Kinerja Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru Dalam Pembinaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi WINDY MARTHA HADI dan CHALID SAHURI Program Studi Administrasi Negara Fisip Universitas Riau Kampus Bina Widya KM. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Telp/Fax (0761) 63277 ABSTRACT One role of the Department of Social and Pekanbaru City Cemetery is a social service to the Women's Prone Social Economy. Women are often placed in a position physically and psychologically weak when compared with men that need to be protected. That is the Department of Social and Pekanbaru City Cemetery established a program specifically on this issue. Specifically Field Services and Social Empowerment in Women Prone to strive for Socioeconomic be empowered and protected Identifying Number of Women Prone Social Economy, Development and formulate technical guidance and control of the field of social service programs Prone Women Social Economics, and Coordination with other agencies also have a duty protection of women in the city of Pekanbaru. The purpose of this study was to determine the performance of the Department of Social and Pekanbaru City Cemetery in Fostering Social welfare problem in the city of Pekanbaru and to determine any factors that impede the performance of the Department of Social and Pekanbaru City Cemetery in Fostering Social welfare problem in the city of Pekanbaru. Theory (approach) used as a tool of analysis in this study is the theory and the theory of Organizational Performance. While the methods used in this research is descriptive qualitative research that is intended to provide a systematic overview of the phenomenon being observed. Based on these results, the Social Performance and Pekanbaru City Cemetery, particularly the field of POM in addressing socio-economic Prone Women still not good. Efforts were made in the field of POM handle Prone Women Socioeconomic include coaching, mental guidance and provision of venture capital. However, networking Women Prone Socioeconomic conducted by the Social and Pekanbaru City Cemetery has not reached the desired target. Constraints faced in handling business Prone Women's Social Economy is an attitude or mindset Socioeconomic Prone Women who do not want to set a target, causing stunted POM field program. Another problem is the limited human resources both in the Department of Social and Pekanbaru City Cemetery is the lack of budget funding. Women Prone mentoring process should be done to Social Economics Social Economy Vulnerable Women are independent. Supervision of assistance also needs to be done, so that when problems arise will be quickly resolved. Keywords : Employee performance, Governmental Organization, coaching Women Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan kinerja instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara obyektif. Pengukuran kinerja suatu instansi hanya lebih ditekankan kepada kemampuan instansi tersebut dalam menyerap anggaran. Suatu instansi dikatakan berhasil melaksanakan tugas pokok dan fungsinya apabila dapat menyerap seratus persen anggaran pemerintah, walaupun hasil maupun dampak dari pelaksanaan program tersebut masih jauh di bawah standar. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah, maka seluruh aktivitas instansi tersebut harus dapat diukur, dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada input (masukan) dari program akan tetapi lebih ditekankan kepada keluaran, proses, manfaat dan dampak. Sistem pengukuran kinerja yang merupakan elemen pokok dari laporan akuntabilitas instansi pemerintah akan mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya sesuai dengan rencana yang telah disusun. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk membentuk institusi dan sosok aparat yang ideal sesuai dengan tuntutan saat ini. Namun kenyataannya keluhan masyarakat terhadap institusi dan kinerja aparat pemerintahan dalam melayani kerap kali mewarnai proses hubungan antara yang melayani dengan yang dilayani. Pada prinsipnya, Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah harus mengutamakan pelayanan terhadap masyarakat tidak terkecuali aparatur pemerintah Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. Dinas Sosial dan pemakaman sangat strategis posisinya dalam menyejahterakan kehidupan sosial masyarakat Kota Pekanbaru pada khususnya. Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru mempunyai visi yang sebagaimana telah dirumuskan dan disepakati bersama, visi dari Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru yakni visi : “Terwujudnya Kesejahteraan Sosial bagi PMKS/PSKS dilandasi nilai-nilai kesetiakawanan sosial serta pemakaman yang tertib dan indah”. Sedangkan misi Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) b. Meningkatkan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. c. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sarana Kerja. d. Mensosialisasikan Bantuan Kesejahteraan Sosial e. Mengembangkan / meningkatkan Prakarsa dan peran aktif masyarakat serta memberdayakan potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) secara optimal dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. f. Mewujudkan Pemakaman yang Tertib dan Indah. Sesuai dengan Misi Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, maka tujuan yang hendak dicapai adalah tersedianya pelayanan sosial bagi penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) : Anak terlantar, Anak jalanan, Lanjut usia, Wanita Rawan Sosial Ekonomi, Fakir Miskin, Kelompok Muda Mandiri dan Panti Sosial. Salah satu hal yang menarik jika mengacu pada tujuan yang hendak dicapai pada misi Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru tersebut adalah pelayanan sosial kepada Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Wanita memang sering ditempatkan pada posisi yang lemah secara fisik maupun psikis jika dibandingkan dengan kaum laki-laki sehingga perlu untuk diberikan perlindungan. Itulah yang menjadi dasar Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru membentuk program secara khusus dalam masalah ini. Khususnya Bidang Pelayanan dan Pemberdayaan Sosial dalam mengupayakan agar Wanita Rawan Sosial Ekonomi dapat diberdayakan dan dilindungi adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Jumlah Wanita Rawan Sosial Ekonomi 2. Pembinaan dan merumuskan bimbingan teknis dan pengendalian program pelayanan sosial bidang Wanita Rawan Sosial Ekonomi Pengkoordinasian dengan instansi lain yang juga memiliki tugas perlindungan wanita. Fenomena yang terjadi berdasarkan kinerja Kantor Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru adalah belum adanya program yang secara khusus menangani wanita rawan sosial ekonomi ini, hal tersebut mengindikasikan seperti yang tergambar di bawah ini: 1. Belum jelas mengenai program khusus yang dijalankan Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru untuk menangani masalah sosial terutama bidang Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang saat ini marak di Kota Pekanbaru. 2. Kebijakan untuk mengatasi masalah Wanita Rawan Sosial Ekonomi belum ada. Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru hanya bekerja berdasarkan Tugas Pokok dan fungsinya. 3. Saat ini, masalah sosial terutama fenomena perkotaan seperti Wanita Tuna Susila, remaja perempuan yang mengamen, anak jalanan marak di Kota Pekanbaru yang membutuhkan penangan serius oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. 4. Arti penting Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru dalam menangani masalah wanita rawan sosial ekonomi adalah sebagai wadah untuk melindungi, membina, dan memberdayakan wanita rawan sosial ekonomi tersebut ke arah yang bermanfaat di tengahtengah masyarakat. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru kinerjanya masih belum maksimal. Padahal dalam manajemen kualitas, konsep zero defect senantiasa dikedepankan untuk kesempurnaan dalam melayani masyarakat, sehingga masyarakat merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh instansi (Nasution, 2001:24). Kondisi tersebut ditambah lagi dengan kurang memadainya tingkat pendidikan aparat yang mengakibatkan terjadinya masalah pelaksanaan di lapangan, terdapat beberapa aparat pada Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru yang menempati jabatan tidak sesuai kompetensinya, sehingga mengakibatkan kinerja yang tidak maksimal. Beranjak dari latar belakang itulah penulis tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul: “Kinerja Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru Dalam Pembinaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi”. Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu “performance”. Oleh penulis dan peneliti terdahulu diartikan sebagai prestasi kerja dengan pengertian yang dikatakan dengan prestasi kerja adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang lebih baik dan menonjol ke arah tercapainya tujuan organisasi (Moekijat, 1991:23). Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi/instansi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Irawan (2000:12), kinerja adalah suatu kajian prilaku yang selalu dihubungkan dengan kemampuan dan motivasi dimana kemampuan terbentuk dari keterampilan dan pengetahuan yang dimilki. Sandra j. hale dalam (Irawan, 2000:12) menyatakan bahwa ada dua cara utama bagi institusi untuk mencapai kinerja yang tinggi adalah : a. Memusatkan pada misi yang berorientasi pada komitmen. b. Memastikan bahwa seluruh pegawai dilibatkan sepenuhnya dalam pengelolaan pekerjaannya. Hasibuan (2001:94) mengemukakan defenisi kinerja adalah suatu hasil kerja yang diapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu : a. Kemampuan dan Minat seorang pekerja. b. Kemampuan dan Penerimaan atas penjelasan delegasi tugas. c. Peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Berdasarkan pengertian di atasa mencerminkan bahwa kinerja tidak sematamata merupakan hasil yang bersifat kuantitatif, tetapi juga bersifat kualitatif atas suatu tuntutan dari suatu pekerjaan tertentu. Hal ini jika dengan dikaitkan dengan permasalahan penelitian ini, maka pelayanan yang diberikan oleh Dinas Sosial dan Pemakan Kota Pekanbaru Dalam Menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Pekanbaru tidak hanya menjalankan program yang ada, namun juga harus melakukan pelayanan dengan system jemput bola. Menurut J. Fred Westen dalam (Prawirosentono, 1999:34) menjelaskan bahwa kinerja dalam suatu organisasi terbagi atas tiga kategori, yakni: a. Kinerja Strategik Kinerja ini dilihat dari ketetapan organisasi dalam memilih lingkungannya untuk beradaptasi (penyesuaian) suatu organisasi/instansi dalam lingkungan dimana tempat organisasi/instansi tersebut beroperasi. Kinerja kebijakan strategik ini dipegang oleh top-management. Manajemen tingkat tinggi) atau pemimpin. b. Kinerja Administratif Kinerja ini berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi, termasuk di dalamnya tentang struktur administrasi yang mengatur hubungan otoritas (wewenag) dan tanggung jawab dari orang yang menduduki jabatan atau bekerja pada unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi. c. Kinerja Operasional Kinerja ini berkaitan dengan efektifitas penggunaan setiap sumber daya yang digunakan oleh instansi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan prestasi kerja atau kemampuan kerja dari suatu tim/individu atau dari suatu bagian pencapaian tujuan organisasi/instansi. Osborn mengembangkan sistem pengukuran kinerja berdasarkan indikator: a) Proses dan hasil b) Efisiensi dan efektivitas c) Hasil program dan kebijakan yang lebih luas Irawan mendefinisikan kinerja (performance) sebagai hasil kerja seseorang, pekerja sebuah proses manajemen atau organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukan buktinya secara konkrit dan dapat diukur dengan standar yang telah diukur. Husen Umar (1998:26) berpendapat bahwa ada beberapa variabel kinerja yang terdiri dari komponen mutu pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerja sama, kendala, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab dan pemanfaatan waktu. Penilaian terhadap kinerja pemerintahan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat sebagaimana dikatakan oleh Hatry dalam Keban, bahwa Penilaian kinerja sangat berguna untuk kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan, memotivasi para birokrat pelaksana, memonitor para kontraktor, melakukan penyesuaian budget, mendorong pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang dilayani dan menuntut perbaikan dalam pelayanan publik (Keban, 1995:1). Berkaitan dengan aparat, secara konseptual, aparat merupakan suatu istilah yang digunakan kepada badan, instansi atau orang-orang yang bekerja pada pemerintah. Marbun menyebutkan bahwa Aparat adalah badan pemerintah; instansi pemerintah; pegawai negeri; alat negara, dan Aparatur adalah perangkat alat (negara, pemerintah); para pegawai. Dalam kaitannya dengan aparatur negara , pada pokoknya meliputi 3 bidang, yaitu bidang kelembagaan, bidang ketatalaksanaan dan bidang kepegawaian. Bidang paling penting adalah bidang kepegawaian, karena lancarnya penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan tergantung terutama dari kesempurnaan aparatur negara ini. Dan kesempurnaan aparatur ini pada pokoknya tergantung dari mentalitas, kemampuan dan disiplin korps pegawai negeri (Marbun, 2002:32). Pamudji menyatakan bahwa Dalam kaitan dengan istilah aparatur pemerintah dan aparatur negara, maka dapat diartikan sebagai alat atau sarana pemerintah/negara untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya yang kemudian terkelompok ke dalam fungsi-fungsi diantaranya pelayanan publik. Di dalam pengertian aparatur tercakup aspek manusia (personil), kelembagaan (institusi), dan tata laksana, tetapi dalam hubungannya dengan profesionalisme, aparatur dalam hal ini lebih mengkait kepada aspek personil. Aparatur negara memiliki spektrum yang mencakup dan luas dalam ruang lingkup negara. Didalamnya terdapat : 1. Aparatur pemerintah, yang lazim disebut juga birokrasi pemerintah 2. Aparatur penegakan hukum dan peradilan 3. Aparatur perundang-undangan 4. Aparatur perekonomian negara dan lembaga keuangan negara yang lazim disebut juga aparatur BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Waworuntu (1997:2-4) mengemukakan bahwa aparat pemerintah dalam dunia publik yang saat ini diwarnai oleh globalisasi dan privatisasi yang semakin kental, dan yang kerap menimbulkan kesan semakin besarnya kehendak masyarakat, upaya untuk memberikan pelayanan yang memuaskan untuk masyarakat, menjadi semakin dituntut. Sehubungan dengan pengertian pemerintahan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan fungsi negara (Ramlan Surbakti, 2007: 169) maka perlu dikemukakan pengertian pemerintahan dalam arti luas dan arti sempit. Pemerintahan dalam arti luas berarti seluruh fungsi negara, seperti legislatif, eksekutif dan judikatif. Sedangkan pemerintahan dalam arti sempit meliputi fungsi eksekutif saja. Demikian pula dengan pengertian pemerintah dalam arti luas yang berarti seluruh aparat yang melaksanakan fungsi-fungsi negara, sedangkan pemerintah dalam arti sempit menyangkut aparat eksekutif, yakni kepala pemerintahan dan kabinetnya. Fungsi pemerintahan pada umumnya berupa penyediaan pelayanan umum, pengaturan dan perlindungan masyarakat serta pembangunan dan pengembangan. Sedangkan tugas dan kewajiban pemerintah adalah membuat regulasi tentang pelayanan umum, pengembangan sumber daya produktif, melindungi ketentraman dan ketertiban masyarakat, pelestarian nilai-nilai sosiokultural, kesatuan demokrasi, pencapaian keadilan dan pemerataan, pelestarian lingkungan hidup, penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, mendukung pembangunan nasional dan mengembangkan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Menurut HM. Fahri Ali (2004:52) organisasi adalah asosiasi dari sejumlah individu yang membuat suatu hubungan kerja dalam satu kesatuan kegiatan, manakala hubungan kerja dilihat dalam konteks sistim dalam arti bahwa didalam hubungan kerja itu terdapat sejumlah bagian, unsur atau komponen yang membentuk sistim kerja diaman satu dengan yang lain merupakan suatu keseluruhan. Akan tampak pada organisasi kedalam empat nilai yang mendasar, yaitu : 1. Nilai ilmu, yaitu nilai ilmiah yang dikembangkan dalam rangka penegakan keteraturan dalam penataan kegiatan organisasi. 2. Nilai incremental, yaitu nilai keterbatasan yang dimiliki manusia dalam rangka penciptaan keteraturan dalam organisasi. 3. Nilai pluralis, yaitu nilai keseragaman sebagai fakta yang dihadapi dalam rangka pengembangan keteraturan organisasi. Nilai kritik, yaitu nilai skeptis yang dikembangkan dalam menata keteraturan dalam organisasi. Agus Dwiyanto (1995:1) mengemukakan pejabat birokrasi seringkali menempatkan capaian target sebagai kinerja dari ukuran organisasi publik, sementara masyarakat pengguna jasa lebih suka menggunakan kualitas layanan sebagai ukuran kinerja, sehingga terdapat 5 indikator uintuk menilai kinerja organisasi publik, yaitu: 1. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur timgkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang maksimal. 2. Kualitas Layanan Isu kualitas layanan cendrung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai kinerja organisasi publik yang muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. 3. Responsivitas Responsivitas merupakan kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi. 4. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik secara eksplisit maupun implisit. 5. Akuntabilitas Akuntabilitas publik merujuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilihg oleh rakyat. Asumsi adalah para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. METODE Berdasarkan jenis penelitiannya, maka penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu artau frekuensi terjadi suatu sapek fenomena sosial tertentu, sekaligus pula mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu melalui uraian dengan argumen yang jelas. Penelitian deskriptif seperti biasanya dilakukan tanpa suatu hipotesa tertentu yang dirumuskan secara ketat, kalaupun menggunakan hipotesa tetapi bukan dari hasil uji secara statistik. Oleh karena itu, penelitian deskriptif berupa menjabarkan atau menganalisis, maka sifat penelitian yang digunakan disini adalah penelitian deskriptif analisis yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan suatu keadaan (obyek) dan di dalamnya terdapat upaya deskriptif, pencatatan dan analisis. HASIL 1) Produktivitas Produktivitas menurut Dwiyanto (2005: 48) adalah rasio antara input dan output kerja. Terkait dengan kinerja penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi, produktivitas lebih luas diartikan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan. Produktivitas, yang juga disebut target capaian kerja terkait penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi di Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru termasuk masih kurang. Wanita Rawan Sosial Ekonomi adalah Seseorang wanita dewasa yang berusia 18 -59 tahun, belum menikah atau janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Kendala yang dihadapi dalam mencapai produktivitas kerja yang maksimal, yaitu jumlah sumber daya manusia yang menguasai tentang masalah sosial sangat kurang. Di samping itu, masalah sosial yang ditangani oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru tidak hanya terbatas pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi, tetapi juga menangani PGOT (pengemis, gelandangan, dan orang terlantar), tuna wisma, dan WTS. Masalah-masalah tersebut belum ditangani oleh tenaga-tenaga sosial yang spesifik dari Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. 2) Kualitas layanan Layanan yang diberikan oleh Bidang PMKS Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru kepada Wanita Rawan Sosial Ekonomi berupa pembinaan mental, pelatihan keterampilan, dan bantuan modal usaha. Setelah patroli dilakukan oleh tim Bidang PMKS di jalan-jalan protokol Pekanbaru, Wanita Rawan Sosial Ekonomi kemudian diberi bimbingan pelatihan yang dibantu oleh LSM Wanita Rawan Sosial Ekonomi, yaitu LPA (Lembaga Perlindungan Perempuan), Layanan yang diberikan oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru mengalami kendala, yaitu datangnya dari obyek yang dilayani, Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Hal itu dikarenakan mobilitas Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang tinggi, menyebabkan layanan yang diberikan Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru tidak mencapai pada sasarannya. Wanita Rawan Sosial Ekonomi tidak sepenuhnya mau dibina dan diberi keterampilan, dan keinginan Wanita Rawan Sosial Ekonomi tersebut selalu berubah-ubah. Hal ini diungkapkan oleh Kabid PMKS yang menyebutkan bahwa Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang dibina seringkali tidak sama orang yang harusnya dibina setiap kali bimbingan. Padahal bimbingan tersebut harus bertahap dengan orang yang sama. 3) Responsivitas Visi Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru yaitu: “Terwujudnya Kesejahteraan Sosial bagi PMKS/PSKS dilandasi nilai-nilai kesetiakwanan sosial serta pemakaman yang tertib dan indah”. Sedangkan misi yang terkait dengan penyandang kesejahteraan sosial yaitu: Sedangkan misi Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) b. Meningkatkan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. c. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sarana Kerja. d. Mensosialisasikan Bantuan Kesejahteraan Sosial e. Mengembangkan / meningkatkan Prakarsa dan peran aktif masyarakat serta memberdayakan potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) secara optimal dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. f. Mewujudkan Pemakaman yang Tertib dan Indah. Program utama yang diberikan adalah pembinaan. Kegiatan yang sesuai dengan misi tersebut untuk Wanita Rawan Sosial Ekonomi, yang di mana juga termasuk anak jalanan yaitu: 1. Pembangunan sarana dan prasarana tempat penampungan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. 2. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi. 3. Penyusunan data dan analisis permasalahan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. 4. Pengembangan bakat dan keterampilan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. 5. Peningkatan keterampilan tenaga pembinaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. 6. Pembangunan Pusat Rehabilitasi Sosial. Kegiatan tersebut dinilai sudah memenuhi visi dan misi Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. Akan tetapi pada kenyataannya kegiatan yang dicanangkan oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru tersebut belum mencapai sasaran tujuan yang sebenarnya Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru khususnya bidang PMKS, mendapatkan anggaran dari Dinas Sosial Provinsi yang berasal dari APBD, yang sudah dianggarkan sebelumnya. Kemudian dari pihak Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru melimpahkan wewenang pada LPA (Lembaga Perlindungan Perempuan) yang ditunjuk, untuk menyusun proposal kegiatan yang melibatkan Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. Proposal tersebut harus dilengkapi data-data administratif dari RT, RW, dan kelurahan yang ditempati Wanita Rawan Sosial Ekonomi tersebut. Anggaran tersebut digunakan untuk pembinaan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan Wanita Rawan Sosial Ekonomi Akan tetapi, peran Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru hanya terbatas sebagai stimulan kegiatan saja. Pembimbingan, pelatihan, hingga pengentasan Wanita Rawan Sosial Ekonomi agar mandiri dilepaskan sepenuhnya oleh LPA (Lembaga Perlindungan Perempuan). Tantangan terbesar dari responsivitas Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru terhadap penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi yaitu sikap atau mindset Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang hidup bebas dan tidak mau terikat. Pemakaman Kota Pekanbaru memiliki visi akan terwujudnya kesejahteraan sosial masyarakat, dalam menghadapi tantangan ini Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru perlu meningkatkan usahanya dengan mengubah mindset Wanita Rawan Sosial Ekonomi, agar mau untuk dibina dan terwujud kesejahteraan dirinya. Selain kendala tersebut, kendala terbatasnya tenaga sosial lapangan dalam pembimbingan turut andil pada buruknya responsivitas pemerintah dalam penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. 4) Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisai, baik yang eksplisit maupun implisit. Usaha yang dilakukan agar bekerja sesuai dengan prinsip administrasi yang ada yaitu Bidang PMKS bekerja sesuai tugas masing-masing, dan ada sistem pengawasan yang dilakukan. Pengawasan tersebut diwujudkan dengan adanya pertanggungjawaban kepada Komisi C DPRD Kota Pekanbaru. Individu, kelompok, maupun tim di Bidang PMKS Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru bertanggungjawab atas peran dan pekerjaan mereka masing-masing. Contohnya bidang PMKS terdiri dari tiga seksi, yaitu seksi pelayanan sosial, seksi rehabilitasi sosial, dan seksi bantuan sosial, mereka bertanggungjawab pada kepala bidang PMKS, dan dalam pelaksanaan tugas Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru berkoordinasi satu sama lain. Pada kenyataannya, tugas bidang PMKS yang kegiatannya turun ke lapangan untuk menjaring Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan memberi pendampingan, dihadapi kendala kurangnya tenaga sosial. Selain itu kekurangan anggaran untuk melaksanakan program juga menjadi kendala responsibilitas. 5) Akuntabilitas Target yang diharapkan dari Bidang PMKS adalah meningkatnya kesejahteraan Wanita Rawan Sosial Ekonomi, diharapkan Wanita Rawan Sosial Ekonomi bisa mandiri. Kepala Bidang PMKS menekankan bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Akan tetapi, kendala lain yang dihadapi adalah tingkat kesejahteraan tersebut berbeda-beda persepsinya antara satu individu dengan individu lain. Kendala tersebut menyebabkan usaha-usaha dari Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru untuk menangani Wanita Rawan Sosial Ekonomi hanya di permukaan saja, tidak menyentuh kondisi setelah Wanita Rawan Sosial Ekonomi diberi bantuan itu. Target capaian hanya sebatas selesainya kegiatan, dan tidak menangani bagaimana Wanita Rawan Sosial Ekonomi tersebut mandiri sepenuhnya. Pertanggungjawaban dilakukan melalui laporan dari bawah ke pimpinan puncak setiap bulan yang berupa laporan bulanan. Laporan ini dibuat secara tertulis dan harus diserahkan kepada Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru untuk diperiksa. Pertanggungjawabannya adalah sesuai dengan tupoksi masing-masing. Pertanggungjawaban berupa hasil yang dilaporkan kepada Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. Bentuk pertanggungjawaban vertikal dari Bidang PMKS yaitu membuat laporan pertanggungjawaban tugas-tugas mereka dan diberikan ke Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru untuk diperiksa lalu diteruskan ke Pemkot. Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru juga mempertanggungjawabkan kepada Komisi C DPRD Kota Pekanbaru. sedangkan secara horisontal tidak perlu adanya laporan. Hal-hal yang sudah dilaporkan kepada publik dilakukan oleh Bidang PMKS seperti memberi memberi himbauan kepada masyarakat tentang larangan memberi uang kepada Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Bentuk himbauan ini seperti spanduk, melalui media massa, dan pamflet. Selain itu, bentuk bantuan seperti bantuan modal usaha kepada anak jalanan yang telah diseleksi juga dilaporkan di media massa. Hal yang perlu ditingkatkan dalam pelaporan publik seperti usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru dalam rangka mengentaskan Wanita Rawan Sosial Ekonomi, sehingga juga dapat ditingkatkan partisipasi masyarakat. PEMBAHASAN Faktor pendorong dan faktor penghambat kinerja penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi di Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru 1) Faktor pendorong Faktor pendorong kinerja penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi yaitu adanya Keputusan Wali Kota No. 462/133 Tanggal 2 Mei 2002. Memang belum ada perda atau PP khusus yang mendasari penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi, namun usaha pemda kota Pekanbaru yaitu membuat keputusan tersebut yang berisi tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Tuna Sosial Kota Pekanbaru. Tim ini diantaranya bertugas melakukan penertiban dan pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi di Kota Pekanbaru. Selain itu, adanya dukungan dana anggaran dari pemerintah kota dan pemerintah provinsi juga menjadi salah satu faktor pendukung kinerja penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Walaupun dinilai dana anggaran tidak mencukupi proses penanganan anak jalanan, akan tetapi hal itu lebih baik daripada tidak mendapat perhatian dari pemerintah kota maupun pemerintah provinsi itu sendiri. 2) Faktor penghambat Kurangnya sumber daya manusia menjadi kendala terbesar dalam penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Idealnya, ada tenaga sosial yang mendampingi Wanita Rawan Sosial Ekonomi tersebut selama sehari dua jam dan seminggu penuh. Akan tetapi, kinerja Dinsos juga mengalami kendala yaitu datangnya dari anak jalanan itu sendiri. Keinginan Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang selalu berubah-ubah menyebabkan program yang dicanangkan untuk mereka tidak maksimal, terbukti di LPA (Lembaga Perlindungan Perempuan) terdapat alat-alat keterampilan untuk usaha tidak digunakan. Sehingga modal-modal ini menjadi sia-sia. Partisipasi masyarakat juga menjadi kendala pada penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi ini. Kesadaran masyarakat dinilai rendah dalam menghadapi dan menyikapi keberadaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Masyarakat miskin hanya memiliki sedikit pilihan atas pekerjaan yang layak dan peluang yang terbatas untuk mengembangkan usaha mereka. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini seringkali menyebabkan mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang kurang seimbang dan kurang kepastian akan keberlanjutannya. Usaha yang dilakukan masyarakat miskin juga sulit berkembang karena menghadapi persaingan yang tidak seimbang, keterbatasan modal, serta kurangnya ketrampilan dan pendidikan. Bagi perempuan permasalahannya menjadi lebih kompleks karena negara melegitimasi diskriminasi upah bagi perempuan melalui UU Perkawinan Tahun 1974 pasal I yang mengatakan laki-laki sebagi kepala keluarga dan perempuan sebagai ibu rumahtangga. UU ini yang dijadikan rujukan bagi pembuatan peraturan pengupahan. Oleh karena itu, masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya kesempatan kerja, terbatasnya peluang pengembangan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. SIMPULAN Pelayanan publik akan menghasilkan output atau hasil yang baik kepada masyarakat apabila pelayan publik atau aparatur negara memiliki kinerja yang baik. Kinerja tiap pegawai akan berpengaruh pada keberhasilan tujuan organisasi. Kinerja organisasi juga menentukan apakah tujuan, rancangan, dan manajemen organisasi tersebut sudah tercapai atau belum. 1. Kinerja Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru khususnya bidang PMKS dalam menangani Wanita Rawan Sosial Ekonomi masih kurang baik. Usaha-usaha yang dilakukan bidang PMKS dalam menangani Wanita Rawan Sosial Ekonomi antara lain pembinaan, bimbingan mental, dan pemberian modal usaha. Akan tetapi, penjaringan Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru belum mencapai target yang diinginkan. Selain itu, pemberian bantuan modal usaha tidak serta merta diberikan pada setiap Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang membutuhkan, karena bantuan modal tersebut diberikan pada Wanita Rawan Sosial yang sudah terseleksi terlebih dahulu. Kendala yang dihadapi dalam usaha penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi ini adalah sikap atau mindset Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang tidak mau diatur sehingga menyebabkan target program bidang PMKS terhambat. 2. Kendala lain yang dihadapi adalah terbatasnya sumber daya manusia baik di Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru adalah sumber dana anggaran yang kurang. Proses pendampingan Wanita Rawan Sosial Ekonomi seharusnya dilakukan hingga Wanita Rawan Sosial Ekonomi tersebut mandiri. Pengawasan terhadap pendampingan juga perlu dilakukan, sehingga apabila muncul masalah akan cepat diatasi. Sumber dana anggaran yang kurang disebabkan anggaran setiap tahun dari pemerintah provinsi juga terbatas. Perlu adanya peningkatan pelatihan pegawai, peningkatan jumlah pegawai dan sumber anggaran untuk meningkatkan produktivitas Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. Dengan meningkatnya produktivitas, maka indikator kinerja lain seperti kualitas layanan, responsivitas, dan responsibilitas akan ikut meningkat. Sehingga angka Wanita Rawan Sosial Ekonomi di kota Pekanbaru bisa ditekan seminimal mungkin. DAFTAR PUSTAKA Dun. N William. 2001, PengantarAnalisis Kebijaksanaan Publik, Yogyakarta : Hanindata Graha Widya. Dwiyanto, Agus, 1995. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Fisipol UGM. Hasibuan. M.2001, Manajemen Sumber daya Manusia, Bumi Aksara; Jakarta. Keban, Jeremias. T. 1995. Indikator Kinerja Pemerintah Daerah : Pendekatan Manajemen dan Kebijakan, Makalah, Seminar Sehari, Fisipol UGM, Yogyakarta. Lukman, Sampara. 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta : STIA LAN Press. Martin, Mike W dan Schinzinger, Roland, Widodo, Prihminto (Penterjemah). 1994, Etika Rekayasa, Edisi II, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Marbun, B.N. 2002, Kamus Politik, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Moekijat. 1991, Administrasi Kepegawaian Negara, Bandung : Mandar Maju. Moenir, H.A.S. 1995, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara. Nasution, M.N. 2001, Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta : Ghalia Indonesia. Ndraha, Taliziduhu. 1997, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Jakarta : Rineka Cipta. ------------. 1997, Budaya Organisasi, Jakarta : Rineka Cipta. ------------. 2001, Ilmu Pemerintahan Jilid I, II, III, IV, V, Jakarta : BKU Ilmu Pemerintahan Kerjasama IIP-Unpad. Pamungkas, Sri Bintang. 1996, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Demokrasi Ekonomi dan Pembangunan, Jakarta : Yayasan Daulat Rakyat. Prawirosentono, Suyadi. 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE. Ramlan Surbakti, 2007. Memahami Ilmu Politik. PT. Gramedia: Jakarta. Rasyid, M. Ryaas. 2000, Makna Pemerintahan, Jakarta : Yarsif Watampone. Ratminto Dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Salusu. J. 1998, Pengembilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta: PT. Grasindo. Sedarmayanti. 2000, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan, Bandung : CV.Mandar Maju. Tjiptono, Fandy. 2000, Manajemen Jasa, Yogyakarta : Andi. Waworuntu, Bob. 1997, Dasar-Dasar Keterampilan Abdi Negara Melayani Masyarakat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Widodo, Joko. 2001, Good Governance, Surabaya : Insan Cendikia Sumber Lain: Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Undang-Undang No 43 Tahun 1999 tentangpokok-pokokkepegawaian.