o selama
10 jam
Pemaparan KulturBakteri Oleh Medan Magnet
selama 10 menit
0 mT
(Kontrol)
0,1 mT
0,2 mT
0,3 mT
Inokulasi Kultur Bakteri ke dalam Media NA Padat
Pemaparan KulturBakteri Oleh Medan Magnet
selama 10 menit
0 mT
(Kontrol)
Streptomisin
10 µg/disk
0,2 mT
0,3 mT
Inokulasi Kultur Bakteri ke dalam Media NA Padat
Pemberian Antibiotik Pada Kultur
Bakteri dalam media NA
Ampisilin 10
µg/disk
0,1 mT
Pemberian Antibiotik Pada Kultur
Bakteri dalam media NA
Kloramfenikol
30 µg/disk
Trimetoprim
5 µg/disk
Diinkubasi Pada Suhu 37o C Selama 24 Jam
Pengukuran Diameter Zona Jernih
Analisis Data
Gambar 2. Diagram Alir penelitiian
Nalidix acid
30 µg/disk
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Paparan medan magnet meningkatkan kemampuan daya hambat antibiotik
trimetoprim, asam nalidiksat dan kloramfenikol pada pertumbuhan bakteri
E. coli, namun menurunkan kemampuan daya antibiotik ampisilin dan tidak
mempengaruhi daya hambat antibiotik streptomisin pada pertumbuhan
bakteri E. coli.
2.
Paparan medan magnet meningkatkan kemampuan daya hambat antibiotik
trimetoprim, ampisilin, asam nalidiksat dan kloramfenikol pada
pertumbuhan bakteri Bacillus sp. Paparan medan magnet tidak
mempengaruhi kemampuan daya hambat antibiotik streptomisin pada
pertumbuhan bakteri Bacillus sp.
B. Saran
Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penambahan kuat paparan medan
magnet pada bakteri E. coli dan Bacillus sp. yang diberi antibotik streptomisin.
Selain itu perlu dilakukan juga identifikasi morfologi bakteri E. coli dan
Bacillus sp. yang dipapar medan magnet dengan kuat yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan.
Artikel IPTEK-Bidang Biologi, Pangan dan Kesehatan.
Baafai, U.S. 2004. Sistem Tenaga Listrik: Polusi Pengaruh Medan
Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Masyarakat (online)
http://repository.usu.ac.id/bristream/elektro-usman.pdf. Diakses tanggal [5
Desember 2016].
Bahagiawati. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida.
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
Buletin AgroBio. 5(1):21-28.
Bari, S. B., Mahajan, B. M., Surana, S. J. 2008. Resistance to antibiotic: A
challenge in chemotherapy. Indian journal of pharmaceutical education and
research. 2 (2) : 34-39.
Billah, A. 2006. Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Strontium Ferit Dengan
Bahan Dasar Pasir Besi. Skripsi. Semarang. UNNES.
Brenner, Don J., Noel, R. Krieg, James, T. Staley, and George, M. Garrity. 2005.
Bergeys’s Manual Of Systematic Bacteriology 2nd Edition Volume Two :
The Proteobacteria, Part A Introductory Essays. Bergeys’s Manual Trust.
New York.
Brooks F. Geo, Carrol C. Karen, Butel S. Janet, Morse A. Stephen, Mietzer A.
Timothy. 2010. Medical Microbiology 26th Edition (1) : 13-401. Mc. Graw
Hill. New York.
Carter G.R. dan Wise D.J. 2004. Essential of Veterinary Bacteriology and
Mycology 6th Edition. Blackwell Publishing. Iowa.
Carstensen, J.T. dan Rhodes, C.T. 2000. Drug Stability Principles and Practices,
3rd Edition. Marcel Dekker. New York.
38
De Vos, Paul, George M. Garrity, Dorothy Jones, Noel R. Krieg, Wolfgang
Ludwig, Fred A. Rainey, Karl-Heinz Schleifer and William B. Whitman.
2009. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology 2nd Edition Volume
Three : The Firmicutes. Bergey’s Manual Trust. New York.
Downes, George. 2003. DC or AC Magnetising Waveforms in Magnetic Particle
Inspection. Copyright by Insight NDT Equpment Limited pp 3-6.
Dharma, A.R. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Dhawi, F. dan Al-Khayri, J. M. 2009. The effect of magnetic resonance imaging
on date palm (Phoenix dactylifera L.) elemental composition. International
Journal of the Faculty of Agriculture and Biology. 4: 14-20.
Fadel, M.A., S.M. Wael, R.M. Mostafa. 2003. Effect of 50 Hz, 0.2 mT magnetic
fields on RBC properties and heart functions of albino rats,
Bioelectromagnetics. 24 : 535–545.
Fajri, M.D.M, Sudarti and Yushardi. 2015. Analisis Dampak Paparan Medan
Magnet extremely Low Frequency (ELF) Intensitas >100 µT terhadap
Kelainan Konginital bayi Tikus Putih strain Wistar. Jurnal Pendidikan
Fisika. 4 (1): 15-20.
Fojt, L., L. Strasak, V. Vetterl, J. Smarda. 2004. Comparison of the low-frequency
magnetic field effects on bacteria Escherichia coli, Leclercia
adecarboxylata and Staphylococcus aureus. Bioelectrochemistry. 63 : 337–
341.
Gaafar, El-Sayed A., Magda S. Hanafy., Eman Y. Tohamy., Mona H. Ibraheim.
2006. Stimulation And Control Of E. coli By Using An Extremely Low
Fregquency Magnetik Field. Journal Biophys. 16 (4) : 283-296.
Griffith M.W. and Barbut S. 2001. Developing Validation Models for E. coli 0157
Inactivation In Dry Fermented Sausage. Departement of Food Science
University of Guelph. Canada.
Haliday, D. dan Resnick, R. 1989. Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Ibraheim, Mona. H. dan Doaa B. El-Din Darwish. 2013. 50 Hz Frequency
Magnetic Field Effects On Pseudomonas aeruginosa And Bacillus subtilis
Bacteria. Journal of Applied Physics (IOSR-JAP), e-ISSN: 22784861. 5 (3).
Jorgensen, H. James, Pfeller A. Michael, Carrol C. Karen, Landry L. Marie,
Funke G., Richter S. Sandra, Warnock W. David. 2015. Manual of Clinical
Microbiology 1st Edition (1) : 1269. ASM Press. Washington DC.
Katzung. 2005. Basic and Clynical Pharmacology 9th edition. MC Graw Hill.
Boston.
39
Lamont R.J., Burne R.A., Lantz M.S., Leblanc D.J. 2006. Oral Microbiology and
Immunology. ASM Press. Washington DC.
Li D., Song J., Li H., Shan M., Liang Y., Zhu J and Xie Z. 2015. Storage Lipid
Synthesis Is Necessary for Autophagy Inducted by Nitrogen Starvation.
Stanford University. USA.
Masoumeh, Aslanimehr, Ali-Asghar Pahlevan, Fatemeh Fotoohi-Qazvini,
Hassan Jahani-Hashemi. 2013. Effects Of Extremely Low Frequency
Electromagnetic Fields On Growth And Viability Of Bacteria. ISSN 23072083. International Journal of Research In Medical and Health Sciences. 1
(2) : 8-15.
Moat, G. Albert, Foster W. John, Spector P. Michael. 2002. Microbial Phisiology
4th Edition. Wiley-Liss Publication. New York.
Morelli, D.T., Stephen R.B. 2013. Structural, Magnetic and Thermoelectric
Properties of Some CePd 3-Based Compounds. Journal of Electronical
Material. Michigan States University. 42 : 1592-1596.
Neu, H.C. and T.D., Gootz, 2001. Antimicrobial Chemotherapy. In : Baron, S.
(eds)., “Medical Microbiology”. 5th ed. Galtestone. The University of
Texax Medical Branch.
Nofiani, R. 2005. Urgensi dan Mekanisasi Biosintesis Metabolit Sekunder
Mikroba Laut. Jurnal Natur Indonesia. 10 (2) : 120-125
Onibala, Heni. 2013. Identifikasi Bacillus sp. Pada Beberapa Tahapan Pengolahan
Frozen Tasteless Smoked Tuna. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 9
(2).
Parija, S. Chandra. 2009. Textbook of Microbiology and Imunology 1st Edition.
Elsevier. Jakarta.
Peterson, L. R. 2005. Squeezing the antibiotic balloon : The impact of
antimicrobial classes on ermerging resistance. European society of clinical
microbiology and infectious deseases. The Feinberg school of medicine,
North Western University. USA.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta. Erlangga.
Sande AS, Kapusnik-Uner JE, dan Mandell GL. 1990. Antimicrobial Agents,
General Considerations. In : Gilman AG, Rall TW, Nies AS, dan Taylor P
(Eds), Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics,
8th ed., Pergamon Press, 1018 – 1046.
40
Sari, R.E.Y.W., Prihandono T., Sudarti. 2015. Aplikasi Medan Magnet ELF 100
μT dan 300 μT Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat Ranti. FKIP Universitas
Jember. Jember.
Segatore, B., Setacci, D., Bennato, F., Cardigno, R., Amicosante, G. and Iorio, R.,
2012. Evaluations of the Effects of Extremely Low-Frequency
Electromagnetic Fields on Growth and Antibiotic Susceptibility of
Escherichia coli and Pseudomonas aeruginosa. International Journal of
Microbiology. 12 (587293) : 7.
Schwartz, S.I. 2000. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Alih bahasa
dr. Laniyati et al. EGC. Jakarta.
Taqavi, M., Nafisi, S., Tanoomand, A., EbrahimPour, K., Kardan, D., Moaddab S.
R. and Badihi, K., 2012. Study the Effects of High and Low Frequencies
Pulsed Square Electromagnetic Fields on the Logarithmic Growth of the
E. coli. International Journal of Microbiological. 3 (3): 238-241.
Tenailon., Skurnik D., Picard B., Denamur E. 2010. The Population Genetics Of
Commensal Escherichia coli. Nature Review Microbiology. 8 (3) : 207-217.
Tizard, I.R. 2004. Veterinary Immunology an Introduction 7th Edition. Saunders
Company. USA.
Triono, Aviv A., Akhmad E. P. 2012. Efektifitas Antibiotik Golongan
Sefalosporin dan Kuinolon terhadap Infeksi Saluran Kemih. Artikel
Penelitian. 12 (1) : 6-11.
Tripathi, K.D. 2003. Essentials of Medical Pharmacology 5th Edition. Jaypee
Brothers. New Delhi.
Tjay, TH dan Rahardja, K., 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya Edisi ke empat. Gramedia. Jakarta
Wasitaningrum, Ika Dyah Ayu. 2009. Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli Dari Isolat Susu Sapi Segar Terhadap Beberapa
Antibiotik. Skripsi. Universitas Muhammadyah Surakarta. Surakarta.
Willey, M.J., Sherwood, L.M., Woolverton, C.J. 2008. Microbiology 7th Edition.
Mc. Graw Hill. New York.
Download