5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, memiliki massa lebih dari 10%
massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan
lingkungannya (Walters, 2007). Kulit orang dewasa memiliki luas permukaan
sekitar 1,6 m2 dan memiliki ketebalan kulit yang bervariasi sesuai dengan usia,
jenis kelamin dan lokasi. Umumnya, kulit pria lebih tebal daripada wanita.
Namun, perempuan memiliki lapisan lemak subkutan lebih tebal. Secara umum,
kulit kelopak mata adalah yang paling tipis dan kulit pada telapak kaki adalah
yang paling tebal. Pada usia muda, regenerasi sel kulit berlangsung selama 28-30
hari (Mitsui, 1997).
2.1.1 Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi yang dapat diklasifikasikan sebagai fungsi
yang essensial atau penting bagi tubuh mamalia dan manusia dalam bertahan
hidup di lingkungan yang relatif tidak bersahabat. Dalam konteks umum, fungsifungsi ini dapat diklasifikasikan sebagai pelindung, mempertahankan homeostasis
dan juga sebagai indera perasa. Kulit juga merupakan organ penting untuk
mempertahankan homeostasis tubuh, terutama dalam hal regulasi panas, absorpsi,
status emosional dan peran sekresi (Walters, 2007).
Gangguan fisik serta mekanik dicegah oleh adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya
lemak permukaan kulit atau mantel asam kulit dengan pH 4,5-6,5 (Tranggono dan
5
Universitas Sumatera Utara
Latifah, 2007). Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap
sekitar 5-10% dari sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997).
2.1.2 Anatomi struktur kulit
Gambar 2.1 Anatomi kulit (Burns, dkk., 2004).
Kulit manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Epidermis (kulit ari)
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki
tebal yang berbeda-beda: 400-600 µm untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak
tangan dan kaki, memiliki rambut).
Keratinosit yang dibentuk dalam stratum basal berjalan menuju permukaan
dengan meningkatnya diferensiasi menjadi sel pipih dan bertanduk. Proses
yang terjadi pada epidermis inilah yang disebut dengan keratinisasi
Keratinosit yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalam adalah sebagai berikut:
6
Universitas Sumatera Utara
a. Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas dan menutupi semua
lapisan epiderma. Terdiri dari 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin, tahan terhadap air, elastis dan selalu
mengelupas. Lapisan ini terdiri dari sisik-sisik keratin yang tersusun
tumpang tindih (overlapping) Lapisan ini akan mengalami pembaruan
selama
proses
keratinisasi
(pembentukan
zat
tanduk/keratin)
berlangsung. Stratum korneum menggambarkan sistem pelindung yang
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia dan sistem penyimpan dari
kulit. Stratum korneum mencegah penguapan air yang berlebihan
maupun mencegah masuknya senyawa asing.
b. Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan tanduk dan sebagai penghubung antara
lapisan tanduk dengan stratum granulosum. Lapisan ini terdiri dari
protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen
sehingga dapat dilewati sinar. Lapisan ini sangat tampak jelas pada
telapak tangan dan telapak kaki. Disinilah proses keratinisasi bermula.
Fungsi lapisan ini untuk mengganti stratum korneum.
c. Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri dari satu atau dua lapisan sel-sel mati (sel gepeng).
Stratum granulosum mengandung ceramide, komponen penting dari
lipid epidermal, yang bertanggung jawab untuk fungsi pelindung dari
stratum korneum. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing,
serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
7
Universitas Sumatera Utara
d. Stratum Spinosum
Disebut juga lapisan malphigi yang terdiri dari sel-sel yang saling
berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma
berbentuk kubus. Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen;
filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas
(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Sel-sel spinosum ini
terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak
kaki.
e. Stratum Basal/Germinativum
Merupakan lapisan paling bawah epidermis, pada startum basal terjadi
aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses
pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinabungan. Lapisan ini
memproduksi pigmen melanosit. Pigmen inilah yang menentukan
warna kulit seseorang. Melanin mampu melindungi jaringan kulit agar
terhindar dari bahaya sinar ultraviolet (Maharani, 2015).
2. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di
daerah punggung. Lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh darah,
Lapisan dermis juga mengandung serat elastis sehingga dapat membuat
kulit yang dikerutkan akan dikembalikan ke bentuknya semula (Maharani,
2015). Lapisan ini juga terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan
retikulin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf
yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh
(Anderson, 1996).
8
Universitas Sumatera Utara
3. Hipodermis
Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang
disebut jaringan hipodermis atau subkutan. Lapisan subkutan adalah
lapisan paling dalam pada struktur kulit. Pada lapisan ini terdapat saraf,
pembuluh darah dan limfe. Fungsi lapisan ini adalah membantu
melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh.
Di lapisan ini terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan
lemak yang menjadi pelapis antara kulit dengan organ dalam seperti tulang
dan otot, selain itu, lemak yang terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai
stok energi tubuh yang siap dibakar pada saat diperlukan (Maharani,
2015).
2.1.3 Jenis-jenis kulit
Keragaman jenis dan fungsional kulit dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
intrinsik yang berhubungan dengan kelompok etnis, usia, keadaan fisiologis dan
patologis, serta faktor-faktor ekstrinsik terkait dengan lingkungan sekitarnya
seperti tingkat kekeringan, paparan sinar matahari, suhu, dan angin. Jenis-jenis
kulit dibagi sebagai berikut.
a. Kulit Normal
Kulit normal biasanya kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar
minyak yang normal, bertekstur halus dan lembut, kulit kencang dan
lentur, pori-pori kelihatan namun tidak terlalu besar, kelembapan kulit
yang bagus dan warna kulit merata, memiliki pH normal. Kulit jenis ini
umunya terdapat pada anak muda sehat yang belum mengalami pubertas.
Pada sudut pandang kosmetologi, kulit normal adalah kulit yang struktural
dan fungsionalnya seimbang dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
9
Universitas Sumatera Utara
b. Kulit kering
Kulit kering memiliki ciri-ciri: kehilangan kekenyalan dan elastisitas kulit,
kulit terlihat kasar dan bersisik.
c. Kulit berminyak
Kulit berminyak merupakan hasil dari aktivitas yang berlebihan dari
kelenjar minyak (sebaceous), yang menyebabkan produksi sebum yang
berlebihan menuju permukaan kulit sehingga memberikan penampilan
yang berminyak dan mengkilap. Produksi ini akan berlanjut mencapai
tingkat maksimum pada masa remaja dan kemudian mengalami penurunan
seiring usia.
d. Kulit kombinasi
Kulit kompleks yang merupakan kombinasi dari kulit normal, kering dan
berminyak. Pada area wajah T dimana kulit cenderung berminyak terdapat
bersamaan dengan kulit kering di area pipi.
e. Kulit sensitif
Kulit sensitif dapat ditemukan pada orang yang memiliki kulit yang lebih
tipis sehingga mudah iritasi, sangat sensitif dan berhubungan dengan
faktor genetik (Barel, dkk., 2009).
2.2 Penuaan Dini
Individu-individu muda dengan kulit lembut, halus, dan kenyal menjadi
sadar, dengan berlalunya waktu maka akan muncul tanda-tanda penuaan yaitu:
pendalaman dan jumlah keriput semakin terlihat, munculnya noda-noda, dan
pengenduran kulit. Perubahan ini terjadi pada semua lapisan kulit (Shai, dkk.,
2009). Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya dikenal
dengan penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
10
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Tanda-tanda penuaan dini
Perubahan yang terjadi di semua daerah tubuh (terlepas dari paparan sinar
matahari) secara alamiah seiring waktu adalah sebagai berikut.
a. Degenerasi serat elastin
Serat elastin kulit yang mengalami proses degenerasi perlahan-lahan
menjadi gumpalan serat elastin yang mempunyai kualitas rendah.
Perubahan dalam serat elastin adalah penyebab utama dari kehilangan
elastisitas kulit dan terbentuknya keriput.
b. Degenerasi serat kolagen
Di samping degenerasi serat elastin, adanya degenerasi bertahap dan
pengurangan jumlah serat kolagen pada lapisan dermis. Hal ini
menyebabkan penurunan kekuatan elastisitas yang dilanjuti dengan
pengenduran kulit.
c. Penipisan kulit
Secara umum, mulai dari sekitar 45 tahun keatas , terjadinya penipisan
bertahap semua lapisan kulit pada manusia termasuk epidermis, dermis,
dan subkutis. Proses penipisan kulit ini lebih jelas terlihat pada wanita
dibandingkan pada pria. Lapisan lemak subkutan menjadi lebih tipis dan
lebih menonjol penipisannya di beberapa daerah tertentu seperti pada
wajah, tangan, dan betis.
d. Kelembaban kulit
Dengan bertambahnya usia, kulit akan menjadi lebih kering. Kulit kering
ini terjadi disebabkan karena penurunan secara bertahap aktivitas kelenjar
sebaseus pada seluruh permukaan kulit terutama wajah. Penurunan ini
terjadi pada wanita setelah menopause dan pada pria usia lanjut.
11
Universitas Sumatera Utara
e. Perubahan pigmentasi
Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan jumlah melanosit
pada kulit, sehingga produksi melanin mengalami penurunan yang
mengakibatkan berkurangnya fungsi kulit sebagai pelindung dari radiasi
sinar matahari. Selain itu kulit yang terkena sinar matahari akan
mengalami proliferasi melanosit sehingga timbul noda hitam pada kulit.
f. Pembesaran kelenjar sebaseus
Pada daerah tertentu, meskipun terjadi penurunan jumlah produksi sebum
kulit, ukuran kelenjar sebaseus meningkat. Akibatnya pori-pori kulit
menjadi besar (Shai, dkk., 2009).
Proses penuaan kulit yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya
dikenal dengan penuaan dini yang memiliki tanda-tanda pada kulit, antara lain:
1. Kulit menjadi sangat kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar
minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk
menahan air serta kulit kehilangan kelembapan di dalam sel kulit (sawar
kulit).
2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel
baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan
rambut.
3. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya
kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit
baru.
4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunannya kemampuan
meregenerasi serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut
dan gelambir.
12
Universitas Sumatera Utara
5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel
melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit
(Wasiaatmadja, 1997).
2.2.2 Proses penuaan pada kulit
Adanya dua proses utama yang menyebabkan penuaan dini yaitu:
a. Proses penuaan intrinsik
Proses penuaan alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses
biologi/genetik yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada
setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati, diyakini
merupakan penyebab penuaan intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang
berpengaruh pada proses penuaan kulit yaitu:
1. Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua.
Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses
menua terjadi.
2. Genetik
Faktor genetik menentukan kapan mulai surutnya proses metabolik
dalam tubuh dan dengan kecepatan berapa proses menua berjalan.
3. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting
dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk
mempertahankan kehidupan sel secara baik. Pada wanita hormon
estrogen memacu pertumbuhan sel epitel. Pada wanita yang
menopause,
penurunan
produksi
esterogen
akan
menurunkan
elastisitas kulit.
13
Universitas Sumatera Utara
4. Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh
dalam perannya terhadap lingkungan hidup. Orang kulit putih lebih
mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna sehingga pada
kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara dini.
5. Faktor sistemik
Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung
lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosclerosis, defisiensi gizi,
dan penyakit autoimun yang menyebabkan terganggunya sistem
biologis selular (Wasitaatmadja, 1997).
b. Proses penuaan ekstrinsik
Penuaan ekstrinsik terjadi karena beberapa faktor yaitu radiasi pengion,
stress fisik dan psikologi berat, asupan alkohol, gizi buruk, makan
berlebihan, polusi, pencemaran lingkungan, kebiasaan merokok, dan
paparan radiasi UV. Di antara semua faktor lingkungan tersebut, radiasi
UV yang memberikan kontribusi hingga 80% (Puizina-Ivic, 2008).
2.3 Anti-aging
2.3.1 Pengertian anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah senyawa atau zat yang berfungsi
mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah
timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2003).
Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit
seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas
kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap.
Keriput yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab
14
Universitas Sumatera Utara
menurunnya jumlah kolagen dermis (Jaelani, 2009). Kolagen adalah zat pengisi
kulit dan merupakan protein penting untuk kulit, karena kolagen sangat penting
bagi struktur dan fungsi matriks dalam dermis. Kulit menipis dan berkeriput, ciri
khas dari penuaan kulit yang normal, merupakan akibat dari berkurangnya
kolagen (Daniel, dkk., 2002).
2.3.2 Fungsi dan manfaat anti-aging
Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.
4. Merangsang produksi kolagen.
5. Melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dan keriput.
2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
(Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4 Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive
Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga
membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu
penyerapan obat (Lee, 2013).
15
Universitas Sumatera Utara
Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit
wajah meningkat (±1oC) sehingga peredaran darah pada kulit meningkat,
mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen
pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat
aktif dalam essence ke dalam kulit. Penggunaan masker dapat meningkatkan
penyerapan zat aktif 5-50 kali dibanding produk kosmetik lain (Lee, 2013).
2.4.1 Jenis-jenis masker
Menurut Lee (2013) dan Mitsui (1997), jenis-jenis masker adalah sebagai
berikut:
1. Tipe peel-off
Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang
melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film
tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut
terlepas bersama dengan lapisan film tersebut.
Bahan yang digunakan: polyvinyl pyrolidine (PVP), polyvinyl acetate
(PVA), carboxy methyl cellulose (CMC), dan sebagainya.
Keuntungan: dapat dengan cepat membersihkan pori-pori, memutihkan,
dan membersihkan komedo.
Kerugian: apabila daya lekat masker terlalu kuat, pada saat di lepaskan
atau ditarik dari permukaan kulit maka folikel rambut akan ikut lepas
bersama masker sehingga membuat pori kulit besar dan menimbulkan
iritasi kulit. Kandungan alkohol yang tinggi pada tipe masker ini dapat
menghilangkan kadar air dan sebum kulit serta kurang mampu
melembabkan dan menutrisi kulit sehingga tidak cocok untuk tipe kulit
kering dan sensitif.
16
Universitas Sumatera Utara
2. Tipe wash-off
Tipe masker ini tidak akan membentuk film pada kulit, terbagi menjadi 4
jenis yaitu:
a. Tipe mud pack
Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan. Bahan
yang digunakan adalah kaolin, bentonite, lumpur alami, serbuk kacangkacangan, dan sebagainya.
Keuntungan: mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan
dan membersihkan sebum kulit yang telah mengeras.
Kerugian: dapat terkontaminasi bakteri dan sulit untuk dibersihkan.
b. Tipe krim
Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya
adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan
serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo.
Keuntungan: dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok
digunakan untuk kulit yang berkeriput.
Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dan penggunaan yang
kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat karena penimbunan
minyak pada kulit.
3. Tipe gel
Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan
polimer-polimer larut air, jadi sering ditambahkan humektan seperti
gliserin.
Keuntungan: cocok untuk kulit sensitif
Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dengan air.
17
Universitas Sumatera Utara
4. Tipe sheet
Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion
atau essence. Keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek dingin,
melembapkan, merevitalisasi dan nyaman digunakan serta pemakaiannya
praktis.
2.4.2 Masket sheet
Masker sheet telah banyak digunakan di Asia Timur, lembaran masker
umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya.
Masker sheet dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan antiaging, tetapi kurang mampu membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (Lee,
2013).
Jenis-jenis lembaran masker (Lee, 2013) akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tipe non woven
Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene, Bemliese fabric dan
viscose rayon.
Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga
mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam
kemasan.
Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering.
b. Tipe serat kertas (pulp)
Awalnya serat kertas merupakan bahas dasar pembuatan masker sheet,
tetapi telah diganti dengan bahan non woven.
Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit.
Kerugian: tingkat peresapan essence terbatas dan mudah robek karena
tipis.
18
Universitas Sumatera Utara
c. Tipe bioselulosa
Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan
selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi
kulit.
Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah
terlepas.
Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal.
d. Tipe charcoal
Menggunakan serbuk arang dari bambu moso yang endemik di Taiwan
yang dicampurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya.
Keuntungan: fleksibel, mampu meresapi essence dengan baik, kandungan
serbuk arang dapat meningkatkan penyerapan essence ke dalam kulit.
Kerugian: karena penambahan serbuk arang, biaya pembuatan lebih mahal
dibanding tipe non woven.
e. Tipe jeli
Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian
dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan.
Keuntungan: penggunaannya lebih praktis dibanding tipe masker lainnya.
Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang
dibandingkan jenis masker sheet lainnya.
2.5 Essence
Essence bukan merupakan tipe produk kosmetik baru. Alasan yang
membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen,
sebagai contoh, masyarakat ingin menyederhanakan rutinitas kosmetik harian
mereka untuk menghemat waktu, memiliki efek yang lebih baik, nyaman
19
Universitas Sumatera Utara
digunakan karena pengembangan desain wadah, pengembangan fungsi bahan
pelembab dan bahan farmasetik. Essence dibuat untuk meminimalkan kekurangan
produk perawatan kulit konvensional dalam hal efek, kesan penggunaan, sistem
kecantikan, dan sebagainya (Mitsui, 1997).
Tabel 2.1 Tipe-tipe essence (Mitsui, 1997).
Tipe
Tipe losion
transparan/semi
transparan
Tipe emulsi
Tipe minyak
Tipe lain
Teknologi
Keistimewaan
Secara umum mengandung humektan lebih
banyak dari losion. Teksturnya dapat diatur
Solubilisasi,
dengan pemilihan humektan dan polimer
mikroemulsi,
larut air serta variasi kombinasi keduanya.
liposom
Tipe ini merupakan tipe essence paling
umum.
Tipe ini mengandung banyak emolien
(komponen minyak), sangat cocok untuk
Tipe m/a
sediaan yang mengandung banyak bahan
Tipe a/m
penyerap UV dan bahan minyak lainnya.
Tipe a/m/a
Tipe a/m cocok untuk sediaan yang
waterproof.
Tipe ini telah digunakan sejak lama.
Teksturnya diatur kombinasi minyak padat
atau semi-padat dan lemak hewan atau
minyak tumbuhan dengan proporsi yang
berbeda. Tipe ini tidak sebagus tipe essence
lain sehingga sudah tidak ada di pasaran.
Essence untuk T zone yang banyak
Tipe losion
mensekresi sebum. Mengandung serbuk
dengan
penyerap sebum agar riasan wajah bertahan
serbuk
lebih lama
Essence yang mempunyai efek germisida
Tipe alkohol
untuk sediaan jerawat
2.6 Provitamin B5
Gambar 2.2 Rumus bangun provitamin B5
20
Universitas Sumatera Utara
Provitamin adalah vitamin yang akan menjadi bentuk aktif di dalam tubuh.
D-Panthenol (provitamin B5) adalah analog alkohol asam pantotenat (vitamin B5)
yang dalam organisme d-panthenol dapat dengan cepat dimetabolisme menjadi
asam pantotenat yang merupakan komponen dari koenzim A yang penting untuk
fungsi normal epitel. Panthenol memiliki dua bentuk utama yaitu D dan L, Dpanthenol (dexpanthenol) merupakan senyawa biologis aktif sedangkan Lpanthenol merupakan senyawa biologis inert. D-panthenol dapat memberikan
sejumlah manfaat bagi kulit yaitu meningkatkan penyembuhan luka, membantu
memulihkan jaringan epitel yang rusak, mengurangi gatal dan peradangan,
meningkatkan
hidrasi
kulit,
mengurangi
transepidermal
kehilangan
air,
memperbaiki kekasaran kulit dan lainnya (Todorov, 2015).
2.6.1 Mekanisme provitamin B5 sebagai zat anti-aging
Pada saat D-panthenol diaplikasikan pada permukaan kulit maka Dpanthenol akan berpenetrasi ke dalam epidermis dan diubah menjadi asam
pantotenat (vitamin B5) yang merupakan komponen dari koenzim A yang
mempunyai fungsi menginduksi sintesis asam lemak dan sphingolipids yang
penting dalam pembentukan lipid bilayer dari stratum korneum sehingga
memperkuat, revitalisasi dan memperbaiki struktur kulit (kering, kasar dan lecet)
dan meningkatkan pelindungan pada kulit. Ceramide yang merupakan bagian dari
sphingolipids dapat menjaga agar kulit tetap menjadi halus dan ketat (Radtke,
dkk., 2009).
D-panthenol merupakan humektan alami sehingga dapat menarik air dari
atmosfer dan meningkatkan retensi air atau kelembaban pada kulit, dikarenakan
dari efek tersebut maka d-panthenol dapat menarik air lebih banyak dan mengikat
21
Universitas Sumatera Utara
air pada kulit sehingga menutrisi kulit agar tetap lembab dan memperbaiki kulit
kasar (Todorov, 2015).
D-panthenol meningkatkan proliferasi fibroblas di lapisan dermis yang
merupakan lapisan tengah kulit dimana kerutan terbentuk, aktivitas fibroblas
biasanya tidak hanya menaikkan jumlah tetapi juga meningkatkan sintesis dari
semua komponen matriks kulit, seperti kolagen, elastin dan glycans serta
memperbaiki kulit secara keseluruhan seperti daerah yang terluka atau matriks
kulit yang tidak teratur seperti keriput ataupun garis-garis halus (Todorov, 2015).
D-panthenol meningkatkan sintesis dari Glutathione yang diketahui
mempunyai sifat antioksidan menghambat sintesis melanin dengan mengikat
radikal bebas dan peroksida yang berkontribusi dalam pembentukan melanin
sehingga dapat mengurangi spot pada wajah. Namun jumlah Glutathione yang
disintesis tidak terlalu banyak sehingga penurunan spot tidak dalam jumlah yang
signifikan (Slyshenkov, dkk., 2004).
2.7 Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan
kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi
bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti
ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak
adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi-sisi kulit yang lebih dalam dari
lapisan kulit. (Aramo, 2012).
22
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan
dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:
1. Moisture (Kadar air)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya
dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit.
Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam
kulit yang diukur.
2. Sebum (Kadar minyak)
Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker
yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan
menempelkan bagian sensor yang telah dipasang spons pada permukaan
kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar
minyak dalam kulit yang diukur.
3. Evenness (Kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).
Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian
tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa
angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar computer.
4. Pore (Pori)
Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan ke luar pada
saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah
terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan ke luar pada kotak
23
Universitas Sumatera Utara
bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan
secara otomatis ke luar pada layar komputer.
5. Spot (Noda)
Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga
(terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur
kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil
berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil
pada layar komputer.
6. Wrinkle (Keriput)
Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa
perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera
diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan
kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada
pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi
kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer
2.7.2 Parameter pengukuran
Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan
menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara
langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada
alat. Parameter hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
24
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Pengukuran
Moisture
(Kadar air)
Evenness
(Kehalusan)
Pore
(Pori)
Spot
(Noda)
Wrinkle
(Keriput)
Parameter (%)
Dehidrasi
Normal
Hidrasi
0-29
30-50
51-100
Halus
Normal
Kasar
0-31
32-51
52-100
Kecil
Beberapa besar
Sangat besar
0-19
20-39
40-100
Sedikit
Beberapa noda
Banyak noda
0-19
20-39
40-100
Tidak berkeriput
Berkeriput
Berkeriput parah
0-19
20-52
53-100
(Aramo, 2012).
25
Universitas Sumatera Utara
Download